hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik
DESCRIPTION
study caseTRANSCRIPT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Normal
Parameter Nilai Normal
WBC 4,0-10,0 (103/µl)
HGB 12,0-16,0 (g/dl)
RBC 4,0-6,0 ((106/µl)
HCT 37,0-48,0 (%)
PLT 150-400 (103/µl)
GDA Sampai dengan 140 mg/dl
GDP 70-110 mg/dl
Na 135-145 mmol/l
K 3,5-5,1 mmol/l
Cl 97-111 mmol/l
Albumin 3,5-5,0 g/dl
Kolesterol 200 mg/dl atau kurang
TG 150 mg/dl atau kurang
As. Urat L (3,4-7,0) ; P(2,4-5,7) mg/dl
Kreatinin L<1,3 ; P<1,1 mg/dl
BUN 10-50 mg/dl
SGOT <38 µl
SGPT <41 µl
Masa
Peradarahan
Hasil Laboratorium
ParameterTanggal
14/4 16/4 18/4 21/4 22/4 25/4 29/4 1/5 6/5
WBC 9,8 9,6 8,7 8,3 8,1 7,5
HGB 8,8 11,5 11,0 11,9 10,9 10,5
RBC 2,89 3,7 3,57 3,8 3,55 3,38
HCT 29,0 37,5 35,9 38,5 35,7 33,1
PLT 289 243 223 150 167 170
GDA 161 274 187 195 126
GDP 109 167 175 325 137 218 229
Na 129,2
K 4,41
Cl 97,9
Albumin 3,0 3,3
Kolesterol 108 104
TG 106 196
As. Urat 3,5 6,0
Kreatinin 0,54 0,71
BUN 3,9
SGOT 61 47
SGPT 20 20
Masa
Perdarahan
Pembahasan
Dari table hasil laboratorium, terlihat bahwa pada uji:
WBC (White Blood Cell)
WBC (White Blood Cell) atau disebut juga Leukosit merupakan komponen darah yang
berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses
metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll.
Pada table hasil laboratorium tersebut terlihat bahwa nilai leukosit pada pemerikasaan
laboratorium berada dalam batas normal, dimana nilai normal untuk leukosit sendiri berkisar
antara 4.000-10.000 sel/ul darah .
HGB (Hemoglobin)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik,
yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Pada table hasil pemeriksaan laboratorium terlihat bahwa, hasil yang didapatkan di bawah
nilai normal hemoglobin untuk orang dewasa baik laki-laki dan perempuan. Dimana kadar
hemoglobin normal laki-laki dewasa: 14-18 g/dl dan kadar hemoglobin normal perempuan
dewasa: 12-16 g/dl. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik
(kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
hemokonsentrasi, dll.
RBC (Red Blood Cell)
RBC (Red Blood Cell) atau disebut juga Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen
darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut/pembawa oksigen dari paru-
paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke
paru-paru.
Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita
berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.
Pada table hasil pemeriksaan RBC atau Eritrosit terlihat bahwa hasil yang didapakan berada
dibawah nilai normal eritrosit baik untuk laki-laki dan perempuan. Dimana nilai eritrosit
normal untuk laki-laki: 4,7-6,1 juta sel/ul dan nilai eritrosit normal untuk perempuan: 4,2-5,4
juta sel/ul, kemungkinan yang terjadi apabila nilai eritrosit rendah bisa ditemukan pada
anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
Sedangkan Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK
(penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll.
HCT (Hematokrit)
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam
100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria
berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Pada table hasil
pemeriksaan laboratorium untuk HCT terlihat bahwa, untuk tanggal 16/4 (37,5) dan 25/4
(38,5) nilai hematokritnya normal sedangkan pada tanggal 14/4 (29,0), 18/4 (35,9), 1/5 (35,7)
dan 6/5 (33,1) nilai hematokritnya berada di bawah nilai normal atau terjadi penurunan nilai
hematokrit. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan
kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-
penyakit yang sama. Dimana nilai hematokrit dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik
(kanker, lupus,dll).
Sedangkan nilai hematokrit yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
hemokonsentrasi, dll.
PLT (platelet)
PLT (Platelet) atau disebut juga Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa
kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet
clumping (trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000
sel/ul darah.
Pada table hasil pemeriksaan laboratorium trombosit, didapatkan hasil bahwa, dari data
tersebut menghasilkan nilai trombosit yang normal, dimana berada dalam kisaran normal
antara 150.000-400.000 sel/ul darah.
Namun apabila nilai trombositnya tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya
tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada
kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum
tulang, dll.
Na, K, dan Cl (Cairan Elektrolit)
Pada pemeriksaan cairan elektolit, hanya pada Natrium (Na) saat yang mempunyai
kadar rendah, sedangkan untuk kalium (K) dan Klorida (Cl) berada di batas nilai normal.
Adapun nilai normal untuk Na (135-145 mmol/l), K (3,5-5,1 mmol/l), dan Cl (97-111
mmol/l). Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet
rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi
yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh). Peningkatan Na terjadi pada pasien diare,
gangguan jantung kronis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi, gagal hepatik (kegagalan
fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia (obat
pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng,
terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.
Dengan rendahnya kadar Na, untuk itu perlu pemberian NaCl 0.9% hingga kadar elektrolit
pasien kembali meningkat dan apabila terlalu rendah dapat digunakan pula NaCl 3%.
Albumin
Selama 2 kali pemeriksaan albumin, menghasilkan kadar dibawah nilai normal yaitu pada
tanggal 14/4 (3,0 g/dl) dan tanggal 1/5 (3,3 g/dl), dimana kadar normal albumin sendiri
adalah 3,5-5,0 g/dl. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian infuse albumin 25% dengan
tujuan untuk meningkatkan kadar albumin penderita, namun perlu dipertimbangkan bahwa
fungsi hati pada pasien yang abnormal sehingga dapat mengganggu proses pembentukan
albumin dihati dan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kadar albumin pasien
rendah. Untuk itu perlunya pula pemberian hepatoprotektor untuk memperbaiki dan menjaga
fungsi hati dari pasien. Hepatoprotektor yang dapat diberikan adalah Curcuma atau Hp Pro.
Pemeriksaan lipid
Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, kolesterol
HDL, dan kolesterol LDL. Pengukuran lipid dapat dilakukan dengan metode kimiawi
kolorimetrik. Pda hasil laboratorium terliat pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida.
Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim kolesterol oksidase. Trigliserida
diukur melalui pengeluaran asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol
yang dibebaskan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan selama 2 kali pemeriksaan baik untuk kolesterol dan
trigliserida, dimana pada kolesterol mengahsilkan kadar yang normal sedangkan pada
trigliserida pada pemeriksaan awal tangggal 14/4 menghasilkan kadar yang normal
sedangkan pada pemeriksaan kedua pada tanggal 1/5 terjadi peningkatan kadar sebesar 196
mg/dl, adapun nilai normal trigliserida < 150 mg/dl dan kolesterol <200 mg/dl. Adapun
kemungkinan yang terjadi apabila:
Peningkatan kadar trigliserida dapat dijumpai pada : hiperlipoproteinemia, infark
miokardial akut, hipertensi, thrombosis serebral, arteriosklerosis, diet tinggi
karbohidrat. Juga dapat dijumpai pada : hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sirosis
Laennec atau alkoholik, DM tak terkontrol, pancreatitis, sindrom Down, stress,
kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen, kontrasepsi oral.
Peningkatan lemak darah umumnya dipengaruhi oleh faktor makanan. Konsumsi makanan
tinggi kalori dalam jangka waktu lama terutama yang banyak mengandung lemak,
menyebabkan peningkatan persisten trigliserida yang terutama berada dalam partikel VLDL.
Asupan karbohidrat yang tinggi menyebabkan peningkatan cepat trigliserida dan VLDL.
Kolesterol dalam makanan meningkatkan kandungan kolesterol LDL, demikian juga asupan
asam lemak jenuh melalui makanan; konsumsi asam lemak tak jenuh mungkin menurunkan
kolesterol total. Alkohol meningkatkan konsentrasi trigliserida, terutama mempengaruhi
VLDL dan kadang-kadang kilomikron.
As. Urat
Pada 2 kali pemeriksaan As. Urat terlihat bahwa menghasilkan kadar dikisaran nilai normal,
dimana nilai normal dari As. Urat sendiri adalah Laki-laki (3,4-7,0) ; Perempuan (2,4-5,7)
mg/dl. Kemungkunan yang terjadi pada:
Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik,
monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,
hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal
jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale,
pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi
protein.
Obat-obatan yang berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik
(tiazid, furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-
merkaptopurin, fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
Pada gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik
atau belum diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen
sebagai cacat metabolik bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa
lebih dari 10 kali normal, dan natrium urat dideposit di dalam jaringan lunak,
terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan ura menyebabkan sendi
membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam pengobatan gout
yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase.
Pada leukemia atau keganasan lain, peningkatan produksi secara bermakna
disebabkan oleh penguraian asam nukleat apabila terjadi lisis sel-sel tumor akibat
nekrosis atau kemoterapi. Peningkatan kadar urat karena peningkatan lisis sel juga
dapat dijumpai pada polisitemia, anemia pernisiosa, dan kadang-kadang pada
psoriasis. Pengobatan dengan hormon adrenokortikotrofik atau kortikosteroid, yang
kerjanya katabolik protein mempercepat pemecahan inti sel atau dengan obat-obatan
sitotoksika, menyebabkan peningkatan urat plasma.
Pada kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urin, asam urat
serta ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat terjadi pada
eklampsia tanpa azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal atau perubahan
metabolisme asam urat. Asidosis ketotik dan laktat bisa meningkatkan asam urat
dengan mengurangi sekresi tubulus ginjal, seperti yang terjadi dengan diuretik tiazid
dan furosemid, dan aspirin dosis rendah.
Penurunan kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus
ginjal proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat :
alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon.
Kreatinin dan BUN
Pada 2 kali pemeriksaan kreatinin menghasilkan kadar yang berada di antara nilai normal
yaitu pada tanggal 14/4 (0,54) dan 1/5 (0,71), adapun nilai normal untuk kreatinin sendiri
adalah Laki-laki <1,3 ; Perempuan <1,1 mg/dl. Kemungkinan yang terjadi apabila: Keadaan
yang berhubungan dengan:
peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut,
glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi
esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung
kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus,
prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi],
unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, sefalosporin
(sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam
askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa, triamteren.
Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia
gravis.
Peda pemeriksaan BUN dihasilkan kadar dibawah nilai normal yaitu sebesar 3,9 mg/dl,
sedangkan nilai normal BUN adalah 10-50 mg/dl. Dimana Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN
meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal
(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea
turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar
urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia
prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan
penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
SGOT dan SGPT
Pada 2 kali pemeriksaan baik untuk SGOT dan SGPT dimana untuk nilai SGPT
menghasilkan kadar yang normal sedangkan SGOT berada diatas nilai normal atau tinggi,
dimana nilai normal untuk keduanya adalah SGOT: < 38µl dan SGPT: < 41µl. adapun
kondisi yang dapat meningkatkan kadar SGOT/AST adalah:
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia
jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia
muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
Hemolisis sampel darah
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein,
morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid
(INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum
positif atau negatif yang keliru.
Pemeriksaan Glukosa Darah
Pemeriksaan Glukosa Darah Acak/Sewaktu (GDA) didapatkan hasil pada 4 kali pemeriksaan
di awal menghasilkan kadar yang tinggi dan pemeriksaan terakhir menunjukkan tanggal 29/4
menghasilkan kadar yang normal yaitu 126 mg/dl, dimana nilai normal untuk GDA adalah
sampai 140 mg/dl.
Permeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) didapatkan hasil, dimana pada hari pertama
pemeriksaan tanggal 14/4 menghasilkan kadar yang normal sedangkan pada 6 kali
pemeriksaan berikutnya terjadi peningkatan kadar, dimana nilai normal untuk GDP adalah
70-110 mg/dl.
Adapun hal yang terjadi apabila terjadi peningkatan kadar (hyperglycaemia) : diabetes
mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali,
hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi
stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi,
gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca
gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison;
diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Obat-obatan (kortison, tiazid, “loop” diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar
gula darah.
Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah.
Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum.
Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula
darah.
BAB IV
KESIMPULAN