hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi …lib.unnes.ac.id/17931/1/1550408062.pdf · i...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN DEPRESI PADA PENYANDANG CACAT
PASCA KUSTA DI LIPOSOS DONOROJO
BINAAN YASTIMAKIN BANGSRI
JEPARA
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Dame Rizqy Robby
1550408062
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri,
bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik
seluruhnya maupun sebagian. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 1 Maret 2013
Dame Rizqy Robby
1550408062
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi FIP
Universitas Negeri Semarang pada hari Jumat, tanggal 1 Maret 2013.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd Liftiah, S.Psi.,M.Si
NIP 19510801 1979903 1 007 NIP 19690415 199703 2 002
Penguji Utama
Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi.,M.Si
NIP 19750309 200801 1 008
Penguji I/Pembimbing I Penguji II/Pembimbing II
Dr. Edy Purwanto, M.Si Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi
NIP 19630121 198703 1 001 NIP 19771127 200912 2 005
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto:
1. Jangan pernah meremehkan kemampuanmu. Jika kamu menyadari betapa kuat
pikiranmu, kamu tak akan pernah berpikir untuk menyerah
2. Berdo’a dan berusaha.
Peruntukan:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta atas doa,
kasih dan perhatiannya.
2. Semua yang telah mendukung saya
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 bidang
Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penulisan skripsi didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan ini kepada:
1. Drs. Hardjono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang serta pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, nasehat, pengarahan dan motivasi kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan
kepada penulis.
4. Moh. Iqbal M, S.Psi.,M.Si selaku penguji utama yang telah memberikan
masukan serta kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi.
5. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalamannya kepada
penulis.
vi
6. Semua teman-teman penyandang cacat pasca kusta yang berada di Liposos
Donorojo khususnya binaanYastimakin Bangsri Jepara.
7. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu tetapi
sangat berjasa bagi penulis, terima kasih banyak.
8. Seluruh penghuni kos Bapak Yasin: Ahimsa agung, Dwi Agung N, Frendy
Cintamana, dan penghuni kos yang lainnya.
9. Semua mahasiswa Psikologi angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan,
semangat dan kebersamaannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
vii
ABSTRAK Robby, Dame Rizqy. 2013. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan
Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan
Yastimakin Bangsri Jepara. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Negeri
Semarang. Dosen pembimbing: Dr. Edy Purwanto, M.Si dan Dyah Indah
Noviyani, S.Psi., M.Psi.
Kata kunci: kecerdasan spiritual, depresi
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil observasi dan studi pendahuluan
mengenai depresi yang dialami penyandang cacat pasca kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Gejalanya dilihat dengan ciri-ciri
konsentrasinya sering terganggu, kurang percaya diri menghadapi segala sesuatu
yang bersifat sosial, sering merasa hidupnya tidak berarti dan rasa ingin bunuh
diri. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan diri individu agar dapat memaknai
suatu peristiwa yang dialami dan berserah diri pada Tuhan YME agar depresi
dapat diminimalisir, hal ini berkaitan dengan kecerdasan spiritual yang dimiliki
penyandang cacat pasca kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kecerdasan spiritual (X) dengan depresi (Y) pada penyandang
cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam
penelitian ini adalah penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara. Populasi dalam penelitian ini adalah 150 orang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang, teknik sampling digunakan
adalah teknik Probability Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel dengan
cara melakukan undian pada subjek penelitian sebanyak 100 gulungan kertas,
sehingga nomor nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil
merupakan nomor yang menjadi subjek penelitian. Data penelitian diambil
menggunakan skala depresi dan skala kecerdasan spiritual. Metode analisis data
yang digunakan adalah korelasi Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala depresi terdiri dari 24 aitem
valid dan 3 item tidak valid dan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya 0,860.
Skala kecerdasan spiritual dari 25 aitem valid dan 1 item tidak valid dan koefisien
alpha cronbach reliabilitasnya 0,820. Berdasarkan analisis korelasi Product
Moment diperoleh nilai r = 0,342 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah positif karena p <
0.05. Jadi jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi juga tinggi.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 11
2.1 Depresi ................................................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Depresi .............................................................................. 11
2.1.2 Gejala-gejala Depresi .......................................................................... 12
2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Depresi ........................................................ 14
2.1.4 Jenis-jenis Depresi .............................................................................. 18
ix
2.2 Kecerdasan Spiritual ........................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual ......................................................... 19
2.2.2 Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual ..................................................... 22
2.3 Penyakit Kusta .................................................................................... 26
2.3.1 Pengertian Penyakit Kusta .................................................................. 26
2.4 Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi .................. 29
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................... 32
2.6 Hipotesis.... .......................................................................................... 33
BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................... 34
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 34
3.2 Variabel Penelitian .............................................................................. 34
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian........................................................... 34
3.2.2 Definisi Operasional ........................................................................... 35
3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian .................................................. 36
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 36
3.3.1 Populasi ............................................................................................... 36
3.3.2 Sampel................................................................................................. 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 38
3.4.1 Penyusunan Intrumen Penelitian......................................................... 38
3.4.1.1 Skala Depresi ...................................................................................... 38
3.4.1.2 Skala Kecerdasan Spiritual ................................................................. 39
3.5 Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 40
3.5.1 Validitas Intrumen Penelitian ............................................................. 40
x
3.5.2 Validitas .............................................................................................. 46
3.5.3 Reliabilitas .......................................................................................... 46
3.6 Pelaksanaan Uji Coba ........................................................................ 47
3.7 Metode Analisis Data .......................................................................... 48
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 49
4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................ 49
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 49
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian ............................................................... 50
4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 50
4.2.1 Pengumpulan Data .............................................................................. 50
4.2.2 Pelaksanaan Skoring ........................................................................... 51
4.3 Analisis Deskriptif .............................................................................. 51
4.3.1 Gambaran Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara .................................... 52
4.3.1.1 Gambaran Umum Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara…………………………… 52
4.3.1.2 Gambaran spesifik Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara…………………………… 55
4.3.1.2.1 Gambaran Umum Depresi berdasarkan Labilitas Perasaan ........ 55
4.3.1.2.2 Gambaran Umum Depresi berdasarkan Kecemasan ...................... 56
4.3.1.2.3 Gambaran Umum Depresi berdasarkan Perasaan Bersalah ......... 58
4.3.1.2.4 Gambaran Depresi berdasarkan Keinginan Bunuh Diri ................. 59
xi
4.3.1 Gambaran Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di
Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ................... .... 61
4.3.2.1 Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca
Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri
Jepara.................................................................................................. 62
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca
Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ...... 64
4.3.2.2.1 Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup yang
Kuat Sesuai Kehendak Tuhan ......................................................... 64
4.3.2.2.2 Gambaran Kemampuan Memaknai Peristiwa Secara Positif ........ 67
4.3.2.2.3 Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan ........ 69
4.3.2.2.4 Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan.............. 71
4.4 Hasil Uji Asumsi ............................................................................ 73
4.4.1 Uji Normalitas.................................................................................. 73
4.4.2 Uji Linieritas................................................................................... 75
4.4.3 Uji Hipotesis................................................................................... 76
4.5 Pembahasan ................................................................................... 77
4.5.1 Pembahasan Hasil Analisis secara Deskriptif Hubungan Kecerdasan
Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta di
Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara .................. 77
4.5.1.1 Depresi ........................................................................................... 77
4.5.1.2 Kecerdasan Spiritual ...................................................................... 80
xii
4.5.2 Pembahasan Hasil Analisis secara Inferensial Kecerdasan Spiritual
Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ................................ 81
4.6 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 87
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 88
5.1 Simpulan......................................................................................... 88
5.2 Saran ............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
LAMPIRAN ...................................................................................................... 93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Gejala-gejala Depresi ................................................................................. 13
3.2 Blue Print Skala Depresi ............................................................................ 39
3.3 Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual ....................................................... 40
3.3 Hasil Perbaikan Uji Coba Kualitatif .......................................................... 42
3.4 Hasil Sebaran Aitem pada Skala Depresi................................................... 43
3.5 Sebaran Baru Item Skala Depresi Penelitian ............................................. 44
3.6 Hasil Sebaran Aitem pada Skala Kecerdasan Spiritual.............................. 45
3.7 Sebaran Baru Item Skala Kecerdasan Spiritual ......................................... 45
3.8 Penggolongan Kriteria Analisis berdasar Mean Hipotetik ........................ 48
4.1 Kriteria Depresi .......................................................................................... 53
4.2 Gambaran Umum Depresi.......................................................................... 54
4.3 Gambaran Labilitas Perasaan ..................................................................... 55
4.4 Gambaran Kecemasan ................................................................................ 57
4.5 Gambaran Perasaan Bersalah ..................................................................... 58
4.6 Gambaran Keinginan Bunuh Diri .............................................................. 59
4.7 Ringkasan Deskriptif Depresi ................................................................... 61
4.8 Kriteria Kecerdasan Spiritual ..................................................................... 63
4.9 Gambaran Kecerdasan Spiritual ................................................................. 63
4.10 Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang
Kuat Sesuai Dengan Kehendak Tuhan..................................................... 65
xiv
4.11 Gambaran Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Masalah
Secara Positif/Hikmah .............................................................................. 68
4.12 Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/kesulitan .................... 70
4.13 Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan ........................ 72
4.14 Ringkasan Deskriptif Kecerdasan Spiritual ............................................. 73
4.15 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 74
4.16 Hasil Uji Linieritas ................................................................................... 75
4.17 Hasil Uji Korelasi Variabel ...................................................................... 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan
Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta……………………………… 32
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skala Kecerdasan Spiritual ................................................................. 95
2. Skala Depresi ...................................................................................... 99
3. Tabulasi Try Out Kecerdasan Spiritual ............................................... 105
4. Tabulasi Try Out Depresi .................................................................... 109
5. Tabulasi Penelitian .............................................................................. 113
6. Tabulasi Penelitian Kecerdasan Spiritual ........................................... 114
7. Tabulasi Penelitian Depresi ................................................................ 122
8. Validitas & Reliabilitas ...................................................................... 131
9. Uji Asumsi & Uji Hipotesis ................................................................ 140
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah
dari segi medis, tapi juga meluas ke masalah sosial, budaya, ekonomi, keamanan,
dan juga ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara
yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, kesejahteraaan
sosial ekonomi pada masyarakat (Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit
Kusta, 2006).
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk
sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang
ditimbulkannya (Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2006).
Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi
yaitu eliminasi kusta tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Eliminasi yang dimaksud World Health
Organization (WHO) adalah suatu keadaan dimana prevalensi (jumlah penderita
yang tercatat) kurang dari 1/10.000 penduduk (Pedoman Nasional Pemberantasan
Penyakit Kusta, 2006).
Menurut WHO Weekly Epidemiological Report mengenai kusta tahun 2010,
selama tahun 2009 terdapat 17.260 kasus baru di Indonesia, dengan 14.227 kasus
2
teridentifikasi sebagai kasus kusta tipe Multi Basiler (MB) yang merupakan tipe
yang menular. Dari data kasus kusta baru tahun 2009 tersebut, 6.887 kasus
diantaranya oleh diderita oleh kaum perempuan, sedangkan 2.076 kasus diderita
oleh anak-anak.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus
baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk) dan jumlah kasus terdaftar
sebanyak 21.026 orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk.
Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat10.706 (Angka Penemuan kasus
baru/CDR: 4.6/100.000) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang
dengan prevalensi: 0.86 per 10.000 penduduk (http://Kemkes.bps.go.id/ diunduh
pada 20 maret 2012 pukul 10.00 wib).
Di Sumatera Utara insiden (jumlah kasus baru) kusta 192 kasus pada
Januari-Desember 2010, dan 12 % dari kasus tersebut adalah anak berumur
kurang 15 tahun. Berdasarkan data, jumlah penderita kusta di Sumut, masing-
masing terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 10 penderita, Sibolga 13
penderita, Padang Lawas 10 penderita, Medan 42 penderita, Deli Serdang 15
penderita, Simalungun 17 penderita, Asahan 12 penderita, Labuhan Batu 12
penderita dan Tapanuli Selatan 13 penderita.
WHO (1980) membatasi istilah dalam cacat kusta sebagai berikut:
impairment, disability, dan handicap. Sedangkan WHO Expert Comittee on
Leprosy dalam laporan yang dimuat dalam WHO Technical Report Series No. 607
telah membuat klasifikasi cacat bagi penderita kusta. Klasifikasi tersebut antara
lain: Tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2 (Kosasih 2008:34).
3
Bayangan cacat kusta menyebabkan penderita seringkali tidak dapat
menerima kenyataan bahwa ia menderita kusta. Akibatnya akan ada perubahan
mendasar pada kepribadian dan tingkah lakunya. Akibatnya ia akan berusaha
untuk menyembunyikan keadaannya sebagai penderita kusta. Hal ini tidak
menunjang proses pengobatan dan kesembuhan, sebaliknya akan memperbesar
resiko timbulnya cacat (Kuniarto 2006:34).
Masalah psikososial yang timbul pada penderita kusta lebih menonjol
dibandingkan masalah medis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya stigma
yang banyak dipengaruhi oleh berbagai paham dan informasi yang keliru
mengenai penyakit kusta. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap
penderita kusta seringkali menyebabkan penderita kusta merasa tidak mendapat
tempat di keluarganya dan lingkungan masyarakat (Kuniarto 2006:38).
Akibatnya penderita cacat kusta (PCK) cenderung hidup menyendiri dan
mengurangi kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar, tergantung kepada orang
lain, merasa tertekan dan malu untuk berobat. Dari segi ekonomi, penderita kusta
cenderung mengalami keterbatasan ataupun ketidakmampuan dalam bekerja
maupun mendapat diskriminasi untuk mendapatkan hak dan kesempatan untuk
mencari nafkah akibat keadaan penyakitnya sehingga kebutuhan hidup tidak dapat
terpenuhi, apalagi mayoritas penderita kusta berasal dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah, padahal penderita kusta memerlukan perawatan lanjut
sehingga memerlukan biaya perawatan. Hal-hal tersebut yang akhirnya akan
mempengaruhi tingkat kualitas hidup (Kuniarto 2006:56).
4
Suatu pernyataan bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari
golongan lemah. Perkembangan penyakit pada diri penderita bila tidak ditangani
secara cermat dapat menimbulkan cacat dan keadaan ini menjadi halangan bagi
penderita kusta dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan serta dalam pembangunan
bangsa dan negara (http://kesehatan.kompas.com/).
Kusta dapat disembuhkan dengan obat yang disebut MTD (Multy Drug
Terapy). Untuk tipe paucibacillary (PB) perlu waktu 6 bulan, sedangkan tipe
multibacillary (MB) lebih lama yaitu sekitar 1 tahun. Penderita kusta yang diobati
dini sebelum timbulnya cacat, akan sembuh sempurna (http://kusta.go.id/).
Penderita kusta yang sudah sembuh dari sakitnya belum tentu menutup
kemungkinan sembuh seutuhnya dari sakitnya, berbagai faktor yang menyebabkan
penyandang cacat pasca kusta mengalami suatu tekanan karena belum bisa
menerima keadaan dirinya, itu yang menyebabkan penyandang cacat pasca kusta
mengalami depresi karena tekanan yang dialami dan dikucilkan menjadikan sakit
yang dialaminya tidak kunjung sembuh.
Donorojo adalah sebuah pedusunan di Desa Banyuasih Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara yang telah lama dikenal sebagai pusat perawatan penderita
penyakit kusta. Di dusun inilah Rumah Sakit Kusta Donorojo didirikan dan sangat
terkenal. Disekeliling Rumah Sakit Kusta Donorojo umumnya penyandang cacat
(pasca) kusta mencoba tinggal dan bermasyarakat sampai mereka dinyatakan
sembuh bebas dari penyakit tersebut, dan salah satu kawasan pemukiman untuk
menampung penyandang cacat (pasca) kusta tersebut adalah Liposos.
5
Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) adalah komplek hunian tempat
tinggal sederhana yang didirikan oleh Yayasan Yatim Piatu dan Fakir Miskin
(Yastimakin) Bangsri Jepara yang dalam penyediaan lalunya bekerjasama dengan
Pemda Tingkat II. Liposos sengaja didirikan mengingat banyak penderita kusta
kesulitan tinggal setelah mereka dinyatakan sembuh (karena penolakan
masyarakat awam terhadap persoalan mereka), sedangkan kawasan di Rumah
Sakit Kusta Donorojo sudah tidak memungkinkan untuk menampung mereka
yang sudah sembuh dari sakit dan masih hidup. Secara keseluruhan penghuni
pondok disamping mendapat sumbangan dari berbagai pihak dan dengan segala
keterbatasan yang dimiliki mereka menjadikan kondisi penghidupan masih jauh
dalam arti yang layak dan tekanan yang membuat mereka dapat timbul depresi.
Di daerah Donorojo kabupaten Jepara tepatnya di Liposos Donorojo ada
lebih dari 700 orang penyandang cacat (pasca) kusta berasal dari berbagai daerah
dan kebanyakan dari masyarakat kurang mampu. Setelah mereka dinyatakan
sembuh dan terbebas dari penyakit tersebut, mereka ditampung ditempat
penampungan di Liposos Donorojo dan diasingkan dari keluarga dan masyarakat
karena keluarga dan masyarakat masih berfikir akan tertular meskipun penderita
sudah dinyatakan sembuh.
Di Liposos Donorojo tersebut juga banyak lembaga sosial yang membantu
menangani penyandang cacat (pasca) kusta tersebut, satu diantaranya yaitu
Yastimakin (yayasan anak yatim dan fakir miskin).Yastimakin sudah lama berdiri
yang bertempat di jalan Jerukwangi RT 03/RW 07 Bangsri Jepara.Yastimakin
6
menangani kurang lebih 150 orang penyandang cacat ( pasca ) kusta yang berada
di Liposos Donorojo.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, saat ini
penderita kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara yang
masih sakit dan menjalani pengobatan ada 9 orang, yang sudah sembuh kurang
lebih ada 150 orang dan diantaranya yang terlihat mengalami depresi. Setelah
dilakukan observasi dan wawancara awal pada 10 orang penyandang cacat pasca
kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara, depresinya semakin
terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut konsentrasinya sering terganggu, kurang
percaya diri menghadapi segala sesuatu yang bersifat sosial, sering merasa
hidupnya tidak berarti dan rasa ingin bunuh diri.
Depresi merupakan suatu kesedihan dan perasaan duka yang
berkepanjangan atau abnormal. Depresi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Faktor genetika
merupakan faktor yang penting dalam perkembangan timbulnya depresi (Kurnia,
dkk 2011: 2). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ariani (2009) menemukan
bahwa ada hubungan antara harga diri dengan depresi yaitu, semakin tinggi
tingkat harga diri semakin tinggi tingkat depresi yang dialami oleh individu yang
menderita diabetes melitus. Pernyataan tersebut cenderung bisa terjadi pada
penderita hipertensi karena diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit kronis
dan memerlukan proses pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
Satu hal yang paling penting dalam mencegah depresi adalah dengan
mengembangkan kehidupan spiritual. Memberi makna hidup adalah sebuah proses
7
pembentukan kualias hidup, sedangkan tujuan hidup merupakan akhlak, rujukan,
dasar pijakan, dan sekaligus hasil yang ingin diraih (Tasmara 2001: 4). Individu
pada saat mangalami stres akan mencari makna hidup melalui kecerdasan
spiritualnya. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres ini tidak
hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga
berdampak pada bidang kejiwaan (psikologik / psikiatrik) yaitu depresi (Hamid
1999: 103). Hal ini didukung oleh pernyataan (Aziz 2011: 202) bahwa
penggunaan agama sebagai perilaku koping berkaitan dengan harga diri yang
lebih tinggi dan depresi yang lebih rendah, terutama di kalangan orang-orang yang
cacat fisik, agama juga dapat meramalkan siapa yang akan atau tidak akan
mengalami depresi. Unsur penting yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan kejiwaan adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran
agama. Seringkali musibah yang sangat serius dapat mengguncangkan seseorang,
dan kegoncangan tersebut seringkali memunculkan kesadaran, khususnya
kesadaran keberagamaan.
Penelitian Saefullah (2008) mengungkapkan bahwa penghayatan spiritual
ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik dan mental lansia, lansia
yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang kurang atau
non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Komitmen
agama yang taat (terutama mengenai spiritual) berkaitan dengan tingkat depresi
yang lebih rendah. Penyembuhan dari depresi yang lebih cepat, kesejahteraan, dan
moril yang tinggi, harga diri yang lebih baik, locus control yang internal (Aziz
2011: 203). Orang yang kadar imannya atau ketakwaannya rendah, cenderung
8
lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan hidup. Tanpa
pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang
akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurang-
mampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi.
Sebab-sebab yang dikemukakan di atas saling berkaitan satu dengan lainnya.
(Sivalintar,sivalintar.tripod.com/sebab_depresi.html).
Seseorang yang mempunyai pegangan hidup sesuai kaidah keagamaan
pastilah mempunyai kecerdasan spiritual yang baik. Beberapa ahli psikologi
mendefinisikan kebahagiaan sebagai hasil penilaian terhadap diri dan kehidupan
yang didalamnya memuat aspek emosi positif seperti kenyamanan dan
kegembiraan yang meluap-luap atau aktivitas positif yang tidak memenuhi aspek
emosi apapun. Lain halnya dengan definisi kebahagiaan dalam perspektif agama
Islam yang memandang arti kebahagiaan dengan sesuatu yang sifatnya spiritual
seperti adanya perasaan tenang dan damai, ridlo dan puas terhadap ketentuan
Allah apapun bentuknya, dan lain sebagainya (Aziz 2011: 11).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan antara
Kecerdasan Spiritual dengan Depresi pada Penyandang Cacat Pasca Kusta
Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara.”
9
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada
penyandang cacat (pasca) kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri
Jepara?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujun untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
spiritual dengan depresi pada penyandang cacat (pasca) kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin bangsri Jepara.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini mencakup dua hal,
yaitu :
1.4. 1 Manfaat Praktis
1. Bagi yayasan
Bagi yayasan dan penyumbang dana untuk memberikan konsultasi dan
menyusun program dalam memenuhi kebutuhan pelayanan bagi
penyandang cacat pasca kusta sehingga depresi yang terjadi pada
penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara dapat diatasi.
10
2. Bagi penyandang cacat pasca kusta
Sebagai bahan pengetahuan agar lebih mengetahui seberapa pentingnya
kecerdasan spiritual bagi penyandang cacat pasca kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara dalam mengurangi atau
mencegah depresi.
1.4. 2 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan pengetahuan untuk pengembangan ilmu psikologi, khususnya
psikologi Klinis. Hasil penelitian yang akan dilakukan dapat menjadi
tambahan refrensi untuk penelitian lebih lanjut.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Depresi
2.1.1 Pengertian Depresi
Kaplan dkk, (1997: 778) menyebutkan bahwa depresi adalah “salah satu
bagian dari gangguan mood dan perasaan dengan mengalami rasa sedih,
kehilangan energi, tidak berharga, kecemasan, merasa bersalah, sulit
berkonsentrasi, dan menarik diri”. Menurut PPDGJ – III (Pedoman Diagnostik
Gangguan Jiwa - III) (2003: 64), menyebutkan depresi adalah:
“gangguan suasana yang mempunyai gejala utama afek yang
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Ditambah dengan gejala lainnya, yaitu
konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan suram dan
pesimis, gagasan perbuatan yang membahayakan diri atau
bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang”.
Chaplin (2002: 130) mengatakan depresi merupakan “keadaan psikologi
yang berhubungan dengan keadaan emosi pada manusia”. Pada orang normal
merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai
dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi
masa yang akan datang. Selain itu depresi adalah ketidak berdayaan yang
berlebih-lebihan dan tidak mampu mengambil keputusan pada saat ingin
melakukan kegiatan atau tidak mampu untuk memusatkan perhatian, mengalami
keadaan yang tiba-tiba ingin menangis dan kadang mencoba untuk bunuh diri
12
serta selalu memikirkan tentang kekurangannya dan selalu merasa tidak percaya
diri (Atkinson dkk, 1999: 259).
Depresi sering kali diabaikan oleh banyak orang, jika melihat dan
memahami tentang depresi maka sebenarnya masalah depresi perlu mendapatkan
perhatian khusus, karena jika depresi tidak mendapatkan perhatian bisa mengarah
ke kondisi yang lebih parah dan bisa meningkat menjadi penyakit jiwa yang
sangat membahayakan. Berdasarkan DSM IV (1994: 155) depresi dapat
mempengaruhi berbagai macam fungsi yang ada dalam diri individu, dimana
fungsi-fungsi yang ada dalam diri individu akan bekerja lebih giat atau lebih
lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau semua
simtom dengan keparahan yang berbeda, dan lagi pula beberapa penderita depresi
menunjukkan simpom psikotis yang jelas dalam delusi dan halusinasi. Kadang-
kadang simtom-simtom digambarkan sebagai delusi terpadu dalam arti dapat
dipahami sesuai dengan suasana hati.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah
gangguan perasaan (mood), berupa keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat), kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya nafsu makan.
2.1.2 Gejala-gejala Depresi
Depresi merupakan gangguan yang benar-benar harus dipertimbangkan
sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak
jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan
dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering
timbul sebagai keluhan umum seperti: Labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
13
bersalah kelelahan, sukar konsentrasi, hingga keinginan mau bunuh diri.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (1993: 64) di
Indonesia, gejala yang lazim pada depresi meliputi :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode
ringan sekalipun)
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
f. Gangguan tidur
g. Gangguan nafsu makan
Gejala-gejala lain pada penyakit depresi menurut Davidson (1990: 5)
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Gejala-Gejala Depresi
Suasana Hati Kesedihan, kecemasan, mudah marah
Berpikir Kehilangan, konsentrasi lambat dan kacau dalam
berpikir, penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri
rendah
Motivasi Kurang minat bekerja dan hobi, menghindari kegiatan
kerja sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi
Perilaku Lamban, mondar-mandir, mudah menangis, mengeluh
Simtom-simtom
Biologis
Hilang nafsu makan/ nafsu makan brtambah, hilang
nafsu birahi/sex, lambat/gelisah, mudah pingsan.
14
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala
depresi meliputi konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, kehilangan minat dan kegembiraan, merasa bersalah, keinginan untuk
bunuh diri, adanya gangguan pola tidur, gangguan sexsualitas dan adanya
gangguan nafsu makan.
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Depresi
Kaplan dkk, (1997: 780-789), mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan
oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Biologis
Penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam abnormalitas
metabolisme biogenikamin pada darah, urin dan cairan serebromunal.
Keadaan tersebut mendukung bahwa gangguan depresi berhubungan
dengan disregulasiamin yang heterogen.
b. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab
timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi
pertama mempunyai resiko delapan sampai 18 kali lebih banyak
dibandingkan kontrol subyek normal oleh penderita deprsi.pada kembar
homozigot untuk dapat terkena depresi sekitar 50% sedangkan untuk
kembar dizigot 10-25%.
15
c. Faktor Psikososial
1) Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan episode depresi
pertama kali dan mempengaruhi neurotrarumiter dan sistem intra
neuron untuk jangka lama dan menetap. Dengan dampak stres
dalam kehidupan memegang peran penting dalam hubungannya
dengan onset depresi.
2) Faktor Kepribadian Pramorbid
Semua orang dengan berbagai pola kepribadian yang mempunyai
resiko tinggi untuk menderita depresi adalah kepribadian
dependen, histerionok dan obsesif-kompulsif.
3) Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika
Freud mengatakan bahwa pasien depresi meluapkan kemarahan
langsung ditujukkan kedalam diri sendiri sebagai identifikasi
dengan obyek. Kaplan dkk, (1997: 780-789) menganggap depresi
adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi
dan realita. Pada saat menyadari segala sesutau tidak sesuai yang
diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna.
Menurut Mardya (2009: 2) Setidaknya ada lima faktor yang dapat
diketahui sebagai faktor penyebab depresi, yaitu:
1) Faktor Psikologis
Menurut teori Psikoanalitik (Freud, 1917) dan Psikodinamik (Abraham,
1927) depresi disebabkan karena kehilangan obyek cinta, kemudian
16
individu mengadakan introyeksi yang ambivalen dari obyek cinta tersebut
atau rasa marah diarahkan pada diri sendiri. Sementara Beck (1974)
dengan model cognitive-behavioral nya menyatakan bahwa depresi terjadi
karena pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interpretasi yang
negatif terhadap pengalaman hidup dan harapan yang negatif terhadap diri
sendiri dan masa depan. Ketiga pandangan ini menyebabkan timbulnya
depresi, rasa tidak berdaya dan putus asa. Penyebab depresi pada
seseorang, biasanya karena triad cognitive yaitu: perasaan tidak berharga
(worthlessness), tidak ada yang menolong dirinya sendiri (helplessness),
dan tidak ada harapan (hopelessness). Sedangkan menurut teori belajar
“merasa tidak berdaya” (learned helplessness model) dari Seligman (1975)
depresi terjadi bila seorang individu mengalami suatu peristiwa yang tidak
dapat dikendalikannya, kemudian merasa tidak mampu pula menguasai
masa depan.
2) Faktor Biologis
Faktor ini terdiri atas faktor neuro-kimia dan neuro-endokrin. Faktor
neurokimia, yaitu mono-amine neurotransmitters, kekurangan zat ini bisa
menyebabkan timbulnya depresi. Faktor neuro-endokrin bisa berasal dari
terjadinya disfungsi dalam sistem penyaluran rangsang dari hipotalamus
ke hipofise dan target organ lain, gangguan ritme biologis, meningkatnya
kardar hormon pertumbuhan secara berlebihan serta gangguan tiroid.
17
3) Faktor neuro-imunologis
Pada orang dewasa sering ditemukan gangguan dalam bidang imunologis
sehingga lebih mudah terjadi infeksi pada susunan syaraf pusat.
Kemungkinan lain adalah bahwa zat-zat imunologis tersebut terlalu aktif
sehingga menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat.
4) Faktor Genetik
Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Resiko untuk terjadinya
depresi meningkat antara 20 – 40 % untuk keluarga keturunan pertama.
Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi psikotik dan
depresi non-psikotik terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini.
Memiliki satu orangtua yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua
kali pada keturunannya. Resiko itu meningkat menjadi empat kali bila
kedua orangtuanya sama-sama mengalami depresi.
5) Faktor Psikososial
Seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara
banyak, status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan
karena meningggal atau perceraian serta buruknya fungsi keluarga,
merupakan faktor psikososial yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami depresi.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab terjadinya depresi yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor neuro-
imunologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.
18
2.1.4 Jenis-jenis Depresi
Jenis-jenis depresi berdasarkan DSM IV (1994: 153) dibagi menjadi tiga,
yaitu depresi ringan, depresi sedang, depresi berat. Adapun gejala utama atau
yang paling khas atau sering disebut dengan depresi mayor adalah sebagai berikut:
gangguan perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta
mudah lelah dalam melakukan kegiatan. Adapun jenis-jenis depresi adalah
sebagai berikut :
a. Depresi Ringan
Pada depresi ringan ini harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala
depresi yang khas, selain itu juga ditambah sekurang-kurangnya dua dari
gejala depresi yang lainnya dan tidak boleh ada gejala yang berat dalam
depresi, biasanya lamanya berlangsung adalah kurang lebih sekitar dua
minggu.
Pada umumnya orang yang mengalami depresi ringan akan mengalami
keadaan resah, serta sukar untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial,
namun pada depresi ringan ini seseorang atau individu masih mampu
untuk melakukan kegiatan.
b. Depresi Sedang
Harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala yang khas dari depresi,
kemudian ditambah sekurang-kurangnya tiga dari gejala depresi lainnya.
Beberapa dari gejala depresi sedang ini tampa terlihat atau menyolok.
Lamanya dari depresi sedang ini adalah minimal dua minggu. Pada
19
penderita depresi sedang biasanya individu sulit untuk melakukan kegiatan
sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
c. Depresi Berat
Pada depresi berat ini biasanya individu mengalami ketegangan atau
kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya
tidak berguna sangat nyata terlihat, dan bunuh diri merupakan hal yang
sangat nyata dialami oleh penderita depresi berat ini.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian-uraian diatas adalah pada
tingkatan depresi harus ada gejala yang khas yaitu gangguan perasaan (mood)
yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah menjadi lelah
dalam melakukan kegiatan. Kemudian pada depresi ringan ditambah sekurang-
kurangnya dua gejala lainnya, depresi sedang sekurang-kurangna tiga dan pada
depresi berat adanya keinginan untuk bunuh diri.
2.2 Kecerdasan Spiritual
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (dalam Agustian 2001:57), kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Menurut Zohar dan Marshall (dalam Nggermanto 2001:115), orang yang
pertama kali mengeluarkan ide tentang konsep kecerdasan spiritual, Zohar dan
Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu
20
pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau
jiwa sadar. Kecerdasan yang digunakan tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai
yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Menurut Sinetar (dalam Nggermanto 2001:117), Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang
terinspirasi, thesisness atau penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua
menjadi bagian.
Menurut Zuhri (dalam Zohar&Marshall 2000:xxvii) mendefinisikan
“kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan manusia yang digunakan untuk
berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat
besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya”.
Zuhri (dalam Nggermanto 2001:136) mengatakan bahwa kenikmatan-
kenikmatan duniawi, seperti makanan, mendukung dimensi fisik manusia
berkembang. Makanan bergizi, suplai oksigen yang memadai membuat otak fisik
manusia, terutama IQ bekerja optimal. Sedangkan kesulitan adalah yang
menumbuhkembangkan dimensi spiritual manusia. Dengan kesulitan kecerdasan
spiritual lebih tajam dan matang.
Menurut Nggermanto (2001:136), kecerdasan spiritual mampu
mentrasformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan
pendidikan spiritual yang bermakna. Semakin banyak kesulitan semakin
mematangkan kecerdasan spiritual. Dengan demikian kecerdasan spiritual justru
memicu seseorang maju, ketika yang lainnya mungkin mundur.
21
Menurut Khavari (dalam Nggermanto 2000:117), kecerdasan spiritual
adalah fakultas dari dimensi nonmaterial kita, roh manusia. Inilah intan yang
belum terasah yang kita semua memilikinya. Kita harus mengenalinya seperti apa
adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan
menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk
kebahagiaan lainnya, kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan dapat juga
diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk ditingkatkan tampaknya tidak
terbatas”. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Menurut Efendi (2005:207), kecerdasan spiritual adalah jenis kecerdasan
untuk bermain dengan batasan, memainkan “permainan tak terbatas”. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang memberi kita kemampuan membedakan, rasa
moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman
dan cinta. Kecerdasan spiritual adalah juga kecerdasan yang memberi kita
kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada
batasnya; kemampuan yang digunakan untuk bergulat dengan ikhwal baik dan
jahat, untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud-untuk bermimpi,
bercita-cita, dan mengangkat diri kita dari kerendahan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah suatu bentuk dimensi non material dan merupakan
kemampuan untuk memaknai kehidupan yang dapat menghasilkan karya kreatif
dalam berbagai bidang kehidupan dan merupakan kemampuan manusia yang
digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.
22
2.2.2 Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2000:14), tanda- tanda dari kecerdasan
spiritual yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan bersikap fleksibel
Kemampuan seseorang untuk bersikap adaptif secara spontan dan aktif,
memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan di saat
mengalami dilematis.
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
Kemampuan seseorang yang mencakup usaha untuk mengetahui batas
wilayah yang nyaman untuk dirinya, yang mendorong seseorang untuk
merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap bernilai,
berusaha untuk memperhatikan segala macam kejadian dan peristiwa
dengan berpegang pada agama yang diyakininya.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
Kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan
penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di kemudian hari.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
Kemampuan seseorang dimana di saat dia mengalami sakit, individu akan
menyadari keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan
yakin bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan.
23
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
Kualitas hidup seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan
berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan
tersebut.
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
Seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi mengetahui bahwa
ketika individu merugikan orang lain, maka berarti individu tersebut
merugikan dirinya sendiri sehingga enggan untuk melakukan kerugian yang
tidak perlu.
g. Berpikir secara holistik
Kemampuan seseorang untuk melihat dan memahami hikmah dari
keterkaitan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada individu.
h. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari
jawaban-jawaban yang mendasar
Kemampuan seseorang untuk menanyakan pada diri sendiri mengenai
peristiwa-peristiwa dasar dalam kelanjutan kehidupan manusia.
i. Menjadi pribadi mandiri
Kemampuan seseorang yang memilki kemudahan untuk bekerja melawan
konvensi dan tidak tergantung dengan orang lain.
Biasanya orang yang kecerdasan spiritualnya tinggi juga cenderung
menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yang bertanggung jawab untuk
membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan memberi
24
petunjuk penggunaannya. Atau dengan kata lain, ia mampu memberi inspirasi
kepada orang lain.
Menurut Zohar (dalam Efendi 2005:237), ada pula tujuh langkah praktis
mendapatkan kecerdasan spiritual yang lebih baik antara lain:
1. Menyadari dimana saya sekarang
2. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling
dalam
3. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan
4. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah
5. Menemukan dan mengatasi rintangan
6. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan
Mahayana dalam Nggermanto (2000:123-136) menyebutkan beberapa ciri
orang yang mempunyai kecerdasan spiritual antara lain :
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman
prilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia
secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan
melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar
semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
2. Kesatuan dan keragaman
Seorang dengan spiritual yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam
keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari kecerdasan spiritual, sebagaimana
25
Buzan (2003) mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat
gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup
usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan
masyarakat”.
3. Memaknai
Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu
identitas sesuatu yang paling signifikan. Sesorang yang memiliki kecerdasan
spiritual tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari
segala sisi kehidupan, baik karunia tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian
dari_Nya. Ia juga merupakan manisfestasi kasih sayang dari_Nya. Ujiannya
hanyalah pendewasaan spiritual manusia.
4. Kesulitan dan penderitaan
Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu
ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari subtsansi yang akan mengisi dan
mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani
kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan
mengukuhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk
mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah
menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual
manusia. Kecerdasan spiritual mampu mentransformasikan kesulitan menjadi
suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna.
Kecerdasan spiritual mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan
dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
26
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa aspek-
aspek kecerdasan spiritual yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas yaitu
memiliki prinsip dan visi yang kuat, memaknai suatu peristiwa, kemampuan
mencari solusi dari setiap kejadian atau peristiwa dan kemampuan menghadapi
kesulitan dan penderitaan.
2.3 Penyakit Kusta
2.3.1 Pengertian Penyakit Kusta
Penyakit Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman mycobacterium leprae yang menyerang kulit, syaraf tepi dan jaringan
tubuh lainnya. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit yang bersifat
asimtomatrik, sebagian kecil yang terlambat di diagnosa dan terlambat diobati,
memperlihatkan gejala klinis dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi
cacat. Gejala awal biasanya penderita tidak merasa terganggu hanya terdapat
kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan,
kelainan kulit ini kurang rasa atau hilang rasa (Pediatri, 2009).
Menurut (Sjamsoe 2003: 2) kusta dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Kusta pausibasilar (PB) atau kusta tipe kering, Pada kusta pausibasilar (PB),
tanda-tandanya meliputi bercak putih seperti panu yang mati rasa, permukaan
bercak kering, kasar, dan tidak berkeringat, sera batas (pinggir) bercak terlihat
jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering tersebut kurang/tidak
menular, tetapi apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat.
b. Kusta multibasilar (MB) atau kusta tipe basah, kusta multibasilar (MB) dapat
diketahui dengan beberapa tandanya adalah bercak putih kemerahan yang
27
tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi penebalan dan
pembengkakan pada bercak, pada permukaan bercak sering terdapat rasa bila
disentuh dengan kapas, pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering
terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah dapat menular
melalui kontak secara langsung dan lama.
Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan
berbagai masalah yang kompleks dan luas, dimana masalah yang ditimbulkan
bukan hanya dilihat dari segi medis, tetapi bisa meluas sampai kepada masalah
ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketahanan sosial serta masalah psikologis.
Penyakit kusta juga menimbulkan dampak atau masalah baik pada penderita
sendiri, keluarga dan masyarakat serta pada Negara (Depkes RI, 2000).
Masalah pada penderita penyakit kusta pada umumnya merasa rendah diri,
merasa tertekan batin, takut terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya,
sehingga penderita cenderung untuk hidup sendiri, apatis (masa bodo), bersikap
ketergantungan pada orang lain, kehilangan peran dimasyarakat (dikucilkan),
kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, segan berobat karena malu pada
masyarakat sekitarnya. Selain menimbulkan masalah bagi penderita, penyakit
kusta juga menimbulkan masalah bagi kelurga dan masyarakat sekitar. Adanya
perilaku keluarga dan masyarakat yang cenderung mengucilkan atau
menyingkirkan penderita kusta sehingga menyebabkan stres (stressor) pada
penderita kusta tersebut (Depkes RI, 2000).
28
Menurut Zulkifli (2003:5), seseorang yang merasakan dirinya menderita
penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis
ini, si penderita antara lain sebagai berikut :
a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
b. Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau
keluarganya menderita penyakit kusta.
c. Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya,
termasuk keluarganya.
d. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa
bodoh terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara
lain:
1. Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin,
takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi
keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang
wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat
mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).
2. Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun
dan pengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh
masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak
29
diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari
keluarga karena takut ketularan.
3. Masalah Terhadap Masyarakat.
Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi
kebudayaan dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan
penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan,
kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat
kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita
sulit untuk diterima di tengah-tengah masyarakat, masyarakat menjauhi
keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat
mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan.
2.4 Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Depresi Pada
Penyandang Cacat Pasca Kusta
Manusia sebagai makhluk sosial, mereka tidak dapat hidup tanpa
bergantung pada orang lain. Penderita kusta yang sudah sembuh dari sakit
memiliki harapan mereka bisa diterima di lingkungan masyarakat lagi dan diberi
kesempatan untuk bersosialisasi layaknya orang normal pada umumnya. Selama
ini bayangan cacat pasca kusta seringkali menyebabkan penderita cacat pasca
kusta tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka pernah menderita kusta.
Keinginan untuk tetap menjalani hidup normal setelah menderita kusta menjadi
faktor utama masalah yang mereka alami. Akibatnya akan ada perubahan
mendasar pada kepribadian dan tingkah lakunya.
30
Masalah psikososial yang timbul pada penyandang cacat pasca kusta lebih
menonjol dibandingkan masalah medis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya
stigma yang banyak dipengaruhi oleh berbagai paham dan informasi yang keliru
mengenai penyakit kusta. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap
penyandang cacat pasca kusta seringkali menyebabkan penyandang cacat pasca
kusta merasa tidak mendapat tempat di keluarganya dan lingkungan masyarakat.
Akibatnya penyandang cacat pasca kusta cenderung hidup menyendiri dan
mengurangi kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar, tergantung kepada orang
lain, merasa tertekan dan malu untuk berobat. Hal-hal tersebut yang akhirnya akan
mempengaruhi tingkat kualitas hidup mereka dan cenderung mengalami depresi
(Kuniarto, 2006:56).
Rahayu (2012:137) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penderita kusta di Kabupaten Pekalongan mengalami depresi, diperoleh hasil
bahwa faktor psikososial paling mempengaruhi penderita kusta mengalami
depresi dibanding faktor lain.
Menurut Sivalintar (2004:24) seseorang yang kecerdasan spiritualnya
rendah, cenderung lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan
hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk manghadapi masalahnya. Tanpa
pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang
akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurang-
mampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi.
Penelitian Saefullah (2008:126) mengungkapkan bahwa penghayatan
keagamaan ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik dan mental
31
lansia, lansia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang
kurang atau non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
Komitmen agama yang taat (terutama keberagaman intrinsik) berkaitan dengan
tingkat depresi yang lebih rendah.
Agustian (2001:58) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan
suatu kemampuan yang menguntungkan bagi individu untuk dapat mengatasi
tekanan-tekanan dalam hidupnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi, mereka akan lebih bisa menempatkan dirinya pada kondisi yang lebih
baik sesuai keyakinannya pada Tuhan Yang Maha Esa, begitupun sebaliknya
ketika kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang rendah, mereka akan
cenderung memikirkan hidupnya tidak berarti lagi karena keyakinan akan
kebesaran Tuhan sudah tidak ada, hal ini yang menyebabkan seseorang cenderung
mengalami depresi.
Aziz dan Mangestuti (2006: 1) meneliti pengaruh kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EI), dan kecerdasan spiritual (SI) terhadap agresivitas
pada mahasiswa UIN Malang diperoleh hasil korelasi sebesar = -,548 dengan
p=.000. Hasil ini menarik untuk dikaji lebih jauh karena diantara ketiga jenis
kecerdasan yang paling besar pengaruhnya terhadap agresivitas adalah kecerdasan
spiritual.
Oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta diharapkan mampu
menggali lebih dalam lagi kecerdasan spiritual yang mereka miliki agar masalah
yang mereka alami yang dapat menyebabkan depresi dapat diminimalisir. jadi
antara kecerdasan spiritual dengan depresi memiliki hubungan negatif, seseorang
32
yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka akan semakin terhindar dari
depresi, begitu pula sebaliknya apabila seseorang memiliki kecerdasan spiritual
yang rendah maka akan semakin terlihat jelas seseorang tersebut mengalami
depresi.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan
Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta.
Harapan penyandang cacat pasca kusta :
1. Dapat bersosialisasi dengan
masyarakat
2. Diterima lagi dilingkungan
tempat tinggal
3. Tidak dikucilkan
Kecerdasan spiritual
Tinggi
Kecerdasan spiritual
rendah
Depresi rendah Depresi tinggi
1. Memiliki prinsip dan visi yang
kuat
2. Memaknai suatu peristiwa
3. Kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan
4. Kemampuan menghadapi
masalah/kesulitan
1. Labilitas perasaan
2. Kecemasan
3. Perasaan bersalah
kelelahan,
4. Sukar konsentrasi
5. Keinginan mau bunuh
diri
Kenyataan
Bayangan cacat kusta
menyebabkan penderita pasca
kusta tidak dapat menerima
kenyataan bahwa mereka pernah
menderita kusta
Masalah yang timbul :
Masalah psikososial : stigma negatif dari masyarakat
berakibat penyandang cacat pasca kusta cenderung
menyendiri, merasa tertekan dan lebih tergantung pada
orang lain
33
2.7 Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan
depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara”. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin
rendah depresinya, begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritualnya
maka semakin tinggi depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah sesuatu yang penting dalam suatu penelitian.
Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan
dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Untuk mendapatkan
hasil yang optimal metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat serta
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang bertujuan
mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi menggunakan
metode sebagai berikut :
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunkan pendekatan kuantitatif korelasional karena
dalam pelaksanaannya mencari data sebanyak-banyaknya dan kemudian berusaha
untuk mendeskripsikan sejelas-jelasnya. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan metode statistika (Azwar 2012: 5).
Beberapa hal tersebut di atas peneliti memutuskan menggunakan
penelitian kuantitatif korelasional karena dengan adanya situasi tersebut penelitian
dengan metode ini akan lebih tepat digunakan.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yang itu angkanya
dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke
35
objek yang lain (Azwar 2012: 28) .Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Arikunto 2006:
119). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah depresi.
b. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel independen adalah
variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui
(Arikunto, 2006: 119). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kecerdasan spiritual.
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik karakteristik variabel tersebut yang
dipahami (Azwar 2012: 74). Definisi operasional juga merupakan penjelasan
atau konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian. Konsep atau
variabel penelitian merupakan dasar pemikiran peneliti yang akan
dikomunikasikan kepada para pembaca atau orang lain. Berikut ini adalah
definisi operasional dari variabel penelitian :
36
a. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan
(kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan,
kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. Depresi dalam
penelitian ini diukur melalui skala psikologi yang diadaptasi dari skala
Beck Depressions Inventory (BDI).
b. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk dapat memiliki
prinsip dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah
dan menghadapi masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada
Tuhan Yang Maha Esa.
3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat dalam
suatu penelitian. Didalam hubungan variabel ini kita akan melihat satu variabel
dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini adalah depresi sebagai
variabel tergantung sedangkan kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas.
Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat sebagai berikut :
Hubungan Antar Variabel Penelitian
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006: 130).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat pasca
kusta yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
Kecerdasan spiritual (X) Depresi (Y)
37
a. Penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara
b. Sudah benar-benar sembuh dari sakit kusta
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability
Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap
homogen (Sugiyono 2009: 82). Karena analisis penelitian didasarkan pada data
sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi maka
sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya
(Azwar 2012: 79-80).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat
pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri sejumlah 150 orang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel
dengan cara melakukan undian. Undian dilakukan pada subjek penelitian
sebanyak 150 orang dan sampelnya dipilih sebanyak 100 orang. Seluruh subjek
diberi nomor , yaitu dari 1 sampai dengan 150, sampel random dilakukan dengan
cara undian. Subjek disuruh mengambil undian tersebut sesuai yang disediakan
sebanyak 100 gulungan kertas, sehingga nomor nomor yang tertera pada gulungan
kertas yang terambil merupakan nomor yang menjadi subjek penelitian.
38
3.4 Metode Pengumpul Data
3.4.1 Penyusunan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data merupakan suatu yang sangat penting yang
digunakan untuk mengungkap fakta yang berhubungan dengan variabel yang akan
diteliti (Azwar 2012: 91). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Skala merupakan alat
pengukur psikologi yang biasa digunakan untuk mengukur aspek yang antara lain
memiliki ciri stimulusnya bersifat ambigu serta tidak terdapat jawaban benar dan
salah (Azwar 2012: 99).
Skala yang digunakan menggunakan model skala likert. Penskalaan model
likert ini merupakan penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon
sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala tiap pernyataan tidak akan
ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing, akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respon, setuju atau tidak setuju dari kelompok responden (Azwar 2012:
97).
3.4.1.1 Skala Depresi
Skala psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan
spiritual dan depresi. Indikator-indikator yang diungkap dalam skala depresi pada
penyandang cacat pasca kusta ini adalah 1) Labilitas perasaan; 2) Kecemasan; 3)
Perasaan bersalah; 4) Keinginan bunuh diri. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala depresi penyandang cacat pasca kusta yang diadaptasi
dari skala Beck Depressions Inventory (BDI) dan disusun dari dua pernyataan
yaitu favorable dan unfavorable. Setiap pernyataan mempunyai empat alternatif
39
jawaban dengan nilai yang bergerak dari satu sampai empat. Favorable artinya
untuk jawaban SS diberi skor 4, jawaban S diberi skor 3, jawaban TS diberi skor
2, dan jawaban STS diberi skor 1. Pernyataan unfavorable jawaban STS diberi
skor 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2 dan jawaban SS diberi
skor 1.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Depresi
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Labilitas perasaan 1,9,17,25,27,29,31 2,10,18,26,28,30,32 14
2. Kecemasan 3,11,19 4,12,20 6
3. Perasaan bersalah 5,13,21 6,14,22 6
4. Keinginan bunuh
diri
7,15,23 8,16,24 6
Jumlah 16 16 32
3.4.1.2 Skala Kecerdasan Spiritual
Skala psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan
spiritual dan depresi. Indikator-indikator yang diungkap dalam skala kecerdasan
spiritual ini adalah 1) Kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat
dan sejalan dengan kehendak Tuhan; 2) Kemampuan memaknai suatu peristiwa
atau kejadian secara positif/hikmah; 3) Kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan; 4) Kemampuan menghadapi masalah/Kesulitan. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan spiritual yang disusun dari
dua pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Setiap pernyataan mempunyai
empat alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari satu sampai empat.
Favorable artinya untuk jawaban STS diberi skor 1, jawaban TS diberi skor 2,
40
jawaban S diberi skor 3 dan jawaban SS diberi skor 4. Pernyataan unfavorable
jawaban STS diberi skor 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2 dan
jawaban SS diberi skor 1.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Memiliki prinsip dan
tujuan hidup yang kuat
dan sejalan dengan
kehendak Tuhan
1,9,17,25,33 2,10,18,26,34 10
2. Kemampuan memaknai
suatu peristiwa atau
kejadian secara
positif/hikmah
3,11,19,27,35 4,12,20,28,36 10
3. Kemampuan mencari
solusi
masalah/kesulitan
5,13,21,29,37 6,14,22,30,38 10
4. Kemampuan
menghadapi
masalah/Kesulitan
7,15,23,31,39 8,16,24,32,40 10
Jumlah 20 20 40
3.5 Validitas Dan Reliabilitas
3.5.1 Validasi Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengukur kecerdasan
spiritual dan depresi pada penyandang cacat pasca kusta. Penelitian ini
menggunakan skala dengan jumlah total 72 item. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya, skala ini telah mengalami banyak pengembangan. Dengan
profesional judgement yang sudah dilakukan, skala awal diujicobakan pada
kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang kemudian peneliti mencoba
41
melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau
pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam skala.
Berdasarkan uji coba kualitatif yang dilakukan peneliti, peneliti
menemukan beberapa kata dan kalimat yang sulit dipahami oleh subjek, seperti :
Pernyataan lain yang sulit dipahami oleh subjek adalah Menyadari bahwa
asap rokok yang saya hirup dapat merusak kesehatan orang lain disekitar.
Pernyataan ini subjek tidak menyetujui karena subjek merasa tidak melakukan hal
tersebut, untuk itu peneliti membuang dan mengganti penyataan tersebut menjadi
Menyadari bahwa penyakit yang saya alami menjadikan saya pribadi yang kuat
dalam menjalani hidup. Selanjutnya pernyataan yang sulit dipahami subjek yaitu
Saya memiliki prinsip hidup yang tidak mudah digoyangkan orang lain dan
Mampu menyadari jika tubuh saya menunjukkan tanda-tanda butuh istirahat.
Pernyataan ini subjek juga tidak menyetujui karena subjek merasa pernyataan
tersebut sulit dipahami, untuk itu peneliti membuang dan mengganti pernyataan
tersebut menjadi Saya lebih memilih untuk bekerja dalam kondisi apapun daripada
diminta berdiam diri dirumah dan Penderitaan yang saya alami menjadikan saya
kuat dalam menjalani hidup karena pernyataan tersebut lebih cocok untuk subjek.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
42
Tabel 3.3
Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif
No Item Lama Item Baru
1
Menyadari bahwa asap rokok yang
saya hirup dapat merusak kesehatan
orang lain disekitar.
Menyadari bahwa penyakit yang
saya alami menjadikan saya
pribadi yang kuat dalam menjalani
hidup.
2
Saya memiliki prinsip hidup yang
tidak mudah digoyangkan orang lain.
Saya lebih memilih untik bekerja
dalam kondisi apapun daripada
diminta berdiam diri dirumah.
3
Mampu menyadari jika tubuh saya
menunjukkan tanda-tanda butuh
istirahat.
Penderitaan yang saya alami
menjadikan saya kuat dalam
menjalani hidup.
Pernyataan lain yang sulit dipahami oleh subjek adalah “ Saya suka
mempercepat laju kendaraan walaupun kondisi jalan raya sangat padat”.
Pernyataan ini hampir semua subjek tidak menyetujui karena mereka melihat
kondisi fisiknya tidak memungkinkan melakukan itu, sehingga peneliti memilih
untuk membuang pernyataan tersebut. Sedangkan untuk skala depresi peneliti
memilih untuk membuang pernyataan yang bersifat opini.
Skala kemudian direvisi kembali dengan tetap mempertahankan format 72
item dengan perubahan pada item-item yang dianggap menyulitkan subjek.
Kemudian skala disusun dalam bentuk booklet dan diujicobakan kepada 40 orang
subjek. Pelaksanaan uji coba skala dimaksudkan untuk mengujicobakan skala
kecerdasan spiritual dan skala depresi pada penyandang cacat pasca kusta
disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian
ini dilakukan uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu
kepada subjek uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek
penelitian.
43
Analisis validitas data uji coba kecerdasan spiritual dan skala depresi
menggunakan teknik uji coba Product Moment dari Pearson, sedangkan analisis
reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan software
komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows.
Hasil try out yang menggunakan software komputer yaitu SPSS Versi 17.0
For Windows adalah sebagai berikut:
3.1 Skala Depresi
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 32 item terdapat 8 item
yang tidak valid, yaitu 1, 2, 6, 11, 13, 22, 25, 31 dan sisanya 24 item
dinyatakan valid. Hasil try out dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Item yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan
sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan
item yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala
depresi yang baru terdapat 24 item pernyataan. Item item yang gugur dan yang
memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Sebaran Item Uji Coba Skala Depresi
Setelah Uji Coba
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Labilitas perasaan 1*,9,17,25*,27
,29,31*
2*,10,18,26,28,30,32 14
2. Kecemasan 3,11*,19 4,12,20 6
3. Perasaan bersalah 5,13*,21 6*,14,22* 6
4. Keinginan bunuh
diri
7,15,23 8,16,24 6
Jumlah 16 16 32
44
Penyebaran butir-butir item penelitian variable depresi dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 3.5
Sebaran Baru Item Skala Depresi Penelitian
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Labilitas perasaan 1,9,16,21 2,10,17,22,23,24 10
2. Kecemasan 3,11 4,12,18 5
3. Perasaan bersalah 5,13 6 3
4. Keinginan bunuh
diri
7,14,19 8,15,20 6
Jumlah 11 13 24
3.2 Skala Kecerdasan Spiritual
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 40 item terdapat 15 item
yang tidak valid, yaitu 2, 4, 6, 9, 11, 16, 18, 20, 24, 27, 29, 32, 33, 34, 37 dan
sisanya 25 item dinyatakan valid. Hasil try out dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Item yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan
sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan
item yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala
kecerdasan spiritual yang baru terdapat 25 item pernyataan. Item item yang
gugur dan yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
45
Tabel 3.6
Sebaran Item Uji Coba Skala Kecerdasan Spiritual Setelah Uji Coba
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Memiliki prinsip dan
tujuan hidup yang kuat
dan sejalan dengan
kehendak Tuhan
1,9*,17,25,33* 2*,10,18*,26,34* 10
2. Kemampuan
memaknai suatu
peristiwa atau kejadian
secara positif/hikmah
3,11*,19,27*,35 4*,12,20*,28,36 10
3. Kemampuan mencari
solusi
masalah/kesulitan
5,13,21,29*,37* 6*,14,22,30,38 10
4. Kemampuan
menghadapi
masalah/Kesulitan
7,15,23,31,39 8,16*,24*,32*,40 10
Jumlah 20 20 40
Tanda (*) : nomor item yang tidak valid
Tabel 3.7
Sebaran Baru Item Skala Kecerdasan Spiritual Penelitian
NO. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Memiliki prinsip dan
tujuan hidup yang kuat
dan sejalan dengan
kehendak Tuhan
1,9,17 2,10 5
2. Kemampuan memaknai
suatu peristiwa atau
kejadian secara
positif/hikmah
3,11,18 4,12,19 6
3. Kemampuan mencari
solusi
masalah/kesulitan
5,13,20
6,14,21,23
7
4. Kemampuan
menghadapi
masalah/Kesulitan
7,15,22,24,25
8,16
7
Jumlah 14 11 25
46
3.5.2 Validitas
“Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (test) dalam melakukan
fungsi ukurnya” (Azwar 2011: 5). Jadi jika alat ukur tersebut dapat menjalankan
fungsinya dengan baik yaitu alat ukur tersebut dapat mencapai tujuan pengukuran
yang dikehendaki dengan tepat, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi.
Validitas skala kecerdasan spiritual dan skala depresi dalam penelitian ini
akan diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur sejauh
mana kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat pasca kusta
mengungkap konsep teoritik yang ingin diukur. Allen & Yen (dalam Azwar 2011:
48) mengatakan bahwa validitas konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan
sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau kontrak teoritik yang hendak
diukurnya.
Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara
pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi
product moment, karena item yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan korelasi antara skor item dan skor total item.
3.5.3 Reliabilitas
Azwar (2011: 4) mengatakan bahwa ide pokok yang terkandung dalam
konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Reliabilitas memiliki banyak nama, seperti keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebaginya.
47
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat
tersebut sudah baik (Arikunto 2006: 178).
Reliabilitas skala kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat
pasca kusta dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal karena hanya
melakukan perhitungan berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar
(2011: 42) pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat
konsistensi antaritem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan koefisien alpha cronbach.
Berdasarkan hasil pengujian melalui software komputer yaitu SPSS Versi
17.0 For Windows diperoleh hasil untuk reliabilitas skala depresi penyandang
cacat pasca kusta diperoleh koefisien alpha cronbach reliabilitas sebesar 0,860,
sedangkan skala kecerdasan spiritual diperoleh koefisien alpha cronbach
reliabilitas sebesar 0,820. Untuk kedua reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak
untuk digunakan dalam penelitian.
3.6 Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba dilakukan tanggal 27 Desember 2013 diberikan pada
subjek sebanyak 40 orang dengan mengambil penyandang cacat pasca kusta di
Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara ini menggunakan skala
dengan jumlah total 72 item. Skala tersebut diisi dan dikembalikan dua hari
setelah skala disebar, kemudian diolah untuk mengetahui item yang valid. Skala
awal diujicobakan pada kelompok subjek yang kemudian peneliti mencoba
melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau
48
pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam skala. Setelah item
diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai instrument untuk mengumpulkan
data penelitian.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu cara menguraikan data menurut unsur-
unsur yang adal di dalamnya, sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Data
yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenarannya, sehingga diperoleh
hasil penelitian yang meyakinkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan product moment dari Pearson menggunakan software komputer
yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows.
Data dari skala kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat
pasca kusta kemudian dibandingkan dengan cara pemberian kriteria yang sesuai
dalam Azwar (2012: 126-127), sehingga diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.8
Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan
Mean Hipotetik
Interval skor Kriteria
(µ + 1 σ) ≤ X Tinggi
(µ - 1 σ) ≤ X < (µ + 1 σ) Sedang
X < (µ - 1 σ) Rendah
Keterangan:
µ : mean teoritis
σ : mean deviasi
49
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil analisis
data dan pembahasan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi
pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri
Jepara. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan
mengenai analisis data tersebut secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala
psikologi. Data tersebut akan dianalisis menggunakan metode yang telah ditentukan.
Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan
diuraikan sebagai berikut.
4.1 Persiapan Penelitian
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di Liposos Donorojo. Subjek penelitian
adalah penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara. Subjek penelitian ini berjumlah 150 penyandang cacat pasca kusta
yang diambil sampel sebanyak 100 penyandang cacat pasca kusta.
Penelitian yang bertempat di Liposos Donorojo Jepara ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi.
50
Pertimbangan melakukan penelitian pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara adalah sebagai berikut:
a. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan
penelitian.
b. Fenomena yang terjadi peneliti melihat kondisi penyandang cacat pasca kusta
setelah sembuh dari sakit akibat kusta.
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh penyandang cacat pasca kusta di Liposos
Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. namun ada beberapa penyandang cacat
yang tidak dijadikan sampel karena sudah tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan
masih dibawah umur, sehingga peneliti tidak bisa mengikut sertakan mereka. Maka
peneliti menetapkan jumlah subyek adalah 100 penyandang cacat pasca kusta dari
total 150 orang penyandang cacat pasca kusta.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan tanggal 18 Januari 2013 sampai dengan 20 Januari
2013. Pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan spiritual dan skala depresi
kepada 100 orang penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara.
Setelah melalui pertimbangan, item-item yang tidak valid dibuang dengan alasan
karena setiap indikator masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-item yang
valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan analisis hasil penelitian kepada
51
subjek yang sebenarnya, maka ditetapkan skala kecerdasan spiritual berjumlah 25
item, dan skala depresi berjumlah 24 item dengan jumlah total item untuk penelitian
sebanyak 49 item.
4.2.2. Pelaksanaan Skoring
Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi responden
kemudian dilakukan penyekoran. Langkah langkah penyekoran dilakukan dengan
memberikan skor pada masing masing jawaban yang telah diisi oleh responden
dengan rentang skor satu sampai empat pada skala kecerdasan spiritual dan skala
depresi pada penyandang cacat pasca kusta yang selanjutnya ditabulasi. Setelah
dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan olah data yang meliputi uji
normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis.
4.3 Analisis Deskripsi
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil
penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan
kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode
statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean teoritik, dan standard deviasi
(σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, dan skor maksimal serta skor minimal
pada masing-masing alternatif jawaban. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal (Azwar, 2007: 108).
Deskripsi data dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan
terlebih dahulu. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab 1, permasalahan yang
ingin diungkap adalah bagaimanakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
52
depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara.
4.3.1 Gambaran Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara
Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala depresi, dimana
skala tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang menyusunnya. Oleh
karena itu, gambaran depresi penyandang cacat pasca kusta dapat ditinjau baik secara
umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap indikator). Berikut merupakan gambaran
depresi penyandang cacat pasca kusta yang ditinjau secara umum dan spesifik.
4.3.1.1 Gambaran Umum Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara
Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala depresi, dimana
skala tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang menyusunnya. Oleh
karenanya, gambaran depresi, dapat ditinjau baik secara umum maupun secara
spesifik (ditinjau dari tiap indikator). Berikut merupakan gambaran depresi, yang
ditinjau secara umum dan spesifik.
Depresi dipandang sebagai suatu perilaku dimana seseorang mengalami suatu
keadaaan yang membuat dia terpuruk dan merasa tidak berarti lagi hidup di dunia.
Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan (kesedihan,
kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah dan keinginan bunuh diri.
53
Depresi ini dapat dilihat dari empat indikator yang mendukung. Keempat indikator
tersebut diungkap melalui skala dengan jumlah item sebanyak 24 buah dengan skor
tertinggi 4 dan skor terendah 1 masing-masing per item. Rentang minimumnya adalah
24 dan maksimumnya 96 dengan mean teoritis 60.
Skor tertinggi = 24 x 4 = 96
Skor terendah = 24 x 1 = 24
Mean teoritis (µ) = 24 x 2,5 = 60
Standar deviasi (σ) =
= = 12
Tabel 4.1
Kriteria Depresi
Interval Skor Interval Kriteria
µ + 1σ ≤ X 72 ≤ X Tinggi
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 48 ≤ X < 72 Sedang
X < µ - 1σ X < 48 Rendah
Sesuai dengan kriteria depresi di atas, maka penyandang cacat pasca kusta yang
memiliki skor 72 ≤ X berarti depresinya tinggi, dengan skor 48 ≤ X < 72 berarti
depresinya sedang, dan penyandang cacat pasca kusta yang memiliki skor X< 48
berarti depresinya rendah.
54
Tabel 4.2
Gambaran Depresi
Interval Skor Kriteria Depresi
F %
72 ≤ X Tinggi 18 18 %
48 ≤ X < 72 Sedang 66 66 %
X < 48 Rendah 16 16 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan ketegori di atas, maka dari tabel dapat diketahui depresi penyandang
cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi sebanyak 18 % (18 orang), berada
dalam ketegori sedang sebanyak 66 % (66 orang), sedangkan berada dalam ketegori
rendah 16 % (16 orang). Dari uraian menunjukkan bahwa depresi penyandang cacat
pasca kusta berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 66 %. Gambaran depresi
penyandang cacat pasca kusta dapat di lihat pada diagram di bawah ini.
Diagram 4.1
Gambaran Umum Depresi
55
4.3.1.2 Gambaran Spesifik Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Berdasarkan Tiap Indikator
Depresi ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri.
4.3.1.2.1. Gambaran Umum Depresi berdasarkan labilitas perasaan.
Gambaran Depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan dijelaskan sebagai
berikut:
Skor tertinggi = 10 x 4 = 40
Skor terendah = 10 x 1 = 10
Mean teoritis (µ) = 10 x 2,5 = 25
Standar deviasi (σ) =
= = 5
Tabel 4.3
Gambaran Labilitas Perasaan
Interval Skor Kriteria Labilitas perasaan
F %
30 ≤ X Tinggi 19 19 %
20 ≤ X < 30 Sedang 61 61 %
X < 20 Rendah 20 20 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengalami depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan yang tergolong sedang.
Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi
56
berjumlah 19 %, sedangkan 61 %, tergolong sedang, dan sisanya sebesar 20 % masuk
dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 4.2
Gambaran Depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan
4.3.1.2.2. Gambaran Umum Depresi berdasarkan Kecemasan
Gambaran Depresi berdasarkan indikator kecemasan dijelaskan sebagai berikut:
Skor tertinggi = 5 x 4 = 20
Skor terendah = 5 x 1 = 5
Mean teoritis (µ) = 5 x 2,5 = 12,5
Standar deviasi (σ) =
= = 2,5
57
Tabel 4.4
Gambaran Kecemasan
Interval Skor Kriteria Kecemasan
F %
15 ≤ X Tinggi 22 22 %
10 ≤ X < 15 Sedang 65 65 %
X < 10 Rendah 13 13 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengalami depresi berdasarkan indikator kecemasan yang tergolong rendah. Hal
tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi
berjumlah 22 % sedangkan 65 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar
13 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
persentase di bawah ini:
Diagram 4.3
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Kecemasan
58
4.3.1.2.3. Gambaran Umum Depresi berdasarkan Perasaan Bersalah.
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Perasaan Bersalah dijelaskan sebagai
berikut
Skor tertinggi = 3 x 4 = 12
Skor terendah = 3 x 1 = 3
Mean teoritis (µ) = 3 x 2,5 = 7,5
Standar deviasi (σ) =
= = 1,5
Tabel 4.5
Gambaran Perasaan Bersalah
Interval Skor Kriteria Perasaan Bersalah
F %
9 ≤ X Tinggi 23 23 %
6 ≤ X < 9 Sedang 73 73 %
X < 6 Rendah 4 4 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengalami depresi berdasarkan indikator perasaan bersalah yang tergolong sedang.
Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi
berjumlah 23 % sedangkan 73 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar
4 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
persentase di bawah ini:
59
Diagram 4.4
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Perasaan Bersalah
4.3.1.2.4. Gambaran Umum Depresi berdasarkan Keinginan Bunuh Diri
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Keinginan Bunuh Diri dijelaskan sebagai
berikut:
Skor tertinggi = 6 x 4 = 24
Skor terendah = 6 x 1 = 6
Mean teoritis (µ) = 6 x 2,5 = 15
Standar deviasi (σ) =
= = 3
Tabel 4.6
Gambaran Keinginan Bunuh Diri
Interval Skor Kriteria Keinginan Bunuh Diri
F %
18 ≤ X Tinggi 22 22 %
12 ≤ X < 18 Sedang 59 59 %
X < 12 Rendah 19 19 %
Jumlah 100 100 %
60
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengalami depresi berdasarkan indikator keinginan bunuh diri yang tergolong
sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong
kriteria tinggi berjumlah 22 % sedangkan 59 % tergolong dalam kriteria sedang dan
sisanya sebesar 19 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.5
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Keinginan Bunuh Diri
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengalami depresi berdasarkan indikator keinginan bunuh diri yang tergolong
sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong
kriteria tinggi berjumlah 22 % sedangkan 59 % tergolong dalam kriteria sedang dan
sisanya sebesar 19 % masuk dalam kriteria rendah.
61
Penjelasan secara deskriptif mengenai depresi penyandang cacat pasca kusta sebagai
mana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara ringkas pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.7
Ringkasan Deskriptif
Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta
Depresi Kategorisasi
Tinggi Sedang Rendah
Labilitas perasaan 19 % 61 % 20 %
Kecemasan 22 % 65 % 13 %
Perasaan bersalah 65 % 73 % 4 %
Keinginan bunuh diri 13 % 59 % 19 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas depresi penyandang cacat pasca
kusta berada dalam kategori sedang.
4.3.2 Gambaran Kecerdasan Spiritual Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di
Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara
Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan
spiritual, dimana skala tersebut disusun berdasarkan indikator – indikator yang
menyusunnya. Oleh karena itu, gambaran kecerdasan spiritual penyandang cacat
pasca kusta dapat ditinjau baik secara umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap
indikator). Berikut merupakan gambaran kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca
kusta yang ditinjau secara umum dan spesifik.
62
4.3.2.1 Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Pada Penyandang Cacat Pasca
Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memiliki prinsip
dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah dan menghadapi
masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Kecerdasan spiritual ini menjadi penting bagi penyandang cacat pasca kusta karena
untuk mengetahui seberapa tinggi kecerdasan spiritual yang mereka miliki agar bisa
terhindar dari kecenderungan depresi yang akan menimpa mereka setelah sembuh
dari sakitnya.
Kecerdasan Spiritual ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu kemampuan
memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat, kemampuan memaknai suatu pristiwa
secara positif, kemampuan mencari solusi masalah dan kemampuan menghadapi
masalah atau kesulitan. Keempat indikator tersebut diungkap melalui skala dengan
jumlah item sebanyak 25 buah dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 masing-
masing per item. Rentang minimumnya adalah 25 dan maksimumnya 100 dengan
mean teoritis 62,5.
Skor tertinggi = 25 x 4 = 100
Skor terendah = 25 x 1 = 25
Mean teoritis (µ) = 25 x 2,5 = 62,5
Standar deviasi (σ) =
= = 12,5
Tabel 4.8
63
Kriteria Kecerdasan Spiritual
Interval Skor Interval Kriteria
µ + 1σ ≤ X 75 ≤ X Tinggi
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 50 ≤ X < 75 Sedang
X < µ - 1σ X < 50 Rendah
Sesuai dengan kriteria kecerdasan spiritual di atas, maka penyandang cacat pasca
kusta yang memiliki skor 75 ≤ X berarti memiliki kecerdasan spiritual tinggi, dengan
skor 50 ≤ X < 75 berarti memiliki kecerdasan spiritual sedang, dan penyandang cacat
pasca kusta yang memiliki skor X< 50 berarti memiliki kecerdasan spiritual rendah.
Tabel 4.9
Gambaran Kecerdasan Spiritual
Interval Skor Kriteria Kecerdasan Spiritual
F %
75 ≤ X Tinggi 40 40 %
50 ≤ X < 75 Sedang 60 60 %
X < 50 Rendah 0 0 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan ketegori di atas, maka dari tabel dapat diketahui kecerdasan spiritual
penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi sebanyak 40 % (40
orang), berada dalam ketegori sedang sebanyak 60 % (60 orang), sedangkan berada
dalam ketegori rendah 0 % (- orang). Dari uraian menunjukkan bahwa kecerdasan
spiritual penyandang cacat pasca kusta berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak
60 % . Gambaran umum kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta dapat di
lihat pada diagram di bawah ini.
64
Diagram 4.6
Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di
Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara
Kecerdasan spiritual terdiri dari 4 indikator. Gambaran setiap indikator kecerdasan
spiritual akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.
4.3.2.2.1 Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang Kuat dan
Sejalan Dengan Kehendak Tuhan
Kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan
kehendak Tuhan mencakup kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memiliki dan
mempertahankan prinsip dan tujuan hidup yang kuat yang sesuai dengan kehendak
Tuhan. Guna melihat gambaran memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan
sejalan dengan kehendak Tuhan pada penyandang cacat pasca kusta digunakan 5 item
yang menggambarkan kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan
65
sejalan dengan kehendak Tuhan dari skala kecerdasan spiritual. Gambarannya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Skor tertinggi = 5 x 4 = 20
Skor terendah = 5 x 1 = 5
Mean teoritis (µ) = 5 x 2,5 = 12,5
Standar deviasi (σ) =
= = 2,5
Tabel 4.10
Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang Kuat dan Sejalan
Dengan Kehendak Tuhan
Interval Skor
Kriteria
Kemampuan Memiliki
Prinsip dan Tujuan
Hidup Yang Kuat dan
Sejalan Dengan
Kehendak Tuhan
F %
15 ≤ X Tinggi 36 36 %
10 ≤ X < 15 Sedang 61 61 %
X < 10 Rendah 3 3 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan memiliki prinsip
dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan akan usaha
penyandang cacat pasca kusta untuk memiliki prinsip yang tidak mudah digoyahkan
orang lain dan mencapai tujuan hidup serta mencari cara untuk mengembangkan
rencana untuk mencapai tujuannya mereka berada pada ketegori tinggi 36 % (36
66
orang), ketegori sedang 61 % (61 orang), dan kategori rendah 3 % (3 orang). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.7
Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Memiliki
Prinsip dan Tujuan Hidup yang Kuat dan Sejalan Dengan Kehendak Tuhan
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha penyandang cacat
pasca kusta untuk memiliki prinsip yang tidak mudah digoyahkan orang lain dan
mencapai tujuan hidup berada dalam ketegori sedang yaitu 61 % (61 orang). Hal ini
berarti mereka dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai kehendak
Tuhan Yang Maha Esa.
67
4.3.2.2.2 Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif
Kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif merupakan
suatu kemampuan untuk memaknai sesuatu hal yang terjadi pada diri penyandang
cacat pasca kusta secara positif. Mereka menyadari bahwa memaknai sesuatu hal
yang terjadi pada diri mereka secara positif dapat mempengaruhi kehidupan mereka
menjadi lebih baik dan bermakna. Guna melihat gambaran kemampuan memaknai
suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta digunakan
6 item yang menggambarkan kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara
positif pada penyandang cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual. Gambaran
kecerdasan spiritual berdasarkan indikator kemampuan memaknai suatu
peristiwa/kejadian secara positif dijelaskan sebagai berikut.
Skor tertinggi = 6 x 4 = 24
Skor terendah = 6 x 1 = 6
Mean teoritis (µ) = 6 x 2,5 = 15
Standar deviasi (σ) =
= = 3
68
Tabel 4.11
Gambaran Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif Pada
Penyandang Cacat Pasca Kusta
Interval Skor
Kriteria
Kemampuan Memaknai
Suatu Peristiwa/Kejadian
Secara Positif
F %
18 ≤ X Tinggi 38 38 %
12 ≤ X < 18 Sedang 61 61 %
X < 12 Rendah 1 1 %
100 100 %
Berdasarkan hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan memaknai
suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta berada
pada ketegori tinggi 38 % (38 orang), ketegori sedang 61 % (61 orang), ketegori
rendah 1 % (1 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah
ini:
Diagram 4.8
Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Memaknai Suatu
Peristiwa/Kejadian Secara Positif
69
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian
secara positif pada penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori sedang 61 %
(61 orang). Ini berarti mereka dapat memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara
positif.
4.3.2.2.3 Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan
Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan adalah kemampuan dimana
seseorang dapat mencari solusi ketika mereka mendapatkan masalah atau kesulitan.
Mereka akan berusaha mencari solusi dengan cara yang baik agar dapat
menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami. Guna melihat gambaran
kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta
digunakan 7 item yang menggambarkan kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual.
Gambaran kecerdasan spiritual berdasarkan indikator kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan dijelaskan sebagai berikut.
Skor tertinggi = 7 x 4 = 28
Skor terendah = 7 x 1 = 7
Mean teoritis (µ) = 7 x 2,5 = 17,5
Standar deviasi (σ) =
= = 3,5
70
Tabel 4.12
Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan
Interval Skor
Kriteria
Kemampuan Mencari
Solusi Masalah/Kesulitan
F %
21 ≤ X Tinggi 29 29 %
14 ≤ X < 21 Sedang 68 68 %
X < 14 Rendah 3 3 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi 29 %
(29 orang), ketegori sedang 68 % (68 orang), dan ketegori rendah 3 % (3 orang).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.9
Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Mencari Solusi
Masalah/Kejadian
71
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan
pada penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori sedang 68 % (68 orang).
Ini berarti mereka dapat mencari solusi masalah/kesulitan.
4.3.2.2.4 Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan
Kemampuan menghadapi masalah/kesulitan adalah suatu kemampuan
seseorang untuk menghadapi suatu masalah yang sedang mereka alami dengan cara
yang baik dan dapat menyelesaikannya. Guna melihat gambaran kemampuan
menghadapi masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta digunakan 7 item
yang menggambarkan kemampuan menghadapi masalah/kesulitan pada penyandang
cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual. Gambaran kecerdasan spiritual
berdasarkan indikator kemampuan menghadapi masalah/kesulitan dijelaskan sebagai
berikut.
Skor tertinggi = 7 x 4 = 28
Skor terendah = 7 x 1 = 7
Mean teoritis (µ) = 7 x 2,5 = 17,5
Standar deviasi (σ) =
= = 3,5
72
Tabel 4.13
Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan
Interval Skor
Kriteria
Kemampuan
Menghadapi
Masalah/Kesulitan
F %
21 ≤ X Tinggi 30 30 %
14 ≤ X < 21 Sedang 69 69 %
X < 14 Rendah 1 1 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghadapi
masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta akan usaha penyandang cacat
pasca kusta untuk menghadapi maslah dan kesulitanyang sedang mereka alami berada
pada ketegori tinggi 30 % (30 orang), ketegori sedang 69 % (69 orang), dan kategori
rendah 1 % (1 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah
ini:
Diagram 4.10
Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan
Menghadapi Masalah/Kesulitan
73
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha penyandang cacat pasca
kusta untuk menghadapi masalah berada dalam ketegori sedang yaitu 69 % (69
orang). Hal ini berarti penyandang cacat pasca kusta dapat menghadapi
masalah/kesulitan yang dialami.
Tabel 4.14
Ringkasan Deskriptif
Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta
Kecerdasan Spiritual Kategorisasi
Tinggi Sedang Rendah
Memiliki prinsip dan
tujuan hidup yang kuat
dan sejalan dengan
kehendak Tuhan
36%
61 %
3 %
Kemampuan memaknai
suatu peristiwa atau
kejadian secara
positif/hikmah
38%
61 %
1 %
Kemampuan mencari
solusi masalah/kesulitan
29 % 68 % 3 %
Kemampuan menghadapi
masalah/kesulitan
30 % 69 % 1 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas kecerdasan spiritual
penyandang cacat pasca kusta berada dalam kategori sedang.
4.4 Hasil Uji Asumsi
4.4.1 Uji Normalitas
Maksud dari uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis (Arikunto, 2006: 301). Uji normalitas terhadap data yang
74
diperoleh, dilakukan sebelum analisis data, yaitu untuk memenuhi asumsi dasar
analisis korelasi product moment dari Pearson.
Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KS D
Normal Parameters a b
N
Mean
Std. Deviation
100
73.1600
6.97574
100
62.4500
11.97082
Most Extreme
Differences
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sign (2-tailed)
.078
.063
-.078
.780
.576
.177
.097
-.177
1.766
.004
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data
Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran jika p > 0,05 maka sebaran
dinyatakan normal dan jika p < 0,05 maka dinyatakan tidak normal. Pada uji
normalitas terhadap skala kecerdasan spiritual, diperoleh koefisien K-SZ sebesar
0,780, dengan nilai signifikansi sebesar 0,576 (p > 0,05 signifikan). Hasil tersebut
menunjukkan sebaran data berdistribusi normal.
Pada uji normalitas terhadap skala depresi, diperoleh koefisien K-SZ sebesar 1,766,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 (p > 0,01 signifikan). Hasil tersebut
menunjukkan sebaran data berdistribusi normal.
75
4.4.2 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variable X dan Y
membentuk garis linear atau tidak. Untuk menguji linearitas tersebut, digunakan
software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows. kaidah yang digunakan untuk
mengetahui linier atau tidaknya sebaran adalah jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan
linier, dan jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linier.
Hasil perhitungan diperoleh F sebesar 13,835 dengan p = 0,000. Dikarenakan p <
0,05 maka pola hubungan antar variabel kecerdasan spiritual dengan depresi pada
penyandang cacat pasca kusta adalah linier. Hasil uji coba linieritas disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.16
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
KS*D
Between Groups Within Groups Total
(Combined) Linearity
Deviation from
Linearity
Sum of Squares
5776.180 1662.246 4113.934 8410.570 14186.750
Df 29 1 28 70 99
Mean Square 199.179 1662.246 146.926 120.151
F 1.685 13.835 1.223
Sig. .044 .000 .246
76
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual
dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimaskin Bangsri Jepara yang perhitungannya menggunakan bantuan software
komputer yaitu program SPSS Versi 17.0 For Windows.
Tabel 4.17
Hasil Uji Korelasi Variabel Kecerdasan Spiritual dan Depresi
Correlations
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa koefisien korelasi (r) kecerdasan spiritual
dengan depresi sebesar 0,342 dengan taraf signifikansi p = 0,000 dimana p <0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ ada hubungan negatif yang
signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca
kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara” ditolak. Nilai koefisien
korelasi positif menunjukkan hubungan lurus, dimana hubungan yang terjadi adalah
hubungan positif. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lain.
Artinya jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi juga tinggi pada penyandang
cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
KS
D
KS Pearson Correlation 1 .342 **
Sig. (2-tailed) . .000
N 100 100
D Pearson Correlation .342** 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 100 100
77
4.5 Pembahasan
4.5.1. Pembahasan Analisis Deskriptif Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi
Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan
Yastimakin Bangsri Jepara
4.5.1.1 Depresi
Depresi dipandang sebagai suatu perilaku yang dapat menyebabkan seseorang
kehilangan kontrol pada dirinya. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan
labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri.
Secara umum depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara berada pada kategori sedang yaitu dengan presentasi
tinggi yaitu sebesar 18 %, sedangkan kategori sedang yaitu sebesar 66 %, dan sisanya
pada kategori rendah yaitu sebesar 16 %. Artinya bahwa penyandang cacat pasca
kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara masih mengalami
depresi yang ditandai dengan gejala-gejala perasaan yang labil, kecemasan, rasa
bersalah pada sesuatu dan keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Depresi yang terjadi pada responden penelitian sangat beragam. Depresi dapat dilihat
ketika responden mengalami masalah psikososial ketika sudah sembuh dari sakitnya.
Mereka akan merasa dijauhi oleh orang-orang terdekat maupun masyarakat. Karena
itu mereka merasa sudah tidak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup yang
biasanya ditandai dengan gejala keinginan untuk bunuh diri, kecemasan yang
melanda, perasaan bersalah serta perasaan yang labil. Kaplan, dkk (1997: 780-789),
78
mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor psikososial dimana perisitwa yang terjadi pada kehidupan seseorang
diakibatkan karena lingkungan keluarga dan masyarakat, hal ini yang menimbulkan
terjadinya depresi pada seseorang.
Depresi secara umum yang terjadi pada subjek penelitian berada pada kriteria tinggi.
Hal ini dapat diketahui berdasarkan mean subjek penelitian berada pada kategori
tinggi dalam depresi. Meskipun mean responden berada dalam kategori tinggi, namun
dari distribusi frekuensi terlihat bahwa sebanyak 66 % subjek penelitian yang berada
dalam kriteria sedang yang sedang mengalami depresi.
Data yang diperoleh mengungkapkan hasil yang lebih rinci mengenai depresi dibagi
dalam gejala gejala yang berbeda maka ditemukan bagaimana responden penelitian
mengalami depresi. Gejala depresi yang paling banyak terlihat dari subjek penelitian
adalah perasaan bersalah. Hal ini dapat terlihat saat subjek mengalami perasaan
bersalah ketika mereka sudah sembuh dari sakitnya. Sebanyak 73 % responden
mengalami perasaan bersalah dalam kategori sedang. Berdasarkan data ini maka
dapat disimpulkan bahwa mengalami perasaan bersalah merupakan gejala yang
paling terlihat dalam depresi pada subjek penelitian.
Gejala kedua yang terjadi dalam depresi adalah kecemasan. Berdasarkan temuan
penelitian tampak bahwa sebanyak 65 % subjek mengaku mengalami kecemasan saat
mereka baru sembuh dari sakityang dialaminya.
Depresi ketiga yang terlihat pada subjek penelitian adalah labilitas perasaan. Hal ini
terlihat pada subjek saat mereka mengalami masalah yang berkaitan dengan kondisi
79
fisiknya dan masalah psikososial. Sebanyak 61 % subjek mengalami labilitas
perasaan pada kategori sedang.
Depresi keempat terlihat pada subjek penelitian adalah keinginan bunuh diri. Hal ini
terlihat ketika subjek sudah dalam kondisi yang sangat terpuruk sehingga timbul
keinginan bunuh diri. Sebanyak 59 % subjek penelitian mengalami keinginan bunuh
diri pada kategori sedang.
Depresi yang banyak dialami oleh penyandang cacat pasca kusta ketika mereka masih
terbawa bayang-bayang penyakitnya yang membuat masyarakat tidak bisa menerima.
Subjek penelitian cukup banyak mengalami depresi yang ditandai dengan perasaan
bersalah ketika mereka merasa tidak dapat lagi berguna bagi banyak orang dan
keluarganya sendiri. Oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta lebih cenderung
menyendiri daripada bersosialisasi.
Awalnya peneliti menduga bahwa depresi tinggi disebabkan kecerdasan spiritual
yang dimiliki penyandang cacat pasca kusta rendah. Dengan kata lain fenomena yang
terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa depresi yang dialami penyandang
cacat pasca kusta tergolong tinggi dan kecerdasan spiritual tergolong rendah, akan
tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa depresi dan kecerdasan
spiritual tergolong sedang. Setelah peneliti mengamati lebih jauh selama penelitian,
hal tersebut terjadi karena pada studi pendahuluan subjek yang diambil hanya
sebagian kecil dari jumlah penyandang cacat yaitu hanya 10 penyandang cacat pasca
kusta dari jumlah 150 orang penyandang cacat pasca kusta.
80
Berdasarkan penjelasan tersebut depresi pada penyandang cacat pasca kusta di
Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara tergolong sedang yaitu dengan
presentasi tinggi yaitu sebesar 18 %, sedangkan kategori sedang yaitu sebesar 66 %,
dan sisanya pada kategori rendah yaitu sebesar 16 %.
4.5.1.2 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memiliki prinsip
dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah dan menghadapi
masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa indikator
kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai kehendak Tuhan
YME berada pada kategori sedang dengan prosentase 61%. Hasil ini menunjukkan
bahwa penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara mampu untuk memegang prinsip dan memiliki tujuan hidup yang
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Indikator kedua adalah kemampuan memaknai suatu peristiwa atau masalah secara
positif. Hasil analisis deskriptif indikator ini berada pada kategori sedang dengan
prosentase 61%. Hasil ini berarti bahwa penyandang cacat pasca kusta mudah
memaknai segala sesuatu yang sedang dialaminya.
Indikator ketiga adalah kemampuan mencari solusi masalah atau kesulitan. Hasil
analisis deskriptif indikator kemampuan mencari solusi masalah berada pada kategori
sedang dengan prosentase 68%. Hasil ini menunjukkan bahwa penyandang cacat
81
pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara mampu untuk
mencari solusi masalah ketika mereka mendapat masalah.
Indikator terakhir yaitu kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan hasil
analisis deskriptifnya berada pada kategori sedang dengan prosentase 69%. Hasil ini
menunjukkan bahwa penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara memiliki kemampuan untuk menghadapi masalahnya
ketika mereka mendapat masalah.
4.5.2. Pembahasan Analisis Inferensial Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi
Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan
Yastimakin Bangsri Jepara
Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian, diperoleh bahwa hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada
penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri
Jepara” ditolak. Hasil korelasi antara kecerdasan spiritual dengan depresi
menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah positif. Artinya adalah
hubungan antara kedua variabel linier atau searah, jadi jika variabel X tinggi maka
variabel Y tinggi yang dalam hal ini jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi
akan tinggi.
Depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
psikososial. Setelah dilakukan obesrvasi dan wawancara dengan subjek penelitian,
peneliti mendapatkan hasil bahwa depresi yang terjadi pada penyandang cacat pasca
kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara lebih dominan
82
disebabkan karena faktor psikososial. Faktor psikososial merupakan kondisi dimana
seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara banyak,
status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan karena meningggal atau
perceraian serta buruknya fungsi keluarga (Mardya 2009: 2). Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012:137) meneliti mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi penderita kusta di Kabupaten Pekalongan terhadap depresi,
diperoleh hasil bahwa faktor psikososial paling banyak mempengaruhi penderita
kusta mengalami depresi dibanding faktor penyebab depresi yang lain.
Salah satu kemampuan yang dapat menghindarkan individu mengalami
depresi akibat faktor psikososial adalah kecerdasan spiritual. Sesuai dengan pendapat
Zohar dan Marshall dalam Agustian (2001:57), kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Indikator penyusun kecerdasan spiritual yaitu kemampuan memiliki prinsip
dan tujuan hidup yang kuat sesuai dengan kehendak Tuhan YME, kemampuan
memaknai suatu peristiwa/masalah secara positif, kemampuan mencari solusi
masalah/kesulitan dan kemampuan menghadapi masalah/kesulitan. Indikator
penyusun kecerdasan spiritual memiliki hubungan positif dengan depresi. Hal ini
sejalan dengan penelitian Aziz dan Mangestuti (2006:1) meneliti tentang pengaruh
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI) dan kecerdasan spiritual (SI)
83
terhadap agresivitas pada mahasiswa UIN Malang, diperoleh hasil korelasi sebesar
0,548 dengan nilai P=.000. Hasil ini berarti bahwa ada pengaruh positif karena
diantara ketiga kecerdasan yang paling besar pengaruhnya terhadap agresivitas adalah
kecerdasan spiritual.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara berada pada kategori sedang. Hasil ini berarti meskipun penyandang
cacat pasca kusta memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi tetapi mereka juga masih
mengalami depresi, hal ini dikarenakan kemampuan memiliki prinsip dan tujuan
hidup sesuai kehendak Tuhan rendah. Sebagaimana pendapat Zohar dan Marshall
(2000:14) kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang sesuai kehendak
Tuhan adalah kemampuan hidup seseorang yang didasarkan pada prinsip dan tujuan
hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk
mencapai tujuan tersebut. Maksud dari pernyataan tersebut adalah penyandang cacat
pasca kusta yang memiliki kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup sesuai
kehendak Tuhan adalah individu yang dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang
dapat menghindarkan mereka dari stigma negatif agar tidak mengalami depresi.
Seiring dengan pendapat Mahayana dalam Nggermanto (2000:123-136) memiliki
prinsip dan tujuan hidup sesuai kehendak Tuhan adalah kebenaran yang dalam dan
mendasar ia sebagai pedoman prilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan
produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara
kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai
84
prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan
bijaksana.
Ketika penyandang cacat pasca kusta memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat
sesuai kehendak Tuhan yang tinggi maka ia tidak akan mengalami depresi, hal ini
dikarenakan pegangan hidup serta tujuan hidup yang mereka miliki menjadikan
mereka individu yang kuat dalam menjalani hidup.
Kemampuan memaknai suatu masalah atau peristiwa secara positif juga dapat
menjadi pengaruh terjadinya depresi. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki
kemampuan memaknai suatu masalah secara positif yang tinggi maka ia akan
berusaha untuk memaknai suatu masalah yang dialaminya dan tidak mudah menyerah
karena keadaan. Sesuai dengan pendapat Mahayana dalam Nggermanto (2000:123-
136) kemampuan memaknai suatu masalah secara positif adalah makna bersifat
substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling
signifikan. Sesorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan mampu
memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia
tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari_Nya. Ia juga merupakan manisfestasi
kasih sayang dari_Nya. Ujiannya hanyalah pendewasaan spiritual manusia.
Depresi juga dipengaruhi oleh kemampuan dimana individu dapat mencari solusi dan
menghadapi masalahnya. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan
mencari solusi dan kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan yang tinggi tentu
memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat bisa terbebas dari masalah ataupun
kesulitan. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan mencari solusi
85
dan menghadapi masalah yang tinggi akan berusaha untuk tidak merugikan orang
lain. Sesuai dengan pendapat dalam Nggermanto (2000:123-136) kemampuan
mencari solusi dan kemampuan menghadapi masalah adalah kemampuan yang paling
berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian
penting dari subtsansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi
lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan
penderitaan.
Pelajaran tersebut akan mengukuhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan
berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kemampuan
mencari solusi serta kemampuan menghadapi masalah/kesulitan akan mengasah
menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia.
Kecerdasan spiritual mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan
penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. Kecerdasan spiritual
mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap
hati nuraninya.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,342. Angka
tersebut mengandung arti bahwa dalam penelitian ini, kecerdasan spiritual
memberikan sumbangan efektif sebesar 68% terhadap depresi. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat konsistensi variabel depresi sebesar 68% dapat
diprediksi oleh variabel kecerdasan spiritual, sedangkan sisanya sebesar 32%
ditentukan oleh faktor psikososial seperti stigma negatif yang terjadi dimasyarakat
dan lingkungannya bahwa cacat akibat penyakit kusta masih dapat menular meskipun
86
sudah dinyatakan sembuh sehingga penyandang cacat pasca kusta dijauhi dan
dikucilkan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Nilai signifikansi pada penelitian ini adalah 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat
pasca kusta. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan lurus, dimana
hubungan yang terjadi adalah hubungan positif, yaitu ada hubungan positif antara
kecerdasan spiritual dengan depresi. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan
kenaikan variabel lain, sedangkan penurunan suatu variabel akan menyebabkan
penurunan variabel lain, dengan kata lain semakin tinggi kecerdasan spiritual maka
semakin tinggi pula depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo
binaan Yastimakin Bangsri Jepara, begitupun sebaliknya.
Meskipun hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak,
dan ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada
penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri
Jepara, dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi depresi. Hal
ini juga dikarenakan faktor psikososial dimana stigma yang terjadi dimasyarakat
masih banyak menganggap penyakit kusta tidak dapat disembuhkan dan masih
gampang menular, akibatnya penyandang cacat pasca kusta dijauhi dan dikucilkan
dari masyarakat atau orang-orang sekitar, oleh karena itu penyandang cacat pasca
kusta masih dapat mengalami depresi meskipun mereka juga memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi.
87
4.6 Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu pada saat pengisian instrument
responden mayoritas tidak mengerjakan sendiri tetapi saling bergerombol dan
bertukar jawaban itu disebabkan karena peneliti sulit untuk mengkondisikan
responden yang akan mengisi instrumen.
b. Skala depresi yang digunakan hanya memodifikasi dari skala Beck Depressions
Inventory (BDI), tidak secara langsung menggunakan skala BDI sehingga
hasilnya kurang maksimal.
88
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sesuai
dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Hasil uji hipotesis “Ada Hubungan Negatif Antara Kecerdasan Spiritual
Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo
Binaan Yastimakin” “Tidak Terbukti” (r 0,342; dengan sig < 0,05) antara
variabel kecerdasan spiritual dengan variable depresi penyandang cacat pasca
kusta yaitu 0,000 dan nilai signifikansinya Sig. (2-tailed) adalah dibawah atau
lebih kecil dari 0,05 atau 0,01 (nilainya adalah 0,000).
2. Berdasarkan analisis deskriptif ditemukan bahwa kecerdasan spiritual dan
depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan
Yastimakin Bangsri Jepara sama-sama berada dalam kategori sedang.
3. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa hal yang
penting bahwa faktor psikososial yang lebih dominan mempengaruhi depresi
pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin
Bangsri Jepara.
89
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, analisis data dan kesimpulan di
atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Yayasan
Bagi yayasan sebaiknya lebih spesifik dalam menyusun program untuk
penyandang cacat pasca kusta dengan cara menyediakan konsultasi psikologis
kepada mereka yang memerlukannya, memberi pelatihan ketrampilan dengan
bekerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu mendukung program
tersebut agar penyandang cacat pasca kusta dapat memiliki keahlian dan
berguna bagi kehidupan mereka.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti maupun mengembangkan
penelitian serupa mengenai kecerdasan spiritual pada penyandang cacat pasca
kusta, peneliti sarankan agar peneliti selanjutnya lebih kondusif
mengkondisikan responden pada saat pengisian instrument dan menggunakan
skala depresi yang sudah terstandar seperti Beck Depressions Inventory (BDI)
agar hasilnya dapat lebih optimal.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ. Jakarta: Penerbit Arga.
American Psychiatri Association. 1994. Diagnostik And Manual of Mental Disorder
(DSM IV). Fourt Edition. Wasingthon DC: American Psychiatri Association.
Ariani. 2009. Hubungan Harga Diri Dengan Depresi pada Penderita Diabetes Militus.
. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Atkinson, Richard, L. Rita, Ernest Hilgard. 1999. Pengantar Psikologi jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Aziz, Rahmat, Mangestuti Retno. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ),
Kecerdasan Emosional (EI) dan Kecerdasan Spiritual (SI) Terhadap
Agresifitas Pada Mahasiswa UIN Malang. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan. Vol. 1, nomor 1.
Aziz, Rahmat. 2011. Pengalaman Spiritual dan Kebahagiaan Pada Guru Agama
Sekolah Dasar. Proyeksi. Vol. 6 (2), 1-11.
Azwar, Saefudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Pelajar.
Davidson, Blackburn, Marie, M. Kate. 1990. Cognitive Therapy For Depression and
Axienty. Boston Melbourne: Oxford London Edinburgh.
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Kritik MI, EI, SQ, AQ &
Successful Intelligence Atas IQ). Bandung: Alfabeta (Anggota IKAPI).
Hamid. 1999. Dampak Stres pada Kejiwaan. Kesehatan Kejiwaan.com. Desember.
http://kesehatan .kejiwaan.com /read /2012 /12/9.
91
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa oleh Widjaja
Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kosasih. 2008. Klasifikasi Penderita Kusta. Metronews.com. Februari 2008 diunduh
dari http:// Kemkes.bps.go.id/ berita/82972/19/ index.php. Klasifikasi
Penderita Kusta pada tanggal 20 Maret 2012.
Kurnia, Saputri. 2011. Perbedaaan Kejadian Depresi Pada Narapidana Usia Muda dan
Usia Tua Beserta Gambaran Sidik Jari Di Lembaga Pemasyarakatan
Purwokerto. Mandala of Health. Vol. 5, nomor 2.
Kurniarto. 2006. Penderita Cacat Kusta. Kesehatan Kompas.com. Februari.
http://kesehatan .kompas.com /read /2012 /04/11/ penderita cacat kusta.
Lestari, Eka. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Agama Dengan Tingkat
Depresi Pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Kota Surakarta. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mardya. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Depresi. Jurnal Klinis Vol. 4 No. 1; hal 2.
Nggermanto, Agus. 2001. Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) Cara Cepat
Melejitkan IQ,EQ, dan SQ Secara Harmonis. Bandung: Nuansa.
Pediatri. 2009. Penyakit Kusta. (www.pediatri.com/kusta.html) diunduh pada tanggal
13, Januari, 2013.
Pedoman Penggolongan Diagnostik dan Gangguan Jiwa di Indonesia, III. PPDGJ-III.
Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktoral
Jendral Pelayanan Medik. 1993.
Rahayu, Desi Aryana. 2012. Dukungan Psikososial Keluarga Penderita Kusta di
Kabupaten Pekalongan. Seminar Hasil Penelitian. LPPM UNIMUS.
Saefullah, Aris. 2008. Peran Agama Sebagai Sarana Mengatasi Frustasi Depresi dan
Depresi: Sebuah Telaah Psikologis. Komunika Vol. 2, 161-177.
Sivalintar. Online Available (www.sivalintar.tripod.com/sebab_depresi.html) diunduh
22, November, 2011.
Sjamsoe. 2003. Klasifikasi Kusta. Depkes RI. Februari. http://Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.com. Maret /read /2012 /03/15/ Klasifikasi kusta.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
92
Tasmara. 2001. Pembentukan Kualitas Hidup Melalui Kecerdasan Spiritual. Jakarta.
Arga.
Zohar, Danah dan Marshall. 2000. SQ (Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung:
Penerbit Mizan.
Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
93
LAMPIRAN
94
INSTRUMEN
PENELITIAN
95
1. Skala Kecerdasan Spiritual
Identitas
Nama Lengkap :
Umur : tahun
Jenis Kelamin :
Lama Sakit :
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Terima kasih.
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku
sehari-hari. Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut
sebelum menjawab, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan yang paling
sesuai degan keadaan Anda. Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah
tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
1 : bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Tidak
Pernah terjadi
2 : bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Jarang
terjadi
3 : bila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda atau Sering terjadi
4 : bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Anda atau Sangat
Sering terjadi
96
No Pernyataan SS S TS STS
1
Bagi saya, membahagiakan
keluarga dan memberi manfaat
untuk masyarakat itu penting.
2 Saya memilih percaya pada orang
lain dari pada diri sendiri.
3
Saya suka meluangkan waktu
untuk merenungkan kembali
kesalahan saya yang masih dapat
diperbaiki di masa mendatang.
4
Saat masalah datang mendera,
saya rasa Tuhan berbuat tidak adil
pada saya.
5
Saya memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah apa pun
yang terjadi dalam hidup saya.
6
Saya lebih memilih menyerah
pada keadaan yang kurang
menguntung hidup daripada
menyelesaikannya.
7
Saya menyadari jika kesulitan
dalam hidup saya ini adalah hal
yang dapat dialami siapa pun.
8
Saya merasa Tuhan memberikan
penderitaan yang sangat berat
sehingga saya merasakan sakit
yang parah.
9
Saya lebih memilih untuk bekerja
dalam kondisi apapun daripada
diminta berdiam diri dirumah.
97
10
Tujuan hidup yang sudah saya
rencanakan tidak dapat merubah
kualitas hidup saya.
11
Menyadari bahwa penyakit saya
alami menjadikan saya pribadi
yang kuat dalam menjalani hidup.
12
Melihat kondisi saya saat ini, saya
berpikir hidup saya sudah tidak
ada artinya lagi.
13 Saya bersedia membantu orang
lain yang terkena musibah.
14
Masalah yang sedang saya alami
tidak dapat saya selesaikan
dengan baik.
15 Saya termasuk orang yang kuat
saat menghadapi cobaan.
16
Saya cenderung terpuruk ketika
tidak dapat menghadapi masalah
yang berat.
17
Prinsip hidup yang saya miliki
menjadikan saya lebih tenang
dalam menjalani hidup.
18
Saya berusaha menemukan
hikmah di setiap kejadian yang
saya alami.
19
Penyakit yang saya alami ini
menjadi penyebab
ketidakberuntungan hidup saya
selama ini.
20 Saya lebih memilih alternatif lain
98
apabila tidak bisa menyelesaikan
masalah.
21
Saya memerlukan bantuan kurang
bisa menyelesaikan masalah saya
sendiri.
22
Tidak lari dari masalah yang
sedang menimpa saya adalah hal
terpenting dalam hidup.
23
Masalah yang saya alami bisa
diselesaikan karena usaha saya
sendiri.
24
Saat mendapat masalah saya
selalu meminta bantuan orang lain
untuk menyelesaikan masalah
saya.
25
Penderitaan yang saya alami
menjadikan saya kuat dalam
menjalani hidup.
Terima kasih atas bantuan Anda dalam penelitian ini.
99
2. Skala Depresi
Identitas
Nama Lengkap :
Umur : tahun
Jenis Kelamin :
Lama Sakit :
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Terima kasih.
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku
sehari-hari. Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut
sebelum menjawab, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan yang paling
sesuai degan keadaan Anda. Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah
tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
1 : bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Tidak
Pernah terjadi
2 : bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Jarang
terjadi
3 : bila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda atau Sering terjadi
4 : bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Anda atau Sangat
Sering terjadi
100
No Pernyataan SS S TS STS
1
Saya mudah marah tanpa alasan
jelas saat mengerjakan suatu
pekerjaan.
2 Senang melihat orang disekitar
saya tertawa.
3 Saya khawatir tanpa alasan yang
jelas setiap hari saat beraktivitas.
4
Saya merasa tenang sehingga
aktivitas sehari-hari saya berjalan
lancar.
5
Menyalahkan diri sendiri apabila
terjadi kesalahan dalam
mengerjakan pekerjaan rumah.
6
Setelah saya mendapat musibah,
keluarga saya yang selalu
membantu saya
7 Terlintas pikiran-pikiran untuk
melukai diri sendiri.
8
Secara teratur, saya merawat luka
pada tubuh saya sesuai anjuran
medis/ dokter.
9
Cepat bosan saat melakukan
aktivitas sehari-hari meskipun
saat awal beraktivitas saya
bersemangat.
10 Saya melakukan aktivitas sehari-
hari dengan perasaan senang.
11 Khawatir dengan perubahan yang
terjadi pada diri saya saat saya
101
sembuh dari sakit.
12
Perasaan saya tenang menjalani
kondisi hidup saya sampai saat
ini.
13
Saya bersalah apabila orang lain
mendapat masalah karena
tindakan yang saya lakukan.
14
Kondisi yang saya alami saat ini
menjadikan saya ingin
mengakhiri hidup.
15
Dengan melihat perbaikan
kondisi tubuh saya, hidup saya
menjadi lebih menyenangkan.
16
Perasaan saya dapat berubah dari
senang menjadi sedih saat
mengerjakan pekerjaan rumah.
17 Dalam beraktivitas sehari-hari
saya melewatinya dengan santai.
18 Keluarga saya menerima kondisi
saya apa adanya.
19 Saya akan mengakhiri hidup jika
ada kesempatan.
20
Saya tidak punya pikiran
sedikitpun untuk mengakhiri
hidup.
21
Sulit mengontrol perasaan senang
dan sedih saat berkumpul dengan
keluarga saya.
22 Saya bersemangat setiap hari
102
untuk mengerjakan pekerjaan
rumah.
23 Menangis apabila perasaan saya
sedang sedih.
24 Saya dapat mengontrol perasaan
saya saat sedih maupun senang.
Terima kasih atas bantuan Anda dalam penelitian ini.
103
TABULASI
104
TABULASI
TRY OUT
105
1. Tabulasi Try Out Skala Kecerdasan Spiritual
SUBJEK AITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 2
2 4 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 2 4 3
3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
5 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4
6 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3
7 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
8 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4
9 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3
10 3 3 3 2 3 1 2 3 4 3 2 1 3 3 3 4 3 2 3 2
11 4 3 3 3 2 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4
12 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2
13 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3
14 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 1 4
15 4 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4
16 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3
17 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
18 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 2
19 4 3 3 2 4 1 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 4 2 2
20 4 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 4 2 4 2
21 3 4 3 3 3 4 4 2 2 4 3 4 3 2 4 2 3 4 3 4
22 4 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2
23 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2
106
24 3 3 4 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2 3 4 3 1
25 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4
26 4 3 3 1 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2
27 1 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 2
28 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2
29 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3
30 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3
31 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2
32 3 4 3 2 4 2 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 4 2 1
33 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
34 4 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3
35 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 4 2 3 2 4
36 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3
37 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 2 4 2 4 2 3
38 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3
39 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4
40 4 3 4 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3
Total 138 132 132 115 120 116 119 107 119 111 129 119 126 122 119 120 126 118 118 113
107
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 TOTAL
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 109
3 3 4 2 3 2 4 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 2 4 3 120
4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 124
3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 126
3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4 2 3 3 4 2 125
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 128
3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 122
4 3 4 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 3 2 120
3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 4 3 4 3 114
2 3 2 4 2 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 104
2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 4 124
4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 107
3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 124
3 3 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 4 2 4 1 3 3 3 4 97
4 4 2 3 2 2 4 1 4 2 1 3 4 4 2 3 4 2 1 4 114
4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 1 3 4 4 2 127
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 113
3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 128
2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 4 3 115
4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 2 1 2 3 3 3 119
3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 128
4 3 4 4 3 4 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 131
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 1 112
108
3 4 3 3 3 3 4 2 2 3 4 4 1 3 2 3 2 3 3 2 113
4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 128
3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 100
2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 1 2 3 3 2 108
2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 92
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 120
2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 1 3 3 1 96
3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 1 3 3 2 4 128
2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 4 1 2 4 3 3 2 4 2 2 112
3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 127
4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 130
3 3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 121
2 4 2 2 4 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 134
2 4 2 1 4 2 4 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 4 3 4 122
2 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 2 4 3 4 4 3 3 126
3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 126
3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 133
120 121 118 117 122 112 126 112 115 118 109 115 119 118 121 98 111 115 126 115 4747
109
2. Tabulasi Try Out Skala Depresi
SUBJEK AITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 3 1 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2
2 4 3 1 2 3 3 1 1 2 2 3 1 1 2 1 2
3 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1
4 3 3 2 2 1 3 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2
5 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 3 2 1 2
6 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2
7 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
8 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2
9 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
10 3 3 2 2 3 2 4 1 3 4 3 2 3 3 4 3
11 3 1 3 3 2 3 4 1 3 3 3 2 2 3 1 2
12 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 2 3 2 4 2
13 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2
14 3 3 3 2 2 3 1 2 3 1 3 3 2 1 3 2
15 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2
16 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 1 1
17 3 3 3 3 1 2 2 1 3 1 4 3 3 2 3 3
18 3 2 2 4 4 3 1 4 4 2 3 3 3 1 2 2
19 4 3 2 4 2 3 3 3 4 4 2 2 3 2 3 3
20 4 2 2 3 2 2 2 4 3 4 2 3 4 3 4 2
21 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
22 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2
23 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 1 3 2 3
110
24 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3
25 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3
26 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 3 3
27 3 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 3 4 1 2 2
28 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 1 1 2
29 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2
30 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 1 3 2 3
31 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2
32 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2
33 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3
34 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3
35 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2
36 4 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 2 3
37 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3
38 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 2
39 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4
40 3 4 2 1 2 3 1 1 2 2 3 3 4 2 1 2
Total 131 107 101 108 101 102 100 94 111 101 120 106 114 94 93 94
111
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Total
3 2 4 1 4 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 76
2 2 3 2 4 3 1 2 3 1 2 2 2 2 3 2 68
2 2 1 2 3 4 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 64
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 70
2 2 2 2 3 3 4 1 3 2 2 2 2 2 3 2 68
2 2 3 2 3 4 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 76
2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 68
2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 87
3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 85
2 3 3 2 4 3 2 1 3 2 3 3 3 4 2 2 87
3 3 1 2 4 4 1 1 1 1 3 1 3 2 4 1 74
2 2 3 2 3 3 3 1 3 2 1 4 2 3 4 1 81
3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 2 79
1 1 2 1 1 1 2 3 2 4 1 1 2 1 4 1 65
3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 4 4 4 83
1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 58
2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 79
3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 90
4 3 1 1 4 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 4 93
3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 96
2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 99
4 3 4 3 3 4 3 1 2 2 4 2 3 4 2 3 98
2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 87
112
2 3 4 2 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 98
3 3 2 2 4 3 4 1 2 2 2 2 3 4 2 3 92
3 1 3 3 1 2 3 3 4 1 2 3 1 2 4 1 78
1 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 85
2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 1 3 69
1 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 2 2 80
1 1 3 3 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 1 3 78
3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 4 2 89
4 2 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 92
2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 4 3 81
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 97
2 2 3 4 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 80
2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 4 2 90
2 2 4 4 4 2 2 4 4 2 3 3 3 2 3 3 97
3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 100
4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 2 2 4 2 100
2 3 4 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 1 75
96 95 108 99 117 113 95 95 106 92 99 100 103 99 117 101 3312
113
TABULASI
PENELITIAN
114
1. Tabulasi Penelitian Skala Kecerdasan Spiritual
SUBJEK AITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3
2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4
3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4
4 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3
5 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
6 4 3 3 4 2 4 3 2 1 2 3 4 3 3 4 4
7 4 3 3 4 4 4 4 2 3 1 4 4 2 2 4 1
8 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
9 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 4
10 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3
11 4 4 4 3 4 4 2 4 3 2 4 3 4 2 3 2
12 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3
13 2 1 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 3
14 2 4 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2
15 1 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1
16 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3
17 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3
18 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3
19 3 3 3 2 4 1 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3
20 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3
21 2 2 2 3 3 4 4 2 2 4 3 4 3 2 4 2
22 4 4 4 1 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3
115
23 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3
24 2 2 2 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2
25 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3
26 4 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2
27 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2
28 3 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3
29 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3
30 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2
31 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3
32 3 4 3 2 4 2 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3
33 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
34 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3
35 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 2 4
36 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4
37 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 4 2 4
38 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 4 2 4
39 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4
40 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4
41 1 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 1 4
42 3 3 3 3 4 2 3 3 2 1 3 4 3 3 4 3
43 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3
44 4 3 3 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 3 4 3
45 4 3 2 2 3 4 4 4 3 1 4 4 2 2 4 1
46 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
47 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3
48 4 4 4 2 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 4
116
49 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4
50 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 4 2 4
51 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
52 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
53 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 2 3 2 3
54 3 4 4 3 4 4 2 4 4 2 3 2 4 4 4 4
55 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4
56 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4
57 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3
58 3 4 4 3 2 3 2 1 4 3 2 4 3 4 3 4
59 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
60 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 4 2 3
61 3 2 3 2 2 2 4 1 4 3 4 2 3 2 2 3
62 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
63 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
64 4 2 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 4 3 4
65 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3
66 4 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 4 2 4 2 4
67 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2 4 2 4 2 3
68 3 4 3 3 4 2 3 3 2 1 3 4 3 3 4 3
69 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4
70 4 3 3 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 3 4 3
71 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3
72 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 2 4 3
73 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3
74 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
117
75 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
76 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4
77 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3
78 3 2 3 2 4 1 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3
79 3 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3
80 2 2 2 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 4 2
81 3 4 4 1 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2
82 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3
83 2 2 2 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2
84 2 4 4 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3
85 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4
86 2 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3
87 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 4 3
88 3 3 2 2 3 4 4 4 3 2 4 4 2 3 4 2
89 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3
90 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 2 2
100 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3
Total 275 283 276 261 279 265 282 262 268 240 283 286 270 270 274 277
118
17 18 19 20 21 22 23 24 25 TOTAL
3 2 3 2 3 3 2 2 3 69
3 3 3 3 3 3 3 3 3 82
4 2 2 2 3 4 3 2 3 80
3 2 3 2 3 3 3 4 3 80
3 3 4 3 3 4 3 3 2 83
3 3 4 3 3 3 4 3 3 78
3 4 3 3 2 2 3 3 4 76
4 3 3 3 3 4 3 3 3 74
3 3 2 3 3 3 2 3 2 70
2 2 3 3 2 3 2 3 3 65
4 3 2 3 2 4 2 3 3 78
3 2 3 2 4 3 2 3 2 66
4 2 3 3 3 3 4 2 4 74
2 2 2 3 3 3 3 2 2 60
1 4 3 4 4 4 2 3 2 67
4 4 3 3 4 3 2 3 2 78
3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
4 3 3 2 3 3 4 3 4 80
3 4 2 2 2 2 3 2 3 69
4 2 4 2 4 3 4 4 3 74
3 4 3 4 3 4 4 3 4 78
3 4 4 2 4 3 4 4 3 85
3 4 3 2 3 3 3 2 2 68
119
3 4 3 2 3 4 3 3 3 69
3 2 4 4 4 3 3 4 3 77
3 3 3 3 3 3 2 3 3 71
4 2 3 4 2 3 3 3 3 71
2 2 2 3 2 3 2 3 3 61
4 3 3 3 3 3 3 3 3 76
2 2 3 4 2 3 1 2 2 63
4 3 3 2 3 3 4 3 4 82
3 4 2 2 2 2 3 2 3 71
3 4 3 3 3 3 4 3 3 78
3 2 4 4 4 3 3 4 3 77
2 3 2 4 3 3 2 3 4 82
4 3 2 3 2 3 2 2 4 80
2 4 2 3 2 2 2 2 4 76
3 3 3 3 2 3 4 2 3 74
4 3 3 4 3 3 2 2 4 79
3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
2 2 2 2 3 4 3 2 2 59
3 2 3 2 4 3 2 3 3 72
3 3 4 3 4 4 3 3 3 82
2 3 2 3 1 3 2 2 3 70
3 4 3 3 2 2 3 3 3 73
3 4 3 3 3 3 4 3 3 78
3 2 4 4 4 3 3 4 3 77
120
2 2 1 4 1 3 2 1 4 74
4 3 2 3 2 3 2 2 4 78
2 4 2 3 2 2 2 2 4 76
4 3 3 4 4 3 3 3 3 79
3 2 2 2 2 2 2 2 2 52
3 2 4 4 4 2 2 4 3 75
4 2 3 3 3 3 4 3 4 84
3 4 3 4 3 3 4 3 4 86
4 3 4 4 4 2 3 4 4 86
3 3 4 4 4 4 4 4 2 82
2 4 3 3 3 3 2 3 4 76
4 4 3 3 3 4 3 3 3 89
2 3 2 3 1 2 1 2 2 68
3 2 3 4 3 3 4 3 4 71
3 3 3 3 4 3 3 3 4 79
4 4 4 3 3 4 3 3 3 78
3 4 3 4 3 2 4 2 3 81
2 3 2 3 2 2 4 4 2 77
3 4 3 4 3 4 3 2 4 81
2 3 2 2 2 4 4 4 3 68
3 2 3 2 4 3 2 3 2 72
3 3 3 3 2 4 3 4 2 81
2 3 2 3 1 3 2 2 2 69
2 2 2 3 2 3 3 2 2 62
121
3 3 3 3 3 3 3 3 4 73
4 3 2 3 3 3 3 3 2 72
3 2 3 3 3 3 3 3 4 72
3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
3 3 4 2 4 4 3 2 4 82
4 3 3 2 3 3 4 3 3 74
3 4 2 2 2 2 3 2 3 68
4 2 4 2 4 3 4 4 3 73
3 4 3 4 3 3 4 3 3 74
3 2 4 2 4 3 4 3 3 78
3 4 3 2 3 2 3 2 2 67
3 4 3 2 3 3 3 3 2 67
2 2 2 2 3 3 3 2 1 68
3 3 4 2 4 3 2 3 2 78
3 3 4 3 4 3 3 2 2 76
2 3 2 3 2 2 3 3 2 70
3 4 3 3 3 2 2 2 2 73
4 3 3 4 3 3 2 3 2 78
3 3 3 3 3 3 2 2 2 68
2 2 2 2 2 2 1 2 2 55
122
2. Tabulasi Penelitian Depresi
SUBJEK AITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3
3 1 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 1 4
4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 1 3 4 3 3 4 3
5 4 3 3 4 3 4 4 2 3 2 2 2 1 4 3 3
6 4 3 3 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 3 4 3
7 4 3 2 2 3 4 4 4 3 1 4 4 2 2 4 1
8 4 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 2 3 3 1
9 3 2 1 1 1 1 1 1 2 3 4 1 1 1 2 1
10 2 2 1 1 2 2 3 3 2 1 4 1 1 1 1 2
11 3 1 1 1 1 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 2
12 3 2 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 3 2 4 2
13 3 2 1 2 2 1 3 2 2 1 3 1 3 3 3 2
14 3 3 1 2 2 1 1 1 3 1 3 1 2 1 3 2
15 3 2 2 3 2 2 4 1 3 3 3 1 2 2 2 2
16 3 2 2 1 3 2 1 1 2 3 3 1 3 3 1 1
17 3 2 1 1 1 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1
18 3 2 2 4 4 2 1 4 4 2 3 3 3 1 2 2
19 2 2 2 4 2 4 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3
20 2 2 2 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 4 2
21 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3
22 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2
123
23 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 1 3 2 3
24 2 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3
25 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3
26 4 2 2 1 2 1 3 1 2 2 3 2 2 1 1 1
27 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 3 3 1 1 2 2
28 3 1 2 2 2 1 3 1 2 2 3 2 1 1 1 2
29 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1
30 3 3 2 1 2 1 3 3 2 1 4 3 2 1 2 3
31 4 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2
32 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2
33 3 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3
34 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3
35 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2
36 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 2 3
37 3 3 3 3 3 4 3 3 4 1 4 1 2 3 2 3
38 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 2
39 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4
40 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3
41 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2
42 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3
43 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2
44 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4
45 3 4 2 3 1 2 2 2 3 4 3 3 3 4 2 2
46 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2
47 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
48 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 4
124
49 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 4 3 4 2 1 2
50 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3
51 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 4 3 1 1 1 1
52 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 4 2 2 1 2 1
53 3 3 3 2 4 1 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3
54 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3
55 2 2 2 3 3 4 4 2 2 4 3 4 3 2 4 2
56 4 4 4 1 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4
57 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3
58 2 2 2 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2
59 2 2 2 4 3 2 2 3 3 2 3 4 2 2 4 2
60 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 1 4 3 4
61 1 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 1 4
62 3 3 3 3 4 2 3 3 2 1 3 4 3 3 4 3
63 2 3 3 4 3 1 1 4 3 3 3 1 2 2 3 2
64 4 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3
65 4 4 2 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 3
66 4 3 2 2 3 4 4 4 3 1 4 4 2 2 4 1
67 4 1 3 1 2 1 2 1 1 1 4 1 1 3 2 2
68 3 2 1 1 4 3 3 4 2 3 4 1 1 1 2 1
69 4 3 4 1 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3
70 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3
71 3 2 1 1 2 1 3 1 2 1 4 1 4 3 3 4
72 4 1 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 1 1 1
73 3 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 1 2
74 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 3 2 1 1 2 2
125
75 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2
76 4 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2
77 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2
78 3 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3
79 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3
80 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2
81 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
82 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 4
83 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 4 3 4 2 1 2
84 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
85 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 2 2 2 2
86 4 4 4 2 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 4
87 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4
88 2 2 2 4 3 1 1 2 2 1 4 3 4 2 1 2
89 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 2 3
90 3 3 3 3 3 4 3 3 4 1 4 1 2 3 2 3
100 2 3 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3
Total 268 247 217 221 245 227 250 236 247 206 288 242 242 215 226 226
126
17 18 19 20 21 22 23 24 Total
4 3 3 4 4 3 2 2 72
3 3 3 3 3 3 3 3 70
2 2 2 2 3 4 3 2 58
3 2 3 2 4 3 2 3 69
3 3 4 3 4 4 3 3 74
2 3 2 3 1 3 2 2 67
3 4 3 3 2 2 3 3 70
1 1 2 2 1 1 1 4 42
1 1 1 1 1 1 1 2 35
1 1 1 1 1 1 1 4 40
1 1 1 2 1 1 1 1 38
2 2 3 2 3 3 3 1 57
3 2 2 2 4 3 2 3 55
1 1 2 1 1 1 2 3 42
3 2 2 2 2 2 1 3 54
1 1 2 1 2 2 1 1 43
1 1 1 1 1 1 1 2 32
3 2 3 2 3 4 3 3 65
4 3 1 1 4 3 4 2 66
3 2 3 3 3 4 3 3 68
2 2 4 3 3 3 3 2 76
4 3 4 3 3 3 3 1 76
2 3 2 2 2 3 3 1 68
2 3 4 2 4 3 3 3 72
3 3 2 2 4 3 4 1 74
127
1 1 1 1 1 1 1 1 38
1 1 2 2 1 1 1 4 44
2 1 2 1 1 1 2 3 42
1 1 2 1 1 1 1 1 34
1 1 3 3 1 1 1 3 50
3 3 3 3 3 3 2 3 68
4 2 3 4 2 3 3 3 68
2 2 2 3 2 3 2 3 58
4 3 3 3 3 3 3 3 73
2 2 3 4 2 3 1 2 61
2 4 3 4 3 3 2 3 68
2 2 4 4 4 2 1 4 68
1 3 1 3 4 3 4 4 66
4 4 4 3 4 3 3 3 70
4 3 4 3 2 4 2 4 77
4 1 4 3 4 2 1 2 60
3 3 3 3 3 3 3 3 72
3 3 3 4 3 3 3 3 67
2 2 4 4 3 4 2 4 78
4 3 3 3 4 4 4 4 72
2 2 3 4 2 3 1 2 61
3 4 2 4 2 2 3 2 74
2 3 2 3 2 3 1 2 72
1 3 3 2 3 4 3 2 59
3 4 3 2 3 3 3 2 66
2 1 1 1 1 1 1 3 36
128
1 1 2 1 1 1 1 2 40
3 4 2 2 2 2 3 2 66
4 2 4 2 4 3 4 4 71
3 4 3 4 3 4 4 3 74
4 4 4 2 4 3 4 4 84
3 4 3 2 3 3 3 2 66
3 4 3 2 3 4 3 3 66
4 3 2 3 2 3 2 2 63
3 2 3 2 3 2 2 3 74
2 2 2 2 3 4 3 2 57
3 2 3 2 4 3 2 3 69
3 2 3 4 3 3 3 3 64
1 1 4 3 4 2 3 2 63
3 2 3 4 2 2 4 2 68
3 4 3 3 2 2 3 3 70
2 3 2 2 1 1 1 4 46
1 3 2 2 2 3 1 2 52
4 3 3 2 4 3 4 4 79
3 4 3 2 3 3 3 2 66
2 3 2 2 1 1 1 3 51
2 1 1 1 2 1 2 3 47
2 2 1 2 3 2 3 4 58
1 1 2 2 2 1 2 3 40
2 3 2 3 3 3 3 3 57
3 3 3 3 3 3 2 3 68
4 2 3 4 2 3 3 3 68
129
2 2 2 3 2 3 2 3 58
4 3 3 3 3 3 3 3 73
2 2 3 4 2 3 1 2 61
3 4 2 4 2 2 3 2 74
2 3 2 3 2 3 2 2 73
1 3 3 2 3 4 2 2 58
3 4 3 3 3 3 3 3 74
2 2 4 4 4 3 3 2 67
2 2 1 4 1 3 2 2 71
4 3 2 3 2 3 2 2 74
1 1 1 3 1 2 1 2 48
2 4 3 4 3 3 2 2 67
2 2 4 4 4 2 1 4 68
3 3 3 3 3 3 3 3 64
223 223 235 238 232 236 211 236 5701
130
VALIDITAS
&
RELIABILITAS
131
Validitas Depresi
Correlations
total
VAR00001 Pearson Correlation .067
Sig. (2-tailed) .680
N 40
VAR00002 Pearson Correlation .299
Sig. (2-tailed) .060
N 40
VAR00003 Pearson Correlation .328*
Sig. (2-tailed) .039
N 40
VAR00004 Pearson Correlation .442**
Sig. (2-tailed) .004
N 40
VAR00005 Pearson Correlation .352*
Sig. (2-tailed) .026
N 40
VAR00006 Pearson Correlation .245
Sig. (2-tailed) .128
N 40
VAR00007 Pearson Correlation .509**
Sig. (2-tailed) .001
N 40
VAR00008 Pearson Correlation .640**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00009 Pearson Correlation .552**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00010 Pearson Correlation .450**
Sig. (2-tailed) .004
N 40
132
VAR00011 Pearson Correlation .161
Sig. (2-tailed) .320
N 40
VAR00012 Pearson Correlation .399*
Sig. (2-tailed) .011
N 40
VAR00013 Pearson Correlation .131
Sig. (2-tailed) .421
N 40
VAR00014 Pearson Correlation .324*
Sig. (2-tailed) .042
N 40
VAR00015 Pearson Correlation .562**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00016 Pearson Correlation .592**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00017 Pearson Correlation .542**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00018 Pearson Correlation .538**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00019 Pearson Correlation .506**
Sig. (2-tailed) .001
N 40
VAR00020 Pearson Correlation .444**
Sig. (2-tailed) .004
N 40
VAR00021 Pearson Correlation .400*
Sig. (2-tailed) .011
133
N 40
VAR00022 Pearson Correlation .229
Sig. (2-tailed) .155
N 40
VAR00023 Pearson Correlation .533**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00024 Pearson Correlation .326*
Sig. (2-tailed) .040
N 40
VAR00025 Pearson Correlation .211
Sig. (2-tailed) .190
N 40
VAR00026 Pearson Correlation .414**
Sig. (2-tailed) .008
N 40
VAR00027 Pearson Correlation .612**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00028 Pearson Correlation .596**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00029 Pearson Correlation .540**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00030 Pearson Correlation .538**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00031 Pearson Correlation .115
Sig. (2-tailed) .479
N 40
VAR00032 Pearson Correlation .424**
134
Reliability Depresi
Scale: ALL VARIABLES
Sig. (2-tailed) .006
N 40
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.860 24
135
Validitas Kecerdasan Spiritual
Correlations
total
VAR00001 Pearson Correlation .354*
Sig. (2-tailed) .025
N 40
VAR00002 Pearson Correlation .179
Sig. (2-tailed) .270
N 40
VAR00003 Pearson Correlation .338*
Sig. (2-tailed) .033
N 40
VAR00004 Pearson Correlation .311
Sig. (2-tailed) .051
N 40
VAR00005 Pearson Correlation .406**
Sig. (2-tailed) .009
N 40
VAR00006 Pearson Correlation .275
Sig. (2-tailed) .086
N 40
VAR00007 Pearson Correlation .339*
Sig. (2-tailed) .032
N 40
VAR00008 Pearson Correlation .398*
Sig. (2-tailed) .011
N 40
VAR00009 Pearson Correlation .132
Sig. (2-tailed) .417
136
N 40
VAR00010 Pearson Correlation .465**
Sig. (2-tailed) .002
N 40
VAR00011 Pearson Correlation .247
Sig. (2-tailed) .125
N 40
VAR00012 Pearson Correlation .383*
Sig. (2-tailed) .015
N 40
VAR00013 Pearson Correlation .328*
Sig. (2-tailed) .039
N 40
VAR00014 Pearson Correlation .432**
Sig. (2-tailed) .005
N 40
VAR00015 Pearson Correlation .405**
Sig. (2-tailed) .010
N 40
VAR00016 Pearson Correlation .282
Sig. (2-tailed) .078
N 40
VAR00017 Pearson Correlation .324*
Sig. (2-tailed) .041
N 40
VAR00018 Pearson Correlation .289
Sig. (2-tailed) .071
N 40
VAR00019 Pearson Correlation .447**
Sig. (2-tailed) .004
N 40
VAR00020 Pearson Correlation .298
137
Sig. (2-tailed) .062
N 40
VAR00021 Pearson Correlation .387*
Sig. (2-tailed) .014
N 40
VAR00022 Pearson Correlation .318*
Sig. (2-tailed) .045
N 40
VAR00023 Pearson Correlation .467**
Sig. (2-tailed) .002
N 40
VAR00024 Pearson Correlation .270
Sig. (2-tailed) .092
N 40
VAR00025 Pearson Correlation .569**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00026 Pearson Correlation .604**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
VAR00027 Pearson Correlation .308
Sig. (2-tailed) .053
N 40
VAR00028 Pearson Correlation .434**
Sig. (2-tailed) .005
N 40
VAR00029 Pearson Correlation .263
Sig. (2-tailed) .101
N 40
VAR00030 Pearson Correlation .595**
Sig. (2-tailed) .000
N 40
138
VAR00031 Pearson Correlation .359*
Sig. (2-tailed) .023
N 40
VAR00032 Pearson Correlation .307
Sig. (2-tailed) .054
N 40
VAR00033 Pearson Correlation .265
Sig. (2-tailed) .099
N 40
VAR00034 Pearson Correlation .286
Sig. (2-tailed) .073
N 40
VAR00035 Pearson Correlation .446**
Sig. (2-tailed) .004
N 40
VAR00036 Pearson Correlation .513**
Sig. (2-tailed) .001
N 40
VAR00037 Pearson Correlation .299
Sig. (2-tailed) .061
N 40
VAR00038 Pearson Correlation .332*
Sig. (2-tailed) .036
N 40
VAR00039 Pearson Correlation .394*
Sig. (2-tailed) .012
N 40
VAR00040 Pearson Correlation .351*
Sig. (2-tailed) .026
N 40
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
139
Reliability Kecerdasan Spiritual
Scale: ALL VARIABLES
N 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.820 25
140
UJI ASUMSI
&
UJI HIPOTESIS
141
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kecerdasan
Spiritual Depresi
N 100 100
Normal Parametersa,,b
Mean 73.1600 62.4500
Std. Deviation 6.97574 11.97082
Most Extreme Differences Absolute .078 .177
Positive .063 .097
Negative -.078 -.177
Kolmogorov-Smirnov Z .780 1.766
Asymp. Sig. (2-tailed) .576 .004
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Depresi * Kecerdasan Spiritual
Between Groups
Within Groups Total
(Combined) Linearity
Deviation from
Linearity
Sum of Squares 5776.180 1662.246 4113.934 8410.570 14186.750
df 29 1 28 70 99
Mean Square 199.179 1662.246 146.926 120.151
F 1.658 13.835 1.223
Sig. .044 .000 .246
142
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Kecerdasan Spiritual 73.1600 6.97574 100
Depresi 62.4500 11.97082 100
Correlations
Kecerdasan
Spiritual Depresi
Kecerdasan Spiritual Pearson
Correlation
1 .342**
Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
Depresi Pearson
Correlation
.342** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).