hubungan antara diagnosis postmortem dan waktu bertahan hidup
DESCRIPTION
Hubungan Antara Diagnosis Postmortem Dan Waktu Bertahan HidupTRANSCRIPT
Hubungan Antara Diagnosis Postmortem dan Waktu Bertahan Hidup
Pada Kematian Akibat Keracunan
Journal Reading
Oleh:Sukhvinder Singh 0810314116
Cintya Andriani 1010311017Elsi Wineri 1010313003
Preseptor:Dr. Rika Susanti, Sp.FDr. Citra Manela, Sp.FDr. Veronika Windari
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu bertahan hidup pada penemuan postmortem, dan pada analisis kimia pada jaringan tubuh dan cairan tubuh pada kematian akibat keracunan. Pada kebanyakan kasus kematian diakibatkan oleh insektisida. Laporan toksikologi memperlihatkan racun positif pada 70% kasus. Bau kerosene yang ada pada keracunan organophosphat dapat ditemukan selama waktu maksimal tiga hari. Laporan analisis kimia memperlihatkan positive pada 94% dari kasus pada tiga hari pertama. Setelah itu kemungkinan mendeteksi racun menurun sehingga 50%.
Setiap kematian yang berakibat dari keracunan harus diselidiki untuk menentukan penyebab kematian. Kesulitan dalam diagnosis klinis pada kematian akibat keracunan telah cukup dikenal karena sering muncul dengan gejala dan tanda yang tidak spesifik atau dapat menyerupai proses penyakit alamiah.
Saran telah diberikan untuk diagnosis post mortem pada korban keracunan. sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan bagian Toksikologi di rumah sakit, dan laboratorium departemen toksikologi di daerah dan rumah sakit pendidikan, sehingga banyak diagnosis kasus keracunan yang dapat dibuat dengan lebih mudah.
PENDAHULUAN
Pada setiap kasus keracunan,adalah tugas ahli toksikologi untuk menentukan penyebab pasti kematian dengan analisis pada mayat.
Diagnosis antemortem keracunan adalah berdasarkan gejala dan tanda bahan toksik spesifik atau analisis kimia pada hasil pencucian lambung.
Keterlambatan mengirimkan pasien pada rumah sakit,diagnosisnya hanya berdasarkan hanya gejala dan tanda atau investigasi laboratorium cairan tubuh.
Setelah kematian bukti pasti terjadinya keracunan tergantung pada deteksi racun pada sampel di laboratorium ilmu forensik. Laporan negatif didukung dengan penemuan klinis postmortem, dan bukti sirkumstansial.
Racun pada lambung tidak memastikan atau mengeliminasi keracunan sebagai penyebab kematian
Efek toksik racun pada tubuh didemonstrasi dengan mengidentifikasi bahan toksik atau produk sampingnya dari analisis kimia pada jaringan atau cairan tubuh.
Banyak racun menimbulkan dampak instan pada korban dan kebanyakan pasien akan meninggal dalam satu atau dua hari.pada berberapa kasus keracunan fatal, kalau korban dapat bertahan hidup,racun termetabolisasi dan di ekskresi sehingga tidak dapat ditemukan lagi pada analisis kimia. Perubahan postmortem biasanya tidak ada
Penelitian kini dilakukan untuk mencari tahu pengaruh waktu bertahan hidup pada hasil analisis kimia dan penemuan postmortem, serta memberikan saran untuk diagnosis mudah pada kematian yang disebabkan keracunan.
PENDAHULUAN
METODE DAN MATERIAL
348 kasus autopsi Periode 1 September
1993 sehingga 31 Augustus 2004.
sampel biologis yang diambil dan dipreservasi
lambung dengan isinya,30 cm usus proximal,minimal
500gram dari hepar,separuh setiap ginjal dan 30ml darah dari pembuluh darah
perifer.
Polisi membawa sampel ke laboratorium ilmu forensik dan setelah di analisia dia harus membawa hasil analisis kimia ke dokter yang melakukan autopsy.
Proses ini biasanya lama dan dapat mengambil waktu dari berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Dari 348 kasus keracunan pengumpulan data dari 308 orang.
Korban keracunan dibagi kepada 4 kelompok.
Kelompok 4 : Analisi kimia pada viscera dan
cairan tubuh memperlihatkan
adanya racun dengan atau tanpa bagian dari kelompok 1,2, dan 3
Kelompok 3 : Laporan analisis kimia pada pencucian lambung
ditemukan racun dengan atau tanpa
bagian dari kelompok 1 dan 2
Kelompok 2 : Diduga temuan keracunan
pada kondisi postmortem
setidaknya satu dari tersebutkan pada
kelompok 1
Kelompok 1 : Ketika terdapat riwayat
keracunan yang jelas dan terdapat temuan
keracunan pada rekam medis
Waktu bertahan hidup : Durasi dari interval antara konsumsi dari racun dan kematian.
Kriteria ekslusi : korban dimana racun tidak diingesti
Variabel berupa bau kerosene pada organophosphorus dan laporan pemeriksan bahan kimia dibandingkan dengan waktu bertahan.
HASIL
Dari golongan insektisida : organophosphorous terdiri dari 228 kasus diikuti oleh organochlorine (26 kasus) dan carbamates (14 kasus).
Dalam jumlah maksimal kasus (70.6 %) viscera menunjukkan positif untuk kasus pasti keracunan
Tidak ada satu kasus insektisida menunjukkan bau minyak tanah di dalam isi lambung setelah tiga hari. Semua kasus yang menghasilkan bau minyak tanah di dalam lambung adalah variasi keracunan dari organofosfat.Pada 75.6% kasus, bau minyak tanah diamati pada bagian lambung dalam 12 jam waktu bertahan hidup.
Korban yang bertahan hidup lebih dari tiga hari dikeluarkan.
Kasus dimana analisis dari viscera dan cairan tubuh seperti darah menunjukkan hasil positif untuk kasus pasti keracunan ketika
waktu kelangsungan hidup dalam tiga hari dan masuk kedalam kriteria kelompok 4. Kebanyakan kasus yang menunjukkan negatif
pada analisis kimia terdapat pada kelompok 3 yang didiagnosis berdasarkan hasil bilas lambung
DISKUSI
Peran klinisi mendiagnosa dan mengobati dan juga memelihara bukti seperti bilas lambung, hasil muntahan, dan botol kosong dan juga memberikan informasi kepada kepolisian dan menghadapi pemeriksaan silang di pengadilan.
Diagnosis postmortem pada keracunan pada dasarnya bergantung pada perjalanan penyakit, rekam medis Rumah Sakit, temuan postmortem, dan dideteksi zat racun dalam cairan tubuh dan viscera
Dari total 348 kasus kematian,keracunan insektisida merupakan agen yang bertanggung jawab untuk 77 % kematian.
Penelitian di negara-negara lain menunjukkan obat merupakan agen penyebab tersering pada kematian akibat keracunan.
Tipe keracunan bervariasi dari masing-masing dan tergantung pada ketersediaan dan pengetahuan dari penduduk setempat tentang racun.
DISKUSI
Dalam 62 kasus laporan kimia pada menunjukkan hasil negatif.
Insidens yang sama didapatkan oleh peneliti lain.
Dari total 268 kasus keracunan insektisida, hanya dalam 67 kasus yang isi perut berbau seperti minyak tanah
organophosphrous merupakan agen penyebab pada semua kasus
dalam banyak insektisida organophosphates,turunan petroleum seperti aromax digunakan sebagai pelarut
DISKUSI
Bau seperti minyak tanah ditemukan di dalam lambung paling lama 3 hari (waktu bertahan hidup pada korban).
Setelah 3 hari tidak satu kasus keracunan organophosphorous menunjukkan bau minyak tanah di dalam isi lambung.
Selama tiga hari 144 kematian keracunan organofosfat terjadi. Pada analisis bau minyak tanah dengan waktu kelangsungan hidup, dari 144 kasus, pada 75,6 % kasus, bau menetap hingga 12 jam.
Peningkatan waktu survival, racun dapat mencapai ke saluran usus bawah, dan dapat diserap ke dalam mukosa lambung. Dalam beberapa kasus, bau mungkin dapat menetap hingga 2-3 hari karena hambatan motilitas lambung komplit, dan terkait dengan ketidaksadaran korban setelah konsumsi racun yang mengarah pada penurunan motilitas lambung.
DISKUSI
Pada hasil analisis laporan kimia dari pemeriksaan viscera dan darah dalam kaitannya dengan waktu kelangsungan hidup, terlihat bahwa dalam jumlah maksimum kasus, laporan analisis kimia menunjukkan hasil positif untuk racun dalam tiga hari bertahan hidup.
Kemungkinan deteksi racun dalam viscera dan darah dapat menurun menjadi hampir 50% setelah 3 hari.
Di India khususnya di daerah pedesaan, ketika seseorang mengonsumsi racun, banyak kasus yang terlambat dilaporkan, dan biasanya dokter dari Puskesmas merujuk kasus tersebut ke rumah sakit yang lebih tinggi tanpa adanya pengobatan awal, dengan alasan tidak tersedianya obat penawar racun tersebut.
Hal ini menyebabkan penundaan lebih lanjut, dan racun akan diserap dan bahkan jika bilas lambung dilakukan di rumah sakit yang lebih tinggi biasanya dapat diperoleh hasil yang negatif.
DISKUSI Jika korban bertahan selama beberapa hari lagi dan kemudian meninggal, diagnosis
hanya tergantung pada catatan rumah sakit, dan keterangan yang diberikan oleh polisi atau keluarga korban, dan kadang-kadang dihubungkan dengan perubahan patologis organ akibat racun.
Dalam 28 kasus, diagnosis postmortem dibuat berdasarkan catatan rumah sakit dan atau temuan postmortem
Diagnosis postmortem dibagi menjadi empat kelompok. Sebagian besar korban didiagnosis sebagai kelompok 3 dan 4 untuk kelompok yang menunjukkan hasil positif untuk racun dalam tindakan bilas lambung dan atau jaringan tubuh lainnya, yang lebih otentik sejauh sudut pandang hukum yang bersangkutan.
Berdasarkan Sec 293 kode prosedur pidana, laporan yang ditandatangani oleh pemeriksa kimia pada setiap materi atau hal-hal yang perlu diberikan kepada pemeriksa untuk analisis, dan laporan yang mungkin dapat mendukung bukti tanpa memerlukan petugas yang bersangkutan untuk hadir langsung di pengadilan hukum dalam membuktikan laporannya.
DISKUSI
Dalam setiap kasus kematian keracunan, selalu ada harapan dari polisi atau keluarga korban bahwa ahli bedah otopsi harus mampu memberikan keterangan, apakah korban diracun atau tidak di waktu otopsi. Saat yang sama juga dapat dikaitkan dengan tuduhan, keluhan, penyangkalan dan kecenderungan menuntut hasil yang diinginkan
Kesulitan muncul pada kelompok 1 & 2 di mana ahli bedah otopsi harus bergantung pada catatan rumah sakit, sejarah dan temuan postmortem untuk menegakkan diagnosis postmortem
DISKUSI
Kasus dengan temuan postmortem dan data yang positif tetapi dengan hasil laporan kimia negatif juga tidak jarang ditemukan oleh pemeriksa.
Analisis toksikologi dapat berkepanjangan dan mungkin memiliki selang waktu yang lama.
Jika ada data yang pasti, temuan postmortem dan catatan rumah sakit yang mendukung dan spesifik ke arah kasus keracunan, keterangan mengenai penyebab awal kematian dapat diberikan sehingga akan membantu petugas dalam investigasi kasus, dan dapat memberikan keterangan lanjut kepada keluarga korban dan masyarakat pada umumnya.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan bagian Toksikologi di rumah sakit, dan laboratorium departemen toksikologi di daerah dan rumah sakit pendidikan, sehingga banyak diagnosis kasus keracunan yang dapat dibuat dengan lebih mudah.
TERIMA KASIH