hubungan antara hasil belajar ipa dengan sikap siswa
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR IPA DENGAN SIKAP SISWA
TERHADAP ALAM SEKITAR PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGBIAKAN MAHLUK HIDUP
(Sebuah Eksperimen di MI I’anatushibyan 01 Parung-Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.
HASANUDDIN
503016029881
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011M
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Diskripsi Teoritis
1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang kompleks. Karena devinisi atau
pengertian yang dikemukakan oleh seseorang tergantung pada teori
belajar yang dianutnya. Belajar merupakan unsur yang sangat penting
dalam setiap jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami
oleh siswa baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah.
Belajar adalah Keytrem (istilah kunci) yang paling vital dalam
setiap usaha pendidikan belajar bukanlah peristiwa yang dilakukan
tanpa sadar melainkan proses yang dirancang dan disengaja, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan sebagai suatu
proses belajar. Hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dalam ilmu pendidikan.7
Belajar bukan mengahapal dan bukan pula mengingat, belajar
adalah salah satu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri
seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
7 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Inplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta : Pernada Media 2005),
pemahamannya. Sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya
dan lain-lain asfek yang ada pada individu8.
Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang teori belajar
diantaranya :
Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Leaning
mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan
atau keadaan-keadaan sesaat (misalnya kekalahan, pengaruh obat dan
sebagainya).9
Berdasarkan Teori Gagne ”Bahwa belajar dapat dilihat dari segi
proses dan dapat dilihat dari segi hasil belajar terjadi jika rangsangan
bersama dengan isi rangsangan mempengaruhi siswa sehingga perilaku
siswa berubah sebelum dipengaruhi rangsangan dan setelah
dipengaruhi rangsangan10”. Mulai masa bayi manusia mengadakan
interaksi dengan lingkungan tetapi baru dalam bentuk sensori motor
kordination, kemudian belajar bicara dengan menggunakan bahasa.
8 Dadang Garinda dan Rudi Budiman, Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar, Modul D II Guru MI (Jakarta, DEPAG RI 1999), hal 56-57
9 Drs. Syaiful Bahri Djamara., Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar hal 13 10 Drs. M. Ngalim, MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya), hal.
84
10
Berdasarkan Teori Howard Kingsley “belajar yakni keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengetian sikap dan cita-cita11 yang
masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan
dalam kurikulum sekolah.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah
adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan
(kongitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai
akibat interaksinya dengan lingkungannya dan perubahan tersebut
haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap dan tidak
berlangsung sesaat saja.
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar melalui jalan latihan atau pengalaman
sehingga melahirkan perubahan dalam individu yang meliputi
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku ke tingkat yang lebih
tinggi dari sebelumnya.
Berdasarkan kesimpulan diatas tentang hakikat belajar yaitu:
a. Belajar adalah proses yang kontinu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya. Belajar adalah proses organisasi,
adaptasi, eksplorasi, dan discoveri.
11 Nana Sujana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung Rosda Karya. 1999 ) hal, 22
13
b. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan, stimulus yang di berikan menimbulkan respon yang
diharapkan.
Sehingga dalam mempelajari IPA, siswa didorong agar
senantiasa dapat memahami konsep-konsep IPA dan mampu
mengembangkan IPA untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan
menumbuhkan nilai-nilai dan sikap ilmiah. Siswa harus menguasai
tiga domain atau ranah yang meliputi: pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dengan dikembangkannya pendekatan IPA , berarti
bahwa pada proses belajar lebih difokuskan pada keterampilan
intelektual daripada materi pelajaran, karena materi pelajaran selalu
dikaitakan dengan proses. IPA merupakan sejumlah keterampilan
yang memungkinkan siswa memproses lebih lanjut seperti
mengamati atau observasi, menggolong-golongkan atau klasifikasi,
menafsirkan informasi atau interpretasi, merancang percobaan,
menerapkan konsep / prinsip atau aplikasi. Karena siswa akan lebih
berhasil bila proses belajar itu merupakan pengalaman yang
menyenangkan bagi siswa dan dengan belajar diharapkan siswa
dapat mengembangkan cara berfikirnya, sehingga ia dapat
memecahkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang sudah
ada.
14
Bahwa belajar di sekolah di pengaruhi oleh kemampuan siswa
dan kualitas pengajaran yakni karakteristik individu, kualitas
pengajaran dan hasil belajar siswa.
Belajar ditinjau dari proses seperti dikemukakan di atas memberi
petunjuk mengenai hasil belajar siswa. Dalam proses belajar, peristiwa
belajar sendiri adalah untuk mencapai tujuan pengajaran, ada beberapa
pendapat yang melihat peristiwa belajar dari semua pendapat di bagi
tiga sudut pandang yakni, melihat belajar sebagai proses, melihat
belajar sebagai fungsi, ketiga cara memandang ini perlu dibagi guru,
karna tugas guru adalah membina, membimbing dan mengajarkan
kegiatan siswa.
Ada beberapa prinsip dalam memilih pengalaman belajar Tyler,
Istilah Learning Experience tidak sama dengan isi pelajaran yang
diberikan guru dan juga tidak sama atau bukan aktifitas yang dilakukan
guru. Pengalaman belajar merujuk pada interaksi antara siswa dengan
sesuatu yang berada di dalam dirinya atau ada di dalam lingkungannya
terhadap mana ia memberi reaksi, proses belajar terjadi prilaku aktif
dari para siswa it is what he does that he learn not the teacher does,
demikian di tegaskan oleh Tyler. Di lain pihak Choen Dear
menggunakan istilah learning experience mencakup baik contet
maupun proses. Yakni What is Learnd and how in it is to be learnd
(Apa yang dipelajari dan bagaimana hal itu dipelajari) memisahkan
kedua hal itu sebagai komponen yang masing-masing berdiri sendiri.
15
Dalam skripsi ini penulis menggaris bawahi pandangan Choen dan
Dear karena itu dalam uraian tentang pengalaman belajar akan selalu
di bicarakan isi atau materi dari proses atau interaksi.12
Apabila peroses belajar ini di selenggarakan secara formal di
sekolah-sekolah tidak lain di maksudkan untuk mengarahkan
perubahan pada diri siswa secara terencana baik di dalam asfek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap interaksi yang terjadi
selama peroses belajar tersebut di pengaruhi oleh lingkungannya, yang
terdiri antara lain murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah,
bahan atau materi pelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa di
pengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam (intern) dan
faktor lingkungan (ekstern)13
Belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa di
pisahkan satu sama lain. Belajar menunjukan pada apa yang harus di
lakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sasaran
didik, sedangkan mengajar menunjukan pada apa yang harus dilakukan
oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep menjadi ini terpadu dalam satu kegiatan, manakala
terjadi interaksi siswa pada saat peroses pengajaran berlangsung. Inilah
makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses, interaksi guru siswa
12 Drs. Udin Syarifudin Winata Putra MA Drs, Rustana Ardi Perencanan Pengajaran
PPGI 2171 hall 58. 13 Dr. Ariefsi Sadiman, MScI, Drs. R. Raharjo, MScI, Media Pendidikan (Bandung hal. 2)
16
sebagaimana utama peroses pengajaran memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif14.
Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk
memanfaatkan semua alat indranya, guru berupaya menampilkan
rangsangan ( stimulus ) yang dapat diperoses dengan berbagai indra,
semakin banyak alat indra yang di gunakan untuk menerima dan
mengolah informasi semakin besar informasi tersebut dapat di
pertahankan dalam ingatan. Dengan demikian siswa diharapkan akan
dapat menerima dengan mudah dan baik dalam materi yang di sajikan.
b. Hasil Belajar.
Hasil belajar adalah kegiatan memahami, menghayati dan
menganalisis bahan-bahan pelajaran. Dalam hasil belajar terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri.
Hasil belajar merupakan tingkah laku siswa yang di peroleh
setelah melalui proses belajar. Hasil belajar adalah hasil akhir setelah
mengalami proses belajar dimana tingkah laku itu dalam bentuk
perbuatan yang dapat di amati dan diukur. Hasil belajar yang dicapai
siswa di pengaruhi oleh dua faktor dari luar dan lingkungan15
14 Dr Nana Sujana Dasar Dasar Peroses Belajar Mengajar ( Bandung :Rosda Karya
1999), hal 15 15 Dr. Nana Sujana Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Rosda Karya
1999), hal 15
17
Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dialami oleh
siswa setelah proses belajar-mengajar dapat dilakukan evaluasi pada
setiap materi pelajaran yang diberikan. Adanya perubahan-perubahan
ini tampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar mengajar siswa bukan hanya merupakan
penguasaan pengetahuan semata atau berbagai hal yang pernah
diajarkan atau dilatih, tetapi juga meliputi perubahan tingkah laku,
seperti yang dinyatakan oleh Gagne,16 bahwa hasil belajar adalah
suatu perubahan individu yang belajar, perubahan itu tidak hanya
mengenai perubahan pengetahuan, juga membentuk kecakapan,
kebiasaaan pribadi individu yang belajar.
T. Raka Joni menyatakan, bahwa hasil belajar dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari
kepraibadian, misalnya prestasi akademis, bakat, minat, sikap,
penyesuaian sosial dan lain-lain17. Belajar merupakan suatu hal yang
kompleks yang dapat dijelaskan melalui berbagai pengertian dan
menyangkut berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Granbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca
inderanya untuk mengetahui perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, niali, sikap, yang bersifat konstan dan
16 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta 2003), h. 13
17 T. Raka Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Surabaya, Karya Anda, 1986), hal.6
18
menetap. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang masih tersembunyi,
mungkin juga perubahan ini hanya berupa penyempurnaan terhadap
hal yang sudah dipelajari18.
Menurut Howard Kingsley, seperti yang dikutip Nana Sudjana
membagi tiga macam hasil belajar yakni : (1) Keterampilan dan
kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, (3) Sikap dan cita-cita.19
Dalam sistem pengajaran rumusan tujuan pendidikan baik tujuan
kurikuler maupun institusional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benjamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga ranah, yakni :
1) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap.
3) Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak.20
Pendapat diatas sama dengan pendapat Benyamin Bloom, dkk
yang menyatakan bahwa ada tiga dimensi hasil belajar yaitu dimensi
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dimensi kognitif adalah
kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan
memecahklan masalah seperti pengetahuan aplikatif, sintesis, analisis,
dan evaluasi. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan
18 Drs. Sumadi Suryabrata BA, Ma, Eds, Ph.D, Psikologi Pendidikan , Hal 231 19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (bandung, Rosda Karya, 1999), hal
22 20 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, PT. Grasindo, 1991), hal 149
19
dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Sedangkan dimensi
psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan motorik
Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi belajar menjelaskan
kecakapan kognitif yaitu yang pengembangan fungsi ranah kognitif
akan berdampak positif. Sekurang-kurangnya ada dua macam
kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera
khususnya oleh guru, yakni :
a) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran.
b) Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya
serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut.
Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini,
agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif
dan psikomotornya sendiri.21 Untuk memperjelas gagasan
pengembangan kecakapan ranah kognitif di atas, digambarkan pola
pengembangan fungsi kognitif siswa melalui proses belajar mengajar
(teaching learning process)22
21 Drs. Sumadi Suryabrata BA, Ma, Eds, Ph.D, Op.Cit, hal 232 22 Ibid, hal. 53
20
Gambar 2.1. Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa23
Pengembangan Fungsi Kognitif
Upaya
1. Proses belajar mengajar (PBM) memahami, menyukai,
dan mengaplikasi isi dan nilai materi pelajaran.
2. Proses belajar mengajar (PBM) memecahkan masalah
dengan mengaplikasi isi dan nilai materi pelajaran
hasil
Kecakapan
Kognitif Siswa
Kecakapan
Afektif siswa
Kecakapan
Psikomotor
Hasil
Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas
23 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 60-61
21
Ketiga ranah tersebut menjadi objek peneltian hasil belajar. Di
antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak yang dinilai
oleh para guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pelajaran.
Dengan demikian penulis dapat menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah gambaran dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa sebagai
akibat dari proses kegiatan belajar yang dialaminya. Bentuk perubahan-
perubahan pada diri siswa yang diharapkan terjadi setelah proses belajar
meliputi tiga aspek, yaitu:
1) Aspek kognitif : Meliputi perubahan dalam penguasaaan
pengetahuan terhadap fakta, konsep, dan
teori tertentru.
2) Aspek afektif : Meliputi perubahan-perubahan dalam segi
sikap, mental, perasaan dan kecerdasan.
3) Aspek psikomotorik : Meliputi perubahan-perubahan kemampuan
motorik seseorang dalam bekerja ilmiah.
22
Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan tes. Tes adalah alat
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan belajar yang
telah dicapai oleh siswa. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi
kepada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta mendorong
mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Tes dapat
juga di gunakan sebagai feedback bagi guru dalam perbaiakan dalam
program pengajaran. Untuk lebih jelasnya mengenai pentingnya menilai
hasil belajar dapat dinilai dalam gambar berikut :24
Gambar 2.2
Penilaian Dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar
TRANSPORMASI
INPUT OUTPUT
1. Siswa
2. Guru dan Personal lainnya
3. Bahan Pelajaran
4. Metode Mengajar dan Sistem Evaluasi
5. Saran Penunjang
6. Sistem Administrasi
Umpan Balik
24 Suharsini Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara 1999 )
23
Pembelajaran IPA dapat di artikan sebagai satu kegiatan untuk
mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Dengan
demikian hasil belajar IPA dapat ditarik sebagai hasil perubahan tingkah
laku yang di sengaja. Sebagai hasil dari belajar IPA yang dapat di tunjukan
dari hasil perubahan dan tidak bisa menjadi bisa, atau peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan sikap.
Berdasarkan teori belajar menurut J. Bruner “ Belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum.
Sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah “25.
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat ada baiknya sekolah
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses
belajar Bruner mementingkan partisifasi aktif dari tiap siswa dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan, untuk meningkatkan
proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “ discovery Learning
Enviroment” ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksporasi
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
yang sudah diketahui oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang
berbeda pula. Dalam lingkungan banyak hal yang di pelajari siswa hal
mana yang dapat digolongkan menjadi :
25 M. Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, hal 11
24
a) Enaktife : Seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului
dengan bermacam-macam keterampilan motorik.
b) Konik : Seperti mengenal jalan menuju ke pasar,
mengingat dimana bukunya yang penting dimana
diletakan.
c) Symbolik : Seperti pengunaan kata-kata menggunakan formula.
Dalam belajar guru perlu memperhatikan empat hal sebagai berikut
ini :
1) Mengusahakan agar setiap siswa berperan aktif, minatnya perlu
diitingkatkan.
2) Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan.
3) Menganalisis squence, guru mengajar berarti membimbing siswa
melalui urutan pernyataan-pernyataan dari masalah sehingga siswa
memperoleh pengertian dan dapat mentransper apa yang sedang di
pelajari.
4) Memberi reinforcement dan umpan balik ( feed back ), penguatan yang
optimal yang terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia
menemukan jawabannya.
25
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Seperti dikemukakan oleh Clrak
bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa disekolah sebanyak
70 % dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan26.
Menurut Slameto, faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan
dalam dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal.27
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani, dan kelelahan
rohani.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
termasuk kedalam faktor ekternal ini adalah:
1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian
orang tua dan latar belakang kebudayaan.
26 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2003), h. 37
27 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhiny,a (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54-72
26
2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan kedaan sarana dan
prasarana sekolah.
3) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat,
mass media, dan temannya dalam bergaul.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, dirumuskan kedalam tiga kelompok, yaitu:28
a. Faktor internal siswa yang terdiri atas:
1) Aspek fisiologis
2) Aspek psikologis, yang meliputi: intelegensi siswa, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa
b. Faktor eksternal siswa yang meliputi:
1) Lingkungan sosial
2) Lingkungan non-sosial
c. Faktor pendekatan belajar
b. Kurikulum Sekolah Tingkat Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.
Kurikulum IPA di sempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan IPA secara Nasional, saat ini kesejahtraan bangsa tidak
hanya lagi bersumber pada sumber daya alam, modal yang bersipat
fisik lagi bersumber pada sumber intelektual, sosial dan kepercayaan
(kreadibilitas). Dengan demikian tuntutan terus menerus memutahirkan
28 Muhibbin Syah , Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 1999), h.130-141
27
pengetahuan IPA menjadi suatu keharusan, mutu lulusan bila di ukur
dengan standar saja, sebab perubahan sangat besar mempengaruhi
ekonomi suatu bangsa, industri baru dikembangkan dengan berbasis
kompetensi dan tekhnologi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil
adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu lulusan yang
tinggi.
Berdasarkan hasil pengalaman di lapangan penulis menemukan
hasil belajar siswa lebih efektif dan berarti melalui pengalaman nyata
dan berwawasan lebih luas sehingga anak lebih bervariasi dalam
belajarnya. Anak termotivasi bahkan lebih menyenangkan, anak
menemukan sendiri baik melalui bimbingan guru maupun lingkungan,
sehingga menumbuhkan sikap ilmiah.
Pemberian pengalaman belajar dengan cara melibatkan siswa
aktif melalui percobaan / demontrasi / permainan akan sangat
bermakna bagi para siswa. Teori belajar mengatakan bahwa belajar
yang efektif harus melalui pengalaman langsung, berarti pengetahuan
yang diperoleh siswa berasal dari hal-hal nyata dan bersipat hayalan,
belajar dengan pengalaman langsung tentu saja lebih menyenangkan
dan tidak mudah lupa, ada dua hal yang harus diperhatikan guru pada
pembelajaran IPA, yaitu pengembangan IPA dan penanaman nilai atau
sikap ilmiah29.
29 Kurikulum Standar Kompetensi 2004 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (Darma Bakti)
28
c. Tujuan Pembelajaran IPA.
IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang mempelajari gejala alam baik
yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati, pada
perinsipnya IPA diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai
pengetahuan ( mengetahui berbagai cara ) dan keterampilan ( cara
mengerjakan ) yang dapat membantu siswa memahami gejala alam
secara mendalam, selain itu juga dapat menyadari akan kebesaran
Tuhan yang Maha Kuasa, selain itu tujuan pembelajatan IPA guru
perlu memusatkan pada dua hal pokok ( a) berorientasi pada proses
yang didapat melalui pengamatan, pengukuran, penguraian, perbedaan,
percoban. ( b ) berorientasi pada struktur seperti konsep makhluk
hidup, konsep tumbuhan dan konsep hewan, konsep benda padat, cair
dan gas dan konsep udara. Mata pelajar IPA di SD / MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :30
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran terhadap Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan
alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
30 Yohanes Surya, IPA Dibuat Asyik untuk Sekolah Dasar,
29
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
tekhnologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan IPA untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan
masalah membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan-Nya.
6) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dan memlihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan SMP / MTs.
2. Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar.
a. Pengertian Sikap
Setiap orang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap suatu
perangsang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ada pada
diri individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat,
minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas, perasaan, dan juga situasi
lingkungan.
Berbagai pengertian diungkapkan oleh banyak ahli untuk
menjelaskan arti sikap, Azwar mengutip beberapa rumusan karakter
sikap yang meliputi (1) sikap memiliki arah, baik arah positif maupun
negative. (2) sikap mempunyai intensitas atau kekuatan terhadap
30
objek, (3) keluasan sikap meliputi cakupan objek-objek sikapyang
disetujui atau tidak disetujui, (4) sikap memiliki konsistensi yaitu
kesesuaian antara sikap denga responnya terhadap objek, (5)
spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subjek menyatakan sikapnya
terhadap objek dengan spontan.
Dari karakter sikap tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
sikap dapat dibentuk dan dipelajari sepanjang subjek masih
berhubungan dengan objek sikap. Sikap tidak di bawa sejak lahir, akan
tetapi sikap dibentuk oleh adanya interaksi sosial yang dialami subjek
baik terhadap lingkungan fisik maupun terhadap kejiwaan. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah faktor
lembaga pendidikan (sekolah) dan lembaga agama. Kedua faktor ini
amat penting artinya, karena salah satu tujuan dari pendidikan itu
adalah meletakkan dasar pengetahuan pengertian dan konsep moral
dalam diri individu.
Sikap digunakan untuk mengukur setiap seseorang terhadap
obyek tertentu hasilnya berupa katagori sikap yakni mendukung sikap
positif. Sikap pada hakekatnya adalah kecendrungan berprilaku pada
seseorang juga diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang
datang pada dirinya..31
31 Saifudin Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya (Jokja :1988)
31
Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai
persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan untuk ber respon terhadap
situasi, Triandis ( 1971 ) mendefinisikan sebagai berikut :
An attmude is an idea charged with emotion which predis poses a
class of actions to a parti cluar class of sosial situations.
Menurut Berkowitz seperti yang diungkapkan kembali oleh
Azwar dijelaskan suatu perasaan yang mendukung atau perasaan yang
tak mendukung terhadap objek ini disertai perasaan positif negatif,
orang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu objek yang bernilai
dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang
di anggapnya tidak bernilai dan juga merugikan sikap ini kemudian
mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan yang satu sama
lainnya berhubungan.32
Pernyataan sikap di samping katagori positif dan negatif harus
pula mencerminkan dimensi sikap, yakni kognisi, afeksi dan konasi.
berikut ini informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap.
Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif
terhadap objek dan menimbulkan kecendrungan untuk bertingkah laku
tertentu terhadap sikap.33
32 Mar 'at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. (Bandung :Fakultas Pisikologi UNPAD 2004 )
33 Norman Campel terjemah Soy Kreaf: Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Akal Budi Manusia ( Jakarta : ).
32
Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antar lain :
1) Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui
suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam
(pengalaman traumatik).
2) Melalui Imitasi, penipuan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat
pula dengan di sengaja. Dalam hal terakhir individu harus
mempunyai minat atau rasa kagum terhadap metode,
disamping itu di perlukan pula pemahaman dan kemampuan
untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru.
Peniruan akan terjadi lebih lancar bila di lakukan secara
kolektif dari pada perorangan.
3) Melalui sugesti, disini seseorang membentuk suatu sikap terhadap
objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tetapi semata-
mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu
yang mempunyai dalam pandangannya.
4) Melalui identifikasi.
Seseorang meniru orang lain atau sesuatu organisasi / badan
tertentu disadari sesuatu karena ia emosional sifatnya. Meniru
dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai.
Identifikasi seperti ini sering antara anak dengan ayah, pengikut
dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara satu anggota satu
33
kelompok tersebut yang dianggap paling memiliki kelompok yang
bersangkutan.34
b. Hakikat Alam Sekitar
Rasa tertarik kepada alam yang ada pada diri siswa, belum tentu
menjamin siswa kwlak memiliki sikap yang positif terhadap alam.
Karena untuk mengarah kesikap positif terhadap alam harus melalui
tahapan sikap yaitu sikap mencintai alam, seseorang harus mampu
melihat kenyataan-kenyataan alam baik itu dengan panca indera
maupun dengan jiwanya. Maksudnya adlah jika seseorang dikatakan
mencintai alam maka orang tersebut harus benar-benar mengetahui
keadaan alam, segala proses yang terjadi didalamnya, dan mengelola
serta merawat alam denga sebaik-baiknya. Badi orang yang mencintai
alam akan memandang dan mencintai alam melalui tiga jurusan, yaitu
sebagai ilmuan dalam mencaripengetahuan akan rahasia alam, sebagai
seniman sehingga mampu melihat kenyataan alam sebagai
pencerminan dirinya sehingga akan merawat alam sebaik-baiknya, dan
sebagai pemikir ekonomi alam sehingga timbul sikap menghargai
alam sebagai sumber kehidupan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia tidak
mewarisi sikap, tetapi hal ini diperoleh manusia sebagai hasil dan
interaksi mereka dengan situasi-situasi dalam lingkungan.
34 Hendro Darmojo, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam ( Jakarta: Karunika 1986), hal 39
34
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari
penomena-penomena di alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam
memperoleh kebenaran tentang fakta dan penomena alam melalui
kegiatan. Pelajaran IPA berguna untuk memahami alam sekitar,
hewan, tumbuhan, dan diri sendiri sehingga dapat melakukan kegiatan
sehari-hari.
Manusia hidup dalam lingkungan tertentu dan harus
memanfaatkan lingkungan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu
dalam pendidikan dan pengajaran harus memanfaatkan alam sekitar,
Imanuel Khant mengatakan bahwa pengertian tanpa pengamatan
adalan kosong, dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta,
maksudnya dalah bahwa antara pengamatan dan pengertian terdapat
hubungan saling menunjang serta memperkuat pengajaran alam
sekitar.35
Pada hakikatnya pendidikan IPA merupakan usaha sadar yang di
lakukan seseorang terhadap orang lain, maka siswa dapat
mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar
setelah siswa memahami dan mempraktekan pada kehidupan,
maksudnya adalah siswa menyadari langkah yang harus diambil guna
menyelamatkan lingkungan alamnya dan juga memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang alam sekitar tempat mereka hidup,
menanamkan kesadaran sikap tertentu terhadap lingkungan serta
35 Dadang Gurida dan Rudi Budiman Pendidikan IPA dsi Sekolah Dasar Modul D II.
35
menanamkan sikap hidup ilmiah36. Di samping itu lingkungan alam
sekitar baik lingkungan alam sekolah maupun lingkungan alam sekitar
tempat tinggal siswa dapat dijadikan media dalam pembelajaran IPA.
Manusia hidup di bumi tidak sendirian melainkan bersama
makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik. Makhluk hidup
yang lain itu bukan sekedar kawan hidup yang hidup secara netral atau
pasif terhadap manusia, melankan hidup manusia itu terkait erat pada
mereka, tanpa mereka manusia tidak hidup.
c. Pengukuran Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
Pengukuran hasil belajar merupakan bagian penting dalam
proses belajar mengajar. Karena dengan pengukuran tersebut dapat
ditentukan tingkat keberhasilan suatu program sekaligus juga dapat
dinilai hasilnya. Untuk menilai hasil belajar yang beraneka ragam
dapat diukur dengan menggunkan alat atau teknik evaluasi, yang
biasanya berupa tes yang disusun berdasarkan tujuan intruksional
yang hendak dicapai. Dalam pembelajaran IPA, penilaian hasil belajar
tidak hanya berupa tes, tetapi diukur dengan berbagai cara, penilaian
kerja kelompok , aktivitas belajar dan penampilan sehari-hari ketika
belajar.
36Johanes Surya IPA di Buat Asyik Untuk Sekolah Dasar, (Jakarta ), hal 1
36
Ditinjau dari sudut bahasa penilaian diartikan sebagai proses
penentuan kualitas suatu objek, untuk dapat menentukan proses
tersebut diperlukan adanya ukuran tertentu. Misalnya untuk dapat
mengatakan baik, sedang dan kurang, maka diperlukan adanya
ketentuan atau ukuran yang disepakati bersama.
Pada umumnya, untuk memeriksa hasil belajar siswa dapat
dilakukan dengan berbagai macam tes, seperti menggunakan tes lisan,
tulisan, dan tindakan. Dalam hal penelitian ini penulis menggunakan
tes tulisan mengenai hasil belajar siswa sebagai sumber untuk
memperoleh data.
Tes hasil belajar adalah suatu tes yang digunakan untuk menilai
hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam jangka
waktu tertentu. Tes yang dilakuan harus benar-benar mengukur hasil
belajar anak terhadap pelajaran yang telah diberikan, mengukur
kemampuan, dan keterampilan siswa setelah siswa tersebut
menyelesaikan suatu program pelajaran. Menurut Suharsimi, tes
adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.
Tes merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan atau hasil belajar siswa secara keseluruhan. Disamping
itu tujuan lain dari tes adalah untuk mengukur sejauh mana tujuan
37
pembelajaran khusus mencapai sasaran. Hal ini digunakan sebagai
bahan penyempurna pengajaran dimasa yang akan datang.
Berikut ini prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam
menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat
mengukur tujuan pembelajaran,37yaitu :
a) Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil
belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional.
b) Mengukur sampel yang refresentatif dari hasil belajar dan
bahan pelajaran yang telah diajarkan.
c) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar
cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai
dengan tujuan.
d) Di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil
yang diinginkan.
e) Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah
diinterprestasikan dengan baik.
f) Di gunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara
mengajar guru.
37 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proser Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algensido, 2000) ,h.116
38
Dengan pengukuran terhadap hasil belajar dapat diketahui
keberhasilan yang dicapai seorang siswa. Selain itu dapat digolongkan
juga para siswa kedalam kelompok-kelompok tertentu, apakah baik,
cukup, atau kurang dalam menguasai pelajaran yang telah diberikan
oleh guru. Dengan evaluasi (tes) seorang guru dapat mengetahui
apakah terdapat kekurangan dalam pelaksanaan bimbingan yang
diberiakan selama proses belajar-mengajar. Bagi orang tua siswa tes
sangat berguna untuk mengetahui hasil belajar anak sekolah (saat
sekolah orang tua tidak dapat memantau anak), karena perkembangan
anak secara keseluruhan perlu diketahui oleh orang tua.
3. Hubungan Hasil Belajar IPA dengan Sikap Siswa Terhadap Alam
Sekitar.
Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan tentang adanya
hubungan atau keterkaitan antara hasil belajar IPA dengan dengan sikap
siswa terhadap alam sekitar. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
hasil belajar merupakan tingkah laku siswa yang diperoleh setelah melalui
proses belajar, dimana tingkah laku itu dalam bentuk perbuatan yang dapat
diamati dan diukur. Kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang siswa
dalam tingkat kemampuannya menyerap atau menangkap materi pelajaran
IPA yang diterimanya disekolah.
39
Proses belajar mengajar harus bertumpu pada struktur kognitif, yakni
pemetaan fakta, konsep serta prinsip-prinsip bagi peserta didik. Ini berarti
struktur kognitif dapat mempengaruhi penampilan seseorang sehingga
proses belajarnya senantiasa dapat merubah tingkah laku kearah yang
sesuai dengan tuntutan dan tujuan belajar tersebut. Dalam proses belajar
ini sebagai tahap perubahan bagi siswa yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif, jadi dapat dikatakan bahwa tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan fisik dan dari proses belajar siswa disuatu lembaga
pendidikan dapat dihasilkan dengan belajar.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu
mata pelajaran utama di Madrasah Ibtidaiyah, merupakan program untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai ilmiah pada diri siswa, serta rasa mencintai dan menghargai
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah, diharapkan siswa
akan dapat mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam
sekitar. Setelah siswa mengetahui dan memahami serta mempraktekkan
pengetahuannya pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan alam
kehidupan. Maksudnya adalah siswa menyadari langkah- langkah yang
harus diambil guna menyelamatkan lingungan sekitarnya dan juga
memberikan pengetahuan kepada siswa tentang alam sekitar tempat
40
mereka tinggal, menanamkan kesadaran dan sikap peduli terhadap
lingkungan serta menanamkan sikap hidup yang ilmiah.
Dengan demikian pendidikan IPA tidak hanya bertujuan memahami
tentang fakta serta pengertian saja, tetapi juga mengembangkan rasa cinta
terhadap alam sekitar. Sehingga terciptalah sikap-sikap untuk menjaga
keutuhan dan keselarasan alam sekitarnya. Jadi dapat dikatakan antara
hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
sikap siswa terhadap alam sekitar sangatlah besar pengaruhnya, dimana
kemampuan belajar siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan hasil yang dicapai setelah mengalami proses belajar kognitif
dalam bidang IPA dan siswa dapat memahami dan mempraktekkan pada
alam yang ada disekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan adalah
mata pelajaran IPA. Adapun tujuan yang terkandung dalam bidang studi IPA
dan saling keterkaitannya serta agar siswa mampu menerapkan metode ilmiah
yang sederhana dan bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang
dihadapi serta menyadari akan kebesaran pencipta Nya.
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan IPA di sekolah, sebagai alat
ukurnya adalah dengan melihat hasil belajar IPA di sekolah. Pengajaran di
katakan berhasil dan tahan lama bila di pergunakan dalam kehidupan siswa.
41
Jadi disini terdapat transfer belajar yaitu pemindahan suatu hasil
belajar dari suatu bidang studi kekehidupan sehari-hari, transfer lebih sering
terjadi pada siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, dan ini akan
menimbulkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, dan sikap.
Adanya komponen dalam pengetahuan dalam sikap memberikan
pengertian bahwa sikap seseorang dapat terbentuk karena adanya
pengetahuan. Demikian pula halnya dengan pengetahuan alam yang tercakup
dalam pendidikan IPA, merupakan suatu pengetahuan yang dapat
menimbulkan perubahan pada sikap seseorang hal ini disebabkan karena di
dalam pendidikan IPA mengandung suatu harapan yang berguna bagi
kehidupan pada siswa dan IPA juga telah mempengaruhi berbagai sektor
masyarakat.
Keadaan ini tidak mustahil terjadi pada siswa MI karena pada usia ini
mereka pada dasarnya telah tertarik terhadap alam melalui peningkatan
pengetahuan tentang alam akan mengembangkan sikap mencintai alam pada
anak sesuai dengan tujuan di berikannya pendidikan IPA di sekolah-sekolah.
Adapun hubungan antara IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar
salah satunya siswa dapat mencintai alam sekelilingnya dimana suatu sikap
yang di bentuk dan di pengaruhi oleh tingkat pengetahuan siswa terhadap alam
sekitar yang di perolehnya melalui proses belajar IPA di sekolah. Adanya hasil
belajar IPA siswa menunjukan adanya perbedaan pengetahuan IPA pada
siswa.
42
Di mana hasil belajar IPA yang tinggi menimbulkan dugaan adanya
sikap yang positif terhadap alam sekitar, tetapi sebaliknya jika terdapat hasil
belajar IPA yang rendah akan menimbulkan suatu dugaan adanya negatif
dalam siswa tersebut terhadap alam sekitar. Sehingga akan diteliti ada atau
tidaknya hubungan antara hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam
sekitar.
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdiri atas hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif
(Ha) yang dirumuskan sebagai berikut a;
Ho = Tidak terdapat hubungan poisitif antara hasil belajar IPA
dengan sikap siswa tentang alam sekitar.
Ha = Terdapat hubungan positif antara hasil belajar IPA dengan sikap
siwa tentang alam sekitar.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hasil
belajar IPA siswa terhadap sikap siswa setelah diberi materi tentang alam sekitar
pada konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah I’anatusshibyan 01 yang
beralamat di Jl. H. Mawi Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Waktu penelitian dilakukan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan tehnik
survey. Karena penelitian ini melukiskan secara fakta atau karakteristik dari suatu
populasi tertentu secara nyata dan cermat dengan menitikberatkan pada
pengamatan dan suasana alamiah (naturalistic setting). Metode deskriptif adalah
adalah metode yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan
dengan data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yeng berkenaan dengan
jumlah atau kuantitas yang dihitung.
44
D. Populasi dan sampel
Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek
penelitian38. Maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa –siswi
MI. I’anatusshibyan 01 Waru Jaya yang dari 6 kelas dengan jumlah siswa 162
orang. Sedangkan rincian populasi dan sample sebagai berikut :
1. Populasi Target : Siswa kelas VI MI. I’anatusshibyan 01 Waru Jaya Parung –
Bogor yang berjumlah 82 orang siswa.
2. Populasi Terjangkau : Siswa kelas VI MI. I’anatusshibyan 01 Waru Jaya
Parung – Bogor yang berjumlah 41 0rang siswa.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Random Sampling, yaitu salah satu teknik pemilihan sample dimana semua
individu anggota populasi mempunyai kemungkinan kesempatan yang sama dan
independent untuk dipilih sebagai anggota sampel. Sampel yang penulis gunakan
sebanyak 30 orang dari 41 orang siswa kelas VI MI. I’anatusshibyan 01 Waru
Jaya.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan di teliti yaitu :
Variabel bebas (X) = Hasil belajar IPA
Maribel terikat (Y) = Sikap siswa terhadap alam sekitar pada konsep
pertumbuhan dan perkembangbiakan makhluk hidup.
38 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (PT. Rineka Cipta, Jakarta 1995), hal.15
45
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data dan pengumpulan bahan-bahan yang
diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu :
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh penulis pada wal penelitian untuk melihat hal-
hal yang terjadi dan ada hubungannya dengan permasalahan penelitian
diantaranya :
a. Kegiatan belajar mengajar siswa - siswi kelas VI MI. I’anatusshibyan 01
b. Hasil belajar siswa - siswi kelas VI MI. I’anatusshibyan 01
c. Minat belajar siswa – siswi kelas VI MI. I’anatusshibyan 01
2. Angket
Untuk melengkapi data yang dibutuhkan, para responden diberikan angket
yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai pertumbuhan dan perkembangbiakan
makhluk hidup.
3. Tes
Tes disusun untuk mengetahui atau melihat kemampuan siswa terhadap
penguasaan IPA yang mencakup alam sekitar
G. Instrument Penelitian
Penelitian ini secara pokok memperlihatkan dua macam data yaitu data
yang berkenaan dengan hasil belajar IPA (X) dan berkenaan dengan sikap siswa
terhadap alam sekitar (Y). Data penelitian untuk variabel hasil belajar IPA
diperoleh dari nilai tes yang disebarkan kepada responden penelitian pada konsep
46
Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Makhluk Hidup semester ganjil tahun
pelajaran 2008/2009. Sedangkan data mengenai sikap siswa terhadap alam sekitar
diperoleh dari skor angket atau kuesioner.
a. Validitas Instrumen Penelitian
Sejumlah tes dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi persyaratan
tes yaitu memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument. Sebuah tes
dikatakan valid jika tes itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini, pengujian validitas yang digunakan adalah validitas isi
instrument. Hasil belajar IPA (x) dalam bentuk tes, dimana tes dikatakan valid
jika pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam tes mencakup keseluruhan situasi
yang ingin diukur oleh tes-tes itu.39
Untuk mengukur validitas soal dalam bentuk tes objektif berupa pilihan
ganda, maka rumus yang digunakan adalah :
rbis =
Mp Mt
SDt
p
q
Keterangan :
rbis = Koefisien korelasi pointbiserial
Mp = Mean skor dari tes yang dijawab item yang dicari korelasinya dengan tes
Mt = Mean skor total
SDt = Standar Deviasi dari skor total
p = Proporsi tes yang dijawab benar
q = Proporsi tes yang dijawab salah
39 Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta,: PT. Ghralia Indonesia, 1999,hal.174-175.
47
pqStn r11 = 1n
b. Reliabilitas Instrument Penelitian
Reliabilitas instrument menunjukkan satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrument tersebut sudah baik.40
Realiabilitas instrument hasil belajar IPA dihitung dengan rumus Kuder-
Richardson (KR – 20) yaitu :
2
St 2
Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Jumlah item atau butir soal
St2 = Varians skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah
Σpq = Jumlah hasil perkalian p dan q
Adapun kriteria pengujiannya :
rhitung > rtabel = Reliabel
rhitung < rtabel = Tidak Reliabel
Sedangkan kriteria reliabilitas suatu instrumen diklasifikasikan sebagai berikut :
0,80 – 1,00 = Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 = Tinggi
0,41 – 0,60 = Sedang
0,21 – 0,40 = Rendah
< 0,20 = Sangat Rendah
40 Suharsisni Arikunto, Loc.cit, hal 170.
48
c. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui soal yang diberikan tergolong mudah, sedang atau
sukar maka digunakan perhitungan taraf kesukaran dengan rumus :
TK =
U L
T
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
U = Upper Group ( Jumlah siswa menjawab benar untuk kelompok atas)
L = Lower group (Jumlah siswa menjawab benar untuk kelompok bawah)
T = Jumlah siswa untuk kelompok atas dan bawah
Kriteria indeks kesukaran :
0,00 – 0,30 = Sukar
0,30 – 0,70 = Sedang
0,70 – 1,00 = Mudah
d. Daya Pembeda
Untuk mengetahui kemampuan suatu soal membedakan siswa yang pandai dan
siswa yang kurang pandai maka digunakan perhitungan daya pembeda dengan
menggunakan rumus :
D =
U L
1 T
2
Besarnya daya pembeda mempunyai kriteria sebagai berikut :
0,00 – 0,20 = Jelek
0,20 – 0,40 = Cukup
0,40 – 0,70 = Baik
0,70 – 1,00 = Baik sekali
49
H. Tehnik Analisa Data
Dalam teknik analisa data digunakan uji coba untuk mengetahui tingkat
hubungan antara kedua variabel, yaitu variabel hasil belajar IPA dan variabel
sikap siswa terhadap alam sekitar
1. Uji Prasyarat Penelitian
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan uji
prasyarat penelitian. Uji prasyarat yang digunakan diantaranya yaitu :
a. Uji normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara
variabel X dan variabel Y apakah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
yang digunakan yaitu Uji Liliefors.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan yaitu
Uji Fisher
c. Uji linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan hasil belajar IPA
dengan sikap siswa terhadap alam sekitar, dan untuk menguji kelinieran tersebut
digunakan analisis varians. Penentuan model regresi dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Perhitungan regresi linier
Model regresi yang digunakan adalah model regresi sederhana, yaitu:
Y = a + bx
50
Y X X XY N X X 2
N X 2 X
Keterangan :
x = Variabel hasil belajar IPA
y = Variabel hasil belajar siswa
a = Jarak titik nol dengan garis perpotongan antara sumbu tegak y dengan
garis linier atau besarnya harga y jika x sama dengan 0.
b = Besarnya perubahan y jika x naik satu menit.
Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus :
a =
b =
2
2
N XY X Y 2
2) Pengujian keberartian Model Regresi Linear Sederhana
Untuk pengujian keberartian model regresi sederhana digunakan analisis
varians (ANAVA). Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut :
1. Pengajuan hipotesis kelinearan
Ho = Model Linear
Hi = Model non Linear
Ketetapan derajat kebebasan dalam perhitungan
dk dalam kelompok = dk = k(n-1)
dk antar kelompok = dk = k-1
51
= Y
Y
= Y Y
2. Membuat tabel format data untuk anava satu jalur (tiga kategori) sebagai
berikut :
3. Menentukan jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD)
JKD
2
n
2
4. Menentukan jumlah kuadrat antar kelompok (JKA)
JKA
n
N
2 2
5. Menentukan jumlah kuadrat total (JKT)
JKT = JKA + JKD
6. Menentukan rata-rata kuadrat dalam kelompok (RKD)
RKD = JKD
k(n 1)
7. Menentukan rata-rata kuadrat antar kelompok (RKA)
RKA = JKA
k 1
8. Menentukan F hitung dan F tabel
F hitung = RKA
RKD
F tabel = F(α)(k-1)(N-k)
9. Kriteria pengujian
Ho = regresi linear, jika F hitung < F tabel
Hi = regresi tidak linear, jika F hitung > F tabel
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
No Skor No Skor No Skor
1
2
.
.
.
n1
Y11
Y21
.
.
.
Yn1
1
2
.
.
.
n2
Y12
Y22
.
.
.
Yn2
1
2
.
.
.
n3
Y13
Y23
.
.
.
Yn3
52
N X X N Y 2 Y 2
1 rxy
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk mendapatkan koefisien korelasi hubungan hasil belajar IPA dengan
hasil belajar siswa digunakan rumus Teknik Korelasi Product Moment, yaitu
rxy = N XY X Y
2 2
r xy = Angka indek korelasi "r" product moment
N = Jumlah Sampel
Σ xy = Jumlah hasil perkalian antar skor x dan skor y
Σ x = Jumlah seluruh skor x
Σ y = Jumlah seluruh skor y
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika rxy hitung > rxy tabel, maka Ho ditolak
Jika rxy hitung < rxy tabel, maka Ho diterima
Untuk mengetahui korelasi hasil belajar IPA dan sikap siswa terhadap alam
sekitar signifikan atau tidak, maka digunakan perhitungan Uji-t dengan rumus :
t=
rxy N 2
2
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah Madrasah Ibtidaiyah
I’anatusshibyan 01 khusus pada siswa kelas VI. Data hasil penelitian ini meliputi
dua variabel, satu variabel bebas yaitu hasil belajar IPA (variabel X) dan satu
varibel terikat yaitu sikap siswa terhadap alam sekitar (variabel Y). Variabel X
adalah hasil kuantifikasi terhadap jawaban responden dari tes hasil belajar IPA
yang diberikan kepada siswa kelas VI. Sedangkan data variabel Y adalah data
skor yang diperoleh dari skala sikap siswa terhadap alam sekitar pada konsep
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Selanjutnya data dari dua
variabel tersebut akan dideskripsikan dalam bentuk nilai mean, median, modus,
dan standar deviasi serta distribusi frekuensi.
1. Data Hasil Belajar IPA
Data pada variabel hasil belajar IPA (X), untuk skor yang diperoleh
masing-masing responden bervariasi. Akan tetapi besar skor antara satu responden
dengan responden lainnya tidak terlampau jauh berbeda. Skor hasil belajar IPA
dari masing-masing responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini
54
Tabel 4.1
Nilai Hasil Belajar IPA
55
No. Resp. Nilai
1 55
2 60
3 70
4 60
5 65
6 70
7 65
8 65
9 65
10 50
11 65
12 65
13 60
14 70
15 55
16 50
17 70
18 60
19 80
20 75
21 65
22 60
23 65
24 55
25 50
26 75
27 60
28 75
29 60
30 70
JUMLAH 1910
Hasil belajar IPA yang diperoleh dari tes hasil belajar berjumlah 20 soal
yang berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) dengan
empat pilihan (option). Tes ini menggambarkan hasil belajar IPA yang dimiliki
oleh siswa yang dihubungka dengan sikap siswa terhadap alam sekitar pada
konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Berdasarkan hasil perhitungan skor hasil belajar IPA diperoleh skor
terendah yang dicapai responden adalah 50 dan skor tertinggi adalah 80, dengan
rentangan skor 30.
Analisis karakteristik data hasil belajar IPA meliputi nilai rata-rata (mean),
median, modus dan standar deviasi. Hasil perhitungan analisis data hasil belajar
IPA diperoleh skor rata-rata (mean) sebesar 63,67 median sebesar 65 dan modus
sebesar 65 yang muncul sebanyak 8 kali. Besar standar deviasi diperoleh sebesar
7,76.
Seberan skor untuk hasil belajar IPA dalam bentuk distribusi frekuensi dan
histogram dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA
56
No. Kelas Interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Relatif
(%)
1 50 – 55 6 52,5 20
2 56 – 61 7 58,5 23,33
3 62 – 67 8 64,5 26,67
4 68 – 73 5 70,5 16,67
5 74 – 79 3 76,5 10
6 80 – 85 1 82,5 3,33
Total 30 100
Histogram Hasil Belajar IPA
9 8 7 6
Frekuensi 5 4 3 2 1 0
Skor Hasil Belajar IPA
49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5
Batas Bawah Nyata
Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar IPA
Dari tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa banyak siswa yang memiliki
skor hasil belajar berkisar antara 62 – 67 sebesar 26,67%. Untuk mengetahui
keseluruhan kecenderungan hasil belajar IPA tersebut dibedakan dalam tiga
kategori, melalui perhitungan persentil (P33 dan P67) yang memiliki rentang 0 –
80. hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil belajar IPA berkriteria tingi
sebesar 30%, berkriteria sedang sebesar 50% dan berkriteria rendah sebesar 20%. 2. Data Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
Data-data sikap siswa terhadap alam sekitar diperoleh dari pernyataan
sikap pada konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yang
menggunakan model skala Likert dengan 20 butir pernyataan, masing-masing
butir pernyataan disediakan alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
57
Skor sikap siswa terhadap alam sekitar pada konsep pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup dari masing-masing responden dapat dilihat pada
tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 4.3
Skor Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
58
No. Resp. Nilai
1 77
2 81
3 90
4 85
5 77
6 90
7 80
8 86
9 82
10 75
11 89
12 92
13 73
14 85
15 86
16 96
17 93
18 85
19 93
20 84
21 90
22 92
23 92
24 93
25 83
26 87
27 89
28 85
29 77
30 84
JUMLAH 2571
Hasil skor sikap siswa terhadap alam sekitar yang berjumlah 20 butir
pernyataan setelah diproses, sikap siswa yang terendah yang dicapai responden
sebesar 73 dan skor tertinggi sebesar 96, dengan rentangan skor 23.
Analisis karakteristik data sikap siswa terhadap alam sekitar meliputi nilai
rata-rata (mean), median, modus dan standar deviasi. Hasil perhitungan analisis
data sikap siswa terhadap alam sekitar diperoleh skor rata-rata (mean) sebesar
85,7 median sebesar 85,5 dan modus sebesar 85 yang muncul sebanyak 4 kali.
Besar standar deviasi diperoleh sebesar 6,02. Seberan skor untuk sikap siswa
terhadap alam sekitar dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogram dapat
dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
59
No. Kelas
Interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Relatif (%)
1 73 – 76 2 74,5 6,67
2 77 – 80 4 78,5 13,33
3 81 – 84 5 82,5 16,67
4 85 – 88 7 86,5 23,33
5 89 – 92 8 90,5 26,67
6 93 – 96 4 94,5 13,33
Total 30 100
Histogram Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
9 8 7 6
Frekuensi 5 4 3 2 1 0
Skor Sikap Siswa
72,5 76,5 80,5 84,5 88,5 92,5
Batas Bawah Nyata
Gambar 4.2. Histogram Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
Dari tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa banyak siswa yang memiliki
sikap berkisar antara 89 - 92 sebesar 26,67%. Untuk mengetahui keseluruhan
kecenderungan sikap siswa terhadap alam sekitar tersebut dibedakan dalam tiga
kategori, melalui perhitungan persentil (P33 dan P67) yang memiliki rentang 0 –96.
hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil belajar IPA berkriteria tingi sebesar
23,33%, berkriteria sedang sebesar 46,67% dan berkriteria rendah sebesar 30%. B. Pengujian Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian prasyarat analisis data. Pada penelitian ini uji prasyarat yang
akan dilakukan adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Varians serta
Linearitas 1. Uji Normalitas
60
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak. Untuk mengetahui nilai distribusi normal atau tidak dihitung
dengan menggunakan Uji Liliefors pada taraf signifikan 5% atau pada α = 0,05.
Uji normalitas pertama dilakukan terhadap data hasil belajar IPA. Hasil
perhitungan uji nomalitas diperoleh harga Lhitung sebesar 0,133 harga Ltabel pada α
= 0,05 diperoleh sebesar 0,161. Lhitung ternyata lebih kecil dari Ltabel (Lhitung =
0,133 < Ltabel = 0,161). Oleh karena Lo < Lt, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data hasil belajar IPA berdistribusi normal.
Uji Normalitas kedua dilakukan terhadap data sikap siswa terhadap alam
sekitar. Hasil perhitungan uji Liliefors diperoleh harga Lhitung sebesar 0.093. harga
Ltabel pada α = 0,05 diperoleh harga Ltabel sebesar 0.161. Lhitung ternyata lebih kecil
dari Ltabel (Lhitung = 0,093 < Ltabel = 0,161). Oleh karena itu Lo < Lt, dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa data sikap siswa terhadap alam sekitar
berdistribusi normal. Untuk mengetahui data selengkapnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Variabel Y
2. Uji Homogenitas
61
Variabel Jumlah Sampel LHitung LTabel Kesimpulan
X 35 0.133 0.161 Berdisribusi normal
Y 35 0.093 0.161 Berdisribusi normal
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang diteliti
homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan Uji
Fisher. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa Fhitung sebesar 1,663 dan Ftabel
sebesar 1,85. karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung = 1,663 < Ftabel = 1,85),
maka Ho diterima. Dengan demikian sampel berasal dari populasi yang homogen.
Untuk mengetahui data selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas
3. Uji Linearitas
Bentuk hubungan anatara hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap
alam sekitar di rumuskan dalam persamaan regresi sederhana. Hasil perhitungan
diperoleh bentuk persamaan regresi sederhananya yaitu Ŷ = 38,21 + 0,75X.
Setelah memperoleh bentuk persamaan regresi dilanjutkan pengujian
linearitas regresi. Pengujian linearitas bentuk regresi dihitung dengan
menggunakan Analisis Varians (ANAVA) regresi linear sederhana. Untuk
keperluan pengujian diajukan hipotesis pengujian sebagai berikut :
Ho = Bentuk regresi linear
Hi = Bentuk regresi tidak linear
62
Variabel Sampel Jumlah
Kuadrat
Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
X 30 1746,667 60,2298 1,663 1,85 Ho diterima
Y 30 1050,300 36,2172
Hasil perhitungan dalam ANAVA untuk mengetahui kelinearitasan model
regresi sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Analisis Varians (ANAVA)
Dari tabel tersebut, Fhitung yang diperoleh yaitu 2,68 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk =(k-1)(N-k) diperoleh
sebesar 3,35. hal ini menunjukkan bahwa Fhitung lebih kecil dibandingkan dengan
Ftabel (2,68 > 3,35), dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti bahwa bentuk
hubungan antara hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar
adalah linear.
C. Pengujian Hipotesis Data
Pengujian persyaratan analisis yang telah dilakukan menunjukkan suatu
hasil yang memungkinkan untuk dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Hasil
perhitungan koefisien korelasi product moment didapat rxy hitung sebesar 0,962
dan rxy tabel pada N = 30 dan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh sebesar 0,361.
koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diuji keberartiannya melalui Uji-t.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh thitung sebesar 18,64 sedangkan ttabel dengan
63
Sumber Variasi dk Jumlah
Kuadrat
Rata-rata
Kuadrat F hitung F tabel
Antar Kelompok 3-1 174,2 87,1 2,68 3,35
Dalam Kelompok 30-3 876,1 32,4
Total 30-1 1050,3 - - -
derajat kebebasan (dk) = N-2 dan α = 0,05 yaitu 2,04. hal ini berarti thitung lebih
besar dibandingkan dengan ttabel (thitung = 18,64 > ttabel = 2,04). Dengan demikian
hasil pengujian terhadap koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan dapat
disimpulkan bahwa rxy = 0,962 adalah signifikan.
Hasil perhitungan dan pengujian koefisien korelasi hubungan antara hasil
belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar menunjukkan hubungan
yang signifikan. Hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
positif anatar hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap lam sekitar berhasil
ditolak. Hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat hubungan positif antara
hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar diterima.
D. Hubungan Hasil Belajar IPA Dengan Sikap Siswa Terhadap Alam Sekitar
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa hasil belajar IPA dan
sikap siswa terhadap alam sekitar secara keseluruan terdapat hubungan sebesar
92,5%. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhdap alam sekitar. Skor
hasil belajar IPA yang tinggi akan membentuk sikap yang positif terhadap
sikapnyata pada alam sekitar, khususnya pada lingkungan sekitarnya. Sebaliknya
skor hasil belajar IPA yang rendah akan membentuk sikap yang kurang baik pula
terhadap alam sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mar’at (1984) yang
menyatakan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana
seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterima. Jika sikap mengarah
pada objek tertentu, berarti bahwa penyusunan diri terhadap objek tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan yang sesuai dan sikap berfungsi sebagai penerima
64
objek dan ilmu serta menmberi arti, sehingga aktifitas agar individu senantiasa
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dari hasil penelitian terlihat pula hasil belajar IPA memberikan
sumbangan atau kontribusi yang cukup besar terhadap sikap siswa pada alam
sekitar, hal ini ditunjukan dengan besarnya koefisien determinasi sebesar 92,5%
dan hasil koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang sangat tinggi antara
hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar, hal ini ditunjukkan
dengan tingginya koefisien korelasi sebesar 0,962 dan hubungannya signifikan.
Hubungan hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar pada
pengujian linearitas regsresi sederhana berada pada garis lurus (linear). Dengan
demikian semakin tinggi hasil belajar IPA maka semakin baik pula sikap siswa
terhadap alam yang ada di sekitarnya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah dan pengujian hipotesis penelitian, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar IPA dengan sikap
siswa terhadap alam sekitar. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan uji
hipotesis yang menggunakan koefisien korelasi product moment dengan hasil
yang diperoleh rxy hitung sebesar 0,962 dan rxy table sebesar 0,361 pada taraf
signifikan 5%, dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat antara
hasil belajar IPA dengan sikap siswa terhadap alam sekitar. Keberartian
koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang signifkan, hal ini ditunjukkan
oleh hasil perhitungan uji signifikan dengan uji-t sebesar 18,64.
2. Sikap siswa terhadap alam sekitar berpengaruh pada hasil belajar IPA. Hal ini
ditunjukkan oleh kontribusi hasil belajar IPA terhadap sikap siswa. Besarnya
kontribusi tersebut diperoleh dari koefisien determinasi sebesar 92,5% dan
hasil pengujian linearitas regresi sederhananya berbentuk garis lurus dengan
persamaan Ŷ = 38,21 + 0,75X yang artinya semakin besar hasil belajar IPA
yang diperoleh siswa akan membentuk sikap yang positif pada diri siswa
terhadap alam sekitar, khususnya lingkungan alam sekitarnya, dengan
demikian akan terjadi hubungan timbal balik yaitu sikap siswa yang postif
66
terhadap alam sekitar akan berpengaruh positif pada hasil belajar IPA siswa
itu sendiri.
B. Saran-Saran
1. Guru
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA dengan sikap
siswa terhadap alam sekitar pada konsep pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup di Madrasah Ibtidaiyah I’anatusshibyan 01 Parung menunjukkan
angka cukup tinggi. Oleh karena itu guru hendaknya dalam melakukan penilaian
hasil belajar siswa hendaknya di iringi dengan sikap siswa pada kehidupannya,
sehingga ilmu pengetahuan yang diberikan dari sekolah dapat mereka praktekan
di lingkungannya sehari-hari.
2. Sekolah
Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi di
perpustakaan sekolah dan juga menjadi bacaan bagi IPA khususnya, agar dalam
memberikan materi dan penilaian hasil belajar diiringi dengan sikap anak
didiknya.
3. Peneliti lain
Hasil penelitian ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kepada peneliti lain yang hendakmelakukan penelitian lebih lanjut, semoga
hasil penelitian ini menjadi referensi untuk tidak lanjut dari penelitian yang
sejenis.
67
68
69