herpes zoster kelompok 3
TRANSCRIPT
Herpes Zoster
Kelompok 3:
1) LiaDewiMustika Sari
2) LiaAmaliaRizka
3) LusiaPrihatini E
4) OctavyaAdji P
5) NovianAndriyanti
6) DurrohYatimah
7) AndhikaSusila W
1. Pengertian Herpes Zoster
Herpes Zoster (Shingles, Cacarmonyet) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana
virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesicular yang terasa nyeri di sepanjang
distribusi saraf sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior. Infeksi ini disebabkan
oleh virus Varicella-Zoster. (Muttaqin,A. & Sari,Kumala, 2010)
2. Epidemiologi
Herpes Zoster itu jarang terjadi pada anak-anak, bisa terjadi pada bayi yang baru lahir
jika pada saat dalam kandungan ibunya tersebut menderita Herpes Zoster. Lebih sering
pada pasien dengan imunitasseluler yang tertekan atau Immunocompromised. (Ramona
Dumasari Lubis, 2008)
3. Etiologi
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi virus Varisella Zoster yang laten di
dalam ganglion posterior atau ganglion intra cranial (AndrianaAmnil, 2009)
4. Patofisiologi
ETIOLOGI :Cacar air (Chicken Pox), system imun lemah, Pasien menderita malignitas
Reaktivasi VirusVarisela Zooster
MANIFESTASI KLINIK:FaseErupsiKulit
VesikulaMenyebar
ResponPsikologisRespon Inflamasi Sistemik
Respon InflamasiLokal
Kerusakan Saraf Perifer
Kerusakan Integritas Jaringan
Gangguan Gastrointestinal
Kondisi Kerusakan Jaringan Kulit
Gangguan GambaranDiri
Mual, Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi(kurang dari kebutuhan)
Nyeri Gangguan istirahat dan tidur
Sembuh Virus Varisela Zooster laten di Ganglion
MANIFESTASI KLINIK:Fase Prodormal:Demam, mual
5. Faktor Resiko Herpes Zoster (Ramona Dumasari Lubis, 2008) :
Resiko terserang nyeri bagi penderita yang berusia lebihdari 50 tahun
Adanya lesi pada ODHA yang mengalami penurunan kekebalan
orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi
orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
trauma/luka
kelelahan
demam
alcohol
gangguan pencernaan
sinar Ultraviolet
stress
infeksi bakteri sekunder
eritema multiformepostherpatika
orang yang mengalami Immunocompromised
6. Manifestasi Klinis (Ramona Dumasari Lubis, 2008) :
a) Fase Prodomal
1. Berlangsungselama 1-4 hari.
2. Gejala: demam, sakitkepala, fatigue, malaise, nausea, kemerahan, nyeri, gatal, dan
kesemutan.
3. Nyeri bersifat segmental danberlangsungterus-menerus, bisa terjadi selama erupsi kulit
4. Gejala mempengaruhi mata, kemerahan, sensitive terhadapcahaya, pembengkakan
kelopakmata, penurunan penglihatan, dll.
b) Fase Erupsi kulit
1. Kadang terjadi limfadenopati regional
2. Erupsi kulit hamper selalu unilateral, dapat terjadi di
seluruhbagiantubuhdanseringdidaerah ganglion thorakalis
3. Lesi dimulai dengan macula, eritroskuamosa, terbentuk papula dalam waktu 12-24 jam,
berkembang menjadi vesikel. Hari ketiga, berubah menjadi pastul mengering menjadi
krusta. Dalam 7-10 hari Krusta bertahansampai 2-3 minggu
4. Lesi terus muncul sampai hari ke 4-7
5. Erupsi kulit yang berat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringanparut.
6. Lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan lebih sensitive terhadap nyeri.
7. Pemeriksaan Diagnostik (Ramona Dumasari Lubis, 2008)
Biopsi Kulit : melalui pemeriksaan histopathologis
Polimerase Chain Reaction : dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop
electron.
Direct Fluorescence Assay : membutuhkan mikroskop Fluorescence. Preparat
diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitive, Hasil pemeriksaan cepat ,
Membutuhkan mikroskop fluorescence, Tes ini dapat menemukan antigen virus
varicella zoster , Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus
Polymerase chain reaction (PCR): Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat
dan sangat sensitive
Tzank Smear : menggunakan mikroskop cahaya. Preparat diambil dari discraping
dasar vesikel yang masih baru,kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu
hematoxyclin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s.
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant
cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini tidak dapat
membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus
Immunofluoroscence : mengidentifikasi Varicella di sel kulit
8. Penatalaksanaan (Andriana Amnil, 2009)
Tujuan utamnya terapi herpes zozter pada orang dewasa selain mempercepat
proses penyembuhan juga mengurangi dan menghilngkan nyeri akut , mencegah
terjadinya neuralgia. Pemberian obat antivirus merupakan salah satu dan dari beberapa
intervensi untuk mempercepat proses penyembuhan dan mempersingkat lamanya nyeri.
Perawatan dan penatalaksanaan herpes zozter dapat dilakukan dengan farmakologi dan
nonfarmakologi.
1. Farmakologi
Perawatan terpenting untuk herpes zoster adalah medikasi antivurus segera
mungkin. Medikasi antivirus secara oeral sebenrnya tidak memiliki efek samping.
Perawatan farmakologi dapat dibagi menjadi atas tropical dan sistemik.
Topikal
Topikal
Kompres terbuka dengan solusio burawi dan lasio calamine dapat
digunakan pada lesi akut untuk mengurangi nyeri dan pruritis dilakukan dengan
4-6 kali/hari selama 30 menit. Kompres dingin atau cool pack juga sering
digunakan.
Anti inflamasi non streroid(AINS)
Berbagai AINS topical seperti bubuk aspirin dalam kloform atau etil eter,
krim indomestasin dan diklokenak banyak dipakai.
Anastesi Lokal
Pemberian anastesi lokal pada berbagai lokasi sepanjang sepanjang jalan
nafas yang terlibat dalam HZ telah banyak dilakukan untuk memperbaiki nyeri,
misalnya infiltasi lokal subkutan, blok saraf perifer. Umumnya infiltrasi lokal
subkutan menggunakan bupivakain 0,125-0,25% dan tejamsinolon 0,25%
dilakukan di daerah yang paling nyeri dan dapat diulang tiap 2-3 hari hingga nyeri
hilang.
Sistemik
Agen antivirus
Agen antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zozter dan
keparahan herpes akut., berlebih lagi diberikan sebelum 72 jam awitan lesi. Dari 3
antiviral , orang yang disetujui FDA untuk terapi HZ yaitu,famasiklovir, dan
valasiklovirhidroklorida lebih efektif dari pada asiklovir.
Obat antivirus (Sugito,2003)
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan, dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
Pemberian antivurs sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul.
Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan
famasiklovir.
Dosis antivirus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster:
Neonatus : asiklovir 500 mg/m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak (2-12 tahun) : asiklovir 4x20 mg/ kg BB/ hari/ oral selama 5 hari
Pubertas dan dewasa: a. asiklovir 5x800 mg/ hari/ oral selama z hari
b. valasiklovie 3x1 gr/ hari/ orang selama 7 hari
c. famasiklovir 3x500 mg/ hari / orang selama 7 hari.
Analgetik
Pasien dengan nyeri herpes akut ringan menunjukan respon yang baik dengan
AINS (asetosal,ibiprufen) atau analgetik dan opioid (asetaminofet)
2. Non Farmakologi
Selama fase akut, pasien tidak dianjurkan keluar rumah karena dapat menularkan
ke orang lain.
Usahakan vesikuler tidak pecah.
Untuk pencegahan infeksi sekunder, juga dibersihkan badan.
Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan
Diberitahukan mengenai resiko menularnya terhadap orang yang belim terkena
cacar air (Lubis, 2008).
Komplikasi (Ramona Dumasari Lubis, 2008) :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.
2. Posherpetic neuralgia (PHN), insiden : kurang lebih 50% berusia dari 60 tahun dan PHN
jarang terjadi pada anak-anak.
3. Pada daerah opthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis, papillitis dan kerusakan
syaraf.
4. Herpes yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti otak, paru dan orang
lain dan dapat berakibat fatal.
5. Meningoencephalitis.
6. Motor paresis.
7. Terbentuk scar.
DaftarPustaka
1. Muttaqin, A. & Sari, Kumala. (2010). AsuhanKeperawatanGangguanSistemIntegumen.
Banjarmasin: Salemba Medika.
2. Dumasari, Ramona. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Sumatera Utara: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Http://www.ncbi.mlm.nih.gov/pmc/articles/PMC427205/pdf/pnas00138-0191.pdf
4. Amnil, Andriyana. 2009. Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris
(Laporan Kasus). Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.