hendrik yulianto (keramik)
TRANSCRIPT
MAKALAH
KERAMIK DAN PENGOLAHANNYA
Disusun:
Nama : Hendrik Yulianto
Nim : 0220110076
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
2012
X - 1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini dibuat oleh penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
material teknik. Selain itu juga bertujuan agar mengerti tentang keramik dan
pengolahannya.
Terimakasih penulis ucapkan untuk pribadi-pribadi yang telah memberi bantuam
moral dalam penyelesaian makalah ini. Penulis sadar bahwa tidak ada yang
sempurna di dunia ini. Oleh karenanya saran dan kritik yang membangun dapat
pembaca berikan agar penulis bias menjadi lebih baik lagi dikemudian waktu.
Jakarta,11 juni 2012
penulis
X - 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mullite ( merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem
yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( dan
alumina ( ) (Duval, 2008). Mullite mempunyai cakupan aplikasi yang luas
diberbagai industri seperti industri gelas, industri elektronik dan industri keramik.
Keramik mullite menarik untuk dikaji karena memiliki karakteristik diantaranya,
tahan terhadap zat kimia yang tinggi, konduktivitas termal rendah, dan kestabilan
termal tinggi (Accuratus Corporation, 2008), sehingga dapat digunakan sebagai
isolator panas suhu tinggi dan isolator listrik tegangan tinggi karena mempunyai
resistansi tinggi (Anggono, 2005) . Berdasarkan karakteristik tersebut, keramik
mullite dapat digunakan sebagai penahan panas dalam peralatan suhu tinggi
seperti, pelapis peralatan elektronik, penukar panas dan furnace. Selain itu,
mullite juga memiliki koefisien koduktivitas listrik rendah sehingga sangat baik
digunakan juga sebagai isolator listrik dalam peralatan listrik sebagai contoh
fitting.
Dalam pembuatan keramik mullite bahan baku utama yang digunakan adalah
silika ( dan alumina ( ). Pada umumnya, perbandingan konsentrasi
alumina – silika yang digunakan dalam pembuatan keramik mullite memiliki
aturan stiokiometri yang tetap. Stiokiometri yang biasa digunakan yaitu
(3 : 2 mullite) dan (2 : 1 mullite) (Schneider et.
al, 1994, Treadwell et. al, 1996, Kutty et. al, 2000 dan David et. al, 2008).
Berdasarkan diagram fasa sistem Al2O3-Si02, mullite dengan rumus kimia
merupakan mullite yang paling stabil karena dapat dihasilkan
mullite yang murni (Schneider dan Komarneni, 2005).
X - 3
Silika merupakan bahan baku utama yang dapat diperoleh dari bahan sintesis
seperti silika fumed, TEOS (Tetroethylorthosilicate), dan TMOS
(Tetramethylorosilicate) (Zubardianzar, 2005). Bahan silika di atas sangat
terbatas dan mahal, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alternatif
lain untuk mencari sumber silika dari bahan nabati yang relatif murah dan mudah
seperti sekam padi, bambu, tongkol jagung, dan serbuk kayu. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan, ternyata dalam sekam padi memiliki kandungan
utama silika yang cukup tinggi, berkisar 95% (Della, 2002, Siriluk dan
Yuttapong, 2005, Soemaatmadja, 1990) dan komponen minor seperti MgO,
Al2O3, CaO, K2O, dan Na2O (Pearson, 2008) yang merupakan bahan dasar dalam
pembuatan keramik.
Selain itu, sekam padi berpotensi sebagai bahan keramik didukung dengan
kemudahan dan relatif murah silika diperoleh dari silika sekam padi yakni dengan
metode alkalis dan pengabuan. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan
metode alkalis (Kalapathy dkk, 2000; Daifullah dkk, 2003; Nurhayati, 2006;
Ebtadianti, 2007; dan Karo Karo dan Sembiring, 2007) atau dengan menggunakan
metode pengabuan (Harsono, 2002). Keunggulan metode alkalis diantaranya
biaya relatif murah dibandingkan dengan silika mineral yang didasarkan pada
kelarutan silika amorph yang besar dalam larutan alkalis serta pengendapan silika
yang terlarut dalam asam (Sembiring, 2008). Dalam metode ekstraksi suhu yang
digunakan adalah suhu rendah dengan tingkat kemurnian lebih besar dan silika
yang diperoleh dapat dalam bentuk larutan atau sol. Ternyata, karakteristik silika
melalui proses termal dapat diperoleh jenis kekristalan, tingkat porositas, ukuran
partikel, luas permukaan spesifik, dan kestabilan termal (Nurhayati, 2006;
Ebdiyanti, 2007; Karo Karo dan Sembiring, 2007; dan Shinoharadan Kohyama,
2004). Berkaitan dengan pemanfaatan sekam padi menunjukkan bahwa silika
sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku keramik diantaranya, keramik
cordierite (Sembiring, 2007), borosilikat (Riyanto, 2010, Ginting, 2010), dan
sillimanite (Oschatz dan Wochter, 1924). Keunggulan karakteristik silika sekam
X - 4
padi yang dipaparkan di atas merupakan pendorong gagasan untuk dilakukannya
penelitian pembuatan keramik mullite.
Pada umumnya sintesis keramik mullite dapat dilakukan dengan tiga metode
yaitu metode padatan (solid reaction) dengan karakteristik temperatur rendah dan
homogenitas rendah (Kurama, S dan Kurama, H, 2006), metode peleburan
(melting) dengan temperatur tinggi dan homogenitas rendah (Amista, 1995), serta
metode sol–gel dengan temperatur rendah dan homogenitas tinggi (Petrovic,
2001). Metode sol-gel adalah suatu proses pembentukan jaringan oksida dari
suatu bahan dalam medium cair yang terjadi melalui reaksi polikondensasi. Secara
umum, proses sol-gel terdiri dari beberapa tahapan yaitu pembentukan sol,
pembentukan gel, penuaan (aging), pengeringan yang disertai dengan pemanasan
hingga proses pemadatan (densification) (Brinker dan Schere, 1990). Metode sol-
gel memerlukan dua perlakuan thermal yaitu suhu rendah (kalsinasi) dan suhu
tinggi (sintering). Kalsinasi adalah suatu proses pemanasan untuk menghilangkan
kadar uap air ( ), sedangkan sintering adalah suatu proses pemadatan material
dengan suhu tinggi dibawah titik leleh.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, secara garis besar penelitian
ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari karakteristik struktur kristal dan
mikrostruktur pada bahan keramik mullite, yang disintesis dengan menggunakan
metode sol-gel dan memanfaatkan sekam padi sebagai sumber silika. Untuk
mengkarakterisasi struktur kristal digunakan X-Ray Diffraction (XRD) sedangkan
untuk melihat mikrostruktur digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM),
serta dilakukan pengukuran penyusutan (shrinkage) untuk mengetahui kaitan
karakteristik struktur dan mikrostruktur.
X - 5
BAB II
ISI
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan
ensiklopedi tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti
gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik
berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua
bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Pada beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan pula berbagai produk
baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan bahan yang tahan suhu yang
lebih tinggi, tekanan yang lebih besar, sifat–sifat mekanik yang lebih baik, serta
karakteristik listrik yang khusus, atau tahan terhadap bahan kimia yang korosif.
Hingga saat ini terdapat beberapa jenis keramik seperti : keramik putih
(whiteware), produk- produk lempung stuktural, refraktori, dan email.
10.1. Keramik
10.1.1 Bahan Baku Dasar
Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik
klasik, atau “triaksial”, adalah lempung, feldspar dan pasir. Lempung adalah
aluminium silikat hidrat yang tidak terlalu murni yang terbentuk sebagai hasil
pelapukan dari batuan beku yang mengandung feldspar sebagai salah satu mineral
asli yang penting. Reaksinya dapat dilukiskan sebagai berikut :
K 2O Al2O3.6SiO2 + CO2 + 2H2O K 2CO3 + Al 2 O3.2SiO 2.2H 2O + 4SiO2
Ada sejumlah spesies mineral yang disebut mineral lempung (clay
mineral) yang mengandung terutama campuran kaolinit (Al2O3.SiO2.2H2O),
montmorilonit [(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O], dan ilit (K2O, MgO, Al2O3, SiO2,
X - 6
Fledspar potas Kaolinit Silika
H2O ) masing – masing dalam berbagai kuantitas. Dari sudut pandang keramik,
lempung berwujud plastik dan bisa dibentuk bila cukup halus dan basah, kaku bila
kering, dan kaca (vitreous) bila dibakar pada suhu yang cukup tinggi. Prosedur
pembuatannya mengandalkan kepada sifat – sifat tersebut diatas.
Lempung memiliki sifat-sifat fisika yang beraneka ragam dan
ketidakmurnian dari lempung itu sendiri. Sehingga diperlukan langkah – langkah
untuk menyingkirkan pasir dan mika dari lempung untuk meningkatkan mutunya.
Proses itu disebut benefisiasi yang langkah-langkahnya diuraikan di dalam
diagram alir (gambar 10.1).
Gambar 10.1 Benefisiasi lempung cina
Proses benefisiasi ini menyangkut perubahan fisika, atau satuan operasi
(operasi teknik), misalnya pemisahan menurut ukuran dengan pengayakan atau
pengendapan selektif, penyaringan, dan pengeringan. Namun, sifat – sifat
koloidanya dikendalikan dengan berbagai aditif yang sesuai, misalnya natrium
silikat dan alum. Proses benefisiasi menyangkut juga flotasi buih (frofh flotation).
Pemurnian secara kimia dilakukan untuk mendapatkan bahan – bahan yang sangat
murni seperti alumina dan titania.
Penyusun keramik yang ketiga yang penting adalah pasir atau flin (flint).
Sifat – sifatnya yang penting dari segi industri keramik dirangkum bersama sifat –
sifat lempung dan feldspar pada tabel 10.1. Untuk membuat produk keramik yang
X - 7
berwarna muda, harus dipilih produk keramik yang kandungan besinya rendah. Di
samping ketiga bahan pokok tersebut di atas, berbagai macam mineral lain,
garam, dan oksida juga digunakan sebagai bahan fluks dan sebagai perawis
(ingredient) refraktori.
Diantara bahan fluks yang biasa dipakai untuk menurunkan suhu
vitrifikasi, suhu lebur, dan suhu reaksi adalah :
Boraks (Na2B4O7.10H2O) Fluorspar (CaF 2)
Asam borat (H3BO3) Kriolit (Na 3AlF6)
Soda abu (Na2CO3) Oksida besi
Natrium nitrat (NaNO3) Oksida antimonium
Abu mutiara (K2CO3) Oksida timbal
Nefelin syenit [(Na, K)2 Al2Si2O8] Mineral litium
Tulang kalsinasi Mineral barium
Apatit [Ca5(F, Cl, OH)(PO4)3]
Beberapa perawis refraktori khusus adalah
Alumina (Al2O3) Alumina silikat (Al2O3.SiO2)
(kianit, silimanit, andalusdit)
Olivin [(FeO, MgO) 2 SiO2] Dumortirit (8 Al2O3.B22O3.6SiO2.H2O)
Kromit (FeO.C2O3) Karborundum (SiC)
Magnesit (MgCO3) Mulit (3 Al2O3.2SiO2)
Gamping (CaO) dan batu gamping Dolomit [CaMg(CO3)2]
(CaCO3) Toria (ThO2)
Zirkonia (ZrO2) Titania (TiO2)
Magnesium silikat hidro,
misalnya talk (3MgO.4SiO2.H2O)
X - 8
Tabel 10.1 Bahan Baku Dasar Pembuatan Keramik
Kaolinit Feldspar Pasir atau
Flin
Rumus
Plastisitas
Fusibilitas
(keleburan)
Titik cair
Ciut pada
pembakaran
Al2O3.2SiO2.2H2O
Plastik
Refraktori*
1785 ºC
Sangat ciut
K2O.Al2O3.6SiO2
Nonplastik
Perekat mudah
lebur
1150 ºC
Lebur
SiO2
Nonplastik
Refraktori*
1710 ºC
Tidak ciut
*Tidak melebur pada suhu tertinggi api batu bara (1400 ºC)
10.1.2 Konversi Kimia, Termasuk Kimia Keramik Dasar
Semua produk keramik dibuat dengan mencampurkan berbagai kuantitas
bahan baku yang tersebut di atas, membentuknya, lalu memanaskan sampai suhu
pembakaran. Suhu ini mungkin hanya 700 oC untuk beberapa jenis glasir luar,
tetapi banyak pula vitrifikasi yang dilakukan pada suhu setinggi 2000 oC. Pada
suhu vitrifikasi terjadi sejumlah reaksi, yang merupakan dasar kimia bagi konversi
kimia.
1. Dehidrasi, atau “penguapan air kimia” pada suhu 150 sampai 650 ºC
2. Kalsinasi, misalnya CaCO3 pada suhu 600 sampai 900 ºC
3. Oksidasi besi fero dan bahan organik pada suhu 350 sampai 900 ºC
4. Pembentukan silika pada suhu 900 ºC atau lebih
Beberapa di antara perubahan awal tersebut cukup sederhana, misalnya
kalsinasi CaCO3 dan dehidrasi serta dekomposisi kaolinit. Reaksi – reaksi lain,
misalnya pembentukan silikat, cukup rumit dan berubah-ubah sesuai dengan suhu
dan perbandingan penyusunnya, seperti digambarkan pada gambar 10.2.
X - 9
Gambar 10.2 Diagram fase sistem αAl2O3.SiO2. Multi ialah 3Al2O3.2SiO2,
kristobalit SiO2, dan korundum Al2O3
Pada gambar 10.2 mengenai sistem Al2O3.SiO2 telah menghasilkan
pengembangan penting dalam proses pembuatan refraktori mulit. Diagram
tersebut menunjukkan bahwa berapa persen pun likuefaksi bisa didapatkan,
bergantung pada suhu, kecuali pada beberapa titik nonvarian. Jadi, jika peleburan
yang berangsur dijaga agar tidak berlanjut terlalu jauh dengan mengendalikan
kenaikan suhu, akan tertinggal massa dan jumlah yang cukup untuk menjadi
kerangka yang memegang massa panas tersebut. Diagram Al2O3.SiO2 itu
menunjukkan bahwa mulit adalah satu – satunya senyawa alumina dan silika
yang stabil pada suhu tinggi.
Produk keramik hampir semuanya mempunyai sifat refraktori, artinya
tahan terhadap panas, dan tingkat kerefraktorian dari suatu produk tertentu
bergantung pada perbandingan kuantitas oksida refraktori terhadap oksida fluks di
dalamnya. Oksida refraktori yang terpenting adalah SiO2, Al 2 O3, CaO dan MgO
disamping ZrO2, TiO2, Cserta BeO yang lebih jarang dipakai. Oksida fluks yang
X - 10
2000
1800
1600
1400
0 20 40 60 80 100 SiO2 Persen berat αAl2O3
Kristobalit 3Al2O3.2SiO2
Zat cair3Al2O3.2SiO2+
1595*
Korundum+3Al2O3.2SiO2
Zat cair
Kristobalit+Zat cair
Korundum+zat cair1840*
terpenting adalah Na 2O, K2O , B2O3 dan SnO2, disamping fluorida yang juga
digunakan dalam komposisi beberapa fluks tertentu.
Keseluruhan badan keramik akan mengalami vitrifikasi, atau pembentukan
kaca, pada waktu pemanasan, dan tingkat vitrifikasi ini bergantung pada
perbandingan kuantitas oksida refraktori dan oksida fluks di dalam komposisinya
pada suhu dan pada waktu pemanasan. Fase kekaca memberikan sifat – sifat yang
dikehendaki pada keramik, misalnya berfungsi sebagai perekat dan memberikan
sifat translusen (tembus cahaya) pada keramik cina (chinaware). Bahkan dalam
refraktori pun vitrifikasi ini dikehendaki sebagai perekat, tetapi vitrifikasi yang
terlalu jauh akan memusnahkan sifat refraktorinya. Jadi, jelaslah bahwa badan
keramik terdiri dari matriks kekaca plus kristal, dimana dua yang terpenting
adalah mulit dan kristobalit.
Derajat vitrifikasi, atau berkurangnya porositas secara brangsur merupakn
dasra yang berguna untuk menggolongkan produk keramik sebagai berikut :
Keramik – putih. Kuantitas fluks beragam, pemanasan pada suhu tinggi sedang,
vitrifikasi beragam.
Produk lempung – berat. Fluks banyak, pemanasan pada suhu rendah, vitrifikasi
sedikit.
Refraktori. Sedikit fluks, pemanasan pada suhu tinggi, sedikit vitrifikasi.
Email. Sangat banyak fluks, pemanasan pada suhu sedang, vitrifikasi sempurna.
Kaca. Fluks sedang, pemanasan pada suhu tinggi, vitrifikasi sempurna.
10. 2 Keramik Putih
Keramik putih (whiteware) adalah nama umum yang diberikan untuk
sejenis produk keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur
(jaringan) halus. Keramik ini dibuat dari bahan dasar lempung yang berkualitas
terpilih dal fluks dalam jumlah bervariasi yang dipanaskan dalam suhu yang lebih
tinggi (1200 sampai 1500ºC) di dalam tanur (kiln). Jenis-jenis ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
X - 11
Keramik tanah (carthenware) disebut barang pecah belah semi kekaca
(semivitreous dinnerware), adalah keramik berpori dan tidak translusen dengan
glasir lunak.
Keramik cina (chinaware) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir
sedang dan tahan terhadap abrasi tertentu; digunakan untuk tugas non teknik.
Porselin (porcelain) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir keras yang
tahan abrasi pada tingkat maksimum. Dalam kelompok ini termasuk porselin
kimia, isolasi, dan dental (pergigian).
Keramik saniter (sanitary ware), dulu dibuat dari lempung, biasdanya berpori;
oleh karena itu sekarang menggunakan komposisi kekaca. Kadang-kadang
bersama komposisi triaksial ditambahkan juga grog kekaca ukuran tertentu yang
telah mengalami pembakaran pendahuluan.
Keramik batu (stone ware), adalah jenis yang tertua di antara barang keramik,
yang telah digunakan jauh sebelum pengembangan porselin; bahkan keramik ini
dapat dianggap sebagai porselin kasar yang pembuatannya tidak dilakukan dengan
teliti dan terbuat dari bahan baku bermutu rendah.
Ubin keramik putih (white ware tile) terdapat dalam berbagai jenis khusu,
biasanya dikelompokkan atas ubin lantai yang tahan terhadap abrasi dan kedap
terhadap peresapan noda, ada yang diglasir ada yang tidak; dan ubin dinding yang
juga mempunyai permukaan keras dan permanen dengan berbagai macam warna
dan tekstur.
Gambar 10.3 Pembuatan porselin dengan proses basah Westinghouse
X - 12
Gambar 10.4 Diagram alir sederhana proses pencetakan, (a) Ekstrusi bata
lempung, (b) pembuatan piring makan dengan jig.
10.3. Pembuatan Porselen
Ada tiga cara produksi : porselin proses basah, digunakan untuk membuat
isolator butiran halus berglasir tebal untuk peralatan listrik tegangan tinggi;
porselin proses kering, digunakan untuk pembuatan alat – alat listrik tegangan
rendah yang mempunyai tekstur terbuka, secara cepat; dan porselin cetak, yang
diperlukan untuk membuat barang – barang yang terlalu besar atau terlalu rumit
untuk kedua cara yang lain. Ketiga proses ini didasarkan atas bahan baku yang
sama, perbedaan pembutannya adalah dalam cara pengeringan dan pembentukan.
Proses basah dilukiskan pada gambar 10.3. Diagram alir ini dapat dipecah
menjadi beberapa langkah sebagai berikut :
Bahan baku dengan perbandingan dan sifat – sifat sesuai dengan yang diperlukan
untuk menghasulkan porselin dengan kualitas yang dikehendaki, ditimbang dari
hoper yang terletak di atas ke kereta timbang.
Feldspar, lempung dan flin dicampur dengan air di dalam blunger (pencampur
lempung-air) dan dilewatkan melalui separator magnetik, diayak dan disimpan.
Sebagian besar air dibuang di dalam filter pres. Semua udara yang ada di dalam
campuran dikeluarkan di dalam penggiling pug, dibantu dengan vakum dan pisau
X - 13
pengiris. Cara ini akan menghasilkan porselin yang lebih padat, lebih seragam dan
lebih kuat.
Lempung yang sudah dipersiapkan tersebut dibentuk menjadi blanko di dalam
pres hidraulik atau dengan pengempaan panas dalam pencetak – pencetak sesuai
keperluan.
Blanko tersebut kemudian mengalami pengeringan pendahuluan, dirapikan dan
kemudian dikeringkan sampai kering benar di bawah kondisi yang dikendalikan
dengan baik.
Untuk mendapatkan permukaan yang cemerlang dilakukan pengglasiran dengan
menggunakan bahan tertentu. Vitrifikasi badan keramik dan pengglasiran
dilakukan di dalam tanur terowongan dengan suhu dan penggerakan yang
dikendalikan dengan baik.
Barang – barang porselin dilindungi dengan menempatkannya diatas sager. Yang
dipasang bertumpuk satu diatas yang lain diatas kereta. Cara ini adalah cara
pembakaran satu kali, dimana badan keramik dan glasir dipanggang dalam satu
kali pembakaran. Barang – barang keramik kemudian diuji dengan pengujian
listrik dan di inspeksi secara ketat.
Pembuatan barang – barang porselin pecah belah biasanya lebih rumit
daripada pembuatan produk porselin lain. Barang – barang tertentu dibuat dengan
membentuknya diatas roda pembentuk oleh pengrajin yang terampil dengan
memusing massa lempung plastik menjadi bentuk yang dikehendaki.
Pengglasiran itu sangat penting dalam hal keramik putih, terutama untuk
barang pecah belah. Glasir adalah lapisan salut dari kaca yang dilebur diatas
permukaan barang keramik yang agak berpori. Glasir mengandung 2 jenis perawis
yang amat berbeda, yang dicampurkan dalam bermacam – macam perbandingan.
Bahan refraktori seperti feldspar, silika, lempung cina dan fluks seperti soda,
potas, flourspar dan boraks. Teknik yang digunakan untuk pembakaran glasir ini
adalah pembakaran glast. Pembakaran glasir keramik tanah dilakukan pada suhu
1050ºC sampai 1100 ºC ; keramik batu antara 1250 oC sampai 1300 oC.
10.4. Produk Lempung Konstruksi
X - 14
Lempung tersebut biasanya mengandung beberapa ketakmurnian yang
jenis dan jumlahnya cukup untuk memberikan daya fluks dan daya rekat. Untuk
mengglasirkan lempung tersebut, seperti dalam hal pipa got ubin comber, hal ini
dapat dilakukan dengan melemparkan garam (glasir garam) ke api tanur. Garam
yang menguap bereaksi membentuk salut lebur atau glasir diatas permukaan
barang.
Pembuatan Bata Bangunan : Bahan baku yang digunakan adalah tiga macam
lempung ; (1) lempung bakar merah, (2) lempung bakar putih, dan (3) lempung
bakar buf, yang biasanya refraktori. Untuk bata bangunan, persyaratan tidak
terlalu ketat, dan untuk itu biasanya digunakan lempung bakar merah. Pembuatan
bata dilakukan menurut salah satu dari tiga cara berikut : lumpur lembut, lumpur
kaku dan pres kering. Dalam proses lumpur – kaku (stiff – mud) yang banyak
dipakai sekarang, lempung dibuat hanya cukup basah (12 sampai 15 persen) agar
dapat saling lengket dalam pengerjaan.
Gambar 10.5 Diagram alir sederhana proses pencetakan (a). Pres kering refraktori
(b). Cetak slip barang seni
10.5 Refraktori
X - 15
Refraktori, diistilahkan asam, basa dan netral dan juga superrefraktori,
mencakup bahan – bahan yang digunakan untuk menahan pengaruh termal, kimia
dan fisika yang berlaku didalam tanur. Refraktori dijual dalam bentuk bata tahan
api, bata silika, magnesit, kromit dan magnesit – kromit ; refraktori silikon
karbida dan zirkonia, produk aluminium silikat dan alumina. Fluks yang
diperlukan untuk mengikat partikel – partikel di dalam refraktori diusahakan agar
sesedikit mungkin tidak terjadi vitrifikasi yang terlalu jauh. Dengan adanya
peluang untuk membentuk barang – barang dari badan keramik tanpa lempung
dan tidak mengandung plastisitas, sekarang sudah bisa dibuat keramik komponen
tunggal dengan kualitas tinggi, misalnya refraktori oksida murni. Barang – barang
ini adalah barang – barang monokristal dengan perekatan sendiri dan berbeda
dengan refraktori konvensional dengan ikatan vitreo.
10.5.1. Sifat – sifat refraktori
(1). Sifat –sifat kimia
Biasanya, refraktori diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu jenis asam, basa,
dan netral. Bata silika tentulah bersifat asam, bata magnesit sangat basa, namun
bata tahan api biasanya dimasukkan kedalam kelompok netral walaupun
sebenarnya mungkin termasuk salah satu dari dua kelompok itu bergantung pada
perbandingan kandungan silika – alumina didalamnya. Aksi kimia mungkin
terjadi karena kontak dengan kerak, atau dengan abu bahan bakar, gas tanur,
disamping dengan produk – produk seperti kaca atau baja.
(2). Porositas
Porositas berkaitan langsung dengan berbagai sifat fisika bata lainnya,
termasuk ketahanannya terhadap serangan kimia. Makin tinggi porositas suatu
bata, makin mudah bata itu dipentrasi oleh fluks cair dan gas. Untuk setiap jenis
bata tertentu, bata yang porositasnya paling rendah adalah yang paling keras dan
paling tinggi konduktivitasnya termal dan kapasitas kalornya.
(3). Titik Lebur
Titik lebur(fusion point) ditentukan dengan menggunakan kerucut
pirometrik yang titik lunaknya(softening point) diketahui. Kebanyakan refraktori
sering komersial melunak secara berangsur dalam jangkuan suhu yang cukup luas
X - 16
dan tidak mempunyai titik cair yang tajam karena biasanya terdiri dari berbagai
mineral, baik yang amorf maupun yang kristal. Titik lebur kerucut pirometrik itu
bisa didapatkan dari literatur11.titk lebur beberapa contoh umum refraktori,baik
yang berupa zat murni maupun produk teknis.
(4). Penyerpihan
Blok atau bata refraktori sering mengalami letak ataupun terkelupas karena
kompresi atau tegangan panas yang tidak seragam;peristiwa itu dikenal sebagai
penyerpihan (spalling)12.refraktori biasanya memuai bila dipanaskan. Bata yang
mengalami ekspansi paling besar dangan laju yang amat tidak seragam paling
mudah mengalami ekspansi apabila mendapatkan pemanasan atau pendinginan
cepat.
Tabel 10.2 Suhu lebur berbagai refraktori
Bahan Suhu (ºC)
Bata lempung api
Kaolinit (Al2O3.SiO2.2H2O)
Bata silika
Silika (SiO2)
Bata bauksit
Bata lempung aluminium-tinggi
Mulit (3Al2O3.2SiO2)
Silimanit (Al2.SiO5)
Forsterit (2MgO.SiO2)
Kromit (FeO.Cr2O3)
Bata krom
Alumina (Al2O3)
Spinel (MgO.Al2O3)
Silikon karbida (SiC)
Bata magnesit
Bata zirkenia
Boron nitrida
1600 – 1750
1785
1700
1710
1732 – 1850
1802 – 1880
1810
1816
1890
1770
1950 – 2200
2050
2135
2700
2200
2200 – 2700
2720
X - 17
(5). Kekuatan
Kekuatan pada waktu dingin sedikit sekali hubungannya pada suhu tinggi.
Ketahanan terhadap abrasi atau erosi juga sangat penting bagi berbagai konstruksi
tanur, misalnya pada dinding pabrik kokas hasil samping dan pada pelapis dinding
tanur semen putar pada ujung pengeluar.
(6). Ketahanan Terhadap Perubahan Suhu
Bata yang mempunyai ekspansi termal paling rendah, dan yang teksturnya
paling kasar, paling tahan terhadap perubahan termal yang berlangsung mendadak
; dan juga paling sedikit mengalami regangan. Bata yang sudah lama digunakan
biasanya mencair menjadi kerak vitreo pada permukaan luarnya, dan bahkan
kadang – kadang juga aus karena korosi.
(7). Konduktivitas termal
Bata yang paling padat dan tidak berpori mempunyai konduktivitas termal
paling tinggi. Walaupun konduktivitas termal dibutuhkan pada berbagai
konstruksi tanur, seperti misalnya pada dinding tanur redup (muffle), sifat ini
tidak terlalu dikehendaki seperti sifat – sifat refraksi lainnya, misalnya ketahanan
terhadap kondisi pembakaran. Beberapa refraktori khusus justru membutuhkan
isolasi.
(8). Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor tanur bergantung pada konduktivitas termal kalor spesifik,
dan gravitas spesifik refraktori yang dipakai. Bata ringan lebih sedikit menyerap
kalor daripada yang berat, dan ini merupakan suatu keuntungan apabila tanur
dioperasikan secara randik (terputus – putus), karena dengan demikian suhu
operasi tanur bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat dan dengan bahan bakar
lebih sedikit. Sebaliknya, bata lempung berat yang padat lebih cocok digunakan
sebagai pengisi regenerator, seperti pada pabrik kokas, tanur kaca dan tungku
tanur tinggi.
10.5.2 Pembuatan Refraktori
(1). Penggilingan
Salah satu faktor terpenting tentulah ukuran partikel di dalam tumpukan.
Menurut pengetahuan, campuran yang paling rapat adalah yang terdiri dari
X - 18
partikel kasar dan halus dalam perbandingan 55 : 45, dengan hanya sedikit saja
partikel ukuran tengahan. Hal ini dapat diatur dengan mengendalikan pengayakan,
pemisahan dan pendaurulangan secara teliti. Cara ini cukup berhasil untuk bahan–
bahan kristal tetapi tidak mudah untuk campuran yang mempunyai plastisitas
tinggi.
(2). Pencampuran
Fungsi pokok pencampuran ialah untuk mengatur distribusi bahan plasti sehingga
dapat menyalut secara sempurna bahan yang tidak plastik. Hal ini perlu untuk
pelumasan pada waktu operasi pencetakan sehingga pelekatan massa terjadi tanpa
terdapat terlalu banyak rongga – rongga kosong.
(3). Percetakan
Berhubung besarnya kebutuhan akan bata refraktori yang mempunyai
densitas yang lebih tinggi, demikian pula kekuatan, volume, dan keseragamannya,
maka berkembanglah metode percetakan pres kering dengan mesin pres mekanik.
(4). Pengeringan
Pengeringan digunakan untuk mengeluarkan air yang ditambahkan
sebelum pencetakan sehingga memberikan sifat plastisitas. Dengan keluarnya air,
terdapat rongga – rongga kosong dan terjadi regangan dalam. Dalam beberapa hal,
kadang – kadang pengeringan itu tidak dilakukan sama sekali, dan sedikit
pengeringan yang diperlukan dilakukan pada tahap pemanasan dalam siklus
pembakaran.
(5). Pembakaran
Pembakaran dapat dilakukan dalam tanur bundar yang biasa atau dalam
tanur terowongan kontinyu. Ada dua hal penting yang berlangsung pada waktu
pembakaran : terbentuknya ikatan permanen karena terjadi vitrifikasi parsial
campuran dan terjadinya bentuk –bentuk mineral stabil yang dapat digunakan
kemudian.
10.5.3 Macam – Macam Refraktori
(1). Bata Lempung Api
Lempung api (fire clay) adalah bahan yang paling banyak dipakai di antara
bahan refraktori yang ada karena bahan ini cocok untuk bermacam penerapan.
X - 19
Bahan ini juga mempunyai komposisi yang cukup beragam, mulai dari yang
mengandung kelebihan silika bebas dalam jumlah banyak, sampai yang
mempunyai kandungan alumina tinggi. Lempung api ini banyak digunakan pada
industri baja, industri pengecoran, tanur gamping, tanur gerabah, kupola, tanur
tembaga dan kuningan, tanur metalurgi dan keramik kontinu ketel upa,
pembangkit gas, dan tanur kaca.
(2). Bata Silika
Bata silika adalah bahan yang mengandung 95 sampai 96% SiO2 dan
sekitar 2% yang ditambahkan pada waktu penggilingan sebagai bahan perekat.
Bahan ini dibuat dalam berbagai ukuran dengan pres mesin. Jenis ini sangat cocok
untuk membuat busur pada tanur-tanur besar karena mempunyai kekuatan
fisikayang lebih tinggi dari pada kebanyakan bata yang terbuat dari lempung.
(3). Refraktori Alumina Tinggi
Refraktori alumina tinggi adalah bahan yang dibuat dari lempung yang
mengandung banyak bauksit dan diaspora dan bahan ini makin banyak digunakan
untuk menghadapi kondisi yang hebat dimana bata lempung api atau bata silika
yang biasa tidak memadai lagi. Jenis ini banyak digunakan sebagai pelapis
dinding tanur kaca, tanur pembakar minyak dan pemasak minyak tekanan tinggi,
serta pada atap tanur pelunak timbale, serta dalam ceker (pengisi) regenerator
tanur tinggi.
(4). Refraktori Basa
Refraktori basa adalah bata basa yang terbuat dari magnesia, kromit, dan
forsterit. Bahan ini biasanya dibuat dengan pres mesin dan ikatan kimia atau
dibakar sampai keras. Bata basa ini memiliki kelemahan seperti kurangnya ikatan,
kerekatan dan stabilitas volume. Namun hal ini sudah dapat diatasi dengan tiga
cara yaitu :
penyusunan butir-butirannya dengan lebih baik, yaitu dengan hanya
menggunakan partikel ukuran terpilih dalam perbandingan yang diperhitungkan
untuk meminimumkan pembentukan rongga-rongga kosong;
menaikkan tekanan pembentukan sampai 70 MPa dan mengeluarkan udara
untuk mengurangi rongga-rongga udara di antara butiran;
X - 20
menggunakan perekat kimia refraktori
(5). Refraktori Magnesia
Refraktori magnesia adalah bahan yang terbuat dari magnesit dalam negeri
(AS) atau dari bahan magnesia yang diekstraksi dari larutan garam. Bata magnesia
tidak dapat menahan beban pada suhu tinggi, tetapi kesulitan ini dapat diatasi
dengan mencampurnya dengan bijih krom. Bata magnesit-krom dengan ikatan
kimia sering kali didukung dengan baja lunak untuk memegang pasangan bata dan
mengurangi kerugian karena spalling. Refraktori ini digunakan dalam tanur
terbuka, sebagai dinding tanur listrik, dan pada zone pembakaran pada tanur
semen, serta pada atap berbagai tanur-gema (reverferatory furnace) nomfers.
(6). Bata Isolasi
Bata isolasi adalah bahan yang terdiri dari 2 jenis yaitu yang digunakan
sebagai pelapis luar bata refraktori dan yang digunakan sebagai pengganti bata
refraktori bata biasa. Kebanyakan bata yang digunakan sebagai pelapis luar
terbuat dari tanah diatomea alam yang berpori. Bata jenis yang kedua, biasanya
disebut bata ringan, mempunyai komposisi serupa dengan bata berat, tetapi
memperlihatkan sifat isolasi karena cara pembuatannya.
(7). Silikon Karbida
Silikon karbida adalah bahan yang terbuat dari bahanbaku yang berasal
dari tanur silikon karbida yang digiling lalu ditambah dengan pengikat keramik
sebanyak kurang dari 10%. Bata ini sangat refraktori dan mempunyai
konduktivitas termal tinggi, ekspansifitas rendah, dan ketahan tinggi terhadap
abrasi dan penyerpihan. Bata ini mempunyai kekuatan mekanik tinggi dan dapat
memikul beban di dalam tanur sampai suhu 1400oC. Refraktori ini terutama
digunakan dalam tanur redup karena konduktivitas termalnya rendah.
(8). Refraktori dari Alumina Kristal atau Aluminium Silikat
Penelitian menunjukkan bahwa mulit dan karborundum mempunyai
ketahanan tinggi terhadap terak dan tetap berada dalam keadaan kristal pada suhu
1600ºC atau lebih. Tanur suhu tinggi dapat menghasilkan bata alumina yang sifat-
sifatnya sangat mendekati karborundum murni, dan bata mulit yang terbuat dari
kyanit India yang dikalsinasi, dimana ikatan lempung yang lama digantikan oleh
X - 21
ikatan mulit yang terdiri dari kristal-kristal yang sangat berkaitan. Refraktori ini
banyak digunakan bilamana terdapat pembentukan terak yang hebat.
(9). Refraktori Celak Listrik atau Refraktori Corhart
Berbagai macam refraktori berikat dibuat dari mulit yang dilebur dengan
listrik. Pada pembuatan refraktori ini, campuran lempung diaspora yang
mengandung alumina tinggi dimasukkan dari atas tanur listrik. Refraktori yang
dibuat dengan proses ini mempunyai badan kekaca (vitreo) dan tak berpori
mempunyai koefisien ekspansi linear sebesar kira-kira separuh bata api biasa.
(10). Refraktori Oksida Murni
Refraktori oksida murni telah dikembangkan untuk menghadapi kebutuhan
saat ini dimana industri tidak henti-hentinya diperhadapkan dengan kebutuhan
akan produk yang tahan terhadap suhu yang lebih tinggi dan kondisi operasi yang
lebih berat. Keunggulannya adalah tidak mengandung fluks sama sekali. Diantara
refrakori oksida murni ini, bahan yang paling banyak digunakan adalah alumina
sinter. Refraktori ini dapat digunakan dengan baik sampai suhu kira-kira 1870ºC.
10.6 Produk Keramik Khusus
(1). Komposit Keramik
Struktur sarang lebah atau jaringan logam, yang diserap dengan fase
keramik, mengandung sifat-sifat kekuatan dari logam paduan tinggi dan sifat-sifat
termal yang baik dari busa keramik. Komposit keramik-logam dengan ikatan
reaksi dibuat dengan reaksi yang mengikatkan dua bahan bila dipanaskan pada
suhu yang lebih rendah dari titik cair masing-masing. Keramik juga berfungsi
sebagai katalis yang mendorong korosi logam menjadi oksida logam.
(2). Keramik Fereoelektrik dan Feromagnetik
Keramik yang paling umum yang termasuk golongan ini ialah barium titanat
(BaTiO3). Titania dan senyawanya mempunyai sifat istimewa yang sangat
berguna dalam penerapan listrik, yang terpenting diantaranya ialah yang
menyangkut kapasitas tinggi pada berbagai frekuensi.
(3). Keramik Alumina Tinggi
X - 22
Bahan ini kuat dan padat (rapat), tidak seperti refraktori yang biasanya berpori.
Kebanyakan keramik alumina tinggi digunakan untuk memanfaatkan sifat tahan
ausnya serta sifat-sifat tahan korosi, dan stabilitas dimensinya, dan bukan karena
ketahanannya menanggung suhu yang tinggi.
10.7. Email Vitreo
Porselen atau email vitreo atau email kekaca (vitrous enamel) adalah
campuran keramik yang mengandung banyak fluks, yang dipanaskan dalam
keadaan dingin atau cair kepada logam yang berada dalam keadaan panas merah
sedang.
Bahan baku yang digunakan tidak saja harus bersih dan murni tetapi juga harus
mempunyai kehalusan, komposisi mineral yang tepat, bentuk butiran yang tepat,
dan berbagai sifat fisika lain, sesuai dengan jenis email yang dikehendaki. Bahan
baku yang digunakan dalam industri email dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu
:refraktori, fluks, opasifikator, warna, bahan pengambang, dan elektrolit.
Pembuatan kaca email, atau frit, serupa dengan tahap pertama pembuatan kaca
biasa. Bahan baku dicampur dalam perbandingan tertentu dan dimasukkan ke
dalam tanur pelebur dan dijaga pada suhu kira-kira 1370ºC selama 1 sampai 3
jam. Setelah keseluruhan massa mencair seragam, campuran tersebut dituang
keluar dari tanur ke dalam tangki pendingin kejut (kuens) yang berisi air dingin,
sehingga leburan tersebut hancur menjadi juataan pecahan halus.
Keberhasilan pemasangan email bergantung pada sifat dan keseragaman logam
dasar tempat email itu dileburkan serta dalam mendapatkan kesejajaran antara
koefisien ekspansi logam dan email.
Cara pemasangan email yaitu salut (lapis) email untuk besi lembaran dilakukan
dengan cara celup (dipping) atau genang (slushing), karena biasanya diperlukan
pelapisan pada kedua sisinya. Dalam cara genag, kelebihan email pada lapisan
yang terlalu tebal diguncang lepas dari barang itu. Selain itu dapat juga dipasang
dengan cara semprotan.
X - 23
Pemanggangan, dalam hal ini, semua email harus dipanggang di atas barangnya
sehingga melebur menjadi suatu lapisan yang halus, sinambung dan seperti kaca.
Persyaratan untuk pemenggangan yang baik dan berhasil adalah :
suhu pemanggangnya cocok 750 sampai 800ºC;waktu, 1 sampai 15 menit; barang
ditopang dengan benar; pemanasan dan pendinginan seragam; atmosfer bebas dari
debu. Dewasa ini tebal email biasanya adalah 0,165 mm, sedang beberapa tahun
yang lalu adalah sekitar 0,66 mm, dan makin banyak produk yang dibuat dengan
satu lapisan saja.
10.8 Tanur
Vitrifikasi produk keramik dan konversi sebelumnya, yaitu dehidrasi,
oksidasi, dan kalsinasi dilaksanakan di dalam tanur (klin) yang dioperasikan
secara periodik atau secara kontinu.
Tanur yang terpenting adalah tanur terowongan (tunnel klin) kereta kontinu yang
digunakan untuk pembakaran bata, ubin , porselin, barang pecah-belah, dan
refraktori. Ada dua jenis tanur demikian yaitu jenis pembakaran langsung, dimana
gas bakar terbakar langsung di antara barang keramik, dan jenis tak langsung atau
jenis redup (muffle) dimana produk pembakaran tidak mengalami kontak
langsung dengan barang keramik. Ada juga tanur periodik. Tanur jenis ini tidak
seefisien tanur kontinu dalam pemakaian bahan bakarnya, tetapi lebih luwes
pemakaiannya.
10.9 Penutup
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Definisi
pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik
yang berbentuk padat.
Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik
klasik, atau “triaksial”, adalah lempung, feldspar dan pasir. Disamping itu
keramik juga digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu; keramik putih (porselin),
produk– produk lempung struktural, refraktori, produk keramik, email dan logam
lapis email
X - 24