hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas …eprints.ums.ac.id/55316/11/naskah...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN
KUALITAS HIDUP PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR
KLIWON SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Oleh:
AISYAH MUSLIMATUN MUNAWWAROH
J 210 130 093
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN
JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA
Abstrak
Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lebih dari 60 tahun. penyakit terbanyak
lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM antara lain hipertensi,
artritis, stroke, penyakit paru obstruktik kronik, dan diabetes mellitus. Hipertensi
berada di urutan pertama dari sekian banyak penyakit yang di alami lansia. Lansia
yang mengalami hipertensi seringkali mengeluh tidak bisa beraktivitas karena
tekanan darah naik. Selain itu proses menua juga dapat menyebabkan aktivitas
fisik lansia menjadi menurun. Hal ini dikarenakan tulang menjadi rapuh,
kehilangan densitas dan menurunnya kekuatan otot. Lansia yang memiliki
hipertensi akan memiliki status kesehatan yang buruk. Selain itu, aktivitas fisik
yang kurang akan membuat kualitas hidup pada lansia juga menurun. Tujuan
peneltian untuk mengetahui aktivitas fisik dan kualitas hidup lansia penderita
hipertensi serta hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia
penderita hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
Metode Penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross
sectional. Populasi lansia penderita hipertensi di di Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta sebanyak 105 orang dengan 96 sampel
menggunakan teknik proporsional random sampling.Variabel bebas berupa
aktivitas fisik sedangkan variabel terikat berupa kualitas hidup, instrumen yang
digunakan yaitu GPPAQ dan WHOQOL-BREF. Teknik analisa data yang
digunakan adalah Chi-Square(X2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia penderita
hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta (p-values =
0,001; X2= 35,452).
Kata kunci: Aktivitas fisik, kualitas hidup, lansia
2
THE RELATIONSHIP BETWEEN PHYSICAL ACTIVITIES WITH
QUALITY OF LIFE IN ELDERLY PATIENS WITH HYPERTENSION IN
JOYOSURAN VILLAGE KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA
Abstract
The elderly is someone who is over 60 years old. Most elderly diseases are Non
Communicable Diseases (PTM). PTM, among others, hypertension, arthritis,
stroke, chronic obstructive pulmonary disease, and diabetes mellitus.
Hypertension is in the first place of many elderly diseases. Elderly who have
hypertension often complain of not being able to move because of rising blood
pressure. In addition, aging process can also cause the physical activity of the
elderly to decline. This is because bones become brittle, lose density and decrease
in muscle strength. Elderly who have hypertension will have poor health status. In
addition, less physical activity will make the quality of life in the elderly also
decline. The aim of research to know the physical activity and quality of life of
elderly hypertensive patients and the relationship between physical activity with
quality of life in elderly people with hypertension in Joyosuran Village
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Method this research is descriptive
correlative with cross sectional design. The population of elderly people with
hypertension in Joyosuran Village Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta was 105
people with 96 samples using proportional random sampling technique. The
independent variable is physical activity while the dependent variable is the
quality of life, the instruments used are GPPAQ and WHOQOL-BREF. Data
analysis technique used is Chi-Square (X2). The results showed that there was a
correlation between physical activity with quality of life in elderly people with
hypertension in Joyosuran Village Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
Keywords : physical activity, quality of life, the elderly
3
1. PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lebih dari 60 tahun,
berdasarkan Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
lanjut usia (Infodatin, 2016). Secara umum populasi lansia diperkirakan terus
mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia diperkirakan meningkat
lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,
2016).
Dengan meningkatnya usia pada lansia, maka dapat mempengaruhi angka
kesakitan penduduk. Angka kesakitan penduduk lansia pada tahun 2014
sebesar 25,5% artinya bahwa dari 100 orang lansia terdapat 25 orang lansia
yang mengalami sakit. Berdasarkan data Riskesdas (2013) penyakit terbanyak
lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM antara lain hipertensi,
artritis, stroke, penyakit paru obstruktik kronik, dan diabetes mellitus.
Hipertensi berada di urutan pertama dari sekian banyak penyakit yang di alami
lansia. Dari banyak penelitian, didapatkan bahwa dengan meningkatnya usia
dan tekanan darah, yang menjadi masalah pada lanjut usia adalah hipertensi.
Lebih dari setengah kematian usia di atas 60 tahun adalah disebabkan oleh
penyakit cerebrovaskuler dan jantung (Nugroho, 2008).
Menurut penelitian dari Anbarasan (2015), menyebutkan bahwa secara
umum kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi adalah baik (58,3%),
hanya saja buruk pada kualitas kesehatan fisik (71,7%) dan lingkungan
(73,3%). Dalam penelitian Xu et al. (2016), mengatakan bahwa orang dengan
hipertensi memiliki kualitas hidup yang buruk dari pada orang yang tidak
mengalami hipertensi. Namun, terdapat penelitian menurut Tika (2008),
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara aktivitas fisik
dengan kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi.
Masyarakat Indonesia termasuk dalam kategori negara-negara yang tingkat
aktivitas fisiknya rendah. Masyarakat tidak mau aktif menurut minat dan
kesenangan sehingga mereka lebih banyak aktivitas karena faktor pekerjaan.
Selain itu, lansia tidak mempunyai waktu untuk melakukan olahraga. Lansia
4
juga kurang memiliki pengetahuan tentang manfaat aktivitas fisik, seberapa
banyak dan jenis aktivitas fisik yang harus dilakukan.
Aktivitas fisik diduga berhubungan dengan kualitas hidup pada lansia
hipertensi (Supratman, 2014; Kusumaratna, 2008). Dilihat dari konsep lansia,
bahwa seiring bertambahnya umur lansia mengalami perubahan fungsi tubuh
seperti penurunan fungsi sel, penurunan fungsi musculoskeletal (menyebabkan
kehilangan densitas tulang dan terbatasnya pergerakan), kemunduran fisik,
dan penyakit yang sering terjadi pada lansia (hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, dan gout artritis) yang dapat menyebabkan aktivitas fisik lansia
berkurang (Nugroho, 2008).
Hasil penelitian Kusumaratna (2008) menyebutkan bahwa lanjut usia yang
mempunyai aktivitas fisik yang tinggi, maka memiliki kualitas hidup yang
tinggi. Sedangkan gambaran kualitas hidup lansia di Indonesia adalah rendah
(Ng et al., 2010).Kelurahan Joyosuran dijadikan tempat penetilian karena
lansia yang terdapat di Kelurahan Joyosuran merupakan kejadian
hipertensinya paling tinggi dari 5 desa lainnya yaitu Kelurahan Joyosuran
terdapat 105 lansia, Kelurahan Pasar Kliwon 20 lansia, Kelurahan Gajahan 31
lansia, Kelurahan Baluwarto 21 lansia, Kelurahan Kauman 7 lansia, dan
Kelurahan Kampung Baru 2 lansia. Selain itu, derajat kesehatan pedesaan
yang lebih rendah daripada perkotaan yang ditunjukkan oleh angka kesakitan
yang tinggi (Andhi et al., 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada 7 lansia pada tanggal 25
Januari 2017, hanya sedikit lansia yang melakukan aktivitas terstruktur seperti
senam dan olahraga bersama. Dari 7 lansia, hanya 2 lansia yang rutin
melakukan atau mengikuti senam bersama di posyandu. Sedangkan tidak ada
lansia yang melakukan olahraga bersama. Sedangkan aktivitas tidak
terstruktur seperti berkebun, bersepeda, dan berjalan cepat. Dari hasil
observasi, terdapat 4 lansia yang melakukan aktivitas jalan cepat di luar rumah
ketika pagi hari. Sedangkan tidak ada lansia yang melakukan aktivitas seperti
berkebun dan bersepeda. Lansia tersebut mengeluh sering sakit sehingga
hanya perlu istirahat di rumah. Dari 7 lansia tersebut juga diberikan kuesioner
5
kualitas hidup. 4 dari 7 lansia memberikan hasil kualitas hidup rendah,
sedangkan 3 lansia hasil kualitas hidupnya baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia penderita hipertensi di
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini berbentuk non eksperimental design yang
merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif, dengan pendekatan Cross
sectional, yaitu variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel
yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Pratiknya,
2011), yang mengkaji hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup
pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon.
2.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansia penderita hipertensi di
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Sebanyak 105
Lansia dengan umur 60-74 tahun. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lansia yang berusia 60-74 tahun sebanyak 96 lansia.
Teknik pengambilan sampel adalah proporsional random sampling.
2.2 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner GPPAQ dan WHOQOL-BREF
2.3 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis Chi-Square.
3 HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 1. Karekteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Umur
a. 60-70 tahun
b. 71 - 74 tahun
total
82
14
96
85
15
100
2. Jenis kelamin
a. Perempun
b. Laki-laki
69
27
72
28
6
total 96 100
3. Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi (PT)
Total
17
52
8
7
12
96
18
54
8
7
13
100
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. Buruh
c. Pedagang
d. Pensiunan PNS
Total
59
14
15
8
96
62
15
16
8
100
3.1 Analisis Univariat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik
No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Inactive
Moderately inactive
Moderately active
Active
22
22
28
24
23
23
29
25
Total 96 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup
No Kualitas hidup Frekuensi Persentase (%)
1. Domain Kesehatan fisik
a. Tidak baik
b. Baik
Total
45
51
96
47
53
100
2. Domain Psikologis
a. Tidak baik
b. Baik
Total
23
73
96
24
76
100
3. Domain hubungan social
a. Tidak baik
b. Baik
Total
56
40
96
58
42
100
4. Domain lingkungan
a. Tidak baik
b. Baik
Total
44
52
96
46
54
100
5. Kualitas hidup
a. Tidak baik
b. Baik
32
64
33
77
7
Total 96 100
Tabel 4. Kualitas Hidup
No Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
Baik
Tidak baik
64
32
67
33
Total 96 100
3.2 Analisis Bivariat
Tabel 5. Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
Aktivitas
fisik
Kualitas hidup
Tidak baik Baik Total
Frek % Frek % Frek %
Inactive 16 73 6 27 22 100
Moderately
inactive
12 55 10 45 22 100 2
hit = 35,452
Moderately
active
3 11 25 89 28 100 p-v = 0,001
Active 1 4 23 96 24 100 Kep = H0 ditolak
Total 32 33 64 67 96 100
4 Pembahasan
4.1 Karakteristik Responden
4.1.1 Karakteristik Umur Responden
Karakteristik responden menunjukkan sebagian besar responden
merupakan lansia hipertensi dengan usia 60-70 tahun (85%). Lansia yang
dijadikan responden dalam penelitian ini adalah lansia berusia 60-74 tahun.
Sehingga, karakteristik responden menurut usia adalah terbatas dan
ditemukan berdasarkan temuan dari peneliti usia 60-70 tahun sebanyak 85%
dan usia 71-74 sebanyak 15%.
4.1.2 Karakteristik Jenis Kelamin
Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (72%) sebanyak
69 orang. Distribusi jenis kelamin ini menunjukkan bahwa perempuan
dalam penelitian ini ditemukan banyak mengalami hipertensi dikarenakan
dari pengambilan sampel memang banyak perempuan. Tidak bisa
disimpulkan bahwa prevalensi perempuan hipertensi di dalam penelitian ini
8
dikarenakan jumlah perbandingan laki-laki dan perempuan hipertensi tidak
sama.
4.1.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan sekolah
dasar (54%). Namun, berdasarkan dari laporan Riskesdas (2013),
mengatakan bahwa kejadian hipertensi berdasarkan pendidikan, lebih besar
angka kejadian pada kelompok yang tidak berpendidikan karena
kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
4.1.4. Karakteristik Pekerjaan
Pekerjaan responden sebagian besar adalah tidak bekerja (62%). Hal ini
sependapat dengan laporan Riskesdas (2013) yang meyatakan bahwa
prevalensi hipertensi lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja karena
ketidaktahuan pola hidup yang baik.
4.1 Aktivitas Fisik
Distribusi frekuensi aktivitas fisik responden menunjukkan sebagian besar
adalah moderately aktif atau cukup aktif (29%), selanjutnya aktif (25%), dan
kurang aktif dan tidak aktif masing-masing 23%. Distribusi aktivitas fisik
responden menunjukkan bahwa kemampuan fisik responden tidak
menunjukkan kategori tertentu yang dominan. Salah satu faktor yang
berhubungan dengan aktivitas fisik pada responden adalah fungsi fisik yang
menurun dikarenakan hipertensi (Ulep et al., 2013). Pertambahan usia juga
menjadi penyebab penurunan tingkat aktivitas fisik. Rata-rata yang
mempunyai aktivitas fisik yang lebih baik adalah lansia laki-laki. aktivitas
fisik juga dikaitkan dengan tingkat pendidikan (Stathi et al., 2014).
Karakteristik dari lingkungan tempat tinggal lansia juga dikaitkan dengan
tingkat aktivitas fisik lansia. Bahwa terdapat perasaan menyenangkan ketika
keluar dari rumah seperti pergi ke toko dan ke tempat pelayanan yang dekat
dengan rumah. Semakin banyak akses pelayanan dan transportasi umum maka
semakin aktif lansia (Stathi et al., 2014).
9
Perilaku kurang aktif juga sering dikaitkan dengan kejadian hipertensi
sebagai faktor risikonya. Untuk kelompok umur 65 tahun keatas mempunyai
aktifitas fisik rendah sebanyak 76% (Ridwan & Esti, 2013).
4.2 Kualitas Hidup
Distribusi kualitas hidup keseluruhan menunjukkan sebagian besar
responden memiliki kualitas hidup dengan kategori yang baik
(67%).Hipertensi ternyata memiliki dampak terhadap kualitas hidup lansia.
Pada penelitian Anbrasan (2015) mengatakan bahwa kualiatas hidup pada
lansia yang mengalami hipertensi secara umum adalah baik (58,3%), namun
buruk pada pada domain kesehatan fisik dan domain lingkungan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat kualitas hidup yang baik, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Trevisol et al. (2011) ditemukan bahwa pada individu yang
menderita hipertensi, memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan
pada individu dengan tensi yang normal. Pada pasien dengan hipertensi namun
menjalani pengobatan yang rutin juga dilaporkan memiliki kualitas hidup yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan tidak dalam pengaruh obat-obatan. Kualitas hidup lansia yang
mempunyai tekanan darah normal lebih baik daripada kualitas hidup lansia
yang memilki tekanan darah tinggi (Dewi & Wayan, 2013) .
4.3 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia
Penderita Hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta
Berdasarkan hasil analisis data mengguankan Chi Square (X2) yang
mempunyai nilai 35,452 dengan nilai probabilitas (p) = 0,001. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas
hidup pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan
Pasar Kliwon Surakarta dimana semakin baik aktivitas fisik lansia maka
kualitas hidupnya semakin baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
terdahulu yaitu penelitian Habsari (2014). Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup
serta terdapat perbedaan yang bermakna ditinjau dari domain Role limitation
10
due to physical health problems, Bodily pain, Vitality; Role limitation due to
emotional problems.
Dengan melakukan aktivitas fisik, dapat meningkatkan harapan hidup
yang lebih panjang. Selain itu, dapat menurunkan tekanan darah pada lansia
dan menurunkan risiko stroke. Senyawa beta-endorfin akan di keluarkan oleh
seseorang yang melakukan aktivitas fisik sehingga dapat mendatangkan rasa
senang dan menghilangkan stress. Dari beberapa manfaat yang dihasilkan oleh
aktivitas fisik, dapat meningkatkan kualitas hidup lansia termasuk lansia
penderita hipertensi (Mass et al., 2011; Susilowati & Istianah, 2012;
Vainionpaa et al., 2007; Kowalski, 2010; Leavit, 2008).
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Aktivitas fisik lansia di Kelurahan Joyosuran adalah cukup aktif atau
moderatly active sebanyak 29%.
5.1.2 Kualitas hidup pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta adalah baik (67%).
5.1.3 Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia
penderita hipertensi di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon
5.2 Saran
5.2.1 Lansia
Lansia hendaknya meningkatkan motivasinya untuk senantiasa
berusaha menjaga kualitas hidupnya
5.2.2 Keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia. Keluarga hendaknya mampu
memberikan perhatian yang cukup kepada lansia baik dari segi
fisik maupun psikis, sehingga gangguan-gangguan fisik dan psikis
yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia dapat diminimalkan.
11
5.2.3 Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan hendaknya senantiasa melakukan upaya-upaya
peningkatan kualitas hidup lansia baik dengan melakukan
kegiatan-kegiatan olah raga bagi lansia maupun penyuluhan-
penyuluhan dan bimbingan untuk menjaga kesehatan psikis lansia.
5.2.4 Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya menambahkan faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia, sehingga diketahui
faktor manakah yang paling dominant berhubungan dengan
kualitas hidup lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Anbrasan, S. S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di
wilayah kerja puskesmas Rendang pada periode 27 Februari sampai 14
Maret 2015. Intisari Medis, 4(1), 113-124.
Andhi, S. M., Rachmawati, Y., Nugroho, S. W. (2015). Statistik Penduduk Lanjut
Usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Habsari, D. O., Heru, S., & Sri, M. (2014). Hubungan aktivitas fisik dengan
kualitas hidup pada lansia di desa margoagung kecamatan seyegan sleman
yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan,
Universitas Gajah Mada.
Infodatin. (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kowalski, R. E. (2010). TerapiHipertensi Program 8 Minggu.Terjemahanoleh
Rani S Ekawati. 2007. Bandung: PenerbitQanita.
Kusumaratna, R. K. (2008). Impact of physical activity on quality of life in the
elderly. Universa Medica, 27(2), 57-64.
Leavit, M. O. (2008). 2008 physical activity guides for Americans. U. S: Health
and Human Services.
12
Mass, M., Buckwalter, K., Hardy, M., Reimer, T., & Titler, M. (2011). Asuhan
Keperawatan Geriatrik. Terjemahan Oleh Renata Komalasari dkk. 2011.
Jakarta: EGC.
Ng, N., Hakimi, M., Byass, P., Wilopo, S., & Wall, S. (2010). Health and quality
of life among older rural people in Purworejo District, Indonesia. Global
Health Action, 2010(3), 78-87.
Ng, N., Hakimi, M., Byass, P., Wilopo, S., & Wall, S. (2010). Health and quality
of life among older rural people in Purworejo District, Indonesia. Global
Health Action, 2010(3), 78-87.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Pratiknya, A. W. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Stathi, A., Fox, K. R., Withall, J., Bentley, G., & Thomson, J. L. (2014).
Promoting Physical Activity in Older Adults: a Guide for Local Decision
Maker. England: University of Bath.
Supratman., Kido, T., Tsukasaki, K., et al. (2014). Physical activity and quality of
life among community-dwelling older people in indonesia: An intervention
study. Journal of the Tsuruma Health Science Society Kanazawa University,
38(1), 57-66.
Susilowati, L., & Istianah, U. (2012). Fungsi kognitif menentukan kualitas hidup
lansia. Media Ilmu Kesehatan, 1(2), 95-100.
Tika, S. Y. K. (2008). Kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi di tinjau
dari dukungan social dan aktivitas fisik. Tesis.Yogyakarta: S2 Magister
Psikologi, Universitas Gajah Mada.
13
Trevisol, D. J., Moreira, L. B., Kerkhoff, A., Fuchs, S. C., & Fuchs, F. D. (2011).
Health-related quality of life and hypertension: a systematic review and meta-
analysis of observational studies. J Hypertnens, 29(2), 179-188.
Ulep, C., Angosta, A., Asselstine, R., Pagano., Dogmei, L., & Wooton, A. (2013).
Assessing physical activity and function in the filipino older adults. Journal
of Cultural Diversity,20(1), 30-39.
Vainionpaa, A., Korpelainen, R., Kaikkonen, H., Knip, M., Leppaluoto, J.,
&Jamsa, T. (2007).Effect of impact exercise on physical performance and
cardiovascular risk factor.Medicine& Science in Sports & Exercise,
2007(39), 756-763.
Xu, X., Rao, Y., Shi, Z., Liu, L., Chen, C., & Zhao, Y.(2016). Hypertension
impact on health-related quality of life: A cross-sectional survey among
middle-aged adults in Chongqing, China. International Journal of
Hypertension, 2016(7404957), 1-7.