hubungan antara dukungan perangkat...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN PERANGKAT DESA DENGAN
KEAKTIFAN KADER KESEHATAN DALAM MENJALANKAN
KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BAKI KABUPATEN
SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
Tri Hantoro
NIM : ST 13075
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : Tri Hantoro
NIM : ST 13075
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan
tinggi lain
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain. Kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Surakarta, September 2015
Yang membuat pernyataan,
( Tri Hantoro )
NIM : ST 13075
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
petunjuk dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal skripsi dengan judul “ Hubungan antara dukungan perangkat desa dengan
keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo “ dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun
sebagai tahapan akhir setelah peneliti melakukan penelitian dan merupakan syarat
memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat
dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Dra. Agnes Sri harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
4. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Dr. Puji Hastuti, selaku Kepala Puskesmas Baki Sukoharjo yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian pada instansi yang Ibu pimpin.
6. Civitas Akademik Program Studi S1 Keperawatan yang telah membantu dalam
proses penelitian ini
v
7. Istri yang telah memberikan dukungan dan motivasi, serta kasih saying yang
tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis
Penulis mengharapkan masukan dan saran demi sempurnanya skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat dijadikan bahan studi dan
bermnafaat bagi kita semua.
Surakarta, September 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori................................................................................ 11
B. Kerangka Teori ............................................................................... 29
C. Kerangka Konsep............................................................................ 30
D. Hipotesis ......................................................................................... 30
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 31
D. Definisi Operasional ...................................................................... 33
E. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data ......................................... 34
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data............................................ 38
G. Etika Penelitian.............................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden................................................................. 42
B. Analisis Univariat ........................................................................... 43
C. Analisis Bivariat ............................................................................. 45
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden................................................................. 46
B. Dukungan Perangkat Desa.............................................................. 48
C. Keaktifan Kader Kesehatan ............................................................ 50
D. Hubungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan... 52
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 56
B. Saran .............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori .............................................................................. 29
Gambar 2. Kerangka Konsep .......................................................................... 30
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................... 33
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Kuesioner Pengetahuan ............................................... 34
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden .......................................... 42
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden ................................. 43
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden ................................. 43
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Perangkat Desa ........................... 44
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader ............................................ 44
Tabel. 4.6. Ringkasan Uji Kendall Tau ........................................................... 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Permohonan Ijin Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3 Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Data Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7 Data Penelitian
Lampiran 8 Hasil Analisis Data Penelitian
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Tri Hantoro
Hubungan Antara Dukungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader
Kesehatan Dalam Menjalankan Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo
Abstrak
Posyandu merupakan wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas Pusat Kesehatan Masyarakat, lintas sektor dan
lembaga terkait lainnya. Posyandu memerlukan dukungan penuh dari Perangkat Desa
sebagai pihak yang memiliki kewenangan wilayah. Sedangkan pembinaan secara
teknis dilakukan oleh Puskesmas setempat. Kegiatan sehari – hari Posyandu
digerakkan oleh kader kesehatan yang terdiri atas unsur – unsur kelompok
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian deskriptif korelasi dengan sample 154 kader kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Variabel yang diamati adalah dukungan perangkat
desa dan keaktifan kader kesehatan. Analisis data penelitian menggunakan korelasi
kendall Tau.
Dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (62%). Keaktifan kader kesehatan dalam
menjalankan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (66%). Terdapat hubungan dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo (rhitung = 0,646; p-
value = 0,000).
Kata kunci: Peran Perangkat Desa, Keaktifan, Kader Kesehatan
Daftar Pustaka: 21 (2003- 2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deklarasi Alma Ata 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama
antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi
Internasional Pelayanan Kesehatan primer (Primary Health Care) di kota
Alma Ata, Kazakhstan. Konferensi Internasional “Primary Health Care” ini
disponsori oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi PBB
untuk Anak (UNICEF). Isi pokok deklarasi ini, bahwa Pelayanan Kesehatan
Primer (Dasar) adalah merupakan startegi utama untuk pencapaian kesehatan
untuk semua (Health for all) ( Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Sebagai bentuk perwujudan hak asazi manusia. Deklarasi Alm Ata
ini selanjutnya terkenal dengan Kesehatan semua atau “Healrth for all”.
Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan
untuk semua adalah melalui Pelayanan Kesehatan Dasar, yang sekurang –
kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yaitu pendidikan kesehatan (Health
Education), peningkatan penyediaan makanan dan gizi (Promotion of food
supplies and proper nutrition), penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
(Adequate supply of safe water and basic sanitation), pelayanan kesehatan
ibu dan anak termasuk keluarga berencana (Material and child care,
including family planning), imunisasi (Immunization against the major
infectious diseases), pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik (
2
Prevention and control of laocally endemic diseases), pengobatan penyakit –
penyakit umum (Appropriate treatment of common diseases and injuries),
penyediaan obat esensial (Provision essential drugs). Dari 8 pelayanan
kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan kesehatan (sekarang promosi
kesehatan) ditempatkan pada urutan pertama. Ini berarti bahwa sejak
Konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140 negara tersebut telah
mengakui pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai kesehatan
untuk semua (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Berdasarkan Deklarasi Alma Ata 1978 tersebut, prioritas upaya
pelayanan kesehatan bergeser dari kuratif menjadi preventif dan promotif.
Dalam upaya preventif dan promotof tersebut diperlukan suatu upaya
pemberdayaan masyarakat yang baik. Semua Negara penggagas Deklarasi
Alma Ata 1978 sepakat untuk menciptakan suatu lembaga berbasis
masyarakat yang bertujuan untuk mengawal upaya preventif dan promotif.
Di Indonesia, lembaga tersebut dikenal dengan istilah Pos Pelayanan
Terpadu atau Posyandu (Kementerian Kesehatan Ri, 2011).
Posyandu adalah system pelayanan yang dipadukan antara satu
program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi
pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program Keluarga Berencana
(KB) dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat (Dinkesprov Jawa Tengah, 2010). Pelayanan
yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
3
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada
waktu dan tempat yang sama ( Depkes RI, 1990 ).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu
merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari
krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen
dan fungsi posyandu (Depdagri, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007
dalam pengembangan Posyandu perlu dilakukan dengan Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). UKMB adalah wahana
pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingn dari
petugas Pusat Kesehatan Masyarakat, lintas sector dan lembaga terkait
lainnya (Widagdo, 2007).
Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2007 ini, Posyandu memerlukan dukungan penuh dari Perangkat Desa
sebagai pihak yang memiliki kewenangan wilayah. Sedangkan pembinaan
4
secara teknis dilakukan oleh Puskesmas setempat. Dalam melaksanakan
kegiatan sehari – hari, Posyandu digerakkan oleh kader kesehatan yang
terdiri atas unsur – unsur kelompok masyarakat.
Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo memiliki 14 desa sebagai
wilayah kerja dari keseluruhan desa terdapat 150 Posyandu Balita. Tingkat
keaktifan kegiatan Posyandu sangat bervariatif. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan teknik wawancara
sederhana pada pertengahan bulan Februari 2012 terhadap 10 kader
kesehatan pada Posyandu yang merupakan kategori aktif dan baik menurut
penilaian Puskesmas, didapatkan data bahwa 7 kader (70%) menyatakan
aktif pada semua kegiatan sedangkan 3 kader (30%) menyatakan kurang aktif
karena merasa kurang mendapat perhatian dan motivasi dari pemangku
kepentingan didaerahnya yaitu perangkat desa berupa supervise yang
dilakukan oleh perangkat desa untuk membantu pelaksanaan Posyandu di
desa, menggalang hubungan baik dengan kader serta memperhatikan
kebutuhan finansial pelaksanaan Posyandu misalnya pemberian dana untuk
pemberian gizi pada balita dan lain-lain. Pada studi pendahuluan ini juga
dilakukan wawancara dengan 3 orang perangkat desa. Seluruh perangkat
desa yang diwawancarai menyatakan sangat mendukung sangat mendukung
kegiatan posyandu.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara dukungan Perangkat
5
Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan Dalam Menjalankan Kegiatan
Posyandu balita di wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara dukungan perangkat desa
dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu
balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan
kegiatan Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mendeskripsikan dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas
Baki Kabupaten Sukoharjo
b. Mendeskripsikan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan
kegiatan posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.
6
c. Menganalisis hubungan antara dukungan perangkat desa dengan
keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu balita
di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi puskesmas
Puskesmas dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai rujukan
untuk menentukan kebijakan – kebijakan dalam peningkatan keaktifan
kader kesehatan.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
literatur mengenai faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan
keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu Balita.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber data untuk
memotivasi pelaksanaan penelitian yang lebih baik dimasa mendatang.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman dalam bidang manajemen Posyandu Balita.
7
E. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian serupa yang
dilaksnakan di Wilayah Kerja Puskesmas Baki. Adapun penelitian –
penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
No.Nama
Peneliti Judul Metode Sample Hasil
1 Prihatini
dan Erna
(2003)
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan,
Sikap, dan
Praktik Kader
terhadap
Cakupan
Posyandu
balita di
wilayah
Puskesmas
Jenggot
Kecamatan
Pekalongan
Selatan Kota
Pekalongan
explanatory
research
dengan
pendekatan
Cross
Sectional
Kader
aktif
sebanyak
109
responden
Hasil penelitian
menunjukkan rata – rata
umur responden 35 tahun,
terdapat 54,1% kader
berumur <35 tahun, tingkat
pendidikan terbesar SLTA
(34,9%), STLP dan SD
29,4%. Mata pencaharian
60% sebagai buruh
batik/konveksi, penghasilan
51,4% di bawah UMR.
Tingkat pengetahuan kader
57,8% baik, sikap kader
58,7% baik dan praktik
kader 50,5% kurang baik
sedangkan cakupan
posyandu 60,6% baik. Ada
hubungan yang bermakna
antara praktik dengan
cakupan posyandu ( p = 0,03
).
2 Wahyuna
(2008)
Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
tentang
Posyandu
Lansia
Terhadap
Pengetahuan
Dan Sikap
Kader Dalam
Pemberian
Eksperimenta
l dengan
rancangan
penelitian one
group pretest
– posttest
design.
kader
Posyandu
Lansia
yang
berada
diwilayah
kerja
Puskesma
s Kauman
yang
berjumlah
Kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah :
(1) Terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan
tentang posyandu lansia
terhadap pengetahuan kader
di posyandu lansia wilayah
kerja Puskesmas Kauman
Ngawi. Pengetahuan kader
setelah pemberian
pendidikan kesehatan lebih
8
Pelayanan Di
Posyandu
Lansia
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kauman
Ngawi
60 orang baik daripada sebelum
pemberian pendidikan
kesehatan, dan (2) terdapat
pengaruh pendidikan
kesehatan tentang Posyandu
Lansia terhadap sikap kader
dalam pemberian pelayanan
di Posyandu Lansia wilayah
kerja Puskesmas Kauman
Ngawi. Sikap kader setelah
pemberian pendidikan
kesehatan lebih baik
daripada sebelum pemberian
pendidikan kesehatan.
3 Dimas
(2009)
Hubungan
antara
dukungan
Keluarga
Dengan
Motivasi
Keaktifan
Kegiatan
Posyandu di
Kelurahan
Tugu Barat,
Semarang
Desain
kualitatif
yaitu
penelitian
yang
bertujuan
untuk
menjelaskan
pengalaman
–
pengalaman
yang dialami
seseorang
dalam
kehidupanny
a. pendekatan
fenomenolog
is dan
melibatkan 3
surveyor
sebagai objek
penelitian
dan
menggunaka
n teknik
sampel
(purposive
sampling.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu bekerja
tentang posyandu yaitu
tempat pelayanan kesehatan,
perkembangan dan tempat
berkumpul tenaga medis.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Dukungan Upaya Kesehatan
a. Pengertian
Dukungan upaya kesehatan adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh pihak/orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada
situasi social tertentu (Kozier, 2007)
b. Peran Organisasi Dalam Kesehatan
Dewasa ini pembangunan dibidang kesehatan telah mengalami
perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi
sebuah hal yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan
lainnya. Melihat kondisi yang demikianlah sudah seharusnya bukan
hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab semua
masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individu atau
berkelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan
tenaga kesehatan terhadap upaya menciptakan terwujudnya kesehatan
masyarakat itu sendiri.
10
Organisasi merupakan unit yang ada di masyarakat. Ini berarti
organisasi merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan
dengan anggota organisasi selama 24 jam penuh. Menurut MUbarok cit
Kolid (2010) peran organisasi adalah mampu mengenal masalah
kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan
perawatan pada anggota organisasi yang sakit, mampu memodifikasi
lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, organisasi
mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami
dan dilakukan yang meliputi :
1) Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan
karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan
perubahan – perubahan yang dialami anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau
pengambil keputusan dalam keluarga (Suparjitno cit Kolid, 2010).
Mengenal menurut Notoadmojo (2007) diartikan sebagai pengingat
sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu
11
tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal
masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui tentang
sakit yang dialami pasien.
2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi masyarakat
Peran ini merupakan upaya organisasi yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan organisasi, dengan
pertimbangan siapa diantara organisasi yang mempunyai keputusan
untuk memutuskan tindakan yang tepat (Notoatmodjo, 2007).
Kolid (2010) menyatakan kontak organisasi dengan sistem akan
melibatkan lembaga kesehatan professional ataupun praktisi lokal dan
sangat bergantung pada :
1) Apakah masalah dirasakan oleh organisasi ?
2) Apakah kepala organisasi merasa menyerah terhadap masalah yang
dihadapi satu anggota organisasi ?
3) Apakah kepala organisasi takut akibat dari terapi yang dilakukan
terhadap salah satu anggota organisasinya ?
4) Apakah kepala organisasi percaya terhadap petugas kesehatan ?
5) Apakah organisasi mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas kesehatan dan memberikan perawatan terhadap organisasi
yang sakit.
12
Beberapa organisasi akan membebaskan orang yang sakit dari
peran atau tanggung jawabnya secara penuh, pemberian perawatan
secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan organisasi
(Friedman cit Kolid, 2010).
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa organisasi memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan organisasi. Dirumah
organisasi memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan
pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji :
1) Apakah organisasi aktif dalam ikut merawat pasien ?
2) Bagaimana organisasi mencari pertolongan dan mengerti tentang
perawatan yang diperlukan pasien ?
3) Bagaimana sikap organisasi terhadap pasien ? (Aktif mencari
informasi tentang perawatan terhadap pasien )
4) Memodifikasi lingkungan organisasi untuk menjamin kesehatan
organisasi
5) Pengetahuan organisasi tentang sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah
6) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya
7) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan
ruamh yang menunjang kesehatan
8) Menggunakan pelayanan kesehatan
13
Kolid (2010), pada organisasi tertentu bila ada anggota
organisasi yang sakit jarang dibawa ke Puskesmas tapi ke mantra atau
dukun. Untuk mengetahui kemampuan organisasi dalam memanfaatkan
sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan organisasi tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau organisasi
2) Keuntungan daria danya fasilitas kesehatan
3) Kepercayaan organisasi terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh organisasi
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha
organisasi dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Hambatan yang dapat muncul terutama komunikasi (Bahasa) yang
kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang
menyenangkan dari organisasi ketika berhadapan dengan petugas
kesehatan.
c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Organisasi
Menurut Kolid (2010), dukungan organisasi merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Faktor –
faktor utama yang mempengaruhi dukungan organisasi meliputi : kelas
sosial, bentuk – bentuk organisasi, latar belakang organisasi, tahap
siklus kehidupan organisasi, model – model peran peristiwa situasional
– khususnya masalah – masalah kesehatan atau sakit.
14
2. Pemerintahan Desa
a. Pengertian
Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur – unsur fisiografis, social, ekonomis politik, kulturak
setempat dalam hubungan dan pengaruh timbale balik dengan daerah
lain. Sutarjo Kartohadikusumo (2007) menyatakan bahwa desa
merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan
pemerintahan terendah dibawah camat. Ogburn dan Nimkoff (2009)
menyatakan bahwa desa adalah kesatuan organisasi kehidupan social
didalam daerah terbatas.
Sedangkan menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan desa, yang dimaksud desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan
berada di daerah kabupaten. Sedangkan menurut UU no. 5 tahun 1979,
desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15
b. Desa di Indonesia
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas –
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan
merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa
bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan
Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun
dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi
kelurahan (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005).
c. Kewenangan desa adalah :
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa
2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni
urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan
pelayanan masyarakat.
3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa
16
d. Pemerintahan Desa
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri
atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa)
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Adapun perangkat desa
terdiri dari (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005):
1) Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama
Basan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa
adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa
jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan
Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) oleh penduduk desa setempat.
2) Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat Desa terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Salah satu perangkat
desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil.
Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
atas nama Bupati/Walikota (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005).
17
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari
penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa,
Perangkat desa juga mempunyai tugas untuk mengayomi
kepentingan masyarakatnya.
3) Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawatan Desa (BPD) merupakan lembaga
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua
Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama,
dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota
BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak
diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005).
e. Keuangan Desa
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi
kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
( APB Desa ), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh
18
pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa.
Sumber Pendapatan Desa terdiri atas (Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005):
1) Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil
kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa),
hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong.
2) Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota
3) Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan
5) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat
6) Pinjaman Desa
APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa
dan Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD
menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
3. Kader Kesehatan
a. Definisi
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader yang dipilih
oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Kader
19
kesehatan dinamakan juga promoter kesehatan desa (prokes) adalah
tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007).
b. Tujuan Pembentukan Kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusu
dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada
prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi
merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya
kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan
efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adanya
dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal
mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari
karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan (Dinkes Provinsi Jawa
Tengah, 2007).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007), kader yang
dinamis dengan pendidikan rata – rata tingkat desa ternyata mampu
melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi
masyarakat sekelompoknya meliputi :
20
1) Pengobatan ringan / sederhana, pemberian obat cacing pengobatan
terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat – obatan
sederhana dan lain – lain.
2) Penimbangan dan penyuluhan gizi
3) Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan
vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB
penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.
4) Penyediaan dan distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan
dalam upaya menanamkan NKKBS.
5) Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.
6) Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain - lain
c. Dari Segi Pemasaran
Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan
masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga
untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan
khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang
baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu,
berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan
permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang
21
selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh
masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan
objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembvangunan itu
sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan – pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader,
jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan
dalam bidang kesehatan (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007).
d. Tugas Kegiatan Kader
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007), tugas kegiatan
kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas
yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter, kader dan
semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan – kegiatan baik
yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain :
1) Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah :
a) Melaksanakan pendaftaran
b) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita
c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan
d) Memberikan penyuluhan
e) Memberi dan membantu pelayanan
22
f)Merujuk
2) Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-
Kesehatan adalah :
a) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi
dan penanggulangan diare
b) Mengajak ibu – ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu
3) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai
dengan permasalahan yang ada :
a) Pemberantasan penyakit menular
b) Penyehatan rumah
c) Pembersihan sarang nyamuk
d) Pembuangan sampah
e) Penyediaan sarana air bersih
f) Menyediakan sarana jamban keluarga
g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah
h) Pemberian pertolongan pertama pada penyakit
i) Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
j) Dana sehat
k) Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan
kesehatan
4) Peranan Kader diluar Posyandu KB-Kesehatan
a) Merencanakan kegiatan, antara lain : menyiapkan dan
23
melaksanakan survey, mawas diri, membahas hasil survey,
menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),
menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa,
menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut
jadwal kerja.
b) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawancara
muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan
c) Menggerakkan masyarakat, mendorong masyarakat untuk
gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan
kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain – lain
d) Memberikan pelayanan yaitu : membagi obat, membantu
mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang
didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan
penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
e) Melakukan pencatatan, yaitu : KB atau jumlah Pus, jumlah
peserta aktif, dsb
f) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : jumlah ibu hami, vitamin A
yang dibagikan dan sebagainya
g) Imunisasi : jumlah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi ibu
hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
24
h) Gizi : jumlah bayi yang ada, mempunyai Kartu Menuju Sehat
(KMS), balita yang ditimbang dan yang naik timbangan
i) Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan
dan dirujuk
j) Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-
kesehatan dan upaya kesehatan lainnya.
5) Persyaratan menjadi kader
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007) bahwa pembangunan
dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan
pemuka – pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader
yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa
memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat
dukungan dari kepala desa setempat kadang – kadang tidak
gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini
hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang
tentu para pamong yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan
calon kader.
a) Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b) Secara fisik dapat melaksanakan tugas – tugas sebagai kader
c) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan
25
d) Aktif dalam kegiatan – kegiatan social maupun pembangunan
desanya
e) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
calon kader lainnya dan berwibawa
f)Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan
keadaan kesehatan lingkungan
g) Diutamakan telah mempunyai keterampilan
4. Posyandu
a. Definisi
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nila strategi dalam pengembangan sumber daya manusia
sejak dini. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana dan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Effendy, 2005).
b. Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Menurut Depkes (2007) tujuan diselenggarakan Posyandu
adalah untuk :
1) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan
angka kelahiran
26
2) Mempercepat penerimaan NKKBS
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai
dengan kebutuhan
c. Kegiatan Posyandu
Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos
imunisasi, poas KB Desa, Pos Kesehatan ataupun pembentukan yang
baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100) balita / 700
penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan
setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam
kelompok dan sebagainya. Posyandu sebaiknya berada pada tempat
yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan
demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang
sudah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau
ditempat khusus dibangun masyarakat.
Penyelenggaraan dilakukan dengan “pola lima meja”
sebagaimana diuraikan antara lain :
1) Meja 1 : Pendaftaran
2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita
3) Meja 3 : Pengisian KMS ( Kartu Menuju Sehat )
4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan
27
5) Meja 5 : Pelayanan tenaga professional meliputi pelayanan KIA,
KB, Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan
kebutuhan setempat
d. Dukungan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Program Terpadu
Kegiatan posyandu merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat. Sebagai regulator dan fasilitator,
pemerintah wajib memberikan fasilitasi – fasilitasi untuk
pengembangan kegiatan pengembangan. Departemen Kesehatan dan
Departemen Dalam Negeri berjalan bersama dalam pengembangan
program Psoyandu. Departemen Kesehatan sebagai pemegang regulasi
bidang kesehatan bertugas menyiapkan dukungan berupa pendapingan
petugas serta penyiapan program – program yang berdampak pada
upaya promotof dan preventif bidang kesehatan (Widagdo, 2007).
Sedangkan Departemen Dalam Negeri bertanggung jawab dalam
pemberdayaan birokrasi dan masyarakat di daerah. Pemerintah daerah,
yang dalam hal ini adalah pemerintahan desa beserta perangkatnya
sebagai pemegang otoritas di daerah menjalankan fungsi
pengembangan Posyandu dengan memberikan dukungan :
1) Motivasi
Perangkat Desa senantiasa menggerakkan masyarakat untuk
mengembangkan Posyandu. Perangkat Desa harus mampu
meyakinkan masyarakat untuk menjadi kader kesehatan yang
28
berorientasi apda tugas pengembangan pemberdayaan kesehatan
masyarakat.
2) Birokrasi
Perangkat Desa sebagai pemegang otoritas di wilayah desa harus
mempermudah layanan birokrasi terkait dengan program – program
promosi kesehatan yang dikelola oleh kader kesehatan dengan
tujuan untuk meningkatkan cakupan keberhasilan program.
3) Finansial
Perangkat Desa dapat mengusulkan alokasi anggaran untuk
memajukan Posyandu dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes). Hal ini sebagai wujud dukungan
Pemerintah Desa dalam pengembangan Posyandu.
4) Sarana Prasarana
Sarana Prasarana merupakan faktor penting dalam menjalankan
program posyandu. Pemerintah Desa melalui perangkatnya
berkewajiban untuk mengkoordinir sumber daya masyarakat guna
pengadaan sarana dan prasarana Posyandu.
29
B. Kerangka Teori
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber : Kartohadikusumo (2007) & Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 Tentang Desa
Gambar 1. Kerangka Teori
Faktor – Faktor lain :
- Karakteristisk responden
- Pengetahuan
- Motivasi
Dukungan Perangkat Desa :
- Motivasi
- Birokrasi
- Finansial
- Sarana Prasarana
Keaktifan Kader
Kegiatan Posyandu
- Pendaftaran
- Penimbangan
- Pengisian KMS
- Penyuluhan
- Pelayanan Profesional
30
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Arikunto,
2010). Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan
kegiatan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.”
Dukungan
Perangkat
Desa
Keaktifan Kader Dalam kegiatan
Posyandu
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Deskripstif Korelasi
adalah yaitu desain penelitian yang mendeskripsikan variabel bebas dan
terikat, kemudian melakukan analisis hubungan antara kedua variabel
(Arikunto, 2010). Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional
dimana peneliti bertujuan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu), selain itu peneliti menilai secara stimulant pada
satu saat sehingga tidak ada follow up (Arikunto, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
31
32
ingin diteliti (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Kader Kesehatan aktif Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Baki
Kabupaten Sukoharjo sejumlah 250 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan teknik sampling
tertentu untuk memenuhi atau mewakili populasi (Arikunto, 2010).
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan stratified random
sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi
ke dalam kelompok kelompok yang homogeny yang disebut strata, dan
kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut.
Untuk menentukan besar sampel dengan jumlah populasi <1000
digunakan rumus (Nursalam, 2007) :
n =
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
D : Tingkat kepercayaan (signifikasi) 0,05
n =
n =
n =
33
n = 153,84
Dengan populasi ( N = 250 ) maka didapatkan besar sampel sebanyak
153,84 orang dan dibulatkan menjadi 154 responden.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1) Kader kesehatan yang masih aktif mengikuti kegiatan posyandu
Balita.
2) Kader kesehatan yang bersedia menjadi responden penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
Kader kesehatan pada saat penelitian tidak berada di tempat.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
Dukungan
perangkat
desa
Bentuk dukungan seluruh
perangkat desa di wilayah
kerja Puskesmas Baki
Kabupaten Sukoharjo
dalam meningkat
pengembangan kegiatan
Posyandu yang dirasakan
oleh para Kader Kesehatan.
Dukungan Perangkat Desa
terdiri dari motivasi,
birokrasi, financial, sarana
dan prasarana
Kuesioner Kategori dukungan
a. Tinggi:
>X + 1 SD
b. Sedang:
X + SD sd X – 1 SD
c. Rendah:
<X–1 SD
Ordinal
Keaktifan
kader
posyandu
Bentuk pelaksanaan
kewajiban kader terhadap
kegiatan Posyandu
Kuesioner Kategori keaktifan
a. Tinggi: >X + 1 SD
b. Sedang:
X + SD sd X – 1 SD
c. Rendah: <X–1 SD
Ordinal
34
E. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data
1. Jenis Instrumen
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang
mengukur variabel bebas maupun variabel terikat. Untuk mengukur
dukungan dan keaktifan, masing – masing digunakan kuesioner yang
terdiri dari 20 pertanyaan dengan Likert Scale dengan empat opsi jawaban
yaitu “Sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju”.
Adapun kisi – kisi alat kuesioner pengetahuan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Nomer
Pertanyaan
Independen Dukungan
Perangkat
Desa
Motivasi
Birokrasi
Finansial
Sarana dan Parasarana
1 – 5
6 – 10
11 – 15
16 – 20
Dependen Keaktifan
Kader
Kesehatan
Keaktifan melaksanakan
kegiatan Posyandu
1 – 15
Sebelum digunakan, kuesioner diujicobakan pada 20 Kader
Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo yang tidak digunakan
sebagai responden pada penelitian utama. Setelah itu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen
untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok
pengukuran yang dilakukan dengan instrument tersebut (Arikunto,
35
2010). Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu
mengukur apa saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas
tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus korelasi yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi
Product Moment yaitu sebagai berikut :
r xy =
Keterangan :
R = Koefisien
X = Skore setiap pertanyaan
N = Jumlah Sampel
Y = Skore total pertanyaan
Ketentuan : Jika r x y> r tabel pada taraf siginifikansi 5% berarti item
kuesioner valid, dan jika r x y< r tabel pada taraf signifikasi 5% item
kuesioner tersebut tidak valid. Perhitungan uji validitas instrumen ini
dilakukan dengan Program SPSS for Windows very 16.00.
Hasil uji validitas kuesioner dukungan perangkat desa diperoleh nilai
rxy antara 0,475 hingga 0,880. Nilai r tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan jumlah sample 20 adalah 0,444. Nilai rxy semua item kuesioner
dukungan perangkat desa ternyata lebih besar dari rtabel, sehingga
36
disimpulkan 20 item pertanyaan kuesioner dukungan perangkat desa
adalah valid.
Selanjutnya hasil uji validitas kuesioner keaktifan kader kesehatan
diperoleh nilai rxy antara 0,455 hingga 0,845. Nilai rxy semua item
kuesioner keaktifan perangkat desa ternyata lebih besar dari rtabel,
sehingga disimpulkan 15 item pertanyaan kuesioner keaktifan kader
kesehatan adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji Rekiabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur
relative konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih.
Suharsini (2007) untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian
ini digunakan rumus koefisien alpha Crombach dengan rumus :
R I =
Keterangan :
K = Banyaknya item
Si2 = Jumlah varian item
St2 = Varian Total
Setelah harga r 1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan
indeks korelasi : 0,800 <r 11< 1,00 berarti sangat tinggi : 0,600 <r 11
<0,800 berarti tinggi : 0,400 <r 11< 0,600 berarti cukup : 0,200 <r 11<
0,400 berarti rendah : 0,00 <r 11< 0,200 berarti sangat rendah.
37
Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan perangkat desa
diperoleh nilai r11 sebesar 0,944 dan kuesioner keaktifan kader
kesehatan diperoleh nilai r11 sebesar 0,909. Kedua kuesioner memiliki
nilai r11 lebih besar dari 0,6 sehingga disimpulkan kedua kuesioner
yaitu dukungan perangkat desa dan keaktifan kader kesehatan adalah
reliabel.
2. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan
penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan
prosedur sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan penyusunan proposal,
mengurus perijinan penelitian, penjajagan dan sosialisasi di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
b. Tahap Uji Coba Instrumen
Uji coba kuesioner dilakukan pada 20 Kader Kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukoharjo yang tidak digunakan sebagai responden
pada penelitian utama.
c. Tahap Pengambilan Data
Data diukur dengan kuesioner. Setelah mendapatkan ijin penelitian,
peneliti mencari data calon responden. Setelah responden ditentukan,
peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan akan
38
memberikan kuesioner serta membuat perjanjian kapan kuesioner dapat
ditarik. Setelah kuesioner terisi, kuesioner langsung ditarik oleh
peneliti untuk dilakukan tabulasi data.
d. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dan analisis data untuk
membuktikan hipotesis penelitian.
e. Penulisan
Setelah semua data terkumpul dan dianalisa, tahap selanjutnya adalah
pelaporan hasil penelitian. Pada tahap ini hasil penelitian dilaporkan
sekaligus dibahas kesesuaiannya dengan beberapa tinjauan pustaka.
Laporan diakhiri dengan bagian kesimpulan dan saran.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan
langkah –langkah sebagai berikut (Santjaka, 2011) :
a. Editing
Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian
dan kelengkapan jawaban dalam kuesioner yang diberikan. Editing
dilakukan di tempat pengumpulan data, agar jika terjadi kekurangan
dapat segera dilengkapi.
39
b. Coding
Mengklasifikasi jawaban yang ada dalam kuesioner menurut
macamnya, dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan
kode berupaangka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja
sesuai nomor responden yang telah diberikan agar lebih mudah dibaca.
c. Tabulating
Memasukkan data – data hasil penelitian ke dalam tabel – tabel sesuai
dengan kriteria.
d. Entry data
Proses memasukkan data dalam komputer melalui program komputer.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis tiap – tiap
variable penelitian. Hasil analisis univariat ditampilkan dalam bentuk
analisis deskriptif yang meliputi jumlah, mean, median dan persentase.
Hasil penelitian juga ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
(Sugiyono, 2007).
40
b. Analisis Bivariat
Uji statistik pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis Kendal Tau dengan bantuan program SPSS ver 16.00 dengan
pertimbangan untuk meminimalkan human error.
Pemilihan teknik uji korelasi Kendal Tau dengan pertimbangan
bahwa variabel penelitian berskala ordinal atau rangking (Sugiyono,
2007). Adapun rumus Kendal Tau adalah :
Keterangan :
n = Jumlah Data
Interpretasi dari uji Kendal Tau adalah hipotesis diterima bila
taraf signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikasi P =
0,05 (Arikunto, 2010)
G. Etika Penelitian
1. Lembar Persetujuan ( Informed Content )
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian. Bila subyek menolak, maka peneliti tidak memaksa
tetap menghormati hak – hak subyek (Anwar, 2008).
41
2. Tanpa Nama ( Anonymity )
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi
subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu (Anwar, 2008).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Anwar, 2008).
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian
ini dilakukan terhadap 154 Kader Kesehatan aktif di wilayah kerja Puskesmas
Baki Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya gambaran karakteristik responden
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Hasil pengumpulan data umur responden diperoleh umur terendah
adalah 23 tahun dan tertinggi 40 tahun. Selanjutnya distribusi responden
ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 23 - 30 tahun 79 51
2 31 – 40 tahun 75 49
Jumlah 154 100
Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah
berumur 23-30 tahun sebanyak 79 responden (51%) dan sisanya berumur
31 – 40 tahun sebanyak 75 responden (49%).
2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Distribusi pendidikan responden ditampilkan pada tabel 4.2 sebagai
berikut.
43
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SMP 27 18
2 SMA 117 76
3 Perguruan tinggi 10 6
Jumlah 154 100
Distribusi frekuensi pendidikan responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah SMA sebanyak 117 responden (76%) dan distribusi
terendah adalah perguruan tinggi sebanyak 10 responden (6%).
3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
Hasil pengumpulan data masa kerja menunjukkan masa kerja
terendah adalah 1 tahun dan terlama adalah 9 tahun. Selanjutnya distribusi
masa kerja responden ditampilkan pada tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 1 – 4 tahun 96 62
2 5 - 9 tahun 58 38
Jumlah 154 100
Distribusi frekuensi masa kerja responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah 1 – 4 tahun sebanyak 96 responden (62%) dan sisanya
adalah 5 – 9 tahun sebanyak 58 responden (38%).
B. Analisis Univariat
1. Dukungan Perangkat Desa
Data dukungan perangkat desa diperoleh 20 item pertanyaan
dukungan perangkat desa. Selanjutnya berdasarkan jawaban responden
terhadap dukungan perangkat dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah,
44
sedang, dan tinggi. Selengkapnya distribusi dukungan keluarga
ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Perangkat Desa
No Dukungan Perangkat Desa Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 23 15
2 Sedang 95 62
3 Tinggi 36 23
Jumlah 154 100
Distribusi frekuensi dukungan perangkat desa menunjukkan
distribusi tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak 95 responden (62%) dan
distribusi terendah adalah rendah sebanyak 23 responden (15%).
2. Keaktifan Kader Kesehatan
Data keaktifan kader kesehatan diperoleh 15 item pertanyaan
keaktifan kader kesehatan. Selanjutnya berdasarkan jawaban responden
terhadap keaktifan kader dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Selengkapnya distribusi keaktifan kader ditampilkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader
No Keaktifan Kader Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 24 16
2 Sedang 102 66
3 Tinggi 28 18
Jumlah 154 100
Distribusi frekuensi keaktifan kader kesehatan menunjukkan
distribusi tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak 102 responden (66%) dan
distribusi terendah adalah rendah sebanyak 24 responden (16%).
45
C. Analisis Bivariat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan perangkat desa
dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Pengujian analisis
dalam penelitian ini menggunakan uji Korelasi Kendall Tau pada tingkat
signifikansi 5%. Selengkapnya hasil analisis Korelasi Kendall Tau
ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel. 4.6. Ringkasan Uji Kendall Tau
Hubungan rhitung p-value Keputusan
Dukungan perangkat desa
dengan keaktifan kader
kesehatan
0,646 0,000 H0 ditolak
Hasil uji Korelasi Kendall Tau hubungan dukungan perangkat desa
dengan keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai rhitung 0,646 dengan nilai
signifikansi p-value 0,000. Nilai signifikansi penelitian (p-value) lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak.
Berdasarkan keputusan uji maka kesimpulan penelitian adalah terdapat
hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam
menjalankan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.
46
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Distribusi Umur
Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah
berumur 23-30 tahun (51%). Distribusi umur responden menunjukkan
bahwa sebagian besar responden adalah kelompok yang telah memasuki
masa kedewasaan. Erikson (Wong, 2003) menyebutkan bahwa seseorang
pada 20-40 tahun tergolong kelompok dewasa pertengahan (young and
middle adult hood), dimana kemampuan seseorang dalam membagi tugas
antara tugas pribadi dan pekerjaan telah berjalan dengan baik serta
didukung oleh tingkat emosi yang telah stabil. Responden yang berusia
20-40 tahun dianggap telah mampu membagi tugas antara kebuhan
pribadinya dengan kebutuhan keluarga termasuk mencukupi dan merawat
anggota keluarganya.
2. Distribusi Pendidikan
Distribusi frekuensi pendidikan responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah SMA (76%). Distribusi pendidikan repsonden
menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi, dimana sebagian besar adalah SMA. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima atau memahami
suatu pengetahuan. Selanjutnya pemahaman seseorang tersebut tentang
47
pengetahuan berdampak pada sikap terhadap hal yang ada pada
pengetahuan tersebut. Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap
sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga
dalam motivasi kerjanya akan berpotensi daripada mereka yang
berpendidikan lebih rendah atau sedang.
3. Distribusi Masa Kerja
Distribusi frekuensi masa kerja responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah 1 – 4 tahun (62%). Lama kerja menunjukkan waktu yang
dilalui seseorang dalam bekerja yang dihitung mulai bekerja dalam suatu
organisasi dan menduduki jabatan tertentu. Lama kerja seorang kader
kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesiapan dalam menjalankan tugas
yang akan diembannya. Namun adanya faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas sebagai kader kesehatran seperti
pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan menyebabkan, lama kerja
seorang kader kesehatan tidak selalu menyebabkan kader kesehatan tersebut
semakin baik dalam menjalankan tugas yang diembannya.
Hal tersebut sebagaimana dihasilkan dalam penelitian Devy (2008)
tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pelaksanaan protrap
pemasangan kateter uretra di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa lama kerja perawat tidak memiliki hubungan
48
yang signifikan dengan kemampuan perawat dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dalam pelaksanaan protrap pemasangan kateter uretra.
B. Dukungan Perangkat Desa
Distribusi frekuensi dukungan perangkat desa menunjukkan distribusi
tertinggi adalah sedang (62%). Dukungan perangkat desa adalah dukungan
seluruh perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo dalam meningkat pengembangan kegiatan Posyandu yang
dirasakan oleh para Kader Kesehatan.
Dewasa ini pembangunan dibidang kesehatan telah mengalami
perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi sebuah hal
yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.Melihat
kondisi yang demikianlah sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan
saja yang menjadi penanggung jawab semua masyarakat. Siapapun
masyarakat tersebut secara individu atau berkelompok mempunyai tanggung
jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya
menciptakan terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri.
Organisasi merupakan unit yang ada di masyarakat. Ini berarti
organisasi merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan
anggota organisasi selama 24 jam penuh. Menurut Mubarok cit Kolid (2010)
peran organisasi adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu
membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada anggota
49
organisasi yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Perangkat desa merupakan pelopor kegiatan di pedesaan. Kaitan peran
perangkat desa terhadap kegiatan kader kesehatan didesa sebagaimana
dikemukakan oleh Laksmono (2007) terdapat empat peran yang seharusnya
dilakukan oleh perangkat desa yaitu Pertama, perangkat desa selalu
mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu dan
mengikuti kegiatan lain, sehingga kader akan malu kalau tidak turut. Kedua,
perangkat desa selalu memberi tugas kepada kader dalam pelaksanaan
kegiatan Posyandu yang dirasa oleh para kader sebagai suatu perhatian yang
dapat merupakan dorongan bagi kader untuk selalu melakukan kegiatan
Posyandu. Ketiga, kebiasaan perangkat desa untuk selalu mau memperbaiki
hubungan dengan kader, misalnya suatu ketika kader berbuat kesalahan maka
kader tersebut mendapat teguran yang sangat keras, namun di lain kesempatan
perangkat desa tersebut telah baik kembali. Keempat, kebiasaan perangkat
desa untuk selalu memberi petunjuk ketika menghadiri kegiatan Posyandu
juga mempunyai pengaruh yang sama dengan tiga karakteristik sebelumnya
dan bersifat menguatkan pernyataan-pernyataan tersebut.
Aplikasi pelaksanaan peran perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas
Baki telah dilakukan dengan baik. Hal tersebut khususnya diwujudkan dengan
besarnya perhatian perangkat desa terhadap kegiatan posyandu baik posyandu
balita maupun posyandu lansia. Peran atau tindakan yang sering dilakukan
oleh perangkat desa antara lain melakukan peninjauan terhadap kegiatan kader
50
kesehatan, pemberian support baik secara motivasional maupun financial,
serta membantu komunikasi antara kader dengan masyarakat.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan perangkat desa sebagian
besar adalah sedang (62%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Rewanti (2013) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pendampingan perangkat desa terhadap kader posyandu
adalah baik.
C. Keaktifan Kader Kesehatan
Distribusi frekuensi keaktifan kader kesehatan menunjukkan distribusi
tertinggi adalah sedang (66%). Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih
dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LPMD. Dalam
melaksanakan kegiatannya dan bertanggung jawab pada masyarakat melalui
LPMD, jadi kader adalah bentuk ketenagaan yang dimiliki oleh masyarakat
dan bukan aparat sektor, yang mau dan mampu bekerja secara sukarela.
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang mau bekerja secara
sukarela, dan mau meluangkan waktunya untuk melaksanakan kegiatan
UPGK, serta mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam
kegiatan tersebut (Depkes RI, 2001). Menurut Sugiono (2008), kader
Posyandu adalah anggota masyarakat yang bekerja sukarela, mampu
melaksanakan kegiatan program gizi dan mampu menggerakkan masyarakat
51
untuk ikut serta dalam kegiatan perbaikan gizi sesuai fungsinya di tengah –
tengah masyarakat sebagai penyampai informasi dan kader Posyandu
sepantasnya adalah anggota masyarakat yang dapat diterima oleh masyarakat
sekitarnya. Akan sesuai bila yang menjadi kader adalah merupakan tokoh
mayarakat.
Keaktifan kader kesehatan adalah bentuk pelaksanaan kewajiban kader
terhadap kegiatan Posyandu. Tingkat keaktifan kader kesehatan dalam
melaksankaan kegiatan posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
umur dan tingkat pendidikan kader.
Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah
berumur 23-30 tahun (51%). Tingkat umur responden berhubungan dengan
kemampuan kader dalam mengatur tugas dan antara tugas pribadi dan tugas
sosialnya sebagai kader kesehatan. Kemampuan mengatur waktu antara
kepentingan pribadi dan kepentingan social di masyarakat menyebabkan
sebagian besar kader mampu meluangkan waktunya untuk melaksanakan
tugas sebagai kader posyandu sehingga keaktifannya menjadi baik.
Faktor lain adalah pendidikan responden. Tingkat pendidikan
responden sebagian besar adalah SMA. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
responden menyebabkan responden mampu memahami pentingnya tugas yang
harus mereka emban sebagai kader kesehatan. Pemahaman tentang tugas dan
fungsinya sebagai kader kesehatan meningkatkan motivasi kader kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan tingkat pendidikan yang baik
52
tersebut keaktifan kader kesehatan dalam melaksanakan kegiatan posyandu
semakin baik.
D. Hubungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan
Hasil uji Korelasi Kendall Tau hubungan dukungan perangkat desa
dengan keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai rhitung 0,646 dengan nilai
signifikansi p-value 0,000. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan
dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam
menjalankan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo.
Perangkat desa merupakan penggerak utama kegiatan di desa.
Perangkat desa sangat berperan terhadap pelaksanaan posyandu di pedesaan
yaitu dengan memberikan motivasi, kemudahan birokrasi, dukungan
finansial, serta pemenuhan sarana dan prasarana posyandu. Dukungan yang
diberikan oleh perangkat desa tersebut, disatu sisi akan meningkatkan minat
kader kesehatan untuk melaksanakan kegiatan posyandu, sedangkan
kemudahan birokrasi, dukungan finansial dan pemenuhan sarana prasarana
kegiatan posyandu memudahkan kader dalam melaksanakan tugasnya dalam
menggerakkan posyandu di desa (Widagdo, 2007). Meningkatkan dukungan
perangkat desa tersebut akan diikuti oleh peningkatan motivasi dan
kemudahan kader desa dalam melaksanakan kegiatan posyadu, sehingga
keaktifan mereka dalam kegiatan posyandu juga semakin meningkat.
53
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(Depkes RI, 2009)
Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan
kesehatan terutama dalam upaya penyelenggaraan kesehatan adalah dengan
adanya pelaksanaan Posyandu. Namun dari hasil pemantauan perkembangan
posyandu menunjukkan penurunan mutu kerja yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah posyandu strata pratama. Kondisi ini terjadi disebabkan
kader yang tidak aktif melaksanakan kegiatan posyandu. Keaktifan kader
sangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja posyandu, karena unsur utama
dalam pelayanan posyandu adalah kader (Merah bangsawan, 2010).
Napas posyandu adalah kader, dan rupanya sosok kader adalah
gambaran yang lebih tepat dan paling ideal untuk menjelaskan visi Depkes
2010-2014 “Masyarakat Yang Mandiri Dalam Hidup Sehat”. Dibayangkan,
jika seluruh masyarakat mempunyai sepersepuluh sifat dan semangat kader;
maka setiap pintu akan mengingatkan dirinya sendiri untuk menimbang anak
di Posyandu, mengimunisasi anaknya, memeriksakan kehamilannya,
54
menjalankan KB, melaksanakan pola makan gizi seimbang. Hasilnya?
Posyandu akan digerakkan oleh masyarakat dan menjadi jalan yang bebas
hambatan. (Jaladri, 2010)
Depkes RI (2008) mengemukakan bahwa kegiatan posyandu
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat.Sebagai regulator dan fasilitator, pemerintah wajib memberikan
fasilitasi – fasilitasi untuk pengembangan kegiatan pengembangan.
Departemen Kesehatan dan Departemen Dalam Negeri berjalan bersama
dalam pengembangan program Psoyandu. Departemen Kesehatan sebagai
pemegang regulasi bidang kesehatan bertugas menyiapkan dukungan berupa
pendapingan petugas serta penyiapan program – program yang berdampak
pada upaya promotof dan preventif bidang kesehatan.Sedangkan Departemen
Dalam Negeri bertanggung jawab dalam pemberdayaan birokrasi dan
masyarakat di daerah. Pemerintah daerah, yang dalam hal ini adalah
pemerintahan desa beserta perangkatnya sebagai pemegang otoritas di daerah
menjalankan fungsi pengembangan Posyandu dengan memberikan dukungan
berupa motivasi, birokrasi, financial, dan sarana prasarana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan
perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan
posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yaitu penelitian Laksmono
(2007) tentang Ciri-ciri kepala desa yang berpengaruh terhadap peran serta
kader kesehatan dalam meningkatkan kinerja posyandu. Penelitian
55
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader
kesehatan adalah 1) kebiasaan perangkat desa dalam melakukan supervise
kegiatan posyandu selalu memberikan petunjuknya pada kader, 2) kebiasaan
perangkat desa untuk selalu memberi perhatian seperti dicukupinya kebutuhan
operasional/uang transport 3) selalu menggalang hubungan baik dengan kader
dan 4) selalu mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi
perintah.
56
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (62%)
2. Keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sebagian besar
adalah sedang (66%).
3. Terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader
kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo (rhitung = 0,646; p-value = 0,000).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka
peneliti dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Kader Kesehatan
Kader kesehatan hendaknya meningkatkan kemampuannya mengatur
waktunya, sehingga kebutuhan pribadi dan kebutuhan untuk menjalankan
tugasnya sebagai kader kesehatan dapat sejalan dengan seiring, tanpa
terjadi tumbuhkan yang dapat merugikan salah satu diantaranya.
2. Bagi Perangkat Desa
Perangkat desa hendaknya senantiasa memperhatikan kondisi kader
57
kesehatan di desanya dengan meningkatkan pendampingan, peningkatan
sarana dan prasarana kesehatan, serta mengupayakan memberikan insentif
sehingga motivasi dan kinerja kader kesehatan di desa meningkat.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan petugas puskesmas untuk
senantias menjaga keaktifan kader kesehatan serta berupaya untuk lebih
meningkatkannya dengan lebih banyak melakukan kegiatan pendampingan
dan pemberian motivasi kepada kader kesehatan di desa.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat mendukung teori kesehatan masyarakat yaitu
tentang hubungan dukungan perangkat desa terhadap keaktifan kader
kesehatan desa.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan menambah faktor-faktor
yang berhubungan dengan keaktifan kader kesehatan misalnya faktor
pemberian insentif, tingkat pendidikan kader, pengetahuan kader, sikap
kader dan lain sebagainya sehingga diketahui faktor apakah yang paling
dominant berhubungan dengan keaktifan kader kesehatan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto. 2009. Motivasi Individu. Jakarta : Majalah Psikologi Vol 2 (21)
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar. 2010. Perilaku Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdagri. 2009. Revitalisasi Posyandu. Jakarta : Depdagri.
Depkes RI. 1990. Pengembangan Posyandu. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.
Dimas, J. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Keaktifan
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tugu Barat, Semarang. Tersedia pada :
www.undip.ac.id. On-line : 3 Februari 2015.
Dinkesprov Jawa Tengah. 2010. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Tersedia pada :
www.dinkes.jateng.go.id. On-line : 3 Februari 2015.
Effendy. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartohadikusumo. 2007. Sosiologi Desa. Tersedia pada : www.wikipedia.com.
On-line : 4 Februari 2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pengembangan Primary Health Care. Tersedia
: www.depkes.go,id. On-line : 4 Februari 2015.
Kolid, M. 2010. Upaya Kesehatan. Tersedia pada : www.komunitasku.com.
On-line : 4 Februari 2015.
Kozier. B. 2007. Fundamental of Nursing. Toronto : Mosby.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam, 2007. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Ognurn dan Nimkoff. 2009. Perkembangan Desa. Tersedia pada :
www.wikipedia.com On-line : 4 Februari 2015.