hapsari bakteri nila
TRANSCRIPT
BAKTERI PATHOGEN YANG DAPAT
MENGINFEKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Oleh :
HAPSARI MAHATMI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
tulisan ini selesai disusun.Tulisan dengan judul “ Bakteri Pathogen yang Dapat
menginfeksi Ikan Nila ( Oreochromis niloticus) ini disusun untuk membantu para
mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan maupun dari prodi
Biologi dalam mempelajari jenis-jenis bakteri pathogen yang dapat menginfeksi
ikan nila.
Tulisan ini hanya sebagai informasi umum bagi mahasiswa maupun
masyarakat awam agar memahami adanya berbagai bakteri pathogen yang menjadi
ancaman bagi kesehatan ikan nila .Penulis menyadari apabila dalam penyusunan
karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, tetapi penulis meyakini
sepenuhnya bahwa sekecil apapun karya ilmiah ini tetap memberikan manfaat.
Akhir kata guna penyempurnaan karya ilmiah ini kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis nantikan.
Denpasar, Mei 2020
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1. Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3.Tujuan 3
BAB 2. Pembahasan 4
BAB 3. Kesimpulan 11
Daftar Pustaka 12
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang
paling banyak diminati oleh berbagai kalangan baik masyarakat lokal maupun
mancanegara (Yanti et al., 2013; Fadri et al., 2016). Produksi ikan nila mengalami
fluktuasi produksi setiap tahunnya. Konsistensi peningkatan hasil produksi ikan
nila dapat dilakukan melalui budidaya secara intensif dengan memperhatikan
berbagai aspek pendukung keberlangsungan hidup ikan tersebut seperti
ketersediaan air, area budidaya, serta kualitas lingkungan yang baik (Putra et al.,
2011). Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ikan
Nila adalah, kualitas bibit, kualitas air dan lingkungan pemeliharaan serta faktor
penyakit yang menginfeksi ikan. Penyakit pada ikan timbul karena adanya interaksi
yang tidak seimbang antara inang, lingkungan dan patogen. Salah satu patogen
penyebab penyakit yang menyerang ikan adalah bakteri, (Azhari, dkk., 2014).
Penyakit bakteri merupakan penyakit infeksius yang seringkali menimbulkan
kematian ikan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat
Oleh karena itu, mengenal dengan lebih dalam tentang jenis-jenis bakteri
pathogen yang dapat menginfeksi dan berbahaya bagi budidaya ikan nila menjadi
hal yang sangat penting sebagai upaya untuk menghindari adanya penyakit dan
menjaga agar ikan nila yang dipelahara tetap sehat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
Bakteri pathogen apa saja yang dapat menginfeksi ikan Nila
Diagnosis serangan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
Penanganan dan pengobatan ikan Nila yang terserang bakteri
1.3 Tujuan
Mengetahui jenis-jenis bakteri pathogen pada budidaya Ikan Nila
5
Mengetahui cara diagnosis penyakit pada ikan Nila yang diakibatkan oleh
serangan bakteri
Penangan dan Pengobatan Ikan Nila yang terserang oleh Bakteri
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Aeromonas hydrophilla
Gejala klinis ikan akibat serangan A. hydrophila adalah terjadinya perubahan
morfologi dan tingkah laku. Perubahan morofologi yang terjadi diantaranya yaitu
pendarahan pada permukaan kulit dan sirip punggung kemudian disusul dengan
timbulnya ulcer. Pendarahan yang terjadi pada permukaan kulit dan sirip punggung
diduga disebabkan adanya toksin hemolisin. Toksin ini berperan dalam memecah
sel-sel darah merah, sehingga sel keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan
warna kemerahan pada permukaan kulit (Cipriano, 2001; Huys et al., 2002)
(Gambar 1). Timbulnya ulcer diduga karena tingginya kepadatan bakteri di area
penyuntikan, sehingga volume dan intensitas toksin yang dikeluarkan pada proses
infeksi menjadi lebih tinggi pada bagian tersebut (Mangunwardoyo et al., 2010).
Gambar 1. Infeksi A. Hydrophilla (https://www.isw.co.id/)
6
Perubahan lain yang ditunjukkan adalah pembengkakan pada mata (exopthalmia)
dan perut yang menggembung (dropsy). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mangunwardoyo et al. (2009), yang menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi bakteri
A. hydrophila, menunjukkan gejala seperti pendarahan pada permukaan kulit
(haemorrhagic septicemia), pendarahan pada pangkal sirip dada, nekrosis otot, luka
borok (ulcer) pada pemukaan tubuh dan bagian perut membesar berisi cairan
(dropsy) (Gambar 2). Menurut Asniatih et al. (2013), organ mata yang menonjol
keluar (exopthalmia) disebabkan karena adanya akumulasi cairan pada mata
sehingga menyebabkan bola mata menjadi cekung dan menonjol keluar. Austin dan
Austin (1999), menyatakan bahwa dropsy merupakan gejala yang ditandai dengan
perut ikan tampak mengembung sebagai akibat adanya pelepasan Aerolysin
Cytotoxic Enterotoxyn (ACT-gene) yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan
Kemampuan A hydrophila dalam menimbulkan penyakit cukup tinggi.
Patogenisitas yang ditunjukkan dengan LD50 cukup bervariasi, yaitu berkisar
antara 104 – 106 sel/ml (Sarono et al., 1993). Bakteri A. hydrophila dapat
ditemukan dimana-mana, terutama di perairan yang mengandung bahan organik
tinggi. Disamping itu, bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 4 – 45 oC, meskipun
lambat dan tumbuh optimum pada suhu 37 oC (Farmer et al., 2000). Bakteri A.
hydrophila menghasilkan bermacam-macam enzim, seperti gelatinase, caseinase,
elastase, lipase lecithinase, staphylolyase, deoxyribonuclease dan ribonuclease.
Selain itu, A.hydrophila menghasilkan bermacam-macam toksin antara lain
eksotoksin, seperti α dan β hemolisin, cytotoksin, enterotoksin dan endotoksin,
yaitu LPS (Lipopolisakarida) (Roberts, 1993).
Pencegahan terhadap serangan bakteri ini dapat dilakukan dengan mengendalikan
kualitas peraira pad kolam budidaya ikan Koi. Bakteri ini muncul pada lingkungan
perairan dengan bahan organic tinggi serta pH perairan yang tidak stbil. Utuk itu
menjaga kualitas peraina pada kondisi yang optimal dapat mencegah serangan
penyakit dari bakteri A.hydrophilla. Pengobatan penyakit akibat serangan bakteri
Aeromonosa hydropilla dapat dilakukan dengan bahanbahan herbal seperti, eksrak
7
bawang putih dan kunyit, selain bahan herbal dapat juga dengan pengapikasian
antiobotik seperti oxytetracylin atau Enrofloxacin.
2.2 Flavobacterium columnare
Flavobacterium columnare merupakan bakteri penyebab penyakit Columnaris,
yang masuk dalam Family Flavobacteriaceae (Bernardet and Bowman, 2006) dan
merupakan salah satu penyakit bakteri terpenting dari spesies ikan air tawar
(Durborow et al., 1998). Bakteri ini bisa berada di semua lingkungan perairan, yang
dapat berpengaruh ke ikan yang ada di alam dan budidaya serta ikan hias di
akuarium (Austin and Austin, 1999). Timbul penyakit Columnaris ditandai dengan
infeksi eksternal di permukaan tubuh ikan, insang, atau sirip. Jeney dan Jeney
(1995) menambahkan, infeksi bakteri ini ditandai dengan terjadinya perubahan
warna abu-abu keputihan pada beberapa bagian kepala, sekitar mulut, insang, sirip
atau badan. Penyakit ini sering berakhir dengan kematian, yang menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar dalam industri perikanan budidaya. Penyakit
Columnaris, pertama dijelaskan oleh Herbert Spencer Davis pada tahun 1922,
bakteri penyebabnya disebut dengan nama yang berbeda diantaranya Bacillus
columnaris, Flexibacter columnaris, Cytophagakolumnis, dan terbaru
Flavobacterium columnare.
Metode yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan yang terinfeksi
bakteri dengan metode konvensional dengan melihat karakteristik morfologi dan
biokimia, yaitu pertumbuhannya aerobic, gram negatif, bentuk batang panjang
dengan ukuran 4-10 µm dan lebar 0,3 -0,5 µm, ada yang berkapsul atau tidak
(tergantung pewarnaan yang digunakan), memproduksi H2S, tidak dapat
mendegradasi crystalline cellulose, namun dapat mendegradasi polisakarida asam
kompleks jaringan ikat (Bernardet and Bowman, 2006). F. columnaris tumbuh pada
media bernutrien rendah, dengan koloni berwarna kuning dengan tepi rhizoid yang
tidak beraturan. Tumbuh optimum pada suhu 20-25°C, namun dilaporkan F.
columnaris dapat tumbuh pada suhu antara 4 dan 37°C. Bakteri ini bersifat non-
halophilic dan tumbuh hanya di bawah kondisi aerobik. F. columnare menghasilkan
sitokrom oksidase dan katalase positif; tidak menghasilkan asam dari karbohidrat;
mengurangi nitrat menjadi nitrit; menghasilkan hidrogen sulfida; tidak
8
menghidrolisis selulosa, kitin, pati, esculin pada , dan; Menghidrolisis agar kasein,
dan tirosin;tidak dekarboksilat arginin, lisin, atau ornitin; dan menghasilkan pigmen
khusus tipe flexirubin.Reichenbach dan Dworkin (1981) menggunakan metode
kalium hidroksida (20%) untuk menunjukkan produksi pigmen flexirubin.
Ikan yang terinfeksi bakteri secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
kerusakan pada jaringan yang dapat berakibat ikan sakit. Ciri-ciri lain dari serangan
baketri ini adalah terpat bercak-bercak titik kuning pada bagian insang ikan.
(Gambar3). Perubahan yang terjadi dapat terlihat secara eksternal maupun internal.
Menurut Kvitt dan Colorni (2004) gejala klinis maupun lesio patologi akan
berbeda-beda untuk setiap spesies pathogen. Hal ini sangat berkaitan dengan
kemampuan agen pathogen dalam memproduksi enzim, toksin, dan juga
kemampuan dalam mengatasi system imun inang (Russo et al., 2006).
Gambar 2. Infeksi Flavobacterium columnare pada ikan nila
(https://aquaculture-fisheris.pulsus.conference.com/)
F. columnare merupakan bakteri yang dapat muncul pada saat kondisi ikan stress
dan menyebabkan penyakit columnaris pada ikan. Kondisi stress ini dapat
diakibatkan karena menurunnya kadar oksigen, meningkatnya kadar
9
karbondioksida, kadar ammonia maupun kadar nitrit dalam airserta perubahan suhu
air yang ekstrem. Penanganan ikan yang salah juga menjadi penyebab ikan stress
yang mengakibatkan luka pada tubuh ikan sebagai salah satu pemicu tersebarnya
penyakit melalui gesekan yang dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
(Durborow, 1998).
2.3 Pseudomonas aeruginosa
Bakteri Pseudomonas sp memiliki karakteristik seperti Gram negatif, berbentuk
batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai flagel polar.
Bakteri ini oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik
pada suhu 4o C atau dibawah 43 oC. Bakteri genus ini memproduksi beberapa
enzim seperti protease, amilase, dan lipase. Selain itu bakteri Pseudomonas juga
dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana (Suyono dan Farid,
2011).
Bakteri Pseudomonas sp senang hidup di lingkungan yang bersuhu antara 15 -
30 oC. (Kordi,2004). Bakteri Pseudomonas sp mempunyai batas-batas pH tertentu
untuk pertumbuhannya. Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya
berkembang dengan baik pada pH antara 5,5-9,0 (Kordi, 2004). pH rendah
merupakan keadaan yang optimal bagi berkembang biaknya beberapa jenis bakteri
patogen seperti bakteri Pseudomonas sp dan perubahan pH yang menyolok dapat
menyebabkan ikan menjadi stres
Bakteri Pseudomonas sp merupakan bakteri patogen yang paling dominan
ditemui pada ikan yang mengalami luka atau borok pada badan permukaan ikan
yang sakit. Organ yang paling dominan ditemukan bakteri ini adalah kulit. Lubis
dkk., (2014) menjelaskan bahwa serangan bakteri ini pada kulit meyebabkan kulit
menjadi kesat, timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok,
perut kembung serta terjadi pendarahan pada hati, ginjal dan limfa saat dilakukan
pembedahan (Meirani, 2016) (Gambar 3)
10
Gambar 3. Iinfeksi Pseudomonas sp pada ikan nila (Tohamy, et al . 2015)
Bakteri Pseudomonas sp. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif dan
termasuk golongan bakteri pathogen. Ciri-ciri dari serangan bakteri iini adalah
terdapat bercak merah atau borok dan luka-luka pada permukaan tubuh ikan. Gejala
klinis lain indikasi serangan terserang bakteri Pseudomonas sp. yaitu ikan,
kembung, mata menonjol (exopthalmia), warna tubuh menjadi gelap, timbul
pendarahan, gerak lamban, sirip geripis, warna tubuh pucat, insang dan
permukaan tubuh luka, hemoragik, produksi lendir berlebih, dan sisik lepas
dan kasar serta diikuti hemoragikyang membentuk spot putih dikelilingi zona
merah, dan pendarahan pada organ dalam (Kabata, 1985; Dosim et al., 2013;
Badjoeri, 2008; Azfirman et al., 2003; Mastan, 2013;Hartati et al., 2012; dan Aydin
et al., 1998) pertumbuhan bakteri ini sangat dipengaruhi oleh adanya sumber karbon
yang cukup, suhu yang optimal, dan kondisi pH yang cocok serta kondisi lain yang
mendukung.
2.4 Streptococcosis
Streptococcosis pada ikan merupakan infeksi kumulatif dari beberapa jenis
bakteri dengan gejala penyakit yang hampir sama pada setiaps pesies bakteri dapat
mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang terkarakterisasi dari gejala klinis
11
yang nampak adanya exophthalmia (pop-eye) dan meningoencephalitis. Menurut
Toranzo (2009), pada kondisi perairan yang hangat (warm water) Streptococcosis
(menyebabkan kematian pada suhudi atas 150 C) jenis bakteri yang menyerang
adalah Lactococcus garvieae, Streptococcus niae, S. agalactiae, dan S. parauberis.
Agen penyebab penyakit Streptococcosis pada ikan di daerah perairan hangat
seperti di Indonesia
Bakteri Streptococcus sp. adalah penyebab penyakit Streptococcosis atau yang
disebut “syndrome Meningoencephalitis dan Panophthalmitis” dengan gejala
umum seperti: lemah, warna gelap, hilang nafsu makan, disorientasi atau hilang
keseimbangan, uni/bilateral exophthalmia dengan kornea mata berwarna pucat,
pendarahan dan luka pada bagian eksternal. Pada organ internal menunjukkan
gejala adanya ascites, pembengkakan limpa, ginjal, hati, dan organ dalam
lainnya. Spesies yang paling banyak ditemukan menyerang ikan adalah
Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae. Organ target dari serangan
Streptococcosis adalah otak, mata dan ginjal (Taukhid dan Purwaningsih,
2011 ; Nanik ,2019 ). Ikan yang terinfeksi Streptococcosis menunjukkan gerakan
renang yang tak menentu (erratic), berputar (whirling), pendarahan pada mata,
katarak, exophthalmia(pop-eye), atau terdapat pendarahan di sekitaranus, dan
pangkal sirip. Bagian internal badan mengalami perubahan, bagian otak menjadi
lembek dan berair, serta hati membengkak dan berwarna pucat (Musa et al., 2009 ;
Desy, 2012)
Gambar 4. Infeksi Streptococcosis pada ikan nila (Assis, et al. 2016)
12
BAB 3. KESIMPULAN
1. IKan nila merupakan salah satu ikan produksi yang memiliki prospek yang sangat
baik di kembangkan di Indonesia
2. Infeksi bakteri pathogen pada budidaya ikan nila dapat menimbulkan dampak yang
fatal bagi ikan nila yang dibudidayakan
3. Pencegahan penyakit akibat bakteri dapat dilakukan dengan menjaga parameter
kualitas air budidaya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andi Jumria, Novia Christi Prihartini , dan Alfiyah. 2017. Identifikasi Dan Histopatologi Flavobacterium Columnare Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 Azhari C, Tumbol RA, Kolopita MEF. 2014. Diagnosa penyakit bakterial pada ikan Nila (Oreocromis niloticus) yang dibudidayakan pada jaring tancap di Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 2 No. 3: 24 – 30. Anshary, H. 2008. Tingkat Infeksi Parasit pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio) pada Beberapa Lokasi Pembudidayaan Ikan Hias di Makasar dan Gowa (Parasitic Infections of Koi Carp Cultured in Makasar and Gowa). J Sains & Teknologi 8 (2) : 139-147 Asniatih., M. Idris dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila). J. Mina Laut Indonesia., 3(12): 13-21. Austin B. and Austin D. A. 1999. Bacterial Fish Pathogens: Disease of Farmed and Wild Fish, Heriot-Watt University, Edinburgh, UK aydin, S., Ciltas, A., and Erman, Z. 1998. Pseudomonas putida Infections in Scattered Mirror Carp (Cyprinus carpio L.) and Gold Fish (Carassius auratus L.).Symposium Azfirman, Sosiawan, H., Oktavia, V., dan Zulkifli. 2003. Patogenitas Kuman Pseudomonassp. dan Aeromonassp. terhadap Ikan Air Tawar di Propinsi Sumatera Barat. Buletin vol 5. Badjoeri, M. 2008. Identifikasi Bakteri Patogen pada Sistem Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau, Sumatra Barat. 34 (2) 169-184. ISSN 0125-9830. Bernardet J.F, Bowman J.P: The genus Flavobacterium. 2006. In The Prokaryotes: A Handbook on the Biology of Bacteria: Volume 7: Proteobacteria: Delta and Epsilon Subclasses. Deeply Rooting Bacteria. Edited by Dworkin M, Falkow S. New York: Springer Science+Business Media, LLC. P.481–531. Cipriano, R.C. 2001. Aeromonas hydrophila and Motil Aeromonas Septicemia of Fish. United States Departement of The Interior Fish and Wild Life Service Division Of Fisheries Research, Washington DC, Desy Sugiani, Sukenda, Enang Harris, Dan Angela Mariana Lusiastuti. 2012. Streptococcus Agalactiae Dengan Aeromonas Hydrophila terhadap Gambaran Hematologi Dan histopatologi Ikan Tilapia (Oreochromis Niloticus). J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
14
Dosim, Hardi, E., dan Agustina. 2013. Efek Penginjeksian Produk Intraseluler (ICP) dan Ekstraseluler (ECP) Bakteri Pseudomonas sp. terhadap Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal 19(1). Durborow, R. M., Thune R. L., Hawke J. P., and Camus A. C. 1998. Columnaris disease: a bacterial infection caused by Flavobacterium columnare. Publication 479, Aquaculture Center, Stoneville, Mich, USA. Effendi, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal Fadri, S., Z.A. Muchlisin, Sugito. 2016. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan daya cerna pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mengandung tepung daun jaloh (Salixtetrasperma roxb) dengan penambahan probiotik EM-4. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(2): 210-221. Hartati, W., Helmizuryani, dan Suwardi. 2012. Pathogenisitas Bakteri Pseudomonas anguillisepticapada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Abstrak. 1-1. ISSN 2301-4172 Huys, G., P. kampfer., M.J. Albert., I. Kuhn., R. Denys and J. Swings. 2002. Aeromonas hydrophila subsp Isolated From Children With Diaerrhoea in Bangladesh. International J. of Systematis and Evolutionary Microbiology., 52: 705-712 Jeney, Z. and Jeney, G., 1995. Recent achievements in studies on diseases of Common carp (Cyprinus carpio). Aquaculture, 129 (1-4): 397-420 Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia Kordi, M. G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Bina Adiaksara dan Rineka Cipta Liviawaty, Evi. 1990. Mas Koki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari., dan E. Riani. 2009. Aktivitas Kitinase, Lesitinase, dan Hemosilin Isolat dari Bakteri Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.) Yang Dikultur dalam Karamba Jaring Apung Waduk Jatiluhur, Purwakarta. J. Riset Akuakultur., 4(2): 257-265 Mastan, S. 2013. Pseudomonas Septicemia in Labeo rohita (Ham) and Cyprinus carpio (Linn.) in Andhra Pradesh-Natural Occurrence and Artificial Challenge. Journal 5
15
Meirani Ritonga, D. Suryanto, Yunasfi. 2016. Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen Yang Menginfeksi Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Musa, N., Wei, L.S., Hamdan, R., Leong, L.K., Wee,W., Amal, M.N., Kutty, B.M., & Abdullah, S.Z.2009. Streptococcosis in red hybrid tila-pia (Oreochromis niloticus) commercialfarms in Malaysia. Short Communication.Aquaculture Research, 40: 630-632. Nanik Ning Rahayu, Prayogo , Mohammad Faizal Ulkhaq , Hapsari Kenconojati Muhammad Hanif Azhar. 2019. Identifikasi Bakteri pada Komoditas Ikan Air Tawar di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya I. Journal of Aquaculture Science Oktober 2019 vol 4 (2): 102-110 ISSN : 2550-0910 102 Purbani, E. 1995. Gradasi Warna Koi. Trubus 305. Th XXVI. Jakarta Putra, I., Setiyanto, D. D, Wahyuningrum, D. 2011. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam sistem resirkulasi. Jurnal perikanan dan kelautan. 16 (1) : 56-63. Suyono,Y dan F. Salahudin. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal Biopropal Industri . 01(02) :1-2 Yanti, Z., Z. Muchlisin dan Sugito. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus ) pada beberapa konsentrasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma) dalam pakan. Depik, 2(1): 16-19. Taukhid dan U. Purwaningsih. 2011. Penapisan Isolat Bakteri Streptococcus spp. Sebagai Kandidat Antigen dalam Pembuatan Vaksin, serta Efikasinya untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Orechromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur, 6 (1) : 103-118. Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, Wulan Andiyani, Rosidah, dan Sriati. 2010. Induksi Kekebalan Spesifik Pada Ikan Mas, Cyprinus Carpio Linn. Terhadap Infeksi Koi Herpesvirus (Khv) Melalui Teknik Kohabitasi Terkontrol. J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 257-27
16