hispatology repository
DESCRIPTION
This document is about hispatology report from an Golden fish (Cyprinus carpio L.) testTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Ikan mas (Cyprinus carpio L.)
tergolong ikan ekonomis penting karena
ikan ini digemari oleh masyarakat. Ikan mas
merupakan salah satu ikan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan memenuhi 46,5%
produksi ikan air tawar Indonesia ( Taukhid
et al. 2007). Ikan ini menyebar hampir di
semua tempat budidaya ikan air tawar di
seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan di
beberapa daerah tertentu seperti di Jawa
Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan budidaya ikan mas telah
menjadi sumber mata pencarian masyarakat
setempat. Penyediaan benih yang baik,
jumlah yang cukup dan secara kontinyu
menjadi hal yang sangat penting dalam
mengembangkan budidaya ikan mas ini.
Oleh karena itu salah satu hal yang
menjadi jaminan kualitas ikan adalah
kondisi kesehatannya. Hal ini mungkin
masih jarang diperhatikan secara serius atau
dalam porsi yang besar.
Hampir seluruh sentra peternakan ikan
mas menggunakan kolam yang berasal dari
air sungai. Kondisi lain yang dapat
ditemukan di lapangan bahwa pengelolaan
kesehatan ikan pada sentra peternakan ikan
mas yang ada masih sangat kurang. Bahkan
di beberapa tempat para pemilik kolam
hanya sekedar memeliha\ra ikan pada kolam
dan memberi pakan saja tanpa pemeriksaan
atau kontrol kondisi kesehatan ikannya. Hal
ini yang mendorong untuk perlu dilakukan
studi atau penelitian mengenai kondisi ikan
khususnya gambaran histopatologinya.
Histopatologi merupakan cabang
biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi
jaringan dalam hubungannya dengan
penyakit. Histopatologi sangat penting
dalam kaitannya dengan diagnosis penyakit
karna salah satu pertimbangan dalam
penegakan diagnosis adalah melalui hasil
pengamatan terhadap jaringan yang diduga
terganggu. Dalam analisis kondisi histologi
organ/jaringan dilakukan dengan mengamati
perubahan morfologi, struktur dan indikasi
kerusakan/infeksi/mutasi lainnya akibat
pengaruh penyakit, bahan toksik atau
proses-proses mutagenesis lainnya.
Langkah awal dari pendeteksian
penyakit pada ikan ini adalah dimulai
dengan diagnosa yang pada prosesnya
terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis yang
meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal
maupun internal serta perubahan patologi.
Pemeriksaan histologi perlu dilakukan
untuk mendeteksi adanya komponen-
komponen yang bersifat merusak melalui
pengamatan mikroskopis terhadap
perubahan-perubahan pada tingkat jaringan.
Tujuan dari dilakukannya uji
histopatologi ini adalah untuk mengetahui
dan mampu menginterpretasi kerusakan
jaringan atau organ melalui preparat
Histopaologi.
DATA DAN PENDEKATAN
Penelitian mengenai histopatologi
ikan mas pada kali ini dilaksanakan pada
Rabu, 25 November 2015 di Laboratorium
Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP),
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.
Preparat histopatologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah organ insang
(gill), ginjal (ren), hati (hepar), dan usus
(intestine) dari ikan mas (Cyprinus carpio
Linn) yang terpapar pestisida (Biologi
FMIPA Unpad 2009), logam berat timbal
(Arthur 2010), maupun yang tidak terpapar
pencemar. Alat yang digunakan adalah
mikroskop binokuler untuk pengamatan
preparat, minyak imersi dan atlas Fish
Histopatologi sebagai acuan dalam
pengamatan histopatologi ikan mas ini.
Pengamatan yang dilakukan adalah
membedakan antara organ uji yang normal
dan patologi. Pengamatan yang juga harus
dilakukan antara lain adalah fiksasi,
washing, infiltrasi, dehidrasi, embedding,
section, afixting, staining, labeling.
Selanjutnya dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop, pengamatan
meliputi bagian-bagian vital dalam tubuh
ikan yaitu instestinum, insang, ginjal, dan
hepar baik yang kontrol maupun toksik.
Pengamatan yang diamati adalah warna,
ukuran, ada tidaknya neukrosis (tanda
hitam), dan karakter khusus.
Pembuatan Preparat Histopatologi
Pengamatan biota ikan yang terkena
bahan pencemar, dilakukan pengamatan
dengan menggunakan metode mikroteknik,
yaitu dengan cara membuat preparat
histologis. Preparat histologis yang dibuat
adalah insang (gill), ginjal (ren), hati
(hepar), dan usus (intestine) dari ikan mas
(Cyprinus carpio Linn). Guna
mempresentasikan keseluruhan organ
tersebut, maka tiap sampel organ dibedah
menjadi 3 yaitu bagian frontal, median dan
distal.
Adapun prosedur dalam pembuatan
preparat histologis adalah:
a. Ikan dibedah dan diambil organ yang
hendak dijadikan preparat
b. Diawetkan dengan formalin 4 %
selama 24 jam.
c. Fiksasi, memindahkan organ ke
dalam larutan FAA selama 24 jam.
d. Dehidrasi, dilakukan secara
bertingkat dengan alkohol 70%,
80%, 90%, 95 %, serta alkohol
masing-masing 1 jam.
e. Clearing, dilakukan selama 1 jam
yaitu dimasukkan ke dalam larutan
alkoholxilol, lalu memasukkannya ke
dalam xilol murni I, II, III masing-
masing selama 20 menit.
f. Infiltrasi, menggunakan paraffin.
Organ dimasukkan kedalam xylol :
parafin (1:1) cair selama 20 menit,
kemudian memasukkan parafin cair
I, II, III masing-masing selama 20
menit di dalam oven dengan suhu
60°C.
g. Embedding, tahapan menanam
jaringan atau sampel yang
digunakan. Paraffin cair dituangkan
ke dalam cetakan sampai penuh
kemudian membenamkan potongan
organ ke dalam parafin tersebut.
Jaringan diletakkan pada posisi dasar
tengah dengan posisi melintang.
h. Sectioning, sampel dipotong
menggunakan microtome dengan
ketebalan 6-10 mikron.
i. Affixing, perekatan dengan
menggunakan albumin dan gliserin
dengan perbandingan 1:1, disimpan
dalam kotak sediaan selama 1 hari.
j. Deparafinisasi, untuk menghilangkan
parafin, sediaan dimasukkan ke
dalam xylol selama 10 menit.
k. Staining atau pewarnaan, proses
pewarnaan dengan menggunakan
hematoxylin dan eosin dengan
langkah sebagai berikut :
1. Sediaan histologis dihisap xylolnya
dengan menggunakan kertas saring.
Kemudian berturut-turut dimasukkan
ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%,
60%, 50%, 40 % dan 30 % masing-
masing selama 5 menit lalu ke
aquades selama 5 menit. Dicuci
dengan air mengalir kurang lebih 2
menit.
2. Dimasukkan ke dalam haemotoxylin
selama 4 menit.
3. Dicuci dengan air mengalir selama
10 menit.
4. Dimasukkan ke dalam aquades dan
alkohol 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,
96% masing-masing beberapa
celupan.
5. Dimasukkan ke dalam eosin selama
1,5 menit.
6. Dimasukkan ke dalam alkohol 70 %,
80%, 90%, 95%.
7. Preparat dikering-anginkan dan
dimasukkan ke xylol selama 15
menit
PARAMETER KONTROL PATOLOGIS Warna Merah cerah Merah gelap
Ukuran Normal Terjadi pembengkakan Tanda hitam / nekrosis Tidak ada nekrosis Terjadi pembengkakan Karakter khusus lainnya Sel tersusun rapih Terjadi rongga antar sel
akibat sel yang mati
8. Sediaan histologi ditetesi dengan
canada balsam lalu ditutup dengan
cover glass.
l. Mounting (Penutupan) dan Labelling
(Pemberian Label) yaitu Penutupan
preparat dengan menggunakan kaca
penutup dan memberi identitas pada
preparat.
Pengamatan di Laboratorium
Pengamatan preparat histopatologi
mencakup jaringan organ insang (gill),
ginjal (ren), hati (hepar), dan usus
(intestine) dari ikan mas (Cyprinus carpio
Linn) dilakukan menggunakan mikroskop
binokuler dengan perbesaran 40-1000x.
Preparat ginjal normal menunjukan
gambar yang masih baik, dengan warna
merah cerah, berukuran normal, tidak ada
nekrosis, dan sel tersusun rapih. Sedangkan
pada preparat ginjal patologis gambar
berwarna merah gelap, terjadi pembekakan
ukuran dan nekrosis, dan juga terjadi rongga
antar sel akibat terdapatnya sel yang mati.
Dibandingkan perbedaan antara
preparat yang telah diberi pemaparan bahan
toksik dan yang normal berdasarkan
parameter warna, ukuran, ada/tidaknya
neukrosis atau tanda dan karakter khusus
lainnya. Lalu setiap kelompok melakukan
dokumentasikan masing-masing preparat
histopatologi hewan uji kontrol maupun
patogen.
HASIL DAN DISKUSI
Hasil pengamatan preparat
histopatologi insang (gill), ginjal (ren), hati
(hepar), dan usus (intestine) dari ikan mas
(Cyprinus carpio Linn) yang didapatkan
pada praktikum kali ini sebagai berikut;
Kerusakan dari hasil yang ditunjukan
oleh dua gambar di bawah biasa juga disebut
dengan hyperplasia, dimana perkembangan
sel-sel dalam suatu organ atau jaringan
terjadi secara terus-menerus membagi sel.
Hyperplasia merupakan penambahan ukuran
organ/jaringan karena rangsang tertentu,
apabila rangsang hilang dab dapat kembali.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Preparat Ginjal (Ren)
a bGambar 1. (a) Preparat Ginjal normal dan (b) Preparat Ginjal patologis
Hiperplasia dianggap fisiologis
(normal) respon terhadap rangsangan
tertentu, dan sel-sel pertumbuhan yang
hiperplastik tetap tunduk pada regulasi
normal mekanisme kontrol.
Kerusakan paling terihat ialah
berwarna merah gelap yang cenderung ke
warna ungu tua, dan terjadi pembekakan
pada ukuran.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Preparat Usus (Intestine)
PARAMETER KONTROL PATOLOGIS
Warna Merah cerah Ungu pekat (pucat)
Ukuran Normal Lebih kecil
Tanda hitam / nekrosis Tidak ada Terdapat nekrosis
Karakter khusus Tidak ada Tidak ada
Dari gambar di bawah bisa dilihat
preparat usus (intestine) normal atau kontrol
tidak didapati kerusakan. Hal ini ditandai
dengan warna yang masih merah cerah,
berukuran normal, tidak memiliki nekrosis,
dan masih terlihat sehat. Sangat berbanding
terbalik dengan preparat usus (intestine)
patologis, kerusakan terlihat jelas pada
gambar. Yaitu berupa warna yang berubah
menjadi ungu pekat yang pucat, ukuran lebih
kecil dari pada yang normal, terdapat
nekrosis, kerusakan sejumlah sel pada vili –
vili usus, adanya perubahan permukaan
menjadi lebih renggang pada bagian tengah
gambar, dan adanya pembengkakan pada ba-
gian jaringan yang di akibatkan iritasi awal
sebelum terjadinya kematian sel.
a bGambar 2. (a) Preparat Usus Normal atau Control dan (b) Preparat Usus Patologis
Tabel 3. Hasil Pengamatan Preparat Hati (hepar)
PARAMETER KONTROL PATOLOGIS
Warna Merah bening dan cerah Merah gelap dan keruh
Ukuran Normal Terjadi pembengkakan
Tanda hitam / nekrosis Tidak ada nekrosis Terdapat nekrosis
Karakter khusus lainnya Tidak ada Terdapat rongga yang menandakan sel mati.
Pada pengamatan preparat hati (hepar)
kontrol didapati hasil yang normal. Yaitu
berupa warna hati yang merah bening dan
cerah, ukuran hati yang normal, dan tidak
ada nukrosis didalamnya.
Dengan struktur sel yang masih
teratur, tidak rusak, dan tidak adanya rongga
yang disebabkan oleh kematian beberapa
sel. Lalu pada pengamatan preparat hati
(hepar) patologis didapati kerusakan yaitu
berupa warna menjadi merah gelap dan
keruh, terjadi pembekakan pada ukuran hati
normal, terdapat nekrosis, dan terdapat
rongga diantara sel.
Hal ini membuktikan bahwa kerusakan
terjadi dari penampakan berikut:
a bGambar3. (a) Preparat Hati Normal atau Kontrol dan (b) Preparat Hati Patologis
Rongga yang muncul diantara sel
terjadi akibat adanya sel – sel yang mati
(nekrosis) dan tidak adanya pergantian untuk
sel – sel yang mati tersebut. Nekrosis secara
histopatologis ditandai dengan terlihatnya
batas - batas sel dan inti sel tidak jelas atau
bahkan menghilang. Nekrosis adalah
kematian sel - sel atau jaringan yang
menyertai degenerasi sel pada setiap
kehidupan hewan dan merupakan tahap
akhir degenerasi yang irreversibel. Sel yang
mengalami nekrosis akan membengkak.
Nekrosis dapat disebabkan oleh
trauma, agen - agen biologis (virus, bakteri,
jamur dan parasit), agen - agen kimia atau
terjadinya gangguan terhadap penyediaan
darah pada suatu daerah khusus.
Pada sel hati patologis juga terjadi
hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid
menyempit sehingga aliran darah terganggu
dan terdapat banyak nekrosis yang
menyebabkan rongga pada jaringan hati
tersebut.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Preparat Insang (gill)
PARAMETER KONTROL PATOLOGIS
Warna Merah cerah Pucat dan gelap
Ukuran Normal Terjadi pembengkakan
(hyperplasia) lamella
Tanda hitam / nekrosis Tidak ada Tidak ada
Karakter khusus lainnya Lamela rapih Lamela tidak teratur
Dari hasil pengamatan preparat insang
(gill) kontrol tidak ada kerusakan yang
berarti, karena warna dari insang yang
merah cerah, ukuran insang yang normal,
tidak adanya nekrosis, dan struktur lamella
yang rapih dan teratur. Namun pada
pengamatan preparat insang (gill) patologis
terlihat kerusakan yang signifikan yaitu
beruba warna yang berubah menjadi gelap
dan pucar, terjadinya pembengkankan
(hyperplasia) pada lamella, dan struktur
lamella menjadi tidak teratur.
hyperplasia yang terjadi pada lamella
insang merupakan efek
kegagalan/pengurangan proses pertumbuhan
berupa penyusutan ukuran (morfologi)
organ/ jaringan setelah proses pemaparan
gangguan.
hyperplasia adalah pengembangan
suatu jaringan atau organ. Meskipun istilah
ini tidak selalu digunakan secara tepat,
dengan benar mengacu pada suatu yang
tidak memadai atau di bawah jumlah normal
sel. Hypoplasia mirip dengan aplasia, tetapi
tidak terlalu parah.Secara teknis berlawanan
dengan hiperplasia (pengembangan atau
pertambahan sel). Hipoplasia adalah suatu
kondisi bawaan, sementara hiperplasia
umumnya mengacu pada pertumbuhan sel
yang berlebihan di kemudian hari.
a bGambar 3. (a) Preparat Insang Normal dan (b) Preparat Insang Patologis
SIMPULAN
Melalui penelitian ini, kami dapat
menyimpulkan bahwa terdaat tanda-tanda
kerusakan organ yang berawal dari jaringan
mikro yang teramati. Beberapa indikator
kerusakan dapat dilihat dari perubahan
warna, ukuran, ada tidaknya nekrosis, serta
karakter-karakter khusus lainnya.
Secara umum, perubahan warna dan
ukuran akan dapat langsung diidentifikasi
dengan jelas. Tanda-tanda kerusakan dari
warna cenderung lebih gelap atau keruh dari
sebelumnya. Dari segi ukuran, tiga dari
empat jaringan mengalami pembengkakan
(hyperplasia) kecuali usus yang mengalami
penyusutan (hypoplasia) menurut
pengamatan kami, hal ini kami duga
merupakan bentuk respon sel-sel dan
jaringan terhadap gangguan infeksi yang
disebabkan oleh gangguan eksternal sama
layaknya kemunculan nekrosis (tanda hitam)
akibat mikroba maupun zat-zat kimia.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya
kami ucapkan kepada tim akademik, yang
telah menghantarkan kami hingga dapat
memahami sejauh ini. Juga kepada praktikan
dari Biologi FMIPA UNPAD yang telah
menyediakan preparat yang dapat kami
amati serta lain yang telah membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Rahmadani. 2012. Patologi
keperawatan.
Noviani Wikiandy, Rosidah dan Titin
Herawati. 2013. Dampak
pencemaran limbah industri
tekstil terhadap kerusakan
struktur organ ikan yang hidup
di daerah aliran sungai (DAS)
Citarum bagian hulu
Romauli Juliana Napitupulu. 2011.
Penyuluhan perikanan
pengolahan ikan mas
Anonym. 2014. Cabang Biologi.
Available online at
http://www.biologimu.web.id/20
14/05/cabang-biologi.html