hubungan antara kejadian hipotermi dengan …/hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN KEMATIAN
NEONATUS PASCA OPERASI BEDAH KELAINAN SALURAN CERNA
DI RSUD DR. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ALVEUS KRISTIANTO EKAPUTRA
G 0008195
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian Hipotermi
dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, Tahun 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari........ , Tanggal .......................2011
Pembimbing Utama Penguji Utama
Pudjiastuti, dr., Sp.A (K) Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes
NIP. 1960 0110 198712 2 001 NIP. 1971 0920 201001 2 003
Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes Widardo, Drs., M.Sc
NIP. 1973 0312 201001 2 002 NIP. 1963 1216 199003 1 002
Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP : 1966 0702 1998 02 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian
Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Alveus Kristianto Ekaputra, NIM : G0008195, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari........ , Tanggal .......................2011
Pembimbing Utama Pudjiastuti, dr., Sp.A (K) NIP. 1960 0110 198712 2 001 (...................................) Pembimbing Pendamping Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes NIP. 1973 0312 201001 2 002 (..................................) Penguji Utama Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes NIP. 1971 0920 201001 2 003 (..................................) Anggota Penguji Widardo, Drs., M.Sc NIP. 1963 1216 199003 1 002 (.....................................)
Surakarta,........................2011
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP : 1966 0702 1998 02 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,.....................2011
Alveus Kristianto Ekaputra
NIM. G0008195
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, 2011. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Metode Penelitian: Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 60 neonatus. Sampel diambil dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Regresi Logistik Ganda. Hasil Penelitian: Neonatus yang mengalami hipotermi angka kematian pasca operasi bedah kelainan saluran cerna lebih besar secara signifikan (p = 0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 – 575,1). Dari analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda, hipotermi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 – 138,2). Selain itu, sepsis juga merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Simpulan Penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Neonatus dengan hipotermi pasca operasi bedah kelainan saluran cerna memiliki risiko tinggi mengalami kematian daripada yang tidak mengalami hipotermi. Kata kunci : neonatus, hipotermi, kematian neonatus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, 2011. The Relationship between Hypothermia Incident and Neonatal Mortality Post-Surgical Gastrointestinal Disorders in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta. Objectives: This research aims to know the relationship between hypothermia incident dan neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. … Methods: An analytical descriptive with cross sectional study, using purposive sampling with 60 neonates. The samples had taken from the medical records of RSUD Dr. Moewardi in 2007 – 2010. The data was analyzed using Regression Binary Logistic.…… ……………………………………. Results : Neonates who had hypothermia post-surgical gastrointestinal disorders was significant (p = 0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 – 575,1). From the multivariate analyzes using Regression Binary Logistic, hypothermia is a dominant factor that affects neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 – 138,2). Furthermore, sepsis is a dominant factor too that affects neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Conclusions: There were significant between hypothermia incident and neonatal mortality post-surgical digestive disorders in RSUD Dr. Moewardi. Neonates with hypothermia post-surgical gastrointestinal disorders had a high risk of mortality than neonates without hypothermia. Key words : neonates, hypothermia, neonatal mortality
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena senantiasa menyertai dalam proses penyelesaian tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna di RSUD Dr. Moewardi”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas oleh karena Tuhan Yesus Kristus senantiasa menyertai penulis melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Pudjiastuti, dr., Sp.A (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
4. Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Widardo, Drs., M.Sc, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Segenap Staf skripsi FK UNS, Staf SMF IKA dan Staf RSUD Dr. Moewardi atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.
8. Papa, Mama, Papi, Mami, Kakak, Adek, Pacar serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman tersayang (Artha, Zakky, Fitra, Ira, Abi, Sherly) dan teman-teman Pendidikan Dokter 2008 FK UNS lainnya yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 2011
Alveus Kristianto Ekaputra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 4
1. Termoregulasi.................................................................. ............... 4
2. Hipotermi ................................................................ ....................... 6
3. Kelainan Saluran Cerna Neonatus ................................................... 11
4. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus
Pasca Operasi Bedah ....................................................................... 16
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 17
C. Hipotesis ............................................................................................ 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 19
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 19
C. Subjek Penelitian .................................................................... ..... 19
D. Teknik Sampling ................................................................... ...... 20
E. Rancangan Penelitian ................................................................. .. 20
F. Variabel Penelitian ...................................................................... . 21
G. Definisi Operasional Variabel ................ .................................... . 21
H. Pengumpulan Data ...................................................................... . 23
I. Teknik Analisis Data .................................................................... 24
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................ .. 25
A. Karakteristik Responden ................................................................ . 25
B. Analisis Univariat ............................................................................ 26
C. Analisis Multivariat ...................................................................... .. 27
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. .. 29
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. ... 32
A. Simpulan ...................................................................................... ... 32
B. Saran .............................................................................................. . 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .. 34
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Neonatus Pasca Operasi Bedah
Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 25
Tabel 2. Sebaran Outcome Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah
Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 26
Tabel 3. Analisis Univariat Hipotermi, Syok, Perdarahan, dan Sepsis
terhadap Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah
Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 27
Tabel 4. Analisis Akhir Permodelan Multivariat
Regresi Logistik Ganda Variabel Hipotermi, Syok,
Perdarahan, Sepsis 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 17
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
hipotermi * meninggal Crosstabulation
meninggal
Total hidup meninggal
hipotermi tidak hipotermi Count 12 2 14
Expected Count 3.5 10.5 14.0
hipotermi Count 3 43 46
Expected Count 11.5 34.5 46.0
Total Count 15 45 60
Expected Count 15.0 45.0 60.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 35.901a 1 .000
Continuity Correctionb 31.801 1 .000
Likelihood Ratio 33.817 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 35.302 1 .000
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for hipotermi (0 /
1)
86,000 12,861 575,089
For cohort meninggal = 0 13,143 4,311 40,071
For cohort meninggal = 1 ,153 ,042 ,553
N of Valid Cases 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
syok * meninggal Crosstabulation
meninggal
Total hidup meninggal
syok tidak syok Count 13 30 43
Expected Count 10.8 32.3 43.0
syok Count 2 15 17
Expected Count 4.3 12.8 17.0
Total Count 15 45 60
Expected Count 15.0 45.0 60.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.216a 1 .137
Continuity Correctionb 1.341 1 .247
Likelihood Ratio 2.462 1 .117
Fisher's Exact Test .192 .121
Linear-by-Linear Association 2.179 1 .140
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for syok (0 / 1) 3,250 ,648 16,301
For cohort meninggal = 0 2,570 ,647 10,202
For cohort meninggal = 1 ,791 ,608 1,028
N of Valid Cases 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
perdarahan * meninggal Crosstabulation
meninggal
Total hidup meninggal
perdarahan tidak perdarahan Count 14 32 46
Expected Count 11.5 34.5 46.0
perdarahan Count 1 13 14
Expected Count 3.5 10.5 14.0
Total Count 15 45 60
Expected Count 15.0 45.0 60.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.106a 1 .078
Continuity Correctionb 1.988 1 .159
Likelihood Ratio 3.741 1 .053
Fisher's Exact Test .155 .073
Linear-by-Linear Association 3.054 1 .081
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for perdarahan
(0 / 1)
5,688 ,677 47,798
For cohort meninggal = 0 4,261 ,613 29,607
For cohort meninggal = 1 ,749 ,589 ,952
N of Valid Cases 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for sepsis (0 / 1) 76,000 8,565 674,375
For cohort meninggal = 0 26,000 3,669 184,245
For cohort meninggal = 1 ,342 ,186 ,628
N of Valid Cases 60
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
sepsis * meninggal Crosstabulation
meninggal
Total hidup meninggal
sepsis tidak sepsis Count 14 7 21
Expected Count 5.3 15.8 21.0
sepsis Count 1 38 39
Expected Count 9.8 29.3 39.0
Total Count 15 45 60
Expected Count 15.0 45.0 60.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 29.915a 1 .000
Continuity Correctionb 26.593 1 .000
Likelihood Ratio 31.445 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 29.416 1 .000
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a hipotermi 20,595 10377,780 ,000 1 ,998 8,796E8 ,000 .
syok -17,823 10377,780 ,000 1 ,999 ,000 ,000 .
perdarahan -18,238 10377,780 ,000 1 ,999 ,000 ,000 .
sepsis 2,400 1,511 2,523 1 ,112 11,019 ,570 212,927
Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167
Step 2a hipotermi 2,853 1,171 5,933 1 ,015 17,335 1,746 172,133
perdarahan -,890 1,499 ,352 1 ,553 ,411 ,022 7,756
sepsis 2,962 1,428 4,305 1 ,038 19,335 1,178 317,296
Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167
Step 3a hipotermi 2,708 1,133 5,714 1 ,017 15,000 1,629 138,156
sepsis 2,721 1,314 4,290 1 ,038 15,200 1,157 199,633
Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167
a. Variable(s) entered on step 1: hipotermi, syok, perdarahan, sepsis.
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipotermi pada neonatus adalah suatu masalah yang sering dijumpai dan
apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian pada
neonatus (Shah et al., 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mahmood (2007) pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2007, dari 510 neonatus
ditemukan 108 neonatus mengalami hipotermi pada saat pre-operasi dan 87
neonatus tersebut masih mengalami hipotermi pasca operasi.
Di Indonesia, angka kematian neonatal pertahunnya mencapai 88.770
neonatus. Dari angka kematian tersebut, 4,3 % merupakan kasus kelainan
saluran cerna (Depkes, 2008). Atresia ani dan megakolon kongenital
merupakan kasus kelainan saluran cerna bayi yang sering ditemukan. Di RSUD
Dr. Moewardi, tahun 2007 ditemukan 32,50 % kasus, tahun 2008 ditemukan
30,64 % kasus, tahun 2009 ditemukan 17,07 % kasus, dan pada tahun 2010
ditemukan 13,15 % kasus.
Secara umum tatalaksana neonatus dengan kelainan saluran cerna adalah
tindakan operasi bedah (Boocock, 2007). Tindakan pre operasi bedah, operasi
bedah, dan pasca operasi bedah untuk menangani kelainan saluran cerna pada
neonatus dapat menyebabkan gangguan termoregulasi pada neonatus melalui
mekanisme radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi sehingga neonatus
mengalami kehilangan panas dan tidak bisa mempertahankan suhu tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
(Diaz, M., 2010). Hipotermi adalah kondisi di mana suhu inti tubuh sama
dengan atau kurang dari 36oC. Karakteristik hipotermia adalah sensasi dingin,
menggigil, vasokonstriksi, kaku otot, bradikardi, asidosis, hipoventilasi,
hipotensi, kehilangan kemampuan gerak spontan, koma dan bahkan kematian.
(Tortora G. J., Derrickson, 2006).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti sejauh mana
hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna karena penelitian ini masih jarang dilakukan dan
nantinya diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian
berikutnya.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus
pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian
neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna oleh karena faktor
internal maupun faktor eksternal.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui penyebab kematian pada neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi mengenai
hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca
operasi bedah kelainan saluran cerna.
2. Manfaat Praktis
Apabila terbukti terdapat hubungan antara kejadian hipotermi dengan
kematian neonatus pasca operasi bedah saluran cerna, maka diharapkan
tenaga medis dapat melakukan tindakan preventif untuk mengurangi
kematian neonatus oleh karena kejadian hipotermi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Termoregulasi
Bayi baru lahir terutama rentan pada kehilangan panas dan terbatas
kemampuannya untuk berespons pada stres dingin. Empat mekanisme
kehilangan panas adalah konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi.
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak
langsung dengan objek yang lebih dingin. Radiasi adalah kehilangan panas
dari objek panas dalam jarak yang cukup dekat dengan objek yang lebih
dingin. Kehilangan panas konveksi terjadi ketika aliran udara menyapu
lapisan udara yang hangat yang mengitari tubuh hangat. Akhirnya, panas
hilang ketika cairan berevaporasi dari kulit (Thomas, K., 2004).
Bayi bersifat basah saat lahir dan lebih berisiko terhadap kehilangan
evaporatif. Bayi baru lahir juga mempunyai area permukaan relatif lebih
lebar dalam kaitannya dengan massa tubuh, yang memberi lebih banyak
pertemuan dengan lingkungan lebih dingin (Waldron, S., Mackinnon, R.,
2007).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas berisiko tinggi
untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
diselimuti, dapat mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat. Bayi prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia (Hapsari, 2009).
Bayi baru lahir dilengkapi dengan lemak cokelat, yang memberi
keuntungan adaptif. Lemak cokelat membuat 2% hingga 6% berat badan
bayi (Bruck, K., 2007). Lemak ini dikonsentrasikan di sekitar tengkuk
leher, medula spinalis atas, dan aksila serta antara skapula dan sekitar
pembuluh darah besar dan ginjal (Merklin, R., 2007). Lemak cokelat
mempunyai lebih banyak vaskularitas dan persarafan simpatis, selain itu
lemak cokelat merupakan generator energi yang lebih efisien. Namun,
lemak cokelat adalah suatu sumber energi yang tidak dapat diperbarui
(Asakura, H., 2004).
Stimulasi dingin terhadap reseptor kulit mengakibatkan pelepasan
katekolamin dan oksidasi lemak cokelat menjadi asam lemak. Oksigen dan
glukosa diperlukan, tetapi lebih banyak panas yang dihasilkan (Nicholls,
D., Locke, R., 2007). Ketika bayi mengalami hipoglikemia, metabolisme
lemak cokelat tidak efisien. Metabolisme diatur oleh sistem saraf simpatis
dan triiodotironin (T3). Normalnya peningkatan nyata pada hormon
perangsang tiroid, tiroksin, dan T3 dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
Suhu aksila normal adalah 36,5o sampai 37,5o C. Suhu kulit abdomen
adalah 36o sampai 36,5o C. Stres dingin meningkatkan frekuensi
pernapasan dan menyebabkan tigakali sampai empatkali lipat peningkatan
laju metabolik. Bayi mendeplesi simpanan energi dalam upaya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
mempertahankan suhu tubuh (Hull, D., 2006). Kehilangan panas signifikan
dapat menimbulkan hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga
penting bahwa lingkungan termal netral dipertahankan untuk bayi.
(Kumm, S., 2008)
Bayi baru lahir juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk
mentoleransi panas berlebihan. Berkeringat bukan mekanisme efektif
untuk menghilangkan kelebihan panas pada bayi baru lahir. Dapat terjadi
takikardia dan atau gangguan proses metabolik. Sehingga harus
diperhatikan untuk tidak membuat bayi terlalu panas. Normalnya pada 2
hari setelah kelahiran bayi baru lahir yang sehat mampu menstablikan suhu
tubuhnya dengan adekuat (Hey, E. N., Katz, G., 2007).
2. Hipotermi
a. Pengertian
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya
morbiditas dan mortalitas Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih
menjadi masalah utama. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan
napas, infeksi, serta komplikasi hipotermi. Hipotermi dapat
menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnea, dan lain-
lain yang mengakibatkan kematian (Lubis, 2008).
Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan di mana terjadi
penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan,
terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat
penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir,
terutama bagi bayi prematur. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada
faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas
sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme
dari sel-sel tubuh waktu istirahat (Khan, S. A., 2000)
b. Etiologi menurut Sessler (2008),
1) Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan,
seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,
selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi,
pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan.
Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
2) Ketidakmampuan menahan dingin, seperti pada permukaan
tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan
mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan
tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya
panas yang lebih besar pada Bayi Berat Lahir Rendah.
3) Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti
defisiensi brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa
kelahiran, kerusakan sistem saraf pusat sehubungan dengan
anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
c. Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari
hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan
noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol
dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak
secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown
fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh
melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan
oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan
untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolicthermogenesis yang
efektif memerlukan integritas dari sistem saraf sentral, kecukupan dari
brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen (Ohlson, K.,
Cannon, B., 2003).
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem
saraf pusat antara lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia,
apatis, disartria, EEG yang abnormal, depresi kesadaran yang
progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat
terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma,
refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progresif dari aktivitas
EEG (Lubis, 2008).
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang
progressif, konstriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac output,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan
ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan
tekanan darah yang progressif, dan denyut jantung. (Parmet, J. L.,
Horrow, J. C., 2008).
Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea,
bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun
sampai 50 %, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75 %, dan apnea (McCarren, J. P., 2008).
Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi cold
diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan
menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50 %, autoregulasi
ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,
dapat terjadi oliguria yang berat, poikilotermia, dan penurunan
metabolisme basal sampai 80 % (Patel, P. M., Drummond, J. C.,
2005).
Pada otot saraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum
menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada
keadaan berat, dapat terjadi arefleksia daerah perifer. (Miller, J. D.,
Rosenbaum, H., 2008).
d. Tanda-Tanda Klinis, WHO (2007)
1) Hipotermi sedang (suhu tubuh 32oC - 35,9oC ), tanda-tandanya
antara lain: lemah atau lettargis, kaki teraba dingin, kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata
atau disebut kutis marmorata.
2) Hipotermi berat (suhu tubuh < 32oC ), tanda-tandanya antara lain:
sama dengan hipotermi sedang, dan disertai dengan pernapasan
lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai
hipoglikemi dan asidosis metabolik.
3) Stadium lanjut hipotermi, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya
pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).
e. Klasifikasi, WHO (2007)
1) Hipotermi sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1 - 2oC sesudah
lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi
berumur 4 - 8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.
Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,
hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang
dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat
dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian
morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2) Hipotermi akut, terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6 - 12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang
tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas,
kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup
dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan
bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin.
3) Hipotermi sekunder, penurunan suhu tubuh yang tidak
disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab
lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan
BBLR serta hipoglikemia.
4) Cold injury, yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama
dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah,
tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara
29,5 - 35oC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada
tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis.
3. Kelainan Saluran Cerna Neonatus
Kelainan saluran cerna neonatus merupakan kasus yang sering
ditemukan di NICU RSUD Dr. Moewardi. Kelainan yang sering
ditemukan antara lain atresia ani dan megacolon. Pada tahun 2007
ditemukan 32, 50 % kasus, tahun 2008 ditemukan 30, 64 % kasus, tahun
2009 ditemukan 17, 07 % kasus, dan pada tahun 2010 ditemukan 13, 15
% kasus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
1. Atresia Ani
a. Pengertian
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai
anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Cook, R.,
2006).
Atresia Ani merupakan kelainan kongenital, tidak adanya
lubang atau saluran anus, tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit
cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum (Donna, L., 2003).
b. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atresia ani, antara lain :
1) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur
sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2) Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau 3 bulan.
3) Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
(Donna, L., 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
c. Klasifikasi
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4
golongan, yaitu:
1) Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus.
2) Membran anus yang menetap.
3) Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada
bermacam-macam jarak dari peritoneum.
4) Lubang anus yang terpisah dengan ujung.
d. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi
atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,
sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia
ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.
4) Berkaitan dengan down syndrome.
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
(Groff, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
2. Megakolon Kongenital
a. Pengertian
Megakolon kongenital adalah suatu kelainan bawaan berupa
aganglionis usus, mulai dari spingter ani interna ke arah
proksimal dengan panjang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus
dan setidak-tidaknya rectum (Fonkalsrud, 2007).
b. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab penyakit megakolon sampai
sekarang belum diketahui, tetapi menurut para ahli itu diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada
anak dengan down syndrome, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Fonkalsrud, 2007).
c. Klasifikasi
Menurut letak segmen aganglionik, penyakit megakolon ini
dibagi dalam :
1) Megakolon kongenital segmen pendek
Bila segmen aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid (70
- 80%).
2) Megakolon kongenital segmen panjang
Bila segmen aganglionik lebih tinggi dari sigmoid (20 %).
3) Kolon aganglionik total
Bila segmen aganglionik mengenai seluruh kolon (5 - 11 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
4) Kolon aganglionik universal
Bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus sampai
pylorus (5 %).
(Kartono, 2003)
d. Patofisiologi
Istilah megakolon kongenital menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding
sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada
dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak
pada megakolon ( Betz, 2002).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna
untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi
usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul
didaerah tersebut, menyebabkan dilatasi bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan di bagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
4. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus
Pasca Operasi Bedah
Pada neonatus, hipotermi pasca operasi bedah dapat disebabkan
karena gangguan proses termoregulasinya. Selain itu, neonatus juga masih
terbatas kemampuannya untuk merespons stres dingin. Empat mekanisme
kehilangan panas adalah konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi
(Pierro, A., Eaton, S., 2006).
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak
langsung dengan objek yang lebih dingin. Panas yang hilang sekitar 5 %
dari tubuh bayi (Sessler, D. I., 2005). Radiasi adalah kehilangan panas dari
objek panas dalam jarak yang cukup dekat dengan objek yang lebih dingin.
Tubuh bayi kehilangan panas sekitar 60 % (Anderson, D., 2003).
Kehilangan panas konveksi terjadi ketika aliran udara menyapu lapisan
udara yang hangat yang mengitari tubuh hangat. Panas yang hilang dari
tubuh bayi mencapai 15 %. Akhirnya, 20 % panas keluar dari tubuh bayi
ketika cairan berevaporasi dari kulit (Sessler, D., I., 2005).
Apabila pada neonatus ditemukan hipotermi pasca operasi bedah
dan tidak ditangani dengan baik, maka bisa terjadi hipotermi menetap dan
mengakibatkan letargi pada neonatus, kemudian konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75 % sehingga dapat berakibat apnea dan bradikardia.
Semua itu menyebabkan bayi berisiko tinggi mengalami kematian (Shah et
al., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Keterangan: : Variabel Perancu
: Yang diteliti
KETERBATASAN DALAM MERESPON DINGIN
TERMOREGULASI
SUMBER ENERGI PANAS NEONATUS
PREOPERASI – OPERASI - PASCAOPERASI
1. TANDA VITAL NEONATUS (SUHU, RR, NADI)
2. BERAT BADAN NEONATUS 3. MASA GESTASI (PRETERM/ ATERM) 4. PERALATAN (THERMAL BLANKET, BABY
WARMER) 5. LAMANYA OPERASI
ASAM LEMAK
MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH
PELEPASAN KATEKOLAMIN DAN OKSIDASI LEMAK COKELAT
LEMAK COKELAT
APABILA ADA STIMULASI DINGIN DI KULIT
HIPOTERMI
KEHILANGAN PANAS
a. KONDUKSI b. RADIASI c. KONVEKSI d. EVAPORASI
GANGGUAN PELEPASAN KATEKOLAMIN DAN OKSIDASI LEMAK COKELAT
GANGGUAN MEMPRODUKSI ASAM LEMAK
GANGGUAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH
KEMATIAN PERDARAHAN SYOK
SEPSIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
Keterangan :
Lemak cokelat merupakan sumber energi panas neonatus. Pada saat kulit
neonatus menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hipothalamus. Maka memicu pelepasan katekolamin dan juga oksidasi
lemak cokelat yang merupakan fungsi homeostasis tubuh neonatus untuk
mempertahankan suhu tubuhnya. Di sisi lain, neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna memiliki risiko mengalami keterbatasan dalam
merespon dingin. Banyak faktor yang mempengaruhi termasuk di antaranya
proses dan lamanya operasi. Keterbatasan tubuh neonatus dalam merespon
dingin mengakibatkan gangguan pelepasan katekolamin dan oksidasi lemak
sehingga neonatus berisiko kehilangan panas tubuh melalui proses konduksi,
radiasi, konveksi, maupun evaporasi. Semua proses ini menyebabkan neonatus
rentan mengalami hipotermi. Dalam keadaan hipotermi berat, dapat terjadi
kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli
yang hilang, dan penurunan progresif dari aktivitas EEG yang mampu
menyebabkan bayi menjadi letargi dan berisiko tinggi menjadi kematian.
Adapun faktor perancu yang mempengaruh neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna yaitu perdarahan, sepsis, dan syok.
C. Hipotesis
Ada hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca
operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara
variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) yang diobservasi hanya
sekali pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 31 Mei 2011.
C. Subjek Penelitian
1. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
a. Neonatus.
b. Pasca operasi bedah kelainan saluran cerna.
c. Dirawat di NICU pada tahun 2007-2010.
2. Adapun kriteria eksklusi adalah:
a. Data tidak lengkap.
b. Neonatus dengan kelainan saluran cerna yang disertai kelainan sistem
saraf pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
D. Teknik Sampling
Sampel berasal dari Rekam Medik di RSUD Dr. Moewardi tahun 2007
- 2010. Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, dengan jumlah subjek
penelitian ditentukan sebanyak 60 neonatus. Sampel tersebut telah memenuhi
syarat pengambilan sampel penelitian yang berjumlah minimal 30 orang
(Murti, 2006).
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
Jumlah neonatus dengan kelainan saluran cerna yang dioperasi dan dirawat di NICU RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010
Hipotermia Tidak hipotermia
Analisis Uji Statistik
Regresi Logistik Ganda
Rekam Medik
Hidup
PREOPERASI – OPERASI - PASCAOPERASI
1. Tanda vital bayi (suhu, rr, nadi) 2. Berat badan bayi 3. Masa gestasi (preterm/ aterm) 4. Peralatan (thermal blanket, baby
warmer) 5. Lamanya operasi
Meninggal Hidup Meninggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Kejadian hipotermi.
2. Variabel Dependen
Kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna.
3. Variabel Perancu
Perdarahan, syok, sepsis.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Kejadian hipotermi
Hipotermi pada neonatus adalah suatu masalah yang sering
dijumpai dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
kematian pada neonatus (Shah et al., 2006). Hipotermi adalah kondisi di
mana suhu inti tubuh sama dengan atau kurang dari 36oC (Tortora G. J.,
Derrickson, 2006).
Subjek penelitian ini nantinya dikelompokkan dalam 2 kategori
yaitu hipotermi dan tidak hipotermi. Adapun skala pengukuran variabel ini
adalah skala nominal.
2. Kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna
Kematian pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang
dimaksud adalah kematian neonatus akibat hipotermi setelah dilakukan
operasi bedah. Hipotermi pada neonatus pasca operasi bedah dapat
menyebabkan kematian karena tubuh neonatus masih terbatas untuk
merespons stres dingin, di mana dapat terjadi gangguan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
termoregulasi dan akhirnya neonatus kehilangan panas melalui mekanisme
konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi (Pierro, A., Eaton, S., 2006).
Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek
akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu hidup dan meninggal.
3. Perdarahan
Perdarahan pasca operasi bedah, sering dihubungkan dengan
perdarahan terlambat dan terjadi karena masalah pada jahitan atau
kauterisasi pembuluh darah. Perdarahan pasca operasi bedah diketahui dari
menurunnya hematokrit, atau munculnya hematoma. (De Jong, 2004).
Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek
akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada perdarahan dan tidak ada
perdarahan.
4. Syok
Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang terjadi
pengiriman oksigen ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi oksigen. Syok bukan merupakan
penyakit dan tidak selalu disertai kegagalan perfusi jaringan (De Jong,
2004).
Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek
akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada syok dan tidak ada syok.
5. Sepsis
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
neonatus tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada neonatus.
Sepsis neonatus adalah sindrom klinis dari bakteremia dengan gejala
sistemik dan gejala infeksi yang sering ditemukan pada 4 minggu pertama
kelahiran (Herald, 2010).
Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek
akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada sepsis dan tidak ada
sepsis.
H. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
berasal dari rekam medik RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010.
2. Alat dan Instrumen Penelitian
Rekam medik adalah keterangan baik yang tertulis maupun
terekam tentang identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium,
diagnosis segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Gondodiputro, 2007).
Adapun data untuk penelitian ini yang diambil dari rekam medik adalah :
nama neonatus, umur neonatus, jenis kelamin, masa gestasi, berat badan
lahir, berat badan sekarang, keluhan utama, tanda vital pre operasi,
diagnosis pre operasi, jenis operasi, lamanya operasi, tanda vital selama
operasi, tanda vital pasca operasi, diagnosis pasca operasi, dan perawatan
pasca operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
I. Teknik dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Regresi
Logistik Ganda menggunakan program SPSS 18 for Windows Release 11.5 (a
= 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penyajian hasil penelitian diuraikan mulai dari karakteristik responden,
seluruh variabel yang terlibat dalam penelitian yaitu variabel perancu (syok,
perdarahan, dan sepsis), variabel independen yaitu kejadian hipotermi dan
variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran
cerna. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat hubungan
antara hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran
cerna. Penelitian ini diakhiri dengan mencari faktor penyebab kematian neonatus
pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang paling dominan berdasarkan
variabel perancu karakteristik pasien.
A. Karakteristik Responden
Tabel 1 Sebaran Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)
No Karakteristik Demografi N (%) 1 Usia (hari)
0 - 10 11 - 20 21 - 30
55 (91,7) 1 (1,7) 4 (6,7)
2 Berat Badan Lahir (kg) 1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9
3 (5)
34 (56,7) 23 (38,3)
3 Hipotermi 46 (76,7) 4 Syok 17 (28,3) 5 Perdarahan 14 (23,3) 6 Sepsis 39 (65)
Outcome terbesar didapatkan dari hipotermi yaitu sebanyak 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
neonatus (76,7 %). Dan yang berikutnya adalah sepsis dengan jumlah 39
neonatus (65 %).
Tabel 2 Sebaran Outcome Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna terhadap Faktor Penyebab (N = 60)
N Hidup (%) N Meninggal (%) Hipotermi 3 (6,5) 43 (93,5) Syok 2 (11,8) 15 (88,2) Perdarahan 1 (7,1) 13 (92,9) Sepsis 1 (2,6) 38 (97,4)
Penyebab kematian tertinggi dari neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna adalah hipotermi yaitu sebanyak 43 neonatus
meninggal (93,5 %).
B. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk membuktikan adanya hubungan
antara variabel independen yaitu hipotermi dan variabel dependen yaitu
kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Selain itu
untuk mencari hubungan antara variabel perancu yaitu syok, perdarahan, dan
sepsis dengan variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square
karena jenis data yang dianalisis adalah kategorik. Pengujian dilakukan
dengan derajat kemaknaan sebesar 5 % seperti pada tabel 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
Tabel 3 Analisis Univariat Hipotermi, Syok, Perdarahan, dan Sepsis terhadap Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)
p OR C.I. Hipotermi 0,000 86 12,9 – 575,1 Syok 0,137 3,3 0,6 – 16,3 Perdarahan 0,078 5,7 0,7 – 47,8 Sepsis 0,000 76 8,6 – 674,4
Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi Square
diperoleh p 0,000 (α < 0,05) dan OR = 86. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna.
C. Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling
dominan yang berhubungan dengan variabel dependen.
1. Seleksi kandidat
Seleksi kandidat mempunyai hasil yang sama dengan Tabel 3.
Analisis univariat hipotermi, syok, perdarahan, dan sepsis terhadap
kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (N = 60).
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p seluruh variabel sebesar
< 0,25, sehingga seluruh variabel diteruskan ke dalam permodelan
multivariat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
2. Permodelan Multivariat
Tabel 4 Analisis Akhir Permodelan Multivariat Regresi Logistik Ganda Variabel Hipotermi, Syok, Perdarahan, Sepsis
Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Regresi
Logistik Ganda, hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2) dan
sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6) dapat meningkatkan
risiko kematian apabila keduanya terjadi secara bersamaan.
No Variabel p OR C.I.
1 Hipotermi 0,017 15,0 1,6 -138,2 2 Sepsis 0,038 15,2 1,2 - 199,6 3 Perdarahan 0,553 0,4 0,0 - 7,8 4 Syok 0,999 0,0 0,0 - .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
Dari total 60 pasien neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran
cerna yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi tahun 2007-2010, 83,48 %
meninggal oleh karena hipotermi. Kemungkinan disebabkan oleh faktor
eksternal yaitu lamanya operasi bedah, jenis operasi bedah, suhu ruang
perawatan (NICU), dan keterbatasan peralatan di ruang perawatan (NICU).
Faktor internal yaitu neonatus yang prematur dan berat badan lahir rendah,
kedua hal tersebut akan menyebabkan neonatus pasca operasi bedah kelainan
saluran cerna berisiko tinggi mengalami kematian. Prematuritas dan berat
badan lahir rendah meningkatkan risiko kematian pada neonatus karena
neonatus tersebut memiliki lemak cokelat yang belum berkembang dengan
sempurna sehingga masih sangat terbatas dalam merespon dingin dari luar
(ruang operasi dan NICU).
Nilai Odds Ratio dari analisis univariat didapatkan hasil 86 yang berarti
bahwa hipotermi dapat menyebabkan kematian pada neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna 86 kali lebih besar. Maka dapat disimpulkan
bahwa kejadian hipotermi merupakan faktor risiko penyebab kematian
neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh F. Nayeri dan F. Nili
(2006), yang menyatakan bahwa hipotermi merupakan faktor risiko yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
sangat penting dalam menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna. Neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna
yang prematur dan neonatus dengan berat lahir rendah memiliki risiko tinggi
untuk mengalami hipotermi. Dari data F. Nayeri dan F. Nili (2006),
didapatkan 24 neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang
prematur dan berat lahir rendah, meninggal oleh karena hipotermi. V. Kumar
dan A. Kumar (2009) menyatakan hal sama yaitu neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna yang memiliki berat badan lahir rendah akan
berisiko tinggi mengalami kematian.
Berdasarkan hasil analisis uji multivariat menggunakan regresi logistik
ganda terdapat 2 faktor dominan yang berhubungan dengan kematian
neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yaitu hipotermi dan
sepsis. Hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2), OR = 15,0
berarti bahwa hipotermi menyebabkan kematian neonatus pasca operasi
bedah kelainan saluran cerna 15 kali risiko lebih besar dibandingkan yang
tidak hipotermi. Sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6), OR = 15,2
berarti bahwa sepsis menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna 15,2 kali risiko lebih besar dibandingkan yang tidak
sepsis. Dari hasil penelitian Oludayo (2007), terdapat 53 pasien neonatus
yang menderita kelainan saluran cerna, di mana 16 neonatus (14,5 %) di
antaranya mengalami kematian oleh karena sepsis pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna. Ada berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi
pada neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna, salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
adalah sepsis. Sepsis ini merupakan penyebab kematian terbesar pada
neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (John W., 2010).
B. Kelemahan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder
dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Terdapat beberapa kendala terutama
terbatasnya sampel neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di
RSUD Dr. Moewardi. Selain itu, banyak terdapat data dari rekam medik yang
tidak lengkap sehingga dimasukkan ke dalam kriteria ekslusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ada hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca
operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi dengan p =
0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 - 575,1. Neonatus dengan hipotermi pasca
operasi bedah kelainan saluran cerna memiliki 86 kali risiko lebih besar
mengalami kematian daripada yang tidak mengalami hipotermi.
2. Dari analisis multivariat, hipotermi (p= 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 -
138,2) dan sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Neonatus
dengan hipotermi pasca operasi operasi bedah kelainan saluran cerna
memiliki 15,0 kali risiko lebih besar mengalami kematian, sedangkan
neonatus dengan sepsis pasca operasi bedah kelainan saluran cerna
memiliki 15,2 kali risiko lebih besar mengalami kematian.
3. Hipotermi dan sepsis merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD
Dr. Moewardi.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Usaha perbaikan mutu pelayanan sebaiknya dapat lebih dioptimalkan,
sehingga dapat mencegah kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan
saluran cerna oleh karena hipotermi dan sepsis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
2. Bagi Peneliti
Dapat memberikan edukasi dan pencegahan kematian apabila nantinya
menemui kasus hipotermi dan sepsis pada neonatus pasca operasi bedah
kelainan saluran cerna.