hati menurut islam

17
Hati Menurut Islam عد ب ما , أ ن عي م ج ه أ ب ح ص له و ى أ عل مد و ح م ا! ن# ي ن% ي! ن ى عل له ى أل صل و ن مي ل عا ل أ له رب مد ل ح ل أSesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah mengingatkan, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10) Pembahasan mengenai amalan-amalan hati termasuk pembahasan yang sangat panjang di dalam kitab-kitab para ulama, dan membahas semua itu tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Karenanya pada kesempatan yang ringkas ini kita hanya akan membicarakan beberapa poin yang berkenaan dengannya: a) Definisi dan tempat hati. b) Kedudukan hati. c) Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan. d) Hal-hal yang memperbaiki hati. e) Hal-hal yang merusak hati. f) Yang dimaksud dengan amalan hati. g) Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa. h) Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh). i) Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati. Pertama: Definisi dan letak hati. Kata hati (arab: qalbun) mempunyai dua penggunaan dalam bahasa: a. Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu. b. Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu

Upload: eureka-himitsu

Post on 09-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

islam

TRANSCRIPT

Page 1: Hati Menurut Islam

Hati Menurut Islam

وصحبه آله وعلى محمد نبيينا على الله وصلى العالمين رب لله الحمدبعد, أما أجمعين

Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah   mengingatkan, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)

Pembahasan mengenai amalan-amalan hati termasuk pembahasan yang sangat panjang di dalam kitab-kitab para ulama, dan membahas semua itu tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Karenanya pada kesempatan yang ringkas ini kita hanya akan membicarakan beberapa poin yang berkenaan dengannya:a)    Definisi dan tempat hati.b)    Kedudukan hati.c)    Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.d)    Hal-hal yang memperbaiki hati.e)    Hal-hal yang merusak hati.f)    Yang dimaksud dengan amalan hati.g)    Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.h)    Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).i)    Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.

Pertama: Definisi dan letak hati.Kata hati (arab: qalbun) mempunyai dua penggunaan dalam bahasa:a.    Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.b.    Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah

Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan. Nabi bersabda:

دينك على قلبي ثبت القلوب مقلب يا“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik )

Page 2: Hati Menurut Islam

Adapun letaknya, maka Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa dia terletak di dalam dada. Allah berfirman, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)Dan Nabi juga bersabda tentang ketaqwaan, “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati.Bertolak dari hal ini para ulama juga membahas mengenai letak akal. Seluruh kaum muslimin bersepakat -kecuali mereka yang terpengaruh dengan filosof dan ilmu kalam- bahwa akal itu terletak di dalam hati, bukan di otak. Allah berfirman, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj: 46)Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada, walaupun tidak menutup kemungkinan dia (akal) mempunyai hubungan dengan otak, sebagaimana tangan yang terluka akan berpengaruh pada seluruh anggota tubuh lainnya. Karenanya kalau ada seseorang yang kepalanya dipukul atau terkena benturan yang keras maka terkadang menyebabkan akal dan ingatannya hilang.

Kedua:  Kedudukan hati.Nabi bersabda dalam hadits Ibnu Mas’ud:

فسد فسدت وإذا كله الجسد صلح صلحت إذا مضغة الجسد في وإن أالالقلب وهي أال كله الجسد

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun alaih)Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)

Ketiga: Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.Ketiga anggota tubuh ini merupakan anggota tubuh terpenting pada tubuh manusia karena pada ketiganyalah semua ilmu dan pengetahuan berputar. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra`: 36) Allah mengkhususkan penyebutkan ketiganya di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan paling sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut:

Page 3: Hati Menurut Islam

Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu, berbeda halnya dengan pendengaran dan hati karena kedua bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Kemudian pendengaran dan hati berbeda dari sisi: Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan -yang berisi ilmu- kepada hati.

Keempat: Hal-hal yang memperbaiki hati.Jumlahnya sangatlah banyak, di antaranya:a.    Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya.Allah   berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)Abu Hafsh An-Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)b.    Banyak mengingat kematian dan hari akhirat.Rasulullah bersabda dalam hadits Abu Hurairah :

الموت يعني اللذات هاذم ذكر أكثروا“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian”(HR. Imam Empat kecuali Abu Daud)Dan beliau juga bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian riwayat: Kematian-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu Hurairah )Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api neraka.Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, “Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.”c.    Bergaul dengan orang-orang yang saleh.Dalam hal ini Nabi   bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari :

الكير ونافخ المسك كحامل وء الس والجليس الح الص الجليس مثل إنماطيبة ريحا منه تجد أن ا وإم منه تبتاع أن ا وإم يحذيك أن ا إم المسك فحامل

خبيثة ريحا تجد أن ا وإم ثيابك يحرق أن ا إم الكير ونافخ“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Bahkan Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan

Page 4: Hati Menurut Islam

kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113)d.    Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya.Ini adalah jenjang ihsan yang Rasulullah telah jelaskan definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur, “Engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau kamu tida sanggup melihat-Nya maka yakinlah kalau Dia melihatmu.” (Muttafaqun alaih)Ibnu Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib, “Sesungguhnya di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di dalamnya ada kesedihan yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kegembiraan mengenal-Nya, dan padanya ada kefakiran yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kejujuran tawakkal kepada-Nya, yang seandainya seseorang diberikan dunia beserta segala isinya niscaya kefakiran tersebut tidak akan hilang.”e.    Amalan saleh dengan semua bentuknya.Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat: 46)Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya amalan baik memberikan cahaya pada hati, kecemerlangan pada wajah, kekuatan pada badan, tambahan pada rezeki, kecintaan di dalam hati-hati para hamba.”Dan sebesar-besar bahkan landasan setiap amalan yang saleh adalah ilmu agama yang bermanfaat, dengannyalah seorang hamba mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah bersabda dalam hadits Muawiah bin Abi Sufyan:

الدين في هه يفق خيرا به الله يرد من“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya maka Dia akan memberikannya pemahaman dalam agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)f.    Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan tujuan penciptaannya.Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu benda yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak kalau digunakan untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan tujuan diciptakannya hati dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-ayat Allah yang bersifat syar’i dan kauni yang darinya akan lahir amalan-amalan sebagai tanda keimanan dia kepada Allah.Pernah ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda` -radhiallahu anha- tentang ibadah suaminya yang paling sering dia lakukan, maka beliau menjawab, “Berpikir dan mengambil pelajaran (darinya).”g.    Berdzikir kepada Allah Ta’ala.Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf: 36)Dan Allah   berfirman, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang

Page 5: Hati Menurut Islam

sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126)Dan Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kelima: Hal-hal yang merusak hati.Telah jelas pada pembahasan sebelumnya perkara apa saja yang merusak hati, yaitu dengan mengetahui kebalikan semua perkara yang memperbaiki hati. Dan di sini kita tambahkan beberapa perkara:a.    Melampaui batas dalam semua perkara.Allah Ta’ala berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.”(QS. At-Takatsur: 1)Dan Allah   berfirman, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras: Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 779)b.    Memakan makanan yang haram.Karena makanan merupakan salah satu unsur pembentuk hati, dan telah shahih dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas baginya.”c.    Tenggelam dalam mengejar dunia.Telah datang tahdziran dari Allah dan Rasul-Nya mengenai fitnah dunia, di antaranya Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.” (QS. Muhammad: 36)Dan Rasulullah telah bersabda dalam hadits Abu Said Al-Khudri :

النساء في كانت إسرائيل بني فتنة ل أو فإن النساء واتقوا الدنيا فاتقوا“Maka takutlah kalian kepada fitnah dunia dan takutlah kalian kepada fitnah wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim)

Keenam: Yang dimaksud dengan amalan hati.Yang dimaksud dengannya adalah semua amalan yang letaknya di dalam hati atau yang mempunyai hubungan dengannya. yang terbesar darinya adalah keimanan kepada Allah, cinta, takut dan berharap kepada-Nya, taubat dan kembali kepada-Nya, tawakkal, sabar, yakin, khusyu’, ikhlas dan semacamnya. Darinya kita sudah bisa membedakan antara amalan hati, amalan lisan -seperti berzikir

Page 6: Hati Menurut Islam

dan berdoa-, dan amalan anggota tubuh –seperti ruku’, sujud dan semacamnya-.

Ketujuh: Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.Dalam hal ini dia sama dengan amalan anggota tubuh lainnya walaupun dari sisi kedudukan, dia lebih utama darinya. Maka kalau seseorang dihukum ketika dia melakukan ghibah dengan lisannya, maka demikian pula dia akan dihukum ketika hatinya bertawakkal kepada selain Allah. Apalagi yang memang merupakan ibadah hati, maka seseorang akan dihukum ketika hatinya meninggalkan ibadah tersebut walaupun dia tidak menampakkannya dalam amal perbuatannya, seperti cinta kepada Allah, keyakinan hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib dan semacamnya.

Kedelapan: Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).Keutamaannya bisa ditinjau dari beberapa sisi:a.    Rusaknya ibadah hati terkadang menyebabkan rusaknya ibadah yang berkenaan dengan anggota tubuh, contohnya keikhlasan dalam ibadah. Allah   berfirman dalam hadits qudsi:

تركته غيري معي فيه أشرك عمال عمل من رك الش عن ركاء الش أغنى أناوشركه“Saya adalah Dzar yang paling tidak butuh kepada kesyirikan, karenanya barangsiapa yang mempersekutukan saya dalam ibadahnya maka Saya akan meninggalkannya dan apa yang dia sekutukan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )b.    Amalan hati -yang asalnya adalah tauhid- merupakan asas untuk selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.Nabi bersabda dalam hadits Jabir riwayat Muslim:

النار دخل به يشرك لقيه ومن الجنة دخل شيئا به يشرك ال الله لقي من“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan sedikit pun maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan berbuat kesyirikan maka dia akan masuk neraka.”c.    Ibadah hati lebih berat dilaksanakan daripada ibadah jawarih.Muhammad bin Al-Munkadir berkata, “Saya melatih jiwaku selama empat puluh tahun sampai akhirnya dia bisa istiqamah.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 607)Dan Yunus bin Ubaid -rahimahullah- juga pernah berkata, “Sesungguhnya saya telah menawarkan kepada jiwaku agar dia mencintai untuk manusia pada apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk manusia pada apa yang yang dia benci untuk dirinya sendiri, tapi ternyata itu sangat jauh darinya. Kemudian pada kesempatan lain saya menawarkan kepadanya agar dia tidak menyebut-nyebut mereka (orang lain) kecuali dengan kebaikan dan agar tidak menyebut dan tidak membicarakan mereka dengan kejelekan, akan tetapi saya menilai puasa di siang hari yang sangat panas lebih mudah baginya (jiwa) daripada itu.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 539)

Page 7: Hati Menurut Islam

d.    Amalan hari merupakan pendorong dan penggerak dari amalan jawarih.Telah berlalu ucapan Ibnu Abbas yang menunjukkan akan hal itu. Dan Utbah Al-Ghulam -rahimahullah- juga pernah berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah niscaya dia akan mencintai-Nya, dan barangsiapa yang mencintai-Nya niscaya dia akan menaatinya.”e.    Terkadang ibadah hati bisa menjadi pengganti dari ibadah jawarih.Misalnya dalam jihad, Nabi bersabda:

– في معكم كانوا إال واديا قطعتم وال مسيرا سرتم ما لرجاال بالمدينة إن - المرض: حبسهم األجر في شركوكم إال رواية

“Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidaklah kalian menempuh satu pun perjalanan dan tidaklah kalian melewati satu pun lembah kecuali mereka  bersama kalian -dalam sebagian riwayat: Bersekutu dengan kalian dari sisi pahala-, mereka adalah orang-orang yang ditahan oleh penyakit.” (HR. Muslim dari Jabir dan Al-Bukhari dari Anas yang semakna dengannya)f.    Amalan jawarih mempunyai batas yang telah ditentukan, baik dari sisi pelaksanaan maupun pahala, berbeda halnya dengan amalan hati.Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim dalam Madarij As-Salikin. Aisyah -radhiallahu anha- berkata dalam hadits riwayat Muslim:

أحيانه كل على الله يذكر وسلم عليه الله صلى النبي كان“Adalah Rasulullah selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan beliau.”Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)g.    Amalan hati ada yang terus-menerus berlanjut pada saat amalan jawarih terhenti atau melemah.Di dalam kubur seseorang menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan tauhidnya, penghuni surga senantiasa mencintai, mengagungkan dan memuliakan Allah. Akan tetapi mereka (yang dalam kubur atau di surga) tidak lagi mengerjakan shalat, puasa dan seterusnya dari ibadah anggota tubuh.h.    Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala ibadah anggota tubuh, bahkan -dalam sebagian keadaan- dia bisa menjadi penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh.Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan ibadah tergantung dengan niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan,” al-hadits. (Muttafaqun alaih dari Umar )Abdullah bin Al-Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan kecil yang dibuat banyak (besar) oleh niatnya, dan betapa banyak amalan yang banyak (besar) dibuat kecil oleh niatnya.”

Kesembilan: Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.

Page 8: Hati Menurut Islam

Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziah menyebutkan tiga keadaan manusia dalam hal ini:a.    Di antara mereka ada yang sibuk mengurusi ibadah-ibadah hati dan memperbaiki hatinya, akan tetapi dia meninggalkan dan melalaikan amalan-amalan yang zhahir.b.    Sekelompok lainnya jutsru melakukan sebaliknya.c.    Kelompok yang ketiga -dan ini yang tepat-, adalah mereka yang memperhatikan dan menjaga kedua jenis amalan ini tanpa ada bentuk tafrith (penyepelean) dan ifrath (extrim) padanya,Dan mungkin bisa ditambahkan keadaan yang keempat -dan ini juga beliau isyaratkan dalam kitab beliau yang lain-: Kelompok yang menelantarkan keduanya.

, رب لله والحمد أجمعين وصحبه آله وعلى محمد نبيينا على الله وصلىالعالمين

1.        QalbuQalbu dengan segala bentuknya (tunggal, dua, atau jama’) diungkap al-Quran

sebanyak 132 kali dalam 126 surat. Jumlah ini tidak termasuk dalam bentuk kata kerjanya (fi’il). [1]

Al-Gazhali melihat qalbu dari dua aspek. Pertama aspek jasmani atau disebut juga qalbujasmani. Yang dimaksud di sini adalah daging yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebeleh kiri. Kedua, qalbu ruhani, yaitu sesuatu yang halus (lathif), rabbani,dan ruhani. Qalbu dalam pengertian ini merupakan esensi manusia.[2]

Qalbu jasmani merupakan jantung (heart) yang menjadi pusat jasmani manusia. Ia berfungsi sebagai pusat peredaran dan pengaturan darah. Jika fungsi ini berhenti, maka ajal (batas) hidup manusia habis dan terjadilah kematian. Qalbu jasmani tidak Cuma dimiliki manusia, tetapi dimiliki oleh semua makhluk bernyawa seperti binatang. Sedangkan qalbu dalam pengertian ruhani hanya dimiliki oleh manusia, yang menjadi pusat kepribadiannya. Namun demikian,qalbu jasmani dan qalbu ruhani memiliki keterkaitan. Apabila kondisi kejiwaan seseorang normal, senang, gembira atau bersedih, maka frekuensi denyutnya akan terpengaruh.[3]

Qalbu memiliki karakteristik khusus yaitu ia memiliki kecendrungan dan kemampuan yang disebut dengan cahaya ketuhanan (nur al-Ilahi) dan mata batin (al-bashirah al-bathiniyyah) yang memancarkan keimanan dan keyakinan.[4] Qalbu bersifat fitrah yang memiliki kecendrungan untuk menerima kebenaran dari Allah karena ia disebut juga memiliki natur ilahiyyah yang merupakan aspek supra-kesadaran manusia yang dipancarkan dari Tuhan.[5]

Al-Thabathaba’i menjelaskan bahwa fungsi qalbu memiliki daya emosi; cinta, senang, benci, sedih, dan ingkar. Disamping daya emosi, qalbu juga memiliki daya kognisi yang bersifat halus dan rabbani yang mampu mencapai hakikat sesuatu. Qalbu dapat mencapai pengetahuan (ma’rifah) melalui daya cita rasa (al-dzawqiyyah)[6] dan intuisi (al-hadsiyyah)[7]. Qalbu mencapai puncak pengetahuan apabila manusia menyucikan dirinya (tazkiyat al-nafs), sehingga ia

Page 9: Hati Menurut Islam

dapat memperoleh ilham dan kasyaf (terbukanya hijab yang mendinding qalbu. Qusyairi mengatakan bahwa pengetahuan qalbiyah jauh lebih luas dan dalam ketimbang pengetahuan aqliyyah. Aqal tidak dapat mengetahui hakikat Tuhan, sedangkan qalbu dapat mengetahui hakikat yang ada.[8]

Hasil capaian kebenaran yang menurut akal sehat dipandang tidak masuk akal, tidak tepat disebut irasional. Hal ini lebih tepat disebut sebagai sesuatu yang transenden atau supra-rasional (supra-kesadaran). Capaian kebenaran yang dimaksud seperti hal-hal yang berhubungan dengan keyakian (al-i’tiqadiyyah), hidayah, ketaqwaan, rahmah, tertangkapnya isyarat yang akan terjadi esok dan hal-hal lainnya. Seperti ditegaskan Iqbal, intuisi qalbu merupakan bentuk tertinggi dari jenis intelektual.[9]

Menurut Mujib (2006), dengan mempedomani QS. Al-Nahal [16]: 78; al-Isra’ [17]: 36; al-Mukminun [23]: 78; as-Sajadah [32]: 9 dan al-Mulk [67]: 23, fungsi dan aktivitas qalbu (al-af’al al-qalbiyyah) adalah sebagai berikut:

a.    Al-Sama’; daya qalbu yang mampu mendengar bisikan halus dan gaib atau suara hati ( al-ashwat al-qalbiyyah). Bisikan itu bisa dalam bentuk lintasan dan perintah bathiniyyah:

1)         (al-khathir). Bisikan atau lintasan tiba-tiba itu bisa datangnya dari syetan (al-khathir al-syaythani), dari manusia itu sendiri (al-khathir al-insani) yang bersumber dari suara hati manusia dan melahirkan firasat insani,  dari malaikat (al-khathir al-malaki), dan datang dari Allah langsung (al-khathir al-rabbani). Para nabi dan rasul memperolehanugrah ini melalui mu;jizat seperti wahyu, sedangkan para wali dalam bentu karamah.

2)        Al-Warid; bisikan batin berupa limpahan pengetahuan, ketajaman berfikir, dan bisikan kegembiraan atau kesedihan. Hal ini lebih tinggi dari al-khathir. Hal ini kalau tanpa diiringi rahmat Allah juga bisa menyebabkan kegaiban dan kegilaan (majnun).

3)        Al-Bawadih;bisikan batin berupa kejutan-kejutan gaib yang muncul tiba-tiba yang menimbulkan kegembiraan atau kesedihan

4)        Al-Hujum; bisikan batin secara tiba-tiba tanpa usaha. Hal ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khattab yang mampu melihat kondisi peperangan dari jarak jauh hingga beliau memerintahkan kaum muslimin naik bukit. Kaum muslimin mendengarkan seruan jarak jauh ini sehingga kaum muslimin memperoleh kemenangan.

b.    Al-Bashar; daya qalbu yang dapat melihat sesuatu yang gaib yang sering disebut dengan kata hati (al-a’yan al-qalb). Melalui ini al-Gazhali memahami rahasia-rahasia Tuhan (ma’rifah).

c.    Al-Fu’ad; daya qalbu yang dapat melihat kebenaran, al-Shadr; daya qalbu yang menjadi tempat merasakan kelapangan (al-insyirah) dan kesempitan (al-dhayq), al-taqallub; yang dapat berubah, al-syaghaf; daya qalbu yang merupakan tempat cinta kepada pekerti baik, al-lubb; daya qalbu yang menjadi inti relung kesadaran berupa keyakinan, kesaksian santun dan kemuliaan, habat al-qalb; tempat cinta kepada kebenaran, al-suwida’; daya qalbu tempat ilmu-ilmu agama, mahajat al-qalb; daya qalbu yang merupakan manifestasi sifat-sifat Allah atau mengkufurinya, al-Dhamir, daya qalbu tempat merasa yang mengendalikan seseorang untuk kebaikan, al-sirr; relung kesadaran paling dalam yang menjadi

Page 10: Hati Menurut Islam

tempat terjadinya komunikasi dengan Allah, bayt al-hikmah; daya qalbu yang hasilkan keikhlasan, bayt al-muqaddas; dayaqalbu lahir yang berhubungan dengan orang lain, bayt al-haram; daya qalbu yang menyebabkan manusia memiliki keyakinan ekslusif hanya kepada Allah, bayt al-izzah; dayaqalbu yang antarkan seseorang mampu fana,dan al-afaq al-mubin; puncak tingkatan qalbumanusia.

d.   Al-Syu’ur; daya qalbu yang berfungsi untuk merasakan suatu emosi. [10]Tipologi qalbu seseorang menurut Ibn Qayyim juga tergolong kepada

beberapa kategori.Pertama, qalbu yang hidup, yaitu hati yang selamat (salim), baik (khair), dan suci (thuhur). Kedua, qalbu mayyitun, yaitu hati para pendosa yang diselimuti ketamakan, keras, dan somong serta ingkar. Ketiga, hati yang berpenyakit (qalbu al-maridh),  yaitu hati orang menemima kebenaran tapi sering mengabaikan kebenaran seperti iri, rakus dan lainya.[11] Mari simak Hadits berikut:

القلب وهي أال كله الجسد فسد فسدت وإذا كله الجسد صلح صلحت إذا مضغة الجسد في إنSesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak maka akan rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa daging itu adalah qalbu, (HR al-Bukhari dari Nu’man ibn Basyir)

2.        ‘Aqal

Secara etimologi, ‘aqal berarti menahan (al-imsak), ikatan (al-ribath), menahan (al-hajr), melarang (al-nahi), dan mencegah (man’u).[12] Berdasarkan makna bahasa ini maka orang yang berakal dapat dikatan orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya.‘Aqal juga memiliki dua makna.

a.        ‘Aqal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala yang biasanya disebut juga dengan otak (al-dimagh).

b.        ‘Aqal ruhani, yaitu cahaya ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi (al-mudrikat). [13]

‘Aqal berbeda dengan tabiat (al-thab’u) dan qalbu. ‘Aqal mampu memperoleh pengetahuan melalui daya nalar (al-nazhar), sedangkan tabi’at memperoleh pengeahuan melalui daya naluri atau daya alamiyah (al-dharuriyyah). Aqal memperoleh pengetahuan melalui daya argumentatif (al-istidlaliyyah), sedang qalbu memperoleh pengetahuan melalui cita rasa (dzawqiyyah) dan intuisi (al-hadsiyyah). [14]

‘Aqal disebut di dalam al-Quran sebanyak 49 kali. ‘Aqal dalam al-Quran dan  sunnah diungkap hanya dalam bentuk kata kerja. Tidak pernah ditemukan dalam bentuk kata benda (isim). Dengan demikian, áqal  bukanlah suatu substansi (jawhar), melainkan aktivitas dari substansi tertentu.[15]

Para ulama ada yang menyebut bahwa ‘Aqal merupakan aktivitas qalbu sebagaimana ayat Allah, QS. Al-Hajj [22]: 46.ار ولكن ttا ال تعمى األبصttه أفلم يسيروا في األرض فتكون لهم قلوب يعقلون بها أو ءاذان يسمعون بها فإن

تي في الصدور تعمى القلوب ال“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami (ber’aqal) atau mempunyai telinga

Page 11: Hati Menurut Islam

yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.( QS. Al-Hajj [22]: 46.)

Al-Zukhaili berpandangan bahwa ‘aqal merupakan aktivitas otak. Senada dengan pendapat plato yang mengatakan bahwa jiwa rasional bertempat di kepala (otak) manusia. Ibn Miskawaih juga menyatakan bahwa jiwa berakal itu berkedudukan di otak manusia, jiwa syahwat berkedudukan di hati, sedang jiwa marah (ghadab) berkedudukan di jantung. [16]

Penulis memandang bahwa akal merupakan aktivitas nafs namun menggunakan otak jasmani. Jika nafs mengindera menggunakan qalbu, maka pandangannya bersifat ruhaniah (rasa dan intuisi), namun jika nafs mengindera melalui akal, maka penginderaannya bersifat jasmaniyah yaitu melaui media otak yang karakteristiknya adalah logika rasional. Dengan demikian, maksud ayat di atas lebih ditujukan kepada qalbu dalam pengertian tempat yang mampu menyerap cahaya iman dan nur Ilahi  dituntut untuk memfungsikan indrawi jasmani otak untuk melakukan proses ta’aqqul yang logis serta rasional.

Akal mampu mengantarkan manusia pada tingkat kesadaran, namun tidak mampu mencapai supra-kesadaran. Akal mampu berpikir dengan logika formal pada dunia sadar, tetapi tidak mampu manangkap sesuatu yang datangnya dari alam supra-kesadaran (gaib).[17]Pengetahuan yang diperoleh akal terbagi kepada dua bentuk. Pertama, pengetahuan rasional-empiris, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui bantuan indrawi. Kedua, pengetahuan rasional-idealis, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran sehingga pengetahuan yang dihasilkannya disebut dengan pengetahuan filsafat.[18]

Menurut al-Ghazali, ada beberapa bentuk aktivitas akal (al-af’al al-‘aqliyyah). a.    Al-nazhar (sight atau vision); secara bahasa berarti melihat, mempertimbangkan,

memperhatikan, menyawasi dan menyidik dengan pikiran. Al-nazhar lazimnya menggunkan alat bantu indra mata.

b.    Al-Tadabbur; daya akal yang memperhatikan sesuatu secara seksama dan teratur, yang mengikuti logika sebab akibat.

c.     Al-Ta’ammul (contemplation); daya akal yang mampu merenungkan sesuatu yang abstrak.

d.    Al-Istibshar (insight); daya akal yang mencapai wawasan dan pengertian yang mendalam.

e.     Al-I’tibar; daya akal yang mampu mengaikan suatu peristiwa dengan sesuatu tanda-tanda (al-‘alamah).

f.      Al-Tafkir (thinking);berpikir yang meliputi kegiatan-kegiatan:      Al-hifzh; menghafal      Al-fahm; memahami      Al-dhihn; mencerna secara logika      Al-ta’rif; mendefinisikan      Al-tafsir; menjelaskang.    Al-Tadakkur; mengingat, mengembalikan memori yang lazimnya melalui meditasi

Page 12: Hati Menurut Islam

Pada dasarnya manusia itu terdiri dari dualisme yang saling melengkapi, yaitu manusia terdiri dari jasmani dan rohani, kalau jasmani digerakkan oleh fikiran, perasaan dan kemauan yang melahirkan kekuatan lahir. Sedangkan rohani digerakkan oleh cipta, rasa dan karsa yang melahirkan kekutan batin.

Kekuatan lahir membutuhkan penyokong berupa makanan yang berasal dari tanah yaitu tumbuhan,binatang dan benda yang bersifat jasadiah, dan kekuatan batin juga membutuhkan penyokong berupa makanan dari Allah yaitu agama yang termaktub dalam Al-quran. Kekuatan lahir yang berupa panca indra (Tonus) bisa lelah, berbeda dengan kekuatan batin (Titonus) yang tidak akan merasa lelah.

Rohani harus mengendalikan jasmani yang cenderung ke sifat kebinatangan yang disebut dengan nafsu hewaniah dan inilah yang menjadi ia terhijab dengan Tuhannya. Sedangkan orang yang bersih hatinya akan mudah menerima nur ilahi maka ia akan mencapai Lathifatul Qalbi (Lathifatul Rabbaniah) yaitu ia telah dapat memerintah dan mengatur anggota badan jasmani. 

jika seseorang membaca al-quran atau lainnya melalui penggunaan cahaya (Nur) terjadilah komunikasi jasadiah. Pada pusat pengolahan didalam otak, maka terjadilah proses ruhaniah, gerakan pusat otak jasadiah ini berlangsung sebagai transformator gerakan hati, maka terjadilah komunikasi ruhaniah.Alexis Carrel, peraih hadiah Nobel 1912 dalam bidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown (Makhluk yang Belum Dikenal), menulis tentang daya (potensi) manusia. Telepati, yakni daya untuk menyampaikan atau menangkap sesuatu kepada, atau dari orang lain dari jarak jauh dan tanpa alat, dikenal dalam litelatur keagamaan dan di buktikan oleh ilmuwan, walaupun banyak ilmuwan yang meragukannya, itu wajar, karena telepati jarang terjadi, dan lebih-lebih lagi kadang telepati berada di celah tumpukan berbagai kisah khayalan yang di ciptakan manusia

Semua agama memperkenalkan hal-hal yang suprarasional, tetapi tidak sedikit penganut agama yang memperluas wilayahnya, sehingga yang irasional pun ikut mereka suburkan. Ini antara lain, yang melahirkan penolakan segala informasi, kecuali yang rasional.

Sikap dan perilaku manusia berpusat pada kalbu. Jika kalbunya bersih, maka keseluruhan perilakunya bersih. Sebaliknya jika kotor, maka keseluruhan perilakunya kotor. Melalui kalbu, hidayah (nur Ilahi) turun ke bumi. Kalbu yang mendapat cahaya akan memantulkan cahayanya pada akal.

Page 13: Hati Menurut Islam

Manusia sebagai kesatuan jiwa-badan mampu menangkap seluruh realitas, materi dan nonmateri, karena di dalam diri manusia terdapat tiga potensi epistemologis, yaitu: serapan panca indera, kekuatan akal, dan intuisi. Aspek lahir (external) realitas dapat ditangkap oleh panca indera; Aspek batinnya (internal) dapat di tangkap oleh akal; dan tingkatan yang paling tinggi dapat ditangkap oleh intuisi.

Akal dan intuisi tumbuh dari akar yang sama, tetapi mempunyai kemampuan yang berbeda. Namun, perbedaan kemampuan ini tidak menjadi langkah awal pembentukan jurang pemisah seperti terpisahnya antara kaum idealisme  dan kaum empirisme akan tetapi antara pikiran dan intuisi saling tergantung dan saling melengkapi.

Intuisi dapat di asah dan di tingkatkan diantaranya melalui sholat, karena sholat bukan hanya sekedar pelaksanaan ritual rutin, melainkan lebih dari itu, seperti: 1) sholat sebagai pelengkap kegiatan intelek (akal) bagi yang mengadakan peninjauan (penelitian) tentang alam. 2) sholat adalah semacam renungan atau kegiatan berpikir kontemplatif yang semakin lama semakin intens sehingga mampu menangkap realitas. 3) sholat seperti ini akan memperoleh jawaban mengenai misteri alam semesta.

Dalam sholat, posisi tubuh diatur sedemikian rupa, kemudian akal memusatkan perhatiannya pada Tuhan. Intuisi – dalam pengertian akal yang lebih tinggi – meneruskan pemusatan itu. Pemusatan intuisi terus meningkat, dalam keadaan ini kesadaran akal akan berhenti. Sementara itu, indera jauh lebih tenang kondisi ini oleh Muhammad Iqbal disebut dengan fatalisme dalam islam. Dalam keadaan semacam ini si musholli akan tetap tenang meskipun peluru-peluru berdesingan di sekitarnya.

Makna qalbu itu sendri yang bersifat kondisional (ahwal) dan tidak memiliki pengertian yang statis (maqmah). Qalbu tidak mungkin diukur dengan batasan-batasan atau dibatasi dengan batasan ukuran ukuran-ukuran yang pasti. Meminjamkan ungkapan dari pasal,”Le Coeur a ses rations que la raison neconnait pas” hati mempunyai akalnya sendiri yang tidak biasa dimengerti oleh akal budinya”. Pascal melanjutkan bahwa kebenaran hanya dapat diketahui jika kita mau mendengar suara hati (lagique de Coeur). Walaupun seharusnya lebih ditegaskan bahwa kebenaran hanya  mungkin diketahui dan dirasakan  nyata, apabila kita ,mau melaksanakan kata hati, bukan hanya mendengar.         Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilhaih, yaitu ruh. Sebagaimana sejak alam ruh, kita telah melakukan kesaksisan kebenaran.        ‘’Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seranya berfirman),’Bukanlah Aku ini Tuhanmu?’ mereka menjawab,’ Betul (Enkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..’’’ (al-A’raaf;172)     Pengertian qalbu (bentuk masdar) dari qalbu yang artinya ‘berubah-ubah,berbolak-balik, tidak konsisten,berganti-ganti’. Pokok qalbu merepukan lokus atau tempat didalam wahana jiwa manusia yang merupakan titik  sentral atau awal dari segala

Page 14: Hati Menurut Islam

awal yang menggerakan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qalbu juga merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati  (conscience) yang berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani (bersifat cahaya) yang menerangi atau memberikan arah kepada manusia untuk bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.      Dengan qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala makhluk yang diciptakan–Nya. Sebaiknya, karena qalbu itu pula,manusia membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini biasa terjadi dikarenakan bagi manusia. Itulah sebabnaya, Allah menepatkan qalbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah sendiri tidak memperdulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuruhkan oleh hati nuraninya perbuat.      Salah satu fungsi qalbu adalah merasakan dan mengalami; yang artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkaum dan dipantulkan kehati ke dunia luar,dan proses ini kita sebut saja sebagai menghayati.Dengan demikian,didalam qalbu, selain memiliki fungsi indrawi, didalamnya ada ruhani, yaitu moral dan nilai-nilai etika; artinya dialah yang menentukan tentang rasa bermasalah, baik buruk, serta mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut.

c. al-RuhPara ulama berbeda –beda dalam mengartikan ruh. Sebagaian mengartikan kehidupan (al-hayah). Sementara menurut al-Qusyairi, ruh adalah jisim yang halus bentuknya (sebagaimana malaikat, setan) yang merupakan tempat akhlak terpuji. Dengan demikian ruh berbeda dengan al-nafs dari sisi potensi positif dan negatif. Nafsu sebagai pusat akhlak tercela sementara ruh sebagai pusat akhlak terpuji. Ruh juga merupakan tempat mahabbah pada Allah.