hirarki pengaruh pada tayangan islam di selandia...
TRANSCRIPT
HIRARKI PENGARUH PADA TAYANGAN ISLAM DI SELANDIA BARU
DALAM PROGRAM MUSLIM TRAVELERS
NEWS AND ENTERTAINMENT TELEVISION (NET)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Syahrul Hidayanto
NIM: 1113051000138
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
v
ABSTRAK
Syahrul Hidayanto
Hirarki Pengaruh pada Tayangan Islam di Selandia Baru dalam Program
Muslim Travelers News and Entertainment Television (NET)
Kehidupan muslim minoritas di dunia tak pernah berhenti disorot media
massa. Salah satu media massa yang ikut berperan adalah televisi. NET adalah
salah satu lembaga penyiaran di Indonesia yang menyorot kehidupan muslim
minoritas di dunia melalui program Muslim Travelers (MT). Program ini
memadukan unsur traveling dengan dakwah. Konsep yang terbilang unik ini
belum banyak diadaptasi oleh stasiun televisi di Indonesia. Dari total 30 episode
yang ditayangkan, yang paling menarik adalah tayangan Islam di Selandia Baru.
Lewat tayangan tersebut, program ini kembali mendapat apresiasi sebagai
program Ramadhan terbaik dari KPI dan MUI selama tiga tahun berturut-turut
sejak 2014-2016. Namun, di balik itu semua terdapat ketidakseimbangan episode
yang diproduksi di setiap negara. Selain itu, tentu ada berbagai pihak yang
memengaruhi tayangan tersebut baik di dalam maupun di luar NET.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan skripsi ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana
hirarki pengaruh pada tayangan Islam di Selandia Baru dalam program MT NET?
Kemudian, minornya adalah seperti apa pengaruh individu pekerja media dalam
tayangan Islam di Selandia Baru? Apa pengaruh kerutinan media dalam tayangan
Islam di Selandia Baru? Seperti apa pengaruh organisasi media dalam tayangan
Islam di Selandia Baru? Faktor apa saja yang memengaruhi tayangan Islam di
Selandia Baru dari level institusi sosial? Faktor apa saja yang memengaruhi
tayangan Islam di Selandia Baru dari level sistem sosial?
Teori yang digunakan adalah hirarki pengaruh media. Teori ini pertama
kali diungkapkan oleh Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese. Hirarki
pengaruh menjelaskan bahwa isi dari media massa dipengaruhi oleh beberapa
faktor dari dalam dan luar organisasi media. Faktor tersebut yaitu individu pekerja
media, kerutinan media, organisasi media, institusi sosial, dan sistem sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sementara konstruktivis
dipilih sebagai paradigma penelitian. Adapun teknik pengumpulan datanya
melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan literatur.
Tayangan Islam di Selandia Baru MT tak bisa lepas dari lima level hirarki
pengaruh media. Level individu pekerja media direpresentasikan dengan latar
belakang pendidikan jurnalis NET yang relevan dan profesionalitasnya. Sumber
informasi, organisasi media, dan penonton NET yang saling terhubung sehingga
menghasilkan kerutinan media. Pengaruh organisasi media datang dari kebijakan-
kebijakan yang ditelurkan oleh pimpinan perusahaan. Adanya pengaruh yang kuat
dari level institusi sosial, yang di dalamnya terdapat aspek sumber berita,
kebijakan dan kontrol pemerintah, pengiklan dan penonton, public relations,
kelompok kepentingan, dan pangsa pasar. Serta terpenuhinya tiga dari empat
elemen dalam level sistem sosial seperti ideologi, ekonomi, dan kultural.
Kata kunci: Hirarki pengaruh, Islam di Selandia Baru, organisasi media,
NET, televisi.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahiim
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil‟alamin, di setiap desiran aliran darah kita, di setiap
tarikan nafas kita, dan di setiap langkah kita, sudah seharusnya kita selalu
mengucapkan syukur atas kemudahan dan kenikmatan dalam mencapai tujuan
hidup. Begitu pula dengan penulis yang saat ini telah menyelesaikann skripsi yang
berjudul ―Hirarki Pengaruh pada Tayangan Islam di Selandia Baru dalam Program
Muslim Travelers News and Entertainment Television (NET)‖ yang ditujukan
kepada Program Strata 1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Memiliki Mahadaya
Ilmu Pengetahuan karena atas rahmat dan rida-Nya, peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Selawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad Shallallah‟Alayhi Wa Sallam. Engkaulah nabi akhir zaman yang
senantiasa menjadi suri tauladan bagi seluruh umat. Semoga dengan risalah
kenabianmu, penulis mampu menjadi seorang mukmin yang taat dan tak lekang
oleh zaman.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,
yaitu ibunda Rumsiah dan ayahanda Maryanto atas do‟a, dukungan moril maupun
materil yang tak hentinya diberikan kepada penulis. Semoga ibu dan ayah
senantiasa diberikan kesehatan dan perlindungan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala. Amiin.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
turut andil membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukkan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.
vii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, M.Ag.,
serta Sekretaris Jurusan Fita Fathurokhmah, M.Si., yang telah
meluangkan waktunya untuk berkonsultasi mengenai skripsi yang penulis
susun.
3. Dosen pembimbing skripsi, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, M.A., PhD,
sumber inspirasi penulis, yang telah bersedia membimbing,
mengarahkan, dan memberikan pelajaran yang berharga kepada penulis.
Berkat beliau lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan amat
baik.
4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berkontribusi
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah menyediakan fasilitas penunjang penyusunan skripsi, sehingga
memudahkan penulis untuk mencari bahan referensi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Djarum Foundation,
dan Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
beasiswa kepada penulis selama menempuh pendidikan di jenjang
perguruan tinggi. Beasiswa ini membuat penulis bersemangat untuk
berprestasi selama menjalani perkuliahan.
7. Tim produksi MT NET yaitu Cahyo Wibowo sebagai Produser Eksekutif,
Hadini Amalia sebagai Produser, Annisa Pratiwi sebagai Reporter, dan
Nugroho Eko sebagai Video Jurnalis yang telah bersedia menjadi
narasumber dan meluangkan waktunya memberikan informasi terkait
skripsi ini.
8. Asrori S. Karni sebagai Ketua Infokum MUI, yang dengan tulus bersedia
menjadi narasumber dan dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang
penulis ajukan.
9. Taupik Nopriyanto, kakak kandung penulis yang selalu mendukung agar
skripsi yang penulis susun dapat selesai tepat waktu.
viii
10. Dedi Fahrudin, M.Ikom., General Manager Dakwah dan Komunikasi
Televisi (DNK TV), serta rekan-rekan senior, teman seangkatan, dan
adik-adikku satu komunitas yang memberikan pembelajaran, ide, dan
pengalaman kepada penulis seputar pertelevisian.
11. LAZIS Al-Azhar dan Dompet Dhuafa atas bantuan dana yang diberikan
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
12. Teman-teman KPI angkatan 2013 yang selama hampir empat tahun
berjuang menempuh perkuliahan bersama-sama. Terima kasih atas kritik
dan saran membangun yang diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman KPI kelas C yang bersedia mendengar keluh kesah penulis,
tawa dan canda, semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap erat
selamanya.
14. Teman-teman Beswan Djarum Angkatan 2015/2016 regional Jakarta
yang telah memberikan do‟a dan dukungannya kepada penulis. Salam
bersatu seikat Beswan Djarum.
15. Kelompok KKN-PpMM Cocos nucifera yang memberikan warna dalam
pertemanan dan mengajarkan kepada penulis untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk umat kelak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu namun tidak penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu
Wa Ta‟ala membalas setiap kebaikan dengan balasan yang setimpal. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik sebagai sumber informasi maupun
sumber inspirasi, bagi pembaca.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 13 Juni 2017
Syahrul Hidayanto
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Permasalahan ................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 12
F. Bingkai Teoritis ............................................................................... 18
G. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 19
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 21
BAB II KERANGKA TEORI ......................................................................... 23
A. Teori Hirarki Pengaruh .................................................................... 23
1. Level Individu Pekerja Media ..................................................... 24
2. Level Kerutinan Media ............................................................... 27
3. Level Organisasi Media .............................................................. 31
4. Level Institusi Sosial ................................................................... 32
5. Level Sistem Sosial ..................................................................... 33
B. Konseptualisasi Program Televisi ................................................... 36
1. Pengertian Program Televisi ....................................................... 36
2. Jenis Program Televisi ................................................................ 36
C. Konseptualisasi Dokumenter Televisi ............................................. 39
1. Jenis Dokumenter Televisi .......................................................... 41
2. Riset Program Dokumenter Televisi ........................................... 42
x
D. Konseptualisasi Media Massa .......................................................... 44
E. Konseptualisasi Komunikasi Dakwah ............................................. 46
BAB III GAMBARAN UMUM........................................................................ 53
A. NET: Televisi Masa Kini ................................................................. 53
B. Gambaran Umum Program Muslim Travelers ................................ 58
C. Geliat Islam di Selandia Baru .......................................................... 60
D. Citra Spiritual dalam Layar Kaca .................................................... 63
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS ................................................. 68
A. Karakteristik Pemberitaan Divisi News NET ................................... 68
1. Faktual ......................................................................................... 68
2. Balance ........................................................................................ 69
3. Entertainment .............................................................................. 69
B. Analisis Hirarki Pengaruh pada Tayangan Islam di Selandia Baru
dalam Program Muslim Travelers NET ........................................... 70
1. Level Individu Pekerja Media ..................................................... 70
2. Level Kerutinan Media ............................................................... 77
3. Level Organisasi Media .............................................................. 85
4. Level Institusi Sosial ................................................................... 91
5. Level Sistem Sosial ................................................................... 101
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 108
A. Kesimpulan .................................................................................... 108
B. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 119
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: 10 Negara dengan Jumlah Penduduk Terbesar dengan Jumlah Muslim
yang Minoritas tahun 2010 ................................................................................ 5
2. Tabel 2: Daftar penghargaan dan pencapaian yang diraih NET sejak tahun
2014-2016 ......................................................................................................... 55
3. Tabel 3: Daftar Program Ramadhan NET tahun 2013-2016 ........................... 57
4. Tabel 4: Data Tim Produksi MT 2016 (Keseluruhan) ...................................... 73
5. Tabel 5: Data Tim Produksi MT 2016 (Reporter dan Video Jurnalis) ............. 73
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1: Jumlah Pemeluk Agama di Dunia tahun 2015 hasil riset PRC ........ 4
2. Gambar 2: Diagram Penganut Agama di Selandia Baru Berdasarkan Sensus
Selandia Baru tahun 2013 .................................................................................. 6
3. Gambar 3: Bingkai Teoritis ............................................................................... 18
4. Gambar 4: Model Hirarki Pengaruh Shoemaker & Reese .............................. 23
5. Gambar 5: Cara kerja faktor intrinsik pekerja media memengaruhi isi media 26
6. Gambar 6: Piramida Kerutinan Media ............................................................. 31
7. Gambar 7: Organisasi Media Massa:tingkat-tingkat analisis .......................... 35
8. Gambar 8: Jenis Program Televisi ................................................................... 38
9. Gambar 9: Logo on air NET ............................................................................. 53
10. Gambar 10: Logo Program Muslim Travelers Produksi 2016 ....................... 58
11. Gambar 11: Proses Produksi MT 2016 ........................................................... 85
12. Gambar 12: Data Sanksi Teguran Tertulis Terhadap Lembaga Penyiaran
Januari-Desember 2016 ................................................................................. 94
13. Gambar 13: Brand ternama yang berkerja sama dengan NET..................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan muslim minoritas di dunia tak pernah berhenti disorot media
massa. Salah satu media massa yang ikut berperan adalah televisi. Wawan
Kuswandi mengatakan, ―media televisi mampu menyediakan informasi dan
kebutuhan manusia secara keseluruhan. Media televisi menjadi penting bagi
manusia untuk memantau kehidupan sosialnya. Pemantauan itu bisa dalam bentuk
perilaku, mode, bahkan sikap terhadap ideologi tertentu.‖1
NET2 adalah salah satu lembaga penyiaran di Indonesia yang menyoroti
kehidupan muslim minoritas di dunia. NET memiliki segmentasi penonton
utamanya yaitu millenials (Manusia yang lahir pada rentang 1980-an hingga
2000). NET hadir dengan menciptakan inovasi program yang menarik. Dengan
mengangkat konsep acara yang unik, tidak memerlukan waktu lama bagi stasiun
televisi ini untuk menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Berbagai kategori
program ditawarkan seperti ―NET Music,” “NET Entertainment,” “NET Sport,”
“NET Magazine,” “NET Documentary,” “NET News,” “NET Sitcom,” NET
Reality,” dan “NET Special.”3
Di bulan Ramadhan, NET biasanya memiliki beberapa program spesial
Ramadhan yang digemari masyarakat. Salah satu program unggulannya adalah
―Muslim Travelers (MT).” MT memotret kehidupan muslim minoritas di berbagai
1 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa : Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h.15. 2 Logo NET bercirikan tanda titik (.) setelah huruf T. Untuk menghindari kesalahan dalam
tanda baca, tanda titik tersebut peneliti hilangkan. 3 NET, Company Profile NET 2016, (Jakarta: NET, 2017), h. 21-37.
2
negara. Mendokumentasikan tentang bagaimana mereka hidup sebagai muslim
minoritas. MT dipandu oleh seorang host yang ditemani oleh keluarga muslim
lokal atau WNI muslim yang tinggal di negara tersebut. Dalam setiap episodenya
host akan berkeliling dan berkunjung ke berbagai tempat seperti masjid, restoran
dan tempat penyembelihan bersertifikat halal serta tempat berbelanja yang cocok
bagi umat muslim.
Meskipun tergolong sebagai televisi swasta baru, NET berhasil
menciptakan program religi yang edukatif dan menarik perhatian masyarakat. Ini
dibuktikan dengan apresiasi dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) kepada program MT yang ditetapkan sebagai program
terbaik kategori feature/dokumenter selama bulan Ramadhan tahun 2014-2016.4
Program ini tayang setiap hari selama bulan Ramadhan pukul 04:30 WIB.
Dari total 30 episode yang ditayangkan, episode yang paling menarik
adalah episode yang menayangkan Islam di Selandia Baru. MT mengemasnya
menjadi tiga episode yaitu ―Kehidupan Umat Muslim di Selandia Baru‖ (07 Juni
2016), ―Mubalig Muda Asal Indonesia di New Zealand‖ (16 Juni 2016), dan
―Kehidupan Keluarga Muslim Maori‖ (25 Juni 2016). Dalam tiga episode tersebut
membahas bagaimana kehidupan muslim asal Indonesia dan Muslim Maori di
negara Selandia Baru. Berbeda dengan warga negara minoritas muslim lainnya,
warga negara Selandia Baru terkenal dengan keramahan dan toleransinya.
Meskipun mayoritas warga negara Selandia Baru tidak percaya akan adanya
4KPI, ―Program Ramadhan yang Khusyu dan Mendidik Diapresiasi Baik oleh Masyarakat
dan Pengiklan,‖ artikel di akses pada 27 Desember 2016 dari
http://kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/32229-program-ramadhan-yang-khusyu-dan-
mendidik-diapresiasi-baik-oleh-masyarakat-dan-pengiklan
3
Tuhan atau ateis, uniknya, kehidupan umat muslim sangat sarat terasa di negara
ini.
Pada tahun 2015, Pew Research Center (PRC) lembaga riset internasional
yang terletak di Washington, Amerika Serikat merilis kajian tentang
perkembangan agama-agama di dunia. Penelitian PRC ini berdasarkan data 2.500
sensus yang dimiliki oleh Divisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kemudian ada juga data dari lembaga riset sosial seperti International Social
Survey Program (ISSP Research Group), Association of Religion Data Archives
(ARDA)-Pennsylvania State University, Economics and Social Data Service
(ESDS), dan ZACAT Data Archieve for the Social Sciences. Selain dari PBB dan
lembaga riset sosial, PRC juga menggunakan data resmi dari badan statistik
sejumlah negara seperti Australia, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru,
Singapura, Sri Lanka, dan Inggris yang menampilkan perkembangan keyakinan di
dunia.5
Berdasarkan riset PRC tersebut, dengan jumlah populasi manusia pada
tahun 2015 saat itu adalah 7,3 miliar jiwa, pemeluk agama Kristen (Katolik,
Protestan, Kristen Ortodoks, dan Other Christians) menjadi mayoritas dengan
total 31,2% atau sekitar 2,3 miliar jiwa. Sedangkan, agama Islam (Syiah dan
Sunni), sebesar 24,1% atau sekitar 1,8 miliar jiwa. Tidak beragama 16% atau
sekitar 1,2 miliar jiwa. Agama Hindu di angka 15,1% atau sekitar 1,1 miliar jiwa.
5 PRC, ―The Changing Global Religious Landscape Appendix B: Methodology for this
report,‖ artikel diakses pada 15 April 2017 di http://www.pewforum.org/2017/04/05/appendix-b-
methodology-for-this-report/
4
Sedangkan agama Buddha mencapai 6.9% atau sekitar 487,8 juta jiwa. Agama
lokal sebesar 5,7%, agama lainnya 0,8%, dan agama Yahudi sebesar 0,2%.6
Gambar 1: Jumlah Pemeluk Agama di Dunia tahun 2015 hasil riset PRC
Sumber: Pew Research Center Demographic Projections, 20157
Jika kita lihat grafik di atas, pemeluk agama Kristen masih mendominasi.
Sementara pemeluk agama Islam berada di posisi kedua. Meskipun begitu, agama
Islam persebarannya merata hampir di setiap benua seperti Asia, Afrika, Eropa,
Amerika, hingga Australia. Negara-negara dengan jumlah muslim terbesar di
dunia yaitu Indonesia, Pakistan, India, Bangladesh, Mesir, Nigeria, Iran, Turki,
6 PRC, ―The Changing Global Religious Landscape,‖ artikel diakses pada 15 April 2017
di http://www.pewforum.org/2017/04/05/the-changing-global-religious-landscape/ 7 PRC, ―The Changing Global Religious Landscape.‖
5
Algeria, dan Maroko.8 Negara-negara dengan jumlah muslim terbesar lainnya
seperti Malaysia, Tunisia, Uzbekistan, Irak, Yaman, dan beberapa negara di timur
tengah tidak termasuk ke dalam sepuluh besar dikarenakan jumlah penduduk yang
jauh lebih sedikit. Di tahun yang sama, PRC juga merilis daftar negara dengan
jumlah penduduk terbanyak tetapi dengan jumlah muslim yang minoritas. Posisi
pertama ditempati oleh China dengan jumlah muslim sebesar 24.690.000 jiwa
sementara Jerman berada di posisi kesepuluh dengan jumlah muslim sebesar
4.760.000 jiwa.9
Tabel 1: 10 Negara dengan Jumlah Penduduk Terbesar dengan Jumlah Muslim yang
Minoritas tahun 2010
Negara Jumlah Penduduk Jumlah Muslim
China 1.337.705.000 24.690.000
USA 309.326.225 2.770.000
Brazil 195.210.154 40.000
Russia 142.389.000 14.290.000
Japan 127.450.459 200.000
Mexico 117.886.404 <10.000
Philippines 93.444.322 5.150.000
Vietnam 86.932.500 160.000
Ethiopia 87.095.281 28.680.000
Germany 81.776.930 4.760.000
Sumber : Religious Composition by Country, in Numbers, Pew Research Center,
World Bank, 2010
8 PRC, ―The Global Religious Landscape: Muslims,” artikel diakses pada 15 April 2017
di http://www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-muslim/ 9 PRC, ―Table: Religious Composition by Country, in Numbers,‖ artikel diakses pada 15
April 2017 di http://www.pewforum.org/2012/12/18/table-religious-composition-by-country-in-
numbers/
6
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
Salah satu negara di dunia dengan jumlah muslim yang tergolong
minoritas adalah negara Selandia Baru. Meskipun jumlah muslim tidak begitu
besar, agama Islam justru terus berkembang di negara yang terkenal dengan buah
kiwi ini. Kaum muslim di Selandia Baru hidup di berbagai kota besar dan kecil,
seperti Wellington, Auckland, Hamilton, Canterbury, Christchurch, dan
Tauranga.10
Gambar 2: Diagram Penganut Agama di Selandia Baru Berdasarkan Sensus Selandia Baru tahun
2013
Sumber : Sensus Selandia Baru, 201311
Dalam sensus Selandia Baru tahun 2013 tercatat 46.194 muslim di
Selandia Baru. Jumlah ini naik sekitar 28% dari 36.072 pada 2006 menjadi 46.194
muslim pada 2013. Dalam skala nasional, terdapat 4.400 Muslim Eropa dan 1.100
Muslim Maori (Maori adalah suku asli Selandia Baru). Tidak semua kelahiran
10
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru,‖ artikel
di akses pada 1 Maret 2017 di http://www.voaindonesia.com/a/dr-douglas-pratt-kajian-sejarah-
islam-di-selandia-baru--127949713/96966.html 11
Stats NZ, ―QuickStats About Culture and Identity,‖ artikel di akses pada 16 April 2017
dari http://www.stats.govt.nz/Census/2006CensusHomePage/QuickStats/quickstats-about-a-
subject/culture-and-identity.aspx
7
Selandia Baru. Ada yang berasal dari Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, Asia,
bahkan Afrika.12
Sampai saat ini memang pemerintah Selandia Baru belum
merilis sensus penduduk yang terbaru, sehingga jumlah muslim yang tinggal di
negara ini belum dapat dipastikan jumlahnya.
Meskipun hidup sebagai muslim minoritas, pemeluk agama Islam di
Selandia Baru bisa dikatakan beruntung karena warga negara Selandia Baru
terkenal ramah dengan pemeluk agama apapun. Bahkan negara paling selatan di
bumi ini ditetapkan sebagai negara paling Islami di antara 208 negara di dunia
diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim menempati urutan ke-140. Penelitian ini dilakukan oleh
Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington
University. Kriteria penilainnya adalah peluang ekonomi, kebebasan ekonomi,
kasus korupsi, sistem keuangan, sistem pendidikan, dan hak asasi manusia.13
Alasan penulis akhirnya memilih tayangan Islam di Selandia Baru dalam
program MT adalah lewat tayangan ini MT kembali menyabet gelar sebagai
program Ramadhan terbaik KPI dan MUI. Menarik jika ditelusuri siapa aktor-
aktor di balik suksesnya program ini. Selain itu, MT juga berani mengangkat
konsep muslim minoritas yang belum banyak diadopsi stasiun televisi lain.
Namun, di balik itu semua terdapat ketidakseimbangan episode yang diproduksi
di setiap negara yang mereka liput sehingga menimbulkan pertanyaan pengaruh di
level manakah yang akhirnya berdampak pada hal tersebut? Selanjutnya, mengapa
program ini seolah-olah dibuat hanya untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya
karena hanya tayang di saat Ramadhan saja. Seperti kita ketahui momen
12
Stats NZ, ―QuickStats About Culture and Identity.‖ 13
Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari, ―How Islamic Are Islamic Countries,‖
Global Economy Journal, Volume 10 (September, 2010): h. 31-35.
8
Ramadhan sering dimanfaatkan stasiun televisi sebagai momen yang tepat untuk
menyiarkan tayangan-tayangan keagamaan bukan demi dampak tayangan tersebut
bagi masyarakat, melainkan bagi televisi itu sendiri.
Dalam komunikasi massa, apabila suatu media menyajikan sebuah
informasi, tentu terdapat faktor-faktor yang memengaruhinya. Pengaruh faktor-
faktor ini disebut sebagai teori hirarki pengaruh media yang dikenalkan pertama
kali oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Hirarki pengaruh
menjelaskan bahwa isi dari media massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
luas dari dalam dan luar organisasi media.14
Dalam buku terbarunya yang berjudul Mediating the Message in the 21st
Century: A Media Sociology Perspective, Shoemaker dan Reese mengganti istilah
dua level terakhir dalam model hirarki pengaruh dari yang sebelumnya ekstra
media (level keempat) dan ideologi (level kelima) di ubah menjadi institusi sosial
dan sistem sosial. Pada level keempat yaitu institusi sosial, Shoemaker dan Reese
hanya mengganti istilahnya saja. Namun, penjelasan yang dipakai tetap sama.15
Lain halnya dengan level kelima. Jika dalam buku sebelumnya yaitu
Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media Content 2nd Edition,
Shoemaker dan Reese hanya menjelaskan bahwa hanya ideologi organisasi media
saja yang dapat memengaruhi sebuah berita atau tayangan, dalam bukunya yang
terbaru ini ia menambahkan unsur ekonomi, politik, dan budaya organisasi media
14
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message: Theories of
Influences on Mass Media Content 2nd Edition, (New York: Longman Publishers, 1996), h. 11. 15
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century:
A Media Sociology Perspective, (New York: Routledge, 2014), h. 7-11.
9
yang berada dalam level sistem sosial yang juga ikut andil dalam memengaruhi
berita atau tayangan.16
Terdapat lima level yang dapat memengaruhi isi berita atau tayangan
media massa yaitu individu pekerja media, kerutinan media, organisasi media,
institusi sosial, dan sistem sosial. Dari kelima faktor di atas, faktor internal media
biasanya yang memiliki pengaruh paling besar. Faktor internal media terdiri dari
faktor individu pekerja, kerutinan media, dan organisasi media. Faktor individu
pekerja media yaitu reporter atau wartawan, faktor kerutinan media muncul dari
keseharian media tersebut, dan faktor organisasi media biasanya berkaitan dengan
struktur organisasi di media atau kepemilikan yang berpengaruh besar atas
informasi yang disiarkan oleh media tersebut. Sementara faktor eksternal biasanya
berasal dari level institusi sosial seperti pengiklan, penonton, pemerintah, pangsa
pasar dan sebagainya, sedangkan faktor sistem sosial muncul berdasarkan cara
pandang yang dianut oleh sebuah media.17
Program MT juga tidak luput dari pengaruh faktor-faktor yang telah
dijelaskan di atas. Dalam menyajikan informasi mengenai kehidupan muslim di
Selandia Baru, pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang menjadi menarik
untuk diteliti adalah bagaimana faktor internal dan eksternal media memengaruhi
tayangan Islam di Selandia Baru pada program MT?
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Hirarki Pengaruh Pada Tayangan Islam di Selandia Baru dalam
Program Muslim Travelers News and Entertainment Television (NET).
16
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 7-11. 17
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 7-15.
10
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a. Konsep muslim minoritas yang diusung program MT belum banyak
diadopsi program religi di stasiun televisi Indonesia.
b. Ketidakseimbangan jumlah episode yang diproduksi di setiap negara
dalam program MT.
c. Organisasi Media Massa NET yang masih belum bisa terlepas dari jeratan
kapitalisme (memperoleh keuntungan sebesar-besarnya).
2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal:
a. Penelitian ini memfokuskan diri pada pengaruh hirarki yang berlangsung
atas tayangan dalam program MT NET.
b. Tayangan yang diteliti adalah episode ―Kehidupan Umat Muslim di
Selandia Baru (07 Juni 2016),‖ ―Mubalig Muda Asal Indonesia di New
Zealand (16 Juni 2016),‖ dan ―Kehidupan Keluarga Muslim Maori (25
Juni 2016)‖.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah
utama yaitu:
Bagaimana hirarki pengaruh pada tayangan Islam di Selandia Baru dalam
program Muslim Travelers News and Entertainment Television (NET)?
11
Dari rumusan masalah utama di atas, peneliti memberikan beberapa
pertanyaan berikutnya sebagai pertanyaan turunan, yaitu:
a. Seperti apa pengaruh individu pekerja media dalam tayangan Islam di
Selandia Baru?
b. Apa pengaruh kerutinan media dalam tayangan Islam di Selandia Baru?
c. Seperti apa pengaruh organisasi media dalam tayangan Islam di Selandia
Baru?
d. Faktor apa saja yang memengaruhi tayangan Islam di Selandia Baru dari
level institusi sosial?
e. Faktor apa saja yang memengaruhi tayangan Islam di Selandia Baru dari
level sistem sosial?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan secara umum adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis hirarki
pengaruh pada tayangan Islam di Selandia Baru dalam program MT NET,
khususnya aspek individu pekerja media, kerutinan media, organisasi media,
institusi sosial, dan sistem sosial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan informasi dan referensi bagi para khalayak dengan program
dokumenter Islami yang edukatif dan inspiratif. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat pada institusi media televisi sebagai bahan evaluasi
untuk menciptakan program yang lebih baik dan bermanfaat bagi umat.
12
2. Manfaat Akademik
Sebagai manfaat akademik, skripsi ini bisa menambah daftar referensi bagi
pengembangan ilmu komunikasi massa mengenai pembahasan hirarki pengaruh
media, terutama bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan produksi program televisi
bermuatan dakwah.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ini menggunakan pandangan konstruktivis.
Paradigma ini bersifat subjektif. Paradigma konstruktivisme beranggapan bahwa
dunia empiris tidaklah independen, melainkan persepsi dan interpretasi peneliti,
itulah yang memengaruhi apa yang dilihat peneliti pada saat meneliti.18
Guba menjelaskan beberapa hal tentang paradigma konstruktivis yaitu: “It
depicts knowledge as the outcome or consequences of human activity; knowledge
is a human construction, never certifiable as ultimately true but problematic and
ever changing.19
―(Pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau
konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi manusia,
yang diakui sebagai kebenaran tetapi merupakan hal problematik dan selalu
berubah).‖20
18
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet. 1, h. 28. 19
Guba. E. G. The Paradigm Dialog, (London: Sage, 1990), h. 26. 20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.49.
13
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mencari makna di
balik data, dalam hal ini penulis ingin menganalisis hirarki pengaruh pada
tayangan Islam di Selandia Baru dalam program MT. Menggunakan cara
penelitian berpikir induktif, yaitu ―cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang
khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep) merupakan
suatu pendekatan kualitatif.‖21
Secara umum penelitian kualitatif merupakan ―penelitian yang bermaksud
memahami fenomena yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
tindakan, dll secara holistic dengan cara deskripsi kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.‖22
Dalam penelitian kualitatif, membuat peneliti menjadi berpikir induktif
untuk ―menemukan jawaban logis terhadap apa yang sedang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian. Akhirnya produk berpikir induktif menjadi jawaban
sementara terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian dan menjadi
perhatian itu. Jawaban tersebut dinamakan dengan berpikir induktif-analitis.‖23
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah pekerja media (Tim produksi MT) kerutinan
media, dan representasi NET sebagai media massa (aspek yang diteliti meliputi
organisasi media, institusi sosial di luar media, dan sistem sosial yang ada di
dalam media). Objek yang diteliti adalah program MT episode ―Kehidupan Umat
21
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), h.192. 22
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), h. 4-6. 23
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
h.6.
14
Muslim di Selandia Baru (07 Juni 2016),‖ ―Mubalig Muda Asal Indonesia di New
Zealand (16 Juni 2016),‖ dan ―Kehidupan Keluarga Muslim Maori (25 Juni
2016)‖ yang tayang di NET.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu terhitung dari Januari
hingga Maret 2017. Penulis melakukan wawancara penelitian di PT NET MEDIA
TELEVISI, The East Tower Lt. 27-29 Jl. Dr. Ide Agung Gede Agung Mega
Kuningan, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia. Selain itu penulis juga
melakukan wawancara dengan Ketua Infokom MUI yang berlangsung di Jl. Ir. H.
Juanda No. 95 Ciputat.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Salah satu teknik pegumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara. Wawancara tersebut dilakukan peneliti kepada tim produksi MT yaitu
Cahyo Wibowo (Produser Eksekutif), Hadini Amalia (Produser), Annisa Pratiwi
(Reporter), dan Nugroho Eko (Video Jurnalis). Penulis juga melakukan
wawancara dengan Ketua Infokom MUI, Asrori S Karni.
Bentuk wawancara yang peneliti lakukan yakni wawancara terstruktur dan
mendalam. Alasan penggunaan wawancara terstruktur dan mendalam adalah
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. ―Protokol wawancara berbentuk terbuka artinya narasumber mengetahui
bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara
15
itu. Narasumber tidak dibatasi dalam memberikan jawaban sepanjang tidak keluar
dari konteks pembicaraan.‖24
Selain itu, lewat wawancara mendalam, peneliti
bertujuan untuk ―mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar
berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi subjek penelitian.‖25
b. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan cara peneliti untuk mendapatkan
data dengan terlibat langsung dalam kegiatan yang akan diteliti. Obeservasi
dilakukan peneliti dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada stasiun
televisi NET. PKL berlangsung selama sebulan pada tanggal 8-31 Maret 2017.
Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati, bertanya langsung, dan
mencari tahu kepada crew yang berkerja pada program MT.
Marshall menyatakan bahwa ―Through observation, the researcher is able
to discover the recurring patterns of behavior, interactions, and relationships.
After these patterns are identified and described through early anlysis of field
notes, checklists might become more appropriate..‖ ―(Melalui observasi, peneliti
mampu mengungkap pola perilaku, interaksi, dan hubungan yang berulang.
Setelah pola ini diidentifikasi dan dijelaskan melalui analisis awal dalam catatan
yang ada di lapangan, daftar catatan analisis (yang ada di peneliti) mungkin akan
lebih sesuai..)‖26
―Alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah;
pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya;
pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 138. 25
Sulistyo dan Basuki, Metode Penelitian, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006), h. 17. 26 Catherine Marshall, Designing Qualitative Research, (New York: SAGE Publications,
2016), h.229.
16
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang
diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.‖27
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen.28
Menurut Burhan Bungin, ―bahan dokumen adalah informasi yang
disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.‖29
Bahan dokumen
yang dipakai oleh peneliti dalam skripsi ini yaitu tayangan MT episode
―Kehidupan Umat Muslim di Selandia Baru‖ (07 Juni 2016), ―Mubalig Muda
Asal Indonesia di New Zealand‖ (16 Juni 2016), dan ―Kehidupan Keluarga
Muslim Maori‖ (25 Juni 2016).
Selain itu peneliti juga mencari kutipan-kutipan pernyataan subjek
penelitian di media massa, teks pidato, ataupun teks di new media yang sesuai
dengan judul penelitian. Kemudian ada juga data yang bersumber dari slide
presentasi dan artikel-artikel di internet. Selain sebagai pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif, alasan
penggunaan teknik dokumentasi yang lain adalah menaikkan tingkat kredibilitas
hasil penelitian kualitatif.30
d. Literatur
Literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan.31
Literatur yang
penulis jadikan referensi adalah jurnal penelitian tentang subjek dan objek
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 125-126. 28
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013) cet. Ke-4 h.73. 29
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h.122. 30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005) h. 83. 31
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, h.122.
17
penelitian yang akan diteliti. Penulis juga melakukan penelitian pustaka (library
research) yang berhubungan dengan teori yang dipakai di bab II. Alasan
penggunaan teknik literatur adalah sebagai secondary resources yang relevan
sebagai bahan informasi atau data bahan penunjang penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan
penelitian untuk dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklasifikasikannya dengan kerangka teori kemudian disimpulkan. Pengolahan
data menggunakan teori hirarki pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.
Reese yang memandang bahwa dalam memaknai realitas dalam isi media terdapat
lima tingkatan yang memengaruhi isi media tersebut, masing-masing tingkatan
tersebut adalah level pengaruh individu pekerja media, level kerutinan media;
level organisasi media, level institusi sosial, serta terakhir, level sistem sosial.32
7. Pedoman Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk
mengikuti aturan tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman
karya ilmiah Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.33
32
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 8-9. 33
Hamid Nasuhi, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta:
CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 1-56.
18
F. Bingkai Teoritis
Gambar 3: Bingkai Teoritis
Sumber : Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century:
A Media Sociology Perspective, 201434
Bingkai teoritis di atas menjelaskan bahwa tayangan Islam di Selandia
Baru dalam program MT NET dipengaruhi oleh lima hirarki pengaruh media yang
34
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 7-11.
19
diungkapkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese.35
Teori ini
menjelaskan bahwa isi dari media massa dipengaruhi oleh faktor internal dan
ekstenal media yang berjumlah sebanyak lima level (individu pekerja media,
kerutinan media, organisasi media, institusi sosial, dan sistem sosial). Kelima
level hirarki tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling memberikan pengaruh
terhadap isi media massa.36
Pengaruh dari dalam organisasi media seperti individu pekerja media
(karakteristik dan latar belakang pekerja media, sikap, nilai, dan keyakinan serta
peran dan bingkai etis pekerja media) kerutinan media (sumber informasi,
organisasi media, dan penonton) dan organisasi media. Sementara dari luar
organisasi media yaitu institusi sosial (sumber berita, kebijakan dan kontrol
pemerintah, pengiklan dan penonton, public relations, kelompok kepentingan dan
pangsa pasar) dan sistem sosial (ideologi, ekonomi, politik, dan kultural).
G. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa tinjauan pustaka yang
pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis.
Beberapa di antaranya yaitu:
1. Judul skripsi ―Hirarki Pengaruh dalam Talkshow Sarah Sechan.‖37
Skripsi
ini disusun oleh Destri Lantika Asti dari Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Persamaan skripsi ini yaitu kesamaan teori yang
35
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 11. 36
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 7-15. 37
Destri Lantika Asti, ―Hirarki Pengaruh dalam Talkshow Sarah Sechan,‖ (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta,
2014), h. 7.
20
dipakai yaitu teori hirarki pengaruh dan subjek penelitian. Sedangkan
objek penelitian berbeda dengan yang diteliti oleh penulis. Destri meneliti
hirarki pengaruh dalam program talk show Sarah Sechan dan
mengkhususkan hanya pada segmen yang mengundang bintang tamu dari
HijUp.com. Destri tidak menemukan adanya pengaruh kayakinan dari
level individu terhadap talk show ini. Berdasarkan penemuannya, segala
hal yang bersifat religius dalam talk show Sarah Sechan bukan dipengaruhi
latar belakang agama tim produksi, melainkan karena bertepatan dengan
momentum tertentu saja, seperti Ramadhan.
2. Skripsi yang disusun oleh Anisa Aristiani dengan judul ―Hirarki Pengaruh
terhadap Pemberitaan Jilboobs di Detik.com,‖ Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 38
Anisa menggunakan teori
yang sama dengan penulis untuk mencari pengaruh dari dalam dan luar
Detik.com terhadap isi pemberitaan jilboobs. Sedangkan perbedaan
terletak pada subjek dan objek penelitian. Anisa memilih media massa
internet yaitu portal berita Detik.com, sedangkan penulis memilih media
massa televisi yaitu NET. Berdasarkan hasil penelitian Anisa, dua level
yang paling memengaruhi pemberitaan jilboobs di Detik.com adalah
individu pekerja media dan ekstra media.
38
Anisa Aristiani, ―Hirarki Pengaruh terhadap Pemberitaan Jilboobs di Detik.com,‖
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syaif
Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 9.
21
3. Skripsi ―Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi pada Laporan Utama
Majalah Tempo Edisi April-Juni 2014,‖ karya Nurfajria dari Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.39
Persamaan skripsi ini yaitu penulis yang juga menggunakan teori hirarki
pengaruh, tetapi subjek dan objek penelitian berbeda dengan yang diteliti
oleh penulis. Nurfajria memaparkan jika level yang berpengaruh secara
signifikan terhadap pemberitaan tentang Jokowi pada laporan utama
majalah Tempo edisi April-Juni 2014 adalah faktor individual, kerutinan
media, dan ekstra media. Sementara faktor organisasi tidak berpengaruh.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika
penulisan karya ilmiah ini yaitu bab I merupakan bab pendahuluan, yang terdiri
atas delapan sub bab yaitu latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, bingkai teoritis, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
Selanjutnya, bab tentang kajian teoritis dibahas di bab II. Pada bab ini
berisi kerangka teori yang meliputi: teori hirarki pengaruh (level individu, level
kerutinan media, level organisasi, level institusi sosial, dan level sistem sosial),
kemudian penjelasan tentang konseptualisasi program televisi, dokumenter
televisi, media massa, dan komunkasi dakwah.
39
Nurfajria, ―Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokwi pada Laporan Utama Majalah Tempo
Edisi April-Juni 2014,‖ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 10.
22
Sebagai gambaran umum skripsi, bab III berisi profil NET: Televisi Masa
Kini, gambaran umum program MT, geliat Islam di Selandia Baru, dan citra
spiritual dalam layar kaca. Untuk hasil temuan dan analisis hirarki pengaruh pada
program MT yang dihubungkan dengan argumentasi serta teori dibahas secara
mendalam dan terperinci pada bab IV. Akhirnya bab ke V yang merupakan bab
penutup, memuat kesimpulan penelitian dan sekaligus untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah, serta menyampaikan saran-
saran dan lampiran-lampiran yang terkait dengan penelitian.
23
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Hirarki Pengaruh
Gambar 4: Model Hirarki Pengaruh Shoemaker & Reese
Sumber: Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century: A
Media Sociology Perspective, 20141
Teori Hirarki Pengaruh pertama kali diungkapkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese.2 Teori ini menjelaskan bahwa isi pemberitaan
di media massa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal organisasi media.3
Mulai dari lingkaran terkecil, pada level individu pekerja media; kerutinan media;
organisasi media; institusi sosial; hingga yang terakhir, sistem sosial. Masing-
masing lingkaran tersebut menurut Shoemaker dan Reese memiliki karakter yang
1 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
(New York: Routledge, 2014), h. 9. 2 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message: Theories of
Influences on Mass Media Content 2nd Edition, (New York: Longman Publishers, 1996), h. 11. 3 Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), h. 277.
24
berbeda namun keseluruhannya membentuk sistem yang tak terpisahkan satu
sama lain.4
1. Level Individu Pekerja Media
Terdapat tiga faktor intrinsik pada pekerja media yang dapat memengaruhi
isi media. ―Pertama, ialah karakteristik pekerja dan latar belakang pekerja media.
Kedua, ialah sikap, nilai, dan keyakinan pekerja media (misalnya agama: orientasi
religius dan keberpihakan politik seorang jurnalis). Terakhir, peran dan bingkai
etis pekerja media.‖5
a. Faktor Karakteristik dan Latar Belakang Pekerja Media
Dimensi-dimensi yang turut membentuk latar belakang seorang wartawan
adalah ―jenis kelamin, pendidikan, orientasi seksual, etnis, dan apakah ia berasal
dari kaum kebanyakan atau kaum elite.‖6 Kecuali dimensi-dimensi bawaan lahir
seperti jenis kelamin, dimensi-dimensi yang membentuk latar belakang seseorang
pun sebenarnya terbentuk oleh keadaan sosial yang melingkupinya. Wartawan
dilingkupi oleh keadaan sosial dengan corak produksi kapitalis.7
b. Faktor Sikap, Nilai, dan Keyakinan Pekerja Media
Menurut Shoemaker dan Reese faktor sikap, nilai, dan keyakinan pekerja
media tidak terlalu memberikan efek yang signifikan terhadap sebuah
pemberitaan. Hal ini disebabkan karena ―pengaruh yang lebih besar di level
4 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 8-9. 5 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 209. 6 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 211-217. 7 Azhar Irfansyah, ―Rutinitas Berita dan Sinisme terhadap Buruh,‖ dalam Yovantra Arief
dan Wisnu Prasetya Utomo, ed., Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia Pasca Orde
Baru (Yogyakarta: INSISTPress dan Remotivi, 2015), h. 64.
25
organisasi dan kerutinan media. Meskipun tidak begitu kuat, faktor sikap, nilai,
dan keyakinan secara tidak langsung dapat memberikan efek pada pemberitaan
yang dikonstruk oleh seorang jurnalis.‖8
c. Faktor Peran dan Bingkai Etis Pekerja Media
―Dalam mekanisme mediasi pesan, peran pelaku media terbagi
menjadi dua, yaitu mereka yang memilih untuk netral atau sebagai
partisipan dari peristiwa. Wartawan yang menganggap dirinya netral
hanyalah sarana transimisi pesan belaka. Wartawan jenis ini lebih
berkonsentrasi pada khalayak luas. Sedangkan, wartawan partisipan akan
lebih memiliki semangat kritisisme serta melakukan penyelidikan atas
berbagai klaim. Mereka tidak sekedar mendudukkan diri sebagai
perantara.‖9
Dalam bingkai etis, Shoemaker dan Reese mengutip hasil penelusuran atas
esensi jurnalisme yang dilakukan oleh Kovach dan Rosentiel yaitu kepercayaan
pada bingkai etis, seperti elemen jurnalisme, sangat memengaruhi bagaimana
seorang individu jurnalis memproduksi berita.10
―Meski pada praktiknya terdapat
beberapa hal yang masih dalam wilayah perdebatan, termasuk semakin
merebaknya media daring, dengan kultur internet, yang membuat konsepsi etika
jurnalisme yang dapat diterapkan secara umum dan universal semakin sulit
dirumuskan.‖11
8 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 82.
9 Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 230-231. 10
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 234. 11
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 234-235.
26
Gambar 5: Cara kerja faktor intrinsik pekerja media memengaruhi isi media
Sumber: Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century: A
Media Sociology Perspective, 201412
Gambar di atas menunjukkan hubungan di antara faktor-faktor instrinsik
jurnalis yang melatarbelakangi isi media. Karakteristik, latar belakang dan
pengalaman individu memengaruhi sikap, nilai, dan keyakinan yang dimiliki
jurnalis dan juga memengaruhi pengalaman dan latar belakang profesinya.
Sebagai contoh, pendidikan terakhir, lingkungan tempat jurnalis dibesarkan, dan
12
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 210.
27
karakteristik pribadi jurnalis akan memengaruhi sikap, dan keyakinan yang
dipegangnya selama menjadi seorang jurnalis dan juga akan memengaruhi
pengalaman dan dedikasinya sebagai seorang jurnalis.
Pengalaman dan dedikasi selama menjadi jurnalis kemudian membentuk
bagaimana peranan dan etika jurnalis yang secara langsung memengaruhi isi
media. Sedangkan sikap, nilai, dan keyakinan jurnalis secara tidak langsung
memengaruhi isi media sebatas wewenang jurnalis tersebut dalam organisasi
media.13
2. Level Kerutinan Media
Karl Mannheim mengatakan bahwa ―tiap individu tidak berpikir dengan
sendirinya. Seseorang hanya berpartisipasi dalam memikirkan lebih jauh apa yang
telah dipikirkan oleh orang lain sebelumnya. Mereka berbicara dalam bahasa
kelompoknya dan berpikir dengan cara pikir kelompoknya.‖14
Hal tersebut serupa
dengan kerutinan yang terdapat pada organisasi media massa. Menurut
Shoemaker dan Reese, ―Kerutinan media terbentuk oleh tiga unsur utama yaitu;
sumber informasi (suppliers of information); organisasi media (processor); dan
penonton (consumers). Tarik-menarik ketiga unsur tersebut merupakan respon
praktis atas kebutuhan organisasi media dalam pembentukan kerutinan media.‖15
a. Sumber Informasi (suppliers of information)
Sumber informasi adalah hal fundamental dalam bisnis media massa.
Tanpa sumber informasi, tentu kerutinan media akan mati. Sumber informasi
dapat berasal dari mana saja seperti ―lembaga pemerintah, lembaga swasta,
13
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 65. 14
Karl Mannheim, Ideology and Utopia, (London: Routledge, 1936), h. 3. 15
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 167.
28
konferensi pers, pidato tokoh terkenal, acara seremonial, orang yang ahli dalam
bidang khusus, dan sebagainya.‖16
Dalam hal mencari sebuah berita, seorang
jurnalis harus memikirkan apa yang menarik bagi penonton dan yang ingin
penonton ketahui. Mengetahui apa minat penonton adalah penting dalam
menciptakan nilai-nilai berita.17
Nilai-nilai berita tersebut yaitu:
1) Menonjol dan Penting
Pentingnya sebuah peristiwa diukur berdasarkan seberapa besar
dampaknya bagi khalayak. Berita mengenai kematian, lebih penting
daripada berita mengenai kerusakan sebuah properti.
2) Konflik dan Kontroversi
Harus diakui berita mengenai konflik dan kontroversi pada
dasarnya lebih menarik ketimbang berita mengenai perdamaian. Sebuah
isu penting yang beredar luas di masyarakat biasanya berasal dari konflik
dan kontroversi.
3) Tidak Biasa
Khalayak akan lebih tertarik untuk membaca atau menonton berita
yang janggal, aneh, atau tidak biasa. Orang-orang akan mengabaikan
sebuah berita yang sudah biasa atau pernah dia ketahui, dan
menganggapnya sebagai berita yang membosankan.
4) Sisi Kemanusiaan
Yang menarik adalah orang-orang akan membaca atau menonton
berita yang tidak memiliki efek langsung terhadapnya. Seperti berita
mengenai selebritis, gosip politik, hingga drama kehidupan. Asumsi dasar
16
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 46. 17
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 171.
29
yang membuat penonton tertarik adalah kehidupan selebritis ataupun
tokoh politik jauh berbeda dengan kehidupan yang penonton alami.
5) Aktual
Banyak penonton yang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi
sekarang. Maka dari aktualnya sebuah berita sangatlah penting. Berita
yang tepat waktu tentu akan lebih disukai khalayak.
6) Kedekatan
Kedekatan peristiwa terhadap khalayak dianggap lebih memiliki
nilai berita. Kedekatan sendiri terbagi menjadi dua yaitu psikologi dan
demografi. Semakin dekat berita itu dengan khalayak, semakin menarik
untuk dibaca. Orang-orang yang hidup di suatu daerah, akan menyukai
berita-berita lokal yang ada di daerah mereka.18
b. Organisasi Media (Processor)
Dalam tingkat kerutinan media, kita dapat melihat apa sebenarnya tujuan
yang ingin dicapai oleh industri media, ―kualitas naskah dan tayangan yang sesuai
dengan realitas atau justru hanya berorientasi keuntungan saja. Sejatinya tingkat
kerutinan yang tinggi dan tidak terkontrol dapat berpengaruh buruk terhadap
kualitas isi media dikarenakan kurangnya observasi tentang realitas yang akan
diangkat menjadi sebuah berita.‖19
―Apa yang diterima media massa dipengaruhi oleh praktik-praktik
komunikasi sehari-hari komunikator, termasuk deadline/batas waktu dan kendala
waktu lainnya, nilai berita, standar objektivitas, dan kepercayaan reporter pada
18
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 171. 19
Iding Rosyidin dan Gun Gun Heryanto, ―Konstruksi Citra Partai Islam pada Pemilu
2014 Pendekatan Fikih-Siyasah,‖ Ijtihad, Volume 15 (Juni 2015): h. 8.
30
sumber-sumber berita.‖20
Menurut Shoemaker dan Reese, ―kerutinan telah
menciptakan pola sedemikian rupa yang terus diulang oleh para pekerjanya.
Kerutinan yang menciptakan sistem dalam media sehingga media tersebut bekerja
dengan cara yang dapat diprediksi dan tidak mudah untuk dikacaukan.‖21
―Menyeleksi berita sesuai minat penonton atau pembaca adalah
tugas keseharian bagi seorang editor berita. Dalam media massa televisi,
produser-lah yang bertugas layaknya seperti editor. Standar sebuah berita
dari setiap perusahaan media mungkin berbeda-beda. Maka dari itu, layak
atau tidaknya sebuah berita untuk ditayangkan bergantung pada seorang
produser.‖22
c. Penonton (consumers)
Media menghabiskan banyak uang untuk mempelajari penonton mereka.
―Media massa terutama televisi biasanya mengandalkan lembaga pemeringkat
rating (program) televisi seperti Nielsen dan Arbitron. Media harus tahu
karakteristik penonton dan apa yang disukai oleh penonton. Hal ini dilakukan
karena pengiklan menuntut akan hal itu.‖23
―Ketergantungan media terhadap khalayak akan menghasilkan
keuntungan bagi media. Itulah kenapa media sangat memperhatikan unsur
pemirsa atau penonton dalam pemilihan berita. Selain itu media massa
juga menggunakan sosial media untuk mengetahui hal apa saja yang
sedang dibicarakan saat ini oleh pemirsanya. Di sisi lain, media pun harus
selalu membuat berita yang objektif, faktual, dan terpercaya. Jadi,
pemberitaan sebuah media tidak selalu mengikuti apa kemauan dari
pemirsa, namun juga mengikuti fakta yang ada di lapangan.24
20
Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa, h. 277-278. 21
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 105-108. 22
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 178-180. 23
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 169. 24
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 110.
31
―Sebuah permintaan dari pemirsa untuk teknologi tertentu (seperti televisi
kabel atau broadband bagi pengguna internet) juga dapat memengaruhi
bagaimana sumber menyediakan informasi kepada media.‖25
Gambar 6: Piramida Kerutinan Media
Sumber: Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century: A
Media Sociology Perspective, 201426
3. Level Organisasi Media
Menurut Turow, ―sebuah organisasi media dapat didefinisikan sebagai
entitas sosial, formal atau ekonomi yang mempekerjakan pekerja media dalam
usaha untuk memproduksi isi media.‖27
Organisasi tersebut memiliki ikatan yang
jelas dan dapat diketahui dengan mudah, mana yang menjadi anggotanya dan
mana yang bukan. ―Terdapat tujuan yang jelas yang menciptakan
kesalingtergantungan antara bagian-bagiannya dan struktur yang birokratis.
Anggota-anggotanya memiliki spesialisasi fungsi yang jelas dan peran yang
25
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 168. 26
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 169. 27
Turow, Media Industries: The Production of News and Entertainment, (London:
Longman, 2001), h. 8-9.
32
terstandarisasi.‖28
Bagan struktur organisasi yang dimiliki sebuah organisasi
media massa membantu menjelaskan empat pertanyaan penting, yaitu: ―Apa peran
organisasi; Bagaimana organisasi terstruktur; Apa saja kebijakan yang ada dan
bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan; dan Bagaimana kebijakan
tersebut dijalankan.‖29
―Dalam organisasi media terdapat tiga tingkatan posisi. Pertama
ialah pekerja garda depan seperti penulis, reporter, staf kreatif yang
bertugas mengumpulkan dan mengemas bahan mentah. Kedua ialah
tingkat menengah yaitu manajer, editor, produser dan lainnya yang
bertugas mengoordinasikan proses dan menjembatani komunikasi antara
posisi atas dan bawah dalam organisasi. Ketiga ialah posisi tingkat atas
dalam perusahaan yang bertugas membuat kebijakan organisasi, membuat
anggaran, mengambil keputusan-keputusan penting, melindungi
perusahaan dari kepentingan politik dan komersial, dan saat dibutuhkan
melindungi pekerjanya dari tekanan luar.‖30
―Organisasi media memiliki beberapa tujuan dan menghasilkan uang
sebagai salah satu yang paling umum digunakan. Tujuan-tujuan organisasi media
ini bisa berdampak pada isi tayangan/berita melalui berbagai cara.‖31
4. Level Institusi Sosial
Selain faktor individu dan karakteristik organisasi media, isi media juga
dipengaruhi oleh faktor di luar media, yaitu institusi sosial.32
Dalam level institusi
sosial menjelaskan bahwa ―media memiliki hubungan dengan kelembagaan sosial
lainnya di masyarakat. Hubungan yang bisa bersifat koersif atau kolusif dan bisa
28
Turow, Media Industries: The Production of News and Entertainment, h. 20-24. 29
Pamela J. Shoemaker &Stephen D. Reese, Mediating the Message: Theories of
Influences on Mass Media Content, h. 142-144. 30
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message: Theories of
Influences on Mass Media Content, h. 151. 31
Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa, h. 278. 32
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 95.
33
membentuk konten media. Semakin kuat pihak-pihak yang terlibat, semakin besar
kemungkinan mereka untuk masuk ke dalam hubungan simbiosis kolaboratif.‖33
―Media berpijak pada beragam sumber bagi isi media, dari sumber
resmi pemerintah hingga kelompok-kelompok kepentingan, yang nampak
dapat menggunakan pengaruh. Periklanan dan hubungan masyarakat
(public relations) mewakili investasi massal dalam membentuk diskursus
media dan keuntungan institusional, serta pengaruh mereka dapat diisolasi
dan diukur dalam hal-hal yang spesifik. Kebijakan dan kontrol pemerintah
menimbulkan dampak langsung dan jelas pada media, baik itu bersifat
membatasi dalam hal penyensoran maupun bersifat menyokong dalam hal
subsidi media, dan hal ini lebih umum terjadi di negara-negara demokrasi
yang lebih maju.‖34
“Marketplace komersial yang mengalami pergeseran, bagi media adalah
lingkungan yang pas dan sebuah pengaruh yang penting, terutama bagi bisnis
berita yang terus berubah, yang menuntut perhatian penuh pada pencarian model
bisnis baru yang dapat menjamin kualitas media.‖35
―Media adalah bagian dari institusi sosial yang terhubung dengan
kelembagaan sosial lain yang memiliki kuasa tertentu. Hubungan tersebut
secara tidak langsung akan memengaruhi proses mediasi pesan.
Shoemaker dan Reese meminjam argumen Manuel Castells bahwa media
adalah ruang yang terlembagakan secara umum, dengan logika dan
organisasi yang dipengaruhi oleh struktur politik.‖36
5. Level Sistem Sosial
Level sistem sosial adalah level paling luar dalam hirarki pengaruh isi
media. Shoemaker dan Reese meletakkan sistem sosial sebagai struktur yang
menghubungkan antara masyarakat secara umum dengan institusi yang diciptakan
oleh masyarakat itu sendiri. Sistem sosial sangat luas. Shoemaker dan Reese
sendiri menyederhanakannya dalam empat sub-sistem: ideologi, ekonomi, politik,
33
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 95. 34
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 127. 35
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 127. 36
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 95.
34
dan kultural.37
―Keempat wilayah tersebut berada dalam wilayah paling makro
dan kadang sulit untuk dideteksi. Kadang kita akan cenderung menganggap
sesuatu yang umum, lumrah saja terjadi, sesuatu yang secara hegemonik akan kita
terima sebagai kewajaran, taken for granted.”38
―Sistem sosial adalah pondasi di mana isi media dibentuk, basis
level makro di mana pengaruh-pengaruh dari level lain bersandar.
Karakteristik sistem sosial memengaruhi interaksi dari institusi-institusi
sosial, eksistensi dan wajah dari organisasi media, tipe rutinitas yang
diadopsi, dan nilai-nilai individu. Pada kenyataannya, dalam kebanyakan
kasus, untuk bisa menjadi berita, sebuah peristiwa haruslah juga melewati
sekian banyak rutinitas kerja media dan kebijakan-kebijakan yang berlaku
di organisasi-organisai media, bahkan meski peristiwa tersebut
menimbulkan reaksi dari institusi-institusi sosial.‖39
―Menyampaikan informasi mengenai suatu peristiwa kepada pemirsa
(bahkan walau hanya satu peristiwa) adalah sebuah proses yang kompleks, dan
meskipun kekuatan-kekuatan sistem sosial begitu kuat, tidak berarti kekuatan-
kekuatan itu akan kuat pada setiap momen.‖40
―Ada varian substansial dalam topik-topik berita, dan bagaimana
topik-topik itu diperlakukan tidak selalu sejalan dengan kehendak pemilik
media atau elit-elit berkuasa lainnya. Level-level tersebut saling
berinteraksi satu sama lain, saling menghambat, juga saling menyokong,
namun tidak secara langsung menjadi penyebab bagi satu sama lainnya.‖41
37
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 69-74. 38
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 94. 39
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 93. 40
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 94. 41
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 94.
35
Tak hanya Shoemaker dan Reese, Denis McQuail juga mengungkapkan
bahwa ada lima tingkatan yang dapat memengaruhi konten media. Tingkatan
tersebut di antaranya individual, organisasi, media/industri/institusi, masyarakat,
dan internasional.42
Gambar 7: Organisasi Media Massa:tingkat-tingkat analisis
Sumber: Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 201143
Sayangnya, McQuail tidak menyebutkan secara rinci apa saja penjelasan
dari setiap tingkatan di atas. McQuail hanya menjelaskan jika individu atau
komunikator massa memiliki peran penting dan menjadi subjek bagi organisasi
media tempat ia bekerja. Individu pekerja media juga memiliki kebebasan dalam
menentukan tempatnya di dalam organisasi. Selain itu McQuail mengakui jika
42
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, (Jakarta: Salemba Humanika,
2011), h. 7. 43
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, h. 7.
36
media memang memiliki hubungan dengan agensi lain dari masyarakat dan
institusi media yang lebih luas (internasional).44
Jika ditarik kesimpulan, baik Shoemaker dan Reese maupun McQuail sama-
sama menjadikan individu pekerja media, organisasi media, dan institusi di luar
media sebagai unsur yang ikut andil memengaruhi konten media. Namun dalam
hal ini, penulis akhirnya memilih teori hirarki pengaruh Shoemaker dan Reese
sebagai grand theory dalam skripsi ini.
B. Konseptualisasi Program Televisi
1. Pengertian Program Televisi
Menurut Morissan, program adalah ―segala hal yang ditampilkan stasiun
penyiaran untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya. Kata ―program‖ berasal dari
bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana.‖45
―Program siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen
dari isi siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan. Dapat dikatakan
bahwa, siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa
program siaran. Masing-masing program siaran ini menempati slot waktu
tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari jenis
programnya apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita. Slot waktu
masing-masing program ini dirancang sesuai dengan tema program itu
(programming) sehingga menjadi satu jadwal siaran tiap harinya.‖46
2. Jenis Program Televisi
Setiap hari televisi menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya
sangat banyak dan beragam. Selama ide program itu menarik, disukai khalayak,
dan tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku,
bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi. Kreativitas pun harus
44
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, h. 7-8. 45 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 209-210. 46
Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah,Organisasi,
Operasional, dan Regulasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 159-160.
37
dimiliki oleh pengelola lembaga penyiaran demi menghasilkan berbagai program
yang menarik.47
Menurut Morrisan, ―umumnya berbagai jenis program dikelompokkan
menjadi dua bagian besar yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program
hiburan (entertainment).‖
―Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu
berita keras (hard news) merupakan laporan berita terkini yang harus
segera disiarkan dan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari
fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga
kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show), dan
pertunjukan.‖
Dalam hal ini penulis hanya menjelaskan konsep yang sesuai dengan
skripsi ini yaitu pengertian program informasi, softnews, dan dokumenter.
Program Informasi
Sesuai dengan namanya, program infomasi di televisi memberikan banyak
informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton. Program informasi adalah
jenis siaran yang bertujuan memberikan tambahan pengetahuan (informasi)
kepada khayalak. Informasi menjadi ―daya tarik‖ dan ―dijual‖ kepada khalayak.
Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras (hard
news) dan berita lunak (soft news).48
Berita Lunak (Soft News)
―Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting
dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak
bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini
ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita. Program
yang masuk ke dalam kategori soft news adalah current affair, magazine,
dokumenter, dan talk show.‖49
47
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, h. 218-
219. 48 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 218-219. 49
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 221.
38
Dokumenter.
Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran
dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter
yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh,
atau kehidupan suatu masyarakat (misalnya, suku terasing) atau kehidupan hewan
di padang rumput, dan sebagainya.50
Gambar 8: Jenis Program Televisi
Sumber: Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, 201151
50
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 221-222. 51
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 222.
39
C. Konseptualisasi Dokumenter Televisi
Konsep film faktual dan film dokumentasi yang berkolaborasi
menghasilkan suatu karya film dokumenter atau di program televisi disebut
sebagai dokumenter televisi.52
Film dokumenter menurut Paul Rotha adalah
―mengombinasikan seni pembuatan film, seni produksi, dan penulisan
jurnalistik.‖53
Selanjutnya, Sosuke Yasuma menjelaskan, “Documenter
programme to show audience what has never been seen, what has never been
told” “(menunjukkan segala sesuatu yang belum pernah penonton lihat dan belum
diketahui).‖54
―Dokumenter televisi adalah program dokumenter dengan tema
topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi
(dengan voice over, hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan
tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik
sebagai penunjang gambar visual (picture story).‖55
Pada dasarnya program dokumenter dapat dibuat hanya dengan satu orang
saja yaitu produser dengan menggunakan peralatan sederhana. Produser dituntut
untuk mandiri (tidak bergantung pada apapun, tidak terikat, pembuatnya bebas
mengekspresikan ide-ide mereka tanpa ada tekanan dari pihak mana pun). Adapun
program dokumenter yang membutuhkan dukungan peralatan dan kru lengkap
tentunya dapat disesuaikan.56
Berdasarkan realitas saat ini, konsumen dokumenter yang paling potensial
masih penonton televisi, khususnya di Indonesia. ―Beberapa jenis dan bentuk
52
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.
315. 53
Paul Rotha, dkk., Documentary Film, (New York: Communications Art Books, 1949),
h. 70. 54
Sosuke Yasuma, Television Documentary Production, (Tokyo: Text Book, 2003), h. 5. 55
Ayawaila Gerzon R, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV IKJ
Press, 2009), h. 30. 56
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 319.
40
pengembangan dokumenter televisi di Indonesia contohnya: expository
dokumenter (penutur tunggal narator), dokumenter drama, news features, reality
show, dan laporan investigasi.‖57
Film dokumenter yang diproduksi sebagai karya
program dokumenter memilki ciri khas seperti:
Durasi program pendek, menyesuaikan pada batasan jam tayangan pada
stasiun televisi. Durasi program, disesuaikan dengan isi dan pamaparan
yang telah direncanakan (structure) untuk konsumen televisi, yaitu
unsur informasi, ilmu pengetahuan, dan yang dominan unsur hiburan
yang kreatif.
Tipe shot kamera yang dibatasi berdasarkan kontinuitas gambar yang
sewajarnya, dimana teleh berlaku umum pada stasiun televisi,
khususnya memperhitungkan etika dan estetika dari gambar
berdasarkan rambu-rambu penyiaran, budaya yang dijunjung tinggi
sebagai seorang broadcaster profesional.
Tujuan pembuatan dokumenter untuk disiarkan pada slot tayang di
stasiun televisi.58
―Dahulu fim dokumenter di TVRI menyajikan flora dan fauna,
National Geographic, History Channel, dan Discovery Channel. Tetapi
sekarang banyak program dokumenter televisi yang lebih populer dengan
isu hangat yang menarik, dinamis dan berbasis teknologi. Film dokumenter
merekam adegan dengan nyata dan faktual (bukan rekayasa) untuk
kemudian dibentuk menjadi seperti program fiksi dengan creative
treatment (membuat kejadian yang terlihat biasa, tanpa rekayasa menjadi
istimewa di mata orang lain). Maka pengertian program dokumenter
57
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 314. 58
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 314-315.
41
merupakan fakta yang mengandung pemikiran, ide, dan sudut pandang
idealisme si pembuat program.‖59
1. Jenis Dokumenter Televisi
Menurut Gerzon R. Ayawaila terdapat 12 jenis film dokumenter yaitu
―dokumenter laporan perjalanan, dokumenter sejarah, dokumenter potret/biografi,
dokumenter perbandingan, dokumenter kontradiksi, dokumenter pengetahuan,
dokumenter nostalgia, dokumenter rekonstruksi, dokumenter investigasi,
dokumenter seni, dokumenter buku harian, dan dokumenter dokudrama.‖60
Dalam
hal ini, penulis hanya menjelaskan jenis-jenis dokumenter yang sesuai dengan
program MT yaitu dokumenter laporan perjalanan, sejarah, dan potret/biografi.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis dokumenter di atas.
a. Dokumenter Laporan Perjalanan
―Pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para Ahli
Etnolog atau Etnografi yang merekam perjalanan ekspedisi penelitian ke
Alaska dan Siberia. Namun dalam perkembangannya bisa membahas
banyak hal dari yang paling penting hingga hal kecil yang sesuai dengan
pesan dan gaya yang dibuat. Istilah yang sering digunakan untuk jenis
dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan
adventures film. Beberapa stasiun televisi di Indonesia bahkan membuat
program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah
(Trans TV), Jejak Petualang (Trans 7), Bag Packer (TV One) dan
sebagainya. Dikarenakan penayangannya di televisi, maka kedalaman
permasalahannya sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi.‖61
b. Dokumenter Sejarah
―Di awali saat meletusnya Perang Dunia I dan II, film dokumenter
sejarah menjadi senjata propaganda pihak-pihak tertentu yang sangat
menguntungkan dan sangat berpengaruh, pada saat itu film lebih
diposisikan sebagai propaganda. Ada tiga hal yang penting dalam film
dokumenter sejarah yaitu periode waktu (waktu sejarah), tempat (lokasi
peristiwa sejarah), dan pelaku sejarah tersebut. Pada era reformasi, peta
59
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 318. 60
Ayawaila Gerzon R, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, h. 37. 61
Ayawaila Gerzon R, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, h. 38.
42
film dokumenter sejarah diproduksi karena kebutuhan masyarakat akan
pengetahuan dari masa lalu.‖62
c. Dokumenter Potret/Biografi
―Dokumenter jenis ini jelas berkaitan dengan kehidupan seseorang
yang dianggap kisah hidupnya menarik ataupun menyedihkan. Bentuk
dokumenter ini umumnya berkaitan dengan aspek human interest,
sementara isi tuturan bisa merupakan kritik penghormatan, atau simpati.
Potret tidak harus mengenai seseorang atau individu, tetapi dapat pula
mengenai sebuah komunitas, sekelompok kecil individu atau sebuah
lokasi. Sedangkan biografi, jelas ini mengenai seorang tokoh atau individu,
selain mengenai profesi atau posisi juga dikupas dan diketengahkan
gambaran sejak masa kecil hingga dewasa.‖63
2. Riset Program Dokumenter Televisi
Riset untuk memproduksi program dokumenter harus fokus pada beberapa
hal berikut ini:
Aspek-aspek visual harus selalu dipikirkan dan diperhatikan.
Kerjasama dan komunikasi dengan penulis/produser, sutradara, dan juru
kamera.
Riset pendahuluan dengan melakukan analisis visi visual. (gambaran
untuk pengembangan ide).64
―Riset akan menolong kita untuk mengetahui unsur nyata dari
sebuah cerita. Inilah perlunya melakukan penelitian terhadap karakter dan
suatu peristiwa dengan cermat dan teliti. Semakin banyak referensi yang
dibaca, kita akan semakin luas membelah sebuah peristiwa. Kita akan
mudah menempatkan induk cerita dengan bagian kecil yang menjadi pilar
di dalam alur cerita. Semakin dalam kita mengenal karakter utama dan
pendamping dari cerita yang menarik, akan semakin gamblang kita
menyusun cerita ke cerita sehingga karya dokumenter ini akan mengalir
secara wajar.‖65
62
Ayawaila Gerzon R, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, h. 38-39. 63 Ayawaila Gerzon R, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, h. 45-48. 64
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 342-343. 65
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 343.
43
Adapun pembagian dari jenis data yang akan digunakan dalam penelitian
proses produksi dokumenter adalah:
Riset teks berupa data tulisan: buku, majalah, koran, surat, selebaran,
artikel, surat elekktronik, dan lain-lain. Fokus perhatian: premis,
pengemasan, struktur, gaya bahasa, tata bahasa, dan kosa kata.
Riset act berupa data audio/visual: film/video, drama, tarian, foto,
lukisan, poster, dan lain sebagainya.
Fokus perhatian video; angle kamera, fraaming/komposisi gambar,
pencahayaan/artistik, sekuen/scene, pemaknaan unsur gambar pada
konten cerita.
Fokus perhatian audio; teknik penulisan naskah, pemilihan dan
pengaturan sound-up dan sound-bite, pemilihan ilustrasi musik serta
sound effect, pemaknaan unsur suara pada konten cerita.
Riset art sculpture berupa data fisik: patung, ukiran, dan sebagainya.
Fokus perhatian; premis, struktur, pemaknaan unsur seni pahat.
Riset art music berupa data suara: bunyi-bunyian, musik, lagu. Fokus
perhatian; pemaknaan unsur suara pada birama.
Riset talk berupa data mengenai subjek, narasumber, wawancara,
obrolan, diskusi, dan lain-lain. Fokus perhatian; premis, dialek, gaya
bahasa, tata bahasa, kosa kata.
44
Riset artefak berupa data lokasi tempat kejadian/peristiwa: bangunan,
lanskap, puing dan sebagainya. Fokus perhatian: situasi makro,
ornamen lingkungan, gaya arsitektur.66
D. Konseptualisasi Media Massa
Komunikator pada media massa bekerja melalui aturan organisasi dan
pembagian kerja yang jelas.67
―Identitas yang dibawakan dan ditonjolkan oleh
komunikator adalah identitas organisasi atau kelompok, bukan semata-mata
identitas pribadi. Dalam hal ini dapat diambilkan contoh pada majalah Tempo,
yang terbit secara berkala setiap seminggu sekali.‖68
Penerbitan majalah ini
dilakukan secara terencana dan terorganisasi melalui struktur organisasi yang jelas
fungsinya.69
―Penulisan berita dan isi pesan memiliki gaya yang khas dan
seragam, setiap berita disampaikan dalam bentuk deskriptif lalu
ditambahkan dengan ulasan analitis. Kekhasan dan keseragaman isi pesan
majalah tersebut ditentukan oleh keseragaman kebijakan editorial, dan
setiap reporter akan menuliskan suatu peristiwa atau kejadian selaras
dengan kebijakn editorial yang ada.‖70
Proses komunikasi massa dalam model Schramm dapat diilustrasikan
sebagai berikut: ―Media menerima informasi dan berita dari berbagai sumber. Di
sini, tim redaksi berfungsi sebagai penyeleksi atas isi pemberitaan yang layak
untuk dimuat. Tim redaksi menjalankan fungsinya sebagai decoder, interpreter,
dan encoder.‖71
Dalam arti bahwa tim redaksi membaca, menilai, menyeleksi
berita-berita yang masuk dan memutuskan hal-hal yang layak di muat atau
66
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 343. 67
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), h. 7.7. 68
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.7. 69
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.7. 70
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.7. 71
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.13.
45
disiarkan media tersebut. Dalam prosedur ini, materi yang lolos seleksi seringkali
dimodifikasi oleh tim redaksi. Kegiatan selanjutnya adalah menyebarkan atau
menyiarkan pesan-pesan media tersebut pada khalayak.72
Menurut Sasa Djuarsa, ―media massa memiliki sembilan karakteristik isi
pesan seperti novelty (sesuatu yang baru), jarak (dekat atau jauh), popularitas,
pertentangan (konflik), komedi, seks dan keindahan, emosi, nostalgia, dan human
interest.‖73
Namun dalam skripsi ini, penulis hanya menjelaskan karakteristik isi
pesan media massa yang menurut penulis sesuai dengan program MT yaitu
novelty (sesuatu yang baru), jarak (dekat atau jauh), dan human interest.
Karakteristik isi Pesan Media Massa:
1. Novelty (Sesuatu yang baru)
Sesuatu yang baru merupakan unsur yang terpenting bagi suatu
pesan media. ―Khalayak akan tertarik untuk menonton suatu program
acara televisi, mendengarkan siaran radio atau membaca surat
kabar/majalah apabila isi pesannya dipandang mengungkapkan sesuatu hal
yang baru atau belum diketahui.‖74
Oleh karena itu, para redaksi media
berusaha keras untuk menampilkan informasi terbaru bagi khalayaknya.
2. Jarak (Dekat atau jauh)
Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya
peristiwa itu, mempunyai arti penting. ―Khalayak akan tertarik untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan
72
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.13. 73
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.15-7.17. 74
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.15.
46
lingkungannya. Peristiwa perkelahian pelajar di Jakarta akan lebih menarik
perhatian khalayak di Jakarta dibanding khalayak di Ambon.‖75
―Namun demikian, ketertarikan khalayak akan pesan tidak
hanya terbatas pada hal-hal yang dekat (secara fisik) dengan
kehidupan dan lingkungannya. Khalayak juga akan tertarik pada
hal-hal yang secara fisik jauh dari pengalaman hidup khalayak,
tetapi secara psikologis dekat dengan kehidupannya. Sebagai
contoh, berita tentang peristiwa pendaratan di bulan atas cerita
fantasi tentang kehidupan manusia di abad ke-30.‖76
3. Human Interest
―Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa
atau hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambaran tentang
kehidupan orang ini (cerita-cerita human interest) dapat dikemas dalam
bentuk berita, feature, biografi, dan berbagai bentuk acara deksriptif
lainnya.‖77
Oleh karena itu, untuk menarik perhatian khalayak diperlukan
keahlian wartawan dalam menggambarkan atau menuliskan unsur human
interest ini.78
E. Konseptualisasi Komunikasi Dakwah
―Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio bersumber
dari kata communis yang berarti ―sama.‖ Sama yang dimaksud adalah ―sama
makna.‖ Komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara kedua
belah pihak yang terlibat.‖79
―Fungsi komunikasi adalah selain untuk memahami
75
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.16. 76
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.16. 77
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.17. 78
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 7.17. 79
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.4.
47
diri kita sendiri dan orang lain juga memapankan hubungan yang bermakna serta
mengubah sikap dan perilaku.‖80
Menurut Harold D. Lasswell ―komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada
siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to
whom? with what effect?).‖81
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy
―komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).‖82
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, ―kata dakwah berasal dari bahasa
Arab, yaitu da‟a-yad‟u-da‟watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil.‖83
Secara terminologi, dakwah adalah ―upaya komunikator dakwah (dai) untuk
mengajak orang lain kepada ajaran Islam, dengan terlebih dahulu membina diri
sendiri. Pembinaan diri sendiri dalam upaya menyampaikan ajaran agama menjadi
suatu yang mutlak karena dakwah membutuhkan keteladanan.‖84
Dakwah
hendaknya dilaksanakan secara bijak sehingga ajaran Islam yang disampaikan
dapat diterima, dipahami, serta diamalkan oleh masyarakat.
Dalam konteks dakwah, istilah „amar ma‟ruf nahi munkar‟ secara lengkap
dan populer dipakai adalah yang terekam dalam al-Qur’an, Surah Ali Imran/3:
104:
80
Siti Mutmainah, dkk., Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005),
h.1.1. 81
Harold Lasswell, ―The Structure and Function of Communication in Society,‖ dalam
Wilbur Schramm, The Process and Effects of Mass Comunication, (Urbana: University of Illinois
Press, 1971), h.84. 82
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), h.5. 83
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.1. 84
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010), h.34.
48
―Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru
pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.‖
Konsep komunikasi dakwah dapat dilihat dalam arti yang luas dan
terbatas. ―Dalam arti yang luas, komunikasi dakwah meliputi peran dan fungsi
komunikasi (sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara
semua pihak yang terlibat dalam dakwah terutama antara komunikator (dai) dan
mad‟u sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
dakwah.‖85
Sedangkan dalam arti yang sempit komunikasi dakwah merupakan ―segala
upaya dan cara, metode serta teknik penyampaian pesan dan keterampilan-
keterampilan dakwah yang ditujukan kepada umat atau masyarakat secara luas.‖86
Tujuan utamanya adalah agar masyarakat atau dalam konteks dakwah disebut
mad‟u bisa mengerti, memahami, dan turut melaksanakan ajaran-ajaran Islam
yang disampaikan oleh dai.87
―Dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi
Islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Untuk itu dakwah
harus dikemas dengan cara yang menarik dan tampil secara aktual, faktual,
dan kontekstual. Aktual berarti dapat memecahkan masalah-masalah yang
kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual berarti konkret dan
nyata, sedangkan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut
problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.‖88
85
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h.26. 86
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h.26. 87
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h.26. 88
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trandsetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam,‖ Jurnal Komunikasi Islam,
Vol 4 no. 1 (Juni, 2014): h. 32.
49
―Komunikasi dakwah adalah suatu retorika (persuasif) yang dilakukan
oleh komunikator dakwah (dai) untuk menyeberluaskan pesan-pesan bermuatan
nilai agama, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal, kepada jemaah untuk
memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.‖89
Menurut Wahyu Ilahi, persamaan
komunikasi dakwah dengan kegiatan komunikasi lain adalah sama-sama
berlandaskan teori komunikasi. Letak perbedaannya adalah dari segi isi pesan dan
komunikator. Pesan dalam komunikasi dakwah berisi nilai-nilai ajaran Islam.
Sementara isi pesan dalam ruang lingkup komunikasi bersifat lebih umum. Selain
itu komunikator dalam komunikasi dakwah diharuskan mengerti dengan ajaran
Islam yang ia sampaikan.90
Sementara menurut Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari ―dakwah
tidak lain adalah komunikasi, hanya saja yang secara khas dibedakan dari bentuk
komunikasi yang lainnya terletak pada cara dan tujuan yang akan dicapai.‖91
Dalam komunikasi, ―komunikator sebagai orang yang menyampaikan ide/pesan
mengharapkan partisipasi dari komunikan sehingga ide/pesan yang disampaikan
bisa diterima dengan baik dan hasil akhirnya terjadi perubahan sikap dan perilaku
pada komunikan sesuai dengan harapan komunikator.‖92
―Seorang mubalig sebagai komunikator mengharapakan adanya
partisipasi dari pihak komunikan dan kemudian berharap komunikannya
dapat bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang disampaikannya.
Ciri khas yang membedakan adalah terletak pada pendekatannya yang
dilakukan secara persuasive dan juga tujuannya yaitu mengharapkan
89
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi, h.34. 90
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h.24. 91
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trandsetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam,‖ h. 32. 92
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trandsetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam,‖ h. 32-33.
50
terjadinya perubahan/pembentukkan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
ajaran-ajaran agama Islam.‖93
―Meskipun komunikasi islami (dakwah) bersifat imperatif khususnya
dalam soal ketaatan terhadap rambu-rambu etika dan hukum bagi kebebasan
komunikasi, tetapi ada pula sifat bijaksananya atau arifnya.‖94
Contohnya adalah
dalam surat Al-Ashr/ 103: 1-3:
‖Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih
dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati
supaya menetapi kesabaran.‖
Dalam surat Al-Ashr terkandung arti mengenai komunikasi islami yaitu
kebebasan komunikasi islami dibatasi oleh tanggung jawab religius. ―Tanggung
jawab religius bukan hanya berarti hukuman siksa neraka, tetapi juga dengan
perdamaian, saling memberi wasiat, saling mengingatkan akan kebenaran dan
kesabaran, saling tukar pikiran atau dengan cara yang baik dan bijaksana.‖95
Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat berlangsung melalui berbagai
media. Semakin tepat dan efektif media yang dipakai, semakin efektif pula upaya
menyampaikan syiar-syiar Islam pada komunikan. Salah satu media yang saat ini
menjadi pilihan untuk menimbulkan perhatian komunikan adalah media massa.
―Keuntungan komunikasi dakwah dengan menggunakan media
massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya
93
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trandsetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam,‖ h. 33. 94
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h.45. 95
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami, h.45.
51
suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat
banyak. Jadi, untuk menyebarkan informasi media massa sangat efektif
dalam mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang
banyak.‖96
Media massa meliputi media cetak, elektronik, dan internet. Media cetak
dikenal lebih mendalam dan kritis dalam menyajikan sebuah informasi. Koran,
majalah, tabloid, dan buku termasuk ke dalam media cetak. ―Berita dalam media
cetak biasanya disimpan untuk dikaji ulang atau dijadikan referensi untuk
menulis. Sementara media massa elektronik dan internet terkenal dengan
kecepatan waktu penyampaian informasi.‖ 97
Perkembangan media elektronik dan
internet yang cepat berdampak pada penyebaran informasi yang semakin tak
terbatas.
―Di media elektronik, televisi nasional maupun lokal, hampir setiap
pagi dan sore pemirsa di seluruh penjuru nusantara disuguhi dengan
berbagai macam siraman rohani baik berupa ceramah, dialog interaktif
maupun dakwah diselingi dengan humor. Adanya berbagai macam acara
dakwah baik di media cetak maupun elektronik menunjukkan bahwa era
informasi dan teknologi dipergunakan dengan baik untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat terutama dalam dakwah. Di era informasi
seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah masih hanya menggunakan
pengajian di musala dan masjid yang hanya diikuti oleh mereka yang hadir
di tempat tersebut. Penggunaan media-media komunikasi modern adalah
sebuah keniscayaan yang harus dimanfaatkan keberadaannya untuk
kepentingan menyampaikan ajaran-ajaran Islam atau dakwah Islam.‖98
―Televisi merupakan media elektronik yang bersifat audio visual. Dengan
sifat tersebut, artinya informasi yang disampaikan melalui televisi dapat didengar
dan dilihat oleh penonton. Televisi juga memiliki keunggulan lain yaitu informasi
yang disampaikan dapat menjangkau masyarakat luas.‖99
Jika dakwah Islam
96
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h.105. 97
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi, h.159. 98
Ahmad Atabik, ―Prospek Dakwah Melalui Media Televisi,‖ AT-TABSYIR Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol 1 no. 2 (Juli-Desember, 2013): h. 192. 99
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.120-121.
52
disampaikan melalui televisi, maka bukan tidak mungkin ajaran Islam dapat
tersebar lebih luas dan masif.100
―Aspek yang perlu diperhatikan dalam menyiarkan pesan dakwah
melalui televisi adalah mengemas program siaran dakwah secara menarik
dan mampu mengundang mad‟u untuk menyaksikan setiap tayangan yang
disajikan. Hal ini bertujuan agar program dakwah di televisi tidak kalah
dengan program yang hanya bermuatan hiburan semata. Selain itu,
program siaran dakwah juga di desain untuk meningkatkan pengetahuan
dan aktivitas keagamaan.‖101
100
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.120-121. 101
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.121.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. NET: Televisi Masa Kini
Gambar 9: Logo on air NET
Sumber: http://www.netmedia.co.id/about1
―NET didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan informasi di
masa mendatang akan semakin terhubung, lebih memasyarakat, lebih mendalam,
lebih pribadi, dan lebih mudah diakses.‖2 Karena itulah, sejak awal, NET muncul
dengan konsep multiplatform, sehingga pemirsanya bisa mengakses tayangan
NET secara tidak terbatas, kapan pun, dan di mana pun. Televisi yang memiliki
slogan ―Televisi Masa Kini‖ merupakan salah satu alternatif tontonan hiburan
layar kaca. ―NET resmi mengudara pada tanggal 26 Mei 2013, setelah sebelumnya
menjalani siaran percobaan sejak tanggal 18 Mei 2013. Tercatat, NET sudah bisa
diakses atau ditonton di 43 kota seluruh Indonesia. Dengan jumlah penonton
potensial sebesar 177, 5 juta jiwa.‖3
―Visi NET adalah membangun perusahaan media yang menarik yang
menciptakan kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia (to
build an exciting media enterprise that creates positive contributions to
the life of indonesian people.) Sedangkan misi yang diemban adalah
menyajikan konten yang kreatif, menghibur, dan juga berkualitas melalui
1 NET ―About NET,” artikel di akses pada 26 Februari 2017 di
http://www.netmedia.co.id/about 2 NET, Company Profile NET 2016, (Jakarta: NET, 2017), h. 2.
3 NET, Company Profile NET 2016, h. 2-9.
54
berbagai platform, melayani para pemangku kepentingan dengan media
yang inovatif yang dapat menjangkau penonton, dan terakhir untuk
menarik, mengembangkan, dan mempertahankan bakat terbaik dalam
industri (to produce creative, entertaining and enganging top-quality
contents through multiple platforms, to provide our stakeholders with
innovative media to reach emerging audience, to atract, develop and
retain the best talents within the industry.)‖4
Berikut adalah timeline proses berdirinya NET:
2012: Aguus Lasmono selaku founder NET dan Wishnutama selaku co-
founder sepakat mendirikan stasiun televisi baru dengan konsep dan format yang
berbeda dari televisi lain di Indonesia. Visinya, menyajikan konten program yang
kreatif, inspiratif, informatif, sekaligus menghibur.
2013: NET Televisi Masa Kini resmi mengudara pada tanggal 26 Mei
2013, setelah sebelumnya menjalani siaran percobaan sejak tanggal 18 Mei 2013.
Grand launching NET diselenggarakan di Jakarta Convention Center, lewat
sebuah pagelaran megah yang menghadirkan sederet nama pengisi acara terkenal
dari tanah air dan mancanegara.
2014: NET menghentak semester awal 2014 melalui konser Iwan Fals
―Suara untuk Negeri‖ di kota Medan, Bandung, Jakarta, dan Surabaya, yang
mendapat apresiasi penuh dari masyarakat. Tanggal 18 Mei 2014, NET merayakan
ulang tahun pertama bertajuk "NET ONE", dengan pertunjukan musik dan ajang
penghargaan. Hadir di panggung sejumlah musisi berkelas dari dalam dan luar
negeri.5
Tak hanya dalam program hiburan, NET bahkan mengolah secara khusus
program Citizen Journalists, yang menjadi wadah bagi masyarakat dan perekam
video amatir dari dalam dan luar negeri untuk berkarya. Hasil Survei Indeks
4 NET, Company Profile NET 2016, (Jakarta: NET, 2017), h. 3.
5 NET ―History NET,” artikel di akses pada 26 Februari 2017 di
http://www.netmedia.co.id/about
55
Kualitas Program Siaran Televisi Periode 1 tahun 2016 yang dilakukan oleh KPI
Pusat, bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi (ISKI) dan 12
Perguruan Tinggi di Indonesia menjelaskan dua program acara NET yaitu
Tetangga Masa Gitu dan OK JEK masuk dalam tiga besar program yang paling
banyak ditonton masyarakat, masing-masing untuk kategori program sinetron dan
komedi. Tetangga Masa Gitu dan OK JEK masing-masing ditonton oleh 34,6%
dari 1200 responden.6
Deretan penghargaan dan pencapaian diraih oleh NET selama hampir
empat tahun semenjak televisi ini berdiri. Mulai penghargaan dari dalam dan luar
negeri berhasil diraih.
Tabel 2: Daftar penghargaan dan pencapaian yang diraih NET sejak tahun 2014-2016
PENGHARGAAN
2014, Pemenang The New Alternative di Rolling Stone Editors‟ Choice Awards
2014
2014, Asian TV Awards - Highly Commended Best Music Programme oleh
program Music Everywhere-Episode Nidji.
2014, Asian TV Awards - Highly Commended Best Entertainment (One-
off/annual) oleh program NET. ONE Present Indonesia Choice Awards.
Pemenang Program Ramadhan Terbaik KPI & MUI Awards 2014 kategori
feature/dokumenter : Muslim Travelers
Pemenang Dompet Dhuafa Awards Kategori Media Inspiratif : Lentera Indonesia
Pemenang Anugerah KPI 2015 Kategori Program Feature : Indonesia Bagus –
NET
6 KPI, ―NET dan Rating Telvisi,” artikel di akses pada 26 Februari 2017 di
https://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/33516-net-dan-rating-televisi
56
Pemenang Anugerah KPI 2015 Kategori Lembaga Penyiaran Televisi Peduli
Perbatasan : Lentera Indonesia – NET.
Pemenang Anugerah KPI 2015 Kategori Presenter Wanita Terfavorit : Sarah
Sechan (Talk show Sarah Sechan)
Pemenang Anugerah KPI 2015 Kategori Program Infotainment : Entertainment
News – NET.
Pemenang Program Ramadan Terbaik KPI dan MUI Awards 2015 kategori
feature/dokumenter : Muslim Travelers
Penghargaan Kebudayaan 2015 Kategori Media : Indonesia Bagus
Pemenang Anugerah KPI 2016 Kategori Lembaga Penyiaran Televisi Peduli
Perbatasan : Lentera Indonesia – NET.
Pemenang Anugerah KPI 2016 Kategori Program Talk show : Satu Indonesia –
NET.
Pemenang Anugerah KPI 2016 Kategori Program Infotainment : Entertainment
News – NET.
Pemenang Anugerah Syiar Ramadhan 2016 (MUI) kategori feature/dokumenter :
Muslim Travelers
PENCAPAIAN
MARKPLUS INC., INDONESIA MARKETING ASSOCIATION (IMA), AND
MARKETING MAGAZINE “MARKETEERS” - MARKETING CHAMPION 2015
FOR BROADCAST, TV PAY & MEDIA SECTOR : MR. WISHNUTAMA
KUSUBANDIO
MARKETING AWARDS 2015, MAJALAH MARKETING - NET. AS THE BEST
57
INNNOVATION IN MEDIA
MARKPLUS INC., MARKETERS - GOLD CHAMPION OF INDONESIA WOW
BRAND 2015 FOR FREE TO AIR TV
UNIVERSUM GLOBAL - ONE OF THE MOST ATTRACTIVE EMPLOYEERS IN
INDONESIA 2016: NETMEDIATAMA
Sumber: NET, Company Profile NET 20167
Sama halnya seperti banyak televisi di Indonesia, saat Ramadhan tiba,
NET juga mengahadirkan program unggulan mereka. Program spesial Ramadhan
yang sampai tahun 2016 masih diunggulkan dan diproduksi adalah Muslim
Travelers dan Ini Sahur. Berikut daftar program Ramadhan produksi NET dari
tahun 2013 hingga 2016:
Tabel 3: Daftar Program Ramadhan NET tahun 2013-2016
Program Ramadhan NET tahun 2013
The Comment Sahur
NET. 5
Program Ramadhan NET tahun 2014
Ini Sahur
Muslim Travelers
Waktunya Kido
Bukan Sekedar Wayang
Tetangga Masa Gitu
Program Ramadhan NET tahun 2015
Kelas Internasional
7 NET, Company Profile NET 2016, (Jakarta: NET, 2017), h. 48-49.
58
Muslim Travelers
Ini Sahur
Bukan Sekedar Wayang
Saya Terima Nikahnya Season 2
Program Ramadhan NET tahun 2016
Ini Sahur
Muslim Travelers
Kesempurnaan Cinta
Renungan Sejenak
Sumber: Channel Youtube NETMEDIATAMA8
B. Gambaran Umum Program Muslim Travelers
Gambar 10: Logo Program Muslim Travelers Produksi 2016
Sumber: http://www.netmedia.co.id/program/414/Muslim-Travelers9
MT adalah program yang menyajikan kisah umat muslim yang
menjalani kehidupan di negara-negara minoritas muslim di seluruh dunia
8 NET, ―Kumpulan Program Spesial Ramadhan NET,‖ video diakses pada 19 Mei 2017 di
https://www.youtube.com/user/netmediatama 9 NET, ―About Muslim Travelers,‖ artikel diakses pada 2 Juni 2017 di
http://www.netmedia.co.id/program/414/Muslim-Travelers
59
seperti Selandia Baru, China, Jepang, Inggris dan sebagainya.10
Menurut
Hadini Amalia, Produser MT tahun 2016, program ini dibuat dengan tujuan
memberikan informasi bagaimana solidaritas antar umat beragama di sebuah
negara, bagaimana bertahan sebagai muslim yang minoritas, bagaimana
mempertahankan iman, ataupun bagaimana mereka menjalankan Ramadhan
yang tentunya berbeda dari Indonesia yang warganya mayoritas muslim.11
MT dipandu oleh seorang host yang tinggal bersama dalam keluarga
muslim lokal ataupun muslim asal Indonesia yang tinggal di negara tersebut.
Dalam tiap episodenya host akan berkeliling dan berkunjung ke tempat-
tempat menarik dan unik seperti situs muslim, komunitas muslim yang ada,
restoran halal, bahkan tempat berbelanja yang cocok bagi umat muslim. MT
ditayangkan di NET setiap hari pukul 04.30 WIB selama Ramadhan.
―Tercatat, MT mendapatkan penghargaan sebagai program Ramadhan terbaik
kategori feature/dokumenter dari KPI dan MUI sebanyak tiga tahun berturut-
turut yaitu dari 2014-2016.‖12
Konsep program yang terbilang unik ini
menambah beragamnya acara bertemakan keagamaan di televisi saat bulan
Ramadhan.
Redaksi MT NET Tahun 2016
Ketua Dewan Redaksi : Wishnutama
Pemimpin Redaksi : Dede Apriadi
Wakil Pemimpin Redaksi : Ronny Suyanto
10
KPI, ―Program Ramadhan yang Khusyu dan Mendidik Diapresiasi Baik oleh
Masyarakat dan Pengiklan,‖ artikel di akses pada 27 Desember 2016 dari
http://kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/32229-program-ramadhan-yang-khusyu-dan-
mendidik-diapresiasi-baik-oleh-masyarakat-dan-pengiklan 11
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 12
Lihat di Bab I.
60
Produser Eksekutif : Cahyo Wibowo
Produser : Hadini Amalia
Produser Madya : Satria Purnatama
Reporter : Annisa Pratiwi, Peter Ngantung,
Pridanthi Andari, Dini Amalia, Rahma
Hayuningdyah, Kemal Ramdan, Yana
Maliyana, Febi Purnamasari, dan Reyska
Ramdhany.
Video Jurnalist : Nugroho Eko, Edwan Nurvickta, Harris
Fadhilla, Ari Priambodo, Agus Fachmi,
Fahcrozi, M. Prajanji, Albert Sumilat,
Doni Fabrianus.
Asisten Produksi : Halimah Tusadiah13
C. Geliat Islam di Selandia Baru
Menurut Douglas Pratt, keberadaan Muslim di negara Selandia Baru
tercatat pada akhir abad ke-19 ditandai dengan kedatangan sekelompok
penambang emas muslim dari Tiongkok, pada era ramainya pencarian emas.14
―Pada tahun 1870-an, perburuan emas atau ―gold rush‖ marak di Selandia Baru
setelah ditemukannya ladang emas Dunstan di Otago, di pinggir Sungai Clutha,
sungai terpanjang kedua di Selandia Baru oleh dua warga Amerika, Horatio
Hartley dan Christopher Reilly.‖15
13
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 14
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru,‖ artikel
di akses pada 1 Maret 2017 di http://www.voaindonesia.com/a/dr-douglas-pratt-kajian-sejarah-
islam-di-selandia-baru--127949713/96966.html 15
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖
61
―Dampak dari penemuan tambang emas tersebut adalah banyak
pekerja dari penjuru dunia yang datang untuk mengadu nasib, dan inilah
awal munculnya Islam di Selandia Baru. Sensus masa itu menyebutkan
bahwa 15 dari 17 penambang emas Tionghoa itu, mendaftarkan diri
sebagai Mohammedan, pengikut Nabi Muhammad.‖16
Dari ke-15 Muslim Tionghoa tadi, sebagian terus menetap di Selandia
Baru dan berkeluarga dengan perempuan setempat; ada pula yang kembali ke
tanah asal mereka, Tiongkok.17
―Lalu pada awal tahun 1900-an datanglah tiga
keluarga muslim dari India. Pada tahun 1970-an dimulailah migrasi besar-besaran
dengan datangnya warga muslim keturunan Fiji Indians.‖18
―Meskipun Islam merupakan agama yang dipeluk oleh sebagian kecil
penduduk Selandia Baru, saat ini komunitas muslim yang tersebar di
beberapa kota semakin bertambah. Terdapat beberapa masjid dan Islamic
Centre yang sudah berdiri serta aktif mengadakan acara yang bersifat ke-
Islaman. Organisasi muslim pertama di Selandia Baru berdiri pada tahun
1950 di Auckland yaitu New Zealand Muslim Association (NZMA). Sejak
itu mulai bermunculan organisasi Islam lain di kota-kota besar Selandia
Baru. Di Wellington terbentuk Wellington Muslim Association pada tahun
1962, diikuti dengan pendirian asosiasi sejenis di Christchurch (1980),
Hamilton (1981) dan Palmerston North (1982). Yang paling terakhir,
Otago Muslim Association, didirikan di Dunedin (1994). Pada akhirnya,
dibentuklah satu-satunya badan resmi Islam di Selandia Baru, Federation
of Islamic Associations of New Zealand (FIANZ). Untuk mengetahui
jadwal shalat di Selandia Baru, anda dapat mengunjugi website FIANZ.
Hingga saat ini diperkirakan pemeluk agama Islam di Selandia Baru
berjumlah 30.000 jiwa.‖19
Kaum muslim di Selandia Baru hidup tersebar di berbagai kota besar dan
kecil, seperti Wellington, Auckland, Hamilton, Canterbury, Christchurch, dan
Tauranga. Namun, banyak juga muslim yang memilih tinggal di wilayah pedesaan
dan peternakan. ―Alasan mereka adalah karena adanya rumah-rumah jagal.
Mengingat, salah satu ekspor pokok Selandia Baru adalah daging, yang mana di
16
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 17
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 18
Fitra Syafaat, Wisata Seru Selandia Baru, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2011), h.151. 19
Fitra Syafaat, Wisata Seru Selandia Baru, h.151-152.
62
antara pasar utamanya adalah negara-negara muslim.‖20
Untuk merebut pasar-
pasar itu, tentu saja, daging-daging yang diekspor mesti diberi label halal, yang
berarti harus mempekerjakan tukang jagal yang terlatih menyembelih secara halal.
―Lembaga yang mensertifikasi daging-daging halal ini adalah FIANZ. Daging-
daging ini kemudian diekspor ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Inggris,
Afrika Selatan, Eropa, Amerika Utara, dan Asia.‖21
―Kedatangan para penyembelih hewan ke daerah-daerah
peternakan ini menimbulkan sentuhan dan persilangan budaya dengan
orang-orang Maori, penduduk asli Selandia Baru. Para tukang jagal yang
baru datang ini adalah Muslim. Dan bukanlah sesuatu hal yang asing
bahwa mereka ini kemudian disambut secara resmi dengan baik oleh
masyarakat asli setempat, pemilik tanah. Dan ini menjadi awal sebuah
interaksi antara penduduk Maori dan orang-orang Islam. Interaksi ini
tampaknya berjalan lancar, sehingga Islam dikatakan sebagai agama yang
berkembang paling cepat di kalangan suku Maori. Jumlah terbaru yang
diketahui adalah sekitar 1.074 warga Maori Muslim. Ini lebih banyak di
kalangan generasi muda.‖22
Meskipun warga Muslim Maori adalah kelompok minoritas, tetapi
perlahan-lahan mereka terus belajar. ―Pada tahun 2010, terbit terjemahan kitab
suci al-Qur’an dalam bahasa Maori, ―Kuranu Tapu.‖ Pada tahun 2009, pemimpin
Persatuan Muslim Maori Selandia Baru, Sheikh Eshaq Te Amorangi Morgan
Kireka-Whaanga, terpilih sebagai salah seorang dari 500 tokoh muslim paling
berpengaruh di dunia.‖23
―Hamilton adalah sebuah kota utama dengan jumlah penduduk 120
ribu orang. Salah satu potret kaum muslim di kota itu adalah dengan
berdirinya sebuah masjid. Setiap tahun, muslim di Selandia Baru
melakukan perjalanan dari berbagai lokasi untuk datang ke pusat kota
guna melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri, yang menjadi hal pokok
dalam usaha mempertahankan identitas sebagai muslim.‖24
20
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 21
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 22
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 23
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖ 24
Ninie G. Syarikin, ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖
63
Berikut daftar beberapa masjid dan Islamic Centre di Selandia Baru:
Wellington Mosque, 7-11 Queens Drive, Kilbirnie, Wellington
26 Brandon Street, Lantai 3, Lambton Quay, Wellington (khusus Shalat
Jum’at)
Palmerston North Islamic Centre, 81 Cook Street, Palmerston North
Jamil Masjid, 921 Heaphy Terrace, Hamilton
Ponsonby Mosque, 17 Vermont Street, Auckland
Masjid At-Taqwa, 58 Grayson Avenue, Manukau City
Avondale Islamic Centre, 122 Blockhouse Bay Rd, Avondale
Masjid Al Noor, 101 Deans Avenue, Ricarton, Christhurch
Masjid Al Huda, 21 Clyde Street, Dunedin25
Berdasarkan sejarah lahirnya Islam di Selandia Baru, kehidupan
masyarakatnya yang harmonis, dan banyaknya situs-situs sejarah yang masih
belum terjamah yang akhirnya menjadikan Selandia Baru sebagai salah satu
negara minoritas muslim yang diliput oleh MT.26
D. Citra Spiritual dalam Layar Kaca
Jika ditanya mengenai salah satu momen istimewa bagi umat Islam,
jawabannya adalah bulan Ramadhan. Ramadhan diyakini akan memberi segala
berkah, terutama berkah pengampunan dosa. ―Dengan hadirnya televisi,
Ramadhan seolah menjadi kebisingan yang berlangsung sebulan lamanya.
Keriuhan Ramadhan diawali sejak ritual itu akan dimulai, yakni pada penentuan
25
Fitra Syafaat, Wisata Seru Selandia Baru, h. 152. 26
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
64
awal Ramadhan (rukyatul hilal).‖27
Tiap tahunnya, di televisi, kita dapat melihat
para pemangku agama dan pemerintah berdebat berusaha meyakinkan
argumennya masing-masing.28
―Menurut Walter J. Ong, layar kaca telah membentuk kelisanan
baru, yang dinamakan kelisanan tingkat kedua (secondary arality). Di
dalam televisi, kita dapat melihat sebuah perbincangan. Sementara
penonton yang menonton perbincangan tersebut di ruang keluarga, juga
acap sambil berbincang. Berbeda dengan kelisanan tingkat pertama yang
membutuhkan tatapan agar komunikasi dapat efektif, dalam kelisanan
tingkat kedua, tatapan itu justru berlapis. Di luar televisi, penonton melihat
orang-orang yang sedang bertatapan di dalam televisi. Sesekali pembawa
acara seperti menatap kita, padahal sesungguhnya tidak. Ia hanya seolah-
olah menatap. Demikian halnya kita sebagai pemirsa. Meskipun kita
menatap wujud, tapi mata kita tidak berakhir pada realitas faktual,
melainkan pada representasi wujud atau bahkan simulasi wujud. Bisa
disimpulkan, pemirsa hanya menatap citra. Jika yang terdapat di dalam
televisi itu sendiri adalah citra—akibat dari mediasi teknologi informasi—
maka pemirsa sesungguhnya hanya menatap citra yang dicitrakan: sebuah
citra ganda.‖29
Efek yang timbul dari citra ganda tersebut adalah hubungan pemirsa
dengan televisi menjadi tidak seimbang. ―Faktanya, pemirsa menatap sesuatu
yang bukan realitas sebenarnya. Sementara itu, meskipun televisi menghadirkan
diri sebagai objek yang ditatap dan pembawa acara hanya menatap kamera,
sebenarnya itu hanya seolah-olah.‖30
Perlu disadari, televisi saat ini berada pada
posisi yang lebih dari sekadar menatap, melainkan mengintai. Televisi tak pernah
berhenti mencatat dan mengelola kelengahan penontonya.31
―Siapapun yang belajar tentang hubungan televisi dan masyarakat
pasti tahu betapa apa yang disaksikan masyarakat di layar televisi setiap
hari berdampak serius terhadap kehidupan masyarakat. Mereka yang
disebut para pemikir beraliran kritis – kaum Marxis – menganggap televisi
27
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ dalam
Yovantra Arief dan Wisnu Prasetya Utomo, ed., Orde Media: Kajian Televisi dan Media di
Indonesia Pasca Orde Baru (Yogyakarta: INSISTPress dan Remotivi, 2015), h. 150. 28
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 150-151. 29
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 152-153. 30
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 153. 31
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 153.
65
sebagai alat yang sengaja dikembangkan para penguasa modal untuk
menipu dan membuat masyarakat cuma berpikir tentang hal-hal remeh dan
merasa dunia sebenarnya baik-baik saja.‖32
―Namun sebagian ilmuan lain menganggap para pemilik media tidaklah
sejahat seperti yang dijelaskan kaum Marxis. Mereka beralasan, televisi komersial
adalah bisnis. Jika seseorang berbisnis, tentu yang dicari adalah keuntungan.
Begitu pula dengan pemilik media.‖33
―Keuntungan yang didapat perusahaan media diperoleh dari selisih
pemasukan iklan dengan biaya produksi. Pemilik media cenderung
menyukai program yang cepat menarik perhatian masyarakat luas dan
mampu menarik para pengiklan. Karena itu, mereka enggan membiayai
atau membeli program berbiaya tinggi, terlalu serius, atau yang mendidik
publik menjadi lebih santun.‖34
Dengan kata lain, pemilik modal sebenarnya tidak berniat jahat; realitas
bisnislah yang menyebabkan mereka terpaksa melahirkan program-program
murahan seperti yang dikeluhkan masyarakat luas.35
―Tentu saja saat ini kita layak bersyukur dengan lahirnya beberapa
stasiun televisi baru yang tampak konsisten dan gigih mengupayakan
program yang sehat, seperti Kompas TV dan NET. Tetapi, mayoritas
stasiun televisi raksasa di Indonesia tanpa malu terus menyiarkan program-
program sebaliknya. Bagi para pemasang iklan dan perusahaan periklanan,
isi siaran bukanlah persoalan penting, yang utama adalah acara-acara itu
ditonton banyak orang sehingga bisa menjadi kendaraan yang efektif untuk
memengaruhi para konsumen di seluruh Indonesia.‖36
―Umumnya, semua program keagamaan di televisi ―memukul rata‖
penontonnya. Artinya, penonton dianggap sebagai kerumunan pada sebuah
32
Ade Armando, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi,‖ dalam Yovantra
Arief dan Wisnu Prasetya Utomo, ed., Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia Pasca
Orde Baru (Yogyakarta: INSIST Press dan Remotivi, 2015), h. 3. 33
Ade Armando, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi,‖ h. 3. 34
Ade Armando, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi,‖ h. 3. 35
Ade Armando, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi,‖ h. 3. 36
Ade Armando, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi,‖ h. 4.
66
tempat. Ibarat sebuah pasar, di dalamnya terdapat manusia dari berbagai tingkatan
usia, pendidikan, jenis kelamin, dan lain-lain.‖37
―Jika demikian halnya, dapat dikatakan bahwa pertimbangan
televisi menghadirkan tayangan ceramah sedemikian, bukan semata-mata
pada substansi tayangan yang mungkin akan berdampak pada khlayak,
melainkan justru bertumpu pada khalayak mana yang akan dibidik. Ini
berarti bahwa Tuhan bukan soal utama, sebab yang penting memang
bukan Tuhannya, melainkan bagaimana Tuhan dicitrakan di benak
khalayak: citra Tuhan di kalangan intelektual, ibu-ibu majelis taklim, para
remaja usia sekolah menengah, dan seterusnya. Usaha ini jelas
membutuhkan berbagai faktor pendukung sebagai daya tarik hasrati. Di
sinilah kemudian kita bertemu dengan para selebritas yang menjadi
presenter. Ujung dari semua ikhtiar ini adalah, seberapa besar tayangan
tersebut dapat memenuhi kepentingan televisi: ekonomi, jaringan usaha,
kepentingan politik, dan lain-lain.‖38
Dalam kerangka usaha media massa, sebuah momentum adalah hal
penting. Ramadhan sudah pasti termasuk ke dalam momentum penting. ―Maka
dari itu, Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menyiarkan tayangan-tayangan
keagamaan bukan demi dampak tayangan tersebut bagi khalayak, melainkan bagi
televisi itu sendiri.‖39
Televisi yang telah dikapitalisasi sedemikian rupa menjelma
menjadi makhluk industri yang tidak pernah mempertimbangkan dampak jangka
panjang dari berbagai tayangannya.40
―Berbagai tayangan dalam televisi mestinya
diarahkan pada kampanye agar umat Islam lebih banyak melakukan refleksi.
Bentuk tayangannya, tidak harus berupa ceramah dan dialog-dialog keagamaan.
Hiruk-pikuk mimbar itu, sekali lagi, justru harus dikurangi.‖41
―Kalau kita mau jujur di tengah derasnya arus globalisasi dunia
serta dekadensi moral yang melanda moral manusia perlu segera diambil
jalan keluar untuk mengatasi masalah itu. Salah satunya adalah agama.
Hadirnya paket keagamaan di televisi sedikit banyak memberikan ―filter‖
37
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 154-155. 38
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 156. 39
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 156. 40
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 156-157. 41
Acep Iwan Saidi, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi,‖ h. 157.
67
bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat sesuai aturan agama serta
hukum tertulis dan berlaku secara universal. Jadi logis kalau paket
keagamaan di televisi dibenahi dalam penyajiannya. Dengan kata lain
paket keagamaan tidak boleh ―kalah‖ dengan paket lainnya yang juga
mengisi tayangan layar kaca kita. Bukan tidak mungkin bila paket
keagamaan ini dikemas sebaik mungkin tanpa meninggalkan inti agama itu
sendiri, maka paket keagamaan mempunyai tempat ―tersendiri‖ di hadapan
pemirsa.‖42
Pada akhirnya, program keagamaan dapat bermanfaat bagi pemirsa dalam
bertingkah laku sehari-hari selain melalui lembaga-lembaga atau tempat-tempat
ibadah. Kita pun menyadari bahwa majemuknya agama yang dianut pemirsa kita
adalah salah satu ciri khas dan keistimewaan bangsa kita sebagai salah satu unsur
bangsa-bangsa beragama di dunia. ―Adalah salah satu kewajaran bagi pihak
televisi juga bila mampu dan berusaha semaksimal mungkin mengemas paket
agama ini menjadi tontonan yang bukan hanya menarik dari segi acara tetapi juga
bermanfaat bagi santapan rohani pemirsa di rumah.‖43
42
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1996), h. 191. 43
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), h. 192.
68
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
Pada bab ini penulis menjelaskan data temuan dan hasil analisis penelitian
yang berjudul ―Hirarki Pengaruh pada Tayangan Islam di Selandia Baru dalam
Program Muslim Travelers News and Entertainment Television (NET).‖ Penulis
menggunakan pisau analisis hirarki pengaruh Shoemaker dan Reese yang fokus
pada pembahasan isi media. Berita atau tayangan adalah isi dari media yang
memiliki akses untuk bisa dipelajari. Di balik sebuah tayangan pasti ada pengaruh
dari individu pekerja media, organisasi media, ataupun pengaruh dari luar
organisasi media yang bersangkutan. Hal-hal yang penulis sebutkan di atas akan
dijabarkan secara rinci di dalam bab ini.
A. Karakteristik Pemberitaan Divisi News NET
Semua berita yang tayang di televisi seyogyanya akan menjadi sumber
informasi terkini bagi masyarakat. Untuk itu televisi dituntut untuk menyajikan
berita yang tidak hanya harus akurat namun juga berpihak kepada kebenaran.
Divisi News NET memiliki tiga aspek yang menjadi pedoman dalam membuat
berita bagi setiap jurnalis yang bekerja di NET yaitu faktual, balance, dan
entertainment.
1. Faktual
News NET harus benar (faktual).
News NET harus apa adanya, tidak ditambah-tambah.
Aktualitas adalah penting, tapi kebenaran faktual jauh lebih penting.
69
2. Balance
News NET berpihak pada kebenaran
News NET harus objektif
News NET memberi tempat yang sama kepada semua pihak
News NET memperkokoh integrasi bangsa
Aktualitas adalah penting tapi cross check, check and re-check, serta
informasi berimbang jauh lebih penting
3. Entertainment
News NET adalah informasi disajikan secara ringan dan menghibur
News NET adalah informasi yang memberi dan memperkaya perbaikan
masyarakat (konstruktif).
News NET adalah informasi yang memberi optimisme atau harapan
masyarakat ke arah lebih baik.
News NET adalah informasi yang aman dan nyaman bagi semua
lapisan masyarakat.1
Menurut Dede Apriadi selaku Pemimpin Redaksi (Pemred) di NET,
―pers sebagai pilar keempat demokrasi memegang peranan penting dalam
kehidupan bernegara. Untuk itu, seluruh pelaku industri pun sudah
seharusnya wajib mematuhi kode etik yang ada.‖2 Kode etik jurnalistik
dibuat sebagai kaidah penuntun moral dan etika para wartawan saat
1 NET.101 Courseware IndonesiaX, ―Aspek Visual Liputan TV,‖ dokumen video di akses
pada 29 Maret 2017 dari https://www.indonesiax.co.id/courses/course-
v1:NetMediatamaTelevisi+NET.101+2017_Run3/courseware/5df0556b3f6340dc8d6f34a3a6be71
dc/99cc52bd30a8470e806f1ace2215be42/ 2 NET.101 Courseware IndonesiaX, ―Aspek Visual Liputan TV‖
70
menjalankan profesinya. Tujuannya agar para wartawan tidak bekerja
seenaknya, menghargai, dan menghormati orang lain.‖3
Meski pada praktiknya, Dede Apriadi mengaku sedikit sulit. Salah satu
kesulitannya yaitu karena stasiun televisi sebagai entitas bisnis akan berusaha
untuk mengejar keuntungan.4
―Di sinilah dibutuhkan komitmen kuat untuk menghadirkan berita
yang tidak hanya akurat, tetapi juga berimbang dan tidak berpihak. Seorang
jurnalis televisi harus mempunyai integritas dan keberanian, jujur, dan
berani untuk menyuarakan kebenaran. Ini adalah tantangan besar di
Indonesia saat ini. Masalah berita yang berat sebelah, memihak, permainan
amplop, tentu merusak esensi pers sebagai penyaji berita. Meski kode etik
sudah dijalankan, tetap butuh konsistensi dari semua pihak untuk menjaga
pers agar tetap pada tujuannya semula.‖5
B. Analisis Hirarki Pengaruh pada Tayangan Islam di Selandia Baru dalam
Program Muslim Travelers NET
1. Level Individu Pekerja Media
Level mikro atau terkecil dari model hirarki pengaruh adalah level
individu. Level ini menjadi pengaruh awal dalam menghasilkan sebuah
pemberitaan di media. Pengaruh individu bisa berasal dari pekerja media yaitu
reporter, kamerawan, penulis, dan sebagainya. Dalam program MT, ada dua
profesi pekerja media yang termasuk dalam level ini yaitu reporter dan video
jurnalis (VJ). Kedua posisi profesi di atas termasuk dalam level individu karena
mereka berinteraksi langsung dengan situasi dan kondisi di lapangan dan mereka
termasuk pekerja garda depan yang bertugas mengumpulkan dan mengemas
bahan mentah.
3 NET.101 Courseware IndonesiaX, ―Aspek Visual Liputan TV‖
4 NET.101 Courseware IndonesiaX, ―Aspek Visual Liputan TV‖
5 NET.101 Courseware IndonesiaX, ―Aspek Visual Liputan TV‖
71
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi isi dari sebuah tayangan
dilihat dari intra seorang reporter dan video jurnalis seperti karakteristik, latar
belakang personal, pengalaman, sikap, nilai, keyakinan, peranan, etika, dan
wewenang komunikator dalam isi media.6
Tugas utama seorang reporter adalah mencari, mengumpulkan, dan
mengolah bahan berita dari berbagai sumber informasi, untuk ditulis serta
melaporkannya melalui stasiun televisi tempatnya bertugas.7 Sementara tugas
utama VJ adalah mencari berita, namun lebih fokus dalam pengambilan gambar.8
―Kebetulan, si Za (Annisa Pratiwi), memang sudah riset di Selandia
Baru, kita diskusi, ada beberapa tambahan informasi. Tambahan informasi
tuh macem-macem ya, gak cuma konten maupun info awal, tapi juga
narasumber, akses transportasi, termasuk bagaimana kita akomodasi di
sana. Semuanya harus dihitung. Cuaca, dll. Karena itu kan ujung-ujungnya
akan kita lakukan sebagai tim kan. Untuk riset kan paling berperan di tiga
episode Selandia Baru itu memang kebanyakan Za. Karena kan dia
reporter.‖9
Dalam program MT, reporter dan VJ diharuskan untuk mengerjakan lebih
dari satu pekerjaan utamanya. Seorang reporter bisa merangkap sebagai sutradara,
unit production manager, hingga production assistant. Sementara VJ biasanya
merangkap sebagai driver hingga fixer. Minimnya budget yang dikeluarkan
adalah alasan utamanya ‖NET itu paling paket hemat. Jadi aku merangkap
reporter, sutradara, unit production manager, production assistant, semuanya. VJ
merangkap driver, fixer...‖10
6 Lihat di Bab II.
7 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 61-62. 8 Elyzabeth Winda, ―Ada Wartawan, Ada Reporter, Ada Jurnalis? Apakah Mereka
Berbeda?,‖ artikel diakses pada 22 April 2017 dari http://careernews.id/issues/view/3082-Ada-
Wartawan-Ada-Reporter-Ada-Jurnalis-Apakah-Mereka-Berbeda 9 Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
10 Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017.
72
Di sini kita dapat melihat bahwa reporter dan juga VJ yang tergabung
dalam program MT haruslah memiliki beberapa keahlian dalam bidang
komunikasi atau jurnalistik. Salah satu faktor yang dapat menyumbang itu adalah
latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh reporter dan VJ.
Annisa Pratiwi yang ditugaskan menjadi reporter untuk meliput di
Selandia Baru adalah jurnalis lulusan Universitas Islam Bandung, Jurusan
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi. Semasa kuliah, ia pernah bergabung dalam
Pers Suara Mahasiswa. Keahliannya dalam bidang jurnalistik, tak perlu diragukan.
Di masa kuliah, berbagai artikel buatannya sering terbit di media cetak lokal
maupun nasional. Sebelum bekerja di NET, ia pernah berkarir di beberapa media
cetak seperti Pikiran Rakyat dan Kompas.11
Sedangkan, Nugroho Eko yang
bertugas sebagai VJ, adalah lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) Jurusan
Komunikasi Massa. Kesukaannya dalam bidang fotografi dan film lantas
mengantarkan ia menekuni profesi sebagai seorang VJ.12
Menurut Shoemaker dan Reese, seorang jurnalis yang berasal dari latar
belakang pendidikan komunikasi massa atau jurnalistik tentu lebih berpengalaman
dibanding jurusan lain. Pengalaman dan dedikasi selama menjadi jurnalis
kemudian membentuk peranan dan etika jurnalis yang secara langsung dapat
memengaruhi isi media.13
Berdasarkan data yang penulis himpun dari berbagai sumber, termasuk
dari hasil wawancara bersama produser eksekutif dan produser MT, berikut adalah
data tim produksi MT tahun 2016.
11
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017. 12
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017. 13
Lihat di Bab II.
73
Tabel 4: Data Tim Produksi MT 2016 (Keseluruhan)
Jumlah Anggota Tim
Produksi MT 2016
23 orang
Jenjang Pendidikan S1
Jenis Kelamin
LK 16 orang
PR 7 orang
Bidang
Pendidikan
Komunikasi/
Jurnalistik
(Relevan)
14 orang
Jurusan
Lainnya
(Tidak
Relevan)
9 orang
Agama Islam 21 orang
Non Islam 2 orang
Sumber: www.linkedin.com, wawancara pribadi dengan Cahyo Wibowo dan Hadini
Amalia
Tabel 5: Data Tim Produksi MT 2016 (Reporter dan Video Jurnalis)
Jumlah Reporter dan VJ 18 orang
Jenis Kelamin
LK 12 orang
PR 6 orang
Profesi
Reporter 9 orang
VJ 9 orang
74
Bidang
Pendidikan
Komunikasi/
Jurnalistik
(Relevan)
10 orang
Jurusan
Lainnya
(Tidak
Relevan)
8 orang
Agama
Islam 16 orang
Non Islam 2 orang
Sumber: www.linkedin.com, wawancara pribadi dengan Cahyo Wibowo dan Hadini
Amalia
Jika kita lihat dalam tabel pertama, dapat disimpulkan jumlah jurnalis
yang memiliki background ilmu komunikasi/jurnalistik lebih banyak daripada
jurusan di luar komunikasi/jurnalistik. Namun dalam tabel kedua, yakni data
reporter dan VJ, perbedaan dalam bidang pendidikan sangat tipis. Hadini Amalia
(Produser MT) pun juga mengakui jurnalis yang bekerja di NET jarang sekali
yang berlatar belakang pendidikan ilmu komunikasi.14
Berdasarkan pengalaman penulis saat observasi langsung ke NET,
memang benar NET menerima lulusan dari berbagai jurusan untuk bergabung di
perusahaannya. Namun, untuk pelamar yang diterima dalam bidang-bidang
tertentu terutama news dan produksi, tetapi berasal dari jurusan yang kurang
relevan, akan diberikan pelatihan khusus selama enam bulan lamanya. Hal ini
dilakukan demi mempertahanakan kualitas berita dan tayangan.
14
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
75
Dalam menulis sebuah berita, faktor sikap, nilai, dan keyakinan pekerja
media turut memberikan efek. Namun efek yang timbul tidak terlalu signifikan.
Shoemaker dan Reese mengatakan pengaruh yang lebih besar dalam level
organisasi dan kerutinan media-lah yang menyebabkan efek yang timbul tersebut
terbilang kecil. Hal ini juga terjadi dalam lingkup program MT. Sang reporter
sebenarnya bisa atau diwajibkan berimprovisasi, namun tetap dibatasi dengan apa
―maunya‖ perusahaan.
―Sebenarnya ketika kita berkecimpung di dunia industri kita tidak
akan bisa pure idealis 100%. Prinsip aku, aku tetap berada di path aku.
Path itu di prinsip aku, dengan tidak mengurangi apa maunya perusahaan.
Jadi bisa dibilang aku ditengah-tengah. Kadang porsinya aku lebihkan
yang idealisnya itu. Karena beruntung aku punya perusahaan yang sangat
ngasih ruang untuk kita yang idealis.‖ 15
Karena MT adalah program bermuatan keagamaan, unsur keyakinan
pekerja media cukup berdampak signifikan. Cahyo Wibowo, Produser Eksekutif
MT, mengeluarkan kebijakan yaitu reporter yang terpilih dalam tim MT haruslah
seorang muslim. Hal ini terkait dengan pengetahuan reporter mengenai ajaran
Islam. Ia juga mengatakan jika semua reporter yang bertugas beragama Islam,
namun dua orang VJ beragama non Islam. ―Syarat khusus kru MT, kalau reporter
itu harus muslim. Tidak harus berjilbab, yang penting muslim. Kalau campers
tidak harus muslim. Kalau campers kan tidak dituntut harus punya pengetahuan
mengenai Islam.‖16
Tayangan MT tahun 2016 bisa dikatakan sedikit berbeda dari tayangan
MT dua tahun sebelumnya. Dalam program MT tahun 2016, Hadini Amalia
sebagai produser menambahkan treatmant khusus dalam setiap episode yaitu
15
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017. 16
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo, Jakarta, 16 Maret 2017.
76
memasukkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan tema di setiap episode.
Sang reporter-lah yang bertugas mencari ayat-ayat yang berhubungan tersebut.
Pada saat inilah, pengetahuan agama Islam sang reporter memengaruhi isi
tayangan.
―Untuk mencari ayat yang berhubungan dengan tema adalah tugas
reporter, dan produser yang mengonfirmasi. Karena kan semua naskah
teman-teman yang jumlahnya 30 episode semuanya saya yang edit, artinya
kalo ada yang sama misal penggunaan ayat ini sudah dipakai di episode
sebelumnya, coba cari ganti ayat yang lain. Sampai saat ini tidak ada yang
protes mengenai penggunaan ayat ini. Saya mengonfirmasinya
berdasarkan al-Qur’an (yang) saya baca. Makannya kita ambilnya gak
terlalu dalam.―17
Jika ditelaah lebih dalam, misi yang diemban oleh program MT adalah
menyebarluaskan pesan-pesan bermuatan nilai agama, yang ditujukan kepada
umat atau masyarakat secara luas. Tujuannya adalah agar masyarakat yang
menonton dapat mengerti, memahami, dan ikut melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
―Aspek yang perlu diperhatikan dalam menyiarkan pesan dakwah
melalui televisi adalah mengemas program siaran dakwah secara menarik
dan mampu mengundang mad‟u untuk menyaksikan setiap tayangan yang
disajikan. Hal ini bertujuan agar program dakwah di televisi tidak kalah
dengan program yang hanya bermuatan hiburan semata. Selain itu,
program siaran dakwah juga di desain untuk meningkatkan pengetahuan
dan aktivitas keagamaan.‖18
Konsep program dokumenter yang mengangkat tema minoritas muslim
bisa dibilang masih belum banyak diadaptasi oleh stasiun televisi di Indonesia.
Menurut Gerzon R. Ayawaila terdapat 12 jenis film dokumenter yaitu
―dokumenter laporan perjalanan, dokumenter sejarah, dokumenter potret/biografi,
dokumenter perbandingan, dokumenter kontradiksi, dokumenter pengetahuan,
17
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 18
Lihat di Bab II.
77
dokumenter nostalgia, dokumenter rekonstruksi, dokumenter investigasi,
dokumenter seni, dokumenter buku harian, dan dokumenter dokudrama.‖19
Menurut penulis, MT adalah kombinasi antara beberapa jenis dokumenter
seperti laporan perjalanan, sejarah, dan potret/biografi. Dalam program MT,
penonton diajak untuk mengunjungi situs-situs sejarah peninggalan Islam di
sebuah negara, kemudian diajak mengelilingi tempat-tempat yang ramah dengan
kegiatan muslim serta memberikan inspirasi lewat kisah-kisah narasumber yang
secara apik disampaikan oleh setiap reporternya.
Berbicara mengenai peran dan bingkai etis jurnalis, Shoemaker dan Reese
mengklasifikasikannya menjadi dua yaitu mereka yang memilih untuk netral atau
memilih sebagai partisipan. Jurnalis netral berarti lebih berorientasi kepada
khalayak, sementara partisipan lebih memiliki semangat kritisisme serta
melakukan penyelidikan atas berbagai klaim.20
Menurut Nugroho Eko, sebisa mungkin MT dikemas agar bisa diterima
dan ditonton banyak orang Indonesia. Dengan adanya konsep meliput kehidupan
WNI Muslim di negara minoritas, ia berharap banyak orang Indonesia yang mau
menonton dan mudah menerima tayangan tersebut.21
Bisa disimpulkan jurnalis
MT memiliki corak jurnalis netral. Artinya, mengedepankan apa yang diinginkan
khalayak dan juga terbatas dengan kebijakan perusahaan.
2. Level Kerutinan Media
Kerutinan media terbentuk oleh tiga unsur yaitu; sumber informasi
(suppliers); organisasi media (processor); dan penonton (customers). Tarik-
19
Lihat di Bab II. 20
Lihat di Bab II. 21
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
78
menarik ketiga unsur tersebut merupakan respon praktis atas kebutuhan organisasi
media dalam pembentukan kerutinan media. Upaya menciptakan pola yang
sistematis dalam rangka mencapai keseimbangan, kemudian melahirkan
―kerutinan media‖ yang mana organisasi media harus beradaptasi pada berbagai
kendala yang dihadapi, dan kerutinan tersebut yang mengoptimalkan hubungan
antara organisasi media dan lingkungannya.22
Sumber informasi adalah komponen penting dalam melaksanakan proses
meliput berita di lapangan. Sumber berita bisa berasal dari lembaga pemerintah,
swasta, partai politik, kepolisian, dan sebagainya. Produser Eksekutif dan
Produser MT membebaskan reporternya untuk menggali informasi dari berbagai
sumber. Namun, mereka menekankan, tetap harus ada proses verifikasi.
―Ya gak dibatasi. Lu harus dari buku, harus dari apa, enggak. Tapi
semua sumber yang bisa lu percaya, itupun cuma cerita, misal ―gua punya
temen nih, di Afrika. Dia punya tetangga atau teman yang ceritanya masuk
Islam di tahun sekian‖ itu bisa jadi hasil risetan kita. Tinggal kita
hubungin ke narasumbernya langsung. Kalau misalnya tadi tahu dari
temen, kita hubungin langsung gitu. Gak harus dari buku atau internet atau
apa.‖23
Annisa sendiri membutuhkan waktu untuk riset selama hampir tiga bulan
dalam mempersiapkan liputannya di Selandia Baru. Tantangan membuat tayangan
dokumenter adalah riset yang mendalam. Annisa mengandalkan buku, internet,
dan link dari teman untuk mendapatkan sebuah informasi. Hal inilah yang
menyebabkan butuh waktu yang lama untuk menggali informasi, yang bukan
hanya sesuai fakta di lapangan, tetapi juga harus disukai oleh yang menonton
yaitu kaum millenials. Seperti dalam episode ―Mubalig Muda Asal Indonesia di
New Zealand‖ (16 Juni 2016), Annisa memilih narasumber seorang anak muda
22
Lihat di Bab II. 23
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo, Jakarta, 16 Maret 2017.
79
yang juga seorang mubalig. MT menyorot kehidupan mubalig asal Indonesia
tersebut mulai dari aktifitas mengajar mengaji, keseharian dia di rumah, dan
aktifitas berceramah agama.
―MT itu aku (riset) hampir tiga bulan. Ketika aku sudah di
umumkan jadi Tim MT, udah dapet siapa VJ-nya, dimana negaranya,
yang aku lakukan adalah aku mempelajari dulu negara itu. Dari umum ke
khusus. Nah aku cari info dulu tentang Selandia Baru seperti apa? Aku cari
buku-buku. Data-data umum-lah tentang demografi, sosiologi, di sana
seperti apa? Orang-orang yang di sana gimana dan Islam di sana seperti
apa? Ketika aku sudah melakukan itu, aku mulai cari yang unik. Riset.
Orang sukses siapa? Cari lagi tokoh Islam siapa? Cari lagi anak muda
yang berpengaruh di Selandia Baru siapa? Yaa keyword seperti itulah.‖
Menurut Sasa Djuarsa, ―media massa memiliki sembilan karakteristik isi
pesan seperti novelty (sesuatu yang baru), jarak (dekat atau jauh), popularitas,
pertentangan (konflik), komedi, seks dan keindahan, emosi, nostalgia, dan human
interest.‖24
Dari berbagai jenis karakteristik isi pesan media massa yang telah
disebutkan di atas, penulis berkesimpulan bahwa unsur jarak, sesuatu yang baru,
dan human interest adalah tiga karasteristik isi pesan yang diunggulkan dalam
tayangan MT. Termasuk dalam tayangan Islam di Selandia Baru.
Dalam tayangan Islam di Selandia Baru dari ketiga episode yang
ditayangkan, ada beberapa informasi yang menurut penulis adalah sesuatu yang
baru. Mengapa? Karena apa yang terjadi di negara yang diliput bisa jadi belum
banyak diketahui oleh penonton di Indonesia. Misalnya saja, mengenai kehidupan
Muslim Maori yang jarang terkespose di media.
Dari sisi kemanusiaan atau human interest, MT menyorot indahnya
toleransi beragama di Selandia Baru. MT juga menampilkan sosok mubalig muda
24
Lihat di Bab II.
80
asal Indonesia menyiarkan ajaran Islam di sana. Nilai berita seperti ini yang justru
akan menarik banyak penonton terutama kaum millenials.
Khalayak juga akan tertarik pada hal-hal yang secara psikologis dekat
dengan kehidupan mereka. Sama halnya dengan tayangan MT. Meskipun meliput
kehidupan muslim di negara minoritas yang jauh dari Indonesia, namun jika yang
diliput WNI muslim yang menetap di negara minoritas, maka kedekatan secara
psikologis-lah yang menjadi alasan untuk menonton tayangan ini. Sebagai sesama
muslim dari Indonesia, mereka juga pasti ingin tahu, bagaimana kehidupan WNI
muslim di sebuah negara yang tergolong minoritas muslim.
―Tadinya kan memang sasarannya meng-capture kegiatan atau
kehidupan warga muslim di negara yang muslimnya minoritas. Tidak
hanya mengangkat warga muslim Indonesia, tetapi juga warga asli sana.
Misalnya kita liputan di Eropa, ya warga Eropa kita liput juga. Bagaimana
mereka kehidupan aslinya. Tapi, karena penonton kita juga orang
Indonesia, ―kedekatan‖ itu juga harus ada. Jadi harus ada juga, bahwa
WNI yang hidup di sana, tinggal di sana, bagaimana mereka
mempertahanakan keimanannya, bagaimana mereka beradaptasi di
sana.‖25
Unsur dari organisasi media khususnya televisi yang berwenang
menentukan mana berita yang layak dan tidak layak untuk ditayangkan adalah
produser. Kebijakan dari produser-lah yang menjadi kerutinan sebuah media
dalam menentukan pemberitaan. Akhirnya, kebijakan seorang produser juga ikut
memengaruhi isi dari berita.
―Jadi sebelum berangkat liputan ke luar, ada banyak sekali rapat,
membahas negara mana, profilnya, jadi kita harus meeting itu semua
tujuan. Misalnya, kalau saat saya pegang itu ada 9 tim. Artinya, ada 9
negara yang dituju. Dari 9 negara itu jangan sampai nih ada 3 negara yang
ceritanya sama. Itu yang harus diperhatikan. Makannya kita rembukin
terus-menerus. Misalnya, kita ngomongin materi untuk keberangkatan ke
Asutralia dan New Zealand, ternyata ada yang sama nih, mereka
25
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
81
ngomongin masjid. Ya gua usul, lu ubah deh, jangan yang masjid.
Kayaknya New Zealand lebih menarik selain masjid.―26
Kerutinan media juga berhubungan dengan batas waktu atau deadline.
Dalam program MT, produser-lah yang menentukan deadline tersebut. Produser
menyusun timeline yang harus dipatuhi oleh seluruh rekan kerja satu tim. Hal ini
dilakukan demi lancarnya proses kerja tim produksi.
―Ada timeline-timeline yang sudah kita atur. Jadi, kalian berangkat
di tanggal berapa, dari tanggal berapa, pulang tanggal berapa, mulai dari
situ kalian harus masuk editing di tanggal berapa, jadi kita udah ada jadwal
editing dulu nih, dari tanggal segini sampai segini, naskah harus sudah
siap di tanggal segini. Jadi timeline sudah diatur sedemikian rupa gitu.‖
Audience atau dalam konteks televisi disebut penonton juga punya andil
dalam memengaruhi tayangan MT. Sasaran atau target utama penonton NET
adalah millenials atau anak muda. Berdasarkan hal itu, program MT dibuat lebih
―ngepop‖ artinya bisa diterima dan ditonton oleh anak muda yang mereka sebut
―kekinian.‖ Selain millenials mereka juga menyasar keluarga dengan sosial
ekonomi menengah atas (upper middle). Mengingat persaingan dengan beberapa
televisi swasta di Indonesia, NET lebih memilih target family upper middle
dengan pertimbangan belum ada televisi yang menjadikan target penonton
tersebut sebagai sasaran penonton utama.
―...Karena kita berkecimpung di dunia industri, kita harus tahu nih
maunya audience apa? Nah disitu aku kadang mikir, oke kalau misalnya
aku create kayak gini penonton suka gak yah? Kalo penonton gak suka,
jangan dilakuin. Kita ngelihat behavior-nya penonton juga, kebiasaan
penonton, dan kesenangan penonton, apalagi NET itu kan targetnya
generasi millenial. Seperti apa sih yang disukai sama anak muda? Dll.. kita
sesuain.‖
26
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
82
Dari sini dapat terlihat bahwa keuntungan bagi media sangat tergantung
dengan penontonnnya. Inilah sebab utama media sangat memerhatikan unsur
penonton dalam pemilihan sebuah berita.
MT bisa dikategorikan sebagai program spesial, karena sudah menjadi
program tetap NET selama Ramadhan. Hadini mengatakan karena penerimaan
masyarakat bagus, share dan rating yang dihasilkan juga bagus, serta diapresiasi
oleh KPI dan MUI yang menjadi alasan MT dijadikan sebagai program tetap
selama Ramadhan.27
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi program MT tidaklah
singkat. Produksi MT membutuhkan waktu 6 bulan lamanya di mulai dari tahap
perencanaan hingga editing tayangan. Satu bulan pertama dipakai untuk
menyeleksi siapa saja reporter dan VJ yang terpilih untuk masuk ke dalam Tim
MT.
Menariknya, untuk memilih reporter dan VJ yang berkompeten, dewan
redaksi membuat sebuah sayembara untuk semua reporter dan VJ NET yang
tertarik untuk masuk ke dalam tim MT. Reporter dan VJ harus membuat proposal
berisi informasi negara minoritas Islam yang dituju, apa saja yang menarik dari
negara tersebut, cerita apa yang ingin diangkat hingga siapa saja yang menjadi
narasumber.
―Kalau MT itu penentuan adalah kita membuka semacam sayembara
untuk para reporter, produser, campers, dll, untuk mengirimkan proposal
sesuai dengan program MT. Ya mereka mau negara mana, proposal itu
sudah harus lengkap dengan risetnya. Misalnya negara mana, targetnya di
negara itu apa aja, mau mengangkat soal apa aja, narasumbernya siapa, itu
dalam proposal harus sudah lengkap. Ya meskipun belum detail. Misalnya
dia akan meliput sebuah keluarga di daerah mana, ceritanya soal apa itu
27
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
83
dia harus sudah tahu. Nah itu sayembara itu dilemparkan, nah dari ratusan
kiriman sayembara itu akan ada yang dipilih...‖28
Setelah proses pengiriman proposal dilalui, dewan redaksi akan
menyeleksi dan mengundang reporter dan VJ yang proposalnya terpilih.
Selanjutnya masing-masing reporter dan VJ terpilih melakukan presentasi di
depan dewan redaksi. Setelah proses presentasi selesai, dewan redaksi melakukan
rapat khusus untuk menentukan siapa saja yang akan terpilih. Dari sejak proses
pengiriman proposal hingga pengumuman nama-nama reporter dan VJ yang
terpilih, menghabiskan waktu selama sebulan.
Setelah nama-nama reporter dan VJ yang terpilih di umumkan, yang harus
dikerjakan selanjutnya adalah memperdalam riset. Reporter dan VJ diberi waktu
selama tiga bulan utuk memperdalam riset. Setiap minggunya mereka akan
menyampaikan perkembangan hasil risetnya kepada dewan redaksi. Dari rapat-
rapat tersebutlah, kerutinan program MT muncul.
―Biasanya jauh sebelum Ramadhan, kita sudah bikin sayembara.
Yang mana diikuti sama seluruh karyawan news. Sayembara MT, siapa
mau kemana, risetannya apa, dikirimkan ke kita.Yang terpilih, kita akan
persilakan mempresentasikan materinya. Termasuk kemampuan berbahasa
Inggris, kelengkapan riset, akses dinegara tujuan, disitulah kita tentukan,
―Oke, si A, B, C, D‖. Yang menentukan dewan redaksi. Executive
Producer ke atas. Rentang waktu yang dibutuhkan dari reporter dan VJ
mengirim proposal hingga namanya diumumkan kira-kira hampir sebulan.
Setelah di umumkan, ada yang memperdalam riset, ada yang berangkat
sesuai dengan negara yang ia purpose. Ada yang memang kita switch
negaranya. Banyak pertimbangan, ketika reporter kita switch, salah
satunya adalah negara yang ia purpose sudah pernah kita liput. Atau tidak
cukup menarik, kita punya negara yang lebih menarik. Semua proposal
yang dikirimkan dalam sayembara MT, adalah menjadi milik kita. Jadi,
risetannya teman-teman, boleh dipakai teman-teman yang lain (yang
terpilih).‖29
28
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 29
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo, Jakarta, 16 Maret 2017.
84
Jika semua persiapan dirasa sudah matang, langkah selanjutnya adalah
menentukan jadwal keberangkatan reporter dan VJ. Semua tanggal diatur
berdasarkan kesiapan reporter dan VJ tersebut. Produser hanya menentukan
rentang waktu dari keberangkatan, proses liputan, hingga perjalanan pulang.
Produser juga menyusun timeline seefektif mungkin.
Setibanya di Indonesia, proses selanjutnya yang harus ditempuh adalah
pembuatan dan pengeditan naskah serta pemilihan dan pengolahan gambar hasil
liputan. Setelah semua proses di atas selesai, langkah terakhir adalah editing. Di
sinilah gambar dan suara hasil liputan dipotong-sambung menjadi sebuah cerita
utuh beserta voice over-nya.
Efek, grafis, dan musik latar, ditambahkan agar menambah kuat cerita.
Keahlian editor memegang peranan penting untuk menghasilkan karya yang tidak
hanya layak tayang, tetapi juga memiliki emosi dan keserasian antara konten
dengan audio visualnya. Selain itu, di ruang editing semua yang tidak layak
tayang akan dipotong, disamarkan, atau diganti dengan materi lain yang lebih
aman untuk disiarkan. Tak hanya meramu hasil liputan tim, di ruang editing,
semua materi yang layak tayang harus diperiksa terlebih dahulu oleh produser
yang bertugas. Jangan sampai ada ketidaksesuaian antara visual dan naskah
maupun hasil edit yang kurang maksimal. Editing menjadi bagian terakhir dari
sebuah berita televisi yang akan ditayangkan. Untuk itu, pengawasan di sini harus
teliti, agar tayang sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Jika tahap
editing selesai, maka hasil liputan siap untuk ditayangkan.
85
Gambar 11: Proses Produksi MT 2016
Sumber : Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia30
3. Level Organisasi Media
Organisasi menempati posisi yang sangat dominan dalam mekanisme
mediasi pesan. Individu pekerja media dan rutinitas tunduk pada struktur dan
kebijakan organisasi atau institusi yang merangkum mereka. Pemegang
kekuasaan organisasi tertinggi suatu media dipegang oleh pemilik media, entah
perseorangan atau korporasi. Kuasa organisasi ini dapat tampil, misalnya, melalui
perekrutan editor, serta seleksi/promosi individu-individu yang dianggap loyal
untuk menempati posisi strategis dalam penentuan berita. Implikasi dari hal
30
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
86
tersebut adalah terciptanya ―swa-sensor‖, penyensoran yang dilakukan oleh awak
media mereka sendiri.31
Sebagai Pemred, Dede Apriadi tentu membuat kebijakan-kebijakan atau
pedoman bagi setiap jurnalis yang bekerja di NET. Kebijakan tersebut tentu harus
dipatuhi demi menjaga iklim organisasi.32
Dalam level individu pekerja media,
sempat disinggung mengenai faktor sikap, nilai, dan keyakinan pekerja yang tidak
terlalu memberikan efek signifikan terhadap isi berita. Hal ini dikarenakan masih
ada pengaruh yang lebih besar di level organisasi dan kerutinan media.
Tugas umum seorang Pemred adalah ―menjabarkan visi, misi, kebijakan
umum, kebijakan penyiaran, kebijakan pengembangan kelembagaan, dan sumber
daya di bidang siaran berita serta pendokumentasian materi berita.‖33
Selain tugas, Pemred juga memiliki fungsi yaitu:
Mementukan kebijakan dan membuat keputusan pada semua cakupan
divisi pemberitaan dan penyajian siaran berita.
Bertanggung jawab atas terselenggaranya siaran berita sesuai dengan
waktu, durasi, dan kejadian hari itu berdasarkan editorial televisi.
Bertanggung jawab atas tercapainya target rating dan audience share
program berita.
Mengoordinir munculnya berita-berita yang orisinal.
Mengoordinir munculnya produk program berita yang memenuhi standar
khalayak materi dan teknis.
31
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 163. 32
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017. 33
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 53.
87
Melaksanakan pendokumentasian dan pemeliharaan dokumen siaran
berita.34
Pengaruh yang paling terlihat dalam level organisasi adalah kebijakan
yang dibuat seorang pemimpin. Apa yang diinginkan pemilik modal, direktur
utama, dan semua yang berada di tingkat eksekutif disalurkan secara sistematis
melalui kebijakan-kebijakan yang ditelurkan. Dalam konteks MT, dari konsep
program hingga target penonton saja sudah dipikirkan secara matang oleh dewan
redaksi. Itu semua dilakukan bukan hanya harus disesuaikan dengan kebijakan
yang telah dibuat namun juga untuk menghasilkan keuntungan yang besar bagi
perusahaan. Karena sejatinya, organisasi media memang memiliki beberapa
tujuan dan menghasilkan uang sebagai salah satu yang paling umum digunakan.
Selain Pemred, produser eksekutif dan produser juga mengambil peran
penting dalam memengaruhi sebuah isi tayangan.
―Produser Eksekutif adalah seseorang yang mempunyai wawasan
dan mengerti tentang program televisi secara keseluruhan dan memiliki
kemampuan menuangkan ide atau pemikirannya dalam pembuatan
program televisi, selain itu mampu mengelola dan melakukan koordinasi,
kontribusi dan distribusi produksi secara keseluruhan, sistematis, dan
pengembangan ide untuk program siaran. Sementara produser adalah
seseorang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan suatu program
siaran dan harus mempunyai kemampuan berpikir dan menuangkan ide
dalam suatu tulisan atau proposal untuk suatu program acara secara baik
dan sistematis, serta mempunyai kemampuan untuk memimpin dan
bekerja sama dengan seluruh kerabat kerja dan unsur-unsur produksi
terkait.‖35
Produser Eksekutif MT, Cahyo Wibowo mengaku bertugas mendesain MT
dari season ke season, menyeleksi reporter dan VJ bersama dewan redaksi,
34
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 53. 35
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, h. 60.
88
menentukan negara tujuan, menyusun budget, hingga membantu ―jualan‖ ke
pengiklan. Sementara Hadini Amalia yang berada di posisi Produser MT,
memiliki tugas yang lebih bersifat teknis seperti membuat timeline produksi,
memberikan ide/masukkan, mengedit naskah, hingga mengawasi proses editing.
Semua tugas yang mereka kerjakan dilakukan secara profesional. Mengingat
mereka sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik, tentu sudah memiliki
pengalaman dalam bidang yang ditekuni.
Demi memberikan tayangan yang berkualitas, dewan redaksi sangat
memerhatikan setiap detail yang ada dalam program MT. Salah satunya adalah
persyaratan seorang reporter dan VJ MT. Reporter yang terpilih nantinya harus
menguasai bahasa Inggris dengan baik. Poin plus jika repoter bisa menguasai
bahasa asing selain bahasa Inggris.
―Pertama temanya menarik. Kedua, kapasitas dia seperti apa?
Misalnya dia memilih negara China. Bisa bahasa China gak? Kalau dia
bisa bahasa China itu punya nilai kelebihan. Untuk semuanya sih ya harus
bisa berbahasa Inggris. Karena kita liputannya di luar negeri. Meskipun,
kita ke negara-negara yang mayoritas tidak bisa berbahasa Inggris.
Misalnya, ada negara yang tidak berbahasa Inggris. Tapi kan modal utama
harus bisa berbahasa Inggris. Untuk reporter yang bisa berbagai bahasa
selain Inggris tentu menjadi nilai lebih. Misalnya dia bisa bahasa China,
Korea, itu bisa jadi nilai lebih. Dari pengumpulan proposal itulah dipilih
lagi yang berdasarkan risetnya menarik, negaranya juga menarik,
narasumber yang akan dia tuju bagus profilnya, terus sama kelebihan dia
dari segi bahasa itu tadi.‖36
Selain penguasaan bahasa asing yang baik dan proposal yang menarik,
reporter juga harus luwes di depan kamera. ―Keluwesan‖ tersebut bisa berasal dari
pengalaman si reporter. Semakin sering ia memberikan laporan langsung dari
lapangan, maka ia akan terbiasa/tidak kaku berhadapan dengan kamera.
36
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
89
―Karena ini programnya partisipatif ya, ya dia harus luwes di depan
kamera. Karena kan kita gak cuma di MT ya, kita sudah di program-
program lainnya, sudah terlatih. Nah itu juga jadi bahan penentuan,
misalnya dia ngirim proposal nih, tapi selama ini nih anak gak pernah PTC
(Piece to camera) di depan kamera, live atau pernah sekali dan itupun
masih kaku itu juga bisa jadi bahan pertimbangan.‖37
Proposal milik reporter dan VJ yang terpilih belum tentu bisa diterima.
Alasannya adalah negara yang reporter dan VJ tersebut cantumkan dalam
proposal milik mereka, sudah pernah diliput dan dianggap kurang menarik. Dalam
memilih sebuah negara minoritas untuk diliput, dewan redaksi juga memiliki
kriterianya tersendiri.
―Untuk menentukan negara, yang pertama kita pilih negara dengan
minoritas muslim. Itu kan banyak sekali. Yang kedua, kita pengen sebar,
gak ngumpul di Eropa semua. Jadi di setiap benua. Kalau setiap benua ada
perwakilannyaa kan sudah 5 kan. Dan rata-rata itu kita jalan setiap tahun
ke 9 negara. Jadi biasanya Eropa itu ada dua, karena benua terbesar.‖38
Hadini mengakui jika ada pembatasan episode di setiap negara.
Menurutnya hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan hanya cukup untuk
memproduksi tiga episode. Selain biaya, faktor lainnya adalah konten. Negara
selain Amerika dan Skandinavia biasanya memiliki konten yang lebih sedikit.
Inilah mengapa dua negara tersebut memilki batasan jumlah episode yang berbeda
yaitu sebanyak empat episode.39
Nugroho Eko juga menambahkan jumlah episode
bersifat aplikatif. Jumlah episode ditentukan berdasarkan berapa hari yang
diberikan kepada reporter dan VJ untuk meliput, berapa banyak cerita yang bisa
diangkat, dan berapa biaya yang dihabiskan. Menurutnya hal ini wajar dalam
sebuah produksi televisi.40
37
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 38
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo, Jakarta, 16 Maret 2017. 39
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 40
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
90
Penulis sebelumnya juga sudah menyaksikan seluruh tayangan MT
produksi 2016. Jika disimpulkan, secara keseluruhan, MT memiliki misi untuk
menyebarkan pesan pentingnya toleransi beragama dan memelihara keberagaman.
MT lebih memilih kedua unsur itu, ketimbang memasukkan konflik antar kaum
minoritas muslim dengan komunitas non muslim di sebuah negara. Misalnya
dalam konteks tayangan MT episode ―Kehidupan Keluarga Muslim Maori‖ (25
Juni 2016), dalam tayangan tersebut digambarkan bagaimana Maori sebagai suku
asli Selandia Baru dapat menerima Islam dengan baik.
Namun, Nugroho Eko mengakui, informasi yang negatif ataupun berbau
kontroversi tidak sepenuhnya dihilangkan, tetapi ―porsi‖nya dikurangi. Nugroho
menambahkan, konsep menjaga keberagaman adalah kebijakan redaksi. Jika
kebijakan dewan redaksi sudah dikeluarkan, setiap jurnalis pun harus
mematuhinya. Yang menarik adalah konsep ―toleransi beragama‖ masih menjadi
―nilai jual‖ sejak program MT pertama kali tayang hingga tahun ketiganya.
Tingginya share dan rating (untuk kepentingan pengiklan dan pengelola televisi)
serta seringnya apresiasi yang diberikan KPI dan MUI, bisa jadi menjadi alasan
utama mengapa tema ―toleransi beragama‖ tersebut masih terus di usung.
―Sebenarnya gini, balik lagi itu adalah kebijakan redaksi. Ketika
memang Pemred sudah menurunkan, kita fokus, ya kita harus jaga
keberagaman. Kita kuatkan toleransi dan hal-hal positif. Yang berbau
negatif maupun kontoversi, bukan dihilangkan tapi dikurangi memang.
Misalnya, MT, dari bahasanya juga ―Muslim Travelers‖ berinteraksi
dengan banyak orang di luar negeri. Kayak kita mengangkat Islam-islam
yang memang tidak toleran, itu akan meruntuhkan ruh program. Termasuk
NET sendiri. Tapi, ketika kemarin kita ―main‖ di Prancis, kita juga
ngangkat soal terorisme. Tapi porsinya gak banyak. Dan bukan berarti
terorisme itu akan selalu Islam. Kan ada banyak hal. Yang ditekankan,
memang adalah damai, pasti. Ya hidup buat apa kalau misalnya kita
rusak.‖41
41
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
91
4. Level Institusi Sosial
Lingkaran yang menjadi level keempat dalam model hirarki pengaruh
adalah institusi sosial, yang bekerja dari luar organisasi media. Pengaruh dari luar
media berasal dari sumber berita, kebijakan dan kontrol pemerintah, pengiklan
dan penonton, public relations, kelompok kepentingan, dan pangsa pasar.
Menurut Shoemaker dan Reese, sumber berita adalah salah satu elemen dalam
level institusi sosial yang sangat penting. Sumber berita, jelas memiliki dampak
yang signifikan terhadap isi media karena sumber berita adalah asal mula dari apa
saja yang diketahui oleh jurnalis.42
Sumber berita yang berasal dari pejabat
pemerintah dan kepolisian sering menjadi pilihan sumber utama bagi seorang
jurnalis. Bukan hanya karena mereka mudah untuk ditemui dan diajak wawancara,
namun karena jurnalis dan editor sebuah media percaya dengan informasi yang
didapat dari kedua sumber tersebut.43
Saat ingin meliput di Selandia Baru, sumber informasi yang pertama kali
dicari Annisa yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Selandia Baru.
Pihak KBRI memberikan saran kepada Annisa untuk meliput salah satu mubalig
muda asal Indonesia yang bernama Fahri Agam.44
Narasumber seorang anak
muda dan berbakat tentu akan disukai oleh target penonton MT, yaitu millenials.
Tim MT pun menyetujui saran tersebut dan akhirnya menghasilkan tayangan
episode ―Mubalig Muda asal Indonesia di New Zealand‖ yang tayang pada
tanggal 16 Juni 2016.
Selain KBRI, sumber lain yang di cari oleh Annisa adalah organisasi
pengusaha-pengusaha sapi di Selandia Baru, yang bernama Fonterra. Dari
42
Lihat di Bab II. 43
Lihat di Bab II. 44
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017.
92
Fonterra inilah Annisa mendapatkan seorang narasumber muslim asal Indonesia
yang menjadi pengusaha sapi sukses di Selandia Baru bernama Reza Abdul
Jabbar. Tim MT ternyata menyetujui untuk menjadikannya narasumber karena
latar belakang pekerjaan dan kisah keluarganya yang menarik untuk diangkat ke
layar kaca. Kisah keluarga pengusaha muslim ini tersaji dalam episode
―Kehidupan Umat Muslim di Selandia Baru‖ yang tayang pada tanggal 7 Juni
2016.
―Akhirnya aku telepon organisasi Islam yang ada di Selandia Baru.
Nah alhamdulillah Wellington Muslim Community, di Wellington, aku
dibantu sama dia untuk follow up yang lain. Akhirnya perlahan tapi pasti
aku bisa nemuin. Kayak narsum Pak Reza, Pengusaha Sapi, aku hubungi
Fonterra. Fonterra itu asosiasi pengusaha-pengusaha sapi yang ada di
Selandia Baru...‖45
Satu lagi sumber yang menjadi pilihan Tim MT adalah perusahaan travel
di Selandia Baru yaitu Halal Tour New Zealand dan Maori Tourism New Zealand.
Kedua perusahaan tersebut memberikan saran mengenai tempat mana saja yang
bagus untuk diliput dan mencari keluarga Muslim Maori yang bisa dijadikan
narasumber. Semua informasi mengenai budaya suku Maori dan kehidupan
muslim Maori tersaji dalam episode ―Kehidupan Keluarga Muslim Maori‖ yang
tayang pada tanggal 25 Juni 2016.
―Kita kan punya cerita. Kita mau ngangkat keberagaman di
Auckland. Di Auckland itu semua ras ada. Dia memang kota terbuka. Dari
Asia sampai suku asli Maori, ada. Maorinya itu, kita minta. Kita minta
Maori yang seperti ini syaratanya. Tourism itu yang mencarikan. Kita
terima bersih. Terlebih, kita minta Maori yang muslim. Mereka dapet. Kita
terima. Karena gak mungkin gua sama Za yang nyari. Kenal juga enggak.
Kesana juga belum pernah. Ibaratnya simbiosis mutualisme itu. Jadi, apa
yang kita minta, berusaha dipenuhi, kalau gak ketemu, mereka
menyarankan. Misalnya lu nyari Maori yang muslim yang muda gak ada
nih. Tapi dia ada yang keluarga nih dan anaknya delapan. Wah menarik.‖46
45
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017. 46
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
93
Elemen selanjutnya adalah kebijakan dan kontrol pemerintah. KPI sebagai
lembaga negara yang bersifat independen berhak mengatur hal-hal mengenai
penyiaran, termasuk siaran televisi. Dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32
Tahun 2002 dijelaskan mengenai tugas dan kewajiban serta wewenang KPI.
KPI mempunyai tugas dan kewajiban:
Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar
sesuai dengan hak asasi manusia;
Ikut membantu pengaturan infrastuktur bidang penyiaran;
Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran
dan industri terkait;
Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang;
Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik
dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; dan
Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.47
KPI mempunyai wewenang:
Menetapkan standar program siaran;
Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program siaran;
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran;
47
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, h. 9.
94
Melakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan pemerintah, lembaga
penyiaran, dan masyarakat.48
Menurut Hadini Amalia, semua program di NET harus berpegangan teguh
dengan apa yang tertulis dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS). Setiap bulannya NET juga aktif mengirimkan karyawannya
terutama produser untuk mengikuti pelatihan khusus mengenai P3SPS di Kantor
KPI Pusat. Hal ini dilakukan demi mempertahankan kualitas siaran televisi yang
sehat untuk masyarakat.49
Gambar 12: Data Sanksi Teguran Tertulis Terhadap Lembaga Penyiaran Januari-Desember 2016
Sumber: Arsip KPI 2016, disampaikan oleh Wakil Ketua KPI Pusat dalam kegiatan Sekolah
P3SPS Angkatan XVI50
Setiap tahunnya, KPI merilis grafik data sanksi teguran tertulis terhadap
lembaga penyiaran. Dalam grafik tahun 2016, stasiun televisi yang paling banyak
mendapat sanksi adalah INews TV yakni sebanyak 18 sanksi teguran. Sementara
NET berada diposisi terakhir dengan satu kali sanksi teguran. Berdasarkan grafik
48
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, h. 8-9. 49
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 50
Arsip KPI 2016, disampaikan oleh Wakil Ketua KPI Pusat dalam kegiatan Sekolah
P3SPS Angkatan XVI, Februari 2017.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
95
di atas, NET sebagai televisi yang baru berusia empat tahun, mencoba untuk
konsisten memberikan siaran sehat untuk masyarakat.
Elemen selanjutnya adalah pengaruh dari pengiklan. Menurut J.H.
Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese mengatakan jika media massa
secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayainya. Media
massa diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari terompet itu
dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti
secara substansial bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung
dipengaruhi oleh pengiklan.51
―Tapi bisa jadi, aku melakukan apa maunya produser karena
produser sudah di link dengan pengiklan misalnya. ―Za, kita punya
pengiklan nih, lu harus syuting kayak gini.‖ Kita ikut maunya produser,
dan maunya client. Di Indonesia Morning Show (IMS) ada, MT juga ada.
Yang aku sesuai dengan maunya client itu pas aku Islam Maori.
Permintaannya kebetulan aku kerjasama sama tour travel new zealand jadi
aku harus meng-cover kota Auckland, Maori, Wahiki Island. Tetapi
kontennya tetap ada batasan-batasan, ―Oke, kita barter promo seperti ini,
kita cuma bisa ngasih ini nih, porsi kita.‖ Jadi gak semuanya kita terima
dan kita mau. Ada juga produk busana muslim, Shafira. Dapet baju
muslim Shafira, dapat jilbab juga. Dia cuma nitip dipake, nanti pas sudah
tayang, di screen shot.‖52
Berdasarkan statement Annisa, jelas bahwa ada pengaruh pengiklan
terhaadap isi tayangan MT. Pengaruh tersebut berupa usulan tempat, pemilihan
narasumber, hingga konsep pakaian yang dipakai. Blumler dan Tunstall
mengatakan, pada dasarnya pengaruh pengiklan kemungkinan besar akan terjadi
pada organisasi media yang mengandalkan pendapatan utamanya hanya dari iklan,
khususnya jika kompetensi mendapatkan iklan dirasakan tinggi. Sebaliknya,
organisasi media yang lebih mapan atau dimiliki oleh kaum elit memiliki
51
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message, h. 190. 52
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017.
96
kemampuan untuk menghadapi tekanan pemasang iklan.53
Nugroho
menambahkan, asalkan usul dari pengiklan masih berada dalam koridor konsep
MT, maka usul tersebut bisa diterima.
―Kebetulan di New Zealand, ada kenalan lama, dari teman istri.
Dia memang di sana punya perusahaan halal tour. Ketika kita di
akomodasi dengan mereka, mereka minta cover beberapa makanan yang
halal. Karena masih masuk dalam satu garis, how to travel ke negara maju,
tapi kita juga mudah untuk mencari kudapan atau makan besar.‖54
Pengaruh pemasang iklan terhadap isi media muncul dalam bebagai
bentuk sehingga seringkali sulit untuk dikenali dan juga tidak selalu berarti ilegal
(misalnya memberikan informasi yang memiliki nilai promosi, iklan melalui
penempatan produk, sponsor, dan sebagainya).55
Pengaruh tekanan pengiklan
terhadap pemberitaan di media massa secara etis memang tidak bisa dibenarkan.
Jika hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin media massa akan kehilangan
kredibiltas dan efektivitasnya. Dalam hal ini, tentu publik juga akan merasa
dibohongi.
Selain pengiklan, ternyata penonton juga memiliki pengaruh terhadap
tayangan televisi. Konsep MT yang memadukan traveling dengan informasi
mengenai kehidupan umat muslim minoritas di dunia semata-mata ingin menarik
penonton utama mereka yaitu millenials. Dalam MT, reporter sebisa mungkin
membuat naskah yang disukai oleh penonton. Konsep yang ―ngepop‖ pun sengaja
dipilih dengan alasan lebih kekinian, beda, dan disukai anak muda. Hadini Amalia
mengatakan, pemilihan reporter juga tak lepas dari apa yang disukai oleh
penonton.
53
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, h. 262-
263. 54
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017. 55
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, h. 262.
97
―Sesuai dengan penonton NET, targetnya anak muda. Makannya
kita mengemas acara ini, acara rohani, acara yang mengangkat soal
kehidupan muslim tapi dikemas dengan jalan-jalan. Karena targetnya
memang anak muda. Dengan reporternya yang juga anak-anak muda,
targetnya juga ke anak muda.‖56
Elemen selanjutnya adalah public relations. Public relations dalam sebuah
organisasi atau perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan media. Hal ini
penting karena disatu sisi pihak media akan mendapatkan informasi yang sesuai
fakta dengan penjelasan yang detail tanpa harus menganalisis berita, disisi lain
pihak organisasi/perusahaan juga tentu mendapatkan kesempatan untuk
mempublikasikan diri di media yang bersangkutan.57
Dalam meliput di Selandia
Baru, Annisa tentunya meminta izin kepada Humas KBRI di Selandia Baru. Tak
hanya itu, pihak KBRI juga memberikan saran-saran apa saja yang bisa diliput di
Selandia Baru. ―Kebetulan Papahnya yang mubalig muda itu orang KBRI. Orang
bapaknya juga bilang, emang sulit. Emang gini mbak KBRI. Aku ngajuin dari
tahun 2015, gak di approve-approve sampai di sana ketemu langsung sama orang
KBRI. Tapi mereka pas kita di sana, melayani.―58
Berikutnya adalah pengaruh dari kelompok kepentingan dan penekan.
Kelompok kepentingan dan penekan berupaya memengaruhi apa yang dilakukan
media dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masyarakat. Kelompok
kepentingan dan penekan bisa berupa organisasi atau kelompok, baik formal
maupun informal dengan latar belakang seperti kelompok atau organisasi agama,
politik, hukum, perlindungan wanita, dan sebagainya.59
56
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017. 57
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 119-121. 58
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017. 59
Lihat di Bab II.
98
MUI sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi para ulama,
zu‟ama, dan cendekiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina, dan
mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia hadir untuk membantu
pemerintah dalam melakukan hal-hal yang menyangkut dengan umat Islam,
seperti mengeluarkan fatwa dalam kehalalan sebuah makanan, penentuan
kebenaran sebuah aliran dalam agama Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan
hubungan seorang penganut agama Islam dan lingkungannya.60
Kehadiran MUI sebagai kelompok kepentingan dan penekan media massa
dilatar belakangi oleh keresahan masyarakat terhadap isi siaran televisi terutama
saat Ramadhan. Masyarakat meminta MUI untuk ikut andil membantu KPI
mengawasi tayangan televisi. Masyarakat juga merasa MUI memiliki kapasitas
untuk membenahi tayangan televisi terutama yang bermuatan agama.61
Ketua
Infokom MUI, Asrori S Karni pun mengakui jika KPI dan Kominfo justru
memerlukan bantuan MUI untuk membantu mengawasi program keagamaan.
―Justru KPI butuh MUI. Terutama pada konten keagamaan, KPI ini
merasa sangat terbantu dengan MUI. Kominfo juga sangat terbantu dengan
MUI. Yang punya kompetensi tentang program keagamaan di mata
mereka adalah MUI. Dan di MUI kita memang menyediakan personil
dengan berbagai kompetensi. Banyak permintaan dari masyarakat dari
surat-surat yang masuk maupun suara-suara di sejumlah Focus Group
Discussion (FGD). Banyak sekali yang berharap kepada MUI, bahkan
mereka agak skeptis terhadap KPI dan LSF. Dan memang MUI tidak
punya otoritas mengikat, lebih pada bagian dari gerakan advokasi,
pressure group, membentuk opini publik.‖62
Tak hanya mengkritik, MUI juga memberikan apresiasi terhadap televisi
yang menyajikan program dengan tayangan yang mendidik. Tayangan yang bagus
60
MUI, ―Sejarah MUI,‖ artikel diakses pada 1 Mei 2017 dari
http://mui.or.id/id/category/profile-organisasi/sejarah-mui/ 61
Wawancara Pribadi dengan Asrori S Karni, Jakarta, 27 April 2017. 62
Wawancara Pribadi dengan Asrori S Karni, Jakarta, 27 April 2017.
99
menurut MUI adalah yang mendapatkan apresiasi. Apresiasi tersebut diberikan
dalam sebuah penghargaan yang bernama Anugerah Syiar Ramadhan.
Penghargaan yang dihidupkan kembali di tahun 2016 ini sempat vakum selama 13
tahun disebabkan oleh kekecewaan MUI terhadap tayangan Ramadhan di televisi.
Pada tahun 2013-2016 MUI menilai ada perbaikan signifikan tayangan di televisi.
Hingga akhirnya MUI memutuskan untuk kembali menghadirkan Anugerah Syiar
Ramadhan di tahun 2016 bekerja sama dengan KPI dalam proses penjurian.63
Tercatat, MT mendapatkan penghargaan dari KPI dan MUI sebagai
program Ramadhan terbaik tiga tahun berturut-turut dari tahun 2014-2016. KPI
dan Infokom MUI menilai progam MT layak mendapatkan penghargaan karena
berhasil membuka wawasan umat muslim di berbagai negara.
―Sisi lebihnya menurut kami adalah inspiring-nya. Betapa umat
Muslim di Indonesia itu juga harus bisa tahu saudara-saudaranya di daerah
lain. Yang tentunya dalam beribadah, dalam situasi-situasi di negara
masing-masing itu ternyata punya tantangan. Itu sebuah wawasan yang
bagus.‖64
Apresiasi yang diberikan KPI dan MUI ini tentu memacu tim produksi MT
untuk selalu memberikan inovasi dalam setiap tayangan. Misalnya di Tahun 2016,
Hadini memasukkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis di dalam konten tayangan
yang terkait dengan pembahasan tema di setiap episode. Apresiasi dari MUI dan
KPI ini jugalah yang membuat NET mewajibkan program MT hadir setiap
tahunnya di bulan Ramadhan.65
Elemen terakhir adalah pangsa pasar. Bagi pemilik perusahaan media,
pangsa pasar amatlah penting. Media massa beroperasi secara primer pada pasar
63
Wawancara Pribadi dengan Asrori S Karni, Jakarta, 27 April 2017. 64
NET17, ―Muslim Traveler dapatkan apresiasi program ramadhan kategori dokumenter
terbaik oleh KPI,‖ dokumen video diakses pada 26 Februari 2017 dari
https://www.youtube.com/watch?v=0fLfOH7xunM 65
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia, Jakarta, 13 Maret 2017.
100
yang komersil yang mana harus berkompetisi dengan media lainnya untuk
mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.66
Share dan rating menjadi
hal yang sangat penting bagi pengelola stasiun penyiaran komersial untuk melihat
apa saja program yang digemari oleh target penonton mereka. Share dan rating
juga penting bagi pemasang iklan untuk selalu mencari stasiun penyiaran atau
program yang paling banyak ditonton orang. Annisa mengaku jika ia diminta oleh
atasannya untuk membuat liputan yang memiliki share yang bagus. Harapannya
adalah share tersebut dapat dipertahankan. ―Yang aku sering dituntut adalah
share. Aku juga gak tahu kenapa. Jadi ketika liputan aku itu share-nya bagus, aku
disuruh buat liputan seperti itu lagi. Dengan tema-tema yang mirip dengan share
yang sama. Berharap adalah kita mempertahankan share itu.‖67
NET yang sedari awal memiliki target penonton millenials memang
konsisten menghadirkan tayangan-tayangan yang menyasar ke penonton anak
muda. Wishnutama sebagai CEO NET pun mengakui millenials adalah market
yang cukup besar keberadaannya di Indonesia.
―Kita lihat ada target audience yang baru, family oriented, modern,
educated, pun masih kosong. Kedua, millenials. Ketiga, middle up. Pikiran
saya saat itu, ada saat kita ikut-ikut bersaing di area yang sama, padahal
kita bisa memberikan value yang baru kepada pemirsa, ya kita kayak
garemin air laut aja. Padahal, ada market di Indonesia. Yang berpikiran
lebih modern, yang berpikiran lebih maju, berpikiran educated, yang
akhirnya lari ke konten asing. Star, HBO dan sebagainya.‖68
Dengan target yang cukup besar, lantas apa langkah yang ditempuh
selanjutnya? Langkah selanjutnya adalah mencari momen untuk mendongkrak
66
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 209. 67
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi, Jakarta, 9 Maret 2017. 68
Wishnutama, Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul International
Convention Center, 22 Maret 2017.
101
pendapatan perusahaan. Ramadhan adalah salah satu momen tersebut. Di jam-jam
tertentu di bulan Ramadhan, seperti menjelang maghrib-waktu berbuka-dan waktu
sahur, pemirsa televisi melimpah. Wajar jika stasiun televisi berlomba-lomba
menyedot perhatian pemirsa.
Pemilihan jam tayang MT pun bisa dikatakan juga mementingkan
keuntungan perusahaan. Menurut Cahyo Wibowo, MT ditayangkan di jam 04.30
dikarenakan jumlah penonton yang masih besar. Ini membuktikan bahwa pangsa
pasar juga memengaruhi sebuah tayangan.
―Di jam tayang 04.30 jumlah penonton masih tebal di sana. Semua
TV gak cuma di NET, 04.30 masuk prime time. Di Ramadhan itu 04.30
masuk prime time. Jam 03.00-05.30 itu masuk prime time. Masuk prime
time-nya lagi nanti menjelang maghrib. Jam 17.00-19.00 itu prime time 1.
Padahal di luar Ramadhan, jam 18.00 itu bukan prime time yang utama,
melainkan masuk yang paling prime itu jam 20.00-22.00 itu yang paling
mahal. Jadi, jam paling mahal saat Ramadhan itu ada di jam 03.00-05.30.
MT tidak tayang sebelum maghrib, sebenarnya ini wewenangnya orang
programming ya, tapi menurut gue sih menjelang maghrib itu genre-nya
sudah beda ya, untuk menunggu maghrib itu lebih ke hiburan biasanya.
Gak tau ya ini kan yang riset programming. Yang jelas, ya jalan sih, tahun
kemarin juga jalan. Di jam itu kita juaranya di jam 04.30. Kalau untuk MT
memang khusus Ramadhan. 30 hari.‖69
5. Level Sistem Sosial
Level terluar dalam hirarki model adalah sistem sosial. Sistem sosial
sangat luas. Shoemaker dan Reese sendiri menyederhanakannya dalam empat sub-
sistem: ideologi, ekonomi, politik, dan kultural.70
Keempat wilayah tersebut
berada dalam wilayah paling makro dan kadang sulit untuk dideteksi. Kadang kita
akan cenderung menganggap sesuatu yang umum, lumrah saja terjadi, sesuatu
yang secara hegemonik akan kita terima sebagai kewajaran, taken for granted.71
69
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo, Jakarta, 16 Maret 2017. 70
Lihat di Bab II. 71
Lihat di Bab II.
102
Ideologi menggambarkan fenomena tingkat masyarakat. Yang asasi
ideologi di Amerika Serikat adalah ―kepercayaan dalam nilai sistem ekonomi
kapitalis, kepemilikan pribadi, pencapaian laba dengan wiraswasta untuk
kepentingan pribadi, dan pasar bebas‖. Ideologi yang menyeluruh ini mungkin
memengaruhi isi media massa dengan banyak cara.72
Bila dikaitkan dengan
konteks media, ideologi menggambarkan bagaimana peristiwa dilihat dan
diletakkan dalam tempat-tempat tertentu.
Ideologi NET tak lepas dari visi misi yang mereka miliki. Wishnutama
mengatakan bahwa jika kreatifitas dan inovasi ditopang dengan disiplin dan kerja
sama, maka akan menghasilkan karya yang luar biasa. NET adalah tempat untuk
berinovasi, berkreatifitas, menjadi orang-orang yang tangguh dan membanggakan.
Karya yang dihasilkan di NET bukan hanya mengejar rating, tetapi
membanggakan diri sendiri dan juga negara.73
Jika ditelaah lebih dalam, tayangan NET bisa dikatakan termasuk siaran
sehat. Sehat bukan karena NET hanya pernah sekali ditegur oleh KPI, tetapi juga
memang tayangan yang dihadirkan betul-betul mendidik. Namun yang perlu
diketahui adalah memang dari awal segmentasi penonton NET adalah anak muda
yang menyukai tayangan yang mendidik.
―Yang berpikiran lebih modern, yang berpikiran lebih maju,
berpikiran educated, yang akhirnya lari ke konten asing. Star, HBO dan
sebagainya.... Lalu, apa sih target audience-nya? Premium, Millenials,
Young Population, akan berkembang. Look-nya kita juga harus premium.
Kualitas kontennya harus bagus.―74
72
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, Mediating the Message in the 21st Century,
h. 71. 73
Wishnutama, Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul International
Convention Center, 22 Maret 2017. 74
Wishnutama, Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul International
Convention Center, 22 Maret 2017.
103
Kesimpulan dari statement Wishnutama di atas adalah jika NET membuat
program yang premium, dan kontennya bagus, maka penonton terutama anak
muda yang modern dan berpendidikan, akan menyukai dan menonton NET.
Terlebih, berdasarkan pengakuan dari Hadini Amalia, rating NET saat ini berada
di atas televisi berita seperti Kompas TV, Metro TV,dan TV One. Sebagai televisi
baru, ini adalah sebuah pencapaian yang cukup bagus.
NET di awal memang memiliki semangat untuk ―menyehatkan‖ siaran
televisi di Indonesia. NET seolah-olah ingin menjadi pionir yang berani dengan
menyajikan siaran yang berbeda. Namun, NET sejatinya juga mencari keuntungan
demi menjaga stabilitas perusahaan. Kesimpulannya, NET juga tidak bisa lepas
dari yang namannya kapitalisasi media.
Herman dan Chomsky menyebut media massa sebagai mesin atau pabrik
penghasil berita (news manufacture) yang sangat efektif dan mendatangkan
keuntungan besar dari sisi ekonomi. Banyak pengusaha besar yang menanamkan
modalnya dalam bisnis media massa. Para pengusaha yang terjun ke industri
media tentu berharap modal yang sudah mereka tanamkan bisa kembali, bahkan
menghasilkan keuntungan.75
NET sebagai perusahaan yang bergerak di industri kreatif tentunya
membutuhhkan sokongan dana dari pihak-pihak luar terutama pengiklan.
Meskipun NET berdiri di bawah bendera INDIKA Group yang notabene dimiliki
oleh Agus Lasmono yang juga pengusaha batu bara dan tercatat sebagai anak
75
Usman Ks, Ekonomi Media: Pengantar Konsep dan Aplikasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 6.
104
muda terkaya di Indonesia tahun 2017 dengan penghasilan 845 juta dolar AS atau
setara Rp 7,78 triliun, menurut Forbes Asia.76
Namun untuk menjalankan operasional produksi dan kerutinan media,
NET juga membutuhkan suntikan dana dari investor, baik dalam maupun luar
negeri. Dari dalam negeri, sudah ada beberapa brand ternama yang bekerjasama
dengan NET seperti produk kecantikan, operator selular, maskapai pesawat
terbang, dan sebagainya.
Gambar 13: Brand ternama yang berkerja sama dengan NET
Sumber : http://nettalent.netmedia.co.id/
Jika membaca track record NET, bisa jadi stasiun televisi yang baru
berusia empat tahun ini sedang melebarkan sayapnya menjadi perusahaan media
transnasional. Perusahaan transnasional adalah sebuah perusahaan nasional yang
memiliki wilayah operasi di dua atau lebih negara lainnya. Di antara banyak
perusahaan transnasional terdapat pula perusahaan media transnasional yang
76
Hasanudin Aco, ―Agus Lasmono Anak Muda Terkaya dari Indonesia,‖ artikel diakses
pada 30 Maret 2017 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2010/12/03/agus-lasmono-anak-
muda-terkaya-dari-indonesia
105
memiliki komoditas utama berupa informasi dan hiburan. NET membuktikannya
dengan dibelinya program ―Just Duet‖ yang merupakan format asli Indonesia,
kolaborasi NET dan Fremantle Media, oleh beberapa negara di Eropa.77
―Media massa kini tidak lagi dianggap sebagai entitas tunggal
institusi masyarakat, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya,
(1) Perubahan media massa yang menjadi industri; (2) Perubahan sistem
politik yang turut mengubah kebijakan media; dan (3) Dorongan revolusi
teknologi yang turut memengaruhi pertumbuhan dan penyebarluasan usaha
media massa. Masuknya unsur modal, juga mengharuskan media massa
memikirkan pasar demi memperoleh keuntungan, baik dari penjualan
maupun dari iklan. Persaingan media pun menjadi sangat ketat, sementara
media tidak hanya bisa hidup dari idealisme dan mengusung kepentingan
publik, karenanya media harus memiliki basis ekonomi yang kuat. Untuk
dapat bertahan, media melakukan kreativitas ekspansi.‖78
Melihat ketatnya persaingan konten di media massa, NET berinisiatif
memperluas jangkauannya dengan merambah ke digital platform. Bukan karena
masih banyak stasiun televisi yang menganggap digital platform adalah sebuah
ancaman, namun NET melihat akan ada banyak keuntungan jika televisi
merambah ke digital platform. Salah satu keuntungannya adalah dalam aspek
finansial yang besar untuk perusahaan.
―Pada saat kita berani main di digital, percaya gak? Televisi lain
menganggap digital adalah ancaman. Buat kita, digital adalah opportunity.
Memberikan value dalam sebuah konten acara itu yang menurut saya lebih
efektif. Kita juga membangun digital platform. Semua sosial media. Di
dalam pun kita buat juga seperti zulu, net cj, net.z dll.‖79
Dalam aspek budaya, NET memang terlihat berkiblat ke negara barat. Bisa
dilihat dari beberapa konten acaranya yang terinspirasi dari program-program luar
seperti talk show, acara musik, acara pencarian bakat, dan sebagainya. Selain itu
77
Wishnutama, Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul International
Convention Center, 22 Maret 2017. 78
Formas Juitan Lase dan Adde Oriza Rio, ―Ekonomi dan Disverifikasi Media Massa,‖
Jurnal Interaksi, Vol III no. 1 (Januari, 2014): h. 15. 79
Wishnutama, Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul International
Convention Center, 22 Maret 2017.
106
teknologi pertelevisian yang diadopsi oleh NET memang tidak bisa terlepas dari
pengaruh media massa luar.
Media barat memproduksi hampir mayoritas produk media seperti berita,
foto, film, dan sebagainya. Banyak faktor yang membuat mereka bisa
mendominasi salah satunya adalah teknologi. Di barat, teknologi media massa
memang sudah semakin maju. Yang perlu di kritisi adalah jika negara-negara
berkembang menyetujui dan mengikuti produk media massa dari negara barat,
maka dampaknya adalah masyarakat kita akan percaya dan dibayang-bayangi oleh
apapun yang dibuat oleh negara barat.
NET terkenal dengan gambar siarannya yang jernih atau high definition.
Teknologi ini sebenarnya sudah banyak dipakai di negara barat. Namun, karena
biaya yang dikeluarkan cukup mahal, jarang stasiun televisi yang mau
mengadopsi teknologi ini. Menurut Nugroho Eko, di Indonesia, baru dua televisi
yang secara output memilih teknologi HD, yaitu NET dan Berita Satu.
―Sebenarnya dari gua ada dua alasan yang layak jadi pertimbangan
ya, yang pertama kualitas. Pasti kan kualitasnya lebih unggul dari
teknologi lampau yang masih analog. Yang kedua, ke depan semuanya
akan serba digital. Jadi ketika kita investasi untuk membuat tv, kenapa
kita harus investasi dengan teknologi lama? Mending mahal sekalian,
untuk menyiapkan sepuluh tahun ke depan. Itulah yang dilakukan NET.
Kalau HD secara input itu semua TV sekarang sudah HD. Tapi output baru
kita. Sampai saat ini. Dan Berita Satu. Berita Satu juga punya.―80
Di satu sisi NET memilih teknologi HD sebagai kualitas yang bagus. Di
sisi lain, NET juga berpeluang besar untuk menarik perhatian masyarakat.
Penonton akan menganggap NET berbeda dengan televisi lain. Akhirnya, mereka
80
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko, Jakarta, 23 Maret 2017.
107
akan menjadi penonton setia. Menjadi ―Good People‖ sebutan untuk orang-orang
yang tergila-gila dengan apapun yang dihasilkan dari NET.
Berdasarkan data temuan di lapangan, penulis memang tidak menemukan
adanya pengaruh faktor ketiga dalam level sistem sosial yaitu faktor politik pada
tayangan Islam di Selandia Baru. Kesimpulannya adalah hanya ada tiga faktor
dalam level sistem sosial yang memengaruhi tayangan Islam di Selandia Baru
yaitu ideologi, ekonomi, dan kultural.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang penulis temukan dan hasil analisis data tersebut,
penulis berkesimpulan jika terdapat pengaruh pada tayangan Islam di Selandia
Baru dalam program MT. Pengaruh-pengaruh tersebut datang dari individu
pekerja media, kerutinan media, organisasi media, institusi sosial, dan sistem
sosial organisasi media.
1. Pengaruh pada level individu pekerja media direpresentasikan pada
relevannya latar belakang pendidikan reporter dan video jurnalis MT yang
bertugas meliput di Selandia Baru. Baik reporter maupun video jurnalis
sama-sama memiiki latar belakang pendidikan komunikasi/jurnalistik.
Selain itu, keduanya juga memiliki pengalaman yang baik dalam hal
meliput sebuah berita. Dari pengalaman dan dedikasi selama menjadi
jurnalis tersebut kemudian membentuk peranan dan etika yang secara
langsung dapat memengaruhi isi media. Aspek pengetahuan agama dalam
hal ini berhubungan dengan keyakinan reporter juga ikut andil
memengaruhi tayangan. Sang reporter minimal harus paham dengan
pengetahuan agama Islam, mengingat dalam setiap tayangan akan
disisipkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang berhubungan dengan tema
yang di angkat.
2. Pada level kedua, yaitu kerutinan media terdapat tiga unsur yang menjadi
perhatian yaitu sumber informasi (suppliers), organisasi media
(processor), dan penonton (customers). Dalam hal sumber informasi, baik
109
produser eksekutif maupun produser MT tidak membatasi, namun tetap
ada proses verifikasi. Reporter MT diberikan waktu selama tiga bulan
untuk melakukan riset liputan DI Selandia Baru. Hasil riset dari reporter
kemudian disampaikan dalam rapat pra produksi. Pada rapat inilah muncul
ide-ide, kritik, ataupun saran dari pemimpin redaksi, produser eksekutif,
dan produser (organisasi media). Dalam rapat tersebut juga membahas
apakah berita yang nantinya akan diliput disukai oleh penonton atau tidak?
Menjual atau tidak? dan sebagainya. Hal ini penting karena berhubungan
dengan keuntungan yang nantinya akan didapat organisasi media. Semua
unsur di atas bersatu menjadi sebuah kerutinan yang berlangsung selama
proses produksi MT.
3. Pengaruh yang paling terlihat di level organisasi media adalah kebijakan
yang dibuat oleh pimpinan organisasi media. Apa yang direstui oleh
pemilik modal, direktur utama, dan semua jabatan yang berada di tingkat
eksekuif disalurkan secara sistematis melalui kebijakan-kebijakan yang
ditelurkan. Salah satu kebijakan tersebut adalah pedoman dalam membuat
berita bagi setiap jurnalis NET. Dede Apriadi, selaku Pemred,
menginginkan jurnalis NET mampu menyajikan berita yang faktual,
balance, dan entertainment. Dede juga menghimbau seluruh jurnalis NET
agar patuh terhadap kode etik jurnalistik yang berlaku di NET. Selain itu,
pada level ini akan berlangsung perekrutan, seleksi/promosi individu yang
dianggap loyal terhadap perusahaan. Intinya adalah di level organisasi
media, isi tayangan atau berita dipastikan tidak merugikan perusahaan.
110
4. Level keempat yaitu institusi sosial, yang bekerja dari luar organisasi
media. Pengaruh-pengaruh tersebut datang dari sumber berita, kebijakan
dan kontrol pemerintah, pengiklan dan penonton, public relations,
kelompok kepentingan, dan pangsa pasar. Berdasarkan hasil wawancara
dengan reporter MT, pengaruh sumber berita dalam tayangan Islam di
Selandia Baru berasal dari KBRI di Selandia Baru, Organisasi Islam di
Selandia Baru, Organisasi Pengusaha Sapi Fonterra, dan Penyedia Jasa
Pariwisata di Selandia Baru. Pengaruh institusi yang penulis sebutkan di
atas diantaranya ide cerita, narasumber, dan lokasi peliputan yang
menarik. Kemudian kontrol dan kebijakan pemerintah berasal dari
wewenang KPI sebagai lembaga independen yang mengatur hal-hal
mengenai penyiaran di Indonesia. Hadini Amalia mengatakan jika jurnalis
NET harus berpegangan teguh dengan apa yang tertulis dalam P3SPS. Apa
yang dikatakan Hadini dibuktikan dengan sedikitnya sanksi teguran
tertulis yang dilayangkan KPI kepada NET yaitu sebanyak 1 sanksi selama
tahun 2016.
Elemen selanjutnya yaitu pengaruh dari pengiklan dan penonton.
Berdasarkan data yang penulis temukan, pengiklan biasa memberikan
pengaruh seperti ide cerita yang memiliki nilai promosi, diliputnya tempat
yang menjual produk-produk dari pengiklan, hingga konsep pakaian yang
harus dipakai oleh reporter. Reporter dan VJ MT juga mengakui fasilitas
yang mereka dapat di Selandia Baru beberapa disediakan oleh pengiklan.
Masih berhubungan dengan pengiklan, sebisa mungkin hasil liputan
111
disukai oleh banyak penonton sehingga dapat menguntungkan si
pengiklan.
Kemudian pengaruh dari Public Relations (PR) sebuah institusi.
Komunikasi antara PR sebuah institusi dengan jurnalis menjadi penting
karena akan menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal ini, reporter
MT berkomunikasi dengan humas dari pihak KBRI di Selandia Baru untuk
mendapatkan informasi mengenai narasumber. Humas KBRI pun
menyambut dengan baik dan memberikan saran-saran apa saja yang bisa
diliput di Selandia Baru.
Masih di level keempat, berikutnya adalah pengaruh dari kelompok
kepentingan dan penekan. Kehadiran MUI sebagai kelompok kepentingan
dan penekan dilatarbelakangi oleh keresahan masyarakat atas tayangan
televisi di tanah air saat Ramadhan. MUI fokus mengawasi program
keagamaan. Tak hanya mengkritik, MUI juga memberikan apresiasi
terhadap program televisi yang mendidik. Apresiasi tersebut diberikan
melalui ajang penghargaan Anugerah Syiar Ramadhan yang diprakarsai
oleh MUI dan bekerjasama dengan KPI. Tercatat, program MT
mendapatkan penghargaan dari KPI dan MUI sebagai program Ramadhan
terbaik tiga tahun berturut-turut dari tahun 2014-2016. Berdasarkan
apresiasi yang didapat itulah yang membuat program MT menjadi program
wajib NET selama Ramadhan.
Pangsa pasar adalah elemen terakhir di dalam level institusi sosial. NET
sedari awal memang konsen memenuhi keinginan target penonton mereka
yaitu millenials. Mulai dari jam tayang, pemilihan narasumber, hingga ide
112
cerita yang menarik semua di atur sedemikian rupa demi merenggut share
dan rating yang tinggi.
5. Level terakhir adalah sistem sosial. Dalam level ini terdapat empat sub-
sistem yaitu ideologi, ekonomi, politik, dan kultural. Ideologi NET tak
lepas dari visi dan misi yang mereka miliki. Berdasarkan sistem ekonomi,
NET masih belum bisa terlepas dari kapitalisasi media. Dalam aspek
budaya, NET memang masih berkiblat ke negara barat. Beberapa ide
program hingga teknologi tidak bisa terlepas dari pengaruh media massa
luar. Dalam aspek politik tidak ditemukan pengaruh yang signifikan
terhadap tayangan Islam di Selandia Baru.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian berjudul Hirarki Pengaruh pada Tayangan
Islam di Selandia Baru dalam Program Muslim Travelers NET, penulis merasa
perlu untuk memberikan saran kepada NET dan penonton televisi di Indonesia,
yaitu sebagai berikut:
1. NET sebagai televisi yang peduli dengan siaran sehat sebaiknya tetap
berjalan di koridor yang tepat yaitu mencerdaskan bangsa melalui
tayangan televisi seperti saat ini. Tidak munafik memang media massa
juga mencari keuntungan. Namun, alangkah baiknya keuntungan yang
didapat berbanding lurus dengan dampak yang didapat masyarakat yaitu
mendapatkan siaran yang mendidik. Selain itu NET seyogyanya konsisten
menciptakan program yang lebih baik dan bermanfaat bagi umat. Bukan
hanya memanfaatkan momentum yang tepat seperti Ramadhan saja, tetapi
113
lebih kepada tekad kuat untuk menyebarkan hal-hal positif kepada
masyarakat.
2. Penonton televisi di Indonesia sebaiknya menjadikan NET sebagai televisi
pedoman dalam memilih tayangan yang mendidik. Meskipun masih
tergolong televisi yang baru mengudara, tayangan yang diproduksi
memang betul mendidik sekaligus menghibur. Ini dibuktikan dengan
deretan penghargaan yang berhasil NET raih. Saat ini televisi memang
cenderung mengacu kepada share dan rating dalam memproduksi sebuah
program. Share dan rating sangat ditentukan oleh masyarakat. Jika
masyarakat cenderung menyukai tayangan komedi dengan bullying
sebagai jualan utamanya, maka stasiun televisi akan terus memproduksi
program tersebut. Alasannya adalah keuntungan yang didapat jauh lebih
besar. Namun, jika masyarakat mengabaikan program tersebut dan lebih
memilih tayangan yang mendidik, maka stasiun televisi akan mengikuti
apa yang disukai oleh pasar (masyarakat).
114
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Armando, Ade, ―Remotivi, Sebuah Buku dan Pilihan di Jalan Sepi.‖ Dalam
Yovantra Arief dan Wisnu Prasetya Utomo, ed. Orde Media: Kajian
Televisi dan Media di Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: INSIST
Press dan Remotivi, 2015: h. 3.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007.
------------------. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Djamal, Hidajanto & Fachruddin, Andi. Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah,
Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Djuarsa Sendjaja, Sasa. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005.
E. G, Guba. The Paradigm Dialog. London: Sage, 1990.
Fachruddin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012.
Gerzon R, Ayawaila. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ
Press, 2009.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Irfansyah, Azhar, ―Rutinitas Berita dan Sinisme terhadap Buruh.‖ Dalam
Yovantra Arief dan Wisnu Prasetya Utomo, ed. Orde Media: Kajian
Televisi dan Media di Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta:
INSISTPress dan Remotivi, 2015: h. 64.
Iwan Saidi, Acep, ―Ramadhan, Citra Spiritual, dan Tuhan dalam Televisi.‖ Dalam
Yovantra Arief dan Wisnu Prasetya Utomo, ed. Orde Media: Kajian
Televisi dan Media di Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta:
INSISTPress dan Remotivi, 2015: h. 150.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.
-------------------. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000.
115
J. Severin Werner & W. Tankard, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2001.
Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007.
Ks, Usman. Ekonomi Media: Pengantar Konsep dan Aplikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi).
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
---------------------------. Komunikasi Massa: Analisis Interaktif Budaya Massa.
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Lasswell, Harold, ―The Structure and Function of Communication in Society.‖
Dalam Wilbur Schramm. The Process and Effects of Mass Comunication.
Urbana: University of Illinois Press. 1971: h.84.
Mannheim, Karl. Ideology and Utopia. London: Routledge, 1936.
Marshall, Catherine. Designing Qualitative Research. New York: SAGE
Publications, 2016.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika,
2011.
Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi.
Jakarta: Kencana, 2011.
Munir Amin, Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Mutmainah, Siti. dkk. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripi, Tesis dan Disertasi.
Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Rotha, Paul. dkk. Documentary Film. New York: Communications Art Books,
1949.
Saiful Ma’arif, Bambang. Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Shoemaker, Pamela J. & Reese, Stephen D. Mediating the Message in the 21st
Century: A Media Sociology Perspective. New York: Routledge, 2014.
---------------------------------------------------. Mediating the Message: Theories of
Influences on Mass Media Content, 2nd ed. New York: Longman
Publishers, 1996.
116
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2005.
Sulistyo dan Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006.
Syafaat, Fitra. Wisata Seru Selandia Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2011.
Turow. Media Industries: The Production of News and Entertainment. London:
Longman, 2001.
Uchjana Effendy, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Yasuma, Sosuke. Television Documentary Production. Tokyo: Text Book, 2003.
Jurnal
Atabik, Ahmad. ―Prospek Dakwah Melalui Media Televisi.‖ AT-TABSYIR
Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol 1 no. 2 (Juli-Desember, 2013):
h. 192.
Bakti, Andi Faisal dan Venny Eka Meidasari. ―Trandsetter Komunikasi di Era
Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.‖ Jurnal Komunikasi Islam, Vol 4 no. 1 (Juni, 2014): h. 32.
Juitan Lase, Formas dan Oriza Rio, Adde. ―Ekonomi dan Disverifikasi Media
Massa.‖ Jurnal Interaksi, Vol III no. 1 (Januari, 2014): h. 15.
Rosyidin, Iding dan Gun Gun Heryanto. “Konstruksi Citra Partai Islam pada
Pemilu 2014 Pendekatan Fikih-Siyasah.‖ Ijtihad, Volume 15 (Juni 2015): h.
8.
S Rehman, Scheherazade dan Hossein Askari. ―How Islamic Are Islamic
Countries.‖ Global Economy Journal, Volume 10 (September, 2010): h. 31-
35.
Sumber Lain
Aco, Hasanudin. ―Agus Lasmono Anak Muda Terkaya dari Indonesia.‖ Artikel
diakses pada 30 Maret 2017 dari
http://www.tribunnews.com/nasional/2010/12/03/agus-lasmono-anak-muda-
terkaya-dari-indonesia
117
Aristiani, Anisa. ―Hirarki Pengaruh terhadap Pemberitaan Jilboobs di Detik.com.‖
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta, 2015.
G. Syarikin, Ninie. ―Dr. Douglas Pratt: Kajian Sejarah Islam di Selandia Baru.‖
Artikel di akses pada 1 Maret 2017 di http://www.voaindonesia.com/a/dr-
douglas-pratt-kajian-sejarah-islam-di-selandia-baru--127949713/96966.html
KPI. ―NET dan Rating Televisi.” Artikel di akses pada 26 Februari 2017 di
https://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/33516-net-
dan-rating-televisi
----. ―Program Ramadhan yang Khusyu dan Mendidik Diapresiasi Baik oleh
Masyarakat dan Pengiklan.‖ Artikel di akses pada 27 Desember 2016 dari
http://kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/32229-program-
ramadhan-yang-khusyu-dan-mendidik-diapresiasi-baik-oleh-masyarakat-
dan-pengiklan
Lantika Asti, Destri. ―Hirarki Pengaruh dalam Talkshow Sarah Sechan.‖ Skripsi
S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syaif Hidayatullah Jakarta, 2014.
MUI. ―Sejarah MUI.‖ Artikel diakses pada 1 Mei 2017 dari
http://mui.or.id/id/category/profile-organisasi/sejarah-mui/
NET. ―About Muslim Travelers.‖ Artikel diakses pada 2 Juni 2017 di
http://www.netmedia.co.id/program/414/Muslim-Travelers
-----. Company Profile NET 2016. Jakarta: NET, 2017..
-----. ―History NET.” Artikel di akses pada 26 Februari 2017 di
http://www.netmedia.co.id/about
------. ―Kumpulan Program Spesial Ramadhan NET.‖ Video diakses pada 19 Mei
2017 di https://www.youtube.com/user/netmediatama
NET.101 Courseware IndonesiaX. ―Aspek Visual Liputan TV.‖ Dokumen video
di akses pada 29 Maret 2017 dari
https://www.indonesiax.co.id/courses/course-
v1:NetMediatamaTelevisi+NET.101+2017_Run3/courseware/5df0556b3f63
40dc8d6f34a3a6be71dc/99cc52bd30a8470e806f1ace2215be42/
NET17. ―Muslim Traveler dapatkan apresiasi program ramadhan kategori
dokumenter terbaik oleh KPI.‖ Dokumen video diakses pada 26 Februari
2017 dari https://www.youtube.com/watch?v=0fLfOH7xunM
Nurfajria. ―Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokwi pada Laporan Utama Majalah
Tempo Edisi April-Juni 2014.‖ Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta, 2015.
NZ, Stats. ―QuickStats About Culture and Identity.‖ Artikel di akses pada 16
April 2017 dari
118
http://www.stats.govt.nz/Census/2006CensusHomePage/QuickStats/quickst
ats-about-a-subject/culture-and-identity.aspx
PRC. ―Table: Religious Composition by Country, in Numbers.‖ Artikel diakses
pada 15 April 2017 di http://www.pewforum.org/2012/12/18/table-
religious-composition-by-country-in-numbers/
-----. ―The Changing Global Religious Landscape Appendix B: Methodology for
this report.‖ Artikel diakses pada 15 April 2017 di
http://www.pewforum.org/2017/04/05/appendix-b-methodology-for-this-
report/
-----. ―The Changing Global Religious Landscape.‖ Artikel diakses pada 15 April
2017 di http://www.pewforum.org/2017/04/05/the-changing-global-
religious-landscape/
-----. ―The Global Religious Landscape.‖ Artikel diakses pada 15 April 2017 di
http://www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-exec/
-----. ―The Global Religious Landscape: Muslims.” Artikel diakses pada 15 April
2017 di http://www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-
muslim/
Republika.coi.id. ―Geliat Islam di Selandia Baru.‖ Artikel diakses pada 27
Desember 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/shortlink/76366
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.
Wawancara Pribadi dengan Annisa Pratiwi. Jakarta, 9 Maret 2017.
Wawancara Pribadi dengan Asrori S Karni. Jakarta, 27 April 2017.
Wawancara Pribadi dengan Cahyo Wibowo. Jakarta, 16 Maret 2017.
Wawancara Pribadi dengan Hadini Amalia. Jakarta, 13 Maret 2017.
Wawancara Pribadi dengan Nugroho Eko. Jakarta, 23 Maret 2017.
Winda, Elyzabeth. ―Ada Wartawan, Ada Reporter, Ada Jurnalis? Apakah Mereka
Berbeda?.‖ Artikel diakses pada 22 April 2017 dari
http://careernews.id/issues/view/3082-Ada-Wartawan-Ada-Reporter-Ada-
Jurnalis-Apakah-Mereka-Berbeda
Wishnutama. Pidato dalam acara Media Development Program V, Sentul
International Convention Center, 22 Maret 2017.
119
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Naskah Wawancara 1
Nama : Cahyo Wibowo
Pekerjaan : Produser Eksekutif MT
Tempat : Kantor NET, The East Tower Lt. 28 Jl. Dr. Ide Agung Gede Agung
Mega Kuningan, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia.
Tanggal : 16 Maret 2017
Pukul : 14.30 WIB
1. Apa latar belakang pendidikan Anda?
Latar belakang pendidikan biasa saja, SD, SMP, SMA Negeri.
Bukan sekolah berbasis agama. Kuliah di IISIP (Institut Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Jurnalistik. Kenapa bisa kerja di NET, karena
kuliahnya jurnalistik, pertama kali kerja ya dibidang jurnalistik. Setelah
melewati beberapa kantor akhirnya ke NET.
2. Siapa penggagas progam MT?
Yang buat program MT itu dulu Icha, Executive Producer-nya
Icha. Tapi sekarang dia sudah resign. Dibuat tahun 2013. Tayang pertama
kali tahun 2014. NET siaran awal kan 2013. 2014 season pertama, 2015
season kedua, 2016 season ketiga, tahun ini 2017 masuk season keempat.
MT sejatinya bukan program religi pure ya. Lebih ke program traveling
sebenarnya, yang dimasukkan konten Islami ke situ. Yang melabeli MT
sebagai program spesial Ramadhan bukan kita. Tapi pihak luar. Seperti
KPI. Dia bikin penghargaan kan seperti program dokumenter terbaik
Ramadhan. Karena program dokumenter umum kan banyak. Dia bikin
lebih spesifik lagi. Masuknya salah satu kita. Dari tempat lain kan juga
ada, seperti Khazanah.
3. Siapa target penonton MT?
Target penonton, sesuai target dari NET. yaitu millenials. Kalau
yang nonton ya banyak. Tapi target kita mostly hampir semua program
adalah millenials. Dari social economic status juga upper-middle yang kita
sasar. Bukan middle-low.
4. Mengapa MT ditayangkan pukul 04.30 WIB?
Di jam tayang 04.30 jumlah penonton masih tebal di sana. Semua
TV gak cuma di NET, 04.30 masuk prime time. Di Ramadhan itu 04.30
masuk prime time. Jam 03.00-05.30 itu masuk prime time. Masuk prime
time-nya lagi nanti menjelang Maghrib. Jam 17.00-19.00 itu prime time 1.
Padahal di luar Ramadhan, jam 18.00 itu bukan prime time yang utama,
melainkan masuk yang paling prime itu jam 20.00-22.00 itu yang paling
mahal. Jadi, jam paling mahal saat Ramadhan itu ada di jam 03.00-05.30.
MT tidak tayang sebelum Maghrib, sebenarnya ini wewenangnya orang
programming ya, tapi menurut gue sih menjelang Maghrib itu genre-nya
udah beda ya, untuk menunggu Maghrib itu lebih ke hiburan biasanya.
Gak tau ya ini kan yang riset programming. Yang jelas, ya jalan sih, tahun
kemaren juga jalan. Di jam itu kita juaranya di jam 04.30.
5. Apakah MT hanya diproduksi saat Ramadhan saja?
Kalau untuk MT memang khusus Ramadhan. 30 hari.
6. Bagaimana proses produksi MT?
Biasanya jauh sebelum Ramadhan, kita udah bikin sayembara.
Yang mana diikuti sama seluruh karyawan news. Sayembara MT, siapa
mau kemana, risetannya apa, dikirimkan ke kita. Dari presentasi mereka,
akan kita seleksi. Yang terpilih dari presentasi seleksi, kita akan persilakan
mempresentasikan materinya. Termasuk kemampuan berbahasa Inggris,
kelengkapan riset, akses dinegara tujuan, di situlah kita tentukan, ―Oke, si
A, B, C, D‖. Yang menentukan dewan redaksi. executive producer ke atas.
Rentang waktu yang dibutuhkan dari reporter dan VJ mengirim proposal
hingga namanya diumumkan kira-kira hampir sebulan. Setelah di
umumkan, ada yang memperdalam riset, ada yang berangkat sesuai
dengan negara yang ia purpose. Ada yang memang kita switch negaranya.
Banyak pertimbangan, ketika reporter kita switch, salah satunya adalah
negara yang ia purpose sudah pernah kita liput. Atau tidak cukup
menarik, kita punya negara yang lebih menarik. Semua proposal yang
dikirimkan dalam sayembara MT, adalah menjadi milik kita. Jadi,
risetannya teman-teman, boleh dipakai teman-teman yang lain (yang
terpilih). Setelah penentuan tim MT setiap minggu kita mengadakan rapat.
Rapat sudah dimulai sejak November-April. Yang dibahas dalam rapat itu
persiapan, updating, budget. Di awal rapat itu kan setelah tim terbentuk si
A berpasangan dengan siapa, negara tujuannya apa, terus abis itu baru
mereka bekerja masing-masing. Tiap minggu itu mereka memberikan
laporan. Nah risetannya apa mau bikin seperti apa nah diskusinya berjalan
disitu. ―Jangan bikin yang seperti itu, jangan ambil yang itu, lebih baik
yang ini.‖
7. Apa saja tugas dari produser eksekutif?
Tugas produser eksekutif yang pasti mendesain seperti apa MT
season ke season, menyeleksi reporter dan VJ, menentukan negara tujuan,
menyusun budget, sama membantu jualan ke client juga.
8. Bagaimana cara dewan redaksi menetukan negara yang akan diliput?
Untuk menentukan negara, yang pertama kita pilih negara dengan
minoritas muslim. Itu kan banyak sekali. Yang kedua, kita pengen sebar,
gak ngumpul di Eropa semua. Jadi di setiap benua. Kalau setiap benua ada
perwakilannyaa kan sudah 5 kan. Dan rata-rata itu kita jalan setiap tahun
ke 9 negara. Jadi biasanya Eropa itu ada dua, karena benua terbesar.
9. Apakah dewan redaki membatasi sumber riset?
Tidak ada batasan untuk menentukan sumber. Tetapi ada proses
verifikasi di sana.
10. Apa saja syarat menjadi kru MT?
Syarat khusus kru MT, kalau reporter itu harus muslim. Tidak
harus berjilbab, yang penting muslim. Kalau campers tidak harus muslim.
Kalau campers kan tidak dituntut harus punya pengetahuan mengenai
agama Islam.
Naskah Wawancara 2
Nama : Hadini Amalia
Pekerjaan : Produser MT
Tempat : Kantor NET, The East Tower Lt. 28 Jl. Dr. Ide Agung Gede Agung
Mega Kuningan, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia.
Tanggal : 13 Maret 2017
Pukul : 19.30IB
1. Apa latar belakang pendidikan Anda?
SD, SMP, SMA standar, negeri. Kuliah di Institut Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Jurusan Jurnalistik. Selama SD paling ikut TPA.
2. Organisasi apa saja yang pernah Anda ikuti?
Organisasi di kampus paling kayak majalah kampus, gak ada
hubungan keagamaan.
3. Siapa penggagas progam MT?
Enggak sih, ini sebenernya gak dari atas, tapi dari produser
terdahulunya itu yang pertama ada kalo gak salah namanya Elisa
Oktaviana. Dia yang menggagas program ini. Ingin menampilkan program
yang beda. Program yang ada jalan-jalannya tetapi ada sentuhan
agama/dakwah. Memang targetnya tayang di Ramadhan waktu itu.
Akhirnya berkembang karena penerimaan masyarakat bagus, dari share
dan rating juga bagus, terus pertama juga langsung dapat penghargaan,
nah itu akhirnya menjadi program tetap kita selama Ramadhan.
4. Tujuan dibuatnya program MT?
Tujuan yang pertama kan memang kita ingin membuat program
yang tayang di bulan Ramadhan. Yang tentunya beda dengan program
lain. Dan ini memang sasarannya tayang di waktu Subuh. Menjelang azan
subuh. Untuk program seperti ceramah, di TV lain kan sudah banyak. Nah
kita ingin yang beda. Jadinya mengemas program agama itu dari sisi yang
menyenangkan. Dari sisi gambar yang bagus. Menyejukkan. Ada
perjalananannya, traveling-nya. Memang sasarannya adalah negara-negara
lain terutama adalah negara minoritas Islam. Jadi kita ingin
membandingkan bagaiamana kehidupan warga muslim di sebuah negara
yang Islamnya minoritas. Bagaimana bertahan sebagai warga yang
minoritas, bagaimana mempertahankan iman, ataupun bagaimana mereka
menjalankan Ramadhan yang tentunya berbeda dari Indonesia yang
mayoritas muslim.
5. Apakah narasumber yang diliput harus warga muslim asli negara
tersebut atau WNI muslim yang menetap di negara minoritas?
Tadinya kan memang sasarannya meng-capture kegiatan atau
kehidupan warga muslim di negara yang muslimnya minoritas. Tidak
hanya mengangkat warga muslim Indonesia, tetapi juga warga asli sana.
Misalnya kita liputan di Eropa, ya warga Eropa kita liput juga. Bagaimana
mereka kehidupan aslinya. Tapi, karena penonton kita juga orang
Indonesia, ―kedekatan‖ itu juga harus ada. Jadi harus ada juga, bahwa
WNI yang hidup di sana, tinggal di sana, bagaimana mereka
mempertahanakan keimanannya, bagaimana mereka beradaptasi di sana.
6. Siapa target penonton MT?
Sesuai dengan penonton NET, targetnya anak muda. Makannya
kita mengemas acara ini, acara rohani, acara yang mengangkat soal
kehidupan muslim tapi dikemas dengan jalan-jalan. Karena targetnya
memang anak muda. Dengan reporternya yang juga anak-anak muda,
targetnya juga ke anak muda.
7. Mengapa MT ditayangkan pukul 04.30 WIB?
Makannya kita ingin menarik supaya warga itu gak tidur lagi gitu.
Yang memanjakan mata mereka. Habis salat Subuh, nonton tayangan yang
enak dilihat, dengan gambar-gambar yang bagus, apalagi gambar-gambar
luar negeri, yang sangat bagus, cantik kita jual traveling-nya, semoga
penontonnya gak tidur lagi. Shrae and rating di jam itu juga bagus.
8. Apakah MT hanya diproduksi saat Ramadhan saja
Karena memang awalnya program ini untuk pengisi di Ramadhan
ya. Memang ini jadi ciri khas NET program spesial Ramadhan.
9. Bagaimana proses produksi MT?
Kalau MT itu penentuan adalah kita membuka semacam
sayembara untuk para reporter, produser, campers, dll, untuk mengirimkan
proposal sesuai dengan program MT. Ya mereka mau negara mana,
proposal itu sudah harus lengkap dengan risetnya. Misalnya negara mana,
targetnya di negara itu apa aja, mau mengangkat soal apa aja,
narasumbernya siapa, itu dalam proposal harus sudah lengkap. Ya
meskipun belum detail. Misalnya dia akan meliput sebuah keluarga di
daerah mana, ceritanya soal apa, itu dia harus sudah tahu. Nah itu
sayembara itu dilemparkan, nah dari ratusan kiriman sayembara itu akan
ada yang dipilih. Pertama temanya menarik. Kedua, kapasitas dia seperti
apa? Misalnya dia memilih negara Cina. Bisa bahasa Cina gak? Kalau dia
bisa bahasa Cina itu punya nilai kelebihan. Untuk semuanya sih ya harus
bisa berbahasa Inggris. Karena kita liputannya di luar negeri. Meskipun,
kita ke negara-negara yang mayoritas tidak bisa berbahasa Inggris.
Misalnya, ada negara yang tidak berbahasa Inggris. Tapi kan modal utama
harus bisa berbahasa Inggris. Untuk reporter yang bisa berbagai bahasa
selain Inggris tentu menjadi nilai lebih. Misalnya dia bisa bahasa Cina,
Korea, itu bisa jadi nilai lebih. Dari pengumpulan proposal itulah dipilih
lagi yang berdasarkan risetnya menarik, negaranya juga menarik,
narasumber yang akan dia tuju bagus profilnya, terus sama kelebihan dia
dari segi bahasa itu tadi.
10. Apa yang dilakukan selanjutnya setelah penentuan kru?
Jadi sebelum berangkat liputan ke luar, ada banyak sekali rapat,
membahas negara mana, profilnya, jadi kita harus meeting itu semua
tujuan. Misalnya, kalau saat saya pegang itu ada 9 tim. Artinya, ada 9
negara yang dituju. Dari 9 negara itu jangan sampai nih ada 3 negara yang
ceritanya sama. Itu yang harus diperhatikan. Makannya kita rembukin
terus-menerus. Misalnya gua mau cerita soal masjid nih, nah yang lainnya
juga jangan masjid semua. Kalaupun ingin cerita tentang masjid, ambil
angle yang berbeda. Misalnya apakah yang ini masjid tertua, yang itu
komunitas di masjid yang unik, jadi biarpun sama, masjid gitu, tetapi tetap
angle-nya berbeda.
Kita harus sudah susun timeline. Kita akan tayang di bulan Juni
misalnya, itu artinya April-Mei akan butuh editing. Artinya semua tim
harus sudah kembali ke Indonesia di bulan April. Untuk sekali perjalanan,
satu tim waktunya 2 minggu. Dan itu juga harus dipikirkan dalam satu
minggu itu ternyata ada tiga tim yang jalan, gak bisa kayak gitu. Karena
kan selain megang program MT, temen-temen atau saya kan juga masih
pegang program lain kan.. MT kan program spesial, program setahun
sekali. Jadi kita gak mungkin cuma pegang MT. Tapi ini adalah pekerjaan
tambahan di bulan Ramadhan.
11. Produser yang membuat timeline?
Ada timeline-timeline yang sudah kita atur. Jadi, kalian berangkat
di tanggal berapa, dari tanggal berapa, pulang tanggal berapa, mulai dari
situ kalian harus masuk editing di tanggal berapa, jadi kita udah ada
jadwal editing dulu nih, dari tanggal segini sampai segini, naskah harus
sudah siap di tanggal segini. Jadi timeline sudah di atur sedemikian rupa
gitu.
Kita tidak menentukan lo harus berangkat tanggal segini, enggak.
Tapi juga berdasarkan riset si reporternya juga. ―Gue gak bisa di tanggal
segini Mbak, karena di tanggal segini masih musim dingin, masih salju,
nah kita akan kesulitan,‖ itu memang harus dipikirin. Sama tentang
narasumber yang di sana. Nah, narasumber yang di sana gak bisa di
tanggal segini, mungkin bisa dimundurin dua atau tiga hari. Jadi memang
semua harus didiskusikan.
12. Apa saja tugas dari produser?
Ya mulai merancang perjalanan teman-teman, cari sponsor,
merancang timeline pekerjaan ya mulai dari teman-teman liputan, pulang,
bikin naskah, lanjut editing. Selain itu juga mengusulkan sebuah tema.
Misalnya, kita ngomongin materi untuk keberangkatan ke Australia dan
New Zealand, ternyata ada yang sama nih, mereka ngomongin masjid. Ya
gua usul, lu ubah deh, jangan yang masjid. Kayaknya New Zealand lebih
menarik selain masjid.
13. Reporter bisa mencari sponsor sendiri?
Bisa, dengan syarat harus koordinasi dengan produser.
14. Apakah rapat MT memiliki nama khusus? rapat besar misalnya?
Kita tidak pernah menamakan rapat apa ya. Rapat MT aja.
Misalnya minggu ini kita berangkat, soal keberangkatan tim Selandia Baru
dan Australia, mereka harus sudah siap. Kita juga ada rapat soal budget.
Misalnya dalam program ini, kita punya budget 1 M. Nah itu harus dibagi-
bagi. Bukan di bagi rata. Tapi di bagi sesuai kapasitasnya. Kalau liputan ke
Asia, gak akan sebesar liputan ke Eropa dapat budget-nya. Di awal itu kita
(rapat) riset, penentuan keberangkatan, tanggal keberangkatan. All team
ngumpul, membahas risetan awal dulu nih, nanti dilanjut lagi berikutnya
soal budget, terus nanti akan lebih detail lagi, yang keberangktan pertama,
presentasiin duluan nih soal risetnya gitu. Sampai kepala depertemen saja
yang ikut rapat.
15. Apakah ada batasan sumber riset?
Ya gak dibatasi, lo harus dari buku, harus dari apa, enggak. Tapi
semua sumber yang bisa lo percaya, itupun cuma cerita misal ―gua punya
temen nih, di Afrika. Dia punya tetangga atau teman yang ceritanya dia
masuk Islam di tahun sekian‖ itu bisa jadi hasil risetan kita. Tinggal kita
hubungin ke narasumbernya langsung. Kalau misalnya tadi tahu dari
temen, kita hubungin langsung gitu. Gak harus dari buku atau internet atau
apa.
16. Apa syarat menjadi kru MT?
Karena ini programnya partisipatif ya, ya dia harus luwes di depan
kamera. Karena kan kita gak cuma di MT ya, kita sudah di program-
program lainnya, sudah terlatih. Nah itu juga jadi bahan penentuan,
misalnya dia ngirim proposal nih, tapi selama ini nih anak gak pernah PTC
di depan kamera, live atau pernah sekali dan itupun masih kaku itu juga
bisa jadi bahan pertimbangan.
17. Apakah ada persyaratan pendidikan agama untuk kru?
Untuk MT sih enggak. Kita kan tergetnya adalah anak muda, kita
memang mengemasnya ringan ya, tidak terlalu dalam, tetapi memang di
MT tahun lalu kita tambahkan ada ayat yang terkait dengan pembahasan
tema di setiap episode. Ide ini berasal dari saya.
Untuk mencari ayat yang berhubungan dengan tema adalah tugas
reporter, dan produser yang mengonfirmasi. Karena kan semua naskah
teman-teman yang jumlahnya 30 episode semuanya saya yang edit, artinya
kalo ada yang sama misal penggunaan ayat ini sudah dipakai di episode
sebelumnya, coba cari ganti ayat yang lain. Sampai saat ini tidak ada yang
protes mengenai penggunaan ayat ini. Saya mengonfirmasinya
berdasarkan al-Qur’an, yang saya baca. Makannya kita ambilnya gak
terlalu dalam.
18. Kenapa reporter yang terpilih mayoritas perempuan?
Berdasaran seleksi sih sebenarnya. Kalau dikatakan reporter
perempuan lebih luwes di depan kamera, ya bisa jadi juga. Tapi memang
waktu itu sih berdasarkan proposal yang mereka kirim. Karena memang
sponsornya belum terlalu banyak kan kemarin.
19. Bagaimana cara Anda untuk menarik sponsor?
Kita perlihatkan tayangan-tayangan tahun lalu, kemudian prestasi
dari MT ini sudah lumayan banyak.
20. Berapa ranking NET saat ini?
Peringkat NET di atas TV berita.
21. Kenapa kru yang meliput hanay 2 orang saja?
Memang dua orang saja. Demi menghemat budget. VJ-nya cowok
semua.
22. Apakah VJ juga membuat proposal sama seperti reporter?
VJ juga membuat proposal. Tidak ada perbedaan proposal VJ
dengan reporter.
23. Bagaimana reporter dan VJ membangun chemistry?
Banyak ngobrol. Makannya sebelum berangkat itu mereka diskusi.
Mereka berdua aja, atau kita nimbrung juga, ya itu harus diskusi. Soal
pengambilan angle dll. Pokoknya hasil risetan itu awal oke reporter, tapi
setelah itu dia akan berdiskusi dengan campers-nya. Ini kayaknya kalau
kita liputan ini gambarnya yang menarik harus begini deh, dll. Dan akan
ketahuan kalau ternyata di perjalanan mereka punya masalah. Ya hasilnya
akan ketahuan, bahwa akan gak kompak nih naskah dan gambar.
24. Apakah tim menyiapkan plan b dan c ketika meliput?
Seringkali hasil risetan dan di lapangan itu berbeda. Tiba-tiba
narasumber yang sudah kita punya itu sakit. Kita harus secepat mungkin
ganti. Mencari narasumber lain. Mencari cerita lain. Dan itu dalam rentang
waktu dua minggu harus sudah selesai.
25. Apakah backround pendidikan kru semuanya sarjana komunikasi?
Tidak. Jarang yang sarjana komunikasi kalau di NET.
26. Mengapa setiap negara memiliki jatah episode yang berbeda?
Semuanya minimal tiga episode, kecuali Skandinavia dan Amerika
itu empat episode. Misalnya kan sampai sana, yang risetan pertama nih
gagal misalnya, narsumnya sakit, narsumnya membatalkan secara tiba-
tiba, ya lu harus berpikir untuk mengubah cerita atau mencari narasumber
baru untuk membuat cerita baru dan di koordinasikan lagi ke sini. Kalau
Amerika itu ada sponsor. Sponsornya dari Kedubes Amerika. Skandinavia
itu kan ada beberapa negara. Dan kita harus meng-cover itu. Sayang,
sudah jauh-jauh, banyak negara, kalau cuma tiga episode.
27. Bagaimana proses perizinan untuk meliput di Selandia Baru?
Untuk proses perizinan yang mengurus reporternya masing-
masing. Kalau mereka bikin surat, ya yang tanda tangan saya. Saya pernah
kasih usul, misalnya isi suratnya gak sesuai dan harus diubah.
28. Apakah ada permintaan khusus dari sponsor dalam setiap tayangan
yang diproduksi?
Brand tetap ada batasannya. Terutama kan kalau konsepnya NET
News itu kita gak bisa jualan secara Hard Sell. Artinya lu gak bisa nih
jualan minum Bear Brand. Atau menyebutkan sponsor. Paling maksimal
itu Bear Brand diambil gambarnya. Paling banyak ya itu sih di credit title.
Misalnya kerjasama dengan Zoya. Ya logo Zoya di credit title aja, gak
disebutkan gua pakai baju Zoya nih, gua pakai jilbab Zoya, enggak.
Kerja sama dengan travel agent ada. Itu di Jepang. Gak mungkin
kita hanya meliput hotelnya aja, tapi kita meliput untuk terkait dengan MT
ya kita liput adakah warga muslim yang bekerja di sana atau WNI muslim
yang di sana. Itu ada liputannya.
29. Apa pedoman yang dipakai oleh jurnalis NET dalam meliput dan
menyampaikan berita?
Semua program NET itu harus berpegangan teguh sama P3SPS.
Jadi memang kita harus taat banget sama itu.
30. Kenapa MT mengangkat Islam yang damai-damai saja?
Jadi sebenarnya kan kita mau mengangkat tema besarnya adalah
toleransi beragama. Makannya kita menyasar muslim minoritas.
Bagaimana mereka bertahan di negara mayoritas non muslim. Bagaimana
mereka berkompromi dengan keadaan itu. Contoh yang tahun lalu adalah
Paris. Setelah pemboman itu, akhirnya ada dampak ke warga muslimnya.
Itu tetap kita naikkan kok.
Kita tetap memprioritaskan toleransi beragama yang baik itu
seperti apa. Jadi tidak menjual intinya adalah pergolakan-pergolakan yang
terjadi itu tidak kita highlite, tetapi kita masukkan sebagai bagian dari
cerita. Tetapi kita mengedepankan toleransi beragama itu seperti apa. Biar
penonton di Indonesia bisa mencontoh. Kalau kita cuma ngambil
pengebomnya misalnya, warga muslim gitu, kan itu gak positif lah. Kita
ingin memberikan contoh positif buat penonton MT. Ini gak murni
dokumenter.
31. Apa ideologi NET?
Kalau NET itu news-nya netral. Artinya NET untuk berusaha selalu
netral. Misalnya memberitakan soal Ahok, harus juga memberitakan
kandidat lainnya. Durasi hingga sound bite harus sama. Kita juga
memberitakan sesuai nomor urut. Dari atas memang sudah ditekenin, ya lu
harus sama, kalo omongan Sandi 20 seconds doang ya Anies juga 20
seconds.
32. Ideologi Anda sebagai jurnalis?
Ideologi sebagai jurnalis kan tetap ada koridornya kan. Bagaimana
lu bekerja di perusahaan yang netral ya lu harus netral. Gak mungkin lu
harus mengeluarkan ideologi lu bertentangan dengan ideologi perusahaan.
Kalo ideologi perusahaan gua netral, ya gua harus netral. Gak bisa lu
memaksakan ideologi lu sendiri di dalam sebuah tayangan.
Nah makannya bersyukurnya NET tidak ada berafiliasi dengan
partai manapun. Kemaren ada salah satu komisaris INDIKA GROUP itu
dia mundur. Karena mendukung Agus. Itu bukti bahwa kita harus netral.
Dari INDIKA dan NET, kalo lu sudah terafiliasi dengan sebuah partai
politik atau dengan golongan tertentu ya lu silahkan pilih, kalau lu mau
disini ya lu harus netral kalau lu jadi timses sebuah partai politik ya lu
harus resign. Itu kebijakan tegas sih dari atasan.
33. Apa pendapat Anda atas apresiasi dari KPI dan MUI kepada MT?
Ya bersyukur ya, tadinya sebenernya gua punya beban mental
sendiri ya, karena dua kali berturut-turut sudah terima itu dan jarang
banget ada program atau penghargaan yang memberikan sampai tiga kali
berturut-turut ke sebuah program atau sebuah karya. ―Aduh, giliran gua
yang pegang nih gak dapet gitu misalnya karena dua kali berturut-turut
udah dapet.‖ Karena memang sudah diingatkan juga gitu bahwa atasan-
atasan juga ngomong, ini berat nih kita kalo rasanya udah kecil
kemungkinan untuk dapat penghargaan lagi karena kita udah dua kali
berturut-turut ya tapi alhamdulillah dengan kualitas yang kita tetap jaga
dan kita tingkatkan dari sebelumnya, akhirnya diapresiasi lagi dengan
penghargaan ini ya alhamdulillah sih.
Naskah Wawancara 3
Nama : Annisa Pratiwi
Pekerjaan : Reporter MT
Tempat : Kantor NET, The East Tower Lt. 28 Jl. Dr. Ide Agung Gede Agung
Mega Kuningan, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia.
Tanggal : 9 Maret 2017
Pukul : 17.30 WIB
1. Apa latar belakang pendidikan Anda?
Aku TK, SD, SMP, SMA di Pontianak. Karena aku kelahiran
Pontianak. Terus, kuliah aku di Bandung. Di Universitas Islam Bandung.
Jurusan Jurnalistik. Fakultas Ilmu Komunikasi.
2. Organisasi apa saja yang pernah Anda ikuti?
Waktu kecil dari TK aku udah di cekokin sama koran. Sama
Bapakku. Sebenernya yang bercita-cita jadi wartawan kayak-nya Papahku.
Jadi dia itu orangnya kritis banget. Dari kecil udah ngajak aku
menganalisa sesuatu dari apa yang sudah ada di koran. Dulu itu
―makanan‖ aku waktu SD, TK aja itu bukan Majalah Bobo. Tetapi kayak
koran Kompas, Pontianak Pos, kayak gitu-gitu. Meskipun ada cerpen dan
lain-lain yaa masih dibahas juga tuh yang berhubungan sama aku kan
biasanya ada cerita pendek kalo di Kompas tuh ada Kompasikom, yaa
yang kayak karikatur-karikatur gitu. Masih dibahas, cuma kita kadang
ngebahas yang agak berat gitu. Makin ke sini, tahun 2000-an, itu mulai
muncul TV, Metro TV. Nah tiap malam tuh bapakku pulang kerja
nontonnya itu. Jadi dari kecil aku udah ngeliatin namanya Najwa Shihab,
Sandrina Malakiano, Ira Kuswoyo, ya kayak gitu-gitulah udah diliatin.
Pas kuliah, aku tahu persis apa yang aku mau. Dan aku harus
kemana. Tadinya tuh aku lulus di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Tapi yang aku pilih adalah HI UNPAD. Jadi pilihan pertama itu HI
UNPAD, yang kedua Hukum UI. Aku tuh maunya HI. Karena aku pengen
jadi jurnalis luar negeri. Jurnalis yang elit gitulah. Nanti aku pengen kerja
di media asing. Tapi ternyata nasibku lulus di Jurusan Hukum. Dan aku
gak punya cita-cita sama sekali di Jurusan Hukum. Setelah istikharah,
akhirnya aku pilih ke UNISBA (Universitas Islam Bandung). Karena
UNISBA ini penawarannya aku udah beasiswa. Dari SMA aku tuh udah
dapet beasiswa. Beasiswa UNISBA dan UII. Karena kebetulan SMA aku
kerjasama dengan UNISBA dan UII. UNISBA itu untuk takaran
komunikasinya bagus. Banyak jebolan-jebolan UNISBA yang
komunikasinya bagus. Akhirnya aku berpikir nih gimana? Swasta gua bisa
jualan apa? Dan ternyata kalau ada keinginan pasti ada jalan. Jadi aku
yakin sekali apa yang aku pilih itu benar. Akhirnya aku ambil UNISBA
dengan syarat IPK gak boleh turun. Jadi beasiswa itu akan cair, selama
kita kuliah dengan syarat IPK dari awal, misalnya IPK aku di awal itu 3,0
atau 3,1 gak boleh turun. Kalo turun, tereliminasi dengan sendirinya. Dari
awal masuk aku udah tahu, mau ambil jurnalistik. Tapi kebetulan
UNISBA itu tipikalnya lebih ke cetak. Jurnalisnya jurnalisme cetak.
Karena banyak dosen-dosen dari media cetak. Di situlah aku mulai dapat
link koran Pikiran Rakyat, Kompas. Akhirnya, ketika aku baru-baru
masuk, aku ikut organisasi namanya Pers Suara Mahasiswa.
3. Bisa ceritakan mengenai jenjang karir Anda?
Aku sebelum lulus udah kerja di Pikiran Rakyat sama Kompas di
koran. Jadi ketika kuliah aku disuruh buat tugas, aku tinggal lampirkan
hasil karyaku. Terus kata dosen-dosen, nah kayak gini yang bener. Gak
ala-ala lagi. Aku tinggal lampirin aja apa yang udah aku lakukan. Sejak
itu aku bercita-cita jadi jurnalis investigasi. Gak tahu kenapa. Aku pengen
banget jadi jurnalis investigasi gitu. Aku dari Pikiran Rakyat, terus pindah
ke Kompas. Dari Bandung pindah ke Kompas Jakarta. Di Jakarta aku udah
harian. Uskupnya nasional. Aku pernah di desk metropolitan, desk
ekonomi, desk humaniora. Pernah digeser ke Kompas.com juga, buat desk
travel. Ya lumayanlah cetaknya. Tapi, yang jadi masalah adalah Kompas
itu sudah settel. Kalo untuk challenging dia sudah mapan. Aku nih
gairahnya butuh lagi nih apa?? Kok pulang kerja gini aja? Akhirnya aku
bilang Papahku, ―Aku boleh pindah gak? Di TV? Aku pengen
komunikasinya dari video nih gitu. Aku pengen aku yang berbicara, aku
pengen menyampaikan berita. Karena cita-cita Papahku juga pengen aku
di TV. Yang membuat aku mau di koran tuh karena idealisme anak kuliah
gimana sih. Akhirnya aku pindah ke sini. Alhamdulilah karena aku
angkatan kedua, belum terlalu banyak karyawan, kesempatan banyak.
Mulai dari stand upper, modul apa aja; beauty and health, traveling,
adventure. Tiga tahun tuh aku udah di semua desk.
Aku awalnya ditawari kerja di TV One sama Berita Satu. Aku pilih
NET karena TV baru. Aku ngerasa, masih banyak peluang. Kalau TV
yang sudah mapan, pasti banyak yang sudah senior, mereka akan
memberikan kesempatan untuk orang-orang yang sudah jadi. Di NET baru,
semuanya digodok. Belajar bareng. Aku masih ngerasain belajar sama
Mbak Marissa Anita, belajar langsung sama Mas Adrian Maulana, aku
ngerasain. Karena, kita touch langsung gitu, gak ada gap senior lagi nih.
Senengnya sih aku karena generasi awal ya.
4. Apa ideologi Anda sebagai Jurnalis?
Kalau ideologi, sebenarnya ketika kita berkecimpung di dunia
industri kita tidak akan bisa pure idealis 100%. Prinsip aku, aku tetap
berada di path aku. Path itu di prinsip aku, dengan tidak mengurangi apa
maunya perusahaan. Jadi bisa dibilang aku ditengah-tengah. Kadang
porsinya aku lebihkan yang idealisnya itu. Karena beruntung aku punya
perusahaan yang sangat ngasih ruang untuk kita yang idealis. Kebetulan,
NET itu gak berpihak sama media manapun kan. Jadi netral. Malah mereka
sangat senang dengan anak-anak yang kritis, anak-anak yang punya
pendapat. Tapi itu juga, karena kita berkecimpung di dunia industri, kita
harus tahu nih maunya audiens apa? Nah di situ aku kadang mikir, oke
kalau misalnya aku create kayak gini penonton suka gak yah? Kalo
penonton gak suka, jangan dilakuin. Kita ngelihat behavior-nya penonton
juga, kebiasaan penonton, dan kesenangan penonton, apalagi NET itu kan
targetnya generasi millenials. Seperti apa sih yang disukai sama anak
muda? Dll. kita sesuain. Kalaupun aku buat investigasi, aku buat
investigasinya yang lebih ke anak muda. Makannya aku tadi ngambil
kayak TKI di bawah umur. Kan sexy yah, wah anak kecil ada loh yang
dipekerjakan.
5. Apa pendapat Anda mengenai share dan rating di NET?
Rating kayaknya gak terlalu deh kalo di NET. Yang aku sering
dituntut adalah share. Aku juga gak tahu kenapa. Jadi ketika liputan aku
itu share-nya bagus, aku disuruh buat liputan seperti itu lagi. Dengan
tema-tema yang mirip dengan share yang sama. Berharap adalah kita
mempertahankan share itu.
6. Siapa yang menentukan tema liputan?
Keseringan adalah dari kita. Aku yang riset, aku yang nyari data,
aku jualan ke produser. Tapi bisa jadi, aku melakukan apa maunya
produser karena produser sudah di link dengan pengiklan misalnya. ―Za,
kita punya pengiklan nih, lu harus syuting kayak gini.‖ Kita ikut maunya
produser, dan maunya client. Di Indonesia Morning Show (IMS) ada, MT
juga ada. Yang aku sesuai dengan maunya client itu pas aku Islam Maori.
Permintaannya kebetulan aku kerjasama sama tour travel New Zealand
jadi aku harus meng-cover kota Auckland, Maori, Wahiki Island. Tetapi
kontennya tetap ada batasan-batasan, ―Oke, kita barter promo seperti ini,
kita cuma bisa ngasih ini nih, porsi kita.‖ Jadi gak semuanya kita terima
dan kita mau.
7. Apa saja sponsor program MT?
Ada juga produk Muslim, Shafira. Dapet baju muslim Shafira,
dapat jilbab juga. Dia cuma nitip dipake, nanti pas udah tayang, di screen
shot.
8. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk riset?
MT itu aku hampir tiga bulan. Ketika aku sudah diumumkan jadi
tim MT, udah dapet siapa VJ-nya, dimana negaranya, yang aku lakukan
adalah aku mempelajari dulu negara itu. Dari umum ke khusus. Nah aku
cari info dulu tentang Selandia Baru seperti apa? Aku cari buku-buku.
Data-data umum lah tentang demografi, sosiologi, di sana seperti apa?
Orang-orang yang di sana gimana dan Islam di sana seperti apa? Ketika
aku sudah melakukan itu, aku mulai cari yang unik. Riset. Orang sukses
siapa? Cari lagi tokoh Islam siapa? Cari lagi anak muda yang berpengaruh
di Selandia Baru siapa? Yaa key word seperti itulah. Udah dapet, akhirnya
aku kontak KBRI sana. Aku pengen ngeliput ini nih. Aku juga pengen
ngeliput All Black. Jadi dia itu pemain rugby. Asli Maori, pindah Islam,
mualaf. Aku pengen banget ngeliput dia. Tapi waktunya gak cocok. Yang
paling sulit sebenarnya follow up dia. Karena dia kan artis. Atlet pemain
rugby. Kita gak dapet, karena jadwal dia gak bisa, dan budget dia mahal
banget. Jadi manajernya naro rate berapa gitu untuk wawancara dia, gak
masuk di kita. Karena kita punya batasan budget kan.. akhirnya kita nyari
akal lagi, telepon KBRI, KBRI follow up-nya lama, akhirnya aku telepon
organisasi Islam yang ada di Selandia Baru. Nah alhamdulillah Wellington
Muslim Community, di Wellington, aku dibantu sama dia untuk follow up
yang lain. Akhirnya perlahan tapi pasti aku bisa nemuin. Kayak narsum
Pak Reza, Pengusaha Sapi, aku hubungi Fonterra. Fonterra itu asosiasi
pengusaha-pengusaha sapi yang ada di Selandia Baru. Itu lama banget aku
dapat kontak Pak Reza itu.
9. Bisa ceritakan mengenai proses editing naskah?
Ada proses editing. Jadi ketika aku sudah liputan, pulang aku
transcript wawancara. Aku menyesuaikan naskah dengan gambar yang
ada. Jadi sebelum ke proudser, aku ngobrol dulu ke VJ, aman gak nih
visualnya?
10. Bagaimana kerutinan Anda sebagai reporter saat pra produksi?
Selama tiga bulan itu aku rutin rapat setiap seminggu sekali. Yang
dibahas follow up kita sudah sampai mana? Terus konsep yang mau dibuat
seperti apa? Kan itu semua yang kita sajikan di layar bukan tidak serta
merta begitu saja semuanya di konsep. Gua mau kayak gini, gua mau
kayak gitu. Udah dipikirin. Ada 11 negara, jadi ada 11 tim yang hadir
dalam sekali rapat. Satu negara ada 2 kru, 1 reporter 1 VJ. Paket hemat.
NET itu paling paket hemat. Jadi aku merangkap reporter, sutradara, unit
production manager, production assistant, semuanya. VJ merangkap
driver, fixer. Setiap tim punya timeline keberangkatan sendiri. Yang
menentukan reporter dan VJ, bukan produser. Yang tahu kita siap buat
liputan kan kita. Dan kesiapan narsum, kita yang tahu. Produser memberi
batas waktu Januari hingga Maret. Maret naskah harus sudah disetor.
11. Bagaimana Anda membangun chemistry dengan VJ?
Sebenernya VJ dan reporter itu kayak gula sama garam. Gak akan
enak kalo gak ada gula ataupun garam. Ya gua gak bisa ngomong apa
yang gua sampein kalo gak ada visualnya, cerita juga gak akan keren, kalo
visualnya gak bagus. Jadi dua-duanya tuh harus saling ngisi. Misal, konsep
ngomong di mobil. Itu sebenarnya kita pengen ngambil ambiens traveling.
Traveler tuh gimana sih? Gua ala backpack kan? Backpack berarti nyetir
sendiri. Gua pergi, gua nyari mobil gua sendiri, gua bawa, gua ngomong
di situ. Itu tuh pengen ngasih atmo kalo gua tuh seorang traveler muslim,
yang ingin mencari jejak-jejak muslim di negara orang lain. Kadang, apa
yang mau aku ceritain, kan tidak sesuai dengan visualnya, kadang pas
sudah pulang, istilahnya sudah belanja gambar, pulang kita preview. Udah
di penginapan nih preview. Tadi apa aja yang dapet. Ada gambar cantik.
Dan story-nya gak ada. Aku bisa nyesuain untuk buat ceritanya. Jadi
saling ngisi aja. Sebenarnya tektokan reproter dengan VJ itu sangat
penting. Makanya jangan sampe berantem. Kalo berantem itu akan sangat
kelihatan di layar. Saat preview, ada gambar yang di delete. Jadi nanti pas
pulang, nge-rufcut enak. Daripada kita belanja banyak-banyak, gak tau
yang mau dipake apa, mending dibuang.
12. Mengapa setiap negara memiliki jatah episode yang berbeda?
Untuk jumlah episode kadang disesuain dengan budget. Jadi
sebenarnya kita itu dapat pembagian budget-nya rata. Untuk menghemat,
kita bisa menginap di rumah narasumber. Seperti Pak Reza, kita menginap
di rumah dia.
13. Bagaimana Anda membagi persentase proses produksi MT?
Misalnya 100% hasil liputan kalo aku mau bagi, 45% itu riset.
Selainnya itu eksekusi, produksi, tayang. Di riset yang lama.
14. Pendapat Anda mengenai Islam di Selandia Baru seperti apa?
Islam di Selandia Baru sangat plural. Negara minoritas tetapi
sangat toleran untuk muslim. Di sana itu mayoritas ateis. Tetapi sangat
menghormati orang Islam. Kan ada gereja yang gak dipake dihibahkan
untuk jadi masjid. Dan berbagai kegiatan-kegiatan muslim mereka sangat
mem-provide. Ada kegiatan, ada apa gak masalah. Kalo perempuan pakai
hijab juga gak masalah. Sangat-sangat syariah sih negaranya. Negara
minoritas muslim tapi sangat Islami itu Selandia Baru. Di sana tidak ada
diskriminasi. Dan mereka memberi ruang untuk umat muslim beribadah di
sana. Mau jalan sedikit, sudah ada musala.
Selandia Baru itu negara ateis, tetapi dia konsep
kewarganegaraannya itu syariah. Tinggal syahadat aja. Cara hidupnya itu
syariah. Kalau kerja dia gak monopoli. Aku ngelihat praktek si Pak Reza
itu.
15. Apa saja hambatan Anda menjadi reporter MT?
Hambatannya banyak. Apa yang kita siapkan di sini, tidak sesuai
dengan apa yang terjadi di sana. Akhirnya kita mutar otak. Dokumenter
gitu. Kadang konsep yang sudah kita siapkan tidak sesuai dengan realita.
Akhirnya kita muter otak. Buat lagi konsep baru. Produser membolehkan.
Dengan konsep koordinasi. Plan B jarang kita siapkan, karena kita sudah
tahu biasanya akan ada penyusaian-penyusaian. Jadi kita pakai plan A,
sebisa mungkin plan A itu kita jalankan, customize.
16. Bagaimana soal perizinan meliput di Selandia Baru?
Masing-masing negara punya tantangan sendiri-sendiri. Perizinan
di Selandia Baru sangat dipermudah. Bahkan aku kelebihan konten. Jadi
pas pulang, aku buat beberapa modul yang bukan untuk MT. Aku buat
modul untuk IMS. Modul itu kayak cerita-cerita pendek, buat program
lain. Ada juga yang perginya wajib bawa tiga, pulang bawa dua.
Penyebabnya karena budget, narsumnya susah. Transport-nya susah. Ada
juga yang alatnya rusak dan hilang.
Kebetulan Papahnya yang mubalig muda itu orang KBRI. KBRI
itu mau nampang doang. Aku gak liput KBRI-nya. Aku liput anaknya.
Orang bapaknya juga bilang, emang sulit. Emang gini mbak, KBRI. Aku
ngajuin dari tahun 2015, gak di approve-approve sampai di sana ketemu
langsung sama orang KBRI. Tapi mereka pas kita di sana, melayani.
Konsep nekat dengan riset yang matang itu harus seimbang. Jangan
nekat tanpa risetan. Jangan nekat tanpa narsum yang kita pegang.
Nekatnya terkonseplah. Kayak gua udah dapet nih narsum Pak Reza, tapi
Pak Reza di telepon cuma jawab ―Oke, ketemuan aja ya disini.‖ Aku
tanya, ―Pak, saya mau cerita tentang ini pak, kira-kira bapak kegiatannya
apa?‖ Dia ngejawab, ―Saya lagi sibuk, Mbak. Kesini aja Mbak.‖ Coba, aku
kayak beli kucing dalam karung kan? Sampe sana bismillah aja.
17. Bagaimana konsep narasumber MT?
Aku kan yang episode ketiga itu, Muslim Maori. Aku itu pure
orang sana. Jadi sebenernya gak boleh loh pure ngebahas orang asing,
muslim di luar gitu. Kita juga harus cari yang dekat. Karena kalau di
konsep pers itu ada yang namanya proximity (kedekatan). Makannya ada
beberapa aku discuss sama narsumnya itu pakai bahasa Indonesia. Karena
diwajibin sama produsernya. Kalo orangnya bisa bahasa Indonesia, kenapa
harus pakai bahasa Inggris? Kadang gitu kita mau gaya-gayaan gitu kan?
Jadi sesuai keperluan aja.
Naskah Wawancara 4
Nama : Nugroho Eko
Pekerjaan : VJ MT
Tempat : Kantor NET, The East Tower Lt. 28 Jl. Dr. Ide Agung Gede Agung
Mega Kuningan, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Indonesia.
Tanggal : 23 Maret 2017
Pukul : 20.30 WIB
1. Organisasi apa saja yang pernah diikuti?
Gua tidak ikut organisasi apa-apa, gua emang udah lama
cameraman, seneng fotografi, seneng nonton film, seneng dokumenter,
jadi kita memang menghasilkan karrya yang idealnya mendekati. Karena
industri broadcast adalah ujungnya penonton paham, tersampai apa yang
ingin kita infokan, info jelas, tetapi dikemas secara menarik. Intinya itu.
2. Bisa ceritakan proses riset produksi MT?
Jadi kalau di MT, timnya mengajukan, bisa tim, bisa perorangan
sih, mengajukan negara mana dengan konten apa yang akan dibuat.
Kebetulan, si Za (Annisa Pratiwi), memang sudah riset di Selandia Baru,
kita diskusi, ada beberapa tambahan informasi. Tambahan informasi tuh
macem-macem ya, gak cuma konten maupun info awal, tapi juga
narasumber, akses transportasi, termasuk bagaimana kita akomodasi di
sana. Semuanya harus di hitung. Cuaca, dll. Karena kan itu kan ujung-
ujungnya akan kita lakukan sebagai tim kan. Untuk riset kan paling
berperan di tiga episode Selandia Baru itu memang kebanyakan Za.
Karena kan dia reporter. Dan saya masih pegang program kan. Paling kita
diskusi ajasih, adakah ini, adakah itu? Karena secara bayangan, untuk
menghasilkan karya pasti kan kita mencari story terkuat, yang dramatis
dan secara visual menarik, misalnya kita mau cerita ada orang yang dulu
mendapatkan hidayah agama Islam, karena dia masa hidupnya sulit, tapi
kan susah nih ngegambarinnya. Gak ada visual. Kita eliminir tuh yang
model gitu. Tapi kita bisa masukkin yang kekinian, yang update.
Misalnya, bagaimana interaksi warga lokal tapi muslim dengan warga
lokal juga yang non muslim, plus WNI yang muslim. Itu kan ramai.
Interaksi itupun harus kita kemas. Gak mungkin cuman sekedar ngobrol.
Bisa mati gaya. Makannya kita bisa tambahkan, apakah kita bisa adakan
api unggun bareng, atau acara Sunday Morning, olahraga bersama, yang
penting hidup. Balik lagi, kontennya tersampaikan.
3. Apakah plan A yang sudah disiapkan saat pra produksi sewaktu-
waktu bisa diganti?
Pasti. Kita sih tidak menyiapkan plan B, plan C, at least ketika kita
mau berangkat pasti kan kita punya internary. ―Lo akan ambil apa aja, dan
konten seperti apa?‖ ketika nanti di sana ada kendala cuaca, waktu,
budget, mood, ataukah ada hal lain yang bisa lebih menarik, itu di
lapangan aja. Jadi diputuskan ketika memang ada hambatan atau situasi
dan kondisi yang mungkin kita harus switch plan, dan diputuskan di sana.
Cuman, ketika kita berangkat kita udah punya garis besar, misalkan
bercerita tentang kemajuan zaman di negara maju namun tidak
mengurangi tingkat keimanan seorang muslim. Misalnya angle-nya itu.
Ketika ketemu hal-hal lain, kita bisa kayak puzzle aja. Dia menguatkan,
kita tambahkan. Dia membuat dramatisasi kita tambahkan. Tapi kalau dia
di luar konteks, ya gak perlu kita tambahkan.
4. Apakah Pemred banyak terlibat?
Kalau Pemred sih sebenarnya gak banyak terlibat. Karena pada
dasarnya hanya menentukan kebijakan redaksi news. Ketika kita ingin
menjadi TV yang positif, yang memberi makna, memberi pesan, hanya
sebatas itu. Tapi turunannya kan banyak. Misalnya memberi makna yang
positif, kita harus bisa berbuat baik kepada sesama misalnya, nah itu bisa
dijewantahkan ke program, dengan kadep, ipi, dan maupun produsernya
dan tim liputan.
5. Mengapa terkesan hanya menyampaikan berita Islam yang damai
saja? Apa maksud di balik itu?
Sebenarnya gini, itu balik lagi itu adalah kebijakan redaksi. Ketika
memang pemred sudah menurunkan, kita fokus ya kita harus jaga
keberagaman. Kita kuatkan toleransi dan hal-hal positif. Yang berbau
negatif maupun kontoversi, bukan dihilangkan tapi dikurangi memang.
Misalnya, MT. Dari bahasanya juga ―Muslim Travelers‖ berinteraksi
dengan banyak orang di luar negeri. Kayak kita mengangkat Islam-islam
yang memang tidak toleran, itu akan meruntuhkan ruh program. Termasuk
NET sendiri. Tapi, ketika kemaren kita main di Prancis, kita juga ngangkat
soal terorisme. Tapi porsinya gak banyak. Dan bukan berarti terorisme itu
akan selalu Islam. Kan ada banyak hal. Yang ditekankan, memang adalah
damai, pasti. Ya hidup buat apa kalau misalnya kita rusak.
6. Pembagian porsi traveling dan muatan positif?
Itu tentatif deh. Itu gak ada bakunya. Itu berubah. Karena tahun ini
pun memang lebih banyak traveling. Tahun lalu lebih banyak muatan
positifnya. Cuman memang yang traveling lebih banyak di tahun ini.
Tahun lalu mungkin lebih sedikit.
7. Untuk mencari sponsor, siapa saja yang terlibat?
Semua tim terlibat. Jadi ada beberapa sponsor yang memang
lepasan. Hanya menyediakan penginapan., akomodasi. Kebetulan di New
Zealand, ada kenalan lama, dari temennya istri. Dia memang di sana punya
perusahaan halal tour. Ketika kita di akomodasi dengan mereka, mereka
minta cover beberapa makanan yang halal. Karena masih masuk dalam
satu garis, how to travel ke negara maju. Nah itu karena masih masuk, kita
bisa bantu. Toh mereka juga membantu kita. Jadi, dibatesin memberikan
saran, sewajarnya. Karena gak mungkin, apapun yang muncul itu
mengganggu program, mengganggu episode, gak bisa. Misalnya sponsor
pocari sweat, kemudian memperagakan adegan minum pocari sweat,
entar dulu kita harus ngomong panjang lebar nih yang kayak gini. Gak
mungkin produk masuk. Lu berani ngasih berapa? Kalo ngasihnya gede,
mungkin iya, mungkin. Tapi kalo ngasihnya cuma satu trip? Gak juga.
8. Apakah kru harus meliput sponsor yang bekerjasama dengan MT?
Bukan harus diliput. Permintaannya itu bisa dari sana atau sini.
Kita kan punya cerita. Kita mau ngangkat keberagaman di Auckland. Di
Auckland itu semua ras ada. Dia memang kota terbuka. Dari Asia sampai
suku asli Maori, ada. Maorinya itu, kita minta. Kita minta Maori yang
seperti ini syaratnya. Tourism itu yang mencarikan. Kita terima bersih.
Terlebih, kita minta Maori yang muslim. Mereka dapet. Kita terima.
Karena gak mungkin gua sama Za yang nyari. Kenal juga enggak. Kesana
juga belum pernah. Ibaratnya simbiosis mutualisme itu. Jadi, apa yang kita
minta, berusaha dipenuhi, kalau gak ketemu, mereka menyarankan.
Misalnya lu nyari Maori yang muslim yang muda gak ada nih. Tapi dia
ada yang keluarga nih dan anaknya delapan. Wah menarik.
9. Bagaimana respon warga dan pemerintah Selandia Baru?
Kalau dari pemerintah sih gua gak ada kabar ya, tapi kalo dari
WNI maupun kan di sana ada forum umat Islamnya juga kan.
Komunitasnya sih sangat senang. Ya ibaratanya terlihat juga dengan
penonton di Youtube. Kita juga masih whats app-an. Mereka sih seneng,
tapi kalo dari pemerintahnya gak ada info.
Gua kesana tuh gak lewat pemerintah. Temen-temen di NET itu
jarang yang melibatkan pemerintah. Karena mereka itu, ya bahasa
kasarnya kadang gak mau repot. Makannya kita gak mau ngerepotin juga.
Yang penting kita dateng ada yang kenal, berjalan dengan uang sendiri
juga ya yaudah. Tapi terakhir memang, sebelum pulang sih kita ketemu
pihak KBRI dan ngobrol. Cuman setelah itu yaudah gak ada info apa-apa.
Kita kalau di negara asing, ada surat pernyataan kalau mereka bisa
ditayangan di youtube, di tv nasional Indonesia, kita harus buat surat. Kan
kita juga liput TK Islam kan, Halimah. Ya itu butuh surat dari masing-
masing orang tua dan pihak sekolah. Kalau gua kan udah beberapa kali ya
ke luar negeri. Tahu prosedurnya seperti itu, cuman ketika di sana kita
memang gak terlalu menyiapkan sih. Cuma, ya balik lagi ketika ruh
programnya pun untuk menyampaikan hal yang positif, orang yang diliput
tuh seneng. Jadi mereka akan membantu. Nah sekolah itu maupun tourism,
beberapa perantara, itu membantu banget. Karena kalau gua sama Za
sendiri kan gak bisa gerak. Mau kesana aja pasti nanya alamat dulu, belom
nyampe, belom ngobrol, belom minta ini itu kan repot. Tapi ketika sudah
ada perantara, lebih mudah untuk akses.
10. Jumlah episode ditentukan oleh redaksi?
Bukan kebijakan redaksi, itu lebih aplikatif banget. Misalnya
berapa hari sih di sana? Berapa banyak cerita yang bisa di angkat? Gitu
aja. Sisanya sih gak ngaruh. Minimal episode memang ditentukan
produser. Pertimbangannya budget, waktu, sama cerita. Kalo story-nya
gak banyak, gak mungkin bisa sampe empat episode kan. Tapi minimal
harus tiga. Karena itung-itungan budget, kalo di bawah dua, emang gak
masuk jadinya. Jadi harus tiga minimal agar budget-nya masuk.
11. Mengapa NET akhirnya memilih digitalisasi?
Sebenarnya dari gua ada dua alasan yang layak jadi pertimbangan
ya, yang pertama kualitas. Pasti kan kualitasnya lebih unggul dari
teknologi lampau yang masih analog. Yang kedua, ke depan semuanya
akan serba digital. Jadi ketika kita investasi untuk membuat tv, kenapa
kita harus investasi dengan teknologi lama? Mending mahal sekalian,
untuk menyiapkan sepuluh tahun ke depan. Itulah yang dilakukan NET.
Kalau HD secara input itu semua TV sekarang sudah HD. Tapi
output baru kita. Sampai saat ini. Dan berita satu. Berita satu juga punya.
Harus HD alasannya ya karena kualitas itu tadi. Udah banyak kemajuan.
12. Bagaimana proses produksi MT?
Di MT itu prosesnya, ketika tim sudah terbentuk, mereka akan
riset. Riset itu waktunya macem-macem antara satu sampai dua bulan. Nah
ketika riset itu mereka harus saling berkoordinasi dengan produser. Update
apa ini berubah atau gak? Nanti ada saatnya kita rapat untuk ngomongin
konten. Biasanya konten itu menjadi hal yang utama karena kerjaan kita
menghasilkan konten kan, menghasilkan karya. Baru perintilan lainnya,
kayak kapan berangkat? Hambatannya apa? Budget-nya kurang atau lebih?
Tapi itu gak dispesifikin rapatnya soal apa. Cuman seinget gua sih harus
tiap minggu. Dulu setiap minggu rapat. Tapi misal gua kan tim New
Zealand ya, kalo minggu ini udah, minggu depan gak perlu intens, karena
gua sudah rapat, dan mereka sudah paham dengan apa yang gua mau buat.
Kecuali ada perubahan misalnya pergantian lokasi liputan.
13. Kenapa harus meliput WNI Muslim yang tinggal di negara minoritas
muslim?
Itu banyak faktor sih. Salah satunya mudah pasti. Sesama orang
Indonesia, masa dia gak mau bantu? Gua udah jauh-jauh nih dari
Indonesia. Nah itu salah satunya. Kedua, enggak ribet untuk mengemas
konten. Budayanya sama. Komunikasinya bahasanya sama. Pola pikirnya
gak jauh beda. Itu untuk tim ya. Untuk tim kan memudahkan. Nah untuk
konten dan hasil karya, itu juga memudahkan. Penonton jadi lebih mudah
untuk mengerti bahasanya ketika menonton. Karena masih satu bahasa.
Ketika kita nonton orang bule terus kan ada translate, ada bahasa Inggris.
Mungkin untuk penontonnya jadi waktu lebih untuk mencerna lebih dalem
kan.
14. Bagaimana cara Anda menentukan angle?
Di sini sih tempat kan kadang kita gak tau. Kita cuman merangkai
aja kira-kira nanti ketemuan, abis itu kita pergi ke masjid, kalau memang
harus salat Jum’at bisa itu kita ke rumahnya makan-makan palingan gitu
kan? Kalo angle pasti semua di sana. Angle, sequence, terus bagaimana
aksi-reaksi. Ketemunya seperti apa? Shot-shotnya ya ditentukan di sana.
Ketemu, liat langsung ambil gambar. Malah kalo mau real, ya gak usah di
atur-atur. Rekam aja. Tinggal bagaimana kita bisa jadi bagian mereka.
Tapi tetap hasil gambarnya menarik. Ya dokumenter kan sebenarnya
bagian dari magazine. Sebenarnya banyak kelirumologi sih di Indonesia.
Magazine itu kan mingguan. Kalo magazine-nya stripping, jadi sulit kan
disebut magazine. Cuman magazine itu adalah varian non buletin. Buletin
itu berita harian. Berarti dokumenter ya masuk ke magazine.
15. Pendapat Anda mengenai MT yang mendapat penghargaan tiga
tahun berturut-turut?
Ya kalau kita pasti kan seneng dan bangga aja. Karya yang dibuat
NET itu bisa ―bunyi‖ lah. Karena pengennya memang kan kita kalo bahasa
temen-temen yang buat MT itu, ―eh kita dakwah nih‖ itu menyenangkan
sih, ketika lu bisa pergi ke luar, ketemu orang-orang, terus muatannya itu
pun berbobot. Bisa memberi nilai. Ya urusan kalo memang bisa dibilang
dakwah atau enggak, tapi kita menyebarkan hal-hal baik, intinya kan itu.
16. Pandangan Anda mengenai share dan rating NET?
Kalo di Indonesia, di 2017, share dan rating itu penting. Tapi gak
tau kalau nanti ke depan. Karena share dan rating kan ya lu gak pernah
tahu Nielsen itu juga mencari data share rating itu seperti apa? Kita gak
pernah tahu itu akurat atau enggak, jadinya karena alat saat ini hanya itu,
ya kita gunakan. Tapi NET itu juga kerap berdiskusi, kualitatif ya terutama
dengan beberapa universitas. Pengukurannya sendiri kualitatif. Itu
mungkin akan lebih terlihat ya. Cuman kalo kualitatif kan butuh waktu ya
butuh biaya besar, jadi tidak bisa dilakukan setiap saat.
17. Pendapat Anda mengenai pengaruh-pengaruh dari internal organisasi
terhadap berita?
Kalau di broadcast, tim itu yang bertanggung jawab membuat
karya. Inputnya bisa dari mana-mana, bisa dari background pengalaman
pribadi, ilmu, termasuk arahan dari atasan, kebijakan redaksi. Kan sama
aja dengan director kan. Director yang hidup di Rio De Jenairo wilayah
kumuh misalnya, dengan dia hidup di wilayah borjouisnya Eropa bisa jadi
akan menghasilkan karya yang berbeda. Kalau lingkupnya dalam tim,
reporter dan cameraman itu di NET terutama itu kedudukannya sama.
Karena mereka bareng, harus bekerjasama menghasilkan sebuah karya
yang memang sudah ditentukan garis-garis haluannya dalam hal ini
program MT. Misalnya, pastikan kontennya seputar kehidupan muslim di
negara lain. Bagiamana dakwah? Bagaimana interaksi antar muslim, antar
umat beragama, semuanya ada. Nah itu garis besarnya.
Naskah Wawancara 5
Nama : Asrori S. Karni
Pekerjaan : Ketua Infokom MUI
Tempat : Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat
Tanggal : 27 April 2017
Pukul : 11.54 WIB
1. Bagaimana sejarah terciptanya Anugerah Syiar Ramadhan?
Anugerah Syiar Ramadhan ini terakhir dilakukan tahun 2005 kemudian
2006 dihentikan. Dihidupkan lagi 2016. Kenapa dihentikan? Karena MUI
kecewa pada tayangan televisi Ramadhan sampai 2005 itu. Saya lupa datanya
sebelum 2005 itu sejak kapan ya. Kami sudah setiap tahun memberikan
apresiasi, toh catatan-catatan buruknya tetap mengemuka. Maka dari itu sejak
2006 dihentikan.
Pada tahun 2007 cara MUI merespon berbeda. Tidak lagi apresiasi, namun
dengan cara lebih kritik. Dari tahun 2007 sampai sekarang tuh pemantauan tv
Ramadhan selalu saya yang bikin ringkasan akhir laporannya. 2016 kenapa
dihidupkan lagi? Karena sejak 2013 ada perbaikan signifikan tayangan televisi.
2005-2012 itu kacau. Sampai 2012 itu kita sebut program tv Ramadhan itu
menjadi festival makian. Acara sahur itu isinya komedi-komedi yang sangat
jauh dari nuansa Ramadhan. Bukan hanya MUI yang menyorot, KPI pun
berkali-kali menegur. Parahnya itu sudah berkali-kali ditegur itu masih
melakukan kesalahan yang sama. Dari 15 televisi nasional saat itu hanya tiga
televisi yang agak bener. TVRI, Metro TV, sama TV ONE.
Nah 2013 berubah terbalik. Banyak sekali yang melakukan perbaikan
sehingga hanya tinggal tiga. Kalau sebelumnya itu hanya tiga yang bagus, 2013
tinggal tiga yang jelek itu TRANS TV, TRANS 7, dan ANTV. Saya bilang
jelek itu belum tentu seluruh konten tv itu jelek. Masalahnya gini, TRANS TV
itu banyak sekali program inovatif. Secara konten kreatif berkualitas, kemudian
rating-nya juga baik, itu banyak juga. Tetapi dari misalnya 15 program terkait
Ramadhan, itu ada dua atau tiga yang kacau balau. Nah 2013 mengalami
perubahan. Beberapa tv melakukan terobosan program yang kontennya
berkualitas sejalan dengan spirit Ramadhan dan audience share-nya juga bagus.
Ada audisi Hafidz Cilik lah, Da’i Muda, menarik itu. Dan acara komedi sahur
yang tadinya mainstream itu berkurang.
2. Siapa saja yang menjadi juri dalam penghargaan Anugerah Syiar
Ramadhan?
Anugerah Syiar Ramadhan yang secara full dikelola lagi oleh MUI itu
yang tahun 2016. Kalau yang 2014 sebenarnya tuan rumahnya KPI hanya saja
MUI dilibatkan dalam penjurian. Kalau yang 2005 itu komposisinya lebih
menggambarkan kelompok-kelompok dilingkungan Islam. Jadi ada representasi
MUI, dan Ormas-ormas Islam. MUI pun mempertimbangkan kompetensi. Di
MUI itu kan juga ada Komisi Seni Budaya, ada Komisi Dakwah, ada Komisi
Fatwa. Aktor utamanya dari Komisi Infokom. Jadi melibatkan Komisi Dakwah
karena perspektif dakwah. Melibatkan Komisi Fatwa misalnya memerhatikan
konten ketika menyampaikan materi agama. Kalau dari kemasan, mungkin
Komisi Seni Budaya yang pas. Jadi, lintas komisi itu 2005. Kalau 2014-2016 ini
kombinasi antara KPI dan MUI. Dari MUI-nya itu lintas komisi (Infokom,
Dakwah, Fatwa). Kalau KPI-nya mungkin komisionernya.
3. Mengapa MUI begitu intens mengawasi dan memperbaiki isi siaran televisi
di Indonesia terutama terkait siaran dakwah? Bukankah sudah ada
lembaga lain yang bertugas mengawasi isi siaran televisi?
Justru KPI butuh MUI. Terutama pada konten keagamaan, KPI ini merasa
sangat terbantu dengan MUI. Kominfo juga sangat terbantu dengan MUI. Yang
punya kompetensi tentang program keagamaan di mata mereka adalah MUI.
Dan di MUI kita memang menyediakan personil dengan berbagai kompetensi.
Banyak permintaan dari masyarakat dari surat-surat yang masuk maupun suara-
suara di sejumlah Focus Group Discussion (FGD). Banyak sekali yang berharap
kepada MUI, bahkan mereka agak skeptis terhadap KPI dan LSF. Dan memang
MUI tidak punya otoritas mengikat, lebih pada bagian dari gerakan advokasi,
pressure group, membentuk opini publik.
4. Menurut MUI, sampai saat ini televisi apa saja yang siaran dakwahnya
sudah baik?
Terutama yang dapat apresiasi, yang dapat penghargaan. Waktu selama
pemantauan dari 2007 hingga sekrang itu kan kita tidak hanya mengkritik, yang
bagus juga kita apresiasi. Misalnya seperti program tafsirnya Pak Quraish
(Metro TV) kita apresiasi, kemudian model sineteronnya Para Pencari Tuhan
(SCTV), kita apresiasi.
Lampiran 2
Foto Dokumentasi Wawancara dan Screenshot Video
Wawancara dengan Reporter MT (Annisa Pratiwi)
Wawancara dengan VJ MT (Nugroho Eko)
Wawancara dengan Produser Eksekutif MT (Cahyo Wibowo)
Wawancara dengan Produser MT (Hadini Amalia)
Wawancara dengan Ketua Infokom MUI (Asrori S. Karni)
Screenshot Tayangan Program MT Episode Keluarga Muslim Maori
Screenshot Tayangan Program MT Episode Kehidupan Umat Muslim
di Selandia Baru
Screenshot Tayangan Program MT Episode Mubalig Muda Asal Indonesia
Wishnutama berpidato di depan ribuan peserta Media Development Program V
di Sentul International Convention Center, Bogor
Screenshot Video Dede Apriadi dalam menyampaikan materi Aspek Visual Liputan
TV dalam portal https://www.indonesiax.co.id
Lampiran 3
Surat Izin Bimbingan Skripsi
Sertifikat Penelitian di NET
Sertifikat Magang di NET
Lampiran 4
Sinopsis MT Episode Kehidupan Umat Muslim di Selandia Baru
(7 Juni 2016)
Benang merah dalam episode ini adalah suka duka kehidupan umat
muslim di Selandia Baru. Baik WNI, imigran, maupun warga asli Selandia Baru.
Dalam segment pertama Anda akan diajak mengelilingi Invercargill, kota paling
selatan di Selandia Baru yang menyuguhkan sepenggal surga keindahan negeri
kiwi sesungguhnya. Anda akan diajak menyaksikan panorama keindahan alam
tempat hidup flora dan fauna, melintasi dataran mengalun, jalanan berliku, khas
topografi Invercargill. Itu semua menjelaskan bahwa bukti kebesaran Allah itu
nyata.
Tak hanya mengunjungi pedesaan yang asri, Anda juga diajak
mengelilingi kota yang memiliki arsitektur klasik nan cantik. Di sini Annisa
Pratiwi (reporter) akan mengajak Anda mengunjungi restoran halal yang tentunya
ramah muslim. Setelah perut terisi, Annisa lantas melanjutkan perjalananya
menuju masjid paling selatan dari Makkah yaitu Masjid Invercargill. Di masjid ia
bertemu dengan pengusaha muslim asal Indonesia, Reza Abdul Jabbar. Reza giat
menggelar kajian agama. Tak hanya aktif menyampaikan syiar Islam, Reza juga
dikenal sebagai peternak sapi yang sukses. Alam dan sumber hewani yang
melimpah menjadi anugerah tersendiri bagi penduduk Selandia Baru. Membawa
keberkahan dan mengalirkan kebaikan bagi umat manusia.
Segment kedua, Annisa meliput keseharian keluarga Reza. Dalam segment
ini, Reza memberikan statement bahwa sebagai muslim yang hidup di Selandia
Baru, sama sekali tidak ada diskriminasi. Semua warganya saling menghormati.
Selanjutnya sebagai seorang pengusaha sapi, Reza belajar bagaimana ikhlas,
sabar, dalam merawat hewan ternak. Segment ketiga, Reza mengajak saudara
muslim yang tinggal di sekitar rumahnya untuk datang dan menikmati jamuan
spesial silaturahmi yang disiapkan keluarga Reza. Di rumahnya, semua muslim
dari berbagai negara berkumpul. Semua ini menjelaskan bahwa seluruh umat
Islam adalah bersaudara. Tak peduli darimana ia berasal. Selandia Baru mulai
menjadi negeri harapan kaum muslimin. Meski minoritas, perlahan tapi pasti
Islam justru tumbuh menjadi agama yang paling pesat di negeri ini.
Sinopsis MT Episode Mubalig Muda Asal Indonesia di New Zealand
(16 Juni 2016)
Di segment pertama, reporter MT (Annisa Pratiwi) mengajak Anda
menjelajah Ibu Kota Selandia Baru, Wellington. Geliat kehidupan muslim sarat
terasa di sini. Tak ada diskriminasi. Keberagaman menyatu dalam balutan
harmoni. Sebagai negara paling toleran, Selandia Baru kini menjelama sebagai
negeri paling Islami bagi kaum imigran, termasuk menebarkan syiar Islam bagi
mubalig muda. Di Wellington, ragam kultur, etnis, melebur dalam keseharian.
Kian meneguhkan bahwa manusia adalah setara. Senada dengan Q.S. al-Hujurat
ayat 13, Allah berfirman ―Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.‖
Segment kedua, Anda diajak berkenalan dengan mubalig muda asal
Indonesia, Fahri Agam. Remaja berusia 16 tahun ini sudah biasa berdakwah di
berbagai acara komunitas muslim di Selandia Baru. Berkat kepiawaiannnya
menyampaikan ajaran Islam dengan bahasa universal, ia pun pernah dipercaya
berbicara dihadapan Perdana Menteri Selandia Baru, John Key. Tak banyak anak
muda yang memilih berdakwah di jalan Allah. Dakwah jadi jalan yang dipilih
Fahri, menebarkan pesan dan nilai Islam bagi sesama.
Di segment terakhir, MT meliput keseharian Fahri. Mulai dari olahraga
yang ia gemari, melihat indahnya kota Wellington menggunakan Wellington
Cable Car, hingga mengajar mengaji di Newlands Community Centre (NCC).
NCC adalah rumah ibadah bagi Umat Muslim Indonesia Wellington (UMIW) dan
imigran muslim lainnya. Tak hanya berfungsi sebagai tempat salat, di sini para
muslim rutin mengadakan kegiatan kajian Islam dan saling berbagi ilmu.
Perjalanan membuat Annisa belajar banyak dari sosok mubalig muda seperti Fahri
Agam. Bahwa hidup sebagai muslim di negara minoritas muslim tak
menghalanginya menebar pesan akan kebaikan Islam.
Sinopsis MT Episode Kehidupan Keluarga Muslim Maori
(25 Juni 2016)
Dari kota Auckland, Anda bisa melihat dua wajah Selandia Baru. Modern
namun tak melupakan khazanah budaya lokal. Di segment pertama ini Annisa
mengajak anda mengunjungi destinasi wisata ramah muslim, Pulau Waihiki.
Annisa ditemani Wanti, seorang WNI asal Indonesia untuk menjelajah keindahan
pulau ini. Selain alamnya yang Indah, pulau ini terkenal dengan warganya yang
sangat menjaga warisan budaya lokal. Sepanjang perjalanan, Anda akan di ajak
melihat sisi lain Pulau Waihiki. Menyelami jejak histori masa lalu suku Maori.
Menjaga, menyatu dengan alam adalah prinsip hidup suku Maori. Mengenal
budaya maori mengingatkan Annisa akan sabda Rasulullah yang diriwayatkan
dalam Hadis Tirmidizi, ―Sayangilah yang ada di bumi, niscaya semua yang ada di
langit akan menyayangi kalian.‖
Segment kedua, Annisa menngajak anda untuk berkenalan dengan Muslim
Maori, keluarga Musa. Musa adalah mualaf muslim asli maori. Sementara
istrinya, Jodin Thomas adalah warga Pakeha, warga Selandia Baru yang berasal
dari Eropa. Islam membuat Musa menjadi pribadi yang semakin bijak dan
terbuka. Ia pun menyadari, menjadi muslim dan menebarkan kebaikan Islam di
negeri minoritas muslim penuh tantangan. Islam telah menympurnakan keluarga
muslim bersahaja ini. Jodin tak pernah membayangkan kehidupan seperti ini
sebelumnya. Berumah tangga dengan berlimpah cahaya Islam.
Sebagai negara plural, Selandia Baru menjunjung tinggi kebebasan
beragama. Warganya begitu ramah menerima keberagaman dalam keyakinan. Di
segment terakhir ini Annisa mengajak Anda untuk mencari tahu jejak
keberagaman Islam di Hamilton. Annisa akan berkunjung ke sebuah sekolah yang
menjalankan proses akulturasi Islam dan maori. Di Sekolah Islam Halimah, anak-
anak diajak memahami Islam dengan cara yang berbeda. Misalnya lewat nyanyian
salawat. Selain itu mereka juga diajarkan nilai-nilai budaya lokal samoa dan
maori. Tiga puluh anak dari berbagai negara dan keyakinan lokal di didik dengan
kurikulum ajaran Islam. Namun mengutamakan nilai-nilai toleransi dan rasa
saling menghormati antar sesama sesuai ajaran Islam, habluminallah
habluminannas.