hemiparesis
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi.
Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan daripada
hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral
atau perdarahan. Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya
kelainan atau lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun
penekanan langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal
tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya gangguan pada traktus
kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah.
Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau
cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral.
Hemiparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih
sering terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area
representasi kortikal yang luas.
Lesi setingkat pedunkulus serebri, seperti proses vaskular, perdarahan, atau
tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh
kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral. Lesi pons yang melibatkan traktus
piramidalis (tumor, iskemia batang otak, perdarahan) menyebabkan hemiparesis
kontralateral atau mungkin bilateral. Lesi pada pyramid medulla (biasanya akibat
tumor) dapat merusak serabut-serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena
serabut-serabut nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya,
dapat terjadi hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis,
bukan plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.
DIAGNOSIS BANDING HEMIPARESE
1. STROKE
Definisi
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau
membawa kematian) yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler.
Definisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan
intraserebral (PIS) non traumatik, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus
perdarahan subarachnoid (PSA).
Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, stroke perdarahan
dan stroke iskemik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berlawanan. Pada
stroke hemoragik kranium yang tertutup mengandung darah yang terlalu banyak,
sedangkan pada stroke iskemik terjadinya gangguan ketersediaan darah pada
suatu area di otak dengan kebutuhan. oksigen dan nutrisi area tersebut. Setiap
kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa subtipe, yang masing-masing
mempunyai strategi penanganan yang berbeda.3
Patofisiologi
Stroke perdarahan terdiri dari perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan
subarachnoid (PSA). Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering
terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik
menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100–400 mikrometer mengalami
perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis,
nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien,
peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri
yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada
arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal
ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar.
Pada perdarahan subarachnoid penyebab terseringnya adalah ruptur aneurisma
arterial yang terletak di dasar otak dan perdarahan dari malformasi vaskuler yang terletak
dekat dengan permukaan piamater. Penyebab yang lain dapat berupa perdarahan diatesis,
trauma, angiopati amiloid, dan penggunaan obat. Pecahnya aneurisma ini menyebabkan
perdarahan yang akan langsung berhubungan dengan LCS, sehingga secara cepat
dapat menyebabkan peningkatan TIK. Jika perdarahan berlanjut dapat mengarah ke
koma yang dalam maupun kematian. Perdarahan subarakhnoid yang bukan karena
aneurisma sering berkembang dalam waktu yang lama.
Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark
Stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak Pada
keadaan normal, aliran darah ke otak adalah 58 ml/ 100 gr jaringan otak/ menit. Bila
hal ini turun sampai 18 mU/100 gram jaringan otak setiap menit maka aktivitas listrik
neuron terhenti tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel.
Penurunan aliran darah ini jika semakin parah dapat menyebabkan jaringan otak mati,
yang sering disebut sebagai infrak. Jadi, infark otak timbul karena iskemik otak yang
lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang ireversibel.
Stroke lakunar adalah infark kecil yang terletak pada bagian noncortical dari
cerebrum (otak besar) dan brainstem (batang otak) dan merupakan hasil dari oklusi
yang menembus cabang arteri cerebral, arteri cerebral media, arteri cerebral posterior,
basilar, dan jarang terjadi pada arteri cerebral anterior dan tulang belakang. Stroke
lakunar timbul bila pembuluh darah kecil yang mengalami lipohialinosis menjadi
tersumbat dan timbul infark kecil. Stroke lacunar memiliki beberapa jenis ukuran dari
ukuran yang besar yaitu 1,5 cm hingga 2,0 cm dan ukuran yang sangat kecil yaitu 3
mm hinga 4 mm. Infark lakunar dapat bermanifestasi dalam 4 macam sindroma:
1) Pure motor hemiparesis (infark di kapsula interna dan pons).
2) Pure sensory stroke (talamus).
3) Homolateral ataxia and aural paresis (kaps. Interna dan korona radiata).
4) Dysarthria and clumsy hand (pons).
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah otak dapat
dihubungkan dengan tanda serta gejala di bawah ini:
- Arteri vertebralis
Hemiplegi alternan
Hemiplegi ataksik
- Arteri karotis interna
Gejala biasanya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada bifurkasio
a.karotis komunis menjadi a.karotis interna dan a.karotis eksterna. Gejalanya yaitu
buta mutlak sisi ipsilateral dan hemiparese kontralateral.
- Arteri basilaris
Tetraplegi
Gangguan kesadaran
Gangguan pupil
Kebutaan
Vertigo
- Arteri serebri anterior
Gejala primernya adalah perasaan kacau. Kelemahan kontralateral lebih besar pada
tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang, gerakan volunter pada
tungkai terganggu, gangguan sensorik kontralateral, demensia, reflex
mencengkram, dan reflex patologis.
- Arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Afasia visual atau buta kata (aleksia)
Kelumpuhan saraf otak ketiga-hemianopsia, koreoatetosis
- Arteri serebri media
Monoparesis atau hemiparesis kontralateral (biasanya mengenai tangan)
Kadang-kadang hemianopsia kontralateral (kebuataan)
Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena); gangguan semua fungsi
yang ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi
Disfagia
Gejala neurologis fokal dan global pada penderita stroke
Gejala neurologis fokal Gejala neurologis global
Gejala motorik
Kelemahan atau kekakuan tubuh satu
sisi (hemiparesis, monoparesis, dan
kadang hanya mengenai tangan)
Kelumpuhan kedua sisi
Gangguan menelan
Gangguan keseimbangan tubuh
Gangguan berbicara atau berbahasa
Kesulitan pemahaman atau ekspresi
berbahasa
Kesulitan membaca (dyslexia) atau
menulis
Kesulitan menghitung
Gejala sensorik
Perubahan kemampuan sensorik tubuh
satu sisi (keseluruhan atau sebagian)
Gejala visual
Gangguan penglihatan
Pandangan ganda
Gejala vestibular
Vertigo
Gejala kognitif
Gangguan memori
Gangguan aktivitas sehari-hari
Kelumpuhan seluruh tubuh dan atau
gangguan sensorik
“Light-headedness”
Pingsan
‘Blackouts’ dengan gangguan kesadaran
Inkontinensia urin maupun feses
Bingung
Tinnitus
2. TUMOR OTAK
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena
pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan Meragukan tapi
umumnya berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa gejala
sereberal umum berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi,
labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif
dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
1) Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
2) Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan
tak disertai dengan mual.
3) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak bila:
Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma
4) Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi
hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena
setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan
gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan
craniopharingioma.
3. MENINGITIS TUBERKULOSIS
Meningitis tuberkulosa merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak
atau meninges yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Meningitis TB
terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke meningen. Dalam
perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak atau
meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer.
Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini
jarang ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen
TB dari fokus kaseosa (lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik,
langsung masuk ke ruang subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 3–6 bulan
setelah infeksi primer.
Secara patologis akan tampak tuberkel kecil berukuran beberapa millimeter
hingga 1 sentimeter, berwarna putih dan tersebar pada dasar otak, permukaan otak
serta kadang pada selaput otak. Eksudat kental dan berwarna keputihan terdapat pada
sebagian besar ruang subarachnoid di dasar otak dan sebagian kecil pada permukaan
otak dan medulla spinalis, dapat pula terjadi penyumbatan foramen magendi dan
foramen luscha serta pelebaran ventrikel. Terdapat pembendungan pembuluh darah
superficial. Pembuluh darah mengalami radang dan dapat tersumbat sehingga
mengakibatkan infark otak. Tuberkel mengalami nekrosis pada bagian tengahnya dan
mengandung sel-sel epiteloid, limfosit, sel plasma, sel raksasa serta kumannya.
Manifestasi klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita.
Faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan
perubahan patologi yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul
perlahan-lahan dalam waktu beberapa minggu.
Penyakit ini mulai perlahan-lahan diawali dengan panas yang tidak terlalu
tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk. Disamping itu juga terdapat rasa lemah, berat
badan turun, nyeri otot, nyeri punggung, dapat pula dijumpai kelainan jiwa seperti
halusinasi, waham.
Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan pada selaput otak
seperti kaku kuduk, brudzinski, dan tanda kernig. Dapat pula terjadi hemiparese dan
kerusakan saraf otak yaitu pada N III, N.IV, N.VI, N.VII, V.VIII. akhirnya kesadaran
akan menurun. Pada fundoskopi akan tampak papil sembab. Sering pula disertai
tuberculosis ditempat lain seperti pada paru dan kelenjar limfe di leher.9
Secara patologis, ada tiga keadaaan yang terjadi pada meningitis tuberkulosis:
1. Araknoiditis proliferatif
Proses ini terutama terjadi di basal otak, berupa pembentukan massa fibrotik
yang melibatkan saraf kranialis dan kemudian menembus pembuluh darah.
Reaksi radang akut di leptomening ini ditandai dengan adanya eksudat gelatin,
berwarna kuning kehijauan di basis otak. Secara mikroskopik, eksudat terdiri
dari limfosit dan sel plasma dengan nekrosis perkijuan. Pada stadium lebih
lanjut, eksudat akan mengalami organisasi dan mungkin mengeras serta
mengalami kalsifikasi. Adapun saraf kranialis yang terkena akan mengalami
paralisis. Saraf yang paling sering terkena adalah saraf kranial VI, kemudian
III dan IV, sehingga akan timbul gejala diplopia dan strabismus. Bila
mengenai saraf kranial II, maka kiasma optikum menjadi iskemik dan timbul
gejala penglihatan kabur bahkan bisa buta bila terjadi atrofi papil saraf kranial
II. Bila mengenai saraf kranial VIII akan menyebabkan gangguan
pendengaran yang sifatnya permanen.
2. Vaskulitis
Vaskulitis dengan trombosis dan infark pembuluh darah kortikomeningeal
yang melintasi membran basalis atau berada di dalam parenkim otak. Hal ini
menyebabkan timbulnya radang obstruksi dan selanjutnya infark serebri.
Kelainan inilah yang meninggalkan sekuele neurologis bila pasien selamat.
Apabila infark terjadi di daerah sekitar arteri cerebri media atau arteri karotis
interna, maka akan timbul hemiparesis dan apabila infarknya bilateral akan
terjadi quadriparesis. Pada pemeriksaan histologis arteri yang terkena,
ditemukan adanya perdarahan, proliferasi, dan degenerasi. Pada tunika
adventisia ditemukan adanya infiltrasi sel dengan atau tanpa pembentukan
tuberkel dan nekrosis perkijuan. Pada tunika media tidak tampak kelainan,
hanya infiltrasi sel yang ringan dan kadang perubahan fibrinoid. Kelainan
pada tunika intima berupa infiltrasi subendotel, proliferasi tunika intima,
degenerasi, dan perkijuan. Yang sering terkena adalah arteri cerebri media dan
anterior serta cabang-cabangnya, dan arteri karotis interna. Vena selaput otak
dapat mengalami flebitis dengan derajat yang bervariasi dan menyebabkan
trombosis serta oklusi sebagian atau total. Mekanisme terjadinya flebitis tidak
jelas, diduga hipersensitivitas tipe lambat menyebabkan infiltrasi sel
mononuklear dan perubahan fibrin.
3. Hidrosefalus
Hidrosefalus komunikans akibat perluasan inflamasi ke sisterna basalis yang
akan mengganggu sirkulasi dan responsi cairan serebrospinalis. Adapun
perlengketan yang terjadi dalam kanalis sentralis medulla spinalis akan
menyebabkan spinal block dan paraplegia.
4. TODD’S PARALYSIS
Todd’s paralysis adalah kondisi neurologi yang dialami oleh individu dengan
epilepsi, di mana kejang diikuti dengan periode singkat pada kelumpuhan sementara.
Kelumpuhan dapat parsial atau komplit tapi biasanya terjadi pada satu bagian tubuh.
Kelumpuhan dapat terjadi hingga 36 jam, dengan rata-rata 15 jam. Todd’s paralysis
dapat mempengaruhi kemampuan berbicara dan penglihatan. Namun, para ilmuwan
belum menemukan penyebab Todd’s paralysis ini. Teori saat ini menjelaskan bahwa
terdapat proses biologis dalam otak yang melibatkan keterlambatan perbaikan output
energy neuron atau dalam pusat motorik dari otak. Sangat penting untuk
membedakan Todd’s paralysis dengan stroke karena memiliki penanganan yang
berbeda.
5. TRAUMA KAPITIS
Perdarahan epidural terjadi diantara duramater dan tulang tengkorak.
Perdarahan ini terjadi karena robeknya salah satu cabang arteri meningea media,
robeknya sinus venosus duramater atau robeknya arteria diploica. Robekan ini sering
terjadi akibat adanya fraktur tulang tengkorak. Gejala yang dapat dijumpai adalah
adanya suatu lucid interval (masa sadar setelah pingsan sehingga kesadaran menurun
lagi), tensi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah lambat,
hemiparesis, dan terjadi anisokor pupil.