hasil penelitian kajian partisipasi mahasiswa kesehatan indonesia

73
LAPORAN KAJIAN POLA PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENATAAN SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIA CIMSA | ISMKI | PSMKGI | ILMIKI | IMABI | ISMAFARSI | ISMKMI | ILMAGI Didukung oleh: Health Professional Education Quality (HPEQ) Project Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional RI

Upload: erlanza-edisahputra

Post on 02-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bayayaa

TRANSCRIPT

LAPORAN KajianPOLA PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENATAAN SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIACIMSA | ISMKI | PSMKGI | ILMIKI | IMABI | ISMAFARSI | ISMKMI | ILMAGI

Didukung oleh:Health Professional Education Quality (HPEQ) ProjectDirektorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional RI

POLA PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENATAAN SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIARANGKUMAN

Latar Belakang:Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sangat dibutuhkan karena mahasiswa merupakan komponen utama penentu kesuksesan sistem pendidikan tersebut. Penelitian di Eropa menyimpulkan bahwa hampir setiap negara telah memiliki ketentuanhukumyang mengatur perwakilan mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan,namun seringkali pemenuhannya belum ideal, misal: jumlah perwakilan mahasiswa yang masih kurang; atau dalam beberapa kasus, meskipun telah ada perwakilan mahasiswa, fungsinya masih belum sempurna karena terdapat keterbatasan hak suara maupun perbedaan tingkat kompetensi.Hingga saat ini, di Indonesia, belum ada data yang dapat menggambarkan pola partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan.Tujuan Penelitian:Penelitian inibertujuan untukmengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.Manfaat Penelitian: Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan kesehatan di Indonesia, serta diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian terkait partisipasi yang berkelanjutan di masa yang akan datang.Metode:Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode potong lintang. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa ilmu kesehatan, dari program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia yang dipilih secara simple random sampling. Sampel merupakan individu dari institusi pendidikan kesehatan yang memiliki perwakilan di organisasi mahasiswa kesehatan, dan dapat merupakan mahasiswa yang mewakili organisasi mahasiswa (senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, himpunan profesi, dan lain-lain) atau mahasiswa yang tidak mewakili organisasi mahasiswa.Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga November 2011. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner adaptasi dari Steering Committee on Higher Education and Researchdi Uni Eropa yang akan divalidasi terlebih dahulu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pola partisipasi mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.Hasil: Sebagian besar responden (64%) menyatakan bahwa institusi pendidikan mereka memiliki peraturan yang mengatur keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan. Sebagian besar responden (83%) juga menyatakan adanya perwakilan mahasiswa di institusi mereka yang menjalankan fungsi tersebut di atas. Namun demikian, sebagian besar responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa yang ada tidak dimintai pendapat oleh institusi dalam proses perencanaan (74%), seperti perencanaan jadwal akademik (74%), metode pembelajaran (53%), sasaran pembelajaran (59%), pembangunan sarana/prasarana (45%), dan sistem evaluasi program (36%). Seluruh responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa dilibatkan dalam evaluasi metode belajar, metode asesmen, kinerja pengajar, dan learning atmosphere. Namun, sebagian besar menyatakan bahwa evaluasi tersebut tidak diikuti tindak lanjut, seperti evaluasi metode pengajaran (56%), evaluasi metode asesmen (58%), evaluasi kinerja pengajar (52%) dan evaluasi learning atmosphere (60%). Sebagian besar mahasiswa mengakui keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam proses penjaminan mutu internal dan eksternal (61%), yaitu sebagai responden. Sebagian besar mahasiswa menganggap komunikasi 2 arah antara mahasiswa dan institusi berlangsung cukup baik, namun lebih banyak yang merasa bahwa opini mahasiswa masih kurang atau tidak berpengaruh dalam pengambilan kebijakan oleh institusi (42%).Bentuk komunikasi yang dilakukan lebih banyak berupa diskusi terbuka dan buku panduan.

INFORMASI UMUM

JUDUL:Pola Partisipasi Mahasiswa dalam Penataan Kelola Sistem Pendidikan Kesehatan di IndonesiaNAMA PENELITI:

1. dr. Rahmad Sarwo Bekti, M.Ed2. Saskia Piscesa3. Candrika Dini4. Endah Sulistyowati5. Fatia Nur Masriati6. Fitri Arkham Fauziah, S.Kep7. Lafi Munira8. Maryam Afifah9. Mawar Putri Julica, S.KG10. Nurita Aryakhiyati, S.Kep11. Redho Meisudi12. dr. Samuel Josafat OlamNAMA INSTITUSI: Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Alamat: Gedung Victoria Lantai 2, Jl. Sultan Hasanuddin Kav. 47 51, Jakarta Selatan 12160; Telepon: 021 7279 1384; 021 3417 3304/05/06, Fax. 021 7279 1388; Website:www.hpeq.dikti.go.id; Email:[email protected] PENDANAAN:Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiKementrian Pendidikan Nasional RI

BAB I

PENDAHULUANA.Latar Belakang

Mahasiswa profesi kesehatan dituntut menjadi profesional yang handal di masa depan. Sistem pendidikan profesi kesehatan harus memberikan pendidikan profesionalisme sejak dini, sehingga jiwa profesionalisme sebagai profesi kesehatan telah terbentuk sejak masa pendidikan.Institusi pendidikan dituntut pula untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya, termasuk pengembangan profesionalisme para pengampu kebijakan dan pendidik pada institusi tersebut.Profesionalisme ini tentunya tidak menjadi bagian kurikulum dari sistem pendidikan tersebut, karena pada hakekatnya sistem pendidikan dituntut untuk menghasilkan profesi kesehatan yang handal, bukan profesionalisme sebagai pengampu kebijakan dan pendidik.Padahal, tata kelola sistem pendidikan ditentukan oleh para pengampu kebijakan bersama pendidik.

Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sangat dibutuhkan karena mahasiswa merupakan komponen utama penentu kesuksesan sistem pendidikan tersebut.Partisipasi ini telah menjadi poin utama dalam Deklarasi Mahasiswa Ilmu Kesehatan Indonesia tentang Peran Mahasiswa Ilmu Kesehatan dalam Pendidikan Ilmu Kesehatan.

Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, meyakini bahwa kesuksesan sebuah sistem pendidikan dipengaruhi oleh kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan pendidik. Di samping peran utamanya sebagai objek dari sistem pendidikan, mahasiswa perlu didorong untuk berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Pemberdayaan mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun rasa tanggung jawab di dalam diri mahasiswa terhadap pendidikan mereka sendiri.

Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam advokasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam bidang pendidikan ilmu kesehatan.Kolaborasi antar disiplin ilmu kesehatan yang berkesinambungan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus selalu menjadi perhatian utama.

Dengan ini, Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, menghimbau setiap pihak yang menaruh perhatian dalam pendidikan ilmu kesehatan di Indonesia untuk senantiasa dengan bijaksana mendukung peran mahasiswa ilmu kesehatan dalam pengembangan pendidikan ilmu kesehatan dengan tindakan-tindakan yang progresif di tatanan lokal, nasional, dan internasional, serta menjamin pengakuan dan penghormatannnya yang universal dan efektif.

Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional diatur tentang peran mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan nasional. Mahasiswa merupakan peserta didik yang didefinisikan pada pasal 1 poin 4, Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sebagai anggota masyarakat, mahasiswa memiliki hak sebagaimana yang diatur pada pasal 8, Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

World Federation for Medical Education (WFME) pada bukunya yang berjudul Basic Medical Education WFME Global Standards for Quality Improvement menekankan pentingnya partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan.Setiap fakultas kedokteran harus memiliki aturan tentang perwakilan dan peran yang tepat bagi mahasiswa dalam mendesain, mengelola, dan mengevaluasi kurikulum, serta hal-hal yang berhubungan dengan kemahasiswaan.Setiap aktivitas dan organisasi kemahasiswaan harus didukung dan difasilitasi termasuk kegiatan internal organisasi kemahasiswaan, perwakilan mahasiswa pada komite pendidikan, serta badan-badan yang terkait khususnya pada kegiatan-kegiatan sosial.

Pada tahun 2003 Steering Committee on Higher Education and Research (CD-ESR) mempublikasikan penelitiannya yang berjudul Student Participation in the Governance of Higher Educationin Europe. Penelitian ini berupa survey dengan tiga kelompok responden, yaitu mahasiswa dari berbagai cabang ilmu, perwakilan institusi, dan pemerintah.Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hasil pergerakan mahasiswa pada 30 tahun sebelumnya dalam memperjuangkan regulasi tentang perwakilan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan mulai dari tingkat fakultas hingga tingkat nasional.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hampir setiap negara telah memiliki ketentuan hukumyang mengatur perwakilan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan,namun seringkali pemenuhannya belum ideal, misal: jumlah perwakilan mahasiswa yang masih kurang; atau dalam beberapa kasus, meskipun telah ada perwakilan mahasiswa, fungsinya masih belum sempurna karena terdapat keterbatasan hak suara maupun perbedaan tingkat kompetensi.Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan di beberapa negara telah tersistematis dengan baik.Di Amerika Serikat dan Kanada, partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan diatur dalam dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Liaison Committee on Medical Education (LCME). Dokumen ini menjelaskan proses akreditasi oleh mahasiswa melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Peringatan dekan terhadap organisasi mahasiswa terkait survey akreditasi yang akan dilaksanakan pada saat kunjungan dari LCME

2. Pemilihan mahasiswa yang akan menjadi bagian dari komite akreditasi

3. Analisis oleh mahasiswa secara mandiri

4. Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa dari institusi lain

5. Partisipasi mahasiswa selama kunjungan dari LCME

6. Keluhan mahasiswa

Dokumen ini juga menjelaskan keterlibatan mahasiswa dalam LCME berupa:

1. Keanggotaan mahasiswa dalam LCME

2. Umpan balik mahasiswa terhadap standar akreditasi

Namun, di Indonesia partisipasi mahasiswa belum tersistematis dengan baik, padahal telah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Robert F Woollard (2010), mahasiswa adalah agen perubahan dan mereka memiliki perspektif dari sudut pandang yang berbeda, sehingga pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat perlu didukung melalui sesi mahasiswa pada setiap proses akreditasi. Oleh karena itu, sistem yang telah diterapkan di Amerika Serikat dan Kanada ini menjadi tujuan utama dilakukannya kajian ini.

Pada saat ini, pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan belum ada.Padahal, untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui program Health Professional Education Quality ini, Kami para mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia akan melakukan penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan.B.

Perumusan Masalah

Partisipasi mahasiswa kesehatan Indonesia dalam tata kelola pendidikan ilmu kesehatan telah terlaksana namun belum tersistematis dengan baik.Padahal partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan telah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Robert F Woollard, mahasiswa adalah agen perubahan dan mereka memiliki perspektif dari sudut pandang yang berbeda, sehingga pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat perlu didukung melalui sesi mahasiswa pada setiap proses akreditasi.

Namun, pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan belum ada.Padahal, untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui program Health Professional Education Quality ini, penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.C.Tujuan PenelitianSecara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan:1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan.2. Mengetahui model partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan secara langsung dan tidak langsung (melalui perwakilan mahasiswa).D.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para pengambil kebijakan dan penyusun kurikulum pendidikan tinggi ilmu kesehatan baik di tingkat nasional maupun institusi untuk memperhatikan partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian terkait partisipasi yang berkelanjutan di masa yang akan datang.E. Kerangka Pemikiran

Perlu adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui penelitian pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.Selain itu, untuk merintis pembentukan sistem partisipasi mahasiswa (khususnya mahasiswa kesehatan) di Indonesia, diperlukan adanya penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sebagai gambaran bagi para pengambil kebijakan dan penyusun kurikulum tentang faktor yang mepengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan dan bagaimana pola partisipasi tersebut.F. Pertanyaan Penelitian

a. Apakah terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan?

b. Apakah terdapat pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan?

G.Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pola partisipasi mahasiswa dalam penataansistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Partisipasi Mahasiswa dalam Penataan Pendidikan di Indonesia

Berdasarkan Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang Tahun 2003-2010, semua perguruan tinggi terikat pada satu tujuan sebagaimana dirumuskan dalam Visi 2010 Pendidikan Tinggi Indonesia, yaitu pada tahun 2010 telah dapat diwujudkan sistem pendidikan tinggi, termasuk perguruan tinggi yang sehat, sehingga mampu memberikan kontribusi pada daya saing bangsa, dengan ciri:

a. Berkualitas

Pendidikan tinggi berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa untuk menjadi warganegara yang bertanggungjawab, dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa. Kegiatan penelitian dan program pascasarjana mampu berfungsi sebagai inkubator yang membantu pengembangan:

Sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan yang mampu beradaptasi dan berkelanjutan

Pengintegrasian teknologi termaju untuk memak-simalkan akses dan penerapan ilmu pengetahuan mutakhir; Sistem yang digunakan mampu berkontribusi pada pengembangan masyarakatdemokratis, beradab, terbuka, dan memenuhi kriteria akuntabilitas publik

Struktur keuangan yang komprehensif yang ditopang oleh partisipasi stakeholders,agar mampu melakukan investasi untuk pengembangan melalui anggaran rutin dananggaran pengembangan.

b. Memberi akses dan berkeadilan

Sistem pendidikan tinggi yang mampu:

Memberikan kesempatan kepada semua warga-negara untuk mengikuti proses pembelajaran yang tak berbatas; Mengilhami dan memungkinkan individu mengem-bangkan dirinya sampai padaperingkat tertinggi sepanjang hidupnya;

Dengan demikian, mereka dapat tumbuh secara intelektual dan emosional, terampiluntuk bekerja, mampu berkontribusi kepada masyarakat, dan mampu memenuhikebutuhan pribadinya.

c. Otonomi

Desentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dan memberikan lebih banyak otonomi yang akuntabel pada perguruan tinggi; Peraturan perundang-undangan, struktur keuangan dan proses manajemen yangmendorong pembaharuan, efisiensi, dan keunggulan.

Selanjutnya, Visi 2010 Pendidikan Tinggi Indonesia perlu diturunkan dalam rumusan visiinstitusional masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kesiapan, kemampuan,serta situasi dan kondisi dimana perguruan tinggi tersebut berada.Uraian di atas dengan jelas menuntut partisipasi semua elemen dalam sistem pendidikan termasuk dalam mencapai tujuan pendidikan tinggi Indonesia. Selanjutnya, dijelaskan bahwa dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran, perguruan tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus kompetitif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih fleksibel, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subyek (student-centered learning), dibandingkan sebagai obyek pendidikan. Konsep pendidikan juga perlu didesain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan soft skills serta success skills, sehingga lulusan perguruan tinggi akan mempunyai karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial dan kultural bangsa, kemandirian serta jiwa kepemimpinan yang kuat.

Perguruan tinggi harus mampu mengembangkan kurikulum yang holistik, sehingga proses pendidikan tinggi tidak hanya menekankan pengembangan potensi dan kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ) secara harmonis. Kurikulum holistik yang dimaksud harus dirancang dengan pendekatan yang kontekstual sehingga mampu memunculkan niche tanpa mengurangi sasaran keilmuan atau keterampilan pokok pada bidang keilmuan masing-masing.

Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi telah menjadi fokus utama oleh semua pengampu kebijakan.Tetapi, saat ini, partisipasi mahasiswa belum tersistematis dengan baik.Hal ini dikarenakan sistem partisipasi mahasiswa belum menjadi perhatian utama untuk dirintis.Pembentukan sistem hendaklah melihat kondisi kekinian seperti pola partisipasi mahasiswa yang telah ada.B. Penelitian Terkait Partisipasi Mahasiswa Kesehatan dalam Penataan Pendidikan di Eropa

Di Eropa, telah dilaksanakan penelitian tentangStudent Participation in the Governance of Higher Educationin Europe bertujuan untuk mengetahui perandan pengaruh positif mahasiswa dalam sistem pendidikan tinggi di Eropa.Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan responden mahasiswa, perwakilan institusi, dan kementerian (pendidikan tinggi).Kesimpulannya adalah partisipasi perwakilan mahasiswa ditingkat nasional (pemerintah/legislatif) tidak sekuat di institusi, baik secara formal maupun informal; hubungan formal pada tiap tingkat perlu mendapat perhatian; dukungan yang diterima mahasiswa dari berbagai stakeholder dalam perguruan tinggi; kurangnya partisipasi dalam pemilihan perwakilan mahasiswa dalam perguruan tinggi masih sangat kurang.Saran terhadap pihak penyelenggara pendidikan harus lebih fokus untuk menyebarkan informasi tentang hak dan kewajiban mahasiswa dalam sistem pendidikan dan bagaimana mereka dapat terlibat dengan pemerintah dalam pengambilan keputusan.BAB III

METODE PENELITIANA.Rancangan PenelitianModelpenelitian ini adalah penelitian kuantitatifdengan rancangan cross sectional. Berikut adalah bagan cara pengambilan data:

Gambar 1 Diagram alir cara pengambilan dataProses pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner, yang disebarkan melalui Google Spreadsheet. Sebelum disebarkan, dilakukan validasi kuesioner terhadap mahasiswa ilmu kesehatan yang dipilih secara acak.Validasi juga dilakukan dengan melibatkan akademisi di institusi dan/atau fakultas yang memiliki program studi ilmu kesehatan untuk mengisi kuesioner. Tahap selanjutnya adalah penyebaran kuesioner. Kuesioner diisi oleh sampel yaitu mahasiswa yang mengambil program studi ilmu kesehatan (kedokteran umum, kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat).Kuesioner berisi pertanyaan tertutup (dengan pilihan) dan pertanyaan terbuka (esai), yang meliputi data pribadi dan pertanyaan-pertanyaan terkait pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan pada institusi dan/atau fakultas.Setelah jawaban didapatkan, diambil beberapa responden dari institusi yang dipilih secara acak untuk diwawancara secara mendalam.Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh penjelasan dengan lebih detail.B.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian pendekatan kuantitatif ini akan dilakukan pada bulan September 2011 di beberapa institusi pendidikan kesehatan di Indonesia yang memiliki 7 program studi sesuai dengan responden pada penelitian ini, yaitu kedokteran, kedokteran gigi, ilmu keperawatan, kebidanan, farmasi, ilmu gizi, dan kesehatan masyarakat.Tabel 1 Rencana kegiatan penelitianKegiatanSeptemberOktoberNovember

123412341234

Pertemuan konsolidasi internal tim peneliti

Persiapan pelatihan asisten penelitian

Penyebaran dan pengisian kuisioner

Pengolahan data dan penyusunan kajian

Pertemuan pembahasan draft laporan

Proses editing draft

Presentasi laporan kepada pimpinan HPEQ Dikti

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa ilmu kesehatan program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang institusinya tergabung ke dalam ikatan organisasi mahasiswa seprofesi (IOMS) nasional bidang kesehatan masing-masing bidang.2. Mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang sedang mengikuti proses pembelajaran tahap akademik (tidak sedang dalam masa cuti).Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) Sampling Guidelines tahun 2011 dengan sistem simple random sampling.Disebutkan bahwa sampel minimal untuk penelitian terkait kajian sistem kesehatan yang menggunakan kuesioner untuk individu berjumlah 96 orang.

Penelitian ini menggunakan individu sebagai sampel, yang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu mahasiswa yang mewakili organisasi mahasiswa (senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, himpunan profesi, dan lain-lain) dan mahasiswa yang tidak mewakili organisasi mahasiswa.Jumlah sampeladalah 2 orang darikedua klasifikasi di atas; yang merupakan representatif dari 240 institusi di Indonesia. Sehingga, jumlah sampel total akan berjumlah 960 orang. Sesuai dengan WHO (2011), jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini tergolong valid karena jumlahnya > 96 orang.D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah beberapa variabel tunggal, yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan.2. Pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan secara langsung dan tidak langsung (melalui perwakilan mahasiswa).

E. Definisi Operasional

1. Partisipasi mahasiswa kesehatan adalah keikutsertaan mahasiswa dalam proses perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan.2. Pola partisipasi mahasiswa kesehatan adalah pola keikutsertaan mahasiswa dalam proses perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan.

3. Tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan adalahrangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, dan aturan dalam suatu institusi, yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan sistem pendidikan kesehatan.F. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian pada tahap ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari beberapa sumber sepertiStudent Participation in the Governance of Higher Educationin Europe dan International Federation of Medical Students Association (IFMSA), yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Keberadaan peraturan yang mengatur tentang perwakilan mahasiswa dalam institution governance2. Eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa3. Hak perwakilan mahasiswa 4. Kenetralan perwakilan mahasiswa dan organisasi mahasiswa 5. Pemilihan perwakilan mahasiswa 6. Kinerja perwakilan mahasiswa 7. Kontak antara perwakilan mahasiswa dan pemerintahG. Rencana Analisis Data

Analisis data dilakukan adalah analisis data kuantitatif dengan tabulasi data dan klasifikasi agar data sehingga lebih mudah untuk diteliti lebih lanjut menggunakan statistik deskriptif.Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono 2007).H. Pertimbangan KeamananPartisipasi anda dalam penelitian ini sangat diperhatikan keamanannya sesuai dengan kode etik penelitian bahwa catatan dan data anda bersifat rahasia. Peneliti akan memberikan perlindungan kepada anda terhadap kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi setelah anda berpartisipasi dalam penelitian ini.I. Keberlanjutan PenelitianPenelitian terkait pola partisipasi mahasiswa kesehatan dalam tata kelola pendidikan ini merupakan penelitian yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Hal ini membuka kesempatan bagi dilaksanakannya penelitian lanjutan menggunakan hasil pada penelitian ini. Penelitian lanjutan dapat berupa kajian mengenai pola partisipasi mahasiswa kesehatan pada tata kelola pendidikan di tingkat nasional atau minat mahasiswa kesehatan terhadap keterlibatannya dalam tata kelola pendidikan di Indonesia.J. Antisipasi PermasalahanPermasalahan yang akan muncul dalam pelaksanaan penelitian ini diperkirakan bersifat teknis pada saat pengambilan data, penjelasannya pada tabel berikut:

Tabel 2 Permasalahan dan penyelesaianPermasalahanPenyelesaian

Kesulitan mengumpulkan sampel penelitianMembentuk tim research assistantsebagai koordinator sampel pada suatu wilayah

Kesulitan pengambilan data menggunakan kuesioner dalam bentuk hardcopyPengambilan data melalui Google Spreadsheet

K. Manajemen Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim peneliti yang beranggotakan 11 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Tabel 3 Peran dan pembagian tugas tim penelitiNoNamaPeranDeskripsi Tugas

1dr. Rahmad. S Bekti, M.EdKetua pelaksana/Peneliti utamaBertanggungjawab atas semua hal yang berkaitan dengan penelitian

2Saskia PiscesaKoordinator mahasiswaBertanggungjawab atas pembagian kerja dalam penelitian

3dr. Samuel Josafat OlamSekretarisMengatur surat menyurat dan proposal

4Mawar Putri Julica, S.KGBendaharaMengatur keuangan

5Maryam AfifahKoordinator surveyMengatur penyebaran dan pengisian kuesioner

6Endah SulistyowatiTim survey

7Lafi MuniraTim survey

8Redho MeisudiKoordinator penyusunan laporan Mengatur penyusunan laporan hasil penelitian

9Fitri Arkham Fauziah, S.KepTim penyusun laporan

10Nurita Aryakhiyati, S.KepTim penyusun laporan

11Fatia Nur MasriatiTim penyusun laporan

11Candrika DiniDokumentasiMengatur dokumentasi dari mulai sebelum, saat, dan setelah penelitian

L. Etika Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan etik dari KEPK-BPPK Indonesia. Sebelum pengambilan data dilaksanakan, peneliti atau akanmemberikan penjelasan yang memadai secara tertulis dengan bahasa atau cara yang mudah dimengerti kepada semua subjek, untuk meminta persetujuan dari setiap subjek yang akan diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Data pribadi subjek akan dirahasiakan.

M. Keuangan

Keuangan atau pendanaan penelitian ini diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANPendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan

sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan

melalui peranan-peranan individu di dalamnya yang diterapkan melalui proses pembelajaran. Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi yang dibawanya sejak lahir.Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya (Farkhana 2010).Pengambilan data untuk kajian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 minggu ketiga sampai bulan November tahun 2011 minggu kedua. Pengambilan data dilakukan setelah dinyatakan lulusethical clearanceoleh Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia pada tanggal 24 Oktober 2011. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online melalui Google Spreadsheet.Tabulasi data dilakukan menggunakan Microsoft Excel for Windows 2011 dan penyusunan laporan dilakukan mulai bulan November tahun 2011 minggu ketiga.

Responden pada kajian ini terdiri dari mahasiswa ilmu kesehatan program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia yang institusinya tergabung ke dalam organisasi mahasiswa nasional bidang kesehatan masing-masing bidang. Selain itu, responden juga adalah mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang sedang mengikuti proses pembelajaran tahap akademik (tidak sedang dalam masa cuti).

Gambar 2 Sebaran responden menurut jenis kelaminMenurut hasil tabulasi data, responden pada yang mengisi kuesioner kajian ini berjumlah 1046 orang, yang terdiri dari 40% pria dan 60% wanita. Sebaran responden sesuai tahun pendidikan mayoritas diisi oleh mahasiswa yang berada pada tahun ketiga pendidikannya (34%), diikuti oleh tahun keempat (24%), tahun kedua (20%), tahun pertama (13%), tahun kelima (6%), dan di atas tahun keenam (2%).Hal ini diduga disebabkan oleh tahun ketiga pendidikan merupakan masa di mana mahasiswa banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan aktif sehingga memungkinkan keterlibatan mahasiswa tersebut dalam berbagai kegiatan, salah satunya tata kelola sistem pendidikan.

Gambar 3 Sebaran responden menurut tahun pendidikannya

Berdasarkan jenis program studi, sebaran responden yang mengisi kuesioner dapat dikatakan merata sebab semua perwakilan dari berbagai jenis ilmu kesehatan mengisi kuesioner. Persentase jumlah responden terbesar berasal dari program studi kesehatan masyarakat (21%), kemudian diikuti oleh program studi pendidikan dokter gigi (18%), pendidikan dokter (17%), farmasi (14%), ilmu gizi (12%), ilmu keperawatan (11%), dan kebidanan (7%).Program studi kesehatan masyarakat, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter menempati posisi tiga terbanyak.Hal in diduga disebabkan oleh ketiga program studi tersebut memiliki jumlah institusi yang terbanyak yang tergabung di dalam organisasi mahasiswa dibandingkan dengan program studi yang lainnya.

Gambar 4 Sebaran responden menurut program studiSebaran responden berdasarkan jenis organisasi mahasiswa yang diikuti oleh responden, persentase terbesarnya (21%) adalah badan eksekutif mahasiswa (BEM) yang berada di tingkat fakultas masing-masing institusi.Hal ini diduga disebabkan oleh informasi mengenai pengisian kuesioner ini disebarkan melalui jaringan organisasi mahasiswa di masing-masing institusi yang terdapat di dalam BEM. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), dan Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI) menempati urutan berikutnya dengan persentase masing-masing 12%, 11%, dan 11%. Persentase selanjutnya diikuti oleh himpunan profesi (himpro) sebesar 9%, Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (ILMAGI) sebesar 8%, Ikatan Lembaga Mahasiswa Keperawatan Indonesia (ILMIKI) sebesar 8%, Centre of Indonesian Medical Students Activity (CIMSA) sebesar 7%, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Ikatan Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IMABI).

Gambar 5 Sebaran responden menurut organisasi mahasiswa yang diikuti

Pertanyaan di dalam kuesioner berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan.Hal ini bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.Pertanyaan terdiri dari 4 (empat) topik utama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan, pemilihan perwakilan mahasiswa, eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa, serta komunikasi dan penyaluran pendapat.Seluruh topik dijabarkan ke dalam 15 poin pertanyaan.

Gambar 6 Pendapat responden mengenai keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikanTopik pertama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan.Berdasarkan tabulasi data, 56% responden menyatakan mengetahui keberadaan peraturan yang mengatur keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan di tingkat nasional.Responden menyatakan mengetahui keberadaan peraturan tersebut adalah UU Sisdiknas Tahun 2003 No.20. Responden menyatakan mengetahui hal tersebut melalui media informasi (internet, koran, dan lain-lain) dan program HPEQ.Saya mengetahui ada undang-undang Sisdiknas karena membaca koran, setalah itu search di internet jadinya tahu sedikit lah. Setelah itu ada kuesioner ini, jadi tahu tentang HPEQ dan bikin saya pengen tahu lebih tentang Sisdiknas itu.Kita harus aware tentang adanya undang-undang ini karena kita kan mahasiswa sebagai objek pendidikan.Peraturan tentang keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan di tingkat institusi atau fakultas dibenarkan keberadaannya oleh sebagian besar responden (64%). Respondenmenyatakan adanya peraturan tersebut dalam bentuk tidak tertulis, namun dapat terlihat bahwa mahasiswa dilibatkan dalam berbagai jenjang proses.Iya,ada peraturan tapi tidak tertulis.Tapi ada perwakilan mahasiswanya kalau di kampus saya. Mahasiswanya aktif, kelihatan suka ditanya-tanya dan ngobrol sama dosen. Ngobrolnya ya tentang macam-macam, setahu saya ya tentang pendapat temen-temen mahasiswa tentang suatu hal yang berkaitan sama akademik.

Gambar 7 Pendapat responden mengenai keberadaan peraturan tentang keterlibatan mahasiswa di tingkat institusi atau fakultasTopik kedua dalam kuesioner adalah pemilihan perwakilan mahasiswa. Sebaran responden sesuai dengan tabulasi data adalah sebesar 76% responden menyatakan keberadaan perwakilan mahasiswa dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan dalam bentuk kelompok atau lembaga khusus di dalam BEM, senat, atau himpro. Sisanya menyatakan tidak ada perwakilan mahasiswa (16%) dan ada perwakilan mahasiswa dalam bentuk perorangan (7%).

Gambar 8 Pendapat responden mengenai bentuk perwakilan mahasiswaResponden menyatakan juga bahwa pemilihannya dilakukan melalui organisasi mahasiswa dengan pemilihan umum (41%), melalui organisasi mahasiswa dengan kriteria tertentu (33%), dipilih melalui mekanisme pemilihan lainnya (17%), dan dipilih langsung oleh pihak fakultas atau institusi (9%).

Gambar 9Pendapat responden mengenai pemilihan perwakilan mahasiswaTopik ketiga menjelaskan tentang eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa.Sistem penataan sistem pendidikan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu perencanaan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.Tahap perencanaan diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu penyusunan jadwal akademik, penentuan metode pembelajaran, rancangan dan sasaran pembelajaran, pembangunan sarana dan prasarana, dan sistem evaluasi program.Sebagian besar responden menyatakan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan tersebut.

Gambar 10 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan penyusunan jadwal akademikDalam hal penyusunan jadwal akademik, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (11%) dan dengan tindak lanjut (15%).Bentuk tindak lanjutnya adalah mahasiswa dilibatkan apabila ada pengaturan ulang jadwal akademik (jika ada yang bermasalah), melalui rapat bidang akademik.Namun walaupun begitu, keputusan tetap berada di tangan fakultas atau institusi.Keterlibatan mahasiswa soal jadwal sudah cukup.(Bagian) akademik bikin jadwal, difloorkan ke mahasiswa kalau ada yang keberatan bisa disampaikan. Biasanya keluhan akan ditampung, terus tunggu tanggapan dari kampus (fakultas atau program studi) dan waktu yang disediakan untuk diskusi atau rapat bersama. Tapi seringnya habis itu gak ada kelanjutannya, kita tinggal tahu keputusannya saja deh. Keuntungan dilibatkan dalam perencanaan penyusunan jadwal jadinya kita bisa kasih tahu temen yang lain, ya supaya bisa jadi sumber informasi.

Gambar 11 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam penentuan metode pembelajaranPada penentuan metode pembelajaran, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (21%) dan dengan tindak lanjut (26%).Dalam penentuan metode pembelajaran, responden menyatakan lebih sering dilibatkan oleh pihak fakultas atau institusi mengenai penentuan metode atau sistematika penyelenggaraan praktikum atau praktik laboratorium daripada mengenai metode lainnya.Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan koordinator mata kuliah atau bidang akademik jika ada masukan atau saran dari mahasiswa. Adapun yang menyatakan bahwa masukan atau sarannya diterima dan diterapkan dalam proses belajar mengajar.Metode pembelajaran maksudnya kan sistem belajar kayak kuliah atau praktikum kan? Yang sering sih tentang praktikum, ditanya maunya seperti apa atau apakah ada perbaikan dari yang lalu. Kalau kuliah sih biasa aja, mungkin ga ada bedanya sama kampus lain deh.Menurut saya, ada keuntungannya dengan terlibat urusan rencana penentuan metode pembelajaran.Mahasiswa bisa mengasih masukan gimana sebaiknya metode belajar yang diterapkan, supaya sesuai sama kemampuan, nilai jadi maksimal.

Gambar 12 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan rancangan dan sasaran pembelajaran

Dalam hal rancangan dan sasaran pembelajaran, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (20%) dan dengan tindak lanjut (22%).Bentuk tindak lanjutnya adalahditerimanya saran dan masukan mahasiswa terkait rancangan dan sasaran pembelajaran. Responden juga menyatakan ada yang tindak lanjutnya berupa ikut sertanya mahasiswa dalam forum diskusi mengenai proses pembelajaran yang membahas rancangan dan sasaran pembelajaran.Saya kurang paham maksudnya rancangan dan sasaran pembelajaran, tapi kalau yang dimaksud adalah input dan output dari apa yang kita pelajari, sebaiknya mahasiswa dilibatkan. Soalnya yang langsung jadi objek kan mahasiswanya. Jadi bisa sekalian tahu prosesnya.

Gambar 13 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan pembangunan sarana dan prasarana

Pada pembangunan sarana dan prasarana, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (25%) dan dengan tindak lanjut (30%).Bentuk tindak lanjutnya adalah dilibatkan dalam rapat kerja pengembangan sarana dan prasarana, serta diwujudkannya saran dan prasana yang disarankan oleh mahasiswa.Sarana (dan prasarana) pendidikan kan yang menikmati hampir seluruhnya mahasiswa, jadi mahasiswa perlu dilibatkan dari mulai perencaaannya. Hal ini tentu sangat berguna, supaya mahasiswa bisa belajar dengan baik dan enjoy karena ngerasa nyaman saat kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses perencanaan sistem evaluasi program, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (29%) dan dengan tindak lanjut (35%). Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan bagian akademik atau kemahasiswaan di fakultas atau institusi.Setiap habis selesai satu mata kuliah, selalu ada evaluasi.Tapi kita nggak terlalu tahu gimana prosesnya sampai bisa ada alat untuk evaluasi itu.Pernah sih ditanyain (diajak berbicara) tentang bagaimana akan dilakukan proses atau perencanaan evaluasinya,yah sedikit dilibatkan dalam proses perencanaannya.Hanya saja, yang pasti kita selalu dilibatkan untuk melakukan evaluasi.

Gambar 14 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaansistem evaluasi programSelain itu, 55% responden menilai tingkat transparansi pemberian informasi mengenai sistem penilaian hasil belajar tergolong memuaskan, sedangkan 81% menilai tingkat transparansi alokasi keuangan tidak memuaskan.

Gambar 15 Pendapat responden mengenai transparansi penilaian hasil belajar dan alokasi keuanganInformasi tentang sistem penilaian hasil belajar baik kok, di kampus kami ada semacam deadline yang dibuat, jadi hasil belajar harus dibagikan eh maksud kami disosialisasikan kepada kami secepatnya setelah ujian. Keuangan tidak paham, kami tidak dilibatkan secara aktif jadi menurut kami transparansi termasuk tidak memuaskan.

Persoalan keuangan sebenernya nggak tahu gimana yang bisa disebut transparan yang seperti apa. Saya sebagai mahasiswa merasa sudah cukup memuaskan dengan yang sudah ada.Karena persoalan keuangan kan bukan menjadi wewenang kita.Tahap selanjutnya adalah evaluasi.Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (Sisdiknas 2003).Tahap evaluasi diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu metode pengajaran, sistem dan metode penilaian hasil belajar, kinerja pengajar, learning atmosphere, program pendidikan.Responden menyatakan dilibatkan dalam setiap poin yang ditanyakan, namun dengan tindak lanjut yang berbeda.

Gambar 16 Pendapat responden mengenai evaluasi metode pengajaranDalam hal evaluasi metode pengajaran, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (56%) dan dengan tindak lanjut (44%). Salah satu bentuk tindak lanjutnya adalah adanya proses belajar mengajar yang sesuai dengan saran atau masukan dari mahasiswa. Selain itu juga dengan adanya metode pengajaran yang lebih nyaman karena merupakan hasil diskusi antara mahasiswa dan pihak fakultas atau institusi.Mahasiswa banyak dilibatkan dalam evaluasi, karena kan memang mahasiswa yang merasakan output dari proses belajar.Sistem (metode) belajar yang disukai mahasiswa kan belum tentu sesuai dengan apa yang diatur sama dosennya. Jadi kita harus bisa menyuarakan apa yang kita inginkan. Kalau awalnya gak dilibatin, manfaatkan waktu evaluasinya.

Gambar 17 Pendapat responden mengenai evaluasi sistem dan metode penilaian hasil belajarPada sistem dan metode penilaian hasil belajar, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (58%) dan dengan tindak lanjut (42%). Bentuk tindak lanjutnya adalah nilai tersebut ditampilkan atau diberikan kepada koordinator mata kuliah atau diberitahu langsung oleh dosen atau ada pernyataan bahwa nilai tersebut akan diberikan di akhir.

Menjelang akhir semester, selalu ada lembar umpan balik.Isinya banyak, ada tentang perkuliahan, praktikum, ujian, dan lainnya. Kalau tentang evaluasi tentang penilaian hasil belajar, ada beberapa dosen yang menanyakan ke mahasiswanya tentang model ujian yang diinginkan sesuai blok. Misalnya apa ujian lisan atau tulis atau praktek atau gimana.

Gambar 18 Pendapat responden mengenai evaluasi kinerja pengajarDalam hal kinerja pengajar, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (52%) dan dengan tindak lanjut (48%). Bentuk tindak lanjutnya adalah dipenuhi atau realisasi dari saran atau kritik yang disampaikan melalui proses evaluasi tersebut.Kinerja pengajar maksudnya dosen ya?Evaluasi untuk dosen ada di tiap akhir semester, semacam lembar umpan balik. Yang dinilai dari mulai ketepatan waktu, kesesuaian materi yang diajarkan dengan kurikulum, cara mengajar, pemberian tugas, terus banyak lagi. Sepengetahuan saya, hasil umpan balik itunanti akan jadi patokan siapa dosen yang dianggap memiliki kerja yang baik.

Gambar 19 Pendapat responden mengenai evaluasi learning atmospherePada evaluasi learning atmosphere, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (60%) dan dengan tindak lanjut (40%).Tindak lanjut yang terjadi di antaranya adalah perbaikan hal-hal yang dapat mempengaruhi learning atmosphere, seperti sarana, prasarana, perilaku mengajar, dan lain-lain.Perilaku mengajar merupakan kemampuan yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Uzer 2006).Semakin membaik hal-hal yang menunjang suasana belajar, makan akan semakin baik proses belajar mengajar tersebut.Dalam hal program pendidikan, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (62%) dan dengan tindak lanjut (38%).Learning atmosphere yang saya ngerti tuh suasana atau keadaan pada saat kegiatan belajar mengajar.Evaluasi yang berkaitan dengan suasana belajar biasanya ditanyakan dalam lembar umpan balik.Biasanya berkaitan dengan apakah dosen menciptakan suasana belajar yang baik sehingga mahasiswa nyaman.Poinnya gak banyak, tapi ada di evaluasi.

Gambar 20 Pendapat responden mengenai evaluasi program pendidikanJaminan mutu internal (JMI) adalah proses pengendalian mutu yang merupakan bagian paradigma barupengelolaan pendidikan tinggi, yang meliputi mutu, otonomi, akuntabilitas, evaluasi diri, dan akreditasi.JMI itu sendiri adalah proses ke arah penjaminan bahwa PT ybs dapat memenuhi mutu yang dijanjikan (dan diharapkan masyarakat) (Slamet 2006).Berdasarkan jawaban responden, sebesar 61% menyatakan keterlibatannya dalam proses penjaminan mutu akademik sebagai responden, 7% sebagai komite penjaminan mutu pendidikan, dan sisanya tidak dilibatkan (32%).

Gambar 21 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam penjaminan mutu akademikAkreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Sisdiknas 2003).Menurut Woollard (2010), keterlibatan mahasiswa dalam proses akreditasi sangat penting. Hal ini berarti, pemberian akses dan fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat perlu didukung.Sistem akreditasi yang akan dibangun harus berprinsip pada continuous quality improvement (CQI), bukan sekedar quality control. Sistem akreditasi yang akan dibangun berprinsip pada quality cascade. Sistem akreditasi yang dibangun harus dipercaya oleh semua pemangku semua kepentingan salah satunya mahasiswa (AIPNI 2011).Dalam proses akreditasi, sebagian besar responden (78%) dilibatkan sebagai responden dan 22% tidak dilibatkan.

Gambar 22 Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam proses akreditasi

Topik keempat dalam kuesioner adalah komunikasi dan penyaluran pendapat.Sebaran responden sesuai dengan tabulasi data adalah sebesar 42% responden menyatakan komunikasi dua arah antara mahasiswa dan fakultas atau institusi terjalin dengan cukup baik.

Gambar 23 Pendapat responden mengenai komunikasi antara mahasiswa dengan fakultas atau institusiResponden juga menyatakan bahwa opini perwakilan mahasiswa cukup berpengaruh namun tidak menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan dalam fakultas atau institusi.

Gambar 24 Pendapat responden mengenai pengaruh opini perwakilan mahasiswa dalam pengambilan keputusan dengan fakultas atau institusiDalam hal penyaluran pendapat, 78% responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa memfasilitasi komunikasi antara mahasiswa dengan fakultas atau institusi.Bentuk aktivitas yang dilakukan untuk memfasilitasi adalah dengan diskusi terbuka, panduan orientasi yang berisi peraturan dan informasi terkait, survei atau polling, dan publikasi melalui berbagai media.Responden menyatakan bentuk aktivitas tersebut adalah dengan cara mahasiswa diundang untuk duduk dan berdiskusi setiap satu bulan sekali.

Gambar 25 Pendapat responden mengenai bentuk komunikasi yang difasilitasi oleh perwakilan mahasiswaDilihat dari segi partisipasi yang sudah dilakukan oleh perwakilan mahasiswa, responden menyatakan bahwa pihak fakultas atau dekanat adalah pihak yang sudah banyak melibatkan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan.Hal ini diduga disebabkan oleh pihak fakultas adalah pihak yang paling dekat dengan mahasiswa secara hirarki, sehingga birokrasi untuk menyalurkan pendapat maupun keterlibatan mahasiswa lebih mudah untuk dilakukan.KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disarankan hal-hal berikut: Sebagian besar responden (64%) menyatakan bahwa institusi pendidikan mereka memiliki peraturan yang mengatur keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan. Sebagian besar responden (83%) juga menyatakan adanya perwakilan mahasiswa di institusi mereka yang menjalankan fungsi tersebut di atas. Namun demikian, sebagian besar responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa yang ada tidak dimintai pendapat oleh institusi dalam proses perencanaan (74%), seperti perencanaan jadwal akademik (74%), metode pembelajaran (53%), sasaran pembelajaran (59%), pembangunan sarana/prasarana (45%), dan sistem evaluasi program (36%). Seluruh responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa dilibatkan dalam evaluasi metode belajar, metode asesmen, kinerja pengajar, dan learning atmosphere. Namun, sebagian besar menyatakan bahwa evaluasi tersebut tidak diikuti tindak lanjut, seperti evaluasi metode pengajaran (56%), evaluasi metode asesmen (58%), evaluasi kinerja pengajar (52%) dan evaluasi learning atmosphere (60%). Sebagian besar mahasiswa mengakui keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam proses penjaminan mutu internal dan eksternal (61%), yaitu sebagai responden. Sebagian besar mahasiswa menganggap komunikasi 2 arah antara mahasiswa dan institusi berlangsung cukup baik, namun lebih banyak yang merasa bahwa opini mahasiswa masih kurang atau tidak berpengaruh dalam pengambilan kebijakan oleh institusi (42%). Bentuk komunikasi yang dilakukan lebih banyak berupa diskusi terbuka dan buku panduan.SaranBerdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan, dapat disarankan hal-hal berikut:

1. Bagi pihak institusi atau fakultas agar lebih memperhatikan dan meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan; khususnya dalam proses perencanaan.2. Bagi pemegang kebijakan pendidikan tinggi kesehatanagar mengintegrasikan partisipasi mahasiswa dalam salah satu aspek penjaminan mutu atau akreditasi.3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan kajian ini secara lebih aplikatif mengenai tingkat partisipasi mahasiswa dengan lebih komprehensif.DAFTAR PUSTAKAAsosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia: Sistem Akreditasi Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan. 2011.

Farkhana N. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa Sekolah Menengah PertamaDi Kecamatan Demak. [skripsi]. Semarang, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. 2010.International Federation of Medical Students Association: The Bologna Process in Medical Education Beyond. 2003Liaison Committee on Medical Education: The Role of Students in the Accreditation of Medical Education Programs in the U.S. and Canada. Canada. 2003

Person, A: Student Participation in the Governance of Higher Education in Europe. Council of Europe. 2003Slamet, M: Penjaminan Mutu Internal Dalam Otonomi Perguruan Tinggi. 2006.

Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2011.Uzer, U: Menjadi Guru Profesional. Bandung, PT Remaja Rosda Karya. 2006.

World Federation for Medical Education: Basic Medical Education WFME Global Standards for Quality Improvement. Denmark: University of Copenhagen.World Health Organization: Sampling Guidelines. 2011L

A

M

P

I

R

A

NLAMPIRAN 1Anggaran DanaKegiatanQtyBiaya (Rp ,00)Total (Rp ,00)

Pembuatan proposal2020.000400.000

Ethical clearance2.000.0002.000.000

Pertemuan konsolidasi internal tim peneliti (Jakarta, 6-7 September 2011)

Tiket pesawat PP

Solo-Jakarta12.190.0002.190.000

Yogyakarta-Jakarta62.120.00012.720.000

Malang-Jakarta12.520.0002.520.000

Biaya taksi

Jakarta4160.000640.000

Jawa Tengah150.00050.000

Yogyakarta660.000360.000

Jawa Timur1120.000120.000

Jasa profesi

Peneliti11255.0002.805.000

Ketua peneliti1255.000255.000

Uang harian

Peneliti11270.0002.970.000

Ketua peneliti1500.000500.000

Pertemuan pembahasan draft laporan (Jakarta, November 2011)

Tiket pesawat PP

Solo-Jakarta12.190.0002.190.000

Yogyakarta-Jakarta62.120.00012.720.000

Malang-Jakarta12.520.0002.520.000

Biaya taksi

Jakarta4160.000640.000

Jawa Tengah150.00050.000

Yogyakarta660.000360.000

Jawa Timur1120.000120.000

Jasa profesi

Peneliti11255.0002.805.000

Ketua peneliti1255.000255.000

Narasumber (ahli statistik)1255.000255.000

Uang harian

Peneliti11x2270.0005.940.000

Ketua peneliti1x2500.0001.000.000

Narasumber (ahli statistik)1x2500.0001.000.000

Perbanyakan laporan6050.0003.000.000

Komunikasi tim penelitian11500.0005.500.000

Dokumentasi penelitian300.000300.000

Grand total (Rp ,00)66.185.000

LAMPIRAN 2Paket Kuesioner1. Formulir Informed ConsentKepada

Yth. Saudara/i Responden

Mahasiswa Pendidikan Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

Dengan hormat,

Kami mahasiswa dari 7 profesi ilmu kesehatan Indonesia yang tergabung dalam HPEQ student terdiri atas perwakilan organisasi mahasiswa

1. Center for Indonesian Medical Students' Activities (CIMSA)

2. Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI)

3. Persatuan Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)

4. Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI)

5. Ikatan Mahasiswa Kebidanan (IMABI)

6. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI)

7. Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)

8. Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Gizi Indonesia (ILMAGI)

bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) melalui Health Professional Education Quality (HPEQ) Project akan melakukan penelitian yang berjudul Kajian Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Tata Kelola Sistem Pendidikan Kesehatan di Indonesia, kami mohon bantuan dan kesediaan waktu untuk mengisi kuesioner berikut.

Kami meminta anda bersama 500 orang lainnya untuk mengambil bagian dalam suatu penelitian yang berjudul Kajian Pola Partisipasi Mahasiswa dalam Tata Kelola Sistem Pendidikan Kesehatan di Indonesia, yang bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan di tingkat fakultas dan institusi. Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner, yang disebarkan melalui Google Spreadsheet. Kuesioner diisi oleh informan yaitu mahasiswa yang mengambil program studi ilmu kesehatan (kedokteran umum, kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat) dan atau tergabung dalam organisasi mahasiswa nasional. Jumlah informan minimal 2-3 orang dari tiap program studi atau organisasi yang merupakan representatif dari 240 institusi di Indonesia.Kuesioner berisi pertanyaan tertutup (dengan pilihan) dan pertanyaan terbuka (esai), yang meliputi data pribadi anda dan pertanyaan-pertanyaan terkait pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan pada institusi dan/atau fakultas anda.Tujuan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan dan mengetahui model partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan secara langsung dan tidak langsung (melalui perwakilan mahasiswa).Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam penyusunan kebijakan terkait partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan dalam penataan pendidikan danmasukan bagi perwakilan mahasiswa mengenai keinginan dan minat mahasiswa dalam bidang pendidikan ilmu kesehatan.Kerahasiaan

Saat mengisi kuesioner, alamat IP (IP address) anda tidak akan diketahui secara sengaja maupun tidak sengaja. Data yang anda isikan, akan langsung masuk ke dalam sistem Google Spreadsheet dan hanya peneliti saja yang memiliki akses terhadap data tersebut. Setelah pengambilan data selesai dilakukan, anda akan mendapatkan salinan dari hasil penelitian ini. Nama anda tidak akan dicantumkan jika ada bagian dari data anda yang akan digunakan untuk kepentingan presentasi profesi atau publikasi.Catatan dan data yang anda isi pada kuesioner akan dirahasiakan. Pada proses tabulasi dan pengolahan data oleh peneliti, anda hanya akan dikenal dengan sebuah nomor sesuai urut dan tidak akan diketahui oleh siapapun yang ikut dan atau tidak ikut serta dalam penelitian ini.Resiko dan Ketidaknyamanan

Tidak ada resiko atau ketidaknyamanan jika anda berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika anda merasa tidak nyaman, anda diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini sehingga data yang anda isi pada kuesioner tidak akan disimpan.Partisipasi anda dalam penelitian ini sangat diperhatikan keamanannya, sebab catatan dan data anda bersifat rahasia. Peneliti akan memberikan perlindungan kepada anda terhadap kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi setelah anda berpartisipasi dalam penelitian ini.Kesediaan

Anda tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini apabila anda tidak menghendakinya. Anda berhak sewaktu-waktu menolak melanjutkan partisipasi anda tanpa memberikan sesuatu alasan.Bila anda memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tidak ada seorangpun yang boleh memaksa anda untuk berubah pikiran dan melakukan diskriminasi apapun terhadap anda.Pertanyaan-pertanyaan

Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, harap menghubungi dr. Rahmad Sarwo Bekti (081330705541); email: [email protected] atau Saskia Piscesa (081317412008); email [email protected] .Saya telah membaca dan telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengan tim peneliti. Saya memahami tujuan, risiko, lama waktu, dan prosedur penelitian ini.Dengan memulai mengisi kuesioner ini, anda dinyatakan sudah membaca informasi tersebut di atas dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan catatan bahwa anda dapat membatalkan partisipasi anda kapan saja.

2. KuesionerBerdasarkan UU Sisdiknas tahun 2003, masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pendidikan. Mahasiswa sebagai peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, juga memiliki hak yang sama. Pemberdayaan mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat membangun rasa tanggung jawab di dalam diri mahasiswa terhadap pendidikan mereka sendiri.Namun hingga saat ini belum ada data kuantitatif mengenai tingkat partisipasi mahasiswa dalam pendidikan ilmu kesehatan di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari deklarasi mahasiswa ilmu kesehatan di Indonesia tentang Peran Mahasiswa dalam Pendidikan Ilmu Kesehatan di Indonesia, direncanakan sebuah kajian untuk mengukur tingkat partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan ilmu kesehatan (education governance) di Indonesia, dimulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi.

Kuesioner, yang diadaptasi dari kajian serupa yang pernah dilaksanakan di beberapa negara lain, seperti di wilayah Eropa

Validasi kuesioner ( mahasiswa dan akademisi

Penyebaran dan pengisian kuesioner melalui Google Spreadsheet

Tabulasi dan pengolahan data dalam bentuk data deskriptif

Pembuatan report

Presentasi di 2nd HPEQ Conference

Inputdan feedback hasil kajian

Rencana kajian atau penelitian lanjutan

Bekti, Sarwo. Wawancara Pribadi. (6 September 2011)

2