hbab ii tinjauan pustaka a.eprints.umm.ac.id/56138/3/bab ii.pdfd) prinsip pemanfaatan ruangan e)...
TRANSCRIPT
7
HBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam proses penelitian dibutuhkan berbagai informasi yang digunakan
sebagai landasan untuk menunjang proses penelitian yang dilaksanakan.
Landasan tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti text-book, jurnal
penelitain, dan media elektronik. Ada beberapa landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Tata Letak
a. Pengertian Tata Letak
Dalam suatu perusahaan manufaktur banyak dijumpai berbagai
macam fasilitas produksi agar suatu aktifitas produksi dapat berjalan
dengan lancar. Fasilitas produksi tersebut baik berupa mesin, peralatan
produksi, pekerja maupun fasilitas pendukung yang lainnya yang
semuanya harus selalu tersedia dan ditempatkan pada bagiannya masing-
masing agar dapat berfungsi secara maksimal.
Tata letak fasilitas yang baik dan sesuai dengan keadaan perusahaan
merupakan faktor utama dalam menentukan efisiensi sebuah operasi
perusahaan dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak
strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal
kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja,
kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat
8
membantu organisasi mancapai sebuah strategi yang menunjang
diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat (Heizer & Render, 2012)
Tata letak merupakan suatu landasan utama yang penting di dalam
dunia industry, oleh sebab itu harus dirancang dengan baik. Hal tersebut
sesuai dengan teori menurut Sritomo Wignjosoebroto (2009) tata letak
pabrik (Plant Layout) atau tata letak fasilitas (fasilities layout)
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan
memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas
penunjang produksi lainnya. Dalam tata letak pabrik ada dua hal yang
diatur letaknya yaitu pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang
ada dari pabrik.
Definisi lain tentang tata letak menurut Irham Fahmi (2016)
perancangan tata letak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-
bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari
bahan mentah menjadi bahan jadi. Dengan kata lain, merupakan
pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat
produk. Perencanaan tata letak merupakan salah satu tahap dalam
perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu system
produksi yang efektif dan efisien sehingga dapat tercapai suatu proses
produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
9
Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap
perusahaan yang berdiri harus memiliki perencanaan tata letak yang baik
dan tepat. Selain itu juga perusahaan harus mengatur tata letak fasilitasnya
karena hal tersebut dapat menentukan optimal tidaknya jalannya suatu
proses produksi dan aliran proses produksi. Apabila penataan tata letak
fasilitas suatu perusahaan tesebut tepat maka proses produksi dapat
berjalan lancar dan tidak merugikan perusahaan nantinya.
b. Tujuan Perencanaan Tata Letak Pabrik
Pada dasarnya perencanaan tata letak yang baik akan memberikan
banyak keuntungan pada perusahaan. Secara umum, tujuan dari penataan
tata letak fasilitas adalah untuk mencapai suatu keuntungan bagi
perusahaan dengan sistem produksi yang efektif dan efisien. Menurut
Wignjosoebroto (2009) tujuan utama dari penataan tata letak pabrik ialah
mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang ekonomis untuk
operasi produksi aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan modal
kerja dan performance dari operator.
Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa perencanaan tata letak
pabrik adalah dimaksudkan untuk mengatur segala fasilitas fisik dari
system produksi (mesin, peralatan, tanah, bangunan dan lain-lain) guna
mendapatkan hasil yang optimal serta mencapai tujuan perusahaan secara
efektif, efisien, dan aman.
10
c. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik
Dalam suatu perusahaan manufaktur memiliki banyak tujuan yang
dapat dicapai. Aspek dasar dan tujuan bisa didapatkan apabila tata letak
pabrik yang terencanakan dengan baik, oleh sebab itu perusahaan harus
menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam perencanaan tata letak.
Dalam perusahaan manufaktur terdapat prinsip-prinsip dasar yang
harus diterapkan dalam perencanaan tata letak pabrik menurut Sritomo
Wignjosoebroto (2009) adalah sebagai berikut:
a) Prinsip integrasi secara total
b) Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.
c) Prinsip aliran dari suatu proses kerja.
d) Prinsip pemanfaatan ruangan
e) Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
f) Prinsip Fleksibilitas
Prinsip-prinsip dasar tersebut yang digunakan dalam perencanaan tata
letak pabrik. Berikut merupakan penjelasan prinsip-prinsip dasar dalam
perencanaan tata letak pabrik menurut Sritomo Wignjosoebroto (2009):
a) Prinsip integrasi secara total menyatakan bahwa tata letak pabrik
adalah merupakan integrasi secara total dari seluruhelemen produksi
yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
b) Hampir setiap proses yang terjadi dalam suatu industri mencakup
beberapa gerakan perpindahan dari material, yang mana kita tidak bisa
11
menghindarinya secara keseluruhan. Dalam proses pemindahan bahan
dari satu operasi ke operasi lain, waktu dapat dihemat dengan cara
mengurangi jarak perpindahan tersebut. Hal ini bisa dilaksanakan
dengan cara mencoba menerapkan operasi yang berikutnya sedekat
mungkin dengan operasi sebelumnya.
c) Prinsip aliran dari suatu proses kerja mengusahakan untuk
menghindari adanya gerakan balik (back tracking), gerakan memotong
(cross-movement), kemacetan (congestion) dan sedapat mungkin
material bergerak terus tanpa ada interupsi. Perlu diingat bahwa aliran
proses yang baik tidaklah berarti harus selalu dalam lintasan garis
lurus. Banyak layout pabrik yang baik menggunakan bentuk aliran
bahan secara zig-zag ataupun melingkar. Ide dasar dari prinsip aliran
kerja ini adalah aliran konstan dengan minimum interupsi,
kesimpangsiuran, dan kemacetan.
d) Pada dasarnya tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yaitu
pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh manusia, bahan baku,
mesin, dan peralatan penunjang proses produksi lainnya. Mereka ini
memiliki dimensi tiga yaitu aspek volume (cubic space) dan tidak
hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan demikian dalam
merencanakan tata letak kita juga seharusnya mempertimbangkan
faktor dimensi ruangan ini. Disamping itu gerakan-gerakan dari orang,
12
bahan, atau mesin juga terjadi dalam salah satu arah dari tiga sumbu
yaitu sumbu x, y, dan z.
e) Kepuasan kerja bagi seseorang adalah sangat besar artinya. Hal ini
dapat dikatakan sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan
membuat suasana kerja yang menyenangkan dan memuaskan, maka
secara otomatis akan banyak keunggulan yang akan bisa diperoleh.
Paling tidak hal ini akan memberikan modal kerja yang lebih baik dan
mengurangi ongkos produksi. Selanjutnya masalah keselamatan kerja
juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam
perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan baik
apabila akhirnya justru membahayakan keselamatan orang yang
bekerja didalamnya.
f) Prinsip fleksibilitas sangat berarti dalam abad dimana dalam riset
ilmiah, komunikasi, dan transportasi bergerak dengan cepat yang mana
hal ini akan mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu untuk
mengimbanginya. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa perubahan
terjadi pada desain produk, peralatan produksi, waktu pengiriman
barang dan sebagainya yang akhirnya juga membawa akibat kearah
pengaturan kembali layout yang ada. Untuk ini kondisi ekonomi akan
bisa dicapai bila tata letak yang ada direncanakan cukup fleksibel
untuk diadakan penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dan/atau
suatu layout yang baru dapat dibuat dengan cepat dan murah.
13
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip
didalam sebuah perencanaan tata letak pabrik sangat penting dan harus
sesuai dengan tujuan dari tata letak pabrik. Tujuan tersebut seperti
menciptakan area kerja yang efektif dan meminimalisir proses
perpindahan material, sehingga dapat memperlancar proses produksi
perusahaan dan menciptakan kenyamanan dalam bekerja.
2. Jenis-Jenis Tata Letak
Salah satu hal yang paling penting ditentukan sebelum pembuatan
keputusan penataan tata letak hendaknya harus menentukan jenis-jenis tata
letak yang tepat terlebih dahulu, karena jenis tata letak yang tepat berdasarkan
jenisnya dapat menentukan optimalisasi proses produksi pada perusahaan
dalam jangka waktu panjang. Menurut Heizer & Render (2012) ada tujuh
macam jenis tata letak yaitu :
a) Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan mereka, dan
ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.
b) Tata letak toko eceran, menempatkan rak-rak dan merespon perilaku
pelanggan.
c) Tata letak gudang, memusatkan pada kelebihan serta kekurangan antara
ruangan dan system penanganan bahan.
d) Tata letak dengan posisi tetap, memenuhi persyaratan tata letak untuk
proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan kapal
laut dan gedung.
14
e) Tata letak yang berorientasi proses, berhubungan dengan produksi
dengan volume rendah dan bervariasi tinggi (juga disebut “job shop” atau
produksi sesaat).
f) Tata letak sel kerja, menata mesin-mesin dan peralatan lain untuk focus
pada produksi sebuah produk atau sekelompok produk yang berkaitan.
g) Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilitasi karyawan dan
mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tata letak
memiliki berbagai macam jenis dan setiap penerapan tata letak berbeda-
berbeda. Perbedaan ini dikarenakan jenis tata letak yang satu dengan yang
lainnya tidak sama, tergantung pada bidang yang dijalankan oleh perusahaan.
Untuk menentukan jenis tata letak yang diterapkan, perusahaan harus
menyesuaikannya dengan kebutuhan perusahaan itu sendiri dan
penerapannya.
3. Tata Letak berorientasi Proses
Dalam tata letak memiliki tujuan untuk mendapatkan susunan tata
letak yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia dalam
perusahaan. Dengan adanya susunan tata letak yang sesuai dengan jenisnya,
diharapkan pelaksaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut dapat
berjalan lancar dan para karyawan dapat menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepada mereka dengan baik.
15
Tata letak berorientasi proses (process layout) atau tata letak
fungsional adalah penyusunan suatu tata letak dimana alat yang sejenis atau
yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama
(Wignjosoebroto, 2009). Sedangkan menurut Heizer & Reider (2012) tata
letak berorientasi process (process layout) dapat menangani beragam barang
atau jasa secara bersamaan. Hal ini merupakan cara tradisional untuk
mendukung sebuah strategi diferensiasi produk.
Tata letak ini lebih efektif dan efisien ketika membuat produk dengan
persyaratan berbeda atau sewaktu menangani pelanggan, pasien, atau klien
dengan kebutuhan berbeda. Tata ruang ini khususnya bersifat volume rendah
dan strategi keragaman tinggi. Dalam suasana kerja ini, masing-masing
produk atau sekelompok kecil mengalamai serangkaian operasi yang berbeda.
Sebuah produk pesanan kecil diproduksi dengan menggerakkan satu
departemen ke departemen lain dalam urutan tertentu yang sesuai.
Kelebihan utama dari tata letak berorientasi proses ini adalah adanya
fleksibilitas peralatan dan penugasan tenaga kerja. Apabila terjadi kerusakan
pada suatu mesin, maka proses produksi secara keseluruhan tidak perlu
berhenti, pekerjaan dapat dialihkan pada mesin lain dalam departemen yang
sama. Tata letak yang berorientasi pada proses juga sangat baik untuk
menangani produksi komponen dalam batch yang kecil atau job lot, dan untuk
memproduksi beragam komponen dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.
16
Kekurangan dari tata berorientasi proses adalah terletak pada peralatan
yang pada umumnya digunakan. Pesanan akan membutuhkan waktu lebih
lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan yang sulit, penyetelan
mesinyang berubah, dan penanganan bahan yang unik. Sebagai tambahan
perlengkapan kegunaan umum yang tinggi memerlukan kemampuan kerja
yang tinggi. Kemampuan pekerjaan yang tinggi memerlukan pula tingkatan
pelatihan lebih tinggi dan pengamanan lebih tinggi. Dan tingkatan proses
kerja meningkatkan investasi dalam bentuk modal yang lebih banyak.
Dalam mererancang tata letak berorientasi proses, strategi yang umum
digunakan untuk menyusun departemen atau stasiun kerja adalah
meminimumkan biaya penanganan material. Dengan kata lain, departemen-
departemen yang memiliki aliran komponen atau aliran tenaga kerja yang
banyak diantara mereka yang harus diletakkan berdekatan satu sama lain.
Dalam pendekatan ini, biaya penanganan bahan bergantung pada (1) jumlah
muatan (orang) yang dipindahkan antar dua departemen dalam suatu waktu
dan (2) biaya terkait dengan jarak antardepartemen. Biaya diasumiskan
sebagai fungsi jarak antardepartemen. Tujuan dari fungsi ini dapat dinyatakan
sebagai berikut (Heizer & Reider, 2012).
17
Biaya minimum : ∑𝒏𝒊=𝟏 ∑ 𝑿𝒊𝒋
𝒏𝒋=𝟏 𝑪𝒊𝒋
Keterangan:
n = jumlah total puat kerja atau departemen.
i,j = setiap departemen,
Xij = jumlah beban yang dipindahkan dari departemen i ke departemen j
Cij = biaya untuk memindahkan beban antara departemen i dan j
Fasilitas berorientasi proses mencoba meminimalisir beban atau
perjalanan, dikalikan dengan biaya yang berkaitan dengan jarak. Suku Cij
menggabungkan jarak dan biaya lain menjadi satu faktor. Dengan
diasumsikan tingkat kesulitan pemindahan yang sama, tetapi juga biaya
penjemputan dan pengiriman yang konstan. Walau tidak selalu konstan, untuk
menyederhanakannya data jarak, kesulitan, serta biaya penjemputan dan
pengiriman, dirangkum dalam suatu variabel, yakni biaya.
4. From To Chart
Menurut Wignjosoebroto (2009), From to chart adalah suatu teknik
konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan
pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. From to chart merupakan
adaptasi dari mileage chart yang umumnya dijumpai pada suatu peta
perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat beban. From to chart
(FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip frequency chart atau Travel Chart
adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan
18
tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Teknik
ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item yang mengalir
melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain.
Berdasarkan pengertiam tersebut, maka dapat disumpulkan bahwa
From to chart adalah metode konvensional yang sering digunakan untuk
perencanaan tata letak. Metode ini sangat berguna untuk perencanaan apabila
barang yang mengalir pada suatu lokasi berjumlah banyak.
5. Metode Activity Relationship Chart (ARC)
Aliran bahan baku dapat diukur menggunakan tolak ukur derajat
kedekatan hubungan antar fasilitas. Dalam merancang tata letak Activity
Relationship Chart diperlukan untuk menentukan derajat hubungan antar
departemen pada suatu perusahaan. Metode ini sering dinyatakan dalam
bentuk penialian secara kualitatif yang berdasarkan pada penilaian subjektif.
Menurut Wignjosoebroto (2009) peta hubungan atau yang sering
disebut Activity Relationship Chart (ARC) adalah suatu cara atau teknik yang
sederhana didalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen
berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam
penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan yang bersifat subyektif dari masing-masing fasilitas atau
departemen. Activity Relationship Chart (ARC) memberikan pertimbangan
derajat kedekatan antar suatu departemen dengn departemen lainnya dengan
ukuran-ukuran yang bersifat kualitatif, seperti mutlak perlu didekatkan,
19
sangat penting didekatkan, penting untuk didekatkan, cukup/biasa, tidak
penting, dan tidak dikehendaki untuk berdekatan.
Gambar 2.1 Activity Relationship Chart
Sritomo Wignjosoebroto (2009)
Keterangan:
Derajat Hubungan
A Mutlak perlu didekatkan
E Sangat penting untuk didekatkan
I Penting untuk didekatkan
O Cukup/biasa
U Tidak penting
X Tidak dihendaki berdekatan
Kode
Alasan
Deskripsi Alasan
1 Penggunaan catatan secara bersama
2 Menggunakan tenaga kerja yang sama
3 Menggunakan space area yang sama
4 Derajat kontak personel yang sering dilakukan
5
6
Derajat kontak kertas kerja yang sring dilakukan
Urutan aliran kerja
7 Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan kerja yang sama
9 Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan,
ramai,dll
20
Berdasarkan penjelassan diatas dapat disimpulkan bahwa Activity
relationship chart dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar
departemen dalam suatu perusahaan. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi
biaya perpindahan material handling pada perusahaan dan dapat
meningkatkan produktifitas perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan dan perbandingan
dalam penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian yang digunakan
sebagai acuan memiliki topic yang sama dengan penelitian yang dilakukan yaitu
mengenai pengaturan ulang tata letak fasilitas produksi pada perusahaan
manufaktur dengan menggunakan metode Computerized Relative Allocation
Facilities Technique.
Shyntia Atica, Wike Agustin, Dhita Morita, Rizky Luthfian, Reyza
Permata (2014), meneliti tentang Layout Fasilitas Pada Produksi Tepung Ubi
Jalar Pada Kelompok Tani Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menentukan tata letak fasilitas produksi antar karyawan
yang optimal pada lokasi yang baru dan menerapkan teori tata letak fasilitas.
Alat analisis yang digunakan adalah ARC. Hasil yang diperoleh perusahaan
dapat berjalan dengan optimal. Terjadi perbaikan waktu produksi menjadi
265menit dengan kapasitas produksi 10kg menghasilkan tepung 2,5kg tepung
ubi jalar.
21
Nadia Dini Safitri, Zainal Ilmi, M.Amin Kadafi 2017), tentang
perancangan tata letak fasilitas produksi pada CV. Primaset Advertising. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh usulan tata letak fasilitas produksi
yang baik agar dapat mengurangi jarak material handling pada perusahaan dan
proses produksi dapat berjalan dengan maksimal. Alat analisis yang digunakan
yaitu ARC. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu jarak perpindahan
menjadi lebih pendek dengan efisiensi sebesar 27,6%, waktu pengerjaan yang
optimal mencapai 19% dapat menghemat biaya perusahaan setiap bulannya
hingga 50%, dan output yang dihasilkan mnjadi lebih optimal.
Moh. Ririn Rosyidi (2018), tentang tata letak lantai produksi pada PT.
Ecomec Resources. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang ulang tata
letak fasilitas produksi agar tidak terjadi aliran material backward dan
meminimalisir jarak perpindahan antar departemen sehingga aliran material
produksi dapat teratur dan meminimalisasi ongkos material handling pada
perusahaan. Alat analisis yang digunakan yaitu ARC, ARD,dan AAD. Setelah
adanya perbaikan tata letak lantai produksi, proses produksi pada perusahaan
menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan adanya usulan menukarkan
beberapa departemen produksi dan mengurangi 4orang karyawan pada PT.
Ecomec Resources.
Berdasarkan semua hasil penelitian yang telah dilaksanakan diatas
terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan yang
diangkat dari beberapa referensi jurnal penelitian tersebut adalah membahas
22
topik yang sama yaitu tata letak fasilitas produksi pada perusahaan. Selain
persamaan tersebut juga terdapat perbedaan, perbedaan dengan beberapa
referensi jurnal penelitian tersebut adalah pada objek penelitian dan waktu dalam
melaksanakan penelitian tersebut.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan suatu pola pikir yang menjelaskan beberapa
variabel yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dan membuat hubungan
antar variabel yang satu dengan yang lain. Berdasarkan pada kajian pustaka, maka
kerangka pemikiran teoritis yang disajikan didalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 2.2.
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto (2009); diolah
Gambar 2.2 kerangka pikir
Kerangka pikir diatas berdasarkan pada teori Sritomo Wignjosoebroto
(2009) yang menjelaskan tentang proses pengaturan tata letak fasilitas produksi.
Untuk tahap pertama yang dilakukan yaitu menginput data awal seperti alur
produksi pada tata letak fasilitas produksi awal. Kebutuhan masing-masing proses
1. Alur Produksi “dari ke” setiap proses
2. Kebutuhan masing-
masing departemen
3. Urutan departemen
yang dilalui material
4. Jarak tata ruang
1. Aktivitas-aktivitas
pabrik
2. Fasilitas pabrik yang telah ditetapkan
3. Hubungan antar
fasilitas (ARC) 4. Worksheet ARC
5. Activity Diagram
Block
6. Activity Relationship Diagram
Usulan Relayout
23
produksi disesuaikan dengan fasilitas-fasilitas produksi yang telah ditetapkan
perusahaan. Urutan proses, urutan departemen, jarak departemen produksi, dan
hubungan keterkaitan antar departemen diolah untuk mendapatkan jarak
perpindahan material yang digunakan sebagai acuan perbaikan pada tata letak
fasilitas pabrik. Selanjutnya adalah pengolahan derajat kedekatan antar
departemen menggunakan worksheet ARC, Activity Diagram Block, dan Activiy
Relationship Diagram. Terakhir akan diperoleh hasil tata letak usulan untuk
digunakan sebagai usulan re-layout pada perusahaan.