hemoptysis

12
HEMOPTYSIS Pembimbing dr. Antonius Sianturi, Sp.P

Upload: willy-wijaya

Post on 20-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hygyg

TRANSCRIPT

Page 1: HEMOPTYSIS

HEMOPTYSISPembimbingdr. Antonius Sianturi, Sp.P

Page 2: HEMOPTYSIS

Definisi

Batuk darah (hemoptysis) adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara.

Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama.

Page 3: HEMOPTYSIS

Etiologi• Batuk darah idiopatik

Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, dengan insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50 tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti spontan dengan suportif terapi.

• Batuk darah sekunder

Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui penyebabnya.

a. Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale > 4% (norma l1%)

• TB : batuk sedikit - sedikit, masif perdarahannya dan bergumpal.

• Bronkiektasis : bercampur purulen.

• Abses paru : bercampur purulen.

• Pneumonia : warna merah bata encer berbuih.

• Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir.

b. Neoplasma

• Karsinoma paru.

• Adenoma. 

c. Lain-lain

• Trombo emboli paru – infark paru.

• Mitral stenosis.

• Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.

• ASD

• VSD

• Trauma dada.

Page 4: HEMOPTYSIS

Patogenesis

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :

6,7,9

• Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah. 

• Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh jamur.

• Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.

• Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome.

•  Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.

• Invasi tumor ganas

• Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

Page 5: HEMOPTYSIS

Gejala Klinis

Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar - benar batuk darah dan bukan muntah darah.3

No Keadaan Batuk Darah Muntah Darah

1 Prodromal Darah dibatukkan dengan

rasa panas di tenggorokan

Darah dimuntahkan

dengan rasa mual

(Stomach Distress)

2 Onset Darah dibatukkan, dapat

disertai dengan muntah

Darah dimuntahkan, dapat

disertai dengan batuk

3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih

4 Warna Merah segar Merah tua

5 Isi Lekosit, mikroorganisme,

hemosiderin, makrofag

Sisa makanan

6 Ph Alkalis Asam

7 Riwayat

penyakit dahulu

(RPD)

Penyakit paru Peminum alkohol, ulcus

pepticum, kelainan hepar

8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering disertai anemis

9 Tinja Blood test (-) /

Benzidine Test (-)

Blood Test (+) /

Benzidine Test (+)

Tabel 1. Perbedaan Batuk Darah Dengan Muntah Darah

Page 6: HEMOPTYSIS

Kriteria batuk darah: 5,9

• Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).

• Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).

• Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).

Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif: 5,8

• Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

• Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.

• Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.

Page 7: HEMOPTYSIS

DiagnosisDiagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan- urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.6,9

Page 8: HEMOPTYSIS

Penatalaksanaan

Tujuan pokok terapi ialah: 8

• Mencegah asfiksia.

• Menghentikan perdarahan.

• Mengobati penyebab utama perdarahan.

Page 9: HEMOPTYSIS

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi konservatif

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut : 6,8,9

• Mencegah penyumbatan saluran nafas

• Memperbaiki keadaan umum penderita

• Menghentikan perdarahan

• Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease)

2. Terapi Pembedahan

Page 10: HEMOPTYSIS

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis, yaitu ditentukan oleh tiga faktor : 4,6,9

• Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan.

• Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat menimbulkan renjatan hipovolemik.

• Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan : 4,9

• Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan saluran napas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah masif (600-1000 cc/24 jam).

• Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat.

• Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps dan terjadi atelektasis.

• Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila perdarahan terjadi dalam waktu lama.

Page 11: HEMOPTYSIS

Prognosis

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis : 4,6,9

• Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis yang lebih baik.

• Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

• Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

Page 12: HEMOPTYSIS

Daftar Pustaka• Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan

Jakarta. Journal Respir Indo 19 : 54-9

• Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan. Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan. www.infopenyakit.com

• Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. pp. 301-5

• Arief, Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f2373c0d805736c.pdf . Diakses pada tanggal 25 Nopember 2012.

• Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit Care Med 2000; 28(5):1642-7

• Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006. hal.220-1

• Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal. 2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management of hemoptysis. Respiration 67:412-6

• Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32

• PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI