holistik
DESCRIPTION
HolistikTRANSCRIPT
Ada klien Tn. Albert Hindom, Umur 50 thn, dengan diagnosa medis STEMI, dirawat diruang
HCU RSUD Fakfak Klien sudah dirawat di HCU RSUD Fakfak selama tiga hari Klien terpasang
IVFD NaCL 0,9 % 20 tpm dan terpasang siringe pump heparin 1000 ui/ jam 1 cc/ jam,
klien terpasang 02 nasal kanul 3 L/ Mnt Didapati klien dengan keluhan nyeri dada kiri dan klien
merasa cemas terhadap penyakitnya.
Dari kasus diatas kelompok kami menyimpulkan klien TN. A termasuk kategori pasien dengan
penyakit kritis.
A. DEFINISI
Pasien kritikal adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. ( Laura A.Talbot, RN,C,PhD,1997 )
Pasien kritis menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1778, tahun 2010 adalah :
- Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
- Pesien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara terkoordinasi
dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan metode
terapi titrasi.
- Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
B. KARAKTERISTIK PASIEN KRITIS
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1778 Tahun 2010
1. Pasien prioritas 1 ( satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan/ bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/ sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis
berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat
hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1
( satu ) umumnya tidak mempunyai batas.
2. Pasien prioritas 2 ( dua )
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko
bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter.
Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-
paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.
Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya
senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3 ( tiga )
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/ atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil.
Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit
infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung,
penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi
mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3
( satu, dua, tiga ). Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “ perawatan yang aman ” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “ DNR ( Do Not Resuscitate ) ”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.
C. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Aspek Biologi
GCS : E : 4, V : 6, M : 5
Kesadaran Compos Mentis
Tanda- tanda vital :
TD : 150/90 mmHg
HR : 90 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36 °C
Pemeriksaan fisik
- Kepala : Bentuk mesochepal, rambut beruban sedikit, tidak rontok,
tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik pupil isokor,
diameter kanan dan kiri 3, reflek cahaya mata kanan dan kiri positif
- Hidung : Simetris, tidak terdapat sekret, tidak epistaksis, tidak ada luka
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak keluar darah, tidak ada
luka
- Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi belum tanggal, klien bicara
artikulasi baik, tidak keluar darah, tidak keluar sekret, tidak ada sariawan.
- Leher : Tak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak ada
peningkatan JVP, kaku kuduk ( - ), tidak ada luka
- Paru- paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan dada simetris kiri dan
kanan, Nampak adanya retraksi pada dinding dada.
Palpasi : getaran dada kanan kiri simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler tidak ada ronchi, tidak ada whesing.
- jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di intercostal V, terdapat nyeri di dada
kiri
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung S3, S4 terdengar bunyi murmur.
- Abdomen : dbn
- Ekstremitas : dbn
- Genetalia : keadaan bersih, tidak keluar darah , tidak keluar lender.
2. Pengkajian Aspek Psikologis
Pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya, Ekspresi wajah klien Nampak cemas
3. Pengkajian Aspek Sosial
Interasi klien sebelum sakit dan dirawat di RS klien hubungan sosialnya dengan
masyarakat sekitar baik dengan keluarga juga baik. Selama sakit klien jarang
berinteraksi dengan kerabat sekitar.
4. Pengkajian Aspek Kultural
Pasien adalah orang fakfak asli, tidak ada penolakan setiap kali petugas melakukan
tindakan baik medis maupun keperawatan. Yang menurut adat istiadat setempat.
Pasien lebih suka dipanggil bapak albert. Pasien lebih suka ditemani oleh istrinya
saja dan anak- anaknya.
5. Pengkajian Aspek Spiritual
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien biasanya melakukan sholat 5 waktu.
Selama pasien di rawat di ruang HCU pasien hanya berdoa diatas tempat tidur.
6. Pengkajian Keluarga
Penanggung jawab pasien Tn. Albert Hindom adalah istrinya Ny. Wilma Woretma,
mereka berdua menikah dan dikaruniai 2 orang anak 1 putra berusia 23 tahun dan
putri berusia 19 tahun, Ny woretma mengatakan sedih dan cemas terhadap penyakit
yang diderita oleh suaminya, Ny. Wilma merasa belum siap jika harus kehilangan
Tn. Albert. Dalam keluarga Tn. Albert tidak pernah ada yang dirawat di HCU
sebelumnya.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIGNOSTIK
EKG 12 LEAD : terdapat ST elevasi di Lead II, III, aVF
Laboratorium
- CK - MB : 40 µg/ml
Normal :
Pria : 5 – 35 µg/ml, 30 – 180 IU/l, 55 – 170 U/l pada suhu 37°C ( satuan SI )
Wanita : 5 – 25 µg/ml, 25 – 150 IU/l, 30 – 135 U/l pada suhu 37°C ( satuan
SI )
- Troponin : 2 ng/mL
Normal :
Nilai antara 0,04 dan 0,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai tak pasti
Nilai di atas 0,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai nekrosis sebagian sel otot
jantung
Pada operasi jantung dan takikardia yang berlangsung lama, nilai dapat sedikit
lebih tinggi
Pada orang normal nilai kurang dari kurang dari 0,2 ng/mL
- Cholesterol : 230 g/dl
Normal : < 200 mg/dl
- Trigeliserida : 199 mg/dl
Normal : < 150
- HDL : 60 mg/dl
Normal : 60 mg/dl
- LDL : 200 mg/dl
Normal : < 100 mg/dl
- HB : 12 gr%
- Leco : 8.500 sel/mm3
- Thrombocit : 200.000 sel/mm3
- PPT :
- PTTK :
Radiologi
Terdapat adanya gambaran kardiomegali.
ECHO
Hasil dari kesimpulan : EF 55 %
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri Berhubungan Dengan Kurangnya Suplai Oksigen Kejaringan
2. Cemas Berhubungan Dengan Krisis situasional, ancaman kematian
3. Ansietas keluarga Berhubungan dengan Takut Kehilangan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI1 Nyeri b/d kurangnya
suplai oksigen kejaringanYang ditandai dengan :DS :- Klien mengeluh
nyeri dada kiri
DO :- TD : 150/ 90
mmHg- HR : 90 x/ mnt- RR : 24 x/mnt- T : 36 ° C
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan Nyeri teratasi.Dengan kriteria hasil :- Nyeri berkurang- Dari scala 7 menjadi 3- Klien tidak mengalami nyeri
dada- Ekspresi wajah Nampak
rileks dan tenang- Vital sigh dalam batas
normal
Monitor vital sigh Pantau EKG Pantau masukkan
oksigen yang adekuat Ajarkan tehnik relaksasi
latihan napas dalam Ajarkan tehnik distraksi Berikan terapi musik Ajarkan tehnik Imajinasi
terbimbing
2 Cemas b/d Krisis Situasional, ancaman kematianYang ditandai dengan :DS :Klien mengatakan :- cemas dengan
penyakitnya
DO :Klien Nampak :- Ekspresi wajah
cemas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan Cemas teratasiDengan kriteria hasil :- Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- klien mampu mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
- Vital sign ( TD, nadi, respirasi ) dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Gunakan kehadiran, sentuhan ( dengan ijin ), pengungkapan untuk mengingatkan klien bahwa mereka tidak sendiri.
Berikan dorongan untuk pengekspresikan atau mengklarifikasi kebutuhan, perhatian, ketidaktahuan, dan pertanyaan
Terima koping defens pasien, jangan menentang, mendebat atau menyangkal
Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Jika respon situasional rasional, gunakan empati
untuk mendukung klien menginterpretasikan gejala kecemasan sebagai sesuatu yang normal
Dukung klien untuk menggunakan tehnik bicara pada diri sendiri yang positif seperti ” cemas tidak akan membunuhku, aku dapat melakukan hal ini dalam satu langkah, sekarang aku butuh bernafas dan peregangan.”
Hindari menjanjikan sesuatu yang berlebihan, ini mungkin menyebabkan kekuatiran.
Jelaskan semua kegiatan, prosedur, dan masalah yang melibatkan klien, gunakan istilah umum dan tenang, bicara pelan
Gali ketrampilan koping sebelumnya yang digunakan oleh untuk mengatasi kecemasan, dukung ketrampilan itu dan gali cara yang lain
Lakukan pijat punggung untuk mengurangi kecemasa, Lakukan pemijatan sebelum prosedur dijalankan untuk menurunkan kecemasan
Berikan klien sarana untuk mendengarkan musik pilihan mereka. Berikan tempat yang tenang dan anjurkan pasien untuk mendengarkan selama 20 menit
3 Ansietas Keluarga b/d takut kehilanganYang ditandai dengan :DS :- Keluarga
mengatakan sedih dan cemas terhadap penyakit yang diderita oleh suaminya
- Keluarga mengatakan belum siap kehilangan suaminya
DO :- Ekspresi wajah
Ny. Wilma tampak cemas
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam, diharapkan ansietas keluarga berkurang.Dengan kriteria hasil :- Keluarga tidak
menampakkan adanya kecemasan terhadap penyakit yang diderita oleh suaminya
- Keluarga siap menerima segala apapun yang akan terjadi pada suaminya.
Pandu keluarga dalam menentukan masalah yang dialami saat ini
Bantú keluarga mengidentifikasi kekuatan yang dimilikinya dan sumber dukungan.
Siapkan keluarga untuk lingkungan perawatan kritis, khususnya terkait dengan peralatan dan tujuan peralatan tersebut
Bicara terbuka dengan klien dan keluarga tentang sakit kritis.
Tunjukkan kekhawatiran tentang crisis yang dialami saat ini dan kemampuan untuk membantu hubungan awal
Bersikap realistis dan jujur tentang situasi, berhati- hatilah agar tidak memberikan penenangan palsu
Sampaikan perasaan, harapan dan percaya terhadap kemampuan keluarga untuk mengatasi situasi tersebut
Coba untuk memahami perasaan yang dibangkitkan oleh krisis dalam keluarga.
Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengambil keputusan dan menghindari ketidak berdayaan dan keputusasaan.
Bantú keluarga
menentukan tujuan dan tindakan dalam menghadapi krisis tersebut.
Bantú keluarga menetapkan tujuan jangka pendek, sehingga kemajuan dan perubahan yang positif dapat dilihat
Kenali spiritualitas klien dan keluarga dan anjurkan bantuan penasehat spiritualitas apabila dibutuhkan.