hubungan antara iklim sekolah dengan burnout pada guru...

20
4 Pendahuluan Aqib (2002) mengatakan bahwa guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber dalam kegiatan belajar mengajar. Sudarsyahasep (dalam Kompas, 12 Mei 2013) mengatakan bahwa, tugas guru selain mengajar dan mendidik, guru juga memiliki kewajiban dalam mempersiapkan hal-hal yang bersifat administratif, semisal membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi, melakukan analisis hasil evaluasi, membuat daftar nilai, grafik absen, membuat buku mutasi siswa, melakukan tes atau mendata penerimaan siswa baru, membuat catatan prestasi dan hasil belajar siswa, dll. Pekerjaan guru sangatlah tidak mudah selain mengerjakan pekerjaan yang ada dirumah, mereka juga mengerjakan pekerjaan yang menumpuk yang ada disekolah, terkadang banyak waktu yang terkuras hanya untuk memikirkan permasalahan tanggung jawab di sekolah. Terkadang waktu yang sudah diberikan masih kurang sehingga terpaksa guru membawa pekerjaan dan diselesaikan dirumah. Dengan adanya berbagai tugas atau peran guru di bidang pendidikan, guru akan mengalami stress kerja. Stress yang berkepanjangan dan menumpuk, akan menimbulkan burnout pada guru. Stress kerja juga seringkali dihubungkan sebagai salah satu fakgor burnout (Widiastuti dan Astuti, 2008). Seorang guru terkadang di perhadapkan dengan situasi yang negatif, misalkan perilaku anak didik yang susah diatur, akan menimbulkan ketegangan emosional pada guru. Apabila situasi tersebut berlangsung terus menerus terjadi akan menguras

Upload: hoangdiep

Post on 02-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

4

Pendahuluan

Aqib (2002) mengatakan bahwa guru adalah faktor penentu bagi

keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta

sumber dalam kegiatan belajar mengajar.

Sudarsyahasep (dalam Kompas, 12 Mei 2013) mengatakan

bahwa, tugas guru selain mengajar dan mendidik, guru juga memiliki

kewajiban dalam mempersiapkan hal-hal yang bersifat administratif,

semisal membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus,

buku penilaian, program evaluasi, melakukan analisis hasil evaluasi,

membuat daftar nilai, grafik absen, membuat buku mutasi siswa,

melakukan tes atau mendata penerimaan siswa baru, membuat catatan

prestasi dan hasil belajar siswa, dll. Pekerjaan guru sangatlah tidak

mudah selain mengerjakan pekerjaan yang ada dirumah, mereka juga

mengerjakan pekerjaan yang menumpuk yang ada disekolah, terkadang

banyak waktu yang terkuras hanya untuk memikirkan permasalahan

tanggung jawab di sekolah. Terkadang waktu yang sudah diberikan

masih kurang sehingga terpaksa guru membawa pekerjaan dan

diselesaikan dirumah.

Dengan adanya berbagai tugas atau peran guru di bidang

pendidikan, guru akan mengalami stress kerja. Stress yang

berkepanjangan dan menumpuk, akan menimbulkan burnout pada guru.

Stress kerja juga seringkali dihubungkan sebagai salah satu fakgor

burnout (Widiastuti dan Astuti, 2008). Seorang guru terkadang di

perhadapkan dengan situasi yang negatif, misalkan perilaku anak didik

yang susah diatur, akan menimbulkan ketegangan emosional pada guru.

Apabila situasi tersebut berlangsung terus menerus terjadi akan menguras

Page 2: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

5

sumber energi dalam tubuh. Ketegangan emosional akan menjadi

sindrom burnout (Rahman, 2007).

Burnout adalah suatu kondisi dari stress kerja yang di akibatkan

oleh banyaknya pekerjaan (Schultz, 2005). Burnout merupakan kondisi

emosional dimana seorang merasa lelah dan jenuh secara fisik maupun

mental, sebagai akibat dari meningkatnya tuntutan pekerjaan (Rahman,

2007). Greenberg (2002) mengatakan bahwa burnout dapat terjadi pada

siapa saja, biasanya terjadi pada para pekerja professional seperti petugas

sistem, polisi, guru, psikolog, perawat.Hal ini terjadi dikarenakan

individu menghadapi banyak berbagai persoalan dalam pekerjaan dan

tuntutan yang berhubungan dengan relasi manusia seperti klien atau

siswa, tingkat dalam mencapai suatu keberhasilan kerja sangatlah rendah

karena kurangnya serta kurangnya penghargaan yang adekuat terhadap

kinerja (Rahman, 2007).

Guru yang mengalami burnout akan mengalami kelelahan

psikologis, dan dampak yang negatif pada perilaku guru, sikap guru

dalam mengatasi masalah, dan akan berakibat dalam minat bekerja guru,

kinerja yang dimiliki guru akan menurun juga. Selain hal tersebut akan

memicu guru untuk melakukan sikap-sikap anarkis. Jika perilaku guru

negatif maka akan memicu anak didik untuk melakukan tindakan yang

serupa, karena guru merupakan teladan bagi anak didiknya dan menjadi

wakil dari orang tua (Daradjat, 1980).

Menurut Simamora (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi

burnout antara lain: a) kurangnya dukungan sosial dari atasan, b) imbalan

yang diberikan atau tidak tepat, c) pekerjaan yang berulang-ulang atau

memberikan sedikit ruang gerak bagi kreativitas, d) kondisi kerja yang

tidak menyenangkan atau menekan dan e) pekerjaan yang monoton atau

Page 3: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

6

tidak variatif. Sementara itu Baron dan Greenberg (dalam Rahman, 2007)

membagi faktor-faktor yang memengaruhi burnout menjadi dua yaitu:

Faktor eksternal berupa kondisi sekolah kerja, yang meliputi lingkungan

kerja yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, adanya

prosedur atau aturan yang kaku yang membuat orang merasa terjebak

dalam sistem yang tidak adil, gaya kepemimpinan yang diterapkan

supervisor yang kurang memperhatikan kesejahteraan karyawan, dan

tuntutan pekerjaan, dan faktor internal adalah kondisi yang berasal dari

diri individu, meliputi jenis kelamin, usia, harga diri, tingkat pendidikan,

masa kerja dan karakteristik kepribadian serta kemampuan

penanggulangan terhadap stress (coping with stress).

Dari semua faktor-faktor di atas, iklim sekolah merupakan salah

satu faktor yang penting yang memiliki hubungan dengan burnout yang

terjadi.Iklim sekolah adalah serangkain sifat lingkungan kerja, yang

dinilai langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang dianggap

menjadi kekuatan utama dalam memengaruhi perilaku karyawan (Sagala,

2009). Adapun maksud dari Sagala adalah iklim sekolah merupakan

suatu ciri khas atau karakter dari lingkungan kerja dan karyawanlah yang

menilainya secara langsung selama menjadi bagian sekolah tersebut, dan

karakter yang dimiliki sekolah tersebut memiliki pengaruh atau dampak

tersendiri pada perilaku karyawan. Seorang guru yang sering mengalami

stress yang berkelanjutan akan menimbulkan kelelahan psikologis pada

guru tersebut, motivasi menurun dan burnout, adapun yang menyebabkan

guru tersebut mengalami stress karena faktor lingkungan kerja, rekan

kerja yang kurang sesuai harapan, serta hubungan antara karyawan dan

atasan kurang terjalin dengan baik (iklim sekolah).

Page 4: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

7

Arikunto (1990) mengemukan bahwa, Iklim sekolah dibedakan

ke dalam dua macam yakni iklim sekolah yang kondusif (positif) dan

iklim sekolah yang tidak kondusif (tidak baik/negatif). Iklim sekolah

yang kondusif adalah suatu keadaan iklim dimana terdapat suasana yang

mendukung guru untuk meningkatkan prestasi, adanya suasana

kekeluargaan, dan kebebasan dalam berpendapat, serta relasi yang

harmonis dengan rekan sekerja, dan terdapat tali persaudaraan.

Sedangkan iklim sekolah yang tidak baik adalah suatu iklim yang terjadi

dalam sekolah yang mana dalam bekerja terdapat ketidakselarasan dalam

bertindak, kurangnya interaksi antar anggota, ketidak jelasan kebijakan

sekolah, kurangnya individu dalam berpendapat.

Iklim yang kondusif akan menimbulkan seorang guru betah atau

berlama-lama untuk bekerja, merasa nyaman dalam bekerja, motivasi

kerja semakin meningkat, keinginan guru untuk berprestasi semakin

tinggi (Mulyasa, 2011). Apabila keadaan lingkungan yang kurang

kondusif membuat seorang guru merasa cemas, menurunnya motivasi

yang dimiliki, stress yang berkepanjangan dan burnout.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Grayson & Alvarez (2007)

dikatakan bahwa adanya hubungan antara iklim sekolah dengan dimensi-

dimensi dalam burnout (depersonalisasi, kelelahan emosional dan

menurunnya motivasi individu) jadi dapat dikatakan bahwa iklim sekolah

memiliki pengaruh pada burnout pada guru. Kemudian Kumar & Singh

(2013) bahwa adanya hubungan negatif yang tidak signifikan antara

iklim sekolah dan dua dimensi burnout yaitu kelelahan emosi dan

dipersonalisasi pada guru. Namun ada hubungan positif yang tidak

signifikan antara iklim sekolah dan menurunnya prestasi individu

(dimensi ketiga burnout).

Page 5: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

8

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada

kepala sekolah, guru, dan siswa di SMP Negeri 2 Sukolilo pada hari

Selasa 20 Agustus 2013, diungkapkan bahwa guru-guru di SMP Negeri 2

Sukolilo mengajarkan kedisiplinan kepada anak-anak seperti adanya

sanksi bagi siswa yang terlambat masuk sekolah. Guru-guru di SMP

Negeri 2 Sukolilo juga terlihat tidak terlalu bersemangat dalam bekerja.

Ini terlihat dari ekspresi wajah yang cemberut, jalannya terlihat lesu.

Beberapa guru bahkan memanfaatkan waktu kosong mereka untuk

bercerita di dalam perpustakan. Topik yang dibahas bermacam-macam

mulai dari gaji yang tidak sesuai, siswa yang sulit di atur, sampai kepada

sertifikasi guru. Selain itu, hubungan guru dan siswa terjalin kurang

harmonis, dimana mereka masih mengenal sistem kasta sehingga siswa

harus mengormati guru. Guru belum mampu menjadi sahabat bagi siswa

sehingga siswa seringkali melanggar aturan bahkan takut untuk

mengemukakan pendapat. Selain daripada itu berdasarkan hasil

wawancara dengan wakil kepala sekolah diungkapkan bahwa ada

beberapa guru yang mengalami perasaan malas saat bekerja. Alasan yang

disampaikan mereka adalah bahwa siswa di sekolah disini sulit untuk

diberi tahu dan bandel. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

guru pada hari Selasa, tanggal 20 Agustus 2013 diungkapkan bahwa

individu sempat mengalami kesulitan tidur (insomnia) akibat banyak

tugas yang diberikan pihak sekolah. Banyaknya tugas dan tuntutan

tanggung jawab yang diberikan secara berlebihan ini berdampak pada

menurunnya motivasi dalam diri guru dan membuat guru merasa lelah

bahkan stres. Selain itu, ada juga guru yang mengeluh karena kurangnya

perhatian dari siswa, banyak siswa yang terlambat masuk kelas, bahkan

membolos. Siswa seringkali membuat keributan di dalam kelas yang

Page 6: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

9

membuat dan tidak memerhatikan guru di dalam kelas sehingga guru

menjadi marah. Menurut wawancara pada hari Sabtu, tanggal 20 Juli

2013 dengan salah satu siswa di sekolah ini diungkapkan bahwa guru

perempuan lebih mudah emosi atau marah dibandingkan guru pria.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

H0: Tidak ada hubungan negatif signifikan antara iklim organisasi

sekolah dengan burnout pada guru SMP N 2 Sukolilo.

H1: Adanya hubungan yang negatif signifiksn antara iklim organisasi

sekolah dengan burnout pada guru SMP N 2 Sukolilo.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi untuk melihat

hubungan antara iklim sekolah dengan burnout pada guru SMP N 2

Sukolilo.

Partisipan

Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang,

yaitu guru SMP Negeri 2 Sukolilo, Pati.

Prosedur sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini teknik

sampling jenuh yaitu jumlah populasi di jadikan sampel dalam

pengambilan data.

Pengukuran

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari

iklim sekolah dengan 38 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

Page 7: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

10

0,848 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Kemudian item

yang gugur berjumlah 10 item, yaitu nomor 5, 11, 15, 20, 21, 26, 27, 28,

36, 37. Penentuan-penentuan uji lolos diskriminasi item menggunakan

ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan lolos apabila ≥0,30. Pada pengujian kedua

(lampiran C) didapatkan perubahan koefisien reliabilitas sebesar 0,918

dengan jumlah item tidak ada yang gugur. Nilai korelasi item total

bergerak antara 0,374-0,688.

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari

Burnout dengan 22 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,850

yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Jumlah item gugur

adalah 6 item yaitu nomor 4, 5, 11, 14, 18, 19. Penentuan-penentuan uji

lolos diskriminasi item menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang

menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan lolos

apabila ≥0,30. Selanjutnya pada putaran kedua untuk mengukur

reliabilitas pengukuran dan daya diskriminan setelah mengeluarkan item

gugur.Pada putaran kedua, hasil pengujian reliabilitas skala mengalami

perubahan menjadi 0,893 dengan minimal indeks daya diskriminan item

sebesar 0,30

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan angket atau skala psikologi

Desain penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain korelasional

Page 8: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

11

Prosedur penelitian

Setelah semua data yang diperoleh terkumpul, peneliti mulai

melakukan analisis data. Analisis data yang digunakan adalah korelasi

product moment untuk menghitung korelasinya. Setelah itu digunakan uji

normalitas menggunakan kolmonogrov-smirnof dan linearilitas

menggunakan anova.

Hasil

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Iklim Sekolah

Descriptive Statistics

N

Minimu

m

Maximu

m Mean

Std.

Deviation

Iklim sekolah 30 103 140 114.50 9.284

Valid N

(listwise) 30

Dari data di atas tampak skor empirik yang diperoleh pada skala

iklim sekolah paling rendah adalah 103 dan skor paling tinggi adalah

140, rata-ratanya adalah 114,50 dengan standar deviasi 9.284

Kategorisasi Pengukuran Skala Iklim Sekolah

No Interval Kategori Mean N Persentase

1 117,6 ≤ x ≤ 140 Sangat

Tinggi

8 26,67%

2 95,2 ≤ x<117,6 Tinggi 114.50 22 73,33%

3 72,8 ≤ x<95,2 Sedang 0 0%

4 50,4 ≤ x <72,8 Rendah 0 0%

5 28 ≤ x <50,4 Sangat 0 0%

Page 9: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

12

Rendah

Jumlah 30 100%

SD = 9,248 Min = 103 Max = 140

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa semua guru yang

berjumlah 8 orang memiliki skor iklim sekolah yang berada pada

kategori sangat tinggi dengan persentase 26,67%, 22 guru memiliki

skor iklim sekolah yang berada pada kategori tinggi dengan

persentase 73,33%, dan tidak ada guru yang memiliki iklim sekolah

pada kategori sedang, rendah, dan sangat rendah dengan persentase

0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 114,50 dapat dikatakan bahwa

rata-rata iklim sekolah guru berada pada kategori tinggi. Skor yang

diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 103 sampai

dengan skor maksimum sebesar 140 dengan standard deviasi 9,248.

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala Burnout

Descriptive Statistics

N

Minimu

m

Maximu

m Mean

Std.

Deviatio

n

Burnout 30 16 58 33.67 7.189

Valid N (listwise) 30

Dari data di atas tampak skor empirik yang diperoleh pada skala

burnout, skor paling rendah adalah 16 dan skor paling tinggi adalah

58, rata-ratanya adalah 33,67 dengan standar deviasi 7,189

Page 10: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

13

Kategorisasi Pengukuran Skala Burnout

No Interval Kategori Mean N Persentase

1 67,2 ≤ x ≤ 80 Sangat

Tinggi

0 0%

2 54,4 ≤ x < 67,2 Tinggi 1 3,33%

3 41,6 ≤ x < 54,4 Sedang 1 3,33%

4 28,8 ≤ x < 41,6 Rendah 33,67 21 70%

5 16 ≤ x < 28,8 Sangat

Rendah

7 23,34%

Jumlah 30 100%

SD = 7,189 Min = 16 Max = 58

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa tidak

yang guru memiliki skor burnout yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan persentase 0 %, 1 guru memiliki skor

burnout yang berada pada kategori tinggi dengan persentase

3,33%, 1 guru memiliki skor burnout yang berada pada

kategori sedang dengan persentase 3,33%, 21 guru memiliki

skor burnout yang berada pada kategori rendah dengan

persentase 70%, dan 7 guru yang memiliki skor burnout yang

berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 23,34%.

Berdasarkan rata-rata sebesar 33,67, dapat dikatakan bahwa

rata-rata burnout yang dialami oleh guru berada pada kategori

rendah. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor

minimum sebesar 16 sampai dengan skor maksimum sebesar

58 dengan standard deviasi 7,189.

Uji Normalitas

Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk

Page 11: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

14

melakukan analisis dengan teknik korelasi Pearson Product

Moment. Pengujian uji normalitas dilakukan dengan melihat

hasil uji Kolmogorov-Smirnov.

Uji Normalitas Iklim Sekolah Dengan Burnout

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

iklim

sekolah Burnout

N 30 30

Normal

Parametersa

Mean 114.50 33.67

Std. Deviation 9.284 7.189

Most Extreme

Differences

Absolute .186 .188

Positive .186 .188

Negative -.108 -.130

Kolmogorov-Smirnov Z 1.021 1.030

Asymp. Sig. (2-tailed) .248 .239

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas di atas, kedua

variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel iklim sekolah

memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1021 dengan probabilitas (p)

atau signifikansi sebesar 0,248 (p>0.05). Oleh karena nilai

signifikansi p>0,05, maka distribusi data iklim sekolah

berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variable burnout

yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1030 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0,239. Dengan demikian data

burnout juga berdistribusi normal.

Page 12: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

15

b. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan

data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain,

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk

perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS seri 17.0 for windows yang dapat dilihat pada tabel

berikut:

Hasil Uji Linearitas Iklim Sekolah Dengan Burnout

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

bur

nou

t *

ikli

m

sek

ola

h

Between

Groups

(Combined) 1332.500 17 78.382 5.661 .002

Linearity 687.626 1 687.626

49.65

8 .000

Deviation

from Linearity 644.874 16 40.305 2.911 .034

Within Groups 166.167 12 13.847

Total 1498.667 29

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,2911

dengan sig.= 0,034 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara iklim

sekolah dengan burnout adalah tidak linear

Page 13: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

16

Hasil Uji Korelasi antara Iklim Sekolah Dengan Burnout

Correlations

iklim sekolah Burnout

iklim sekolah Pearson

Correlation 1 -.677

**

Sig. (1-tailed) .000

N 30 30

burnout Pearson

Correlation -.677

** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 30 30

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara iklim sekolah dengan burnout sebesar

-0,677 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti antara iklim

sekolah dengan burnout ada hubungan negatif yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi iklim sekolah,

maka akan semakin rendah burnout yang dialami oleh para

guru. Besarnya variasi burnoutdenganiklim sekolah dapat

menjelaskan bahwa iklim sekolah memberikan kontribusi

terhadap burnout sebesar 46% (diperoleh dari r²) dan sisanya

sebesar 54% yangdipengaruhi oleh faktor lain diluar iklim

sekolah yang dapat berpengaruh terhadap burnout.

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara iklim

sekolah dengan burnout pada guru SMP Negeri 2 Sukolilo,

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif antara

iklim sekolah dengan burnout pada guru SMP Negeri 2

Sukolilo. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya

Page 14: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

17

memiliki r sebesar -0,677 dengan signifikansi sebesar 0,000

(p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu iklim sekolah

dengan burnout ada hubungan negatif yang signifikan.

Hasil penelitian ini mendukung yang diutarakan oleh

Lavian, (2012) bahwa penelitian yang dilakukan antara iklim

organisasi sekolah/iklim sekolah dengan burnout ke beberapa

sekolah antara lain sekolah regular, sekolah berpusat pada

sumber daya lokal dan sekolah khusus. Dinyatakan bahwa guru

yang mengajar di sekolah di sekolah yang regular dan khusus

dinyatakan bahwa ada hubungan antara iklim sekolah dengan

burnout pada guru sedangkan di sekolah sumber daya manusia

lokal dinyatakan bahwa terdapat korelasi yang negatif

signifikan, hal ini terjadi karena iklim sekolah yang

dikategorikan kondusif sehingga guru untuk mengalami

burnout sangat sedikit.

Dalam dunia pendidikan burnout merupakan suatu kondisi

dimana individu mengalami kelelahan psikologis dan

ditunjukkan melalui perilaku sinisme, yang terjadi secara

berulang kali pada anggota sekolah. Maslach dan Jackson

(1981) menegaskan bahwa burnout merupakan kondisi dimana

individu mengalami kelelahan psikologis yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan sikap yang negatif misalkan marah,

geram, kinerja menurun, tak ada gairah dalam bekerja, dan

adanya keinginan untuk keluar dari pekerjaan. ekspresi dari

individu yang melambangkan kondisi dimana habisnya energi

dan menurunnya motivasi atau kegairahan kerja, yang

Page 15: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

18

kemudian di tunjukkan dengan adanya perubahan sikap dan

perilaku individu (Amimo, 2012).

Dari uraian di atas, penulis dapat mengatakan bahwa

semakin kondusifnya iklim sekolah maka akan semakin rendah

burnout yang terjadipada guru. Hal ini terlihat dari hasil kajian

penelitian di atas, bahwa antara iklim sekolah dengan burnout

pada guru memiliki hubungan yang negatif signifikan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini,

diperoleh data bahwa iklim sekolah sebesar 73,33% yang

berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar guru-guru di SMP Negeri 2 sukolilo memiliki

hubungan atau relasi yang baik dengan rekan kerja, para siswa

dan kepala sekolah. Selain itu, iklim sekolah yang berada di

SMP tersebut tergolong kondusif, sehingga kemungkinan bagi

guru untuk mengalami burnout sangat sedikit.

Adapun yang menjadi ciri-ciri iklim sekolah yang kondusif

menurut Mulyasa (2011) yaitu lingkungan sekolah yang aman,

nyaman dan tertib, dipadukan dengan optimisme dan harapan

yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah yang

dimaksud kesehatan sekolah adalah sekolah yang tidak

bercacat dan tingginya nilai-nilai sekolah, serta kegiatan-

kegiatan yang berpusat pada peserta didik (student-centered

activities) merupakan iklim yang mampu membangkitkan

semangat serta gairah dalam belajar. Iklim yang kondusif

merupakan faktor yang penting serta menjadi tulang punggung

sekolah.

Page 16: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

19

Berdasarkan dari ciri-ciri diatas hamper sama dengan hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti, dimana disekolah SMP

N 2 Sukolilo didapati bahwa setiap pagi 20 menit sebelum bel

berbunyi beberapa guru sudah berada di gerbang dan para

murid yang berdatangan memberi salam dan mencium tangan

guru. Selain itu untuk lingkungan sekolah di SMP N 2 Sukolilo

tergolong asri dikarenakan di dalam lingkungan sekolah

ditanami beberapa pohon dan bunga. Guru-guru juga sering

bercerita mengenai permasalahan yang mereka hadapi terkait

dengan masalah siswa.

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya

burnout guru, iklim sekolah merupakan salah satu faktor

pendukung dari semua faktor yang memengaruhi tinggi

rendahnya burnout pada guru, hal ini diungkapkan oleh Baron

& Greenberg (dalam Rahman, 2007). Kemudian menurut

Farber (1991) dikatakan bahwa dukungan sosial, sikap

keacuhan siswa dan lingkungan sekolah atau kondisi sekolah

memiliki pengaruh terhadap burnout pada guru.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

iklim sekolahmemberikan kontribusi terhadap burnout guru,

sehingga nampak jelas bahwa iklim sekolah yang kurang

kondusif mempunyai hubungan positif dengan burnout guru,

sedangkan iklim sekolah yang kondusif memiliki hubungan

yang negatif signifikan dengan burnout pada guru.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

iklim sekolah dengan burnout pada guru SMP Negeri 2

Sukolilo, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Page 17: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

20

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara iklim sekolah

dengan burnout pada guru SMP Negeri 2 Sukolilo. Artinya

semakin tinggi atau kondusifnya iklim sekolah, tingkat

burnout pada guru semakin rendah. Hal ini dapat dilihat

dari koefisien korelasi antara iklim sekolah dengan

burnout pada guru SMP Negeri 2 Sukolilo adalah sebesar -

0,677 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Nilai

signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Besarnya sumbangan efektif iklim sekolah sebesar 54%.

Hal ini menunjukkan bahwa ada 46% faktor-faktor lain di

luar iklim sekolah yang memengaruhi burnout pada guru.

3. Sebagian besar subjek (73,33%) memiliki tingkat iklim

sekolah yang berada pada kategori tinggi, dan sebagian

besar subjek (70%) memiliki tingkat burnout yang berada

pada kategori rendah.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang negafitif signifikan antara iklim sekolah

dengan burnout pada guru, diharapkan agar para guru dan

pihak sekolah lainnya untuk selalu mencoba merubah

kondisi atau iklim sekolah ketingkat yang sangat tinggi.

2. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah diharapkan agar selalu menjaga

kondisi atau suasana organisasi seperti hubungan antar

Page 18: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

21

anggota organisasi, memberikan dukungan terhadap

motivasi kerja guru, meningkatkan perbaikan sistem yang

dilakukan disekolah dan selalu menjaga lingkungan

sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel

lain yang dapat digunakan, sehingga terungkap faktor-

faktor yang memengaruhi burnout guru dalam proses

mengajar terutama di SMP Negeri 2 Sukolilo seperti

dukungan sosial, konsep diri, tipe kepribadian, gender,

gaya kepemimpinan kepala sekolah, atau bisa

menggunakan aspek-aspek yang ada didalam iklim

sekolah.

Page 19: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

22

Daftar Pustaka

Amimo, A.C. (2012). Are you experiencing teacher burnout? A synthesis of

research reveals conventional prevention and spiritual healing.Education

Research Journal 2(11), 338-344. Retrieved from:

http://resjournals.com/ERJ/Pdf/2012/Nov/Amimo.pdf (Diunduh tanggal 1

september 2013)

Aqib, Z. (2002). Profesional guru dalam pembelajaran. Surabaya: Insan

Cendekia.

Arikunto, S. (1990). Manajemen pengjaran secara manusiawi. Jakarta: Rineka

Cipta

Farber, B.A. (1991). Crisis in education: stress and burnout the American

teachers. San fransisco: Jossey Bass

Grayson, J.L & Alvarez, H.K. (2007). School climate factors relating to teacher

burnout: A mediator model. Department of psychology, Teaching and

Teacher Education 24 (2008),1349–1363. USA: Ohio university Athens.

Retrieved from

http://prinedlead.wikispaces.com/file/view/school+climate+factors+relati

ng+to+teacher+burnout.pdf(Diunduh pada tanggal 2 Oktober 2013).

Greenberg, J.S. (2002). Comprehensive stress management ed.8. San fransisco:

Mc Graw Hill.

Kumar, K & Singh, J. (2013). A study of burnout among face to face and

distance mode femaleteachers in relation to their organizational

climate. International Multidisciplinary e-Journal, Vol-II, Issue-I,

ISSN 2277 4262, 38-44. Retrieved from

http://www.shreeprakashan.com/Documents/2013128181239851.5.

%20Jaspal%20Singh..pdf (Diunduh pada tanggal 2 oktober 2013)

Lavian, R.H. (2012). The impact of organizational climate on burnout among

homeroom teachers and special education teachers (full classes/individual

pupils) in mainstream schools. Teachers and Teaching: theory and

practice Volume 18, Issue 2,233-247. Retrived from

http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13540602.2012.632272#.U

2ddENhd7Uk (Diunduh pada tanggal 6 Mei 2014).

Maslach, C., & Jackson.S.E, (1981). The measurement of experienced burnout.

Journal of occupational behaviour, vol. 2, 99-113. Retrived from

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/job.4030020205/pdf (diunduh

pada tanggal 12 November 2013).

Page 20: Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Burnout pada Guru …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8945/3/T1_802009028_Full... · (RPP), silabus, buku penilaian, program evaluasi,

23

Menanti guru kreatif, Sudaryahasep. Kompasnasia 12 Mei 2013, diunduh pada

tanggal 17 juli 2013, dari

http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/12/menanti-guru-kreatif--

555140.html.

Mulyasa, E. (2011). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahman, U. (2007). Mengenal burnout pada guru. Lentera pendidikan, edisi X,

no. 2, 216-227. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2013, dari

http://ejurnal.uin-

alauddin.ac.id/artikel/07%20Mengenal%20Bournout%20Pada%20Guru%

20-%20Ulfiani%20Rahman.pdf.

Sagala, S. (2009). Memahami organisasi pendidikan. Bandung: Alphabeta

Schultz. (2005). Psychology and work today. University of South Florida.

Simamora, H. (1995). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIE

YKPN.

Widiastuti. D.Z., & Astuti, K. (2008). Hubungan antara kepribadian hardiness

pada burnout pada guru sekolah dasar. Yogyakarta: Fakultas psikologi

universitas mercu buana, 1-15. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2013,

dari http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-

content/uploads/2012/06/naskah-burnout-tutik.pdf.