hasamitra daftar pustaka 2.docx
TRANSCRIPT
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS RASIO NILAI PASAR UNTUK MENGUKUR
KINERJA KEUANGAN PADA PT. KEDAWUNG SETIA
INDUSTRIAL, Tbk PERIODE 2004-2008
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
ADITYA RIEZKAN WAHDINE
NIM : C1B106072
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai perusahaan
baik kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa. Fenomena ini
mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan bagi
perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk selalu meningkatkan mutu
produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga menimbulkan dampak negatif bagi
perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal
meningkatkan mutu dan kualitas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan
teknologi dan kemampuan komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan
dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa depan. Dengan semakin ketatnya persaingan di
era globalisasi ini, Perusahaan dituntut untuk dapat bertahan untuk menghadapi semakin
ketatnya persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, harus dapat meningkatkan
kinerja perusahaan demi kelangsungan usahanya.
Investor sebagai pihak eksternal perusahaan perlu mengetahui bagaimana kinerja
suatu perusahaan dalam mengelola modal saham, agar dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk menanamkan modalnya sebagai sarana berinvestasi pada saham suatu perusahaan.
Pasar modal atau yang dikenal dengan Bursa Efek Indonesia adalah satu tempat investasi
dalam bentuk saham pada suatu perusahaan.
Investasi dapat dilakukan pada perusahaan yang terdapat di Bursa efek Indonesia.
Industri perlatan rumah tangga merupakan salah satu industri yang dapat dijadikan investor
untuk berinvestasi. Potensi Indonesia dalam perkembangan bisnis industri peralatan rumah
tangga masih besar. Industri peralatan rumah tangga Indonesia berkembang cepat dan akan
semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan sebesar
4-5 persen akan ditopang perrmintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. Dengan
demikian diyakini industri alat rumah tangga tetap akan tumbuh. Jumlah penduduk yang
mencapai 200 juta jiwa, dengan lebih dari 50 juta keluarga di Indonesia tetap menjadi pasar
potensial industri ini.. Sehingga penjualan diperkirakan akan tetap tumbuh positif,
(www.pefindo.com). Pemilihan industri peralatan rumah tangga didasarkan bahwa industri
ini dapat mengalami perkembangan yang baik dari waktu ke waktu seiring dengan
membaiknya keadaan ekonomi Indonesia, meskipun produk peralatan rumah tangga buatan
Cina membanjiri pasaran pada saat ini. Sejalan dengan itu maka industri perlatan rumah
tangga dapat menjadi salah satu alternatif sarana investasi yang menarik bagi calon investor
untuk menanamkan modal di bidang ini.
Perusahaan peralatan rumah tangga sebagai perusahaan yang go public dan terdaftar
di BEI tentunya ingin menunjukan kinerja yang baik dihadapan publik, terutama para
investor dan kreditur. Hal tersebut bisa tercapai apabila perusahaan dapat memberikan
prestasi terbaiknya dengan memberikan kinerja keuangan yang sehat.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang didirikan pada tahun 1973 merupakan
perusahaan multinasional yang memproduksi alat-alat rumah tangga yang meliputi Industri
barang-barang logam berlapis email, alumunium, dan barang-barang plastik dan kerajinan
tangan terutama alat-alat dapur serta alat-alat rumah tangga yang dioperasikan secara
elektronik serta anak perusahaan (PT. Kedawung Setia Corrugated Carton Box Industrial)
yang memproduksi kotak karton bergelombang. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk
merupakan salah satu pemain besar perusahaan Indonesia yang memproduksi alat-alat rumah
tangga yang masih bertahan diantara produk-produk buatan China yang membanjiri pasaran.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk sebagai salah satu pemain besar produsen industri
alat rumah tangga enamel di Indonesia, sudah tentu mempunyai laporan keuangan, laporan
keuangan merupakan salah satu informasi untuk menganalisa keadaan perusahaan di masa
akan datang, laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi tentang keadaan
perusahaan dari hasil-hasil usaha yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan itu. Informasi akan menjadi komoditi yang sangat penting
saat ini, sebab setiap pengambilan keputusan harus didasari pada informasi yang akurat.
Berikut disajikan data tingkat laba perusahaan PT Kedawung Setia Industrial Tbk
berdasarkan laporan keuangan periode 31 Desember 2004 sampai dengnan 31 Desember
2008, ditunjukan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Pertumbuhan Laba Bersih PT Kedawung Setia Industrial Tbk
Tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
TahunLaba/Rugi Bersih Pertumbuhan(dalam juta rupiah) (%)
2004 -22.697 -
2005 -7.397 67,41%
2006 7.351 199,38%
2007 14.500 97,25%
2008 5.716 -60,58%
Dilihat dari data perusahaan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk bahwa laba bersih
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2004 dan 2005
perusahaan mengalami kerugian, dan pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan laba
bersih dari Rp. 14,5 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 5,7 milyar pada tahun 2008. Hal ini
yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti PT. Kedawung Setia Industrial Tbk
karena latar belakang perusahaan sebagai salah satu produsen peralatan masak enamel
terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu perusahaan industri alat rumah tangga yang
go public.
Para investor umumnya menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki
kinerja yang baik dan mempunyai kemampuan membayar dividen dan memperoleh laba di
masa lalu yang akan datang. Informasi tersebut dapat diketahui dengan mengjitung rasio
keuangan dan juga mengamati perkembangan harga saham perusahaan tersebut.
Sebelum melakukan investasi, investor terlebih dahulu akan melihat bagaimana
kinerja keuangan perusahaan dengan melihat dan menghitung laporan keuangan dari
perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang
menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar yang diperoleh
perusahaan serta transaksi ekonomi yang bisa mempengaruhi kekayaan dan penghasilan
perusahaan. Salah satu cara yang digunakan calon investor dalam menilai kinerja perusahaan
saat hendak melakukan investasi adalah dengan melihat pertumbuhan tingkat laba perusahaan
yang bersangkutan. Dari pertumbuhan tingkat laba tersebut , calon investor dapat memastikan
apakah dia akan melakukan investasi atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan.
Cara umum biasanya digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja perusahaan
hádala analsis rasio keuangan. Rasio keuangan disini terdiri dari rasio liquiditas, rasio
aktivitas, rasio leverage, dan rasio probabilitas. Namur rasio-rasio tersebut tidak satupun yang
memperhatikan kepentingan dan harapan dari penyandang dana (investor).
Salah satu model rasio keuangan lain yang dapat dianalisis hádala rasio pasar. Rasio
ini merupakan perhitungan yang tepat bagi investor karena rasio ini sering digunakan untuk
mengukur dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, terutama dalam pengelolaan
modal saham dan tingkat pencapaian keuntungan bagi investor. Rasio pasar ini meliputi rasio
pendapatan per lembar saham, rasio harga laba, rasio nilai pasar per buku, rasio pendapatan
deviden, dan rasio pembayaran deviden.
Mengingat pentingnya analisa rasio tersebut bagi investor dan perusahaan yang telah
diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan analisis rasio nilai pasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis analisis rasio
nilai pasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis rasio pasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen
mengenai kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk berdasarkan analsisis rasio
pasar sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola modal saham yang ditanamkan
investor pada perusahaan.
2. Bagi Calon Investor dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dan
calon investor sebelum melakukan keputusan investasi saham serta untuk menunjang
evaluasi terhadap kinerja perusahaan tempat investor menanamkan investasi.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam melakukan penelitian di bidang
manajemen keuangan khususnya yang berkaitan dengan analisis rasio pasar.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan tambahan referensi yang dapat digunakan
sebagai bahan acan bagi peneltian selanjutnya dengan penelitian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan adanya keinginan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh informasi yang dapat
mendukung kebijakan yang akan diambil.
Munawir (2007 : 5) dalam Analisa laporan Keuangan yang dikutip dari Myer dalam
bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa laporan keuangan adalah dua
daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi.
Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba
yang ditahan).
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
2. Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha,
laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
3. Mamduh (2003 : 12) laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan
pendanaan, dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi
perusahaan untuk mencapai tujuan.
4. Munawir (2007:2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan
pihak yang berkepentingan terhadap data ayau aktivitas perusahaan.
Analisa atas laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian
atas keadaan keuangan atau posisi keuangan perusahaan pada suatu saat dan perubahan posisi
keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang
bersangkutan.
Jadi laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi berupa neraca, laporan laba rugi,
dan laporan lain yang dapat memberi informasi yang akurat tentang keadaan perusahaan dan
hasil yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua yang berkepentingan dalam
perusahaan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung
dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan
keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara
bagian, maupun secara keseluruhan.
Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 16) ada dua bentuk laporan keuangan (utama)
yang umumnya dibuat oleh perusahaan, yaitu :
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu (Munawir, 2007:13). Aktiva tidak terbatas pada
kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran
yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva tidak berwujud
lainnya misalnya goodwill, hak paten, dan sebagainya.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasal dari kreditor.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan
dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan.
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-
laba yang diperoleh oleh suatu peroleh oleh suatu perusahan selama periode tertentu
(Munawir, 2007:26).
3. Laporan Perubahan Modal
Antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan yang disebut
laporan perubahan modal (laba ditahan), yang memberikan informasi mengenai
perubahan modal (laba ditahan) selama periode tertentu (Dwi Prastowo, 2005:17).
4. Laporan Arus Kas
Menurut Dwi Prastowo (2005:33), laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pengeluaran
kas, dan perubahan bersih kas, baik yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, maupun
pendanaan. Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi
histories mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan
menklasifikasikan arus berdasarkan aktifitas operasi, investasi, dan pendanaan selama
perriode akuntansi tertentu.
2.1.4 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat,
karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis
yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat,
seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang
dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.
Harahap (2007 : 120 – 124) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya
dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil,
biaya, dan laba. Pemegang saham ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan
manajemen yang diberikan amanah, ingin mengetahui jumlah deviden yang diterima,
jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan, dan ingin mengetahui
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan
perusahaan lainnya.
2. Investor
Investor ingin melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan
yang dilaporkan.
3. Analis Pasar Modal
Analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan
perusahaan.
4. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer
selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan
setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-
lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca, laba/rugi,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya.
5. Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia
masih terus bekerja atau pindah dan untuk bisa menilai apakah penghasilan yang
diterimanya adil atau tidak.
6. Instansi Pajak
Instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk menentukan
kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga
dasar untuk penindakan.
7. Pemberi Dana (Kreditur)
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan
leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik
yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman .
8. Supplier
Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak untuk
diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko
yang dimiliki perusahaan.
9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan.
10. Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan.
Konsumen berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam
kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari
segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya.
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana
perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam
melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan
atau perusahaan.
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan
keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang
diambil akan menjadi lebih baik (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 24).
Munawir (2007 : 36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa
laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal adalah
analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau
beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula
sebagai metode analisis dinamis. Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang
dianalisis hanya meliputi satu atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut
juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk
periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Bernstein (1983) dalam Harahap (2007 : 18) analisis laporan keuangan dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari
laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan
datang.
4. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik
dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2.1.6 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2007 : 209) kegiatan yang selalu lazim dilakukan dalam analisis laporan
keuangan dari berbagai teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung rasio, indeks, perbedaan, kenaikan, penurunan, atau persentase.
2. Membandingkan laporan keuangan baik dengan menggambarkannya, membuat indeks,
membuat angka asli. Angka ini dibandingkan dengan : periode sebelumnya, perusahaan
sejenis, industrial norm (rasio rata-rata industri).
3. Menilai angka-angka : kenaikan, perbedaan dengan lainnya, penurunan atau rasio lainnya.
4. Menganalisis hubungan satu sama lain atau mencari kemungkinan penyebab persoalan
yang menyebabkan perbedaan penurunan/kenaikan.
5. Menghubungkan antara satu data dengan data lain baik antara data kuantitatif dengan data
kualitatif misalnya antara kenaikan penjualan dengan kenaikan biaya. Antara data
kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara angka penjualan dengan kondisi
ekonomi nasional.
6. Menggunakan model atau rumus-rumus tertentu dengan menggunakan metode interpelasi,
mengujinya sekaligus melihat hasilnya dan membandingkannya dengan kenyataan yang
terjadi.
2.1.7 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2007 : 298 - 299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik
analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi (Z-score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan
judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost)
bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio
d. Metode pencatatan yang tergambar pada dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda
oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung
rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.6 Rasio Pasar
Pada umumnya rasio keungan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan
rasio profitabilitas, dan rasio profitibilitas. Namun rasio keuangan yang akan digunakan
untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk ini
adalah rasio pasar.
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi
perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor
dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum
melakukan penaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang
menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika
dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan laba
dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi,
2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan
dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan,
relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut
pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan
rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang
saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS menunjukan jumlah
uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar
keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan
akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan
pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS
hanya dihitung untuk saham biasa (Prastowo, 2005:93).
EPS =Laba Bersih - deviden saham istemewaRata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar
2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak
investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilakn laba di masa yang akan dating. Kesedian para investor untuk menerima
kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang
tingkatpertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula
(Prastowo 2005:96)
PER =
Harga pasar per lembar sahamX 1 Kali
Pendapatan per lembar saham
3. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan
wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau
prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya
jika investor optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
MBV =Harga pasar per saham
X 1 KaliNilai buku per saham
Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas saham
biasa dengan jumlah saham yang berdedar (Moeljadi, 2006:75)
4. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai
dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.
Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar
saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan
macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43)
DY =Dividen per lembar saham
X 100%Harga per lembar saham
5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
(Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio
pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya
rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan
dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat
atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
DPR =Dividen per lembar saham
X 100%Pendapatan per lembar saham
2.1.11 Kinerja Keuangan
Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan NO.740/kmk/00/1989 tanggal
28 Juni 1989 bahwa yang dimaksud kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh
perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan
tersebut.
Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada saat tertentu
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan pada
laporan keuangan. Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan dengan tujuannya untuk
menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan hasil nyata yang dicapai suatu badan usaha dalam suatu
periode tertentu yang dapat mencerminkan tingkat kesehatan keuangan badan usaha tertentu
dan dipergunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam evaluasi kinerja keuangan perusahaan adalah
pemilik perusahaan tentunya, dalam hal ini alah invesror, para manajer, kreditor, pemerintah
dan masyarakat. Mereka inilah yang akan menilai perusahaan dengan ukuran-ukuran tertentu
sesuai dengan tujuannya.
Menurut Warsono, (2003:30), untuk menentukan sehat tidaknya posisi keuangan
suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rata-rata industrinya pada periode yang
bersangkutan disebut metode lintas seksi atau industri (cross section). Secara sistematis dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Untuk rasio pasar adalah :
Untuk rasio leverage :
Rkit ≥ Rkidt ..................Kategori Sehat
Keterangan :
Rkit = rasio keuangan perusahaan I pada periode t
Rkidt = rasio keuangan rata-rata indistri pada periode t
Yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode rasio rata-rata keuangan
aritmetika industri, dapat dihitung dengan formula sebagai berrikut : (Warsono, 2003:31)
1 = I
Keterangan :
AM = rasio rata-rata aritmetika industri
Rk = rasio keuangan perusahaan ke – i
i = perusahaan ke 1, 2, 3,……J
J = jumlah total perusahaan yang tercatat dalam sektor/industri yang diukur
2.2 Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Analisis Rasio Pasar Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT Kimia Farma
Tbk. Tahun 2003-2006.
Nama : Eka Charlinie (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada PT. Kimia Farma. Variabel
dalam penelitian ini adalah rasio pasar .
Berdasarkan perhitungan rasio pasar PT Kimia Farma Tbk dengan rasio rata-rata
industri farmasi tahun 2003 hingga 2006 diketahui bahwa EPS PT Kimia Farma Tbk
berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2006 berada dalam kondisi tidak sehat, PER secara
berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2006 berada dalam kondisi sehat, MBV dari tahun
2003 hingga 2006 berada dalam kondisi tidak sehat, DY secara berturut-turut dari tahun
2003 hingga 2006 berada dalam kondisi tidak sehat, DPR tahun 2003 dan tahun 2006
dalam kondisi sehat sedangkan tahun 2004 dan 2005 berada dalam kondisi tidak sehat.
2. Judul : Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT
Astra Internasional Tbk. (Periode 2004-2007)
Nama : Maria Agustina (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada Perusahaan otomotif yaitu PT
Astra Internasional Tbk pada periode 2004-2007. Variabel dalam penelitian ini adalah
rasio keuangan pasar.
Penelitian ini mengemukakan hasilnya yaitu dari hasil analisis rasio pendapatan
per lembar saham (EPS) berdasarkan laporan selama empat tahun, adalah kinerja
keuangan perusahaan belum menunjukan nilai yang baik. Dari hasil analisis rasio harga
laba (PER) berdasarkan laporan keuangan selama empat tahun mengalami kenaikan dan
penurunan. Dari hasil analisis rasio pasar per buku (MBV) berdasarkan laporan keuangan
selama empat tahun juga mengalami kinerja yang baik. Dari hasil perhitungan pendapatan
deviden (DY) selama tahun 2004-2007 bahwa kinerja keuangan perusahaan dapat
dikatakan masih belum stabil. Dari perhitungan rasio pembayaran deviden (DPR) selama
empat tahun menunjukan kinerja keuangan perusahaan belum cukup baik.
3. Judul : Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan
Farmasi Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2005-2007)
Nama : Muhammad Fachrianoor Gazali (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada perusahaan farmasi yang go
public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004-2007. Variabel dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan pasar. Yang mana penelitian ini membandingkan perusahaan
farmasi mana yang memiliki kinerja keuangan paling baik dari segi rasio nilai pasar pada
perusahaan farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dari penelitian yang dilakukan penulis,
yaitu sama-sama melakukan analisis rasio nilai pasar yang dilakukan oleh perusahaan,
untuk menjadikan bahan pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada objek dan tahun penelitian yang diteliti.
2.3 Kerangka Pikir
Kerangka pikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
KERANGKA PIKIR
Pembanding
..............
BAB III
Rasio Rata-Rata Industri Perusahaan Alat Rumah Tangga
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang berrsifat kuantitatif karena
penelitian ini berkaitan dengan objek penelitian yaitu pada perusahaan dengan kurun waktu
tertentu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi yaitu data
dari laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang dikeluarkan oleh situs
www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan tersebut berupa laporan keuangan perusahaan untuk
periode lima tahun terakhir yakni tahun 2004-2008.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang
penulis kumpulkan dalam bentuk angka-angka absolute dari laporan keuangan (Neraca/Laba
Rugi) perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.4 Sumber Data
Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data yang diperoleh secara
tidak langsung dari pihak ketiga atau melalui dokumen (Sugiyono, 2004:129). Sumber data
penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, berupa neraca dan laporan
laba/rugi perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.5 Difinisi Operasional
Analisis rasio pasar adalah perhitungan rasio keuangan yang digunakan para investor
untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan yang menjual saham ke umum, dimana
rasio tersebut menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai per buku per saham.
Variabel –variabel rasio pasar yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Earning per Share atau Harga per Lembar Saham yaitu mengukur pendapatan per
lembar saham biasa.
2. Price Earning Ratio atau Rasio Harga Laba yaitu mengukur berapa tingkat
pertumbuhan dividen yang diharapkan oleh pemodal atau dengan kata lain, berapa
banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba yang dilaporkan. Selain
itu, rasio ini juga menunjuakan tingkat risiko saham tersebut.
3. Market to Book Ratio atau Rasio Nilai Pasar per Buku yaitu berapa banyak investor
yang berrsedia membayar untuk setiap rupiah modal sendiri yang dilaporkan.
4. Dividend Yield Ratio atau Rasio Pendapatan Dividen yaitu mengukur berapa dividen
yang diterima untuk setiap rupiahnya.
5. Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen yaitu mengukur tingkat
alokasi pendapatan per lembar saham biasa sebagai dividen.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian kali ini menggunakan teknik analisis deskriptif, artinya data yang diperoleh
di lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan
akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk
menganalisa data yaitu dengan cara :
1. Menghitung rasio pasar yang terdiri dari Earning per share, Price Earning ration, Market
to Book Ratio, Dividend Yield Ratio, dan Dividend Payout Ratio.
Untuk menghitung rasio pasar, peneliti menggunakan :
1) EPS =Laba Bersih - deviden saham istemewaRata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar
2) PER =Harga pasar per lembar saham
X 1 KaliPendapatan per lembar saham
3) MBV =Harga pasar per saham
X 1 KaliNilai buku per saham
4) DY =Dividen per lembar saham
X 100%Harga per lembar saham
5) DPR =Dividen per lembar saham
X 100%Pendapatan per lembar saham
2. Membandingkan rasio pasar tersebut selama tahun pengamatan dengan rasio rata-rata
industri perusahaan alat rumah tangga, dengan maksud untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan.
Rata-rata aritmetika dihitung dengan formula sebagai berikut :
1 = I
Keterangan :
AM = rasio rata-rata aritmetika industri
Rki = rasio keuangan perusahaan ke i
i = perusahaan ke 1, 2, 3,……J
J = jumlah total perusahaan yang tercatat dalam sektor/industri yang diukur
3. Menganalisis kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk berdasarkan
perbandingan rasio pasar dengan rasio rata-rata industri perusahaan alat rumah tangga
yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Charlinie. 2009. Analisis Rasio Pasar Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT Kimia Farma Tbk. Skripsi.
Bringham, E.F. & Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta
Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Horne, J.C.V. & Wachowicz, J.M. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12 (diterjemahkan oleh Fitriasari, D & Kwary, D.A ). Salemba Empat. Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Analisa Laporan Keuangan. UPP MPP YKPN. Yogyakarta.
Maria Agustina. 2009. Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Astra Internasional Tbk. Skripsi.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Edisi Pertama. Bayu Media Publishing, Malang.
Muhammad Fachrianoor Gazali. 2009. Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.
Prastowo, Dwi, Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan-Konsep dan Aplikasi. Cetakan Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Teori konsep dan aplikasi, edisi pertama EKONISIA. Yogyakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media Publishing. Malang.
www.idx.co.id
www.pefindo.co
Analisis Laporan Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari
proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca
dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan
pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan
laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang
menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009:105),
laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal
adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, laporan posisi keuangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk
perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban
dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama
periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan
atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari
laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari
unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan
dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen
perusahaan. Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,
membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang
diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi
pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai uang
tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan
lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup
penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan
dapat diukur secara objektif.
Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat
dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan
untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah
perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan
keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai
kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi.
Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang berguna bagi
pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak
dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tesebut terlalu sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa
lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan
satu sama lain. Misalnya informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi
pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan
dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya
tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari
operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-
hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya
ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk
ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi
dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun penghasilan
atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas
dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Misalnya jika tindakan hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat
bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun
mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
a) Penyajian jujur
Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca
harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset,
kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria
pengakuan.
b) Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
c) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada
usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
d) Pertimbangan sehat
Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta
peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam
itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan
pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan mengandung unsur
kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan
sehat tidak diperkenankan, misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan
berlebihan dan sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan
karena itu tidak memiliki kualitas andal.
e) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan beban.
Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi
relevansinya.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan,
transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perushaan
bersangkutan, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report
(laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan
laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan
tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah
dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang
tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume
penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit
yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang
tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan
dengan suatu uang.
Jenis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan neraca dan
laporan laba-rugi.
1.Neraca
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi
keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada
saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber
ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para
pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat
tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran
mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan
statements of financial position. Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan
pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow report.
Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset
lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses
berputarnya adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam
perputarannya yang satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun
tingkat perputarannya, misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripada
inventory (apabila penjualan dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya
membutuhkan satu langkah saja, sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah
menjadi kas. Dengan kata lain, aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang
pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-
angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan
sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi
yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan jangka panjang atau tidak
akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).
Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber
dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban
perusahaan dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan
kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki
perusahaan, sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca).
Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari
pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu
lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau
dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang ditahan.
2.Laporan Laba-Rugi
Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi
tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai
berikut:
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan
(penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari
barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan
beban umum/administrasi (operating expenses).
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan,
yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non
operating/financial income dan expenses).
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss)
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan
keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau
kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan
keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian
(2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan
rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan
kemungkinannya di masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami
dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu
perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya
terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga
dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan,
dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu
keputusan yang akan diambil.
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-
teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis
laporan keuangan juga antara lain:
a. Dapat menilai prestasi perusahaan
b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu
tertentu:
1) Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)
2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)
3) Likuiditas
4) Solvabilitas
5) Aktivitas
6) Rentabilitas atau Profitabilitas
7) Indikator Pasar Modal
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset,
kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak
karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai.
Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan
untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data
yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap
penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis
horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk
beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis
vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau
satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain
dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :
1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b.Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang
terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk
mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap,
naik atau bahkan turun.
3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total
asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab
berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-
sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun
tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua
laporan tersebut.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode
yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus
dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga
belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan
permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan
setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih
dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
5. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan
laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan
keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-
aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen,
budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa
berbeda dengan kondisi masa depan.
Kinerja Perusahaan
Menurut Menteri Kuangan RI berdasarkan Keputusan No. 740/KMK. 00/1989
tanggal 28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja
mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan
tujuan atas sasaran perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4),
informasi kinerja perusahaan, terutama profitablitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi
fluktuasi kinerja ini adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja keuangan
bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari
sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi,
transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan
kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai
kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah
prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan dengan tolak ukur berdasarkan sasaran, standar atau kriteria tertentu pada periode
tertentu.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara
dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa
terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil
dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan
tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir
(2003:144), dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan
perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan
(2003:31), dengan adanya standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah
kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio
keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja
keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai
sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.
Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar
rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang
dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio
keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun
kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.
Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai
beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau
ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan
dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan
dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara
teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio
merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara
komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis
berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau
buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Margaretha (2004:22), penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di
antaranya :
a. Analisis horisontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan
dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan
selama kurun waktu tertentu.
b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio
semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan
pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang
lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari
angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau
kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang
sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam
aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak
dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan
rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat
dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu:
1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya
yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat
ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto (2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat,
maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data
yag diambil dari atau bersumber dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini
adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah
semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4
(empat) tipe dasar, yaitu :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan
hutang.
3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber dananya.
4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan
keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan
dengan variasinya:
1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi
kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk
membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332),
dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar Current Ratio = ------------------------ Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang
akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan
yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan
bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat
mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan
taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan
adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang
tak tertagih.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban
lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar - Persediaan Quick Ratio = -------------------------------------------- Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan
waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin
persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila
menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai
quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat
likuiditasnya.
2. Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat
seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang
diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Total KewajibanDebt Ratio = ------------------------- Total Aset
Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi
(EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EBITTime Interest Earned = ------------------------ Beban Bunga
Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak
atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63),
semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar
beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode
tertentu.
3. Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan
dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa
dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan
dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari
perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang
diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan
antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Harga Pokok PenjualanInventory Turnover = -------------------------------- Rata-rata persediaan
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal.
Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa
kegiatan penjualan berjalan cepat.
b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam
setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding = ---------------------------------- Penjualan / 360 hari
Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari
penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih
dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan,
sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah
memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu
semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak
tertagihnya piutang.
c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
PenjualanTotal Asset Turnover = ------------------------ Total Aset
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar
rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai
rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laba BersihProfit Margin = ------------------ Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Laba BersihReturn On Assets = ---------------------- Total Aset
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai
asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena
perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk
menghasilkan laba.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Equity = -------------------- Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap
kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan
laba.
5. Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan
melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi
penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat
Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol
perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya
terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk
mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset
turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian
beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat
diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis
Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio
antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont
(Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):
ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover
Laba Bersih Penjualan
ROA = ------------------- x ------------------ Penjualan Total Aset
Laba Bersih ROA = ------------------- Total Aset
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont
merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan
marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return).
Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan
angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan
besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA
diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total
aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin
laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih
merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa
mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
2. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan
lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama,
atau di atas rata-ratanya.
3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang
bersangkutan.
4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
5. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah :
1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena
adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang
(daya belinya).
3. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan
perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang
memuaskan.
6. Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan
keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan
membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau
data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat
menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau
perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini
adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun
laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang
ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-
angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan
teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan
keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan
rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan
keuangan dapat dilakukan melalui:
1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun
1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996,
1995, 1994, dan seterusnya.
2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di
Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri
mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.
4. Perbandingan dengan budget (anggaran).
5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan
teknik analisa lainnya, yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan
yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik seperti ini.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung
rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh
karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
MANAJEMEN KEUANGAN PADA SEBUAH PERUSAHAAN
I.ABSTRAK
Perusahaan yang baik tentulah perusahaan yang memiliki manajemen yang baik contohnya; Manajemen Keungan dalam sebuah perusahaan. Karena jika sebuah perusahaan tidak memiliki manajemen yang baik hal ini mempengaruhi keberlangsungan perkembangan sebuah perusahaan. Jika perusahaan dapat mengemukakan dan mempraktekkan manajemen sesuai kode etik yang baik diharapkan sebuah perusahaan dapat bertahan disaat persaingan yang ketat dimana era globalisasi. Bukankah manajemen keuangan menjadi pemicu utama suksesnya sebuah perusahaan?disini saya akan menjelaskan dan mengemukakan pendapat tentang “bagaimana manajemen keuangan perusahaan yang baik bagi sebuah perusahaan?’’
II.PENDAHULUAN
Perusahaan tentu memerlukan manajemen yang baik dalam perusahaan dan sesuai standart juga memenuhi kode etik yang berlaku. Hal-hal yang menyangkut peraturan dari perusahaan ini dikarenakan perusahaan membutuhkan manajemen ,manajemen inilah yang menjadi pondasi bagi sebuah perusahaan. Dimana manajemen adalah pilar tertinggi bagi sebuah perusahaan ,makanya dalam peraturan sebuah manajemen keuangan pun biasanya sebuah perusahaan tak main-main dalam mengatur manajemen yang ada, termasuk mencari pelaku manajemen untuk
mengembangkan sebuah perusahaan. Pelaku manajemen adalah seseorang yang memberi keputusan (decision making) dalam setiap masalah yang muncul sehari-hari ,dan memberi peraturan yang dianggap paling benar sebagai pemecah solusi yang ada. Dalam topik kali ini saya akan membahas tentang Manajemen Keuangan dalam sebuah perusahaan, semoga bermanfaat.
III.PEMBAHASAN
PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan/perilaku bisnis pengambilan keputusan,perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana/aset yang dimiliki oleh suatu organisasi bisnis atau perusahaan.Seorang pelaku manajemen contoh;manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
Tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan keputusan dibidang keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan,secara lebih luas tujuan ini merupakan salah satu tujuan perusahaan,maka dari itu nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasar sahamnya semakin tinggi juga nilai perusahaan.
PELAKU MANAJEMEN KEUANGAN
Manajer Keuangan
Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain adalah
1. Perolehan dana/aset dengan biaya sesuai budget perusahaan.2. Penggunaan dana efektif dan efisien3. Analisis laporan keuangan4. Analisis lingkungan Internal dan eksternal yang berhubungan dengan keputusan rutin.
Berdasarkan tugas tersebut, manajemen keuangan memiliki tujuan antara lain adalah ;
1. Memaksimalkan nilai perusahaan2. Membina relasi dengan pasar modal dan pasar uang3. Sifat Dasar Perusahaan
Maka, fungsi manajer keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Melakukan pengawasan biaya-biaya2. Menetapkan kebijaksanaan harga3. Meramalkan laba yang akan datang4. Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja
KODE ETIK MANAJEMEN KEUANGAN
Dalam usahanya memperoleh laba manajemen harus berprilaku:
Memaksimumkan nilai perusahaan, artinya manajemen harus mengahasilkan laba lebih besar dari biaya modal yang digunakannya.
Tanggung jawab sosial, artinya dalam mencari laba, manajemen tidak boleh merusak lingkungan alam,sosial, dan budaya.
Etika, artinya manajemen dalam mengusahakan laba harus tunduk pada norma-norma sosial di lingkungan mereka bekerja dan tidak boleh menipu masyarakat konsumen.
PERAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya kapitalisme sebagai system ekonomi pada abad 18, manajemen keuangan hanya membahas topik rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki peranan antara lain sebagai berikut :
Tahun 1900 awal : penerbit surat berharga Tahun 1930 – 1940 : kebangkrutan, reorganisasi Tahun 1940 – 1950 : anggaran & internal audit Tahun 1950 – 1970 : eksternal perusahaan Tahun 1970 – 1980 : inflasi Tahun 1980 – 1990 : krisis ekonomi keuangan Tahun 1990 – skrg : globalisasi
FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari fungsi Manajemen Keuangan :
1.Perencanaan Keuangan: membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2.Penganggaran Keuangan: tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3.Pengelolaan Keuangan: menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4.Pencarian Keuangan: mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5.Penyimpanan Keuangan: mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
6.Pengendalian Keuangan: melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.
7.Pemeriksaan Keuangan: melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
8.Pelaporan Keuangan: penyediaan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi.
AKTIVITAS MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan berhubungan dengan 6 aktivitas, yaitu :
1. Aktivitas pengambilan keputusan terhadap suatu masalah keuangan,yaitu sebagai seseorang yang paling berperan dalam perkembangan keuangan perusahaan.
2. Aktivitas perencanaan dana/aset,yaitu aktivitas dimana manajer melakukan evaluasi kembali dan analisis dana/asset pereusahaan.
3. Aktivitas pencarian dana/aset,yaitu dimana seorang manajer berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pilihan mencari dana/asset yang tepat demi keberlangsungan perusahaan.
4. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.
5. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
6. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.
PERENCANAAN MANAJEMEN KEUANGAN
Perencanaan Keuangan adalah panduan atau pedoman yang disusun perusahaan untuk mencapai tujuan dan membantu meningkatkan nilai perusahaan. Untuk itu biasanya perusahaan melakukannya dengan cara memperkirakan jumlah dan penetapan waktu investasi dan pembiayaan yang diperlukan. Dalam membuat rencana keuangan, seorang pengusaha atau wiraswasta harus memiliki sikap positif sehingga dalam aktivitasnya merencanakan keuangan mengikuti langkah berikut :
Menetapkan tujuan perencanaan keuangan perusahaan secara tepat. Menggunakan perencanaan keuangan sebagai motivator dan berusaha
mengkomunikasikannya dengan pihak terkait. Memastikan bahwa proses perencanaan diikuti pula oleh pengendalian dan selalu
mengkomunikasikannya oleh pihak terkait. Mengevaluasi strategi-strategi keuangan alternatif. Mengumpulkan dan menetapkan target efisiensi baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Mengembangkan sebuah perencanaan dengan membandingkan terhadap prestasi standar
yang sudah ditetapkan. Memeriksa kebenaran perencanaan keuangan secara menyeluruh. Meninjau kembali perencanaan keuangan serta merevisinya sehingga lahir kombinasi
strategi yang tepat.
Jika perencanaan keuangan telah dilakukan dengan baik maka masalah keuangan perusahaan akan dapat dikelola dengan baik pula. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perencanaan keuangan yaitu :a) Meningkatkan investasi dalam usaha.
b) Perubahan imbalan untuk para wirausaha.
c) Meningkatkan kemampuan laba dalan usaha.
d) Dapat memberikan harapan terhadap oertumbuhan usaha.
e) Meningkatkan efisiensi usaha.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perencanaan keuangan benar-benar dapat mencapai tujuan tersebut, lakukan evaluasi dan analisislah rencana keuangan tersebut,berikut antara lain cara perhitungannya dan analisisnya:
1.Dana PerusahaanSetiap perusahaan membutuhkan dana untuk tetap beroperasi, karena kegagalan dalam membayar pemasok dapat dapat membuat bangkrutnya usaha. Manajer harus dapat membedakan dua jenis pengeluaran :• Pengeluaran Jangka Pendek (Short Term / Operatinge Xpenditures)• Pengeluran Jangka Panjang (Long Term / Capital Xpenditures)
2.Pembiayaan Perusahaan (Corporate Financing)Untuk memenuhi kebutuhan akan pengeluaran jangka pendek maupun panjang, perusahaan membutuhkan dana yang tidak saja dapat dipenuhi oleh kemampuan modal awal dari pemilik serta kemampuannya dalam menghasilakn laba, tetapi juga dana dari luar perusahaan seiring dengan perkembangan kemajuan usahanya.
3.Sumber Dana Jangka Pendek.Sumber dana jangka pendek meliputi :
Trade Credit (Utang Dagang), berfungsi sebagai sumber dana bagi perusahaan barang telah dapat diterima tetapi pembayarannya diserahkan kemudian.
Pinjaman Bank Jangka Pendek Dengan Jaminan (Scured Short Term Loan), merupakan sumber dana jangka pendek yang sangat penting.
Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Jaminan (Unsecured Short Term Loan), Pinjaman ini merupakan sumber dana jangka pendek yang penting bagi perusahaan. Dengan jenis pinjaman ini, perusahaan tidak perlu menyerahkan jaminan kepada bank.
Letter Of Credit, Adalah janji tertulis dari bank bagi pihak pembeli untuk membayar sejumlah uang kepada perusahaan yang dituju (penjual) bila sejumlah kondisi telah terpenuhi.
Commercial Paper, adalah surat berharga yang diterbitkan dan dijual olehperusahan besar dan terpercaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya.
Factoring. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cepat melalui factoring yaitu dengan menjual piutang perusahaan kepada perusahaan 5faktor (perusahaan pembeli piutang) yang biasanya adalah lembaga keuangan.
4.Sumber Dana Jangka Panjang.Pada umumnya perusahaan membutuhkan dana jangka panjanguntuk memenuhi pengeluaran jangka panjangnya, seperti pembelian aktiva tetap. Agar bias memulai usahanya perusahaan harus mengeluarkan dana untuk bangunan dan peralatan. Pencarian dana jangka panjang diperoleh dari :Pembiayaan Melalui Utang :a) Utang jangka panjangb) Obligasi perusahaan
Pembiayaan Dengan Modal Sendiri (Equity Financing) :a) Saham biasab) Laba ditahanBila dikaitkan dengan tujuan ini, maka fungsi manajer keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut :
5. Melakukan pengawasan atas biaya6. Menetapkan kebijaksanaan harga7. Meramalkan laba yang akan datang8. Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja
5.Penganggaran Modal ( Capital Budgeting)Istilah penganggaran modal digunakan untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk pembelian equipment baru untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik.
Penganggaran Modal sebagai Suatu Konsep InvestasiDikatakan sebagai suatu konsep investasi, sebab peng anggaran modal melibatkan suatu pengikatan (penanaman) dana di masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan yang dikehendaki di masa mendatang.Investasi membutuhkan dana yang relatif besar dan keterika tan dana tersebut dalam jangka waktu yang relatif panjang, serta mengandung resiko.
Jenis InvestasiInvestasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) golongan, yakni sebagai berikut :
Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit investemen). Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non measurable profit investment) Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment). Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment).
Penjelasan Masing-masing Jenis Investasi di atas
Investasi yang tidak menghasilkan laba. Investasi yang tidak dapat diukur labanya. Investasi dalam Penggantian Mesin dan Equipment. Investasi dalam Perluasan Usaha
6.Penggolongan Investasi Dalam Pemilihan Alternatif InvestasiAda beberapa kriteria dalam penilaian investasi yakni dapat menggunakanbeberapa metode : 1. Payback Method. 2. Average Return on Investment 3. Present Value 4. Discounted Cash Flows.
7.Metode Penilaian Inverstasi Metode ini sering pula disebut dengan istilah lain seperti payoff method dan pay out method.
Faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi.
Perhitungan Pay-back yang belum memperhitungkan Unsur Pajak PenghasilanPay-back Periode = Investasi( dlm tahun) Laba Tunai rata-2 per tahunMisal :
Suatu rencana investasi membutuhkan investasi, mula-mula (akuntansi diferensial) sebesar Rp. 85.000.000,- diperkira- kan laba tunai setelah pajak /tahun selama 5 tahun berturut turut yakni : Rp. 23 juta, Rp. 18. Juta, Rp. 21 juta, Rp. 36 juta dan Rp. 25 juta.
Perhitungan pay-back period jika Aliran Kas Masuk Bersih tiap periode tidak sama :Tahun Laba Tunai Investasi Yang Ditutup Payback Period yang Diperlukan 1 Rp. 23 juta Rp. 23 juta 1,0 2 Rp. 18 juta Rp. 18 juta 1,0 3 Rp. 21 juta Rp. 21 juta 1,0 4 Rp. 36 juta Rp. 18 juta 0,5 5 Rp. 25 juta - - Rp. 85 juta 3,5 tahun
Kesimpulan : Dalam jangka waktu 3,5 tahun investasi sudah dapat kembali sebelum masa umum ekonomisnya habis.
8.Arus Kas MasukMenurut pernyataan standar akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, laporan arus kas adalah memberi informasi histories mengenai perubahan kas dan setara kas dari laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas investasi, maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
9.Average Return on Investment Method ( Metode Rata-rata Kembalian Investasi)Metode ini juga disebut Accounting method atau Financial Statement method.Rumus. : Rata-rata kembalian InvestasiRata-Rata Kembalian = Laba Sesudah Pajak = … %
Rata Rata InvestasiKriteria Penilaian.
Suatu investasi akan diterima jika tarif kembalian investasinya dapat memenuhi batasan yang ditetapkan manajer.
Jika Pengambilan Keputusan belum memiliki batasan tarif kembalian investasi, maka dari beberapa investasi yang diusulkan dipilih adalah yang memberikan tingkat kembalian yang terbesar.
Kebaikan Metode Rata-rata Kembalian Investasi.Metode ini telah memperhitungkan aliran kas selama umur proyek investasi.
Kelemahan Metode Rata-rata Kembalian Investasi
1. Tidak memperhitungkan nilai waktu uang.2. Dipengaruhi oleh penggunaan metode depresiasi.3. Metode tidak dapat diterapkan jika investasi dilakukan dalam beberapa tahap.
Contoh :Untuk melaksanakan suatu proyek diperlukan investasi mula-mula adalah Rp. 10.000.000. diperkirakan 10 th, tanpa nilai residu pada akhir tahun kesepuluh. Diperkirakan setiap tahun akan dapat diperoleh kas masuk (cash inflows) rata-rata sebesar Rp. 4.000.000, sedangkan kas keluar (cash outflows), termasuk pajak, rata-rata sebesar Rp. 2.500.000.
Tarif Kembalian Investasi :
Rp.(4.000.000 – 2.500.000) – (10.000.000/10)
Rp. 10.000.000
= 5%
10.Metode Average Rate of Return ( Metode masa Pengembalian Investasi )Metode ini digunakan untuk mengukur rata-rata tingkat keuntungan investasi. Misalnya, investasi proyek poliklinik baru• Aktiva tetap : Rp. 800 juta, umur 8 thn.• Modal kerja : Rp. 200 juta• Penghasilan kerja : Rp.1.500 juta/thn• Biaya operasional tunai Rp. 1000 juta• Pendapatan : Rp. 1.500 juta• Biaya-biaya :-Operasional tunai Rp. 1.000 jt-Penyusutan (Rp. 800jt/8) Rp. 1.100jt• Laba sblm pajak : Rp. 400jt• Pajak (35%) : Rp. 140jt• Laba stlh pajak : Rp. 260jtRata-rata dana investasi susut Rp. 100jt/thnRata-rata dana investasi dalam aktiva tetap =(800jt+700+600+500+400+300+200+100+0)/9= Rp. 400jtTotal investasi rata-rata = RP. 400jt+RP. 200jt = Rp.600jtAverage Rate of Value = Rp.260 X 100%Rp.600= 43,33 %
11.Metode Net Present ValueMetode Net Present Value adalah selisih uang yang diterima dan uang yang dikeluarkan dengan memperhatikan time value of money. Gunakan rumus time value of money yang present value untuk mengetahui nilai uang saat ini. Oleh karena uang tersebut akan diterima di masa depan, kita harus mengetahui berapa nilainya jika kita terima sekarang. Jika selisihnya positif maka bisnis tersebut diterima. JIka negative, bisnis tersebut tidak layak. Jika 0, bisnis tetap dijalankan jika bisnis tersebut digunakan untuk kepentingan public. NPV semakin besar semakin layak. Untuk independent projects pilih yang positif. Untuk mutually eksklusif pilih yang positifnya paling besar.
12.Metode Profitability IndexMetode ini menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Profitability Index harus lebih besar dari 1 baru dikatakan layak. Semakin besar PI, investasi semakin layak.
13.Metode Internal Rate of Return
Metode Internal Rate of Return adalah adopsi dari NPV. Satuannya menggunakan %. Tingkat bunga dimana arus kas masuk yang sudah di-presentvaluekan = Initial Investment-nya. IRR > K diterima, IRR < K ditolak. Semakin besar IRR, proyek semakin layak.
HAK-HAK KARYAWAN DALAM SEBUAH PERUSAHAAN
Karyawan memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu usaha atau bisnis. Karyawan/pekerja adalah lokomotif penggerak suatu entitas bisnis yang tergabung dalam suatu manajemen perusahaan yang artinya tanpa adanya karyawan atau pekerja tidak mungkin suatu perusahaan dapat melakukan operasional bisnisnya untuk mewujudkan tujuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
Dalam kondisi normal dan perusahaan masih dapat beroperasi dengan baik, kepentingan dan hak-hak karyawan/pekerja masih dapat diakomodir oleh manajemen perusahaan. Tetapi ketika perusahaan tersebut mendapatkan terpaan krisis atau masalah keuangan (pailit) seringkali hak-hak karyawan/pekerja tidak bisa diakomodir lagi dan bahkan dilupakan oleh manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang diperintahkan untuk mengurusi masalah keuangan dan aset perusahaan.
Ketika terjadi Pailit pembayaran upah karyawan/pekerja dilakukan oleh Kurator(manajer/supervisor) yang dalam hal ini menggantikan posisi Perusahaan. Sehingga hak buruh dalam hal ini upah dan tunjangan lainnya menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan akan berubah menjadi utang yang didahulukan pembayarannya. Dan penjelasannya menyebutkan yang dimaksud didahulukan pembayarannya adalah upah karyawan/pekerja harus dibayar lebih dahulu daripada utang-utang lainnya. Dalam pasal 39 ayat (2) Undang –Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah ditentukan bahwa upah buruh untuk waktu sebelum dan sesudah pailit termasuk utang harta pailit artinya upah buruh harus dibayar lebih dahulu daripada utang-utang lainnya.
Manajemen keuangan bukan hanya berkutat seputar pencatatan akuntansi. Dia merupakan bagian penting dari manajemen program dan tidak boleh dipandang sebagai suatu aktivitas tersendiri yang menjadi bagian pekerjaan orang keuangan. Manajemen keuangan lebih merupakan pemeliharaan suatu kendaraan, apabila kita tidak memberinya bahan bakar dan oli yang bagus serta service teratur, maka kendaraan tersebut tidak akan berfungsi secara baik dan efisien. Lebih parah lagi, kendaraan tersebut dapat dirusak ditengah jalan dan gagal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Jadi, manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semuah-murahnya dengan menggunakanya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.
Dalam prakteknya, Manajemen Keuangan adalah tindakan yang diambil dalam rangka menjaga kesehatan keuangan organisasi. Untuk itu, dalam membangun sistem manajemen keuangan yang
baik maka diperlukan pengidentifikasian prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik pula. Adapun 7 prinsip dari manajemen keuangan yang harus diperhatikan:
1. Konsistensi (Consistency) : Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di dalam pengelolaan keuangan.
2. Akuntabilitas (Accountability) : Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum yang melekat pada individu, kelompok, atau organisasi untuk menjelaskan bagaimana dana, peralatan, atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah digunakan. Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan digunakan.
3. Transparansi (Transparency) : Organisasi harus terbuka dengan pekerjaannya, menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.
4. Kelangsungan Hidup (Viability) : Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat strategic maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi. Manager organisasi harus menyiapkan sebuah rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana organisasi dapat melaksanakan rencana strategiknya dan memenuhi kebutuhan keuangannya.
5. Integritas (Integrity) : Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.
6. Pengelolaan (Stewardship) : Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik melalui berhati-hati dalam perencanaan strategic, identifikasi resiko-resiko keuangan, dan membuat sistem pengendalian dan sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
7. Standar Akuntansi (Accounting Standards) : Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan organisasi.
Tujuan perusahaan adalah mencari laba dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam kegiatannya mencari laba, pemilik memberi wewenang kepada manajemen untuk melaksanakannya. Dalam usahanya memperoleh laba, manajemen harus berperilaku:
1. Memaksimumnkan nilai perusahaan, artinya manajemen harus menghasilkan laba lebih besar dari biaya modal yang digunakannya.
2. Tanggung jawab sosial, artinya dalam mencari laba, manajemen tidak boleh merusak lingkungan alam, sosial, dan budaya.
3. Etika, artinya manajemen dalam mengusahakan laba harus tunduk pada norma-norma sosial di lingkungan mereka bekerja dan tidak boleh menipu masyarakat sebagai konsumen.
IV.KESIMPULAN
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan/perilaku bisnis pengambilan keputusan,perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana/aset yang dimiliki oleh suatu organisasi bisnis atau perusahaan.
Perencanaan Keuangan adalah panduan atau pedoman yang disusun perusahaan untuk mencapai tujuan dan membantu meningkatkan nilai perusahaan,meliputi analisis : sumber dana perusahaan,pengganggaran perusahaan,dana jangka panjang dan pendek,nilai rata-rata dst.
Karyawan memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu usaha atau bisnis. Sehingga harus terjamin keberadaannya diperusahaan serta fasilitas yang diberikan kepada karyawan,termasuk perusahaan membayar upah tepat waktu kepada buruh/karyawan.
V.DAFTAR PUSTAKA
http://ikkyfadillah.tumblr.com/post/14203435887/bab-9-manajemen-keuangan-perusahaan
SUCIPTOJurusan AkuntansiFakultas EkonomiUniversitas Sumatera Utara
BAB IPENDAHULUANKinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusanindividual yang dibuat secara terus menerus oJeh manajemen. Oleh karena itu untukmenilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampakkeuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannyadengan menggunakan ukuran komparatif.Dalam membahas metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan harusdidasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai denganprinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan ini merupakan data yangpaling umum yang tersedia untuk tujuan tersebut, walaupun seringkali tidakmewakili- hasil dan kondisi ekonomi. Laporan keuangan disebut sebagai "kartu skor"peliodik yang memuat hasil investasi operasi dan pembiayaan perusahaan, makafokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator keuangan yang memungkinkananalisa penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil masa depan dimana akanmenekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung didalamnya.Perusahaan kemungkinan akan menggunakan informasi akuntansi untukmenilai kinerja manajer. Kemungkinan lain adalah informasi akuntansi digunakanbersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kerja manajernya. Kinerjamanajer diwujudkan dalam berbagai kegiatan mencapai tujuan perusahaan. Dankarena setiap kegiatan itu memerlukan sumber daya maka kinerja manajemen akan
tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan.Disamping itu informasi akuntansi merupakan dasar yang objektif dan bukansubjektif sebagai dasar penilaian kinerja manajer.Masalah pengukuran atau penilaian berkaitan dengan keluaran bukanmasukan. Dengan sedikit pengecualian (biaya atau pengeluaran) dapat diukur padaorganisasi nirlaba seperti halnya pada organisasi yang berorientasi pada laba. Tetapitanpa ukuran yang baik untuk keluaran penggunaan informasi biaya untuk menilaikinerja keuangan akan menjadi subjektif.
BAB IIA1. Definisi Penilaian KinerjaInformasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawabankinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaianperilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapaitujuan organisasi atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannyainformasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilaikinerja manajer atau pimpinan perusahaan.Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, hal503) adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2.Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan), sedangkan penilaiankinerja menurut Mulyadi (1997, hal 419) adalah penentuan secara periodikefektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannyaberdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karenaorganisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerjasesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peranyang mereka mainkan dalam organisasi.Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukurantertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkanlaba.Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasiperusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasiperusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkandalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnyatanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab adayang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.Sedangkan tujuan penilaian kinerja (Mulyadi, 1997) adalah:" Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalammematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkantindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakanmanajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran."Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya danuntuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan melaluiumpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsikmaupun ekstrinsik.
A2. Manfaat Penilaian KinerjaSalah satu sarana manajemen paling panting yang harus dibebankan agartujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor man usia. Tanpa manusia yangberkualitas, betapapun canggihnya sistem yang dirancang, tujuan organisasimungkin hanya sekedar angan-angan saja. Disamping sarana, prinsip-prinsip
organisasi harus pula dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil,pendelegasian tugas. rentang kekuasaan, tingkat pengawsan yang cukup, kesatuanperintah dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing unit merupakan suatuhal yang harus terus menerus disempurnakan.Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-halsebagai berikut :1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemitivasiankaryawan secara maksimum.2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan sepertipromosi, transfer dan pemberhentian.3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untukmenyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan merekamenilai kinerja mereka.5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.Ad.1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasiankaryawan secara maksimum.Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akandicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses yang disebutperencanaaan (planning). Pelaksanaan rencana memerlukan alokasi sumberdaya secara efisien. Disamping itu pelaksanaan rencana memerlukanpengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.Pelaksanaan rencana dapat ditempuh dengan cara tangan besi, denganancaman terhadap pelaksanaan agar mematuhi prilaku standar untukmencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan rencana dengan caraini dapat menjamin sasaran organisasi secara efektif dan efisien. Namun carapencapaian tujuan ini akan mengakibatkan moral kerja karyawan menjadirendah. Akan berbeda kondisi moral karyawan jika pengelolaan perusahaandidasarkan atas maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaranorganisasi. Maksimisasi motivasi karyawan berarti membangkitkan dorongandalam diri karyawan untuk mengerahkan usahanya dalam mencapai sasaranyang ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap karyawan memahami sasaranyang telah ditetapkan oleh perusahaan dan setiap karyawan melaksanakaninternalisasi sasaran perusahaan sebagai sasaran pribadinya maka kesesuaiantujuan individu karyawan dengan sasaran perusahaan secara keseluruhanakan terjadi. Kesesuaian sasaran individu karyawan dengan sasaranperusahaan inilah yang akan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuanorganisasi. Maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaranperusahaan inilah yang merupakan tujuan pokok penilaian kinerja. Salah satudiantara teori motivasi yang dikembangkan oleh para peneliti untukmemprediksi motivasi dan kinerja adalah expectary theory dimana menurutteori ini perilaku seseorang dipengaruhi oleh probabilitas yang dilekatkanterhadap hubungan individu sebagai berikut :a. Usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuanMotivasi seseorang yang telah ditetapkan ditentukan oleh persepsi orangtersebut terhadap hubungan antara usaha dengan tujuan yang hendakdicapai. Jika untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan diperlukanusaha yang besar, sasaran yang memberikan tantangan akan motivasiseseorang. Dengan demikian sasaran yang memberikan tantangan akanmemotivasi orang selama sasaran tersebut telah dirasakan adil danrealistis.
b. Kinerja dan penghargaanJika seseorang merasakan barjwa terdapat kemungkinan yang tinggisuatu kinerja yang baik akan mendapatkan penghargaan ataupenghargaan yang diterima didasarkan atas kinerja yang baik, motivasiorang akan berusaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan akan tinggi.Sebaliknya jika terdapat kemungkinan yang rendah suatu kinerjamemperoleh penghargaan, motivasi orang untuk mencapai sasararl yangtelah ditetapkan rendah pula.c. Penghargaan yang mernuaskan tujuan pribadiUntuk dapat memotivasi individu, penghargaan harus dirasakan adil olehindividu tersebut. Jika penghargaan yang diterima oleh seseorangdirasakan adil, maka penghargaan ini akan memberikan kepuasan bagiorang tersebut. Kepuasan yang tinggi berarti bahwa tujuan individu dapatdipuaskan melalui usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dengandemikian penghargaan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhansetiap individu agar memotivasi individu dalam mencapai sasaran yangditetapkan oleh perusahaan.Ad.2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawanseperti promosi, transfer dan pemberhentianPenilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasarpengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilaikinerjanya. Jika manajemen puncak akan memutuskan promosi manajer kejabatan yang lebih tinggi, data hasil evaluasi kinerja yang diselenggarakansecara periodik akan sangat membantu manajemen puncak dalam memilihmanajer yang pantas untuk dipromosikan. Begitu pula dalam pengambilankeputusan penghentian kerja sementara, transfer dan pemutusan hubungankerja permanen, manajemen puncak memerlukan data hasil evaluasi kinerjasebagai salah satu informasi penting. yang dipertimbangkan dalam keputusantersebut.Ad.3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan danuntuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawanJika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yangdimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih programpelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Dalam masakerjanya, perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkankaryawannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahanlingkungan bisnis perusahaan yang senantiasa berubah dan berkembang.Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahankaryawan dan untuk mengantisipasi keahlian dan keterampilan yang dituntutoleh pekerjaan agar dapat memberikan respon yang memadai terhadapperubahan lingkungan bisnis dimasa yang akan datang. Hasil penilaian kinerjajuga dapat menyediakan kriteria untuk memilih program pelatihan karyawanyang memenuhi kebutuhan karyawan dan untuk mengevaluasi kesesuaianprogram pelatihan karyawan dengan kebutuhan karyawan.Ad.4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasanmereka menilai kinerja mereka.Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebahagianwewenangnya kepada manajemen dibawah mereka. Pendelegasianwewenang ini disertai dengan alokasi sumber daya yang diperlukan dalampelaksanaan wewenang tersebut. Manajer bawah melaksanakan wewenangdengan mengkonsumsi sumber daya yang dialokasikan kepada mereka.
Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaanwewenang ini dipertanggung jawabkan dalam bentuk penilaian kinerja.Dengan pengukuran kinerja ini manajemen atas memperoleh umpan balikmengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya dalampelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen bawah. Berdasarkanhasil penilaian kinerja ini manajemen atas memberikan penilaian terhadapkinerja manajemen bawah. Dilain pihak penilaian kinerja ini memberikanumpan balik bagi manajemen bawah mengenai bagaimana manajemen atasmenilai kinerja mereka.Ad.5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaanPenghargaan dapat digotongkan datam dua kelompok yaitu penghargaaninstrinsik dan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan instrinsik berupa rasapuas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikanpekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Penghargaanekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan baik yangberupa kompensasi langsung, tidak langsung, maupun yang berupakompensasi non keuangan. Untuk meningkatkan penghargaan instrinsikmanajemen dapat menggunakan berbagai macam tehnik seperti penggayaanpekerjaan (job enrichment), penambahan tanggung jawab, partisipasi datampengambilan keputusan dan usaha lain yang meningkatkan harga diriseseorang dan mendorong orang menjadi yang terbaik. Kompensasi langsungadalah pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok, honorariumlembur dan hari libur, pembagian laba, pembagian saham dan berbagai bonuslainnya yang didasarkan atas kinerja karyawan. Penghargaan tidak langsungadalah semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan seperti asuransikecelakaan, asuransi hari tua, honorarium, liburan dan tunjangan masa sakit.Kompensasi tidak langsung ini tidak mempunyai dampak terhadap motivasiindividu dalam mencapai sasaran organisasi karena kompensasi ini diberikankepada siapa saja yang bekerja dalam perusahaan. Kompensasi ini hanyaberpengaruh kepada motivasi karyawan jika dihapuskan. Penghargaan nonkeuangan dapat berupa sesuatu yang ekstra yang diberikan oleh perusahaankepada karyawan berupa ruangan kerja yang memiliki lokasi istimewa,peralatan kantor yang istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa dansekretaris pribadi. Penggayaan pekerjaan atau job enrichment adalah suatupendekatan untuk memotivasi karyawan dengan kombinasi tugas yanglingkupdan tanggung jawabnya berbeda-beda dan memberikan kesempatan kepadakaryawan untuk memiliki otonomi yang lebih besar dalam pengambilankeputusan. Distribusi penghargan instrinsik baik yang langsung, tidaklangsung, maupun non keuangan memerlukan data hasil kinerja karyawanagar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan yang menerimapenghargaan tersebut. Pembagian penghargaan yang dipandang tidak adilmenurut persepsi karyawan yang menerimanya maupun yang tidakmenerimanya akan berakibat timbulnya prilaku yang tidak semestinya.
A3. Tahap Penilaian KinerjaTahap penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu: tahappersiapan dan tahap penilaian. Tahap persiapan terdiri dari tahap rinci yaitu:1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab2. Penentuan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja3. Pengukuran kinerja sesungguhnya
Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkansebelumnya2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yangditetapkan dalam standar3. Penegakan prilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untukmencegah perilaku yang tidak diinginkan.Tahap Persiapan1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawabJika orang akan diminta untuk bertanggungjawab atas sesuatu, langkah pertamayang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas daerahpertanggungjawaban yang menjadi wewenang. Dalam daerahpertanggungjawaban tersebut ia diberi wewenang untuk mempengaruhi secarasignifikan berbagai variabel yang menentukan pencapaian sasaran yang telahditetapkan. Jika seseorang dirninta untuk mempertanggungjawabkan suatukegiatan yang ia tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan kegiatantersebut, ia akan mengalami kecemasan dan keputusasaan. Motivasi orangtersebut untuk melaksanakan kegiatan akan hilang dan perilaku yang tidaksemestinya akan timbul. Penilaian kinerja harus diawali dengan penetapan garisbatas tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan dinilai kinerjanya.Batas tanggung jawab yang jelas ini dipakai sebagai dasar untuk menetapkansasaran atau standar yang harus dicapai oleh manajer yang akan diukurkinerjanya. Dengan batas tanggungjawab dan sasaran yang jelas, seseorangakan mudah dinilai kinerjc;inya. Ada tiga hal yang berkaitan dengan penentuandaerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab antara lain:1. Kriteria penetapan tanggungjawab2. Tipe pusat pertanggungjawaban3. Karakteristik pusat pertanggungjawabanAd.1 . Kriteria penetapan tanggungjawabUntuk memotivasi manajer secara efektif tanggungjawab yangdibebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Tanggungjawab harus konsisten dengan wewenang yang dimiliki olehmanajer atas pendapatan dan/biaya2. Batas tanggungjawab harus teliti dan adilRuang lingkup tanggungjawab seorang manajer yang akan diukurkinerjanya harus ditetapkan secara teliti untuk menghindari terjadinyatanggungjawab yang tumpang tindih (over lapping). Batastanggungjawab seorang manajer harus ditetapkan secara adil danditerima oleh manajer sebagai suatu pembagian tanggungjawab yangadil3. Untuk mengembangkan pengendalian operasional, daerahpertanggungjawaban yang dibebankan kepada seorang manajer harusdapat diukur efisiensi dan efektifitasnya akan penentuan tugas khusustertentu4. Kriteria evaluasi kinerja yang dipilih harus sesuai ruang lingkuptanggungjawab yang dibebankan kepada manajer.Ad.2. Tipe pusat pertanggungjawaban.Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawabandan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkanpusat-pusat pertangungjawaban dan tolak ukur kinerjanya. Pusatpertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab. Suatu pusatpertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yangmengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusatpertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut denganbiaya sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yangdinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan.PUSAT PERTANGGUNGJAWABANMasukan KeluaranMasukan x harga= biaya Keluaran x harga =PendapatanGambar 1. Pusat pertanggungjawaban sebagai suatu sistemBerdasarkan karekteristik masukan dan keluarannya dan hubungandiantara keduanya, pusat perianggungjawaban dapat dibagi menjadi 4macam yaitu :PROSESPusat PendapatanPusat BiayaTipe pusatpertanggungjawabanPusat LabaPusat InvestasiAd.3. Karakteristik Pusat pertanggungjawabanBerdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannyaperlu dikaitkan antara organisasi perusahan dengan pusatperianggungjawaban. Dengan melihat pada organisasi perusahan danpusat pertanggungjawaban akan dapat diketahui besarnya tanggungjawabpara manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja.2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerjaManajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa setiap manajerbertindak sesuai dengan sasaran perusahaan. Untuk mewujudkan hal ini, harusterdapat kesesuaian an-tara sasaran organisasi dengan sasaran manajer secaraindividual. Kesesuaian sasaran dipengaruhi oleh prosedur yang digunakan untukmenilai kinerja manajer, karena penilaian kinerja memaksa setiap manajer bertindaksesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam kriteria kinerja.Dalam menetapkan kriteria kinerja manajer berbagai faktor berikut ini perludipertimbangkan :1. Dapat diukur atau tidaknya kriteria2. Rentang waktu sumber daya dan biaya3. Bobot yang dipertimbangkan atas kriteria4. Tipe kriteria yang digunakan dan aspek prilaku yang ditimbulkanAd.1. Dapat diukur atau tidaknya kriteriaTidak semua kinerja dapat diukur secara kuantitatif. Keunggulan produkdipasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhanperusahaan terhadap semua peraturan kemasyarakatan merupakan ukurankinerja yang bersifat jangka panjang dan sulit untuk diukur secara kuantitatif.Hal ini berbeda dengan ukuran kemampuan unit organisasi dalammenghasilkan laba dengan mudah dapat diukur secara kuantitatif. Biasanyakinerja yang dengan mudah dapat diukur secara kuantitatif akan memperolehperhatian yang lebih besar dari manajemen puncak. Padahal meskipun secarakuantitatif sulit untuk diukur, kinerja yang bersangkutan dengan keunggulanproduk di pasar, pemanfaatan sumter daya manusia, dan lain-lain tersebut
diatas sama pentingnya dengan kinerja yang dapat diukur dengan mudahsecara kuantitatif. Jika suatu kinerja lebih diperhatikan atau diberi bobot lebiholeh manajemen puncak, para manajer akan memusatkan usahanya padapencapaian sasaran yang diukur kinerjanya dan memberi perhatian yangkurang terhadap yang lain.Ad.2. Rentang waktu sumber daya dan biayaSumber daya yang dikorbankan untuk mencapai sasaran tertentu seringkalimemiliki rentang waktu jangka panjang untuk menghasilkan manfaat bagiperusahaanAd.3. Bobot yang diperhitungkan atas kriteriaManajer yang dinilai kinerjanya akan memiliki kecenderungan untukmengerahkan usahanya menuju pencapaian sesuatu yang diberi bobot besardalam penilaian kinerja. Jika misalnya manajemen puncak memberi bobotbesar atas kriteria yang bersifat jangka pendek seperti kemampuan unitorganisasi dalam menghasilkan laba dan pangsa pasar jangka pendek, makahal ini akan membuat para manajer yang dinilai kinerjanya akan menahan diridari tindakan atau prilaku yang dapat membahayakan kemungkinanpencapaian tujuan laba dan pangsa pasar jangka pendek3. Pengukuran Kinerja sesungguhnyaSetelah seorang manajer ditetapkan bagian atau aktifitas yang menjadi daerahwewenangnya dan ditetapkan pula kriteria dalam menjalankan bagian atau dalammelaks:anakan aktifitasnya, langkah berikutnya dalam penilaian kinerja adalahmelakukan pengukuran hasil sesungguhnya bagian atau aktifitas yang menjadidaerah wewenang manajer tersebut. Meskipun pengukuran kinerja tampaknyaobjektif, bersifat repetitif dan merupakan kegiatan yang rutin, namun pengukurankinerja itu sendiri seringkali memicu timbulnya prilaku yang tidak semestinya.PeriJaku yang tidak seharusnya muncul dalam pengukuran kinerja adalah :1. Perataan (smothing)2. Pencondongan (biasing)3. Permainan (gaming)4. Penonjolan dan pelanggaran aturan (focusing and illegal act)Ad.1. Perataan (smothing)Perataan meliputi semua kegiatan yang digunakan oleh manajer untukmempengaruhi arus data dengan cara mempercepat atau menunda pesanyang disampaikan kepada manajer atasnya. Perataan di!akukan dengan caramengirim pesan dalam periode sekarang mengenai peristiwa yang terjadidalam periode yang akan datang atau menunda pengiriman pesan mengenaiperistiwa sekarang sampai dengan periode yang akan datang. Informasipendapatan dan biaya biasanya merupakan informasi yang menjadi objekperataan untuk memenuhi kepentingan pribadi manajer yang diukurkinerjanya.Ad.2. Pencondongan (biasing)Perilaku tidak semestinya yang lain yang kemungkinan timbul dalam prosespengukuran kinerja sesungguhnya adalah pencondongan, yang merupakanmetode manipulasi data yang digunakan oleh manajer dengan memilih pesandiantara berbagai rangkaian pesan yang mungkin dihasilkan, yangkemungkian menghasilkan gambaran yang paling menguntungkan bagikinerja manajer tersebut. Jika kemungkinan untuk memilih, manajercenderung akan memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran yangpaling baik bagi manajer.Ad.3. Permainan ( gaming)
Manipulasi hasil kerja dapat pula dilaksanakan dengan memanfaatkanberbagai aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya. Permainanadalah perilaku pengirim pesan yang bertindak untuk menyebabkan pesanyang diinginkan yang seharusnya dikirim. Jika misalnya manajer atasmenetapkan aturan main dalam pengukuran kinerja seperti target laba, biayastandar, aturan untuk pendistribusian penghargaan, manajer bawahnyakemudian memilih satu diantara altematif tindakanyang mungkin dilaksanakan, yang menghasilkan dampak yang palingmenguntungkan bagi dirinya. Permainan ini dapat dicegah dengan mengukurkinerja manajer tidak dengan kriteria tunggal tapi dengan kriteria beragam(multiple creteria) atau kriteria gabungan (composite criteria)Ad.4. Penonjolan dan tindakan meianggar aturanCara lain yang digunakan olell manajer yang mengirim pesan tentang ukurankinerjanya agar sesuai dengan kebutuhan pribadinya adalah penonjolan dentindakan melanggar aturan. Penonjolan terjadi dengan cara menonjolkanpesan yangmenguntungkan diri pengirim pesan dan menyembunyikan pesan yang tidakmenguntungkan dirinya. Prilaku ini seringkali terjadi jika perusahaanmenggunakan kriteria beragam untuk pengukuran kinerja. Penonjolan dapatberupa pemalsuan data yang digunakan untuk pengukuran kinerja jikamanajer tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan atau manajerdapat membatasi keluaran bagiannya untuk menghindari dinaikkannya targetkeluaran dimasa yang akan datang atau karyawan yang sangat produktifditekan oleh rekan sekerjanya untuk mengurangi kecepatan kerjanya.Penonjolan sering berbentuk pelanggaran aturan perusahaan atau bahkanpelanggaran hukum. Misalnya untuk memberikan gambaran profitabilitasperusahaan kepada calon kreditur atau investor, manajemen perusahaanmemalsukan angka-angka pendapatan dan biaya.Tahap Penilaian1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkansebelumnyaDalam evaluasi kinerja, hasil pengukuran kinerja secara periodik kemudiandibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasipenyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang telah ditetapkandiumpanbalikkan dalam laporan kinerja kepada manajer yang bertangungjawabuntuk menunjukkan efisiensi dan efektifitas kinerja.Laporan kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1. Laporan kinerja untul (manajer tingkat bawah harus berisi informasi yangrinci dan laporan kinerja untuk manajer tingkat diatasnya harus berisiinformasi yang lebih ringkas. Semakin tinggi jenjang manajer, semakinringkas isi laporan kinerjanya2. Laporan kinerja berisi unsur terkendali dan unsur tidak terkendali yangdisajikan secara terpisah, sehingga manajer yang bertanggung jawabataskinerja dapat dimintai pertanggungjawaban atas unsur-unsur yangdikendalikan olehnya3. Laporan kinerja harus mencakup penyimpangan baik yang menguntungkanataupun yang merugikan4. Laporan kinerja sebaiknya diterbitkan paling sedikit sebulan sekali5. Laporan kinerja harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pengalamanpemakai6. Penyajian laporan kinerja sebaiknya memperhatikan kemampuan penerima
dalam memahami laporan tersebut.2. Penetuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yangditetapkan dalam standarPenyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang ditetapkan perludianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, dandapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya. Baik penyimpangan yangmerugikan maupun yang menguntungkan memerlukan perhatian, analisis, danpenafsiran dan manajemen. Penyimpangan yang merugikan memberi tandabahaya dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan penyebabyang tepat. Penyimpangan yang menguntungkan juga memerlukan perhatianyang sama dari manajemen karena mengandung informasi yang banyakmanfaatnya. Penyimpangan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi danmemberikan penghargaan terhadap kinerja yang luar biasa dan untukmenunjukkan realistis atau tidaknya sasaran yang ditetapkan. Penyimpanganyang menguntungkan dapat pula menjelaskan ketidakefisienarl dibidang yanglain. Masalah yang kemungkinan timbul dalam menentukan penyebabpenyimpangan adalah manajer dan bawahannya tidak bekerja sama dalampenyelidikan. Seringkali pencarian penyebab terjadinya penyimpangan dianggapsebagai upaya untuk rnencari siapa yang salah. Dalam situasi ini manajerseringkali merasa terancam, bersikap bertahan, menolak kekeurangan yangterjadi atau mencoba untuk menyalahkan orang lain. Untuk rnenghindari situasiseperti ini para manajer harus diyakinkan bahwa proses evaluasi adalah mencaripenyebab yang ditujukan untuk memecahkan masalah masa yang akan datangdan bukan mencari siapa yang salah atas hasil yang tidak menguntungkandimasa yang lalu.3. Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untukmendegah perilaku yang tidak diinginkanTahap akhir penilaian kinerja adalah tindakan koreksi untuk menegakkan perilakutertentu didalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran yangdicapai dengan menggunakan perilaku tidak seperti yang diinginkan bukanmerupakan tujuan penilaian kinerja. Perilaku merupakan tindakan orang untukmemproduksi hasil.Hasil merupakan petunjuk efektifitas kinerja. Organisasi harus melakukanevaluasi atas keduanya, perilaku dan hasil yang dicapai dari perilaku tersebut.Hasil dimasa yang akan datang dapat dipengaruhi oleh penegakkan perilaku yangdiinginkan melalui sistem penghargaan yang didasarkan atas kinerja.Sistem akuntansi memiliki fungsi yang penting dalam evaluasi kinerja manajerdengan cara menyediakan data kuantitatif untuk menentukan bagaimana,kepada siapa, dan untuk apa penghargaan didistribusikan atau tidakdidistribusikan. Sistem akuntansi juga dapat menunjukkan bidang yangdidalamnya perlu diadakan perubahan perilaku untuk penyehatan danpertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
A4. UKURAN KINERJATerdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secarakuantitatif yaitu :1. Ukuran kriteria tunggal (Single criterium).2. Ukuran kriteria beragam (Multiple criterium)3. Ukuran kriteria gabungan (Composite criterium)Ad.1. Ukuran kriteria tunggal ( Single criterium)Yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai
kinerja manajernya. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukurkinerjanya, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteriatersebut sebagai akibat diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinansama pentingnya dalam menentukan sukse atau tidaknya perusahaan ataubagiannya. Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya daritercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktutertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan penting lainnyamengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya manusia.Ad.2. Ukuran kriteria beragam (Multiple criterium)Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalammenilai kinerja manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasikelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerjamanajer dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukurkinerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalahagar manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepadaberbagai kinerja. Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukurkinerjanya dengan berbagai kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar,produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab masyarakat,keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.Karena dalam ukuran kriteria beragan tidak ditentukan bobot tiap-tiap kinerjauntuk menentukan kinerja keseluruhan manajer yang diukur kinerjanya,maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya, perhatian, dansumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut persepsinyamenjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan. Tanpaada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilaikinerja menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukurkinerjanya menggunakan pertimbangan dan persepsinya masing-masingdidalam memberikan bobot terhadap beragan kriteria yang digunakan untukmenilai kinerjanya.Ad.3. Ukuran kriteria gabungan (Composite criterium)Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuranmemperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanyasebagai ukuran menyeluruh kinerja manajernya. Karena disadari bahwabeberapa tujuan lebih panting bagi perusahaan secara keseluruhandibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikanbobot angka tertentu kepada beragan kriteria kinerja untuk mendapatkanukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragamkriteria kinerja masing-masing. Contohnya diumpamakan seorang manajerdivisi diukur kinerjanya dari dua unsur yaitu profitabilitas dan pangsa pasar.Bobot kinerja profitabilitas ditetapkan sebesar 4 dan untuk pangsa pasarditetapkan 6. Misalkan ukuran kinerja profitabilitas dan pangsa pasarmenggunakan nilai yang berkisar 0 s/d 10. Manajer divisi A yang memperolehnilai 8 untuk profitabilitas dan 6 untuk pangsa pasar, akan memperolehukuran kriteria gabungan sebesar 20 dan akan dihitung serta digambarkansebagai berikut :Nilai Bobot Nilai x BobotProfitabilitas 8 4 32,00Pangsa Pasar 6 6 36,00Jumlah - 10 68,00Ukuran kriteria gabungan - - 6,80
DAFTAR PUSTAKAAnthony, Robert N., Dearden, John., dan Bedford, Norton M. (1996). SistemPengendalian Manajemen. (Edisi kelima). Jakarta: Penerbit ErlanggaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Edisikedua). Jakarta: Penerbit Balai PustakaHelfert, Erich A (1996). Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk praktis untuk mengeloladan mengukur kinerja perusahaan. (Edisi kedelapan). Jakarta: PenerbitErlangga_____________(1993). Analisa Laporan Keuangan .(Edisi ketujuh). Jakarta:Penerbit ErlanggaMulyadi (1997). Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisikedua). Yokyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu EkonomiYKPNPolimeni, Ralp S., Fabozzi, Frank J., Adelberg, Arthur H .(1988). Akuntansi Biaya:Konsep dan aplikasi untuk pengmbilan keputusan manajerial. (Edisikedua). Jilid 2. Jakarta: Penerbit ErlanggaSupriyono, R.A (1989). Akuntansi Manaiemen 2 : Struktur pengendalian manajemen(Edisi pertama). Yokyakarta : BPFE UGMSingarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (1989). Metode Penilaian Survai (Edisi revisi).Jakarta: LP3ESUsry, Milton F dan Hammer, Lawrence H (1994). Akuntansi Biaya: Perencanaan danpengendalian (Edisi Kesepuluh). Jilid I. Jakarta: Penerbit ErlanggaWeston, Fred J and Brigham, F, Eugene (1993). Dasar-Dasar ManajemenPerusahaan. (Edisi kesembilan). Jilid I. Penerbit ErlanggaWilson, James D dan Campbell, John B (1990). Controllership. Tugas akuntanmanajemen. (Edisi ketiga). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dasar Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja Keuangan PerusahaanMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001):Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan).Keuangan adalah seluk-beluk uang, urusan uang, keadaan uangPerusahaan adalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dansebagainya), organisasi berbadan hukum yg mengadakan transaksi atau usaha.Dapat disimpulkan menurut bahasa bahwa Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan keuangan oleh organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha.Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan
keuangan berupa neraca, laba rugi, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan.
2. Pentingnya Kinerja PerusahaanPenilaian kinerja pada dasarnya merupakan perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Dengan mendeteksi kinerja keuangan perusahaan, kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan.
3. Tujuan Pengukuran Kinerja KeuanganPengukuran kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Melalui pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.Menurut Mulyadi (2001:420), tujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam pencapaian sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan.
4. Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk:a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum.b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan