hierarki nilai-sikap-tingkah laku: suatu investigasi terhadap basic personal values dan core...

Download Hierarki Nilai-Sikap-Tingkah Laku: Suatu Investigasi terhadap Basic Personal Values dan Core Political Values Mahasiswa UI sebagai Acuan dalam Penyusunan Kebijakan di UI

If you can't read please download the document

Upload: inspirasiakselerasi

Post on 27-Jul-2015

871 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Peran sentral basic personal value dan core political value telah menjadi fokus dalam beberapa studi yang meneliti tentang perilaku memilih (voting behavior) dalam konteks politik. Keduanya menjadi standar bagi individu dalam menilai kebijakan-kebijakan yang dibawa oleh kandidat yang akan dipilihnya. Koherensi antara kebijakan-kebijakan tersebut dengan nilai-nilai (basic personal value dan core political value) yang dimiliki oleh individu akan menentukan pilihannya terhadap kandidat atau partai politik tertentu. Oleh karena itu, perhatian terhadap nilai-nilai calon pemilih penting bagi kandidat pemimpin dalam menyusun kebijakan-kebijakannya, baik melalui, visi, misi, maupun program yang dibawanya. Penelitian yang dilakukan pada konteks mahasiswa Universitas Indonesia ini menyajikan gambaran tentang nilai-nilai yang dimiliki oleh mahasiswa UI. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi kandidat pemimpin dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan apa yang penting bagi mahasiswa UI secara menyeluruh. Kata kunci: basic personal value, core political value, perilaku memilih

TRANSCRIPT

Hierarki Nilai-Sikap-Tingkah Laku: Suatu Investigasi terhadap Basic Personal Values dan Core Political Values Mahasiswa UI sebagai Acuan dalam Penyusunan Kebijakan di UIPenulis: Jati Nantiasa Ahmad, Rizkiana Shadewi, Rini Setianingsih, Bramesada Prasastyoga, Annies Bramanti Peran sentral basic personal value dan core political value telah menjadi fokus dalam beberapa studi yang meneliti tentang perilaku memilih (voting behavior) dalam konteks politik. Keduanya menjadi standar bagi individu dalam menilai kebijakan-kebijakan yang dibawa oleh kandidat yang akan dipilihnya. Koherensi antara kebijakan-kebijakan tersebut dengan nilai-nilai (basic personal value dan core political value) yang dimiliki oleh individu akan menentukan pilihannya terhadap kandidat atau partai politik tertentu. Oleh karena itu, perhatian terhadap nilai-nilai calon pemilih penting bagi kandidat pemimpin dalam menyusun kebijakan-kebijakannya, baik melalui, visi, misi, maupun program yang dibawanya. Penelitian yang dilakukan pada konteks mahasiswa Universitas Indonesia ini menyajikan gambaran tentang nilai-nilai yang dimiliki oleh mahasiswa UI. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi kandidat pemimpin dalam menyusun kebijakankebijakan yang sesuai dengan apa yang penting bagi mahasiswa UI secara menyeluruh. Kata kunci: basic personal value, core political value, perilaku memilih Upaya untuk menjelaskan hal-hal yang mendasari tingkah laku individu yang berhubungan dengan politik, termasuk tingkah laku memilih (voting behavior) dalam dunia politik telah menjadi perhatian dalam disiplin psikologi politik pada berbagai konteks politik di seluruh dunia. Beberapa studi menunjukkan faktor-faktor yang berperan mempengaruhi perilaku memilih yang dilakukan oleh warga Negara, salah satunya adalah basic personal value (BPV) dan core political value (CPV) (Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010). Kedua faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor yang paling menentukan perilaku memilih. Beberapa peneliti menempatkan nilai sebagai peran sentral yang mengorganisasi evaluasi politik (Feldman dalam Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010). Basic personal value digunakan oleh individu dalam proses pengambilan keputusan atau bertindak agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam ranahpolitik, basic personal value berperan untuk melandasi ideologi dan sikap politik, yang ditransformasikan melalui core political value. Kedua bentuk nilai inilah yang dalam tahapan tertentu dapat menentukan preferensi individu pada pilihan politik tertentu. Beberapa riset terdahulu telah membuktikan adanya hubungan antara basic personal values maupun corepolitical values dan political choice, yaitu: Swain (1992 dalam Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010) yang meneliti isu yang berkembang pada tahun 1990 di Hungaria tentang pertahanan nilai moral tradisional atau penerimaan modernisasi. Diskriminasi terhadap dua pilihan tersebut menggambarkan nilai tradisi dan konformitas vs stimulasi, hedonism, dan self-direction. Hughes (1998 dalam Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010) meneliti pertentangan antara partai politik yang berbasis ekonomi egalitarian vs pasar bebas di Australia. Kunci yang menjelaskan perbedaan dalam pemilihan kedua partai politik tersebut adalah nilai universalism vs power. Carpara et al. (2006 dalam Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010) meneliti political choice pada Pemilihan Umum tahun 2001 di Italia. Riset tersebut menunjukkan bahwa pendukung sayap kiri mengatribusikan prioritas yang lebih besar pada nilai universalism dan benevolence, sementara pendukung sayap kanan mengatribusikan prioritas yang lebih besar pada nilai power, achievement, security dan conformity. Perbedaan tersebut kongruen dengan penekanan sayap kiri dan ideologi liberal pada kesetaraan, solidaritas, dan keadilan sosial serta penekanan sayap kanan dan ideologi konservatif pada kesuksesan individu dan aturan sosial. Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) dalam penelitiannya telahmembuktikan bahwa basic personal values berperan mempengaruhi pilihan dalam politik (voting behavior). Hubungan sebab akibat antara keduanya bersifat tidak langsung, karena adanya peran core political values yang memediasi pengaruh basic personal values terhadap voting. Temuan dalam studi tersebut membuktikan bahwa pemilih lebih mudah memutuskan pilihan politik mereka berdasarkan core political value dibanding basic personal value. Selain itu, penelitian ini jugamembuktikan bahwa variabel-variebel demografis individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, dsb) tidak berpengaruh terhadap pilihan politik, karena nilai-nilai orang tersebutlah yang merupakan determinan utama yang menentukan pilihan politiknya. Berbagai studi terdahulu yang membuktikan pentingnya peran basic personal value dan core political value dalam perilaku memilih dapat menjadi landasan bagi kandidat pemimpin maupun partai politik untuk menyusun kebijakankebijakan yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Dalam pemilihan yang berlandaskan demokrasi, pemerintah dianggap sukses apabila dapat menjalankan perannya sesuai dengan aspirasi dan keinginan warga negaranya secara luas. Demokrasi yang sukses ini dapat terwujud dengan adanya kebebasan bagi setiap warga negaranya untuk memilih pemimpin yang mereka anggap mampu membawa negara mereka kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi calon pemimpin maupun pemerintahan yang ada di bawahnya untuk memperhatikan aspek basic personal value dan core political value dari calon pemilihnya. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk memenuhi aspirasi kebutuhan berbagai pihak yang akan merasakan dampak langsung maupun tidak langsung dari kebijakan-kebijakan yang dibawanya selama menjabat sebagai pemimpin.Basic Personal Values Konstruk basic personal values digunakan untuk menjelaskan suatu struktur yang diyakini oleh individu. Konstruk ini digunakan sebagai prinsip yang menuntunnya dalam menjalani hidupnya, sebagai standar untuk menilai berbagai jenis tingkah laku, kejadian, dan orang dan mendasari sikap dan opini dalam berbagai situasi. Menurut Schwartz (1994), beberapa hal yang relevan dengan nilai yang dimiliki individu yaitu: 1. Nilai berisi kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok sosial 2. Nilai dapat memotivasi aksi, memberikan arah, dan kedalaman emosional 3. Nilai berfungsi sebagai standar untuk menilai dan menjustifikasi aksi 4. Nilai diperoleh melalui sosialisasi terhadap kelompok dominan dan melalui pengalaman belajar yang unik Dalam kaitannya dengan dunia politik, basic personal values yang dimilikiindividu mendasari ideologi dan sikapnya dalam menyikapi isu politik tertentu. Barnea (2003) menemukan bahwa para pendukung dari partai-partai politik yang berbeda dalam 14 negara demokratis memiliki basic personal values yang berbeda pula. Perbedaan tersebut ditentukan oleh isu-isu yang sedang berkembang dalam negara yang bersangkutan. Ketika memutuskan partai politik atau kandidat pemimpin mana yang akan dipilihnya, individu akan menggunakan basic personal values sebagai standar. Nilainilai dalam diri individu membentuk sebuah lingkaran berdasarkan tingkat kepentingan dari motivasi yang dimilikinya (disebut dengan motivational circle of values). Ketika ia dihadapkan pada suatu situasi yang mengharuskannya untuk menunjukkan sikap atau opini, lingkaran motivasi nilai inilah yang dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan sikap dan opininya. Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa basic personal values berkontribusi sebesar 19% dalam menjelaskan tingkah laku memilih. Basic personal value merupakan konstruk yang bersifat personal, artinya keberadaannya berbeda pada setiap orang. Setiap orang memiliki sistem hirarki (prioritas dari beberapa nilai) yang relatif stabil. Schwartz (1992) menyatakan 10 jenis basic personal values yang umum dimiliki oleh setiap orang, yaitu: Tabel 1. Jenis Basic Personal Values No 1 Self direction Nilai Sub-nilai Apa yang penting? kebebasan dalam berpikir dan Self-respect, choosing own berperilaku; memilih, mengeksplorasi 2 Stimulation kebebasan goals, berkreasi, dan creativity, curious, freedom, Tujuan yang ingin dicapai:independent semangat, tantangan, hal-hal Exciting life, varied life, baru dan berbeda dalam daring hidup kesenangan dan kepuasan Pleasure, enjoying life3 4Hedonism Achievemen tuntuk diri sendiri keberhasilan personal dengan Ambitious, successful, menunjukkan kompetensi capable, yang sesuai dengan standar intelligent, influential5Powersosial status kontrolsosial dandanprestige, Preserving public image, dominansi social lain dan recognition, authority, wealth, social power aman, National security, sense of favours, clean, social order, family security,terhadap 6 Security hubunganorang yangsumber daya tertentuharmonis, dan stabil dengan belonging, reciprocation of masyarakat dan diri sendiri7Conformityberperilaku normasesuaihealthy dengan Obedient, honour elders,sosial;menghindari politeness, self disciplineperilaku atau kehendak yang dapat melukai orang lain dan 8 Tradition melanggar norma sosial penghormatian komitmen, Accepting my portion in dan adat penerimaan istiadat; atau terhadap life, budaya moderate, devout, agama detachment, respect for tradition,tradisionalmerupakan bagian dari diri 9 Benevolenc ehumble penjagaan dan peningkatan Honest, forgiving, loyal, kesejahteraan kepentingan kelompok orang-orang terdekat bagi spiritual dan life, helpful, responsible, meaning in life, true friendship, mature love10Universalis mpemahaman, toleransi, danapresiasi, Inner harmony, social penjagaan justice, world at peace, equality, broad minded, unity with nature, world of beauty, wisdomkesejahteraan seluruh umat protect environment, manusia dan alamKesepuluh nilai tersebut digambarkan oleh Schwartz (1992) dalam sebuah kontinum sirkular. Hal ini ditujukan agar hubungan antar nilai dapat dilihat lebihjelas, nilai-nilai mana yang saling kompatibel dan nilai-nilai mana yang saling bertentangan.Gambar 1. Kontinum struktur motivasi dari 10 jenis basic personal values dalam dua dimensi utamaBerdasarkan kontinum tersebut, Schwartz (dalam Schwartz, Caprara, & Vecchione, 2010) mengklasifikasikan sepuluh jenis nilai yang telah disebutkan sebelumnya ke dalam 4 kategori umum. Nilai yang berada di paruh bawah bertentangan dengan nilai yang berada di paruh atas. Nilai yang berada di paruh bawah menggambarkan kebutuhan manusia untuk menghindari atau mengontrol kecemasan dan ancaman, serta memproteksi self. Sedangkan nilai pada paruh atas dapat dianggap bebas dari kecemasan, mengekspresikan pertumbuhan, dan pengembangan diri. Keempat kategori nilai menurut Schwartz, beserta penekanan dari masing-masing kategori dapat dilihat pada gambar berikut: Tabel 2. Karakteristik dari 4 kategori basic personal values Openness to Change otonomi pengalaman kebebasan dan dalam berpikir, Self Transcendence peningkatan kesejahteraan manusia kesetaraan setiap seluruhmengekspresikan dirimerasa, dan bertindak penerimaan perubahan terhadapmanusiaSelf Enhancement dominansi pengagungan (admiration) mendukung kesuksesan dominansi diri dan dan -Conservation penerimaan secara pasif pada status quo kepatuhan pembatasan diri pertahanan tradisional perlindungan stabilitas nilai padaSchwartz menyatakan bahwa self-transcendence dan self-enhancement berada dalam satu dimensi yang saling bertentangan. Self-transcendence menekankan pada kesejahteraan yang merata, sementara self-enhancement menekankan pada kesuksesan personal. Selain itu, pada dimensi lainnya, terdapat openness to change dan conservation yang juga saling berlawanan. Openness to change menekankan pada independensi dan perubahan, sementara conservation menekankan pada kepatuhan dan stabilitas. Berbagai penelitian yang ditujukan untuk menguji teori tentang basic personal value pada lebih dari 220 sampel dari 74 negara telah dilakukan untuk mendukung isi dari 10 jenis nilai dan struktur hubungan di antara kesepuluh nilai tersebut (Schwartz, 2006). Struktur hubungan antara masing-masing nilai adalah kunci untuk memahami struktur dari core political value individu. Hubungan antara basic personal value dan core political value tersebut telah dibuktikan oleh Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) dalam studinya.Core Political Values Core political values merupakan sekumpulan prinsip-prinsip normatif dan asumsi-asumsi berdasarkan keyakinan yang dimiliki individu mengenai pemerintah, kewarganegaraan, dan masyarakat (McCann, 1992). Prinsip dan asumsi tersebutmenjadi landasan bagi individu untuk menentukan posisinya dalam domain yang lebih konkrit, sebagai poin yang lebih dapat dipahami dalam lingkungan politik. Core political values berisi dan berperan dalam menentukan sikap spesifik, preferensi, dan evaluasi dalam bidang politik (Feldman; Hurwitz & Peffley dalam Schwartz, Caprara, dan Vecchione, 2010). Berdasarkan penelitian Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010), ditemukan bahwa core political values dapat menjelaskan sebesar 62% total varians dalam tingkah laku memilih dan memediasi pengaruh basic values terhadap tingkah laku memilih. Core political values terdiri dari beberapa jenis yang berbeda-beda menurut pandangan sejumlah peneliti terdahulu. Dalam penelitian ini, kami menggunakan empat jenis core political values, yaitu: Tabel 3. Jenis Core Political Values dan hubungannya dengan Basic Personal Values No 1 Nilai Egalitarianis m / Equality Penekanan kebijakan yang memfasilitasi distribusi kepada Negara, kesempatan seluruh dan warga sumber daya secara merata mengutamakan Basic Personal Value yang Berhubungan self transcendance vs self-enhancementpemenuhan kebutuhan orang banyak dibanding kebutuhan 2 Moral Traditionalis m pribadi. kebijakan yang berhubungan dengan nilai-nilai tradisi, conservation vsagama dan keluarga versus openness to change gaya hidup yang baru dan permisif.3Civil Libertieskebijakan yang menekankan pada seluruh dengan dan kebebasan manusia apa yang kepada untuk mereka padaself transcendance dan openness to change vs self-enhancement dan conservationbertindak dan berpikir sesuai anggap benar, penghargaan perlindungan keunikan individu. kebijakan yang menekankan pada pada negara. Hierarki Nilai-Sikap-Tingkah Laku: Hubungan kelekatan negara yang dan kritik kuat tidak pada4Blind Patriotismconservation dan selfenhancement vs openness to change dan self transcendance antara Basic PersonalmenoleransiValues, Core Political Values, dan Voting Behavior Seperti yang tercantum dalam tabel 3, beberapa basic personal values yang berbeda menjadi determinan dalam membentuk 4 jenis core political values. Nilai moral traditionalism dan blind patriotism dibentuk oleh tiga jenis nilai conservation versus tiga jenis nilai openness to change. Kedua jenis core political value ini berdasar pada dorongan rasa cemas dan takut akan ketidakpastian, ancaman, dan perubahan, yang akhirnya berdampak pada penekanan terhadap upaya untuk melindungi diri dan mencegah terjadinya kehilangan akibat ancaman (Schwartz, 2006). Selain itu, kedua nilai politik ini juga berhubungan negatif dengan nilai universalism, yang ditandai dengan kurangnya kepedulian pada kesejahteraan kelompok selain kelompoknya (ingroup). Kedua nilai politik ini mengekspresikan motivasi untuk melindungi diri dan kelompoknya dari gangguan dan bahaya karena tindakan kriminal, perusakan kelompok minoritas, dan munculnya keyakinan dan gaya hidup baru, serta kepercayaan bahwa pemerintah yang dapat melindunginya dari ancaman tidak mungkin melakukan kesalahan. Sementara itu, nilai egalitarianism/equality dan civil liberties merupakan bentuk perwujudan dari basic personal values dimensi nilai self-transcendance versus nilai self-enhancement (Schwartz, 2006). Motivasi yang melatarbelakangipenekanan terhadap kedua nilai politik ini adalah adanya kepedulian terhadap kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Lebih khususnya, hubungan yang kuat dengan nilai universalism berarti bahwa pemenuhan kebutuhan orang lain di luar kelompoknya harus lebih ditekankan. Sementara hubungan dengan nilai power menunjukkan bahwa kedua nilai politik ini bertentangan dengan keinginan untuk menguasai dan memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi. Dibandingkan basic personal values, core political values menjadi standar yang lebih spesifik dan kontekstual pada ranah politik. Oleh karena itu, individu dapat lebih mudah untuk mempersepsikan implikasi dari pidato politik dan kebijakan-kebijakan yang dibawa oleh kandidat berdasarkan core political value dibanding basic personal value. Hal ini dikarenakan core political value, sikap, dan norma yang menarik bagi individu dibentuk oleh basic personal value yang bersifat lebih abstrak, stabil, dan fundamental. Oleh karena itu, core political value berperan memediasi hubungan antara basic personal value dan pilihan dalam politik. Hubungan mediasi tersebut disebut dengan hierarki nilai-sikap-tingkah laku/value-attitude-behavior hierarchy (Kahle, 1983; Rokeach, 1973; Schwartz, 1977 dalam Schwartz, Caprara, dan Vecchione, 2010). Berdasarkan hierarki tersebut, sebelum menentukan sikap dan tingkah laku, individu terlebih dahulu harus memproses informasi yang diperolehnya melalui ranah kognitif. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pidato-pidato dan tindakan-tindakan yang ditunjukkan oleh kandidat yang mengisyaratkan kebijakan-kebijakan apa yang dibawanya. Ketika diproses dalam ranah kognitif, pemilih akan mempersepsikan apakah kandidat pemimpin dan kebijakan-kebijakan yang dibawa dapat memfasilitasi atau melindungi nilai-nilai personal yang dimilikinya. Berdasarkan proses kognitif yang mencakup penilaian terhadap tingkat kompatibilitas antara kandidat atau partai dan nilai-nilai personal ini, ia lalu akan menentukan sikap, yaitu sikap positif terhadap kandidat atau partai yang koheren dengan nilai-nilai personalnya serta sikap negatif terhadap kandidat atau partai yang bertentangan dengan nilai-nilai personalnya. Sikap inilah yang pada akhirnya mengarahkan pemilih untuk menentukan pilihan terhadap kandidat atau partai tertentu.Penelitian TerkiniBerdasarkanbuktiempirispadapenelitian-penelitianterdahuluyangmembuktikan adanya hubungan sebab akibat antara basic personal values dan voting behavior yang dimediasi oleh peran core political value, penelitian ini ditujukan untuk menginvestigasi terhadap variabel basic personal values dan core political value sebagai gambaran awal untuk memprediksi pilihan politik. Temuan pada penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan pentingnya memperhatikan aspek nilai-nilai yang dimiliki pemilih untuk memprediksi pilihannya kemudian. Oleh karena itu, bagi seorang kandidat pemimpin, hasil riset ini perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang koheren dengan basic personal values dan core political value populasi yang akan memilihnya sebagai upaya untuk mengarahkan pilihan politik terhadapnya. Penelitian ini dilakukan sebagai riset untuk mengetahui gambaran basic personal values dan core political values mahasiswa Universitas Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia yang berasal dari berbagai fakultas, jurusan, dan angkatan untuk mengetahui variasi nilai-nilai dari populasi, yaitu mahasiswa UI. Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai acuan bagi penyusun kebijakan di UI dalam menentukan kebijakan-kebijakan serta program-program apa yang akan dibawabta sehingga dapat mewadahi aspirasi populasi pemilihnya.MetodePartisipan dan Prosedur Penelitian ini dilakukan dengan jumlah partisipan sebesar 549 orang mahasiswa Universitas Indonesiayang direkrut dengan teknik samplinginsidental. Jumlah tersebut merupakan jumlah akhir partisipan setelah dikurangi beberapa partisipan yang tidak mengembalikan kuesioner maupun tidak mengisi data di dalam kuesioner dengan lengkap. Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner berupa self-report yang mengukur basic personal values, core political values, dan karakteristik sosiodemografis yang terdiri dari jenis kelamin, usia, fakultas, jurusan, dan angkatan.Berdasarkan karakteristik sosiodemografis, partisipan terdiri dari 32,42%laki-laki dan 67,58% perempuan. Rentang usia partisipan berkisar antara 15 hingga 23 tahun. Persebaran partisipan berdasarkan fakultas yaitu: 2.73% FK; 1.09% FKG; 3.46% FMIPA; 6.19% FT; 12.57% FE; 9.65% FH; 16.76% FIB; 12.93% FISIP; 14.21% FKM; 11.84% FPsi; 2.91% Fasilkom; 4.92% FIK; 0.73% Vokasi. Sementara berdasarkan angkatan, persebaran partisipan adalah sebagai berikut: 0.18% angkatan 2006; 19.85% angkatan 2007; 31.69% angkatan 2008; 27.32% angkatan 2009; 20.95% angkatan 2010.Pengukuran Basic Personal Values. Untuk mengukur basic personal value, kami menggunakan alat ukur Potrait Values Questionnaire (PVQ: Schwartz, 2006). Alat ukur PVQ ini terdiri dari 40 pernyataan gambaran verbal dari orang lain yang sesuai dengan jenis kelamin partisipan, dimana masing-masing pernyataan menggambarkan tujuan, aspirasi, atau harapan yang dimiliki seseorang, yang secara implisit menunjukkan tingkat pentingnya suatu nilai bagi orang tersebut. Dalam penelitian ini, kami mengadaptasi alat ukur PVQ ke dalam bahasa Indonesia dan mengubah subjek dalam pernyataan-pernyataan yang digunakan menjadi diri sendiri. Hal ini dikarenakan ketika menyangkut dirinya sendiri, seseorang akan lebih mudah untuk menilai kesesuaian antara apa yang dinyatakan dalam item-item alat ukur dengan keadaan dirinya yang sebenarnya, dibanding ketika harus membayangkan gambaran orang lain dan menilai tingkat persamaan antara orang tersebut dengan dirinya. Contoh item yang digunakan dalam alat ukur ini yaitu, Saya berpikir penting bahwa setiap orang di dunia diperlakukan secara setara. Saya menginginkan keadilan bagi setiap orang, termasuk untuk orang yang tidak saya kenal yang menggambarkan pentingnya nilai universalism. Masing-masing dari 10 nilai yang disebutkan oleh Schwartz (1992) diwakili oleh 3 hingga 6 item. Pada setiap item, partisipan diminta untuk menentukan seberapa sesuai gambaran dalam pernyataan tersebut dengan dirinya menggunakan skala Likert yang berkisar antara 1-sangat tidak sesuai hingga 6-sangat sesuai. Nilai personal yang dimiliki partisipan disimpulkan berdasarkan akumulasi rating partisipan pada beberapa item yang menggambarkan jenis nilai tertentu.Core Political Values. Dalam penelitian ini, kami menggunakan item-item yang diajukan oleh McCann (1997) serta Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) untuk mengukur nilai politik egalitarianism/equality, moral traditionalism, civil liberties, dan blind patriotism. Secara keseluruhan, alat ukur core political values (CPV) dalam penelitian ini terdiri dari 14 item, dimana dua nilai pertama tergambarkan dalam 4 item sementara dua item berikutnya tergambarkan dalam 3 item. Pada masing-masing item, partisipan diminta untuk menentukan seberapa setuju dirinya terhadap pernyataan-pernyataan yang tentang prinsip dan asumsi berkaitan dengan pemerintah, civitas di UI, dan masyarakat luas menggunakan skala Likert yang berkisar antara 1-sangat tidak setuju hingga 5-sangat setuju. Rating partisipan pada item-item tersebut menggambarkan nilai politiknya, yang mengacu pada evaluasi dan preferensi politik tentang hal-hal apa saja yang harus ditekankan dalam kebijakan-kebijakan yang menurutnya harus diutamakan oleh kandidat.Hasil Penelitian Basic Personal Values Hasil perhitungan deskriptif 4.61; SD= 0.53).untuk 10 jenis basic personal values dan keempat kategorinya berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel 4 serta grafik 1 dan 2. Secara umum, nilai rerata dan standar deviasi untuk masing-masing personal values kategori adalah: basic self-transcendence (M= 4.78; SD= 0.56); openness to change (M= 4.62; SD= 0.57); self-enhancement dan (M= 4.09; (M= SD= 0.73); conservation Grafik 1. Skor 4 Kategori Basic Personal ValuesGrafik 2. Skor 10 Jenis Basic Personal ValuesTabel 4. Nilai Mean Basic Personal ValuesTot al Selftranscend ance Openness to Change Selfenhancem ent Conservati on Benevolan ce Universali sm Selfdirection Stimulatio n Hedonism Achievem ent Power Security 4.7 8 4.6 2 4.0 9 4.6 1 4.7 1 4.8 5 4.7 9 4.4 5 4.6 2 4.1 9 3.7 3 4.6 6 FK 5.0 0 4.9 7 4.3 5 4.6 4 5.1 2 4.8 8 5.1 2 4.8 7 4.8 7 4.6 5 3.8 0 4.7 5 FK G 5.1 2 4.6 2 3.9 0 4.8 8 5.1 3 5.1 1 4.6 3 4.6 1 4.6 1 4.0 0 3.4 4 4.7 3 FMI PA 4.97 4.68 3.95 4.74 4.84 5.09 4.89 4.63 4.35 4.13 3.58 4.55 FT 4.6 8 4.4 3 3.9 4 4.5 5 4.4 4 4.9 3 4.6 1 4.3 1 4.2 9 4.0 5 3.6 5 4.6 8 FE 4.8 2 4.6 6 4.1 8 4.5 8 4.7 9 4.8 5 4.7 7 4.4 9 4.7 6 4.2 1 3.8 5 4.6 6 FH 4.6 4 4.7 1 4.2 8 4.6 0 4.5 0 4.7 8 4.8 3 4.5 5 4.8 1 4.3 7 3.9 2 4.7 1 FI B 4.7 8 4.6 2 4.0 0 4.6 3 4.6 8 4.8 8 4.8 4 4.4 1 4.6 2 4.1 2 3.5 8 4.6 0 FIS IP 4.8 5 4.6 2 4.1 1 4.6 7 4.7 8 4.9 1 4.8 3 4.4 7 4.5 2 4.2 4 3.7 8 4.7 6 FK M 4.8 4 4.6 3 4.1 4 4.6 8 4.7 8 4.9 0 4.7 5 4.5 1 4.6 1 4.2 4 3.8 0 4.7 2 FP si 4.5 8 4.5 0 3.9 1 4.2 8 4.5 3 4.6 3 4.7 2 4.2 6 4.5 5 4.0 1 3.5 0 4.3 8 Fasilk om 4.54 4.51 4.29 4.53 4.53 4.56 4.67 4.24 4.73 4.25 4.11 4.69 FI K 4.9 7 4.5 2 3.9 4 4.8 5 4.9 0 5.0 4 4.7 4 4.3 1 4.4 9 3.9 9 3.6 1 4.9 2 Vok asi 5.05 4.70 4.33 4.98 5.06 5.04 5.00 4.50 4.50 4.56 4.00 4.80Conformit y Tradition4.5 9 4.5 74.7 3 4.4 54.8 8 5.0 44.75 4.924.5 3 4.4 54.5 8 4.5 04.5 5 4.5 44.7 0 4.6 04.5 9 4.6 64.6 2 4.7 04.2 5 4.2 14.62 4.284.8 2 4.8 04.88 5.25Core Political Values Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif, diperoleh hasil bahwa nilai rerata skor partisipan pada dimensi civil liberties (M= 3.87; SD= 0.57) dalam core political value lebih tinggi daripada ketiga dimensi lainnya, diikuti oleh egalitarianism (M= 3.06; SD= 0.49), moral traditionalism (M= 2.71; SD= 0.45), dan blind patriotism (M= 2.58; SD= 0.52). Secara lebih terperinci, variasi skor core political values berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel 5 dan grafik 3.Grafik 2. Skor 10 Jenis Basic Personal ValuesTabel 4. Nilai Mean Basic Personal ValuesTot al Egalitar ianism Moral Tradisi onalism 3.06 FK 3.0 7 2.6 0 FK G 3.2 0 2.5 0 FMIP A 2.88 FT 3.0 6 2.4 7 FE 3.0 8 2.7 1 FH 3.0 5 2.6 4 FIB 2.9 6 2.7 2 FIS IP 3.1 4 2.7 9 FK M 3.1 1 2.7 6 FPs i 3.1 0 2.7 2 Fas ilko m 3.0 0 2.7 0 FIK 3.0 4 2.6 8 Vo kas i 2.9 2 2.6 72.712.72Civil Libertie s Blind Patrioti sm3.873.7 3 2.5 84.2 7 2.7 33.813.8 3 2.4 63.8 9 2.6 23.9 3 2.4 83.8 6 2.6 43.9 4 2.4 93.7 6 2.6 73.9 0 2.4 83.7 9 2.6 53.8 6 2.6 94.2 2 3.0 02.582.52Diskusi Berdasarkan skor rerata basic personal values, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kesepuluh jenis basic personal values. Hal ini menunjukkan bahwa nilai personal mahasiswa UI sangat bervariasi. Basic personal value bersifat personal, artinya keberadaannya berbeda pada setiap orang (Schwartz, 1992). Setiap orang memiliki prioritas dari beberapa nilai yang relatif stabil. Ketika memutuskan partai politik atau kandidat pemimpin mana yang akan dipilihnya, individu akan menggunakan basic personal values yang dimilikinya sebagai standar sesuai dengan motivational circle of values. Ketika ia dihadapkan pada suatu situasi yang mengharuskannya untuk menunjukkan sikap atau opini, lingkaran motivasi nilai inilah yang dijadikan sebagai landasan untuk menentukan sikap dan opininya. Dengan demikian, sebelum individu memberikan suaranya dalam pemilihan politik, maka ia terlebih dahulu harus menilai beberapa kandidat, dimana penilaiannya ini terutama didasarkan oleh basic personal values mereka. Apabila kandidat atau partai tersebut dipersepsikan koheren dengan basic personal values yang dimilikinya, maka ia memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memilih kandidat atau partai tersebut. Oleh karena itu, ia akan memilih kandidat atau partai politik yang kebijakan-kebijakannya koheren dengan nilai utamanya. Sebaliknya, ia tidak akan memilih kandidat atau partai politik yang kebijakankebijakannya berlawanan dengan nilai utamanya. Variasi basic personal values yang ditemukan pada partisipan penelitian (mahasiswa UI) akan berperan dalam menentukan variasi terhadap sikap politik dan pada akhirnya terhadap pilihannya dalam bidang politik. Oleh karenanya, kebijakankebijakan yang dibawa oleh kandidat dalam program-programnya menjadi acuan bagi mahasiswa UI untuk memilih kandidat yang dinilainya dapat memfasilitasi pencapaian nilai-nilai personalnya. Misalnya, seseorang yang memiliki nilai personal self-transcendance (universalism dan benevolence) akan memilih kandidat yangmemaparkan kebijakan yang berhubungan dengan pemerataan kesempatan bagi civitas di UI atau program-program yang menawarkan pengabdian terhadap masyarakat. Sebaliknya, seorang yang memiliki nilai personal self-enhancement akan memilih kandidat yang menawarkan program-program yang dapat memfasilitasi pencapaian prestasi dan kesuksesan baginya. Seseorang yang memiliki nilai personal openness to change akan memilih kandidat yang membawa kebijakan berkaitan dengan otonomi dan perubahan, sementara seseorang yang memiliki nilai personal conservation akan memilih kandidat yang menekankan pada kepatuhan tradisional. Sementara itu, hasil perhitungan terhadap core political values menunjukkan adanya nilai rerata yang lebih tinggi pada dimensi civil liberties dan egalitarianism/equality. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa UI cenderung memiliki sikap positif dan preferensi yang lebih tinggi terhadap kebijakan yang menekankan pada kebebasan kepada seluruh warganya untuk bertindak dan berpikir sesuai dengan apa yang mereka anggap benar serta pemenuhan kebutuhan bagi orang banyak dibanding kebijakan yang menekankan pada penerapan nilai-nilai tradisi dan agama serta kelekatan yang kuat pada UI. Nilai politik egalitarianism/equality dan civil liberties merupakan bentuk perwujudan dari basic personal values dimensi nilai self-transcendance versus nilai selfenhancement (Schwartz, 2006). Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif, skor rerata nilai personal self-transcendance lebih tinggi dibanding skor rerata nilai selfenhancement. Hal ini berarti bahwa nilai personal self-enhancement yang dimiliki oleh mahasiswa UI ditransformasikan dalam bentuk nilai politik egalitarianism/equality dan civil liberties. Kedua nilai politik ini dilatarbelakangi oleh adalah adanya penekanan dan kepedulian mahasiswa UI terhadap kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Sementara itu, ditemukan bahwa skor rerata nilai politik moral traditionalism dan blind patriotism lebih rendah dibanding skor rerata dua nilai politik lainnya. Kedua nilai politik ini merupakan bentuk perwujudan tiga jenis nilai conservation versus tiga jenis nilai openness to change (Schwartz, 2006). Skor rerata nilai personal conservation dan nilai openness to change yang tidak berbeda secara signifikan berkontribusi terhadap pembentukan skor kedua nilai politik ini. Dari terhadap peraturan dan norma sosial serta stabilitas nilai-nilaiskala 1-5, kedua nilai politik ini memiliki skor rerata menengah (2.71 hingga 2.58), yang diakibatkan oleh tidak signifikannya perbedaan skor rerata nilai personal conservation dan nilai openness to change. Kedua jenis core political value ini berdasar pada dorongan rasa cemas dan takut akan ketidakpastian, ancaman, dan perubahan, yang akhirnya berdampak pada penekanan terhadap upaya untuk melindungi diri dan mencegah terjadinya kehilangan akibat ancaman (Schwartz, 2006). Hubungan negatif antara kedua nilai politik ini dengan nilai universalism ditunjukkan dengan tingginya skor rerata nilai universalism yang diikuti dengan skor rerata menengah dari nilai politik traditionalism dan blind patriotism. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa skor menengah tersebut merupakan perwujudan dari rendahnya motivasi mahasiswa UI untuk melindungi diri dan kelompoknya dari gangguan dan bahaya karena tindakan kriminal, perusakan kelompok minoritas, dan munculnya keyakinan dan gaya hidup baru. Koherensi antara beberapa basic personal values dan core political values tersebut sesuai dengan hasil studi Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) tentang struktur lingkaran motivasi yang mengorganisasi hubungan di antara basic personal values dan mengorganisasi serta memberikan koherensi kepada core political values. Core political values sendiri merupakan ekspresi dari basic personal values dalam ranah politik. Oleh karena itu, struktur lingkaran motivasi tersebut juga harus dapat menjadi struktur yang koheren untuk menjelaskan core political values beserta korelasinya dengan masing-masing basic personal values. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa struktur motivasi yang mengorganisasi basic values juga mengorganisasi hubungan antara core political values. Schwartz, Caprara, dan Vecchione (2010) juga membuktikan bahwa core political values berperan memediasi pengaruh basic personal values terhadap perilaku memilih dalam politik. Kontribusi core political values dalam memprediksi perilaku memilih lebih besar dibanding basic personal values. Karena itulah, perhatian terhadap core political values yang dimiliki oleh mahasiswa UI perlu ditekankan sebagai landasan untuk meyusun kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi hal-hal yang dianggap penting oleh mahasiswa UI sesuai dengan core political values yang dimilikinya.Limitasi Beberapa keterbatasan pada penelitian ini dapat dilihat berdasarkan disain penelitian, variabel-variabel yang terlibat, dan jumlah sampel. Pertama, disain penelitian deskriptif yang digunakan membuat penelitian ini hanya mampu menangkap gambaran fenomena nilai-nilai yang dimiliki mahasiswa UI secara umum, tetapi tidak menyimpulkan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh nilai-nilai tersebut terhadap perilaku memilih. Meskipun berbagai studi sebelumnya telah membuktikan berlakunya hierarki nilai-sikap-tingkah laku dalam menjelaskan pengaruh basic personal values dan core political values terhadap perilaku memilih, tetapi generalisasi hasil penelitian-penelitian sebelumnya belum tentu sesuai dengan penelitian yang dilakukan dalam konteks ruang lingkup UI ini. Kedua, penelitian ini hanya mengukur variabel basic personal values dan core political values, tanpa menyertakan variabel perilaku memilih di dalamnya. Hal ini mengakibatkan tidak dapat dilakukannya penarikan kesimpulan yang valid dalam menjelaskan pengaruh kedua variabel tersebut terhadap perilaku memilih mahasiswa UI. Penelitian selanjutnya perlu menyertakan variabel intensi memilih sebelum dilangsungkannya Pemilihan Umum dan pilihan pada saat Pemilihan Umum. Terakhir, jumlah sampel yang hanya sebesar 549 orang dibandingkan dengan total populasi mahasiswa UI yang lebih dari 40000 orang berakibat pada tingkat representasi yang rendah pada hasil penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan (incidental sampling) juga berakibat pada rendahnya tingkat representasi hasil penelitian. Akan tetapi, variasi skor basic personal values dan core political values serta perbedaan prioritas nilai-nilai tersebut pada setiap individu mengakibatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada skor rerata nilai-nilai tersebut dengan bertambahnya jumlah sampel. Dengan demikian, penelitian selanjutnya perlu memperhatikan jumlah dan teknik pengambilan sampel yang dapat mewakili jumlah sampel yang representatif dari mahasiswa UI.Kesimpulan Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan gambaran basic personal values dan core political values dari mahasiswa UI. Berdasarkan berbagai hasil studisebelumnya, kedua nilai tersebut terbukti merupakan variabel yang kuat dalam memprediksi perilaku memilih (voting behavior). Dalam hierarki nilai-sikap-tingkah laku, dijelaskan bahwa core political values berperan memediasi hubungan antara basic personal value dan pilihan dalam politik. Berdasarkan hierarki nilai-sikaptingkah laku, proses yang dilalui seseorang dalam menentukan pilihan politik diawali dengan pemrosesan informasi politik tentang kebijakan-kebijakan yang dibawa oleh kandidat, persepsi tingkat kompatibilitas antara kandidat dan kebijakan-kebijakan yang dibawanya (koheren/bertentangan) dengan nilai-nilai personalnya, penentuan sikap (positif/negatif) terhadap kandidat berdasarkan tingkat kompatibilitas tersebut, dan akhirnya sikap tersebut akan mengarahkan pemilih untuk menentukan pilihan terhadap kandidat tertentu (voting behavior). Dengan menyadari dasar motivasi yang koheren atau bertentangan dengan setiap core political values mahasiswa UI, kandidat pemimpin di UI perlu memperhatikan nilai-nilai tersebut agar dapat berkomunikasi dengan lebih efektif terhadap publik. Akan tetapi, perhatian terhadap nilai-nilai ini seharusnya tidak hanya ditekankan sebagai upaya untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dalam Pemilihan Umum, tetapi juga sebagai landasan untuk menyusun kebijakankebijakan yang dapat memfasilitasi aspirasi mahasiswa UI berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya melalui realisasi pelaksanaan program-program yang dibawanya ketika ia menjabat.Referensi McCann, James A. (1997). Electoral Choices and Core Value Change: The 1992 Presidential Campaign. American Journal of Political Science, 41 (2) 564-583. Knoppen, D., & Saris, W. (2009). Evaluation of the Portrait Values Questionnaire using SEM: A New ESS Proposal. Bolzano: Universitat Pompeu Fabra. Schwartz, S. H. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology, 25, 165. New York: Academic Press. Schwartz, S. H. (1994). Are there universal aspects in the content and structure of values? Journal of Social Issues, 50, 1945.Schwartz,S.H.(2006).Basichumanvalues:Theory,measurement,andapplications. Revue Franaise de Sociologie, 47, 249288. Schwartz, S.H., Caprara, G.V., & Vecchione, M. (2010). Basic Personal Values, Core Political Values, and Voting: A Longitudinal Analysis. Political Psychology, 31 (3), 421-452.