hasil penelitian dan pembahasan - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/22838/7/6. bab iv.pdf ·...
TRANSCRIPT
60
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang mendiskripsikan tentang
lokasi penelitian dan pembahasan tentang pertimbangan hakim dalam memutus
perkara perceraian serta pertimbangan hakim dalam memutus perkara hak asuh
anak di Pengadilan Agama Bantul. Hasil penelitian ini berupa data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek penelitian dan dokumentasi yang
berupa putusan perkara baik perkara perceraian maupun perkara hak asuh anak.
A. Gambaran Umum Lokasi Pengadilan Agama Bantul
1. Profil Pengadilan Agama Bantul
Pengadilan Agama Bantul adalah Pengadilan tingkat pertama yang
berfungsi dan berwewenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di Tingkat Pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang Perkawinan, Kewarisan, Wasiat dan Hibah yang dilakukan
berdasarkan Hukum Islam serta Waqaf, Zakat, Infaq dan Shadaqah serta
Ekonomi Syari’ah sebagaimana diatur dalam Pasal 49 UU Nomor 50
Tahun 2009. Pengadilan Agama Bantul terletak di Jalan Jendral Urip
Sumoharjo 8, Bantul, Bantul 55711, Yogyakarta. Kabupaten Bantul
sendiri merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang berbatasan dengan Sleman di utara, sebelah barat
berbatasan dengan kebupaten Kulonprogo, sebelah timur berbatasan
dengan kabupaten Gunungkidul dan sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Hindia. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00'
61
27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Luas
wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah
Propinsi DIY).
a. Visi dan Misi Pengadilan Agama Bantul
1) Visi
Terwujudnya Badan peradilan Indonesia Yang Agung
2) Misi
a) Menjaga Kemandirian Badan Peradilan
b) Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan
c) Meningkatkan kualitas aparatur Pengadilan Agama Bantul
d) Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama
Bantul
b. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Bantul
Pengadilan Merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang
berfungsi dan berwewenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di Tingkat Pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang Perkawinan, Kewarisan, Wasiat dan Hibah yang
dilakukan berdasarkan Hukum Islam serta Waqaf, Zakat, Infaq dan
Shadaqah serta Ekonomi Syari’ah sebagaimana diatur dalam Pasal 49
UU Nomor 50 Tahun 2009.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama
mempunyai fungsi sebagai berikut :
62
1) Memberikan pelayanan Teknis Yustisial dan Administrasi
Kepaniteraan bagi perkara Tingkat Pertama serta Penyitaan dan
Eksekusi.
2) Memberikan pelayanan dibidang Administrasi Perkara Banding,
Kasasi, dan Peninjauan Kembali serta Administrasi Peradilan
lainnya.
3) Memberikan pelayanan Administrasi Umum pada semua unsur di
Lingkungan Pengadilan Agama.
4) Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang Hukum
Islam pada instansi Pemerintah di daerah Hukumnya apabila
diminta.
5) Memberikan pelayanan permohonan pertolongan pembagian harta
peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama
Islam.
6) Waarmerking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk
pengambilan Deposito/Tabungan dan sebagainya.
7) Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan
Hukum, memberikan pertimbangan Hukum Agama, pelayanan
Riset/Penelitian, pengawasan terhadap Advokat/Penasehat Hukum
dan sebagainya.
63
2. Wilayah Hukum Pengadilan Agama Bantul
Pengadilan Agama Bantul adalah Pengadilan Agama yang
merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang berkedudukan di Kabupaten
Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang daerah hukumnya
meliputi 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun di kabupaten Bantul.
3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bantul
Berikut ini merupakan gambaran struktur organisasi di Pengadilan
Agama Bantul:
ra
KET
:=
gar
ista
nggu
ng ja
wab
=gar
is k
oord
inas
i
Sum
ber:
Pen
gadi
lan
Agam
a Ba
ntul
Tahu
n 20
13B
agan
2.St
rukt
ur O
rgan
isas
i diP
enga
dila
n A
gam
a B
antu
lTah
un 2
013
KET
UA
Drs
. Bad
awi,
S.H
., M
. Hum
HA
KIM
Drs
. A. M
aula
na F
auzi
Has
byD
ra. R
osm
alia
h, S
. H.,
M. S
iD
ra. N
. Sod
riyat
un, S
. H.,
M. S
iD
rs. A
khba
rudd
in, M
. Si.
Drs
. Riz
al P
asi,
MH
.D
rs. A
zidd
in S
irega
r, S.
H.
WA
KIL
KET
UA
Drs
. HM
. Sya
fi’I T
hoyi
b, S
.H.,
MH
PAN
ITER
A/S
EKR
ETA
RIS
H. S
uhar
to, S
. H
HA
KIM
Drs
. M. A
nwar
Ham
idi
Dra
.Mar
fu’a
h
PAN
MU
D G
UG
ATA
ND
ra. H
j. Sr
i Sug
iyar
ti
PAN
MU
DPE
RM
OH
ON
AN
Drs
. Mus
lih, S
. H.
PAN
MU
D H
UK
UM
Titik
Han
driy
ani,
S. H
., M
. Si.
WA
KIL
PA
NIT
ERA
Dra
. Suh
adiy
ahW
AK
IL S
EKR
ETA
RIS
Dra
. Afr
ikan
i Asi
yah
JUR
USI
TASi
git T
ri Su
tiant
o, S
. HSi
tatu
n, S
. H
PAN
ITER
A P
ENG
GA
NTI
Tety
Roh
may
ani,
B. A
.M
uham
mad
Nas
irM
och.
Am
rozi
Suci
ati,
S. A
g.H
j. A
ngga
riniW
inia
stut
i, S.
H.
Ros
iati,
S. A
g.
KA
UR
UM
UM
Cac
an W
ijaya
, S. H
.
KA
UR
KEP
EGA
WA
IAN
Nur
hida
yant
o, S
. H.
KA
UR
KEU
AN
GA
NA
ini F
auzi
ah, S
. H.
65
Berdasarkan struktur organisasi di atas, masing-masing mempunyai
tugas pokok maupun teknis yaitu sebagai berikut:
a. Kepemimpinan Pengadilan
1) Ketua Pengadilan Agama
Tugas Ketua Pengadilan antara lain:
a) Mengatur Pembagian Tugas Para Hakim
b) Membagikan Semua Berkas dan/ Surat-surat lain yang
berhubungan dengan Perkara yang diajukan ke Pengadilan
kepada Majelis Hakim untuk diselesaikan.
c) Menetapkan Perkara yang harus diadili berdasarkan nomor
urut, tetapi apabila terdapat perkara tertentu yang karena
menyangkut kepentingan Umum harus segera diadili, maka
perkara itu didahulukan.
d) Mengawasi Kesempurnaan Pelaksanaan Penetapan atau
Putusan Pengadilan yang telah memperoleh Kekuatan Hukum
tetap.
e) Mengadakan Pengawasan atas Pelaksanaan tugas dan tingkah
laku Hakim, Panitera, sekretaris, dan Jurusita di daerah
Hukumnya
f) mengevaluasi atas Pelaksanaan Tugas dan Tingkah Laku
Hakim, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita
66
2) Wakil Ketua Pengadilan
Tugasnya ialah :
a) Membantu Ketua dalam tugas-tugasnya sehari-hari.
b) Melaksanakan tugas-tugas Ketua dalam hal ketua berhalangan.
c) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya
b. Hakim
Hakim Peradilan Agama mempunyai tugas untuk menegakkan hukum
perdata islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara yang
diatur dalam hukum acara Peradilan Agama (Ps. 1 dan 2 UU Nomor 4
Tahun 2004).
1) Tugas Yustisial
Hakim Peradilan Agama mempunyai tugas untuk menegakkan
hukum perdata islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara
yang diatur dalam hukum acara Peradilan agama. tugas pokok
hakim di Pengadilan Agama dapat dirinci sebagai berikut:
a) Membantu pencari keadilan
b) mengatasi segala hambatan dan rintangan
c) mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa
d) memimpin Persidangan
e) memeriksa dan mengadili Perkara
f) meminutir berkas perkara
g) mengawasi pelaksanaan putusan
h) memberikan pengayoman kepada pencari keadilan
i) menggali nilai-nilai hukum yang hidup daalam masyarakat
j) mengawasi penasehat hukum
2) Tugas Non Yuditisial
a) Tugas Pengawasan sebagai Hakim Pengawas Bidang
b) turut melaksanakan hisab, rukyat dan mengadakan kesaksian
hilal
67
c) sebagai rokhaniawan sumpah jabatan
d) memberikan penyuluhan hukum
e) melayani riset untuk kepentingan ilmiah
f) tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya
3) Tugas Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara
a) konstatiring, yaitu yang dituangkan dalam Berita Acara
Persidangan dan dalam duduknya perkara pada Putusan Hakim.
b) kualifisir, yaitu yang dituangkan dalam pertimbangan hukum
dalam surat putusan.
c) konstituiring, yaitu yang dituangkan dama amar putusan
(dictum).
c. Pejabat Kepaniteraan
1) Panitera
Tugas Panitera adalah:
a) menyelenggarakan administrasi perkara dan mengatur tugas
wakil panitera, panitera muda dan panitera pengganti.
b) membantu haim dengan menghadiri dan mencatat jalannya
sidang pengadilan, membuat putusan/penetapan majelis.
c) menyusun berita acara persidangan
d) melaksanakan penetapan dan putusan pengadilan
e) membuat semua daftar perkara yang diterima di kepaniteraan
f) membuat salinan atau turunan penetapan atau putusan
pengadilan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
g) bertanggungjawab kepengurusan berkas perkara, putusan,
dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak
68
ketiga, surat-surat bukti, dan surat-surat lainnya yang disimpan
di kepaniteraan.
h) memberitahukan putusan verstek dan putusan di luar hadir.
i) membuat akta-akta
j) melegalisir surat surat yang akan dijadikan bukti dalam
persidangan
k) pemungutan biaya biaya pengadilan dan menyetorkannya ke
kas negara
l) mengirimkan berkas perkara yang dimohonkan banding, kasasi
dan PK.
m) melaksanakan, melaporkan dan mempertanggungjawabkan
eksekusi yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Agama.
n) melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pelelangan yang
ditugaskan oleh ketua PA.
o) Menerima uang titipan pihak ketiga dan melaporkannya
kepada Ketua PA.
p) Membuat Akta Cerai.
2) Panitera Muda Gugatan
Tugas Panitera Muda Gugatan adalah:
a) membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya
sidang pengadilan.
b) melaksanakan administrasi perkara, mempersiapkan
persidangan perkara, menyimpan berkas perkara yang masih
69
berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan masalah
perkara gugatan.
c) memberi nomor register pada setiap perkara yang diterima di
kepaniteraan gugatan.
d) mencatat setiap perkara yang diterima ke dalam buku daftar
disertai catatan singkat tentang isinya.
e) menyerahkan salinan putusan kepada para pihak yang
berperkara apabila dimintanya.
f) menyiapkan perkara yang dimohonkan banding, kasasi atau
peninjauan kembali.
g) menyerahkan arsip berkas perkara kepada Panitera Muda
Hukum.
3) Panitera Muda Permohonan
Tugas Panitera Muda Permohonan adalah:
a) melaksanakan tugas seprti Panitera Muda Gugatan dalam
bidang perkara permohonan.
b) termasuk dalam perkara permohonan ialah permohonan
pertolongan pembagian warisan di luar sengketa, permohonan
legalisasi Akta Ahli waris di bawah tangan,dll.
4) Panitera Muda Hukum
Panitera Muda Hukum bertugas :
a) membantu hakim yang mengikuti dan mencatat jalannya sidang
pengadilan.
70
b) mengumpulkan, mengolah dan mengkaji data, menyajikan
statistik perkara, menyusun laporan perkara, menyimpan arsip
berkas perkara.
c) mengumpulkan, mengolah dan mengkaji serta menyajikan data
hisab, rukyat, sumpah jabatan/PNS, penelitian dan serta
melaporkannya kepada pimpinan
d) melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya.
5) Panitera Pengganti
Tugas Panitera Pengganti adalah:
a) membantu hakim dengan melakukan persiapan, mengikuti dan
mencatat jalannya sidang pengadilan.
b) membantu hakim dalam hal membuat penetapan hari sidang,
membuat penetapan sita jaminan, membuat berita acara
persidangan yang harus selesai sebelum sidang berikutnya,
membuat penetapan-penetapan lainnya, mengetik
putusan/penetapan sidang.
c) melaporkan kepada panitera muda gugatan/permohonan pada
petugas Meja kedua untuk dicatat dalam register perkara
tentang adanya penundaan sidang serta alasan-alasannya, amar
putusan sela (kalau ada), perkara yang sudah putus beserta
amar putusannya
d) melaporkan kepada kasir untuk diselesaikan biaya-biaya dalam
proses perkara tersebut
71
e) menyerahkan berkas perkara kepada Panitera Muda
Gugatan/permohonan (Petugas meja ketiga) apabila telah
selesai diminutasi.
6) Jurusita/Jurusita Pengganti
Tugas Jurusita:
a) melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua
Pengadilan, ketua Sidang dan Panitera.
b) menyampaikan pengumuman-pengumuman dan
memberitahukan putusan pengadilan berdasarkan ketentuan
UU.
c) melakukan penyitaan atas perintah ketua pengadilan dan
dengan teliti melihat lokasi batas-batas tanah yang disita
beserta surat-suratnya yang syah apabila menyita tanah
d) melakukan tugas pelaksanaan putusan dan membuat berita
acaranya yang salinan resminya disampaikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
e) melakukan penawaran pembayaran uang titipan pihak ketiga
serta membuat berita acaranya
f) melaksanakan tugas di wilayah Pengadilan Agama yang
bersangkutan
g) panitera karena jabatannya adalah juga pelaksanaan tugas
kejurusitaan.
72
d. Subag Kepegawaian, bertugas menyimpan arsip daftar pegawai dan
mengusulkan kenaikan pangkat pegawai.
e. Subag Keuangan, bertugas mengurusi gaji pegawai, anggaran
keperluan kantor, mengajukan permintaan anggaran/pembelanjaan
untuk keperluan kantor, menerima uang masuk dan keluar beserta
membuat laporan keuangan.
f. Subag Umum, bertugas mengurusi segala administrasi kantor dan juga
menerima pembelanjaan yang telah dianggarkan oleh subag keuangan.
4. Perkara Perceraian yang Diselesaikan di Pengadilan Agama Bantul
Sesuai dengan tugas pokoknya, Pengadilan Agama Bantul telah
menyelesaikan perkara yang masuk dalam wilayah hukum Pengadilan
Agama Bantul. Berikut ini merupakan data gugatan perkara-perkara yang
diterima maupun yang diputus pada 2012 dan 2013 khususnya yang
berkaitan dengan perceraian maupun hak asuh anak.
Tabel 3. Perkara Perceraian yang Diterima di Pengadilan AgamaBantul Tahun 2012
No. Bulan
Jenis PerkaraCerai Talak Cerai Gugat
1. Januari 41 762. Februari 38 583. Maret 33 424. April 25 575. Mei 36 726. Juni 24 647. Juli 29 618. Agustus 14 389. September 49 10610 Oktober 35 8011. November 30 9812. Desember 27 55Jumlah 381 807
Sumber: Panitera Pengadilan Agama Bantul Tahun 2012
73
Berdasarkan data pada tabel 3. tentang perkara perceraian yang
diterima di Pengadilan Agama Bantul Tahun 2012 menjelaskan bahwa
perkara perceraian yang diterima di Pengadilan Agama Bantul mempunyai
angka yang tinggi. Dari Tabel 3. tersebut terdapat dua jenis perkara
perceraian yaitu cerai gugat dan cerai talak. Cerai gugat adalah gugatan
perceraian yang daijukan oleh pihak isteri atau wanita sedangkan cerai
talak adalah gugatan perceraian yang diajukan oleh pihak suami atau laki-
laki. Kedua jenis perkara perceraian (cerai gugat dan cerai talak) yang
diterima di Pengadilan Agama Bantul tahun 2012 tersebut selanjutnya
akan diputus oleh Hakim yaitu perkara tersebut dapat dikabulkan maupun
ditolak menuju proses persidangan tetapi juga dapat dicabut oleh pihak
yang bersangkutan. Penyebab Hakim menolak perkara perceraian karena
gugatan yang diajukan tidak sesuai atau alasan yang diajukan tidak dapat
dibuktikan. Hakim tidak begitu saja dengan mudah memutus perkara
perceraian untuk berlanjut ke persidangan, tentu dengan pertimbangan
seperti alasan perceraian yang memang harus bisa dibuktikan. Apabila
para pihak tidak dapat membuktikan atau tidak cukup bukti, maka hakim
akan menolak atau menggugurkan perkara yang diterima tersebut.
Perkara perceraian yang diterima mengalami tunggakan di mana
masih banyak perkara yang belum diputus oleh pihak Pengadilan Agama
Bantul. Jumlah antara perkara perceraian yang diputus dan perkara yang
diterima belum seimbang, di mana jumlah perkara yang diputus belum
mencapai setengah dari perkara perceraian yang diterima. Hal ini
74
disebabkan perkara yang diterima di Pengadilan Agama Bantul khususnya
mengenai perkara perceraian itu membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk persidangan dan diputuskan.
Pada perkara perceraian yang diputus di Pengadilan Agama Bantul
tahun 2012, jumlah perkara perceraian yang dikabulkan lebih banyak
dibanding perkara perceraian yang ditolak maupun perkara perceraian
yang dicabut. Hal tersebut membuktikan bahwa pada perkara perceraian di
Pengadilan Agama Bantul kebanyakan diputus untuk dikabulkan tentu saja
dengan pertimbangan yang matang oleh hakim selaku pejabat yang
berwenang.
Tabel 4. Perkara Perceraian yang Diterima di Pengadilan AgamaBantul Tahun 2013
No. Bulan
Jenis PerkaraCerai Talak Cerai Gugat
1. Januari 46 712. Februari 36 883. Maret 24 744. April 35 745. Mei 36 726. Juni 28 607. Juli - -8. Agustus - -9. September - -10 Oktober - -11. November - -12. Desember - -Jumlah 205 439
Sumber: Panitera Pengadilan Agama Bantul Tahun 2013
75
Berdasarkan data pada Tabel 4. tentang perkara perceraian yang
diterima pada bulan Januari sampai Juni 2013 bahwa angka perkara
perceraian di Pengadilan Agama Bantul mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan perkara perceraian yang diterima
di Pengadilan Agama Bantul sampai bulan Juni 2012, jumlah perkara
perceraian yang diterima sampai bulan Juni 2013 mengalami peningkatan
yakni Cerai Talak 197 perkara menjadi 205 perkara sedangkan Cerai
Gugat dari 369 perkara menjadi 439 perkara.
Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa angka perceraian di
Pengadilan Agama Bantul mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun
2013. Kedua tabel di atas juga menjelaskan mengenai perkara perceraian
yang diterima di Pengadilan Agama Bantul selanjutnya dibawah ini akan
menjelaskan mengenai beberapa perkara perceraian yang diterima
kemudian diputus di Pengadilan Agama Bantul.
76
Tabel 5. Perkara Perceraian yang Diterima pada Januari 2012 danDiputus di Pengadilan Agama Bantul
No Nomer Perkara TanggalRegistrasi
TanggalMusyawarah
Tanggaldibacakan
Amar
1. 1/Pdt.G/2012/PA.Btl 2 Jan 2012 1 Mar 2012 1 Mar 2012 kabul2. 5/Pdt.G/2012/PA.Btl 2 Jan 2012 7 Mar 2012 7 Mar 2012 kabul3. 12/Pdt.G/2012/PA.Btl 3 Jan 2012 7 Mar 2012 7 Mar 2012 kabul4. 13/Pdt.G/2012/PA.Btl 3 Jan 2012 1 Mar 2012 1 Mar 2012 kabul5. 19/Pdt.G/2012/PA.Btl 4 Jan 2012 23 Feb 2012 23 Feb 2012 kabul6. 20/Pdt.G/2012/PA.Btl 4 Jan 2012 23 Mar 2012 23 Mar 2012 kabul7. 22/Pdt.G/2012/PA.Btl 5 Jan 2012 22 Mar 2012 22 Mar 2012 kabul8. 23/Pdt.G/2012/PA.Btl 5 Jan 2012 20 Feb 2012 20 Feb 2012 kabul9. 33/Pdt.G/2012/PA.Btl 9 Jan 2012 23 Feb 2012 23 Feb 2012 kabul10. 34/Pdt.G/2012/PA.Btl 9 Jan 2012 27 Feb 2012 27 Feb 2012 kabul11. 37/Pdt.G/2012/PA.Btl 10 Jan 2012 7 Mar 2012 7 Mar 2012 cabut12. 43/Pdt.G/2012/PA.Btl 11 Jan 2012 20 Feb 2012 20 Feb 2012 kabul13. 46/Pdt.G/2012/PA.Btl 11 Jan 2012 22 Feb 2012 22 Feb 2012 kabul14. 55/Pdt.G/2012/PA.Btl 12 Jan 2012 6 Feb 2012 6 Feb 2012 cabut15. 65/Pdt.G/2012/PA.Btl 16 Jan 2012 15 Feb 2012 15 Feb 2012 cabut16. 69/Pdt.G/2012/PA.Btl 16 Jan 2012 5 Mar 2012 5 Mar 2012 kabul17 67/Pdt.G/2012/PA.Btl 17 Jan 2012 21 Feb 2012 21 Feb 2012 kabul18. 68/Pdt.G/2012/PA.Btl 17 Jan 2012 22 Feb 2012 22 Feb 2012 Kabul19. 85/Pdt.G/2012/PA.Btl 19 Jan 2012 28 Jun 2012 28 Jun 2012 Kabul20. 86/Pdt.G/2012/PA.Btl 24 Jan 2012 26 Mar 2012 26 Mar 2012 Kabul21. 88/Pdt.G/2012/PA.Btl 24 Jan 2012 29 Feb 2012 29 Feb 2012 Kabul22. 90/Pdt.G/2012/PA.Btl 24 Jan 2012 23 Feb 2012 23 Feb 2012 Kabul23. 91/Pdt.G/2012/PA.Btl 24 Jan 2012 28 Feb 2012 28 Feb 2012 Kabul24. 92/Pdt.G/2012/PA.Btl 24 Jan 2012 15 Mar2012 15 Mar 2012 Kabul25. 94/Pdt.G/2012/PA.Btl 25 Jan 2012 25 Mar 2012 25Mar 2012 Kabul26. 100/Pdt.G/2012/PA.Btl 25 Jan 2012 23 Feb 2012 23 Feb 2012 Kabul
Sumber: pa-bantul.go.id Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa pada umumnya perkara
perceraian yang diterima membutuhkan waktu minimal satu sampai dua
bulan untuk dapat diputus oleh Hakim. Hal tersebut membuktikan bahwa
untuk memutus perkara perceraian di Pengadilan Agama Bantul tidak
memerlukan waktu yang lama dan kecenderungan Hakim relatif mudah
memutus perkara untuk bercerai. Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 26
perkara perceraian yang diterima di Pengadilan Agama Bantul, 23 perkara
perceraian diputus untuk bercerai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
77
perkara perceraian yang diterima di Pengadilan Agama Bantul sebagian
besar diputus untuk dikabulkan daripada ditolak atau dicabut.
B. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Perceraian
Pengadilan Agama Bantul sebagaimana Pengadilan Agama yang lainnya
di Indonesia merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan Agama
merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu. Pengadilan
Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
Perkawinan, wasiat, hibah, wakaf, infaq, sodaqoh dan ekonomi syari’ah.
Hakim Pengadilan Agama Bantul mempunyai tugas untuk menegakkan
hukum acara perdata Islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara
yang diatur dalam hukum acara peradilan agama. Dengan demikian Hakim
tersebut harus memahami dan mencermati khususnya tentang hukum
perkawinan Islam. Sebelum Hakim memberikan sebuah pertimbangan dalam
memutuskan sebuah perkara, Hakim menggunakan salah satu teknik yang
sekaligus tugas seorang Hakim itu sendiri, yaitu mengkualifisir. Hakim
menganalisis fakta-fakta yang terbukti dan yang tidak terbukti. Fakta yang
terbukti kemudian akan dipilih lagi mana yang merupakan fakta hukum dan
yang bukan fakta hukum. Fakta hukum tersebut kemudian dicari hubungan
hukumnya. Mengkualifisir bertujuan untuk menetapkan putusan yang tepat.
Dalam penelitian ini, pertimbangan hakim adalah alasan-alasan hakim
dalam memutus suatu perkara sebagai pertanggungjawaban kepada
78
masyarakat sehingga bernilai obyektif. Dasar pertimbangan hakim dalam
memutus perkara perceraian di Pengadilan Agama Bantul adalah sebagai
berikut:
1. Mediasi yang tidak berhasil
Banyaknya perkara Perceraian di Pengadilan Agama Bantul baik
cerai gugat maupun cerai talak yang masuk ke pengadilan harus melalui
proses mediasi sebagai upaya perdamaian. Menurut Hakim hal tersebut
sesuai dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) RI Nomor 1 Tahun
2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Pasal 1 ayat (7) Perma
Nomor 1 Tahun 2008 menyebutkan bahwa mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Berdasarkan Perma
ini prosedur mediasi wajib ditempuh dalam penyelesaian perkara perdata
di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama termasuk perkara perceraian.
Berdasarkan Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa
perceraian hanya dapat dilakukan di sidang Pengadilan Agama setelah
Pengadilan Agama telah berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua
belah pihak. Pasal 115 KHI tersebut menjelaskan bahwa untuk bercerai
harus melalui sidang perceraian, pengadilan pun tidak dengan mudahnya
memutus sebuah gugatan perceraian yang masuk bahkan pengadilan
mengupayakan untuk mediasi. Jika upaya mediasi yang dilakukan
Pengadilan tidak berhasil dan pihak yang bersangkutan masih tetap
bersikukuh ingin bercerai maka dapat dilakukan jalan terakhir yaitu
79
perceraian yang tentu saja harus didasari dengan alasan-alasan yang dapat
dibuktikan.
Mediasi merupakan salah satu upaya pengadilan untuk mendamaikan
para pihak khususnya pada perkara perceraian. Mediator dalam proses
mediasi adalah Hakim Pengadilan Agama Bantul yang telah ditunjuk oleh
Ketua Pengadilan dan apabila mediasi gagal dan harus berlanjut ke
persidangan maka Hakim yang ditunjuk akan berbeda dengan Hakim
sebagai mediator. Proses mediasi yang dilakukan di Pengadilan Agama
Bantul dilakukan empat kali pemanggilan dan dengan prinsip kehati-
hatian. Misalnya pemanggilan pertama atau sidang pertama di mana jika
Penggugat tidak hadir dalam pemanggilan maka perkara tidak dibatalkan.
Kemudian jika pada pemanggilan kedua Tergugat tidak hadir juga tidak
langsung dibatalakan. Pada pemanggilan kedua ini meskipun telah
dibacakan gugatan dan pembuktian, kedua belah pihak baru dapat hadir
maka dilakukan mediasi. Pada pemanggilan ketiga merupakan hak jawab.
Sidang keempat merupakan berakhirnya pembuktian dan perkara tersebut
sudah diputus.
Menurut Hakim, ada beberapa kasus perceraian, di mana para pihak
menolak mediasi yang dilakukan oleh pengadilan dengan alasan bahwa
mereka sudah melakukan upaya mediasi diluar pengadilan namun Hakim
tidak langsung percaya begitu saja. Upaya mediasi yang gagal biasanya
disebabkan karena pada saat pertemuan kedua belah pihak baik tergugat
maupun tergugat, salah satu dari mereka yaitu Tergugat tidak hadir dalam
80
mediasi yang dilakukan oleh pengadilan. Hal tersebut akan mempersulit
hakim untuk mengupayakan mediasi karena hakim tidak dapat
mendengarkan kedua belah pihak melainkan hanya salah satu pihak saja,
selain itu dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008 juga sangat ditegaskan
bahwa mediasi baru dapat terjadi atas kesepakatan kedua belah pihak.
Ketika Tergugat tidak datang dan pihak Penggugat tetap bersikukuh untuk
bercerai dan telah cukup bukti maka hakim memutus perkara perceraian
tersebut untuk terus berlanjut ke persidangan.
Penyebab upaya mediasi yang gagal selanjutnya adalah meskipun
kedua belah pihak baik Penggugat maupun Tergugat telah datang dalam
pertemuan upaya mediasi tetapi mereka berdua telah bersepakat dan
bersikukuh untuk bercerai. Ketika upaya mediasi dilakukan dan hakim
mendengarkan kedua belah pihak telah sepakat untuk bercerai dan telah
disertai dengan alasan yang dapat dibuktikan maka hakim memutus
perkara tersebut untuk berlanjut ke persidangan. Hal tersebut telah
ditegaskan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomer 1 Tahun 2008
bahwa jika dalam mediasi tidak mencapai kesepakatan atau mediasi gagal
maka hakim dapat melanjutkan pemeriksaan perkara tersebut di
persidangan. Pada saat pemeriksaan di persidangan Hakim selalu
menyarankan untuk upaya mediasi atau membujuk untuk rukun kembali.
Hakim melihat bahwa jika sebuah rumah tangga tidak sesuai dengan
tujuan perkawinan maka akan percuma saja diteruskan. Jika diteruskan
81
maka akan ada hal yang tidak diinginkan seperti kekerasan,
perselingkuhan dan sebagainya.
Mediasi seakan menjadi sebuah formalitas di mana perkara
perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Bantul sebagian besar
diputus untuk dikabulkan meskipun perkara tersebut telah melalui upaya
mediasi yang dilakukan oleh pengadilan. Menurut Hakim, dari perkara
perceraian yang masuk di Pengadilan Agama Bantul hanya satu atau
perkara saja yang mampu diselesaikan dengan mediasi. Berikut ini
merupakan perkara yang diputus bercerai karena upaya mediasi telah gagal
dilakukan, antara lain:
1) Perkara Nomor 459/Pdt.G/2012/PA.Btl
bahwa Majelis Hakim dengan dibantu oleh Hakim Mediator telahberusaha semaksimal mungkin untuk merukunkan kepadaPenggugat agar bersabar dan tetap rukun untuk mempertahankankeutuhan rumah tangganya bersama Tergugat akan tetapi usahatersebut tidak berhasil
2) Perkara Nomor 788/Pdt.G/2012/PA.Btl
Menimbang, bahwa Majelis Hakim dan mediator telah berupayadengan sungguh-sungguh untuk mendamaikan Pemohon danTermohon, akan tetapi tidak berhasil
3) Perkara Nomor 825/Pdt.G/2012/PA.Btl
Menimbang bahwa, Majelis Hakim dan mediator telah berusahamendamaikan Pemohon konpensi dengan Termohon konpensi agartetap rukun dalam rumah tangga, akan tetapi usaha tersebut tidakberhasil
82
Upaya yang dilakukan hakim pun tidak hanya sampai mediasi saja,
setiap kali persidangan hakim selalu menanyakan kepada para pihak untuk
berdamai sebelum hakim memutus perkara. Dari banyaknya perkara
perceraian di Pengadilan Agama Bantul, hanya sedikit saja yang mampu
berhasil dilakukan upaya mediasi yaitu satu atau dua perkara di tahun
2012. Perkara perceraian ini dapat berhasil karena adanya iktikad baik dari
kedua belah pihak baik Tergugat maupun Penggugat. Dengan adanya
iktikad baik ini akan mempermudah Mediator sebagai penengah sehingga
dapat mencapai kesepakatan. Adapun perkara perceraian yang tidak
berhasil dalam mediasi kemudian berlanjut pada pemeriksaan di
persidangan. Pada persidangan, Hakim selalu mengupayakan untuk
perdamaian dan itu berhasil sehingga perkara dapat dicabut dan mereka
tidak diputus untuk bercerai. Perkara perceraian yang dicabut karena
upaya mediasi yang berhasil, antara lain perkara Nomer
55/Pdt.G/2012/PA.Btl dengan mempertimbangkan bahwa Majlis perlu
mengemukakan dalil qo’idah fiqhiyyah yang artinya : Perdamaian itu
adalah pokok segala hukum.
2. Alasan-alasan perceraian yang dapat dibuktikan
Sesuai dengan Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam (KHI), bahwa
perceraian hanya dapat dilakukan di sidang Pengadilan Agama setelah
Pengadilan Agama tersebut telah berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak. Pasal tersebut menjadi salah satu bukti
bahwa perceraian bagi beragama Islam itu tidak dengan mudah terjadi,
83
serta harus dengan alasan yang jelas. Alasan perceraian selanjutnya juga
dijelaskan dalam Pasal 116 KHI. Menurut Pasal 116 KHI perceraian dapat
terjadi karena alasan atau alasan-alasan:
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudidan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahunberturut-turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang sah ataukarena hal lain diluar kemampuannya;
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atauhukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yangmembahayakan pihak lain;
e. salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibattidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;
f. antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan danpertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalamrumah tangga;
g. suami melanggar taklik talak’h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
Alasan perceraian pada perkara perceraian yang masuk di Pengadilan
Agama Bantul tahun 2012, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Perceraian diPengadilan Agama Bantul tahun 2012
No. Bulan Faktor-faktor Penyebab Perceraian JumlahKeterangan
A B C D E F G
1. Januari 6 27 3 2 83 121 CG : 92 CT : 292. Februari 31 3 1 65 100 CG : 79 CT : 213. Maret 1 35 51 2 89 CG : 79 CT : 104. April 1 23 1 1 83 1 109 CG : 81 CT : 285. Mei 5 25 1 1 67 99 CG : 66 CT : 336. Juni 2 33 34 69 CG : 44 CT : 257. Juli 1 33 44 76 CG : 54 CT : 228. Agustus 1 35 48 1 85 CG : 68 CT : 179. September 1 38 2 42 83 CG : 55 CT : 2810. Oktober 42 1 38 1 82 CG : 66 CT : 1611. November 7 30 2 45 84 CG : 72 CT : 1212. Desember CG: CT:
25 352 12 1 5 600 604 CG: 756 CT: 341Sumber: Panitera Pengadilan Agama Bantul Tahun 2012
84
Keterangan:A= MoralB= Meninggalkan KewajibanC= Menyakiti JasmaniD= DihukumE= Cacat BiologisF= Terus menerus berselisihG= Lain-lainCG= Cerai GugatCT= Cerai Talak
Pada Tabel 6. tentang faktor-faktor penyebab perceraian di
Pengadilan Agama Bantul menjelaskan bahwa ada enam faktor yang
menjadi penyebab perceraian di Pengadilan Agama Bantul, antara lain
moral, meninggalkan kewajiban, menyakiti jasmani, dihukum, cacat
biologis dan terus-menerus berselisih. Dari kelima faktor tersebut yang
menjadi pengaruh terbesar perceraian di Pengadilan Agama Bantul tahun
2012 adalah terus-menerus berselisih, selanjutnya karena meninggalkan
kewajiban, moral, menyakiti jasmani, cacat biologis, dan dihukum. Faktor
moral merupakan faktor perceraian yang berkaitan dengan moral baik
tergugat maupun penggugat, misalnya adanya perselingkuhan yang
menjadi alasan perceraian, maupun hal yang mempengaruhi perilaku baik
tergugat maupun tergugat seperti mabuk dan berjudi. Pada faktor
meninggalkan kewajiban adalah mengenai segala kewajiban baik
penggugat maupun tergugat sebagai suami istri maupun sebagai orang tua
dari anak-anak mereka. Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban
sebagaimana diatur dalam undang-undang seperti Undang-Undang
Perkawinan (UUP), Peraturan Pelaksanaan UUP, dan Kompilasi Hukum
Islam.
85
Faktor yang menjadi penyebab perceraian selanjutnya adalah
menyakiti jasmani, misalnya adanya kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) yang terus menerus dilakukan khususnya kekerasan secara fisik.
Sedang dihukum merupakan faktor yang menjadi alasan perceraian
selanjutnya, yang dimaksud dengan dihukum adalah alasan perceraian
yang diajukan karena pihak tergugat telah dihukum khususnya dalam
perkara pidana sehingga tergugat tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Faktor lain penyebab perceraian adalah cacat biologis, cacat biologis ini
misalnya karena tergugat mempunyai cacat secara fisik maupun non fisik.
Faktor terakhir penyebab perceraian di pengadilan Agama Bantul yang
terakhir adalah terus-menerus berselisih, misalnya dalam sebuah rumah
tangga antara suami dan istri sering terjadi percekcokan atau berselisih
paham yang terjadi secara terus menerus dan sulit diredamkan. Secara
umum, menurut para hakim alasan-alasan adanya perceraian di Pengadilan
Agama Bantul adalah masalah ekonomi yang kemudian menyebabkan
pertengkaran, suami atau istri yang pergi meninggalkan rumah tangganya,
dan adanya pria atau wanita idaman lain.
Tab
el 7
. Fak
tor-
Fakt
or P
enye
bab
terj
adin
ya P
erce
raia
n di
Pen
gadi
lan
Aga
ma
Ban
tul t
ahun
201
3
Fakt
or-F
akto
r Pen
yeba
b Pe
rcer
aian
No
Bul
anA
BC
DE
FG
HI
JK
LM
NO
Jml.
Ket
eran
gan
1.Ja
nuar
i2
123
631
90C
G: 6
3 C
T: 2
72.
Febr
uari
57
2154
87C
G: 6
5 C
T: 2
23.
Mar
et1
652
240
101
CG
: 61
CT:
40
4.A
pril
141
6710
9C
G: 8
9 C
T: 2
05.
Mei
23
211
276
210
7C
G: 8
1 C
T: 2
66.
Juni
17
271
251
89C
G: 7
5 C
T: 1
4Su
mbe
r: P
anite
raPe
ngad
ilan
Agam
a Ba
ntul
Tahu
n 20
13
Ket
eran
gan:
A=
polig
ami t
idak
seha
tC
G=
Cer
ai G
ugat
B=
kris
is a
khla
kC
T= C
erai
Tal
akC
= ce
mbu
ruD
= ka
win
pak
saE=
eko
nom
iF=
tida
k ad
a ta
nggu
ng ja
wab
G=
kaw
in d
ibaw
ah u
mur
H=
keke
jam
an ja
sman
iI =
kek
ejam
an m
enta
lJ =
dihu
kum
K=
caca
t bio
logi
sL=
pol
itis
M=
gang
guan
pih
ak k
etig
aN
= tid
ak a
da k
ehar
mon
isan
O=
Lain
-lain
87
Berdasarkan Tabel 7. tentang faktor-faktor penyebab perceraian di
Pengadilan Agama Bantul dari bulan Januari sampai Juni tahun 2013 dapat
dilihat bahwa faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun 2013 lebih
spesifik atau khusus dibanding dengan faktor-faktor penyebab perceraian
pada Tabel 5. Pada Tabel 6. mempunyai 14 faktor-faktor penyebab
perceraian di Pengadilan Agama Bantul antara lain poligami tidak sehat;
krisis akhlak; cemburu; kawin paksa; faktor ekonomi; tidak ada tanggung
jawab sebagai suami atau istri; kawin dibawah umur; kekejaman jasmani;
kekejaman mental; dihukum; cacat biologis; politis; gangguan pihak
ketiga; dan tidak ada keharmonisan, sedangkan pada Tabel 5. faktor-faktor
penyebab perceraian hanya memiliki 6 faktor antara lain moral;
meninggalkan kewajiban; menyakiti jasmani; dihukum; cacat biologis; dan
terus-menerus berselisih.Sebenarnya faktor-faktor penyebab perceraian
baik yang ada dalam tabel 6. maupun tabel 7. memiliki kesamaan hanya
saja pada tabel 6. dibuat lebih spesifik berdasarkan perkara perceraian
yang diterima di Pengadilan Agama Bantul tahun 2013.
Setiap gugatan perceraian baik cerai gugat maupun cerai talak yang
masuk ke pengadilan harus dapat dibuktikan oleh masing-masing pihak
dan harus memenuhi alasan perceraian berdasarkan peraturan yang berlaku
seperti pada Pasal 116 KHI. Alasan-alasan tersebut harus mampu
dibuktikan oleh para saksi. Hakim tidak begitu dengan mudah memutus
perkara perceraian namun juga harus dibuktikan oleh saksi-saksi yang
mendengar dan melihat secara langsung bukti tersebut. Oleh karena itu
88
dalam persidangan perkara perceraian, hakim mempertimbangkan
kesaksian para saksi dalam memutus perkara perceraian. Berikut ini alasan
perceraian menurut Pasal 116 KHI pada beberapa perkara perceraian yang
mampu dibuktikan oleh saksi, yaitu sebagai berikut:
1) Perkara Nomer 5/Pdt.G/2012/PA.Btl
Kedua saksi membenarkan:
Bahwa yang saksi ketahui, rumah tangga Penggugat danTergugat tidak harmonis sering terjadi pertengkaran yangpenyebabnya masalah ekonomi, Tergugat suka minum-minumankeras sampai mabuk, Tergugat suka pergi mancing, Tergugattidak memberi uang untuk Penggugat dan anak-anak.
Alasan di atas sesuai dengan Pasal 116 huruf a KHI di mana perceraian
dapat terjadi jika salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
2) Perkara Nomer 1085/Pdt.G/2012/PA.Btl
Kedua saksi membenarkan:
Bahwa, perpisahan Penggugat dan Tergugat diawali denganadanya perselisihan antara Penggugat dan Tergugat. Adapunsebabnya, karena Tergugat sering minum-minuman keras, sukaKDRT kepada Penggugat dan kelakuan Tergugat keras dan kasarkemudian Penggugat pulang ke rumah Saksi.
Alasan di atas sesuai dengan Pasal 116 huruf a KHI di mana perceraian
dapat terjadi jika salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; selain itu juga sesuai
dengan Pasal 116 huruf d salah satu pihak melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
89
3) Perkara Nomer 43/Pdt.G/2012/PA.Btl
Kedua saksi membenarkan:
- Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat yang demikianitu menjadi goyah karena dahulu pernikahannya didorongPenggugat telah hamil dulu sementara ibu Tergugat tidakmerestui perkawinan mereka ;
- Bahwa selama berpisah Tergugat sebagai suami tidak pernahmenjalankan kewajibannya sebagai suami baik secara lahirmaupun batin
Alasan di atas sesuai dengan Pasal 116 huruf f yaitu perceraian dapat
terjadi karena antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan
dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
4) Perkara Nomer 19/Pdt.G/2012/PA.Btl
Saksi bersaksi bahwa:
- bahwa Saksi sering mendengar Penggugat dan Tergugatbertengkar
- bahwa Tergugat suka melakukan kekerasan terhadapPenggugat
- bahwa Penggugat dan Tergugat belum dikaruniai anak dansetiap diajak ke dokter Tergugat menolak
Alasan gugatan tersebut sesuai dengan Pasal 116 huruf d Kompilasi
Hukum Islam di mana adanya kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut Hakim, sebuah perkara perceraian dapat dikabulkan jika
perkara tersebut mempunyai alasan yang dapat dibuktikan sehingga
dengan hal tersebut dapat menguatkan gugatan. Bukti dalam persidangan
dapat berupa pengakuan, bukti tertulis, dan saksi. Pada umumnya bukti
dalam putusan perkara perceraian di Pengadilan Agama Bantul meliputi
bukti tertulis dan bukti saksi (berjumlah dua orang saksi). Bukti tertulis
90
berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penggugat, Fotokopi Akta
Nikah, dan Fotokopi Akta Kelahiran (mengenai hak asuh anak karena
perceraian), sedangkan bukti saksi pada umumnya berjumlah dua orang
saksi baik dari pihak Penggugat maupun Tergugat. Pada umumnya perkara
perceraian di Pengadilan Agama Bantul dalam pembuktian di persidangan
hanya menggunakan kedua bukti (bukti tertulis dan bukti saksi) tersebut
tanpa secara khusus menambahkan bukti lain, misalnya pada perkara
perceraian yang alasan gugatan adalah kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) pada Perkara Nomer 1085/Pdt.G/2012/PA.Btl tidak menyertakan
buki lain seperti surat hasil Visum dokter tetapi hanya dibuktikan dengan
keterangan saksi atau bukti saksi. Dengan kata lain, Hakim di Pengadilan
Agama Bantul hanya mengandalkan bukti seadanya dalam
mempertimbangkan putusannya yaitu Bukti tetulis yang berupa fotokopi
akta nikah dan fotokopi KTP serta keterangan dari dua orang saksi yang
dihadirkan.
Kebanyakan putusan perkara perceraian di Pengadilan Agama
Bantul, saksi yang dihadirkan di persidangan berjumlah dua orang dari
Penggugat dan dua orang dari Tergugat (jika Tergugat datang dalam
persidangan). Dari para saksi yang dihadirkan tersebut menurut Hakim
sudah dirasa cukup. Keterangan saksi ini selanjutnya diberikan secara lisan
dan disampaikan sendiri oleh saksi dan tidak boleh diwakilkan. Saksi-saksi
yang dihadirkan dalam persidangan pun kebanyakan masih merupakan
salah satu keluarga atau kerabat para pihak baik Penggugat maupun
91
Tergugat. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi kesaksian, di mana saksi
akan cenderung memihak pada pihak yang membawanya karena masih
kerabat atau keluarga.
Kesaksian hanya dapat disampaikan oleh orang yang mengetahui
secara langsung atau dengan mata kepala sendiri kejadian tersebut. Saksi
yang dihadirkan dalam perkara perceraian tidak demikian, kebanyakan
putusan perkara menjelaskan bahwa saksi tidak mengetahui secara
langsung dan tidak melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa tersebut.
Mereka (saksi) hanya mendengar cerita dari Penggugat ataupun tergugat
saja. Kesaksian ini merupakan kesaksian yang didengar dari orang lainatau
disebut dengan testimonium de auditu. Sebenarnya kesaksian ini tidak
diperkenankan karena keterangan itu tidak berhubungan dengan peristiwa
yang dialami sendiri. Pada paktiknya Hakim di Pengadilan Agama Bantul
tetap menggunakan kesaksian tersebut dalam perkara perceraian.
3. Pertimbangan secara psikologis
Menurut Hakim, sebuah perkara perkawinan dapat diputus kabul
dengan melihat keadaan sebuah perkawinan itu sendiri. Jika sebuah
perkawinan atau rumah tangga sudah tidak dapat dipertahankan lagi maka
Hakim akan memutus kabul dengan melihat alasan-alasan yang mampu
dibuktikan di persidangan tentunya. Hakim berpendapat jika sebuah rumah
tangga sudah tidak dapat dipersatukan lagi maka akan diputus kabul
karena Hakim berpendapat jika sebuah rumah tangga sudah hancur tetapi
dipaksakan untuk bersatu akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
92
seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, ataupun
yang lainnya. Seperti pada perkara Nomer 459/Pdt.G/2012/PA.Btl sebagai
berikut:
maka secara psychologis dapat disimpulkan bahwa ikatan batinyang mendasari pernikahan Penggugat dan Tergugat telah tidakada lagi. Dan hati kedua belah pihak telah pecah dan sulit untukdirukunkan atau disatukan lagi. Oleh karena itu Majelis Hakimberkeyakinan bahwa mempertahankan rumah tangga Penggugatdan Tergugat tersebut merupakan suatu sia-sia dan tidakbermanfaat, bahkan akan menjadi beban psikologis yang beratkhususnya bagi Penggugat. Oleh karena itu perlu dicarikan jalankeluar atau solusi yang tepat dan bermanfaat bagi keduanyaadalah perceraian. Sebab dengan perceraian dapat memberikanrasa ketenangan batin dan memperoleh kepastian hukum sertastatus sosial yang jelas bagi keduanya
Dengan adanya perceraian, diharapkan mampu menjadi jalan keluar
yang terbaik dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Para pihak tidak
berada dalam keterpaksaan dan menanggung beban psikologis atau mental.
Dengan status sosial yang baru setelah perceraian, para pihak dapat
mencari pasangan yang dianggap terbaik tanpa adanya dianggap
melakukan perselingkuhan karena status mereka telah single.
Menurut Hakim, sebuah masalah atau perselisihan dalam rumah
tangga atau perkawinan merupakan hal yang wajar karena perkawinan
merupakan penyatuan dua insan yang berbeda. Perbedaan tersebut
harusnya mampu melengkapi satu sama lain dalam membina rumah
tangga. Akan tetapi jika perbedaan tersebut terus menerus terjadi dan
menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan, maka hal tersebut bukan
suatu hal yang wajar. Sebuah rumah tangga atau perkawinan mempunyai
tujuan yaitu menjadi keluarga yang bahagia dan kekal. Jika perselisihan
93
yang terjadi terus menerus bahkan terjadi kekerasan dalam rumah tangga
tentu sudah tidak sejalan dengan tujuan perkawinan tersebut. Seperti pada
perkara Nomer 459/Pdt.G/2012/PA.Btl sebagai berikut:
bahwa secara filosofis keadaan rumah tangga Penggugat danTergugat sudah tidak sejalan lagi dengan maksud dan tujuanperkawinan sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi HukumIslam. Dan tuntunan al-Qur'an surat Ar- Rum ayat 21 yangmenghendaki perkawinan itu dapat membentuk rumah tangga(keluarga) yang bahagia dan kekal, serta sakinah, mawaddahwarahmah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Hak Asuh Anak
karena Perceraian
Perkara hak asuh anak atau hadlanah karena perceraian di Pengadilan
Agama Bantul tidak secara khusus berdiri dalam perkara tersendiri namun
masuk dalam perkara perceraian. Hal tersebut dapat dilihat pada data perkara
yang masuk maupun perkara yang diputus di Pengadilan Agama Bantul Tahun
2012. Pada perkara hak asuh anak karena perceraian Hakim mempunyai
beberapa pertimbangan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
batasan masalah, bahwa pertimbangan hakim adalah alasan-alasan hakim
dalam memutus suatu perkara sebagai pertanggungjawaban kepada
masyarakat sehingga bernilai obyektif.
Pertimbangan dalam memutus perkara hak asuh anak karena perceraian
di Pengadilan Agama Bantul, adalah sebagai berikut:
1. Kewenangan ibu terhadap hak asuh anak
Dasar pertimbangan hakim secara yuridis pada perkara hak asuh
anak karena perceraian adalah berdasarkan Pasal 105 huruf a Kompilasi
94
Hukum Islam (KHI) di mana hak asuh anak (hadlanah) yang belum
mumayyiz atau belum berumur 12 tahun berada pada ibu. Pertimbangan
Hakim berdasarkan Pasal 105 huruf a KHI. Perkara hak asuh anak karena
perceraian di Pengadilan Agama Bantul sebagian besar menggunakan
pertimbangan ini yaitu mengacu pada Pasal 105 huruf a KHI seperti pada
perkara Nomor 459/Pdt.G/2012/PA.Btl, Nomor 788/Pdt.G/2012/PA.Btl,
dan Nomor 825/Pdt.G/2012/PA.Btl, sebagai berikut:
- Perkara Nomor 459/Pdt.G/2012/PA.Btl
Menimbang, bahwa karena anak Penggugat dan Tergugat yang bernamaALMA LIANA RAHMAWATI yang lahir tanggal 19 Juli 2002 (Bukti P.3)sampai saat ini baru berumur 10 tahun atau belum mumayiz, maka sesuaiketentuan Pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam dan karena selama inisudah diasuh ibunya, maka secara psychologis lebih dekat kepada ibunya,oleh karena itu maka selayaknya hak asuh anak tersebut diberikan kepadaPenguggat
- Perkara Nomor 788/Pdt.G/2012/PA.Btl
Menimbang bahwa berdasarkan Alat Bukti ( T.1 ) Anak PenggugatRekonpensi dengan Tergugat Rekonpensi yang bernama ANAK 2,lahir 5 Juni 2006, belum berumur 12 tahun, maka menetapkan anaktersebut belum Mumayyiz, dan Penggugat Rekonpensi tidak adahalangan untuk mengasuhnya, maka berdasarkan pasal 156 huruf(a) menetapkan anak Penggugat rekonpensi dengan TergugatRekonpensi tersebut berada di bawah Hadhanah PenggugatRekonpensi
- Perkara Nomor 825/Pdt.G/2012/PA.Btl
Maka berdasarkan 156 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam diIndonesia, menetapkan anak Penggugat rekonpensi denganTergugat rekonpensi yang bernama ANAK PEMOHON DANTERMOHON, lahir tanggal 16 Februari 2010, berada di bawahhadanah Penggugat rekonpensi
95
Menurut Hakim, pertimbangan hukum pada Pasal 105 huruf a KHI
tersebut bukan merupakan dasar hukum yang mutlak artinya bisa saja hak
asuh anak berada pada ayahnya meskipun anak tersebut belum mumayyiz
atau belum berumur 12 tahun. Ketentuan Pasal 105 huruf a KHI tersebut
berlaku selama ibu sebagai orang tua mampu menjalankan kewajibannya
dengan baik. Artinya jika dalam sebuah perceraian ibu tidak mampu
melaksanakan kewajibannya dan melanggar ketentuan Pasal 116 KHI
seperti sering meninggalkan rumah, tidak mengurusi keluarga, sering
berjudi, pemabuk dan sebagainya, maka hak asuh anak bisa saja berada
pada ayah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat pertimbangan lain,
seperti karena adanya pertimbangan psikologis yang berkaitan dengan
psikologis anak yang bersangkutan misalnya anak lebih dekat dengan
ayahnya dibanding dengan ibunya karena ibunya sering pergi
meninggalkan keluarganya dan perhatian ayahnya lebih besar
dibandingkan dengan ibunya sehingga secara otomatis anak akan lebih
merasa nyaman berada pada ayahnya.
2. Pertimbangan hukum Hakim berdasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
Menurut salah satu Hakim di Pengadilan Agama Bantul, salah satu
yang menjadi pertimbangan hukum Hakim adalah berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, orang
tua (bapak maupun ibu) memiliki hak yang setara dan sama sebagai orang
96
tua untuk mengasuh, memelihara, dan merawat serta melindungi hak-hak
anak. Undang-Undang Perlindungan Anak merupakan pertimbangan
hukum yang penting karena dalam undang-undang tersebut mengatur
mengenai jaminan hak anak dan melindungi kepentingan anak tersebut.
Pada kenyataannya kebanyakan putusan perkara hak asuh anak
karena perceraian di Pengadilan Agama Bantul tidak menggunakan
pertimbangan hukum Undang-Undang Perlindungan Anak, seperti pada
perkara Nomor 459/Pdt.G/2012/PA.Btl, Nomor 788/Pdt.G/2012/PA.Btl,
dan Nomor 825/Pdt.G/2012/PA.Btl. Dari ketiga contoh perkara hak asuh
anak tersebut yang menjadi pertimbangan hukum adalah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
3. Kemampuan ekonomi
Hakim berpendapat bahwa pada perkara perceraian yang
mempersoalkan mengenai hak asuh anak atau hadhonah, anak menjadi
pertimbangan terpenting bagi hakim dalam memutus perkara perceraian
tersebut. Jaminan masa depan dan kehidupan anak menjadi tujuan penting
setelah adanya perceraian karena sesuai dengan Undang-Undang
Perlindungan Anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.
Menurut Hakim, anak tidak hanya terjamin dalam hal psikologis atau
kasih sayang, tetapi juga terjamin secara materi atau penghidupan yang
layak yang mencakup kebutuhan ekonomi anak. Hakim dalam memutus
perkara hak asuh anak akan mempertimbangkan masa depan anak dan hal
tersebut menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam memutus hak asuh
97
anak karena perceraian yaitu dengan melihat Pasal 105 huruf c Kompilasi
Hukum Islam di mana pemeliharaan anak setelah perceraian ditanggung
oleh ayah. Misalnya seperti pada perkara Nomer 788/Pdt.G/2012/PA.Btl
dan Nomer 825/Pdt.G/2012/PA.Btl, meskipun hak asuh kedua perkara
tersebut berada pada ibunya yang penghasilan perbulannya lebih sedikit
dibanding ayah namun hakim mempertimbangkan besarnya tunjangan
nafkah anak yang harus diberikan ayah kepada anak.
Mengenai kemampuan ekonomi, siapa (ibu atau ayah) yang lebih
mampu secara ekonomi dalam menjamin kebutuhan anak selanjutnya akan
dibuktikan melalui keterangan saksi-saksi yang dihadirkan. Saksi yang
hadir dalam persidangan akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
Hakim selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Persidangan yang
merupakan satu kesatuan dengan Putusan Perkara tersebut. Misalnya
perkara Nomer 825/Pdt.G/2012/PA.Btl yang salah satu saksi dari Tergugat
menerangkan bahwa penghasilan Pemohon setiap bulan sebesar
Rp.1.500.000. Selanjutnya dengan keterangan saksi tersebut dapat menjadi
pertimbangan Hakim untuk memutus siapakah yang lebih mampu secara
ekonomi dan selanjutnya sebagai nafkah anak.
4. Kasih sayang orang tua terhadap anak
Hakim berpendapat bahwa setiap anak berhak mendapatkan kasih
sayang dari kedua orang tuanya, tidak terkecuali pada anak setelah adanya
perceraian, meskipun kedua orang tuanya telah bercerai tetapi tidak
mempengaruhi hak anak untu mendapatkan kasih sayang dari orang
98
tuanya. Kasih sayang orang tua terhadap anak dapat dilihat dari kedekatan
anak dengan orang tua itu sendiri, dan tidak hanya kedekatan fisik tetapi
juga kedekatan secara emosional atau psikologis. Kedekatan psikologis ini
selanjutnya akan mempengaruhi sifat emosional atau faktor psikologis
dalam diri anak. Faktor kedekatan antara anak dan orang tua ini lah yang
perlu diperhatikan misalnya anak mempunyai kedekatan yang lebih
dengan salah satu orangtuanya (ibu atau bapak), sehingga anak menjadi
nyaman tinggal bersama salah satu orang tuanya tersebut dan dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut. Ketika anak sudah merasa
nyaman dan aman tinggal bersama salah satu orang tuanya maka akan
tercipta suasana yang bahagia di mana anak akan melakukan segala
sesuatu dengan gembira tidak dengan keterpaksaan. Berbeda dengan
ketika anak dipaksa untuk tinggal bersama salah satu orang tuanya yang
tidak didasari dengan kedekatan psikologis maka akan timbul suasana
yang kaku dan tidak menyenangkan. Kasih sayang orang tua menjadi salah
satu pertimbangan hakim dalam memutus perkara hak asuh anak. Hakim
akan mempertimbangkan anak tersebut akan diasuh bersama ibu atau
ayahnya yang benar-benar mencurahkan kasih sayangnya. Misalnya pada
perkara Nomer 788/Pdt.G/2012/PA.Btl di mana selama tujuh tahun anak
tersebut tinggal bersama ibunya dan diasuh oleh ibunya. Hal tersebut
mampu dibuktikan oleh saksi sebagai berikut:
- Anak Termohon dengan Pemohon berumur sekitar 7 tahun dansekarang diasuh oleh Termohon
- Bahwa Termohon bagus dalam mengasuh anaknya;
99
Pada perkara Nomer 459/Pdt.G/2012/PA.Btl misalnya, menurut
putusan perkara tersebut alasan Penggugat ingin bercerai adalah antara
Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran
disebabkan Tergugat tidak memberikan nafkah wajibnya serta sering
meninggalkan Penggugat, minum minuman keras, banyak hutang,
gadaikan motor dan Tergugat sering meneror Tergugat serta puncaknya
telah pisah tempat tinggal selama 1 tahun lebih dan Tergugat tidak pernah
menafkahi lagi. Berdasarkan alasan tersebut bahwa Tergugat selaku ayah
dari anak sering meninggalkan rumah dan meninggalkan kewajibannya
sebagai seorang ayah, sehingga anak tidak sepenuhnya mendapat kasih
sayang dan perhatian dari ayahnya. Dengan demikian, putusan dalam
perkara hak asuh anak hakim mempertimbangkan bahwa karena anak
Penggugat dan Tergugat yang bernama ALMA LIANA RAHMAWATI
yang lahir tanggal 19 Juli 2002 karena selama ini sudah diasuh ibunya,
maka secara psychologis lebih dekat kepada ibunya, oleh karena itu maka
selayaknya hak asuh anak tersebut diberikan kepada Penguggat.
Pada perkara Nomor 788/Pdt.G/2012/PA.Btl dan Nomor
825/Pdt.G/2012/PA.Btl meskipun keduanya merupakan cerai talak yang
menginginkan hak asuh anak berada pada ayah (Penggugat) namun
putusan hak asuh anak kedua perkara tersebut akhirnya berada pada ibu
(Tergugat) karena hakim berpendapat bahwa secara psikologis kedekatan
anak dengan ibu karena selama ini tinggal bersama ibu. Dengan demikian
jelas sekali bahwa kasih sayang orang tua kepada anak merupakan hal
100
yang sangat penting demi kelangsungan tumbuh kembang anak khususnya
secara mental atau psikis.
5. Kemampuan mendidik
Sebagai orang tua hendaknya mampu mendidik anaknya dengan
baik. Hakim akan mempertimbangkan kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya, hal ini karena banyak sekali kasus orang tua yang
kurang memperhatikan anaknya. Setelah perceraian, anak tidak dapat
tinggal bersama kedua orang tuanya dan hanya bisa tinggal bersama salah
satu dari mereka. Hal ini menjadi pertimbangan hakim dalam memutus
perkara hak asuh anak karena perceraian. Hakim harus benar-benar
melihat lebih jauh kemampuan orang tua dalam mendidik anak agar jika
anak tinggal bersama salah satu dari orang tua, anak tidak ditelantarkan.
Hakim berpendapat bahwa masa depan anak adalah hal yang sangat
diutamakan dan itu tergantung pada bagaimana orang tua mendidik anak
tersebut sehingga mampu menjadi pribadi yang baik. Misalnya pada
perkara Nomer 825/Pdt.G/2012/PA.Btl bahwa meskipun Tergugat
Rekonpensi selaku ayah dari anak berkeberatan atas hak asuh anak yang
diajukan Penggugat Rekonpensi selaku ibu karena menurut Tergugat tidak
cukup alasan, akan tetapi hakim berpendapat bahwa keberatan dari
Tergugat tidak dapa diterima. Hakim mempertimbangkan kemampuan
orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak dengan melihat bahwa
Penggugat rekonpensi yang selama ini mengasuh anak tersebut.
101
Alasan-alasan yang diajukan sebagai bahan pertimbangan hakim dalam
memutus perkara hak asuh anak karena perceraian tersebut dibuktikan oleh
saksi dalam persidangan. Saksi sebagai orang yang melihat dan mendengar
kejadian atau peristiwa secara langsung sangat berarti dalam mempengaruhi
pertimbangan hakim. Saksi tersebut selanjutnya disumpah agar mampu
bersaksi secara jujur dan sesuai kenyataan. Kesaksian para saksi selanjutnya
menjadi bahan pertimbangan hakim untuk memutus perkara hak asuh anak
karena perceraian. Saksi yang dihadirkan dalam persidangan biasanya
berjumlah dua orang dari pihak Pengggat dan dua orang dari pihak Tergugat.
Menurut Hakim bahwa hal yang terpenting adalah kemampuan orang tua
untuk mengasuh dan memelihara anak. Dengan demikian, siapa yang nantinya
akan memegang hak asuh anak (hadhanah) baik ibu atau ayahnya, yang
diutamakan adalah untuk mendukung pertumbuhan yang positif terhadap
anak. Bagaimanapun juga meskipun hak asuh anak (hadhanah) hanya bisa
pada salah satu orang tuanya namun setelah adanya perceraian kedua orang
tuanya masih berkewajiban memelihara dan mengurus anak-anaknya hingga
dewasa meskipun tidak tinggal dalam satu rumah.