hitam putih print naskah fix 2003 hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit...

16
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kesejahteraan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Anonim, 1992). Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan yang optimal yaitu dengan melakukan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep karena lebih murah dan praktis (Tan dan Rahardja, 2010). Menurut data SUSENAS BPS tahun 2009 sekitar 66% orang sakit di Indonesia lebih cenderung melakukan pengobatan mandiri dan 34% sisanya berobat ke dokter. Data SUSENAS tahun 2001 terdapat 77,3% penduduk yang sakit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan swamedikasi sebagai upaya penyembuhan terhadap sakit (Handayani, 2003). i

Upload: risna-hariani-jehambur

Post on 29-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Naskah

TRANSCRIPT

BAB IPENGANTARA. Latar BelakangKesehatan merupakan kesejahteraan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Anonim, 1992). Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan yang optimal yaitu dengan melakukan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep karena lebih murah dan praktis (Tan dan Rahardja, 2010). Menurut data SUSENAS BPS tahun 2009 sekitar 66% orang sakit di Indonesia lebih cenderung melakukan pengobatan mandiri dan 34% sisanya berobat ke dokter. Data SUSENAS tahun 2001 terdapat 77,3% penduduk yang sakit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan swamedikasi sebagai upaya penyembuhan terhadap sakit (Handayani, 2003). Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan pengobatan mandiri daripada ke dokter yaitu tingginya tekanan ekonomi, keadaan demografi, budaya, keluarga, usia, pekerjaan, pengetahuan atau tingkat pendidikan, keyakinan dan sikap. Faktor lainnya yang sangat berpengaruh pula untuk mendorong masyarakat memilih pengobatan sendiri yaitu iklan (Tan dan Rahardja, 2010). Penelitian terdahulu oleh Kristina, dkk., (2007) dengan judul Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat menyatakan bahwa faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok sebagai perwakilan masyarakat perkotaan dan Kecamatan Cangkringan sebagai perwakilan masyarakat pedesaan Kabupaten Sleman adalah tingkat pendidikan atau pengetahuan. Kecamatan Cangkringan dikategorikan pedesaan karena jumlah penduduk hanya sebesar 27.657 jiwa (laki-laki 13.361 jiwa, perempuan 14.296 jiwa), jumlah fasilitas (kesehatan, pendidikan, industri, perkantoran) terbilang sedikit, serta letaknya yang berjarak 25 km dari ibukota Kabupaten Sleman. Kecamatan Cangkringan pula dinyatakan sebagai wilayah yang tumbuh lambat karena besarnya migrasi keluar, matapencaharian penduduk yang dominasi di sektor primer yaitu petani, dan meletusnya Gunung Merapi tahun 2010 berdampak secara langsung pada penggunaan lahan yang ada saat ini (Badan Pusat Statistik, 2010). Swamedikasi digunakan sebagai alternatif masyarakat untuk mengatasi keluhan penyakit ringan salah satunya sakit kepala. Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2013 dinyatakan bahwa masyarakat yang mengalami nyeri kepala sejumlah 17.895 kasus atau sebesar (87,37%) diupayakan dengan pengobatan mandiri dan 60%-nya memperoleh informasi dari iklan obat di televisi (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013). Menurut penelitian Dharma (2008), menyatakan bahwa sumber informasi obat sakit kepala 33,3% (50 responden dari 150 responden) dari iklan. Informasi yang digunakan sebagai acuan penggunaan obat sakit kepala selain dari iklan di televisi yaitu pengalaman sendiri (59,17%), dokter (16,58%), teman (11,83%), dan apoteker (10,06). Sebanyak 81,06% responden menganggap perlunya iklan obat sakit kepala di tayangkan di media televisi sebagai informasi pemilihan obat sakit kepala (Primantana, 2001).

Televisi merupakan media massa yang memberikan informasi obat terbanyak sebesar 55%, menjangkau berbagai lapisan masyarakat, penyampaian informasi yang cepat, dan menarik karena menyuguhkan informasi secara audio dan visual. Masyarakat menyatakan bahwa televisi merupakan media periklanan yang paling berpengaruh (81,8%) dan paling membujuk (66,5%) dalam memilih barang dan atau jasa (Lane, 2009). Akan tetapi, informasi pada iklan televisi masih kurang lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Laporan Kinerja Bahan Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2012 terhadap pengawasan iklan obat yang beredar sejumlah 2.366 iklan, 565 (22,88%) iklan di antaranya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku. Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentunya akan membahayakan kesehatan apabila informasi dari iklan obat tersebut kurang lengkap meliputi informasi sensitivitas, alergi, efek samping atau resistensi. Pakar komunikasi, Amerika Serikat, Shiley Biagi dalam bukunya Media/Impact menyatakan televisi adalah media yang telah berhasil mengubah kehidupan sehari-hari manusia atau masyarakat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012; Biagi, 2010). Berdasarkan uraian di atas, iklan merupakan salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi. Hal ini, karena masyarakat memerlukan iklan sebagai salah satu alat informasi untuk mengetahui informasi barang atau produk yang mereka butuhkan. Konsumen sangat bergantung sepenuhnya pada informasi yang diberikan oleh pelaku usaha dalam memanfaatkan barang dan atau jasa melalui iklan tersebut (Turisno, 2012). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian sejauh mana hubungan pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga yang berdomisili di wilayah pedesaan di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta. 1. Perumusan masalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Seperti apakah karakteristik demografi ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ?b. Seperti apakah pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ? c. Seperti apakah tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ?d. Seperti apakah sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ?e. Seperti apakah tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ?f. Adakah hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 ?2. Keaslian penelitian

Penelitian yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman belum pernah dilakukan. Berdasarkan pustaka yang ditelusuri, beberapa penelitian lain yang serupa, yaitu:

a. Primantana (2001), dengan judul, Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Perbedaan terletak pada subjek, lokasi penelitian, dan metode sampling. Penelitian saat ini di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dengan metode cluster random sampling yang dikombinasikan dengan simple random sampling menggunakan undian, sedangkan penelitian terdahulu dilaksanakan di kalangan Mahasiswa Kampus Sanata Dharma dengan metode proportional stratified sampling.b. Papilaya (2003), dengan judul, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya dalam Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung Apotik di Pusat Kota Magelang. Perbedaan pada jenis iklan obat yang diteliti, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Penelitian terdahulu meneliti jenis iklan obat salesma yang dilaksanakan pada pengunjung Apotik di Pusat Kota Magelang tahun 2003, sedangkan penelitian sekarang meneliti iklan obat sakit kepala yang dilaksanakan di kalangan ibu rumah tangga Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman tahun 2014.c. Sulistiyawati (2004), dengan judul, Hubungan Penilaian Iklan Obat Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret - April Tahun 2004. Perbedaan terletak pada jenis iklan obat yang teliti, subyek, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Penelitian Sulistiyawati (2004) meneliti iklan obat salesma dengan subyek, lokasi dan waktu penelitiannya yaitu pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret - April Tahun 2004, sedangkan penelitian saat ini meneliti iklan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta pada Tahun 2014.

d. Wuryanto (2000), dengan judul, Penilaian Iklan Obat Batuk di Televisi dan Pengaruh terhadap Pemilihan Obat di Kalangan Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. Perbedaan terletak pada jenis iklan obat yang diteliti, subjek dan lokasi penelitian. Penelitian sekarang meneliti obat sakit kepala dengan subjek penelitian ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, sedangkan penelitian terdahulu meneliti iklan obat batuk di televisi dengan subjek di kalangan mahasiswa.Hasil penelitian Primantana (2001) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh iklan obat sakit kepala terhadap pemilihan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa artinya mahasiswa melakukan pemilihan obat sakit kepala didasari pengalaman sendiri, teman, dan apoteker. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Wuryanto (2000) yaitu tidak adanya pengaruh dari iklan obat batuk di televisi terhadap pemilihan obat sakit kepala oleh kalangan mahasiswa. Papilaya (2003) mengemukakan bahwa informasi yang disampaikan dalam iklan obat salesma di televisi belum mencukupi karena iklan obat sakit kepala tersebut tidak menjelaskan mengenai efek samping obat, waktu pemakaian, dan informasi kontraindikasi tidak jelas, serta sebagian responden menyatakan bahwa iklan obat salesma di televisi sering mengada ada atau membesar besarkan khasiat, sedangkan Sulistiyawati (2004) menunjukkan adanya hubungan positif (r=0,231) dan signifikan (p