hidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops...
DESCRIPTION
hidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalishidrops fetalisTRANSCRIPT
HIDROPS FETALIS
DEFINISI
Hidrops fetalis adalah kondisi serius di mana jumlah cairan abnormal atau berlebih
dalam dua atau lebih bagian tubuh janin atau bayi baru lahir. Misalnya toraks, abdomen, atau
kulit, dan biasanya disertai dengan hidramnion dan penebalan plasenta. Hidrop Fetalis adalah
bahasa latin dari suatu edema janin. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Ballantyne
tahun 1892.
Gambaran klinis dari penyakit ini adalah abnormalitas akumulasi cairan dalam rongga
tubuh (pleural, percardial dan peritoneal) dan jaringan lunak tubuh dengan ketebalan dinding
lebih dari 5 mm. Hidrop fetalis sering berhubungan dengan hidramnion dan penebalan plasenta
( > 6 mm) pada 30 – 75% kasus. Pada sejumlah kasus ditemukan pula hepatosplenomegali.
Masalah dasar pada hidrop fetalis adalah gangguan keseimbangan cairan homeostasis dimana
terjadi banyak akumulasi cairan dibandingkan dengan yang di absorbsi.
EPIDEMIOLOGI
Insiden tepat hidrops fetalis sulit untuk dijelaskan, karena banyak kasus tidak terdeteksi
sebelum kematian janin intrauterin dan beberapa kasus mungkin berakhir secara spontan di
dalam Rahim. Perkiraan secara umum hidrops fetalis di Amerika Serikat adalah sekitar 1
dalam 600 banding 1 dalam 4000 kehamilan. Insiden hidrops kekebalan tubuh menurun secara
signifikan dengan penggunaan macam imunisasi pasif menggunakan imunoglobulin Rh untuk
Rh-negatif ibu pada usia kehamilan 28 minggu (setelah dicurigai perdarahan fetomaternal) dan
postpartum (setelah bayi Rh-positif).
Hidrops fetalis jauh lebih umum di Asia Tenggara. Di Thailand, frekuensi hidrops, dari
homozigot alfa-thalassemia atau hidrops Bart sendiri, adalah 1 dalam 500 banding 1 dalam
1500 kehamilan.
Pengaruh variasi genetik dalam struktur alpha-rantai hemoglobin dalam populasi Asia
dan Mediterania di samping sifat yang lebih serius dari penyakit hemolitik pada janin Afrika
Amerika dipengaruhi oleh ibu ABO-faktor isoimunisasi. Pengaruh jenis kelamin pada hidrops
fetalis sebagian besar berkaitan dengan penyebab kondisi tertentu.Bagian penting dari hidrops
berhubungan dengan kelainan kromosom.Resiko pria yang lebih besar adalah peningkatan
hampir 13 kali lipat pada hidrops janin laki-laki dengan penyakit hemolitik Rh D.
KLASIFIKASI
Ada dua jenis hidrops fetalis :
1. Immune hidrops fetalis
- Merupakan komplikasi dari inkompatibilitas Rh. Inkompatibilitas Rh adalah
penyakit hemolitik isoimun yang menyebabkan antibody IgG melawan antigen sel
darah merah fetus. Hal ini terjadi apabila ibu Rh negative dan anak Rh positive.
- Berasal dari penyakit hemolitik alloimuni (Rhesus Isoimmunization)
- Dikenal pula sebagai eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolitik.
- Insiden : 15% orang kulit putih, 7% orang kulit hitam dan 1% orang Cina tidak
mempunyai antigen D (Rh negative atau d/d).
- Isoimunisasi Rh
Antigen D (Rh) hanya ada pada eritrosit primata. Mutasi gen D
menyebabkan tidak adanya ekspresi antigen D pada eritrosit. Individu semacam ini
dianggap sebagai Rh negative. Jika janin berasal dari ibu yang Rh negatif maka
tidak terjadi sensitisasi Rh.
- Patogenesis :
Proses terjadinya hemolisis pada penyakit isoimun akibat inkompatibilitas
Rh adalah sebagai berikut:
a. Rh ibu negative
b. Fetus golongan Rh positive
c. Masuknya eritrosit fetus ke sirkulasi maternal melalui proses perdarahan
fetomaternal
d. Terjadi sensitisasi maternal oleh antigen D dari eritrosit fetus
e. Terbentuk anti D maternal secara transplasental masuk ke dalam sirkulasi fetus
f. Antibody tersebut melekat pada eritrosit fetus dan
g. Menyebabkan aglutinasi kemudian eritrosit tsb lisis
HF imune terjadi ketika sel darah merah janin (Rh positif)
mengekspresikan protein yang tidak terdapat didalam eritrosit ibu (Rh negative),
terjadi sensitisasi sitem imunologi ibu. Sehingga awalnya terjadi respon maternal
dengan peningkatan IgM yang tidak dapat melewati plasenta, kemudian terjadi
respon berupa pembentukan antibodi IgG yang dapat melewati plasenta untuk
melawan protein asing tersebut. IgG melintasi plasenta dan menghancurkan
eritrosit janin (hemolisis), mengakibatkan anemia berat dan gagal jantung pada
janin. HF imune biasa disertai dengan hematokrit janin < 15% (normal = 50%) .
- Meskipun demikian 60% ibu Rh negatif akan memiliki janin dengan Rh positif
Paparan darah Rh positif pada ibu Rh negatif akan memicu respon antibodi Faktor
resiko sensitisasi Rh :
a. Tarnfusi darah yang tidak kompatibel
b. Kehamilan ektopik
c. Abortus
d. Amniosentesis
e. Kehamilan normal
- Penyakit hemolitik karena inkompatibilitas Rh jarang terjadi pada kehamilan
pertama tetapi resikonya menjadi lebih tinggi pada kehamilan berikutnya. Hal ini
dikarenakan adanya respon imun / alergi (hipersensitivitas) yang terjadi. Seperti
yang kita ketahui, ada 4 tipe hipersensitivitas. Pada kasus inkompatibilitas Rh,
terjadi reaksi hipersensitivitas tipe 4 dimana reaksi ini terjadi akibat terpajan antigen
yang berulang dan menyebabkan reaksi patologi. Hipersensitivitas tipe 4 dikenal
sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel / tipe lambat (delayed type). Reaksi
ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan sehingga menyebabkan tersintesisnya
sel limfosit T (TH1, TH2, dan CTLs). Maka dari itu, pada ibu dengan Rh negative,
biasanya anak ke 1 dan ke 2 dapat normal karena reaksi hipersensitivitasnya belum
tercapai.
2. Non Immune hidrops fetalis
a. Nonimmune hidrops fetalis terjadi ketika kondisi penyakit atau medis
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengelola cairan.
b. Dapat disebabkan oleh
a. Gagal miokardium
b. Gagal jantung “high out-put”
c. Penurunan tekanan onkotik plasma
d. Peningkatan permeabilitas kapiler
e. Obstruksi aliran vena atau aliran limfatik
f. Kelainan kromosom
c. Etiologi utama NIHF adalah kelainan jantung bawaan
d. Etiologi kedua NIHF berikutnya adalah kelainan kromosom (sindroma Turner).
e. Mortalitas sangat tinggi.
f. HF sering ditegakkan melalui USG rutin. Kecurigaan adanya HF ditegakkan
bila ada riwayat dalam keluarga dan adanya hidramnion .
g. Jumlah bayi yang mengembangkan kekebalan hidrops fetalis telah menurun
secara drastis sejak diperkenalkannya vaksin RhoGAM, yang digunakan untuk
mengobati ibu hamil beresiko untuk inkompatibilitas Rh.
Beberapa penyebab hidrop fetalis non imun :
1. Penyebab janin
a. kelainan Jantung : defek septum atrial atau ventricular, hypoplasia jantung kiri,
unsufisiensi katup pulmonal, dilatasi jantung, tetralogy fallot, penutupan dini
foramen ovale, dll
b. kelainan torak : herna diagframatika, malformasi adenomatosa kistik,
hypoplasia pulmonal, hemartoma pulmonal, dll
c. kelainan gastrointestinal : atresia jejuni, volvulus usus halus, malrotasi,
peritonitis meconium, dll.
d. Kelainan urologi : stenosis atau atresia uretra, obstruksi leher kandung kemih
posterior, perforasi kandung kemih, prune belly, neurogenic bladder, ureterokel.
e. Sindrom : dwarfisme tannatoforik, artrogriposis multipleks kongenital,
osteogenesis imperfect, hipofosfatasia, akondroplasia, higroma kistik, dll.
f. Defek kondusi : takikardi supraventrikuler, blok jantung
g. Lain lain : higroma kistik, limfedema kongenital, sindrom polisplenia,
neuroblastoma, talasemia, kista ovarium terpuntir, trauma janin, anemia,
sialidosis, dll
h. Aneuploidi :trisomy 21
i. Vascular : thrombosis vena besar, sindrom kasabach-merritt
j. Infeksi : cytomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis, hepatitis, rubella, parvovirus,
penyakit chagas, dll
k. Kehamilan multifetal : twin-twin transfusion, twin-reverse arterial perfusion
2. Penyebab plasenta : korioangioma, perdarahan fetomaternal, pirau A-V, trauma
plasenta
3. Penyebab maternal
GEJALA
Gejala tergantung pada keparahan kondisi. Bentuk ringan dapat menyebabkan:
a. Pembengkakan hati
b. Perubahan warna kulit (pucat)
c. Bentuk yang lebih parah dapat menyebabkan
d. Gangguan pernapasan
e. Memar atau memar keunguan seperti bintik-bintik pada kulit
f. Gagal jantung
g. Anemia berat
h. Ikterus berat
i. Pembengkakan tubuh
Diagnosis
Gambaran USG :
1. Edema anasarka
2. Penumpukan cairan dalam rongga tubuh seperti pleura – perikardium dan rongga
peritoneal (asites dan hidrokel)
3. Hidramnion
4. Plasenta yang tebal
ALFA Thalasemia
Thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter dimana produksi satu
atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu, yaitu ketidakadaan atau kekurangan
produksi satu atau lebih rantai globin dari hemoglobin. Thalasemia terbagi atas 2, yaitu alpha
dan beta.
1. Thalasemia Alfa
a. Silent carrier state gangguan pada 1 rantai globin
b. Alfa thalasemia trait gangguan pada 2 rantai globin
c. Hb h disease gangguan pada 3 rantai globin
d. Alfa thalasemia mayor gangguan pada 4 rantai globin
Thalasemia ini tipe yang paling berbahaya, karena tidak ada rantai globin yang
dapat terbentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang
menderita alfa thalasemia mayor pada awal kehamilan akan mengalami anemia,
membengkak karena kelebihan cairan, pembesaran hati dan limpa (HYDORPS
FETALIS). Janin ini biasanya mengalami keguguran dan meninggal tidak lama setelah
dilahirkan.
2. Thalasemia Beta
DAFTAR PUSTAKA
1. F. Gary Cunningham, et.al. Obstetri William Ed. 23. Jakarta: EGC, 2010
2. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004561/
3. http://www.hydropsfetalis.org/About_hydrops_fetalis.html
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009
5. Keeling, Jean W. Khong T Yee.Fetal and Neonatal Pathology. Springer. 2007
6. Morgan, Mark. Siddighi, Sam. Obstetrics and Gynecology Volume 1. Lippincot Williams
and Willkins. 20047. R. James. Scoot, Md. S. Ronald et al. Danforth’s Obstetric and
Gynecology 9th Edition.Lippincott Williams & Wilkins. 2003