how to survive mea 2015

52
Oleh : Hamdani

Upload: claudiameganuriza

Post on 09-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Business International

TRANSCRIPT

STRATEGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

STRATEGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015Oleh : HamdaniMelindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk (K3LM);Melindungi kepentingan industri dalam negeri;Melindungi lapangan kerja;Menjaga balance of payment;Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi;Menjaga stabilitas nilai tukar.

Tujuan kebijakan perdagangan internasional setiap negara di dunia termasuk IndonesiaShare perdagangan internasional indonesia terhadap perdagangan internasional dunia rata-rata antara 0,95% - 1,4 %.Menurut M. porter, dalam era persaingan global saat ini suatu negara/bangsa harus memiliki competitive advantage of nation :Kondisi sumber daya ekonomi negara :SDMSDAIPTEKModalPrasaranaKondisi permintaanKomposisi permintan dalam negeriUkuran dan bentuk pertumbuhan permintaanPertumbuhan pasar dalam negeriTren permintaan internasional

Kondisi industri dan industri penunjangMenjaga dan memelihara kesempatan

Kondisi struktur dan pesaing perusahaanPengembangan produk dan teknologiPeningkatan produktivitasEfisiensi dan efektivitasPeningkatan kualitas produk dan pelayanan

Strategi perdagangan internasional yang harus dilaksanakan indonesia adalah :Meningkatkan eksporMeningkatkan konsumsi dalam negeri. Akan tettapi yang harus dikonsumsi adalah produk dalam negeri.Sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun 2014 tentang Perdagagan pasal 74 ayat 1, dalam rangka pengembangan ekspor pemerintah melakukan pembinaan ekspor terhadap pelaku usaha untuk perluasan akses pasar bagi barang dan jasa produksi dalam negeri.

Pada Undang-Undang No. 7 tahun 2014 tentang Perdagagan pasal 22 ayat 1, disebutkan, dalam rangka pengembangan, pemberdayaan dan penguatan perdagangan dalam negeri, pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pemangku kepentingan lainnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri

Dengan strategi tersebut maka tujuan kebijakan perdagangan internasional akan tercapai.

Apa usaha kita bersama untuk untuk meningkatkan daya saing Internasional Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pada akhirnya memang yang harus bersaing adalah perusahaan itu sendiri dengan perusahaan yang sejenis di negara lain atau industry to industry bukan negara. Oleh sebab itu, perlu diciptakan suatu kondisi agar dunia usaha kita mampu bersaing di pasar Internasional.

MEA melibatkan 10 negara di Asia Tengara dalam suatu kawasan ekonomi eksklusif yang menciptakan akses pasar antar negara yang lebih luas.Bila dilihat dari sisi ekonomi, separuh ekonomi ASEAN adalah Indonesia.Dalam kelompok konsumen yang ada, jumlah kelas menengah di Indonesia terbilang besar, yakni 140 juta jiwa.Pasar ASEAN saat ini tercatat kurang lebih sebesar 612 juta jiwa, dan sebanyak 40,60% merupakan masyarakat Indonesia.Perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang dikemas dalam masyarakat ekonomi ASEAN menyisakan keresahan bagi pelaku industri pelayaran. Sebab, kesepakatan MEA yang berlaku pada 2015 menandai era mobilisasi barang, jasa dan orang.Sederhananya, saat MEA berlaku, tidak ada lagi batas wilayah negara di ASEAN terkait lalu lintas ekonomi.MEA akan memberikan dampak negatif antara lain, perdagangan bebas ASEAN ini akan menyebabkan lesunya sektor industri di jawa.Sebab, barang-barang yng diproduksi di jawa akan kehilangan pasar lantaran kapal-kapal asing akan langsung masuk ke pelabuhan-pelabuhan di daerah.Sebagai contoh, masyarakat ambon akan membeli barang dengan harga yang lebih murah daripada hari ini. Karena, barang-barang yang sebelumnya dikirim di jawa, dapat langsung dikirim dari Thailand, misalnya. Biaya produksi thailand lebih murah, biaya kirim pun lebih murah. Akibatnya, nanti barang-barang yang dikirim dari jawa, yang selama ini dikirim keluar jawa, akan tidak bisa bersaing. Pabrik-pabrik di jawa akan kehilangan pasar luar jawa.Hal ini juga akan berpengaruh pada industri logistik dalam negeri karena perusahaan pelayaran domestik yang biasanya mengirim barang akan dikirim barang keluar Jawa akan kalah bersaing. Pasalnya, barang-barang kebutuhan daerah luar Jawa sudah dipenuhi produk negara-negara ASEAN lainnya yang jauh lebih dekat.Asas kabotase mengharuskan perusahaan pelayaran membeli kapalnya sendiri, dan memiliki kapal itu untuk dapat berlayar menggunakan bendera Indonesia.

Dalam 5 hingga 10 tahun ke depan teknologi kapal akan menggunakan mesin berbahan bakar elpiji, bukan BBMSeharusnya industri pelayaran mendapat perlakuan yang sama dengan industri perdagangan. Dalam industri perdagangan, maskapai boleh memiliki pesawat hasil sewaan dan dapat beroperasi dalam negeri. Ironisnya, sebagai negara kepulauan, Indonesia tidak memiliki infrastruktur dan fasilitas yang mendukung transportasi laut.Transportasi laut Indonesia tidak berjalan efektif, khususnya untuk masalah pelabuhan perikanan. Sekitar 70% pelabuhan perikanan kita dibangun diwilayah barat Indonesia, sisanya 30% ada ditimur. Bagaimana nelayan kita bisa berkembang kalau pelabuhannya tidak rata.Pemerintah perlu memperhatikan bahwa kualitas pelabuhan Indonesia mayoritas banyak yang tidak layak, mulai permasalahan pendangkalan karena perusakan alam hingga permasalahan sosial.Proteksi yang dilakukan pemerintah dengan hanya mengizinkan dua pelabuhan yang dibuka untuk pelayaran internasional, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara dan Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, akan memberatkan pebisnis.Jika hal tersebut dilakukan, biaya untuk kegiatan ekspor akan membengkak. Sebab dari pelabuhan asal harus melewati dahulu kedua pelabuhan itu, baru dilanjutkan ke pelabuhan tujuan.Melalui sistem logistik nasional (silognas) MP3EI itu, kapal asing tidak boleh masuk lagi ke Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi harus melewati dua pelabuhan itu (Kuala Tanjung dan Bitung). Dalam sislognas itu, kelihatannya kita melindungi produksi dalam negeri, melindungi shipping line dalam negeri. Namun kalau untuk kegiatan ekspor, biayanya akan lebih mahal dan kita tidak bisa berkompetisi lagiKita hanya siap secara formal tetapi pada dasarnya masih banyak pekerjaan rumah yang belum dapat terselesaikan, kelemahan dan ancaman dari luar seperti di berikut ini :Belum terintegrasinya Industri industri andalan Indonesia. Bahkan komponen inti kebanyakan masih di Impor .

Kebijakan Tujuan Industri Indonesia juga belum menyatakan satu arah. Ketidakpercayaan konsumen dalam negeri terhadap produk dalam negeri akan menimbulkan gejolak pengangguran yang akan sulit dikendalikan. Policy mengenai gula hanya menyentuh ujungnya saja bukan akar permasalahan, demikian juga dengan beras, jagung dan komoditi lainnya.

Inefisiensi yang masih sangat tinggi secara nasional dalam bidang prasarana ekonomi dan jasa jasa akan sangat merugikan produksi dalam Negeri.

Proteksi dan praktek monopoli untuk beberapa sektor atau jenis barang tertentu menunjukkan sangat lemahnya iklim kompetisi pada lingkungan Industri dalam negeri.

Saat ini sudah terlihat bahwa sebagian besar barang di pasaran adalah barang impor khususnya dari China. Dengan berjalannya AFTA telah terlihat sebagian produk memindahkan Industrinya ke negara lain seperti Sony dan beberapa consumer goods lainnya ke negara lain. Sedangkan kita hanya menjadi pasar bagi mereka, juga sudah mulai produk dengan merk Indonesia tetapi diproduksi di China karena memang lebih murah dan efisien, sehingga sebagai pengusaha mereka tetap survive.Disektor kehutanan pun dengan adanya pembatasan legal logging padahal illegal logging tetap berjalan, maka beberapa perusahaan plywood pindah ke China. Ironisnya illegal logging diekspor secara selundupan ke Malaysia, China dll dan saat ini kita sudah mulai mengimpor plywood dari China yang bukan tidak mungkin hasil dari ilegal logging tersebut.Banyak contoh seperti itu terjadi pada sektor lainnya a.1 garmen, sepatu dan elektronik dll. Bagi pengusaha mungkin ini cara untuk mereka survive tetapi bagi bangsa kita merupakan suatu kemunduran sebab tidak ada atau mengurangi lapangan kerja, penerimaan pajak dll.Sektor lain yang juga akan merupakan masalah bagi kita nanti adalah dalam pasar Asean / AFTA di mana diberlakukan Asean Content sebesar 40%, tetapi pada kenyataannya sangat sulit kita membuktikan kebenaran angka tersebut, kita belum punya kemampuan untuk mengukurnya, Ini terbukti juga Policy perdagangan kita tidak menunjang ketahanan ekonomi nasional umpamanya impor suku cadang, bea masuknya tinggi sedangkan impor mobil, bea masuknya rendah sehingga pelaku usaha pada akhirnya cenderung menjadi pedagang saja bukan produsen.

Situasi berbeda kita alami pada saat kita ekspor barang tertentu ke negara Asean lainnya ternyata kita kena sanksi karena mereka punya alat ukur dan pengecekan yang lebih akurat.Faktor yang mempengaruhi kondisi dan daya saing perusahaan di Indonesia :Kondisi sumber daya ekonomiKebijakan dan regulasi pemerintah. Contoh kebijakan kenaikan harga BBM, TDL, pajak ekspor, ekspor rotan, udangAnalisa Lingkungan MakroKinerja variabel ekonomi makro seperti nilai tukar/kurs, suku bunga, tingkat inflasi, dan cadangan devisaKondisi infrastruktur/sarana penunjang produksi dan distribusiBiaya distribusi (contoh : THC dan pungli di jalan)Ekonomi biaya tinggi yang ditimbulkan oleh kelambanan layanan birokrasi, pungli dan KKN

Faktor yang perlu dianalisis karena mempengaruhi daya saing perusahaan :Kebijakan dan regulasi pemerintah daerah (Perda) yang terlampau berorientasi pada peningkatan PAD, kemandirian (otonomi) daerah dan kurang bersinerji dengan daerah lain.

Analisis Lingkungan Daerah dimana perusahaan beroperasiBanyaknya pungutan dan retribusi yang meningkatkan biaya distribusi dan operasiMunculnya usulan pajak lingkungan daerah 10% dari omzet penjualanKelambanan gerak layanan birokrasi aparat daerahKondisi keamanan dan iklim berusaha di daerah

Faktor Harga => menghasilkan daya saing dalam hargaMutu dan desain produk (dimensinya meliputi: manfaat, daya tahan, keindahan dan keunikan desain, kemudahan pemakaian dan services, kelengkapan fitur, konsistensi mutu dan kesinambungan pasokan)

Faktor Penentu Daya Saing(medan persaingan beralih ke area ini, bukan lagi kekayaan alam)Ukuran (size)Kecepatan waktu produksi, distribusi dan pelayananMetode transaksi/pembayaranPelayanan terpadu

Kesadaran, visi, tekad/semangat dan komitmen para pemimpin untuk membangun daya saing dalam semangat persatuan => Indonesia Incorporated (Indonesia Inc)Peningkatan Efisiensi dan biaya rendah (low cost leadership)

Tujuh Pilar Daya Saing BangsaPeningkatan mutu dan produkstivitasInovasi tiada hentiKreativitas yang efektif dan aplikatif mampu menghasilkan diferensiasi dan keunggulan tersendiri (distinctive competence)

Dalam pengembangan industri dan ekspor memiliki fokus yang jelas, skala prioritas dan produk unggulan yang nyata berbasiskan ketersediaan sumber daya dan kompetensi yang dikuasaiAdanya sinerji antar industri terkait dan pengembangan aliansi strategis dengan berbagai pihak

=> Semua harus dilaksanakan secara berkesinambungan

Legal ReformMasalah kepastian hukum dan keamanan membuat image Indonesia menjadi rusak dan para investor meninggalkan kita karena khususnya penegakan hukum dirasakan sangat lemah disamping sistem maupun pelaksanaannya.

APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH INDONESIAKetenaga kerjaanMengatasi masalah pengangguran yang sangat besar, apakah memprioritaskan peningkatan kesejahteraan pekerja atau penciptaan lapangan pekerjaan.Outsourcing, hampir seluruh perusahaan besar dunia melakukan ini.

Contract Worker, pemakaian tenaga kontrak sudah sangat lazim digunakan pada sektor sektor, Pertambangan, Perikanan, Pelayaran, Jasa Kontruksi, Konsultan, Pertanian, Perkebunan, Penerbangan, Manufaktur(terutama di sektor elektronik, garment dan sepatu) dan lain lain.

Overtime regulation, pola pola perhitungan upah lembur kita masih belum dapat diterima oleh banyak kalangan industri karena dirasa sangat memberatkan mengingat Produktifitas pekerja yang masih sangat rendah, sehingga perhitungan upah lembur seharusnya dibuat tidak menarik agar pekerja menghindarinya dengan jalan meningkatkan hasil kerjanya dalam waktu kerja normal (peningkatan produktifitas).

Kebutuhan untuk APBN juga untuk membayar hutang hutang baik dalam negeri maupun luar negeri.Mendukung adanya TAX REFORM yang meliputi hal hal sebagai berikut :Kesetaraan, perlu adanya mekanisme kesetaraan antara Wajib Pajak dan Petugas Pajak.

Ombudsman, lebih dikenal sebagai Protection to The Taxpayer Right and Benefit, dimana lembaga ini menjaga dan melindungi Hak Wajib Pajak dan Manfaat Wajib Pajak dalam membayar pajak demi pembangunan Nasional.

InfrasturkturDengan terbatasnya dana dalam APBN maka hampir dapat dipastikan bahwa kondisi infrastruktur kita tidak mampu menampung kelancaran investasi, juga fasilitas pelabuhan yang sudah tidak memadai.

Energi dan ListrikDari sisi kelistrikan Indonesia membutuhkan paling sedikit US$ 25 30 milyar dalam upaya meningkatkan pelayanan kelistrikan guna mendukung pertumbuhan ekonomi 5% yang dicanangkan, hal ini terjadi akibat besarnya nilai kehilangan atas tenaga listrik.

Usaha Kecil MenengahSektor UKM tidak boleh dikesampingkan karena merekalah yang lebih mempunyai daya tahan dari jenis usaha lain, kemandirian dan keuletan UKM sudah selayaknya diberi pelayanan yang lebih disesuaikan dengan karakter usahanya.

Sertifikat Tanah Girik yang kemudian dapat menjadi agunan untuk pinjaman awal UKM.Exhibition Center, pusat pamer ini sangat dibutuhkan untuk mengurangi biaya promosi bagi UKM yang memang sangat terbatas pendanaannya, sentra sentra pamer ini sebaiknya dibangun oleh pemda di semua daerah di Indonesia.

Efisiensi PemerintahanPertumbuhan EkonomiEfisiensi BisnisInfrastruktur

Empat Faktor yang Mempengaruhi Daya SaingEfisiensi Pemerintahan MencakupAspek Keuangan PublikKebijakan FisikalPendidikan

(Peringkat 45)

Pertumbuhan Ekonomi MencakupPerdagangan InternasionalInvestasi AsingTenaga Kerja

(Peringkat 46).Efisiensi Bisnis Mencakup :ProduktifitasPasar Tenaga KerjaPasar UangDampak Globalisasi

(Peringkat 48)

Infra Struktur Mencakup :Infra Struktur Dasar Infra Struktur TeknologiInfra Struktur SainsInfra Struktur KesehatanInfra Struktur Lingkungan

(Peringkat 49)

Secara jujur harus dikatakan bahwa Indonesia belum mempersiapkan diri secara baik dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dan masih harus membenahi didalam berbagai sektor seperti tersebut diatas. Oleh karena itu kerjasama antara pelaku usaha dan pemerintah sudah menjadi suatu keharusan seperti yang dilakukan di negara negara lain dimana para pelaku dan pemerintah duduk bersama merumuskan kebijakan kebijakan apa yang harus dilakukan dalam rangka bisa survive di dalam globalisasi ini.

KesimpulanSEKIANTERIMA KASIH