hubungan antara modal sosial dengan partisipasi …repository.ub.ac.id/7230/1/aprilia...

85
HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA KEDIRI SKRIPSI Oleh APRILIA DIANSETYA PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI

KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH

PANGAN LESTARI DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh

APRILIA DIANSETYA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI

KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH

PANGAN LESTARI DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh

APRILIA DIANSETYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan
Page 4: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan
Page 5: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini merupakan hasil karya

saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan didalamnya tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi

manapun. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas

ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Oktober 2017

Aprilia Diansetya

Page 6: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

RIWAYAT HIDUP

Aprilia Diansetya dilahirkan di Kediri pada tanggal 4 April 1995, anak

kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Adi Murdijanto dan Ibu Tutik

Setyawati. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Kemala

Bhayangkari 41 pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2001-2007 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Mojoroto VI Kediri, kemudian Sekolah

menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kediri pada tahun 2007-2010 dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kediri pada tahun 2010-2013.

Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi

mahasiswa, penulis juga turut berpartisipasi pada kegiatan kepanitiaan PLA I,

PLA II, dan POSTER tahun 2014-2016. Penulis juga pernah menjadi asiten

praktikum mata kuliah Manajemen Agribisnis pada tahun 2015-2016.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

Skripsi ini kupersembahkan untuk Kedua orangtuaku, Bapak Adi Murdijanto dan Ibu Tutik Setyawati. Terimakasih untuk segala cinta, dukungan, kepercayaan, dan do’a yang tak terputus hingga detik ini.

Kakakku, Mas Anton Setyadi yang selalu memberikan nasehat dan semangat.

Serta untuk sahabatku, Alivia, Diesna, Fauzan dan Riza. Terimakasih banyak untuk do’a dan dukungannya selama ini.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

i

RINGKASAN

APRILIA DIANSETYA (135040101111104). Hubungan Antara Modal Sosial

dengan Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri. Dibawah Bimbingan

Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. dan Mas Ayu Ambayoen, S.P., M.Si.

Pangan adalah kebutuhan dasar yang utama bagi kelangsungan hidup

manusia. Kebutuhan akan pangan terus mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996,

untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah

dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman

dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang

waktu. Produksi pangan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan ekonomi

global menuntut peran aktif masyarakat untuk turut serta meningkatkan ketahanan

pangan secara mandiri. Salah satu peluang yang masih terbuka untuk meningkatkan

peran masyarakat dalam ketahanan pangan rumah tangga yaitu melalui optimalisasi

lahan pekarangan. Gerakan Percepatan Optimalisasi Pekarangan dan Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan penerapan program ketahanan pangan

yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Adanya kegiatan tersebut

diharapkan setiap rumah tangga mampu mencukupi kebutuhan pangannya sendiri

tanpa harus membeli dengan cara memanfaatkan pekarangan untuk memproduksi

berbagai komoditas pangan.

Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu daerah yang menerapkan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Kediri. Pada awalnya seluruh

kegiatan program berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu kegiatan

tersebut mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena masih belum

terwujudnya partisipasi yang tinggi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Modal sosial tersebut berdampak pada tingkat pastisipasi masyarakat. Modal sosial

dan partisipasi merupakan hal yang sangat penting dan salah satu faktor dari

berhasil atau tidaknya pelaksanaan program.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mendeskripsikan kondisi modal sosial

kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari, 2).

Mendeskripsikan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari, 3). Menganalisis hubungan antara modal sosial dan

partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari

di Kelurahan Rejomulyo. Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja atau purposive di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri. Metode penentuan

responden dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah

sampel 35 orang yang tergabung dalam kelompok wanita tani Melati. Variabel yang

terdapat pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert, kemudian

data tersebut diolah menggunakan software SPSS dengan analisis korelasi Rank

Spearman.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1). Modal sosial kelompok

wanita tani di Kelurahan Rejomulyo yang terdiri dari kepercayaan, norma dan

jaringan sosial termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 82%. Hal ini

Page 9: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

ii

dibuktikan dengan adanya hubungan dan kerjasama yang baik antar sesama anggota

kelompok maupun dengan pihak diluar anggota. 2).Tingkat partisipasi kelompok

wanita tani menurut hasil analisis data yaitu 73%. Persentase tersebut termasuk

dalam kategori sedang, karena masih banyak anggota yang berpartisipasi pasif.

3).Terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi dalam program

Kawasan Rumah Pangan lestari. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman

diperoleh 0,806. Hal ini menujukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif

(dua arah) yang tergolong sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel

modal sosial maka semakin tinggi juga angka pada variabel partisipasi.

Saran yang bisa diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1). Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani perlu ditingkatkan agar

tidak menurun atau bahkan hilang.; 2) Kelompok wanita tani perlu meningkatkan

partisipasinya, terutama pada perencanaan dan evaluasi program

Page 10: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

iii

SUMMARY

Aprilia Diansetya (135040101111104). The Relationship Between Social

Capital and Participation of Woman Farmers Group on Sustainable Food

Houses Region Program in Rejomulyo Village Kediri. Under the guidance of

Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. and Mas Ayu Ambayoen, S.P., M.Si.

Food is a human basic need. The demand for food continues to increase as

the population increases. According to Law no. 7 to 1996, to achieve food security

required the availability of food in sufficient quantities and quality, distributed at

affordable and safe prices consumed for every citizen to sustain his daily activities

all the time. Uncertain food production due to climate change and the global

economy demands an active role of the community to participate in improving food

security independently. One opportunity that is still open to improving the role of

rural and urban communities in household food security is through the optimization

of the yard. Movement to Accelerate Optimization of Household and Sustainable

Food Houses (KRPL) is the implementation of food security program implemented

by the Ministry of Agriculture. The existence of these activities is expected every

household can meet its own food needs without having to buy by way of using the

yard to produce various food commodities.

Rejomulyo Village is one of the areas that implement the program of

Sustainable Food Houses in Kediri. Initially all the activities of the program went

well, but over time the activities decline. This is because there is still not high

realization of participation in the program of Sustainable Food Houses. Social

capital has an impact on the level of community participation. Social capital and

participation are very important and one of the factors of success or failure of

program implementation.

This research purpose are: 1). Describe the social capital of women farmer

group in Sustainable Food Houses Region Program, 2). Describe the participation

of women farmer group in Sustainable Food Houses Region Program, 3). Analyzing

the relationship between social capital and participation of women farmer groups

in Sustainable Food Houses Region Program at Rejomulyo Village. This research

type is Explanatory Research by using quantitative approach. Determination of

location of research by purposive in Rejomulyo Village Kediri City. The method of

determining the respondents using simple random sampling, with a sample size of

35 people who are members of the Melati farmer group. Data analysis method used

Rank Spearman correlation analysis. Determining the location of the study was

conducted purposively in Rejomulyo Village, Kediri. The method of determining

the respondents by using purposive sampling method, with the number of samples

35 people who are members of the Melati farmer group. Variables contained in this

research were measured using Likert scale, then the data is processed using SPSS

software with Rank Spearman correlation analysis.

The results obtained from this research are are: 1). The social capital of

women farmer group in Rejomulyo Village is in the high category with 82%

percentage. This is evidenced by the existence of good relationships and

cooperation between fellow members of the group and with parties outside the

members. 2) .The participation of women farmer group according to data analysis

is 74%. The percentages are included in the medium category, because there are

Page 11: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

iv

still many passive participating members. 3). There is a relationship between social

capital and participation in the Sustainable Food House program. Based on the

result of Spearman Rank correlation analysis obtained 0,806. This indicates that

there is a close relationship of positive (two-way) is classified as very strong, so the

higher the number of social capital in the higher the number of participation

variables.

Suggestions can be presented based on the research is as follows: 1). Social

capital owned by women farmer groups should be increased so as not to decrease

or even disappear.; 2) Women farmer groups need to increase their participation,

especially on program planning and evaluation

Page 12: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Modal Sosial dengan Partisipasi

Kelompok Wanita Tani dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri” dengan tepat pada waktunya, tanpa halangan

suatu apapun.

Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang

berkaitan dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam implementasi

program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Penulis melakukan wawancara langsung

kepada anggota kelompok wanita tani dan juga menganalisis menggunakan teknik

analisis kuantitatif dengan uji korelasi.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si dan Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. selaku

dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan motivasi yang diberikan

dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Yulianto selaku Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan program

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.

3. Kelompok Wanita Tani Melati selaku pelaksana program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.

4. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kritik

dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Malang,

Penulis

Page 13: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ...................................................................................................... i SUMMARY ....................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Malasah ..................................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 4 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

1.5 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................... 6 2.2 Tinjauan Tentang Modal Sosial ................................................................. 9

2.2.1 Pengertian Modal Sosial .................................................................. 9 2.2.2 Komponen Modal Sosial ................................................................ 10

2.3 Tinjauan Tentang Partisipasi .................................................................... 11 2.3.1 Pengertian Partisipasi ..................................................................... 11

2.3.2 Bentuk Partisipasi .......................................................................... 11 2.3.3 Proses Partisipasi ........................................................................... 12

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi .......................................... 13 2.4 Tinjauan Tentang Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ................... 15

2.4.1 Pengertian Program Kawasan Rumah Pangan Lestari..................... 15 2.4.2 Tujuan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari .......................... 15

2.4.3 Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari .................. 16

III. KERANGKA TEORITIS .......................................................................... 18

3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 18 3.2 Hipotesis ................................................................................................. 20

3.3 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ....................................... 21 3.3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 21

3.3.2 Pengukuran Variabel ...................................................................... 22

IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27

4.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 27 4.2 Penentuan Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 27

4.3 Teknik Penentuan Sampel........................................................................ 27 4.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28

4.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 29 4.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ...................................................... 29

4.5.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif .................................................... 30

Page 14: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

vii

4.6 Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 35 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 35

5.1.1 Gambaran Geografis Kelurahan Rejomulyo ................................... 35 5.1.2 Kondisi Penduduk Kelurahan Rejomulyo ....................................... 35

5.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejomulyo ..................... 36 5.2 Gambaran Umum Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Di

Kelurahan Rejomulyo ............................................................................. 37 5.2.1 Karakteristik Responden ................................................................ 39

5.3 Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ............................. 41 5.3.1 Kepercayaan Anggota Kelompok Wanita Tani Melati .................... 42

5.3.2 Norma Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ............................. 45 5.3.3 Jaringan Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ................ 47

5.4 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Melati Dalam Program Kawasan

Rumah Pangan Lestari ............................................................................ 50

5.4.1 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Perencanaan Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo ............ 50

5.4.2 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Dalam Pelaksanaan Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo ............ 54

5.4.3 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Evaluasi Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo ............. 57

5.5 Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita

Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ................. 61

VI. PENUTUP .................................................................................................. 65 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65

6.2 Saran ....................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67

LAMPIRAN ..................................................................................................... 69

Page 15: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Pengukuran Variabel Modal Sosial ......................................................... 22

2. Pengukuran Variabel Partisipasi ............................................................. 24

3. Perhitungan Kategori Variabel Modal Sosial .......................................... 30

4. Perhitungan Kategori Partisipasi ............................................................. 30

5. Uji Validitas Modal Sosial...................................................................... 33

6. Uji Validitas Partisipasi .......................................................................... 33

7. Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 34

8. Luas Wilayah Rejomulyo Berdasarkan Jenis Pengunaan Lahan .............. 35

9. Jumlah Penduduk Kelurahan Rejomulyo Bedasarkan Jenis Pekerjaan..... 36

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................ 39

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 40

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............................ 41

13. Kategori Kepercayaan Anggota KWT .................................................... 43

14. Kategori Norma Anggota KWT .............................................................. 45

15. Kategori Jaringan Sosial Anggota KWT ................................................. 48

16. Modal Sosial Kelompok Wanita Tani ..................................................... 49

17. Partisipasi KWT dalam Perencanaan Program KRPL ............................. 51

18. Partisipasi KWT dalam Pelaksanaan Program KRPL .............................. 55

19. Partisipasi KWT dalam Evaluasi Program KRPL ................................... 58

20. Tingkat Partisipasi KWT dalam Program KRPL ..................................... 60

21. Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi............................... 62

Page 16: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20

Page 17: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian............................................................................... 69

2. Daftar Responden Penelitian .................................................................. 76

3. Hasil Korelasi Modal Sosial dan Tingkat Partisipasi ............................... 77

4. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 78

5. Skor Yang Dicapai Pada Variabel Modal Sosial ..................................... 79

6. Skor Yang Dicapai Pada Indikator Kepercayaan ..................................... 80

7. Skor yang Dicapai pada Indikator Norma ............................................... 81

8. Skor yang Dicapai pada Indikator Jaringan Sosial .................................. 82

9. Skor yang Dicapai pada Variabel Partisipasi ........................................... 83

10. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Perencanaan .......................... 84

11. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Pelaksanaan........................... 85

12. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Evaluasi ................................ 86

Page 18: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang utama bagi kelangsungan hidup

manusia. Kebutuhan akan pangan terus mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Produksi pangan di suatu wilayah akan

berpengaruh pada ketersediaan pangan yang ada di wilayah tersebut. Ketersediaan

pangan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar terbentuk ketahanan

pangan yang baik. Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996, untuk mencapai

ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang

cukup, terdistribusi dengan harga yang terjangkau dan aman dikonsumsi untuk

setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu.

Berdasarkan definisi tersebut ketahanan pangan tidak hanya cukup pada penyediaan

dan konsumsi pangan di tingkat global, nasional maupun regional saja tetapi harus

sampai di tingkat rumah tangga dan individu. Menurut Ariani (2006), persediaan

pangan yang cukup untuk seluruh penduduk secara nasional maupun regional

belum menjamin terhindarinya penduduk dari masalah pangan dan gizi. Pola

konsumsi jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga juga perlu diperhatikan,

sehingga dapat memenuhi standar gizi yang dianjurkan.

Produksi pangan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan ekonomi

global menuntut peran aktif dari masyarakat untuk turut serta meningkatkan

ketahanan pangan secara mandiri. Salah satu upaya yang masih terbuka untuk

meningkatkan peran masyarakat dalam ketahanan pangan yaitu dengan cara

memanfaatkan sumberdaya daya yang tersedia seperti optimalisasi lahan

pekarangan. Gerakan Percepatan Optimalisasi Pekarangan dan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) merupakan penerapan program ketahanan pangan yang

dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Program Kawasan Rumah Pangan

Lestari pertama kali dilaksanan pada Bulan Nopember 2010 di Dusun Jelok, Desa

Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan yang diresmikan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kawasan Rumah Pangan Lestari

dibangun dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta untuk peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Hermawan, 2012). Adanya kegiatan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

2

optimalisasi lahan pekarangan tersebut diharapkan setiap rumah tangga mampu

mencukupi kebutuhan pangannya sendiri tanpa harus membeli dengan cara

memanfaatkan pekarangan untuk memproduksi berbagai komoditas pangan.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan melalui pendampingan penyuluh dengan

pendekatan kelompok khususnya kelompok wanita tani.

Pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai salah satu

upaya pemberdayaan dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat

dan instansi baik ditingkat pusat maupun daerah. Semua elemen tersebut

bertanggung jawab terhadap keberhasilan kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam

kelompok wanita tani sebagai pelaksana program sangat penting dalam mencapai

keberhasilan program tersebut. Partisipasi akan menumbuhkan kesadaran untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Penumbuhan partisipasi dapat

dilakukan dengan cara penguatan modal sosial dalam masyarakat. Ketersediaan

modal sosial sangat penting karena dengan adanya modal sosial akan mendorong

percepatan pembangunan. Tanpa adanya modal sosial, kegiatan dalam suatu

kelompok akan sulit untuk diwujudkan. Fukuyama (2002) menyatakan bahwa

modal sosial yang tumbuh pada suatu komunitas akan sangat membantu dalam

memperkuat entitas masyarakat tersebut dalam bentuk kemampuan untuk

menciptakan dan mentransfer ide, pemikiran yang membuat suatu organisasi

(kelompok) menjadi efektif. Putnam (2002) menyatakan bahwa modal sosial yang

tinggi juga akan berdampak pada tingginya partisipasi masyarakat dalam berbagai

bentuk kegiatan pembangunan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari pada

dasarnya merupakan kegiatan pemberdayaan yang mengutamakan pastisipasi

masyarakat, sejak proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Berbagai

program pembangunan yang dilaksanakan akan jauh lebih efektif jika dilakukan

pada masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat.

Pada beberapa kasus di berbagai daerah, program Kawasan Rumah Pangan

Lestari mempu membawa pengaruh yang positif terhadap ketahanan pangan yaitu

peningkatan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan anggota kelompok wanita

tani. Sedangkan pada beberapa kasus lain, program mengalami kendala seperti

rendahnya produktivitas kelompok wanita tani. Seperti yang terjadi di Kelurahan

Rejomulyo Kota Kediri, Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan

Page 20: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

3

Rejomulyo pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012 dengan melibatkan seluruh

elemen masyarakat terutama kelompok wanita tani. Awalnya seluruh kegiatan

program berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut

mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena masih belum terwujudnya

partisipasi yang tinggi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari sehingga

partisipasi sangat dibutuhkan pada setiap tahapan program pembangunan. Modal

sosial dan partisipasi dari masyarakat merupakan sayarat dalam suatu program

pembangunan, diharapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari ini dapat

memberikan peningkatan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu perlu diketahui

hubungan modal sosial dengan partisipasi kelompok wanita tani pada program

Kawasan Rumah Pangan Lestari.

1.2 Rumusan Malasah

Modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti

kepercayaan, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan

lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama

secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi

produktivitas secara individual maupun berkelompok (Putnam, 2000). Hasil dari

tindakan dari modal sosial dalam pembangunan akan memberikan dampak pada

kelancaran dan kemudahan dalam suatu program pembangunan seperti program

Kawasan Rumah Pangan Lestari. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak

masyarakat yang belum memperhatikan modal sosial. Padahal modal sosial tersebut

akan mampu memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung pada

implementasi program dan akan menumbuhkan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana kondisi modal sosial Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di

Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri?

2. Bagaimana tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati dalam

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo

Kota Kediri?

Page 21: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

4

3. Bagaimana hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita

tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan

Rejomulyo Kota Kediri?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pokok bahasan dalam penelitian ini, maka

perlu diberikan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

yang sedang dijalankan di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.

2. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergabung dalam

Kelompok Wanita Tani Melati yang mengikuti program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.

3. Modal sosial yang akan diteliti yaitu mengenai kepercayaan, norma, jaringan

dan hubungannya terhadap tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kondisi modal sosial anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)

Melati di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.

2. Mendeskripsikan tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati

dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan

Rejomulyo Kota Kediri.

3. Menganalisis hubungan antara modal sosial dengan partisipasi Kelompok

Wanita Tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di

Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dapat berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan dan

pengalaman tentang upaya peningkatan ketahanan pangan melalui melalui

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Page 22: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

5

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan

kebijakan, bahan pertimbangan dan evaluasi dalam rangka peningkatan

ketahanan pangan di daerah melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL).

3. Bagi Kelompok Wanita Tani Melati Kelurahan Rejomulyo, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk lebih berpartisipasi

secara aktif dalam pengembangan dan keberlanjutan program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL).

4. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan

penelitian yang sama atau lebih lanjut mengenai hubungan modal sosial dengan

tingkat partisipasi kelompok guna keberlanjutan suatu program.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan beberapa acuan penelitian terdahulu guna

memperkaya wawasan, referensi pengetahuan, dan sumber pustaka. Berikut ini

adalah beberapa pustaka dari penelitian terdahulu:

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2016) dengan judul “Partisipasi

Kelompok Wanita Tani dalam Menerapkan Modal Sosial Guna Keberlanjutan

Program KRPL di Desa Grogol, Kabupaten Kediri”. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat bagaimana partisipasi wanita tani dalam implementasi program KRPL

berdampak pada keberlanjutan program dan kesejahteraan masyarakat. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gabungan atau mixed method

antara metode kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling dengan populasi seluruh anggota KWT Jelita sebanyak 51

orang. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi program KRPL di Desa Grogol

berjalan dengan baik terutama pada kegiatan sosialisasi yang memiliki pengaruh

partisipasi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi implementasi program

KRPL adalah pada tingkat usia >40 tahun sebesar 50%, dan faktor eksternal pada

peran kepala desa sebesar 55,88%. Tingkat partisipasi yang paling tinggi adalah

pada tahap pelaksanaan dengan persentase sebesar 55,88%. Elemen modal sosial

yang memiliki pengaruh tertinggi terhadap partisipasi KWT pada program KRPL

adalah elemen kepercayaan, dan kegiatan program KRPL di Desa Grogol dapat

dikatakan berlanjut.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati (2016) berjudul “Partisipasi

Perempuan dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan

Dadaprejo Kota Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

implementasi program KRPL di Kelurahan Dadaprejo dan tingkat parisipasi

perempuan terhadap program KRPL di Kelurahan Dadaprejo. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di

Kelurahan Dadaprejo memiliki potensi untuk dilakukannya program Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, kelurahan Dadaprejo juga merupakan

salah satu lokasi yang menjadi binaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) kecamatan

Junrejo dalam program KRPL. Metode analisis data yang digunakan dalam

Page 24: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

7

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan dibantu skala

likert. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program KRPL meliputi tiga

tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil penelitian bahwa partisipasi

perempuan dalam program KRPL termasuk dalam kategori tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmansyah,dkk (2015) dengan judul

“Analisis Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Program Model

Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang Kecamatan Tualang

Kabupaten Siak” bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial dan permasalahan

yang dihadapi oleh anggota kelompok wanita tani pada pelaksanaan program

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang Kecamatan

Tualang Kabupaten Siak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode survei. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang

yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Penelitian ini menggunakan

metode analisis deskriptif dengan menggunakan kuisioner dalam bentuk skala

likert. Modal sosial dalam penelitian ini terdiri dari beberapa unsur, yaitu partisipasi

dalam jaringan sosial, timbal balik, kepercayaan, ketaatan terhadap norma, nilai-

nilai, dan tindakan proaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial

anggota KWT di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dalam

program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) termasuk dalam

kategori yang tinggi. Selain itu juga terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi

anggota KWT dalam pelaksanaan program program Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari (M-KRPL) antara lain permasalahan sarana produksi, permasalahan

air, dan permasalahan keterbukaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2015) dengan judul “Partisipasi

Anggota Kelompok Wanita Tani pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(Studi kasus di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar

Utara, Kota Denpasar)” bertujuan menganalisis tingkat partisipasi anggota

Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan

Kangin dalam melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari dan

mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi anggota Kelompok Wanita Tani

Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam mengikuti

Page 25: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

8

program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Seluruh populasi berjumlah 20 orang

digunakan sebagai responden yang ditetapkan dengan metode sensus. Penelitian ini

menggunakan dua variabel, yaitu partisipasi dan kendala KWT Pangan Sari dalam

melaksanakan Program KRPL. Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan skala ordinal (Likert).

Hasil penelitian ini adalah tingkat partisipasi KWT Pangan Sari di Dusun

Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara dalam

melaksanakan program KRPL tergolong dalam kategori sangat tinggi dan kendala

yang dihadapi dalam mengembangkan program KRPL yaitu aspek teknis:

ketersediaan lahan tetap KBD, aspek ekonomi: kekurangan modal untuk

mengembangkan program KRPL dalam memenuhi sarana produksi tanaman dan

penyediaan lahan tetap KBD.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) dengan judul “Analisis Persepsi

Modal Sosial (Social Capital) dan Hubungannya dengan Eksistensi Kelompok Tani

(Kasus Pada Kelompok Tani Wanita “Sri Sejati 2” Desa Junrejo, Kecamatan

Junrejo, Kota Batu)” bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi persepsi modal

sosial (social capital) yang dimiliki kelompok tani wanita “Sri Sejati 2”,

mendeskripsikan eksistensi kelompok wanita tani “Sri Sejati 2”, serta menganalisis

hubungan antara modal sosial (social capital) dengan eksistensi kelompok wanita

tani “Sri Sejati 2”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskript if

(descriptive research). Metode yang digunakan adalah metode sensus dimana data

dikumpulkan dari seluruh anggota populasi kelompok wanita tani “Sri Sejati 2”

yang berjumlah 23 orang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kelompok

wanita tani “Sri Sejati 2” memiliki modal sosial (social capital) yang tinggi

dikarenakan adanya tingkat partisipasi yang tinggi dalam mengikuti kegiatan

kelompok, rasa bertoleransi, timbal balik dan rasa percaya yang tinggi antar

anggota. Sistem nilai dan norma, adanya kerja sama serta terarahnya jaringan

kerjasama yang mereka miliki menunjang keberadaan kelompok ini. Aspek

eksistensi yang dimiliki oleh kelompok wanita tani “Sri Sejati 2” juga tergolong

tinggi dikarenakan kelompok memiliki kegiatan yang sifatnya berkelanjutan serta

memiliki prestasi yang diraih di tingkat lokal maupun nasional. Aspek modal sosial

(social capital) memiliki hubungan dengan eksistensi kelompok. Dengan adanya

Page 26: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

9

modal sosial (social capital) yang baik, maka keberlanjutan kelompok tetap terjaga

dan dapat diakui oleh masyarakat luas serta prestasi kelompok cenderung mudah

diraih.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah

variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel modal sosial

dan variabel partisipasi. Variabel modal sosial yang digunakan adalah kepercayaan,

jaringan sosial, dan norma sosial, sedangkan variabel untuk partisipasi adalah tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perbedaan selanjutnya dan yang paling

mendasar adalah waktu penelitian dan objek penelitian yang berbeda dari penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya.

2.2 Tinjauan Tentang Modal Sosial

2.2.1 Pengertian Modal Sosial

Menurut Bourdieu dan Wacquant (1992), modal sosial adalah jumlah

sumberdaya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau

kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik,

perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Modal

sosial merupakan wujud nyata (sumberdaya) dari suatu interaksi kelompok. Modal

sosial merupakan jaringan kerja yang bersifat dinamis dan bukan alamiah. Modal

sosial merupakan investasi strategis baik secara individu maupun kelompok. Sadar

ataupun tidak sadar bahwa modal sosial dapat menghasilkan hubungan sosial secara

langsung dan tidak langsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Putnam (2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada esensi dari

organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan sosial yang

memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat

dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai

tujuan bersama, dan mempengaruhi produktivitas secara individual maupun

berkelompok. Sedangkan menurut Francis Fukuyama (2000) Modal sosial dapat

didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimilki bersama

diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya

kerjasama diantara mereka. Inayah (2012) menyebutkan bahwa modal sosial adalah

sumberdaya yang muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar

individu maupun institusi yang melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

10

hubungan-hubungan timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan

norma-norma yang membentuk struktur masyarakat yang berguna untuk koordinasi

dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dari berbagai definisi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah keseluruhan sumberdaya sosial yang

dimiliki masyarakat yang berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

dalam melakukan tindakan-tindakan kolektif yang produktif dan bermanfaat bagi

kehidupan mereka.

2.2.2 Komponen Modal Sosial

Ridell (1997), menjelaskan terdapat tiga parameter modal sosial yang

meliputi kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan

(networks).

a. Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang

ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan

norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan

terhadap pemahaman ini. Masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan

tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga

bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya

lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Modal sosial melahirkan kehidupan sosial

yang harmonis (Putnam 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk

keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang

didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti

yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang

saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri

dan kelompoknya.

b. Norma-norma (norms) dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-

harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok

orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun

standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma

dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan

diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama. Norma-norma dapat merupakan

pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

11

c. Jaringan-jaringan (networks). Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud

jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi

terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan

dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki

jaringan-jaringan sosial yang kokoh.

2.3 Tinjauan Tentang Partisipasi

2.3.1 Pengertian Partisipasi

Nasdian (2006) memandang partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil

oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan

menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat

menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:

pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau

dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi

merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka

sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka

merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar.

Berbeda dengan Nasdian, Mardikanto (2010) berpendapat bahwa partisipasi

jika dilihat dalam kamus sosiologi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam

kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar

pekerjaan atau profesinya sendiri. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi

masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung

jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk

memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang diberikan,

berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar

kewajiban yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut

keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki hidupnya.

2.3.2 Bentuk Partisipasi

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat diwujudkan dalam bentuk partisipasi

fisik dan non fisik. Bentuk partisipasi fisik masyarakat yaitu berupa sumbangan

tenaga, dana, fasilitas, dan jasa. Bentuk partisipasi non fisik masyarakat yaitu

berupa sumbangan ide pemikiran, baik berupa masukan, saran, kritik maupun

Page 29: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

12

penolakan terhadap keputusan program kegiatan. Sastropoetro (1988)

mengemukakan bentuk-bentuk partisipasi sebagai berikut:

1. Pikiran (psychological participation)

Partisipasi buah pikiran merupakan kemampuan menambah pengetahuan dan

pengalaman untuk mencapai mufakat atas berbagai masalah melalui

musyawarah untuk mengawasi perencanaan dan penyelenggaraan

pembangunan.

2. Tenaga (physical participation)

Partisipasi tenaga yang merupakan kemampuan masyarakat untuk

menyumbangkan tenaganya khususnya tenaga kasar yang bersifat hastawi bagi

proyek pembangunan seperti gotong royong, kerja bakti dan lain sebagainaya.

3. Barang (material participation)

Partisipasi harta benda yang merupakan kemampuan masyarakat untuk

memberikan atau menyumbangkan harta benda terhadap usaha-usaha yang

diserahkan oleh masyarakat akan meringankan beban hidup Bersama dan

sesamanya seperti membuat jalan, jembatan dan lain sebagainya.

4. Uang (money participation)

Partisipasi uang yaitu kemampuan masyarakat untuk memberikan swadaya

gotong royong dalam pelaksanaan proyek pembangunan.

2.3.3 Proses Partisipasi

Pada dasarnya proses partisipasi terdiri dari tiga tahap. Menurut Cohen dan

Uphoff (1977) proses partisipasi yaitu:

1. Partisipasi dalam Perencanaan/ Pengambilan Keputusan

Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan

masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan

bersama. Partisipasi dalam perencanaan ini menuntut masyarakat untuk ikut

menentukan arah danorientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain

seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan

terhadap program yang ditawarkan. Selain itu, merencanakan kegiatan merupakan

proses menetapkan tujuan dan alternatif kegiatan yang akan dikerjakan serta

bagaimana melakukan kegiatan itu. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

akan menimbulkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap program dan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

13

proyek yang dilaksanakan. Secara moral masyarakat desa merasa memiliki

pembangunan itu, sebab mereka berpartisipasi dalam menetapkannya.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan

Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan sumber

daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Tahap

pelaksnanaan ini kegiatannya berupa menyumbang uang, sumbangan tenaga,

sumbangan benda atau alat dan waktu. Pada tahap ini yang dimaksud adalah

partisipasi dalam memikul beban program dan pertanggungjawaban pelaksanaan

program.

3. Partisipasi dalam Evaluasi

Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah

pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk

mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan

program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.

Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan. Angell (1967) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan

seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah

ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih

mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari

kelompok usia lainnya.

2. Jenis Kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa

dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus

rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah

Page 31: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

14

bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang

semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan

dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya,

suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan

menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

penghasilan yang baik dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, serta mendorong

seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya

bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang

mapan perekonomian.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga

dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980) ada 4 poin yang

dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan,

yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga

masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial didalam masyarakat

dengan sistem di luarnya.

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,

pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang

menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi

masyarakat.

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur

sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong

terjadinya partisipasi sosial.

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga

masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan

mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau

kelompok.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

15

2.4 Tinjauan Tentang Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

2.4.1 Pengertian Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau) adalah konsep kawasan

pengembangan aneka tanaman, ternak (unggas), ikan/belut secara terpadu

diusahaakan secara insentif di pekarangan, fasilitas umum milik desa, kanan kiri

jalan desa untuk dimanfaatkan sumber pangan secara berkelanjutan dengan

pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu kawasan, untuk

pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, peningkatan pendapatan keluarga,

meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Kementerian

Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam upaya

diversifikasi pangan dan peningkatan ketahanan pangan nasional melalui program

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Konsepnya adalah mengusahakan

pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal

secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah

tangga yang berkualitas dan beragam. Menurut Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian (2015) untuk menjamin keberlanjutan usaha

pemanfataan pekarangan, kawasan juga harus dilengkapi dengan kebun bibit yang

dikelola oleh masyarakat secara partisipatif. Prinsip utama pengembangan KRPL

adalah:

a. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk

ketahanan dan kemandirian pangan keluarga,

b. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,

c. Konservasi/pelestarian tanaman pangan, ternak, tanaman obat untuk masa

depan,

d. Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit,

e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2.4.2 Tujuan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa tujuan pengembangan

KRPL yang tercantum dalam Pedoman Umum KRPL adalah:

a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

16

buah, sayuran dan TOGA, pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta

pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari

dalam suatu kawasan

c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (2012) menyatakan bahwa

tujuan utama pengembangan KRPL adalah:

a. Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan keluarga.

b. Meningkatkan penganekaragaman pangan.

c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga.

d. Meningkatkan pendapatan keluarga

e. Menumbuh kembangkan ekonomi kreatif di setiap desa.

2.4.3 Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2015)

kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan konsep KRPL

dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Penumbuhan

Pada tahap I (penumbuhan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan

konsep KRPL minimal beranggotakan 15 rumah tangga akan mendapatkan bantuan

dan pendampingan oleh pendamping desa P2KP dengan kegiatannya meliputi:

a. Sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh pendamping kepada

kelompok dan pelatihan.

b. Pembuatan demplot kelompok sebagai laboratorium lapanganPembuatan

demplot pekarangan sebagai Laboratorium Lapangan (LL) sekaligus

berperan sebagai pekarangan percontohan.

c. Pembuatan kebun bibit.

d. Pengembangan pekarangan anggota

e. Penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman

untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

17

2. Tahap Pengembangan

Pada tahap II (pengembangan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

dengan konsep KRPL jumlah anggota telah bertambah atau lebih dari 15 rumah

tangga yang kegiatannya meliputi:

a. Pengembangan demplot kelompok.

b. Pengembangan kebun bibit.

c. Pengembangan pekarangan anggota sebagai sumber pangan dan gizi

keluarga.

d. Praktek/demonstrasi penyediaan pangan dan penyiapan menu makanan

yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

e. Pengolahan hasil KRPL.

3. Tahap Mandiri

Pada tahap ini kelompok masih mendapatkan bantuan dan pendampingan dari

pendamping desa P2KP. Diharapkan kegiatan sudah eksis dan berlanjut dengan

harapan kebun bibit sudah eksis dan terkelola dengan baik, demplot sudah

berkembang, serta pekarangan anggota sudah berkembang secara berkelanjutan.

Selain itu, diharapkan pada tahap ini jumlah anggota kelompok telah bertambah

menjadi lebih dari 35 rumah tangga. Setiap pekarangan rumah anggota kelompok

diharapkan dilengkapi dengan sarana pembuatan pupuk kompos dari sisa-sisa

tanaman dan kotoran ternak dan sisa-sisa limbah dapur untuk digunakan sendiri

Untuk dapat melanjutkan kegiatan dari tahap penumbuhan ke tahap pengembangan,

akan dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan kriteria yang akan dievaluasi

adalah sebagai berikut:

a. Sudah membangun fisik kebun bibit sesuai pedoman.

b. Sudah membuat demplot.

c. Sudah mengembangkan lahan pekarangan minimal di 15 rumah anggota.

d. Sudah ada penambahan jumlah anggota.

e. Kelompok sudah melaksanakan manajemen kegiatan dengan baik

(pembukuan, laporan penggunaan dana, dokumentasi, dll).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

18

III. KERANGKA TEORITIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan suatu

program yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan

kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan. Pelaksanaan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari melibatkan ibu-ibu rumah tangga yang

tergabung dalam kelompok wanita tani dengan bimbingan dari penyuluh

pendamping untuk memanfaatkan lahan pekarangannya ditanami tanaman sayuran,

umbi-umbian, beternak dan memelihara ikan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan

pangan dan gizi keluarga secara mandiri yang beragam, bergizi, seimbang, dan

aman sesuai dengan pola pangan harapan. Anggota kelompok wanita tani harus

memiliki rasa kepedulian terhadap program tersebut serta memiliki rasa bahwa

program tersebut memberikan manfaat terhadap hidupnya. Kondisi kepedulian

terhadap program akan tumbuh pada masyarakat melalui hubungan-hubungan

sosial, serta nilai dan aturan yang dianut bersama yang biasa disebut dengan modal

sosial.

Menurut Putnam (1993) modal sosial adalah bagaimana kemampuan

kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan

bersama. Modal sosial dalam sebuah hubungan sosial akan menyebabkan rasa

kepedulian terhadap program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang meliputi rasa

kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Kepercayaan berhubungan dengan

harapan masyarakat terhadap program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Norma

merupakan nilai yang diyakini dan dijalani oleh masyarakat pada program Kawasan

Rumah Pangan Lestari. Kemudian jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan

pada masyarakat yang dapat mempermudah pertukaraan informasi dalam

implentasi program. Adanya modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat akan

meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya anggota kelompok wanita tani

sehingga akan berpengaruh pada partisipasi anggota pada implementasi program

Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

19

Menurut Kadji (2016) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam

suatu kegiatan yang diadakan oleh pihak lain (kelompok, asosiasi, organisasi

pemerintahan, dan sebagainya), dimana keikutsertaannya diwujudkan dalam

bentuk pencurahan pikiran, pencurahan materiil (dana) dan pencurahan tenaga,

sesuai dengan harapan kegiatan itu. Keikutsertaan anggota kelompok wanita tani

pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari sangat diperlukan untuk

keberlangsungan program tersebut. Partisipasi yang baik harus mampu melibatkan

keikutsertaan seluruh anggota kelompok pada setiap tahapan pelaksanaan program

mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Melalui

partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut masyarakat akan

menyampaikan pendapat mereka, melaksanakan kegiatan, menikmati hasil dan

merasakan manfaat dari program.

Apabila modal sosial dan partisipasi dalam kondisi yang baik maka dapat

diasumsikan bahwa program tersebut dapat berlanjut. Berdasarkan uraian diatas,

peneliti ingin menganalisis hubungan antara modal sosial dengan partisipasi

kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lesatri. Alat

analisis yang digunakan untuk mencari hubungan antara modal sosial dengan

partisipasi kelompok wanita tani adalah korelasi Rank Spearman. Alur kerangka

pemikiran secara rinci terdapat pada gambar 1 sebagai berikut:

Page 37: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

20

Keterangan : Alur

Hubungan

Kesatuan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka hipotesis yang

diajukan adalah diduga terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi

kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.

Evaluasi

Pelaksanaan Perencanaan

Program KRPL

Modal Sosial

- Kepercayaan

- Norma sosial

- Jaringan

Partisipasi KWT

- Pikiran

- Tenaga

- Material

- Uang

Keberlanjutan

Program KRPL

Tahapan Program KRPL

Page 38: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

21

3.3 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

3.3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu

variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk

variabel tersebut. Definisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah salah satu program

yang dicanangkan oleh pemerintah dan kementerian terkait dalam mewujudkan

ketahanan pangan berskala rumah tangga, regional, dan nasional.

2. Modal sosial adalah salah satu pendorong anggota kelompok wanita tani agar

memiliki kepedulian terhadap pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan

Lestari, sehingga menimbulkan partisipasi aktif pada program tersebut. Modal

sosial dalam penelitian ini meliputi kepercayaan, norma dan jaringan sosial.

a. Kepercayaan adalah sikap saling percaya antara anggota kelompok wanita

tani dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

b. Norma adalah kesepakatan atau aturan yang dibuat oleh kelompok wanita

tani dalam implementasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang

dijadikan sebagai penduan dalam bertingkah laku.

c. Jaringan sosial adalah sarana komunikasi, interaksi antara sesama anggota

kelompok maupun pihak diluar kelompok dalam program Kawasan Rumah

Pangan Lestari.

3. Partisipasi adalah keterlibatan dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani

dalam keseluruhan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang mencakup

perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program yang

disertai dengan wujud partisipasinya berupa sumbangan ide/pikiran, tenaga,

materi, uang. Tahap partisipasi yaitu:

a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keterlibatan anggota kelompok wanita

tani dalam tahap awal perencanaan program Kawasan Rumah Pangan

Lestari.

b. Tahap pelaksanaan adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani

dalam pelaksanaan kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan perencanaan selesai dilakukan.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

22

c. Tahap evaluasi adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani dalam

menilai pelaksanaan dan hasil program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Hal ini berguna untuk mengetahui perkembangan dari program Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

3.3.2 Pengukuran Variabel

Variabel modal sosial dan partisipasi anggota kelompok wanita tani pada

penelitian ini diukur dengan menggunakan bantuan alat kuantitatif yaitu skoring

yang terdiri atas 3, 2 dan 1. Pengukuran variabel modal sosial pada tabel 1 akan

dibagi menjadi 3 yaitu kepercayaan, norma dan jaringan sosial. Sedangkan pada

tabel 2, variabel partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari dilihat dalam 3 aspek kegiatan yaitu tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berikut ini merupakan tabel pengukuran

variabel modal sosial dan variabel partisipasi kelompok wanita tani.

Tabel 1. Pengukuran Variabel Modal Sosial

No Indikator Skor

1. Kepercayaan

1.1 Kepercayaan terhadap sesama anggota kelompok wanita tani

a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,

adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer

informasi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan

pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada

transfer informasi)

3

2

1

1.2 Kepercayaan anggota terhadap ketua kelompok wanita tani

a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,

adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer

informasi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan

pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada

transfer informasi)

3

2

1

1.3 Kepercayaan anggota kelompok terhadap pengurus kelompok

wanita tani

a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,

adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer

informasi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan

pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada

transfer informasi)

3

2

1

Page 40: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

23

Tabel 1. (Lanjutan)

No Indikator Skor

1.4 Hubungan ketua dan pengurus kelompok wanita tani dengan

anggota

a. Tinggi (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

saling mendukung dan terbuka demi kemajuan bersama)

b. Sedang (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

saling mendukung namun hubungannya saling tertutup)

c. Rendah (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

tidak saling mendukung dan terbuka)

3

2

1

1.5 Kepuasan anggota terhadap kinerja ketua dan pengurus kelompok

wanita tani

a. Tinggi (puas)

b. Sedang (biasa saja)

c. Rendah (tidak puas)

3

2

1

Skor Minimal 15

Skor Maksimal 5

2. Norma Sosial

2.1 Peraturan yang dibuat oleh kelompok wanita tani

a. Tinggi (ada peraturan dan berjalan)

b. Sedang (ada peraturan namun tidak dijalankan)

c. Rendah (tidak ada peraturan)

3

2

1

2.2 Pandangan (persepsi) terhadap peraturan yang telah dibuat

a. Tinggi (peraturan yang dibuat menguntungkan semua pihak)

b. Sedang (peraturan yang dibuat hanya menguntungkan

sebagian pihak)

c. Rendah (peraturan yang dibuat tidak menguntungkan semua

pihak)

3

2

1

2.3 Ketaatan ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

terhadap peraturan yang ada

a. Tinggi (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

mengetahui dan mentaati peraturan yang ada)

b. Sedang (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

mengetahui namun tidak mentaati peraturan yang ada)

c. Rendah (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani

tidak mengetahui peraturan yang ada)

3

2

1

2.4 Sanksi terhadap pelanggaran peraturan yang ada

a. Tinggi (adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan

berlaku bagi semua pihak)

b. Sedang (adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan

namun tidak dijalankan/hanya berlaku bagi sebagian pihak)

c. Rendah (tidak ada sanksi terhadap pelanggaran peraturan)

3

2

1

Skor Maksimal 12

Skor Minimal 4

Page 41: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

24

Tabel 1. (Lanjutan)

No Indikator Skor

3. Jaringan

3.1 Kerjasama antar angota KWT

a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan antar anggota

kelompok wanita tani)

b. Sedang (adanya kerjasama antar anggota kelompok wanita

tani namun tidak saling mendukung)

c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan antar anggota

kelompok wanita tani)

3

2

1

3.2 Kerjasama dengan Petugas Penyuluh Lapang (PPL)

a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan dari PPL)

b. Sedang (adanya kerjasama dengan PPL namun tidak saling

mendukung)

c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan dari PPL)

3

2

1

3.3 Kerjasama dengan aparat desa dan pemimpin formal lainnya

untuk program Kawasan Rumah Pangan Lestari

a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan aparat desa dan

pemimpin formal)

b. Sedang (adanya kerjasama dengan aparat desa dan pemimpin

formal namun tidak saling mendukung)

c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan dari aparat desa

dan pemimpin formal lainnya)

3

2

1

3.4 Kerjasama dengan pemerintah pusat atau daerah

a. Tinggi (ada bantuan dan kerjasama dari pemerintah pusat

maupun daerah)

b. Sedang (ada bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah

namun tidak ada kerjasama)

c. Rendah (tidak ada bantuan dan kerjasama dari pemerintah

pusat maupun daerah)

3

2

1

Skor Maksimal 12

Skor Minimal 4

Skor Maksimal Modal Sosial 39

Skor Minimal Modal Sosial 13

Tabel 2. Pengukuran Variabel Partisipasi

No Indikator Skor

Pikiran, tenaga, material, uang

1. Partisipasi Tahap Perencanaan

1.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan sosialisasi, diskusi

dengan dinas terkait untuk rencana kegiatan program KRPL

a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan

sumbangan materi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)

3

2

1

Page 42: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

25

Tabel 2. (Lanjutan)

No Indikator Skor

Pikiran, tenaga, material, uang

1.2 Keikutsertaan anggota KWT dalam pertemuan untuk

pembuatan aturan kegiatan program KRPL

a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan

sumbangan materi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)

3

2

1

1.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam penentuan jenis tanaman

yang akan dibudidayakan

a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan

sumbangan materi)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)

3

2

1

1.4 Keikutsertaan anggota KWT dalam penyusunan penggunaan

dana program KRPL

a. Tinggi (anggota KWT terlibat langsung, aktif memberikan

ide, sumbangan materi, dan mengikuti kesepakatan

bersama)

b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (anggota KWT tidak terlibat)

3

2

1

Skor Maksimal 12

Skor Minimal 4

2. Partisipasi Tahap Pelaksanaan

2.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan budidaya tanaman

(pembuatan media tanam, pembibitan, dan penanaman)

a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali kegiatan, aktif

memberikan sumbangan materi, uang)

b. Sedang (anggota KWT hadir 1-3 kali, aktif memberikan

sumbangan materi, uang)

c. Rendah (anggota KWT hadir < 3 kali, tidak aktif

memberikan sumbangan materi, uang)

3

2

1

2.2 Keikutsertaan anggota KWT dalam merawat tanaman di

pekarangan

a. Tinggi (anggota KWT selalu melaksanakan piket rutin)

b. Sedang (anggota KWT jarang melaksanakan piket rutin)

c. Rendah (anggota KWT tidak pernah melaksanakan piket

rutin)

3

2

1

2.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan pemanenan

tanaman di pekarangan

a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali kegiatan, aktif

memberikan sumbangan materi, uang)

b. Sedang (anggota KWT hadir 1-3 kali, aktif memberikan

sumbangan materi, uang)

c. Rendah (anggota KWT hadir <3 kali, tidak aktif

memberikan sumbangan materi, uang)

3

2

1

Page 43: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

26

Tabel 2. (Lanjutan)

No Indikator Skor

Pikiran, tenaga, material, uang

2.4 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan pemasaran hasil panen

a. Tinggi (anggota KWT aktif dalam kegiatan pemasaran hasil

panen)

b. Sedang (anggota KWT kurang aktif dalam kegiatan pemasaran hasil panen)

c. Rendah (anggota KWT tidak aktif dalam kegiatan pemasaran

hasil panen)

3

2

1

2.5 Kehadiran anggota KWT dalam setiap pertemuan rutin kelompok

a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali pertemuan rutin, aktif

memberikan sumbangan ide, materi, uang) b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)

c. Rendah (anggota KWT hadir < 3 kali pertemuan rutin, tidak

aktif memberikan sumbangan ide, materi, uang)

3

2

1

Skor Maksimal 15

Skor Minimal 5

3. Partisipasi Tahap Evaluasi

3.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam pembuatan laporan kegiatan a. Tinggi (anggota KWT ikut serta dan terlibat dalam pembuatan

laporan kegiatan)

b. Sedang (anggota KWT ikut serta namun tidak terlibat dalam

pembuatan laporan kegiatan) c. Rendah (anggota KWT tidak ikut serta)

3.2 Keterlibatan anggota KWT dalam identifikasi masalah pada

pelaksanaan KRPL a. Tinggi (anggota KWT terlibat dan aktif dalam mengidentifikasi

masalah)

b. Sedang (anggota KWT terlibat namun tidak aktif dalam mengidentifikasi masalah)

c. Rendah (anggota KWT tidak terlibat)

3

2

1

3.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam memberikan kritik dan saran

untuk keberlanjutan program KRPL a. Tinggi (anggota KWT ikut serta dan memberikan kritik dan

saran)

b. Sedang (anggota KWT ikut serta namun tidak memberikan kritik dan saran)

c. Rendah (anggota KWT tidak ikut serta)

3

2

1

3.4 Manfaat yang diperoleh dari kegiatan KRPL a. Tinggi (Kegiatan KRPL memberikan manfaat bagi anggota

KWT)

b. Sedang (Kegiatan KRPL kurang begitu memberikan manfaat bagi

anggota KWT) c. Rendah (Kegiatan KRPL tidak memberikan manfaat bagi anggota

KWT)

3

2

1

Skor Maksimal 12

Skor Minimal 4

Skor Maksimal Partisipasi 39

Skor Minimal Partisipasi 13

Page 44: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

27

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

eksplanasi (eksplanatory) dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kriyantono

(2012), penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua

atau lebih variabel dan menggambarkan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian.

Alasan pemilihan jenis penelitian eksplanatory ini adalah untuk menguji hipotesis

yang diajukan agar dapat menjelaskan hubungan antara variabel modal sosial

dengan variabel partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri. Sementara itu, pendekatan

kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut dengan

menggunakan alat analisis rank spearman.

4.2 Penentuan Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di

Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan

karena Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu daerah pelaksana program

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Kediri sejak tahun 2013, dan letak wilayah

Kelurahan Rejomulyo berada di daerah perkotaan dimana lahan pekarangan yang

dimiliki oleh anggotanya cenderung sempit. Selain itu, Kawasan Rumah Pangan

Lestari di Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu yang berprestasi di Kota

Kediri, yang mana pada tahun 2013 pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara

lomba program Kawasan Rumah Pangan Lestari tingkat Provinsi Jawa Timur, serta

juara 2 lomba program Kawasan Rumah Pangan Lestari tingkat Kota Kediri pada

dan 2017. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada

bulan Mei hingga Juni 2017.

4.3 Teknik Penentuan Sampel

Berdasarkan penelitian penelitian pendahuluan yang dilakukan, diketahui

populasi atau jumlah anggota kelompok wanita tani Melati sebanyak 52 orang.

Peneliti menggunakan rumus Slovin dalam penentuan jumlah sampel sebagai

berikut:

Page 45: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

28

𝑛 = 𝑁

𝑁(𝑑)2 + 1

Keterangan:

n = Jumlah sampel kelompok wanita tani Melati

N = Jumlah populasi kelompok wanita tani Melati

d = batas toleransi kesalahan (10%)

𝑛 = 52

52. (0,1)2 + 1

𝑛 = 52

1,53

𝑛 = 34,21

Berdasarkan dari hasil perhitungan rumus Slovin diperoleh hasil jumlah

sampel yang terpilih pada anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati adalah

sebanyak 35 orang. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja). Purposive sampling

digunakan dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil adalah ibu rumah

tangga yang tinggal dan aktif mengikuti kegiatan program kawasan Rumah Pangan

Lestari Kelurahan Rejomulyo, ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok

wanita tani Melati.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan melalui kegiatan penelitian

langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui

pencatatan hasil wawancara terstruktur secara terencana pada responden dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan dan kategori jawaban yang telah disiapkan

dalam kuisioner. Sementara itu, data sekunder adalah data yang digunakan untuk

melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat dan

meminta dokumen-dokumen seperti laporan kegiatan KRPL, dan foto kegiatan

selama penelitian.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

29

4.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab semua tujuan dari penelitian

ini, yaitu mendeskripsikan kondisi modal sosial dan tingkat partisipasi kelompok

wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari, serta menganalisis

hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani guna

keberlanjutan program. Tujuan penelitian pertama dan kedua mengunakan Teknik

analisis kualitatif berdasarkan pada pendapat dan pemikiran responden yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner yang disajikan dalam bentuk

deskriptif sebagai hasil dari pengukuran skala likert. Selanjutnya untuk tujuan

penelitian ketiga menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan uji korelasi rank

spearman untuk mengetahui hubungan antara modal sosial dengan tingkat

partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

4.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif

Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani dan tingkat partisipasi

kelompok wanita tani dalam kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari

berdasarkan hasil wawancara dinilai dengan menggunakan skoring. Selanjutnya

jumlah skor dihitung dengan menggunakan bantuan skala likert yang meliputi

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan banyaknya kelas

Pada penelitian ini ditetapkan 3 kelas dalam perhitungan variabel yaitu: (1)

rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi.

2. Menentukan kisaran

Kisaran adalah selisih nilai pengamatan tertinggi dan terendah dengan rumus:

𝑅 = 𝑋𝑡 − 𝑋𝑟

Keterangan:

R : Kisaran

Xt : Nilai pengamatan tertinggi

Xr : Nilai pengamatan terendah

3. Menentukan selang dalam kelas

Selang kelas adalah jangkauan atau jarak antar kelas yang satu dengan yang

lainnya secara berurutan dengan rumus:

𝐼 = 𝑅

𝐾

Page 47: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

30

Keterangan:

I : Selang dalam kelas

R : Kisaran

K : Banyaknya kelompok kelas

Kondisi modal sosial dapat ditentukan dengan menggunakan skoring,

sehingga dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 3. Perhitungan Kategori Variabel Modal Sosial

No Variabel Selang Kelas Kategori

1. Kepercayaan 3,3

Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)

Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)

Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)

2. Norma 3,3 Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%) Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)

Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)

3. Jaringan Sosial 2,7 Tinggi: 9,3-12 (78% - 100%) Sedang: 6,7-9,2 (56% - 77%)

Rendah: 4,0-6,5 (33% - 56%)

Total 9,3

Tinggi: 32,7-42 (78%-100%)

Sedang: 23,3-32,5 (56%-77%) Rendah: 14-23,2 (33%-55%)

Tingkat partisipasi juga ditentukan dengan menggunakan skoring, sehingga

dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 4. Perhitungan Kategori Partisipasi

No Variabel Selang Kelas Kategori

1. Tahap Perencanaan 2,7

Tinggi: 9,3-12 (78% - 100%)

Sedang: 6,7-9,2 (56% - 77%)

Rendah: 4,0-6,5 (33% - 56%)

2. Tahap Pelaksanaan 3,3

Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)

Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)

Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)

3. Evaluasi 3,3

Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)

Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)

Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)

Keseluruhan 9,3

Tinggi: 32,7-422 (78%-100%)

Sedang: 23,3-32,6 (56%-77%)

Rendah: 14-23,2 (33%-55%)

4.5.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

rumus korelasi rank spearman. Perhitungan ini digunakan untuk menguji adanya

hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani

dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Menurut Sugiyono (2015),

Page 48: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

31

korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji

signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan

berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Rumus yang

dapat dipakai adalah:

𝑅𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑𝑖2𝑛

𝑖−1

𝑛 (𝑛2 − 1)

Keterangan:

Rs = Koefisien Rank Spearman

di = Selisih peringkat variabel

n = banyaknya sampel

Bilamana ada banyak nilai rank spearman yang sama maka menggunakan

faktor koreksi. Rumus faktor koreksi menurut Siegel (1992), sebagai berikut:

𝑇 =𝑡3 − 𝑡

12

Dimana t merupakan banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu

ranking tertentu. Apabila proporsi angka sama besar maka harus digunakan faktor

perhitungan koreksi dalam perhitungan rank spearman.

𝑅𝑠 =∑ 𝑥2 + ∑ 𝑦2 − ∑ 𝑑2

√∑ 𝑥2 ∑ 𝑦22

Dimana

∑ 𝑥2 =𝑁3 − 𝑁

12− ∑ 𝑇𝑋

∑ 𝑦2 =𝑁3 − 𝑁

12− ∑ 𝑇𝑦

Dengan ΣT menunjukkan jumlah berbagai harga T untuk semua kelompok

yang berlainan yang memiliki obeservasi berangka sama. Jika harga N>0 maka uji

signifikansi terhadap nilai rank spearman yang diperoleh dapat diujikan dengan

menghitung besarnya nilai t terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut:

𝑡ℎ𝑖𝑡 = 𝑟𝑠√𝑛 − 2

1 − 𝑟𝑠2

Uji 𝑡ℎ𝑖𝑡 dilakukan dengan melihat asumsi tingkat kesalahan α = 0,005, derajat

kebebasan = n-2, dan dilihat dari hasil 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

a. Hipotesis

Page 49: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

32

1. H0 : ρS = 0 berarti tidak terdapat hubungan atau korelasi positif antara modal

sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota

Kediri.

2. H1 : ρS ≠ 0 berarti terdapat hubungan atau korelasi positif antara modal sosial

dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota

Kediri.

b. Kaidah pengujian

1. Jika nilai thitung > ttabel pada α = 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini

berarti bahwa ada hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi

kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.

2. Jika nilai thitung < ttabel pada α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak hal ini

berarti bahwa tidak ada hubungan antara modal sosial dengan tingkat

partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.

4.6 Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang

telah disusun merupakan instrumen yang baik untuk penelitian. Instrumen dapat

dikatakan baik jika memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

Apabila sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, maka akan diketahui butir-

butir yang sah untuk mengumpulkan data dalam penelitian, dan instrumen yang

tidak valid dan tidak reliabel akan digugurkan.

1. Uji Validitas

Arikunto (2009) menjelaskan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas menggunakan rumus korelasi

Product Moment dari Pearson. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui suatu

pertanyaan valid atau tidak valid yaitu jika rxy > 0,30 maka pertanyaan valid, dan

Page 50: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

33

jika rxy < 0,30 maka pertanyaan tidak valid. Pengujian validitas dilakukan dengan

bantuan Software SPSS, dari pengujian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Validitas Modal Sosial No R hitung R tabel Keterangan

1 0,686 0,30 Valid

2 0,806 0,30 Valid 3 0,716 0,30 Valid

4 0,806 0,30 Valid

5 0,806 0,30 Valid 6 0,668 0,30 Valid

7 0,819 0,30 Valid

8 0,703 0,30 Valid

9 0,118 0,30 Tidak Valid 10 0,561 0,30 Valid

11 0,350 0,30 Valid

12 0,461 0,30 Valid 13 0,744 0,30 Valid

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Hasil uji validitas modal sosial, dari 13 item pertanyaan yang dinyatakan valid

sebanyak 12 item, sedangkan yang tidak valid sebanyak 1 item, yakni pertanyaan

nomor 9 karena nilai r hitung kurang dari 0,3.

Tabel 6. Uji Validitas Partisipasi

No R hitung R tabel Keterangan

1 0,778 0,30 Valid

2 0,589 0,30 Valid

3 0,663 0,30 Valid

4 0,796 0,30 Valid 5 0,893 0,30 Valid

6 0,876 0,30 Valid

7 0,895 0,30 Valid 8 0,584 0,30 Valid

9 0,774 0,30 Valid

10 0,453 0,30 Valid

11 0,443 0,30 Valid 12 0,476 0,30 Valid

13 0,476 0,30 Valid

14 0,662 0,30 Valid

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan sebanyak 14 item

pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian karena nilai r

hitung lebih dari 0,3. Langkah berikutnya adalah dilakukan uji reabilitas terhadap

item pertanyaan yang dinyatakan valid.

2. Uji Reabilitas

Page 51: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

34

Uji reablilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur memberikan hasil yang

relatif tidak berbeda apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala atau

kondisi yang sama pada saat yang berbeda. Menurut Arikunto (2009), reabilias

menunjuk pada suatu instrument bahwa istrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data Karena instrument tersebut sudah baik.

penelitian ini menggunakan rumus Alpha dari Cronbach. Instrumen dikatakan

reliabel jika memiliki koefisien Alpha Cronbach’s lebih dari 0,600. Jika koefisien

Aplha Cronbach’s kurang dari 0,600 maka instrument tersebut tidak reliabel.

Perhitungan reablitas dilakukan dengan bantuan Software SPSS. Berdasarkan hasil

uji intrumen diperoleh hasil perhitungan reabilitas sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Koefisien Alpha

Cronbach Keterangan

1 Kepercayaan 0,795 Reliabel

2 Norma 0,733 Reliabel

3 Jaringan Sosial 0,800 Reliabel

4 Perencanaan 0,781 Reliabel

5 Pelaksanaan 0,805 Reliabel

6 Evaluasi 0,773 Reliabel

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Berdasarkan tabel 7, hasil perhitungan menujukkan nilai koefisien Alpha

Cronbach lebih besar dari nilai rtabel, jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen

dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Gambaran Geografis Kelurahan Rejomulyo

Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu kelurahan yang berada di

wilayah Kota Kediri, termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Kota.

Kelurahan Rejomulyo merupakan daerah dengan ketinggian tempat 67 meter diatas

permukaan laut. Curah hujan sebesar 3000-4000 mm/tahun dengan jumlah bulan

hujan 5 bulan. Suhu rata-rata harian mencapai 29o celsius. Secara geografis

Kelurahan Rejomulyo letaknya berada 5 km disebelah selatan pusat pemerintahan

Kota Kediri dengan jarak tempuh sekitar 15 menit perjalanan menggunakan

kendaraan roda dua maupun roda empat.

Kelurahan Rejomulyo memiliki luas wilayah sebesar 158 Ha. Berdasarkan

luasan tersebut 72 Ha merupakan lahan sawah, 2 Ha merupakan tegal, ladang dan

kolam, sedangkan pemukiman dan pekarangan seluas 87 Ha. Secara rinci jenis

penggunaan lahan di Kelurahan Rejomulyo adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Luas Wilayah Rejomulyo Berdasarkan Jenis Pengunaan Lahan

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Perumahan dan Pemukiman 73 46,5

2 Pertanian 72 45,5

3 Industri 2 1,3

4 Perdagangan, Jasa, Sekolah

dan Jalan 11 6,7

Total 158 100

Sumber: BPS, 2016

5.1.2 Kondisi Penduduk Kelurahan Rejomulyo

Saat ini jumlah penduduk yang tercatat di Kelurahan Rejomulyo mencapai

6.101 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.095 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 3.006 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Kelurahan

Rejomulyo sebanyak 2.170 kepala keluarga. Kelurahan Rejomulyo terdiri dari 6

Rukun Wilayah/RW dan 22 Rukun Tetangga/RT. Seperti masyarakat perkotaan

pada umumnya, sebagian besar mata pencaharian penduduk kelurahan Rejomulyo

adalah wiraswasta dan pegawai. Jumlah penduduk Kelurahan Rejomulyo

berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

36

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Rejomulyo Bedasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 Karyawan 226

2 Wiraswasta 693

3 Tani 49

4 Pertukangan 6

5 Buruh Tani 31

6 Pensiunan 54

7 Jasa 28

Sumber: BPS, 2016

Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan penduduk Kelurahan

Rejomulyo adalah wiraswasta sebanyak 693 orang diabandingkan dengan

pekerjaan yang lain. Pekerjaan sebagai karyawan juga memiliki kategori yang

cukup tinggi yakni berjumlah 226 orang. Hal ini terlihat bahwa masyarakat secara

umum bekerja sebagai wirausaha dan karyawan.

5.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejomulyo

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Rejomulyo sudah cukup

tersedia dengan baik, yaitu sarana pendidikan berupa 3 unit PAUD, 1 unit TK, 3

unit SD/MI, 1 unit SMP/MTS, dan 2 unit SMU. Sarana kesehatan terdiri dari 1 unit

puskesmas, 6 unit posyandu. Sedangkan sarana tempat ibadah berupa 5 unit masjid

dan 13 unit musholla. Adanya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan

tempat ibadah dapat semakin menunjang sumberdaya yang ada di Kelurahan

Rejomulyo, sehingga Kelurahan ini dapat semakin berkembang menjadi lebih baik

sesuai dengan potensi yang dimiliknya.

Keadaan geografis dan administrasi Kelurahan Rejomulyo bisa berpengaruh

pada kondisi modal sosial yang ada di masyarakatnya. Kelurahan Rejomulyo

merupakan kelurahan yang mengalami perkembangan wilayah relatif cepat. Hal

tersebut karena di Kelurahan Rejomulyo ini terdapat beberapa sekolah-sekolah

besar dan perumahan-perumahan serta berbagai fasilitas yang memadai. Keadaaan

tersebut bisa mempengaruhi kondisi modal sosial, karena masyarakat memiliki

kemudahan dalam mengakses informasi sehingga bisa menambah pengetahuan dan

wawasan. Hal tersebut bisa juga menghambat kondisi modal sosial jika penduduk

Kelurahan Rejomulyo terpengaruh dengan kehidupan masyarakat perkotaan yang

cenderung individual dan kurang peduli terhadap lingkungan yang ada di

Page 54: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

37

sekitarnya. Sehingga masyarakat harus tetap selektif dalam mengadopsi ilmu

pengetahuan dan teknologi baru tanpa menghilangkan budaya gotong-royong yang

tercermin melalui kondisi modal sosial masyarakat.

5.2 Gambaran Umum Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Di

Kelurahan Rejomulyo

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo

dimulai sejak tahun 2012, merupakan program P2KP (Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan) yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kota Kediri. Pelaksanaan program

diawali dengan adanya sosialisasi program yang berisi tentang penyampaian

informasi mengenai program pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang

akan dilaksanakan di Kelurahan Rejomulyo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu

pelaksana program. Pada pelaksanaan kegiatan Program Kawasan Rumah Pangan

Lestari dilakukan pembentukan kelompok wanita tani yang bertujuan untuk

mempermudah dalam koordinasi kegiatan.

Pelaksana program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo

pada tahun 2012 adalah Kelompok Wanita Tani Barokah yang diketuai oleh Ibu

Juwariyah. Saat itu program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dilaksanan oleh

Kelompok Wanita Tani Barokah berjalan dengan baik dan berprestasi di Kota

Kediri. Pada tahun 2013 Kelurahan Rejomulyo menjadi Kawasan Rumah Pangan

Lestari terbaik di Kota Kediri dan peringkat terbaik ke-6 di Provinsi Jawa Timur.

Awalnya semua kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Rejomulyo berjalan

dengan baik, namun seiring berjalannya waktu, kelompok tersebut mengalami

kemunduran. Hal tersebut yang disebabkan oleh kurangnya motivasi anggota

kelompok wanita tani serta adanya bencana letusan gunung Kelud. Bencana ini

menyebabkan semua tanaman budidaya mati dan bangunan kebun bibit desa rusak

akibat hujan pasir. Sejak saat itu semua anggota sudah tidak aktif lagi dalam

kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Tahun 2016 ada sosialisasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari periode

baru, dan generasi penerus dari anggota Kelompok Wanita Tani Barokah

berinisiatif untuk mendirikan ulang kelompok tersebut dengan susunan

kepengurusan yang baru yaitu Kelompok Wanita Tani Melati yang terbentuk pada

Page 55: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

38

tanggal 27 April 2017 melalui musawarah bersama yang dibimbing oleh penyuluh

pendamping yaitu bapak Yulianto. Jumlah anggota Kelompok Wanita Tani Melati

sebanyak 52 orang. Adapun struktur kepengurusan Kelompok Wanita Tani Melati

saat ini adalah sebagai berikut:

Ketua : Siti Malikah

Sekretaris : Sriani Choirunnisak

Bendahara : Nur Hidayati

Seksi Tanaman Hortikultura : Umi Nadziroh

Seksi Peternakan : Amin

Seksi Perikanan : Nunuk Sunarsih

Seksi Pemasaran : Fitri

Seksi Pengolaham Hasil : Sutimah

Pada awal penerapan kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo diberikan bantuan berupa peralatan dan bahan untuk

budidaya, diantaranya adalah kompos, polybag dan berbagai macam bibit sayuran

seperti cabai, tomat, terong, kemangi, seledri, dan daun bawang. Tanaman Obat

Keluarga (TOGA) antar lain jahe, serai, kunyit, kencur. Dokumentasi kebun TOGA

di Kawasan Rumah Pangan Lestari Rejomulyo terdapat pada gambar 5 di lampiran

4. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Melati selain

budidaya tanaman sayuran dalam polybag, juga melakukan pengembangan

budidaya ayam buras, budidaya ikan lele dan nila, serta pengembangan bibit

sayuran serta penjualan hasil panen sayuran yang dibudidayakan. Kondisi Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo saat ini memiliki demplot tanaman

sayuran di lahan, kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA), taman Kawasan Rumah

Pangan Lestari, serta green house untuk pembibitan.

Setiap satu bulan sekali anggota Kelompok Wanita Tani Melati mengadakan

pertemuan rutin kelompok yang dibimbing oleh penyuluh pendamping, kegiatan

tersebut biasa dilaksanakan pada hari minggu malam bersamaan dengan kegiatan

arisan ibu-ibu. Perawatan tanaman dan ternak dalam program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo dilakukan dengan cara membuat jadwal

piket bagi anggota Kelompok Wanita Tani setiap harinya. Selain itu juga rutin

Page 56: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

39

diadakan kegiatan kerja bakti setiap hari minggu pagi oleh anggota Kelompok

Wanita Tani Melati yang dibantu oleh bapak-bapak.

5.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang mengikuti

program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo dan ikut

tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Melati. Kelompok Wanita Tani Melati

beranggotakan 52 orang, namun dalam penelitian ini hanya diambil sampel

sebanyak 35 orang agar penelitian lebih efisien. Karakteristik responden yang akan

dijelaskan meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Berdasarkan data yang didapatkan di lapang, kisaran usia responden terbagi

dalam 4 kelompok yakni usia lebih dari 50 tahun, usia 41-51 tahun, usia 30-40 tahun

dan usia kurang dari 30 tahun. Responden dengan kisaran usia diatas 50 tahun

dengan jumlah 12 orang atau sebesar 34%. Responden yang terbanyak ada di

kisaran usia 41-51 tahun berjumlah 15 orang atau 43%. Kisaran usia 30-40 tahun

dengan jumlah 7 orang atau sebesar 20%, dan diikuti oleh kisaran umur urang dari

30 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 3%. Karakteristik responden

berdasarkan usia secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini:

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia

(tahun)

Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 >50 12 34

2 41-51 15 43

3 30-40 07 20

4 <30 01 03

Total 35 100

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa seluruh responden yang ada di

lokasi penelitian tergolong pada kelompok usia produktif dalam bekerja. Menurut

BPS (2017) penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun termasuk

pada kategori usia tidak produktif, sedangkan penduduk yang berusia 15 sampai 65

tahun termasuk kategori usia produktif. Kisaran usia 41-51 tahun adalah persentase

tertinggi dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam

penelitian ini sudah memasuki usia dewasa yang memiliki kematangan mental

Page 57: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

40

dengan pola pikir yang baik dalam bertindak. Kondisi tersebut juga diharapkan

anggota kelompok wanita tani dapat memberikan sumbangan tenaga kerja yang

lebih besar dalam melakukan kegiatan pada program Kawasan Rumah Pangan

Lestari.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden dibagi dalam empat

kelompok yaitu Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD). Berdasarakan data yang

didapatakan terdapat 4 orang responden atau sebesar 11% yang memiliki tingkat

pendidikan perguruan tinggi. 14 orang responden dengan tingkat pendidikan tamat

SMA atau sebesar 40%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 6

orang atau 17%, dan 11 orang responden dengan tingkat pendidikan SD atau

sebesar 31%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan secara lebih

rinci dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini:

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 Perguruan Tinggi 04 11

2 SMA 14 40

3 SMP 06 17

4 SD 11 31

Total 35 100

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa responden di lokasi penelitian

memliki tingkat pendidikan yang cukup baik, dimana sebagian besar responden

telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA. Jumlahnya hampir setengah

dari total jumlah responden. Golongan tamat SD pada urutan kedua menunjukkan

bahwa mereka telah mengecap pendidikan meskipun hingga tingkat SD saja.

Golongan tamat SMP pada urutan ketiga menujukkan bahwa sebagian responden

telah menuntaskan kewajiban belajar 9 tahun sesuai dengan anjuran pemerintah.

Tingkat pendidikan responden yang pendidikannya sampai perguruan tinggi kecil,

hal tersebut dikarenakan kurang adanya kesadaran masyarakat untuk meneruskan

jenjang pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak terdapat golongan yang

Page 58: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

41

tidak bersekolah atau buta huruf dari keseluruhan responden karena responden

sudah menyadari arti pendidikan bagi kehidupan.

Dikaitkan dengan topik penelitian, maka tingkat pendidikan responden yang

rata-rata tergolong tinggi ini berpengaruh terhadap besar kecilnya partisipasi

kelompok wanita tani dalam suatu kegiatan. Tinggi atau rendahnya responden akan

menentukan bagaimana kualitas sumberdaya manusia yang ada di wilayah tersebut.

Selain itu, luas atau tidaknya jaringan kerjasama yang dimiliki kelompok juga bisa

ditunjang oleh faktor tingkat pendidikan yang dimiliki.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan

maksud memperoleh pendapatan atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan. Jenis pekerjaaan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi

beberapa kelompok yaitu ibu rumah tangga, wirausaha, dan pegawai. Karakteristik

responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 18 51

2 Wirausaha 12 34

3 Pegawai 05 14

Total 35 100

Sumber: Analis Data Primer (2017)

Tabel 12 menunjukkan responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga

berjumlah 28 orang dengan persentase sebesar 51%. Jenis pekerjaan wirausaha

berjumlah 12 orang atau sebesar 34%, dan responden yang bekerja sebagai pegawai

berjumlah 5 orang atau sebesar 5%. Jenis pekerjaan mayoritas respoden dalam

penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar anggota KWT merupakan

ibu rumah tangga karena sasaran utama dari program KRPL adalah ibu-ibu rumah

tangga.

5.3 Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati

Pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan

Rejomulyo bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, penganekaragaman

pangan dan meningkatkan kualitas gizi keluarga. Program kawasan Rumah Pangan

Page 59: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

42

Lestari mengutamakan agar warga lebih bisa memanfaatkan lahan pekarangannya

dengan cara menanam tanaman pangan berbasis sumberdaya lokal, seperti tanaman

sayuran, buah dan umbu-umbian. Program tersebut mulai dilaksanakan di

Kelurahan Rejomulyo pada tahun 2012.

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo

dilaksanakan oleh kelompok wanita tani yang bertujuan untuk kelancaran dan

keberhasilan dari implementasi program tersebut. Adanya kelompok wanita tani

dalam implementasi program dapat memunculkan interaksi antar anggota

didalamnya, dan diharapkan kelompok wanita tani bisa menjadi wadah untuk saling

bertukar pikiran antar anggota untuk keberhasilan program Kawasan Rumah

Pangan Lestari dalam hal kemandirian pangan. Interaksi yang terjadi dalam

kelompok wanita tani tersebut akan muncul ikatan emosional antara warga dengan

institusi penyelenggara program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Ikatan emosional

tersebut berupa kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang berguna untuk koordinasi

dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, serta jaringan-jaringan sosial.

Interaksi yang terjadi didalam kelompok wanita tani diharapkan akan menghasilkan

partisipasi dalam jaringan sosial masyarakat, saling menguntungkan, saling

percaya, dan ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma. Faktor tersebut yang dapat

menimbulkan modal sosial dalam diri masyarakat Kelurahan Rejomulyo untuk

kelancaran dan keberhasilan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di tahun-

tahun selanjutnya. Berikut ini merupakan penjelasan dari modal sosial yang ada:

5.3.1 Kepercayaan Anggota Kelompok Wanita Tani Melati

Kepercayaan merupakan unsur yang sangat penting dalam kelompok wanita

tani Melati, adanya kepercyaan akan menimbulkan solidaritas terhadap anggota

lainnya dan memungkinkan pencapaian tujuan bersama. Kepercayaan dalam

penelitian ini diukur berdasarkan tingkat kepercayaan yang ada pada anggota

Kelompok Wanita Tani Melati. Kepercayaan responden dalam penelitian disajikan

dalam tabel 13.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

43

Tabel 13. Kategori Kepercayaan Anggota KWT

Kepercayaan Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Kepercayaan terhadap sesama aggota KWT

3 2,9 95 Tinggi 0 5 30 35 0 14 86 100

2. Kepercayaan anggota kepada ketua KWT

3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100

3. Kepercayaan anggota kepada pengurus KWT

3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100

4. Hubungan antar ketua, penggurus

dengan anggota KWT

3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100

5. Kepuasan dengan kinerja ketua dan pengurus KWT

3 2,8 94 Tinggi 0 6 29 35 0 17 83 100

Rata-rata 3 2,8 94 Tinggi 0 6,4 28,6 35 0 18 82 100

Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

78% - 100% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori tinggi

55% - 77% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori sedang

33% - 54% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori rendah

Berdasarkan tabel 13, dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang dicapai

anggota Kelompok Wanita Tani Melati dalam kepercayaan yaitu sebesar 2,8 atau

94% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi. Data pada tabel diatas

untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 7. Hal tersebut ditunjukkan dengan

adanya hubungan baik dan rasa saling percaya diantara anggota kelompok sudah

terbentuk dengan baik.

Tingkat kepercayaan antar sesama anggota kelompok wanita tani Melati

termasuk dalam kategori tinggi dengan skor sebesar 2,9 atau 95% dari skor

maksimal. Hal tersebut dikarenakan semua responden berasal dari satu kawasan

yang sama yaitu RT 04, RW 04, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota

Kediri, sehinga rasa saling mempercayai, menghargai dan tolong-menolong secara

umum sudah dimiliki oleh responden. Indikatornya diukur dari ada atau tidaknya

transfer informasi, adanya pembagian tugas yang jelas, serta keterbukaan dalam

Page 61: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

44

menyampaikan pendapat. Sebagian besar responden menyatakan bahwa transfer

informasi dalam kelompok berjalan dengan baik dan lancar. Semua anggota

memiliki kesadaran yang baik dalam meneruskan informasi yang diterima kepada

anggota kelompok yang lain. Dalam kelompok, setiap anggota diberikan

kesempatan yang sama dalam menyampaiakan ide dan masukan pada setiap

pertemuan kelompok. Keterbukaan dalam menyampaiakan pendapat yang ada pada

kelompok wanita tani Melati cukup baik. Namun meskipun diberikan kebebasan

untuk menyampaiakan pendapat, tidak semua anggota kelompok mau menyuarakan

ide atau pemikirannya dalam pertemuan kelompok, salah satu penyebabnya adalah

adanya perasaan malu dan tidak percaya diri. Sedangkan untuk pembagian tugas,

sebagian besar responden menyatakan bahwa pembagian tugas didalam kelompo

masih belum jelas, kecuali bagi ketua dan pengurus kelompok, sedangkan bagi

anggota sendiri belum mengetahui secara pasti tugas yang dibebankan kepadanya.

Indikator selanjutnya adalah kepercayaan anggota kepada ketua dan pengurus

kelompok wanita tani juga termasuk pada kategori tinggi dengan memproleh skor

sebesar 2,8 atau 93% dari skor total. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota

sudah sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada ketua dan pengurus, dan

sebaliknya ketua kelompok juga memberikan kepercayaan yang tinggi kepada

pengurus dan anggota kelompok. Sama dengan tingkat kepercayaan diantara

sesame anggota kelompok, indikator diukur dari adanya transfer informasi,

keterbukaan dalam mengemukakan pendapat dan adanya pembagian tugas yang

jelas. Sesuai dengan hasil penelitian di lapang, terdapat transfer informasi dan

keterbukaan dalam mengemukakan pendapat didalam kelompok. Ketua dan

pengurus kelompok wanita tani juga sudah melakasanakan tugas sesuai dengan

baik.

Ketua kelompok merupakan sesorang yang menjadi bagian dari kelompok

dan dipercaya untuk memimpin kelompok wanita tani. Pemilihan ketua dan

pengurus kelompok wanita tani didasari ada berbagai pertimbangan, antara lain

wawasan atau pengetahuan yang dimiliki, kemampuan yang dimiliki, serta sifat

kharismatik yang dimiliki oleh seseorang. Hal tersebut juga didukung oleh adanya

kepercayaan dari semua anggota terhadap kualitas dan kapasitas seseorang tersebut

untuk memimpin kelompok wanita tani. Kepuasan anggota terhadap kinerja ketua

Page 62: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

45

dan pengurus Kelompok Wanita Tani Melati juga termasuk dalam kategori tinggi

dengan skor sebesar 2,8 atau 94% dari skor total. Adanya keterbukaan antara ketua

kelompok dan pengurus dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Selain itu kinerja dari ketua kelompok juga dianggap baik oleh responden.

5.3.2 Norma Anggota Kelompok Wanita Tani Melati

Norma adalah nilai, pemahan, tujuan tujuan yang diyakini dan dijalankan

Bersama oleh sekelompok orang. Norma di masyarakat memiliki sanksi yang

berbeda-beda, norma tersebut biasanya berupa norma tertulis maupun tidak tertulis

tetapi dipahami dan dipatuhi oleh masyarakat. Norma pada penelitian ini dilihat dari

aturan-aturan yang dibuat oleh kelompok wanita tani dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari, bagaimana tanggapan anggota kelompok wanita tani

terhadap peraturan-peraturan, bagaimana pelaksanaannya, serta bagaimana

ketaatan dari anggota kelompok wanita tani terhadap peraturan yang telah dibuat.

Norma responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14. Kategori Norma Anggota KWT

Norma Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Adanya peraturan yang dibuat oleh KWT

3 2,5 84 Tinggi 3 11 21 35 9 31 60 100

2. Persepsi

terhadap peraturan yang ada

3 2,3 78 Tinggi 4 15 16 35 11 43 46 100

3. Ketaatan ketua, pengurus, dan anggota terhadap

peraturan yang ada

3 2,3 76 Sedang 9 7 19 35 26 20 54 100

4. Adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan

3 1,1 36 Rendah 32 3 0 35 91 9 0 100

Rata-rata 3 1,8 69 Sedang 12 9 14 35 34 26 40 100

Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

78% - 100% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori tinggi

55% - 77% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori sedang

33% - 54% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori rendah

Page 63: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

46

Berdasarkan tabel 14, skor rata-rata yang dicapai untuk indikator norma yang

dimiliki oleh Kelompok Wanita Tani Melati adalah sebesar 1,8 atau sama dengan

69% dari skor maksimal, sehingga masuk dalam kategori sedang yang berarti

norma yang ada dalam kelompok masih belum berjalan dengan baik. Data pada

tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 8. Norma dengan skor

tertinggi pada indikator pengetahuan peraturan yang dibuat oleh kelompok, dan

skor terendah pada sanksi terhadap pelanggaran peraturan.

Pada penelitian ini, pengetahuan terhadap peraturan yang dibuat oleh

kelompok berada pada kategori tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 84% dari skor

maksimal. Sebagian besar anggota Kelompok Wanita Tani Melati mengetahui

adanya peraturan yang dibuat oleh kelompok dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan

Rumah Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo, yaitu adanya piket rutin merawat

tanaman yang sudah dibuat setiap harinya, pertemuan kelompok setiap satu bulan

sekali, dan juga kegiatan kerja bakti yang diadakan setiap hari minggu. Peraturan

tersebut merupakan kesepakatan bersama yang telah dibuat saat awal program

Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Persepsi terhadap peraturan yang ada juga berada pada kategori tinggi dengan

2,3 atau sebesar 78% dari skor maksimal. Sebagian besar responden menganggap

peraturan ini menguntungkan karena adanya piket akan mempermudah anggota

dalam merawat tanaman, karena nantinya hasil panen yang diperoleh juga akan

dikonsumsi oleh anggota kelompok sendiri.

Ketaatan ketua, pengurus, dan anggota terhadap peraturan yang ada terhadap

peraturan yang ada termasuk dalam kategori sedang dengan skor sebesar 2,3 atau

76% dari skor maksimal. Secara umum anggota kelompok mengetahui adanya

peraturan yang dibuat, namun masih banyak yang melanggar. Salah satu contohnya

adalah masih banyak anggota yang tidak melakukan piket merawat tanaman dan

ternak yang sudah terjadwal setiap harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya ketaatan

anggota KWT dalam melaksanakan aturan-aturan yang berlaku maupun kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Peraturan yang telah dibuat oleh kelompok wanita tani Melati dalam

pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari belum disertai dengan

adanya sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran peraturan. Menurut

Page 64: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

47

beberapa responden, jika ada anggota kelompok yang melakukan pelanggaran

maka sanksi yang diberikan berupa teguran dari anggota lain atau dari ketua

kelompok sebagai upaya pengontrolan. Sehingga skor yang diperoleh pada

indikator sanksi terhadap pelanggaran peraturan memperoleh skor terendah yaitu

sebesar 1,1 atau sama dengan 36% dari skor maksimal dan termasuk pada kategori

sedang. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dari salah satu responden yaitu ibu

Inayah (42). Dokumentasi pada saat wawancara terdapat gambar 1 pada lampiran

4. Penuturan dari Ibu Inayah adalah sebagai berikut:

”Ya ada yang melanggar peraturan, malah banyak. Kalo

sanksi memang enggak ada. Dulu saya pernah usul sama

bu ketua tapi katanya bu ketua kalo dikasih sanksi nanti

malah jadi takut terus ga ada yang datang mbak.”

(Wawancara bulan Juni, 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa peraturan yang

telah disepakati tidak berjalan dengan baik ditambah dengan tidak adanya sanksi

terhadap pelanggar peraturan. Sebaiknya perlu diberikan sanksi kepada anggota

yang melanggar peraturan sehingga semua anggota bisa bertanggung jawab pada

tugasnya masing-masing dan tidak ada yang merasa dirugikan.

5.3.3 Jaringan Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati

Modal sosial tidak hanya dibangun oleh suatu individu, melainkan akan

terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk

bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial

akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat untuk

membangun sejumlah asosiasi serta membangun jaringannya. Kunci keberhasilan

modal sosial salah satunya adalah kemampuan kelompok untuk melibatkan diri

dalam suatu jaringan sosial.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

48

Tabel 15. Kategori Jaringan Sosial Anggota KWT

Jaringan

Sosial

Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Kerjasama antar anggota KWT

3 2,5 83 Tinggi 7 4 24 35 20 11 69 100

2. Kerjasama dengan PPL

3 2,5 82 Tinggi 5 9 21 35 14 26 60 100

3. Dukungan

dari aparat desa dan pemimpin formal lainnya

3 2,3 75 Sedang 7 12 16 35 20 34 46 100

4. Jaringan kerjasama dengan

pemerintah pusat atau daerah

3 2,2 74 Sedang 6 15 14 35 17 43 40 100

Rata-rata 3 2,4 79 Tinggi 6,3 10 8,8 35 18 29 54 100

Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

78% - 100% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori tinggi

56% - 77% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori sedang

33% - 55% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori rendah

Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa jaringan sosial pada Kelompok

Wanita Tani Melati berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 2,4

atau 79% dari skor maksimal. Data pada tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa

dilihat di lampiran 9. Tingkat jaringan sosial tinggi terjadi karena tingginya

jaringan sosial antar anggota kelompok wanita tani dan tingkat jaringan sosial

dengan petugas penyuluh lapangan, dukungan dari aparat desa dan pemimpin

formal lainnya, serta adanya jaringan kerjasama dengan pihak luar yang

berhubungan dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dicirikan

dengan adanya hubungan baik yang tercipta.

Kerjasama antar anggota Kelompok Wanita Tani Melati termasuk dalam

kategori tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 83% dari skor maksimal. Sebagian

besar responden menyatakan bahwa mereka aktif mendukung satu sama lain dan

berkerjasama dengan baik. Selain itu, kerjasama anggota Kelompok Wanita Tani

Melati dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga termasuk dalam kategori

tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 82% dari skor maksimal. Petugas Penyuluh

Lapangan yang bertugas di Kelurahan Rejomulyo dijadikan sebagai sumber untuk

Page 66: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

49

mengakses informasi mengenai informasi dibidang pertanian yang berhubungan

dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Hubungan kedekatan antara

anggota kelompok Wanita Tani dengan Petugas Penyuluh Lapangan terjalin

dengan baik, melalui lancarnya komunikasi dan kerjasma yang terjalin sehingga

menghasilkan tingginya skor yang diperoleh.

Adanya dukungan dari aparat desa dan pemimpin formal lainnya dalam hal

ini tokoh desa termasuk dalam kategori sedang dengan skor sebesar 2,3 atau 75%

dari skor maksimal. Aparat desa dan pemimpin formal lainnya menunjang modal

sosial dalam kelompok. Sebagian besar responden menjawab bahwa aparat desa

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Bentuk dukungan yang diberikan lebih kepada dukungan moril antara lain

berupa pemberian semangat atau dorongan pada anggota kelompok wanita tani,

kehadiran kepala desa dalam kegiatan Lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo. Selain itu ketua RT juga selalu aktif membantu dalam

setiap kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Sedangkan pada indikator jaringan atau kerjasama dengan lembaga lain juga

termasuk dalam kategori sedang dengan skor 2,2 atau sebesar 74% dari skor

maksimal. Ketiga indikator modal sosial tesebut dapat disimpulkan pada tabel

berikut, yaitu hasil dari tingkat partisipasi secara keseluruhan:

Tabel 16. Modal Sosial Kelompok Wanita Tani

No Tahapan Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

1 Kepercayaan 15 14,09 94 Tinggi

2 Norma 12 08,23 69 Sedang

3 Jaringan Sosial 12 09,43 79 Tinggi

Total 39 31,75 80 Tinggi

Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

78% - 100% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori tinggi

56% - 77% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori sedang

33% - 55% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori rendah

Berdasarkan tabel 16, modal sosial yang dimiliki oleh anggota Kelompok

Wanita Tani Melati secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan skor

31,75 atau 80% dari skor maksimal. Modal sosial yang tinggi pada anggota

Page 67: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

50

Kelompok Wanita Tani Melati didukung dengan indikator-indikator yang sebagian

besar juga dalam kategori tinggi.

5.4 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Melati Dalam Program Kawasan

Rumah Pangan Lestari

Partisipasi anggota kelompok wanita tani dan masyarakat pada program

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo dapat dilihat dari

keikutsertaan dalam kegiatan sosialisasi, rapat, gotong-royong di kebun bibit desa,

pembibitan tanaman, kegiatan piket di kebun bibit desa, dan keikutsertaan yang lain

dari anggota kelompok wanita tani didalam kelompok. Pada penelitian ini

partisipasi dilihat dalam setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo. Tahap perencanaan dapat diartikan sebagai keikutsertaan

anggota kelompok wanita tani untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosialisasi,

kegiatan diskusi perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang merupakan keikutsertaan anggota

kelompok wanita tani dalam memberikan kontribusi baik berupa tenaga kerja,

penyampaian ide, serta materi dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Terakhir adalah tahap evaluasi, yaitu kehadiran dan keterlibatan anggota kelompok

wanita tani dalam pembuatan laporan kegiatan, serta memberikan kritik dan saran

agar tujuan program dapat tercapai seperti yang diharapkan. Untuk mengetahui

lebih rinci mengenai uraian masing-masing indikator dalam tahapan partisipasi

petani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo

dapat dilihat dari penjelasan berikut ini.

5.4.1 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Perencanaan Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo

Perencanaan merupakan tahap awal yang akan menjadi pedoman bagi

keberlangsungan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan adanya perencanaan,

pelaksanaan kegiatan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

bersama oleh kelompok. Partisipasi dalam perencanaan yang dibahas dalam

penelitian ini meliputi kehadiran dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani

dalam diskusi rencana kegiatan program, peranan dalam memberikan sumbangan

Page 68: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

51

materi, peranan dalam penyampaiakan ide dalam pembuatan aturan kegiatan,

penentuan jenis tanaman, dan penyusunan anggaran dana, sehingga anggota

kelompok wanita tani yang mengikuti program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo mengetahui segala hal mengenai rencana pelaksanaan

program ini.

Pada perencanaan program terjadi 4 kali pertemuan yang meliputi 1 kali

pertemuan untuk kegiatan sosialisasi pengembangan program, 1 kali pertemuan

untuk pembentukan kelompok wanita tani, serta 2 kali pertemuan untuk

musyawarah kegiatan program. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan,

sebagian besar anggota kelompok wanita tani mengikuti kegiatan tersebut,

partisipasi dalam bentuk ide-ide dan pemikiran banyak dikeluarkan oleh pengurus

kelompok, sedangkan anggota lain berpartisipasi dalam bentuk uang maupun

barang. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Melati dalam perencanaan

diidentifikasi dari beberapa indikator yang dapat dilihat dalam tabel 17 berikut:

Tabel 17. Partisipasi KWT dalam Perencanaan Program KRPL

Tahap

Perencanaan

Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Keikutsertaan dalam sosialisasi program KRPL

3 2,2 72 Sedang 6 17 12 35 17 49 34 100

2. Keikutsertaan dalam pembentukan KWT untuk program KRPL

3 2,3 78 Tinggi 2 19 14 35 6 54 40 100

3. Keikutsertaan dalam

perencanaan kegiatan KRPL

3 2,4 79 Tinggi 5 12 18 35 14 34 51 100

4. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran dana

3 1,6 53 Sedang 22 6 7 35 63 17 20 100

Rata-rata 3 2,1 70,5 Sedang 8,8 13,5 12,8 35 25 39 36 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

78%-100% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori tinggi

56%-77% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori sedang

33%-55% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori rendah

Page 69: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

52

Tabel 17 diatas menjelaskan bagaimana tingkat partisipasi anggota kelompok

wanita tani Melati dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo. Diketahui tingkat partisipasi pada perencanaan program

termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 70,5%, jumlah rata-rata skor

lapang yang diperoleh 2,1. Bentuk partisipasi dalam perencanaan program lebih

banyak berupa keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam

menyumbangkan ide atau pikiran untuk program yang akan dilaksananakan. Data

pada tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 10.

Perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan

Rejomulyo diawali dengan kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada bulan maret

2016. Kegiatan sosialisasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari dilakukan oleh

penyuluh pendamping dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri.

Sosialisasi membahas tentang informasi mengenai program Kawasan Rumah

Pangan Lestari dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di Kelurahan

Rejomulyo. Sosialisasi dilakukan agar program yang direncanakan dapat berjalan

dengan baik. Peserta sosialisasi adalah ibu-ibu pelaksana program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

bahwa indikator keikutsertaan dalam sosialisasi program termasuk dalam kategori

tinggi dengan memperoleh skor lapang 2,2 atau 72% dari skor maksimal. Hal

tersebut dapat dinyatakan bahwa anggota kelompok wanita tani cukup antusias

terhadap awal perencanaan program, dimana program Kawasan Rumah Pangan

Lestari di Kelurahan Rejomulyo memasuki periode baru dengan struktur

kepengurusan dan lokasi yang berbeda dari periode sebelumnya.

Setelah kegiatan sosialisasi program, dilanjutkan dengan pembentukan

kelompok wanita tani sebagai pelaksana program Kawasan Rumah Pangan Lesatri

di Kelurahan Rejomulyo. Pembentukan kelompok wanita tani berdasarkan

musyawarah bersama, dan disepakati susunan pengurus dari Kelompok Wanita

Tani Melati. Ketua kelompok yang terpilih yaitu ibu Malikah sebagai pengerak dan

pengkoordinir warga RT 04, RW 04 dalam kegiatan Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Ibu Malikah dipilih karena beliau selalu aktif dalam kegiatan kerjasama dan

dipercaya oleh para anggota kelompok. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan

bahwa keikutsertaan dalam pembentukan Kelompok Wanita Tani untuk program

Page 70: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

53

Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor 2,3 atau 78% dari skor

maksimal, termasuk dalam kategori tinggi.

Setelah terbentuknya kelompok wanita tani Melati sebagai pelaksana

program, kemudian dilakukan musyawarah tentang kegiatan program Kawasan

Rumah Pangan Lestari. Hasil dari musyawarah tersebut disepakati adanya

pertemuan rutin antara anggota Kelompok Wanita Tani setiap bulan sekali yaitu

pada minggu pertama setip bulannya, serta dilakukan kegiatan kerja bakti rutin

setiap hari minggu. Berdasarakan tabel diatas, keikutsertaan dalam perencanaan

kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor lapang yang

sama yaitu 2,4 atau 79% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi.

Sedangkan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam penyusunan

anggaran dana termasuk pada kategori sedang dengan perolehan skor lapang

sebesar 1,6 atau 53% dari skor maksimal. Hal ini disebabkan karena yang terlibat

dalam penyusunan dana adalah ketua dan pengurus kelompok, namun tetap

diketahui oleh semua anggota. Ketua dan pengurus kelompok juga merencanakan

kebutuhan yang dibutuhkan dalam satu periode, sehingga kelompok akan menerima

anggaran dana tersebut berupa sarana produksi, seperti benih, kompos dan ternak.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu Amin

(50) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati. Dokumentasi pada saat

wawancara terdapat pada gambar 2 di lampiran 4. Penuturan dari ibu Amin adalah

sebagai berikut:

“Saya enggak ikut nyusun anggaran dana mbak. Yang

ngurusi anggaran dana itu ya pengurus, tapi semuanya

terbuka jadi kita ya percaya aja sama ketua, pengurus. Ada

buku catetannya juga” (Wawancara bulan Mei, 2017)

Hasil analisis data diatas dapat dijelaskan, pada perencanaan program tidak

semua anggota kelompok wanita tani hadir dalam sosialisasi proram Kawasan

Rumah Pangan Lestari dikarenakan berhalangan hadir dan tidak semua anggota

kelompok wanita tani terlibat langsung dalam perencanaan, hanya ketua dan

pengurus kelompok wanita tani yang ikut dan terlibat aktif dalam pembuatan

rencana kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di kelurahan

Rejomulyo. Selain itu masih banyak anggota yang kurang aktif dalam penyampaian

Page 71: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

54

ide dalam kegiatan diskusi, sebagian anggota hanya menunggu keputusan dari

pengurus kelompok dan penuluh pendamping.

5.4.2 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Dalam Pelaksanaan Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo

Partisipasi dalam pelaksanaan dapat diartikan sebagai partisipasi masyarakat

banyak untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam kegiatan

pembangunan. Pada penelitian ini, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi

keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Partisipasi pada tahap pelaksanaan

melihat sejauh mana keterlibatan responden dalam keberlangsungan Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Indikator partisipasi dalam

pelaskanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari meliputi kegiatan

keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam memberikan sumbangan materi,

sumbangan tenaga, dan peranan dalam menyampaiakan ide dalam kegiatan

pembuatan media tanam, pembibitan, budidaya, perawatan, panen serta pemasaran

hasil.

Pada pelaksanaan program rata-rata terjadi pertemuan rutin kelompok

sebanyak 12 kali pertemuan dalam satu periode program yang diadakan setiap satu

bulan sekali. Frekuensi pertemuan rutin kelompok bisa bertambah sesuai dengan

kebutuhan kelompok, misalnya saat akan ada lomba maka kelompok akan lebih

sering melakukan pertemuan kelompok untuk persiapan lomba. Kegiatan piket

untuk merawat tanaman dilakukan rutin setiap hari sesuai dengan jadwal piket

anggota yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan jadwal untuk budidaya tanaman

dan pemanenan hasil dilakukan sesuai dengan kebutuhan, biasanya dalam saru

periode program dilakukan kegiatan budidaya setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan

hasil observasi dapat diketahui sebagian besar responden ikut berpartisipasi dalam

pelaksanaan program. Semua anggota kelompok lebih banyak berpartisipasi dalam

bentuk tenaga, uang maupun barang. Jumlah dan persentase responden anggota

KWT Melati menurut tahap pelaksanaan disajikan dalam tabel 18.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

55

Tabel 18. Partisipasi KWT dalam Pelaksanaan Program KRPL

Tahap

Pelaksanaan

Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Keikutsertaan dalam

budidaya tanaman

3 2,4 79 Tinggi 7 8 20 35 20 23 57 100

2. Keikutsertaan dalam merawat tanaman

3 2,5 84 Tinggi 4 9 22 35 11 26 63 100

3. Keikutsertaan dalam

memanen hasil budidaya

3 2,6 88 Tinggi 3 7 25 35 9 20 71 100

4. Keikutsertaan dalam pemasaran hasil panen

3 1,4 47 Sedang 27 2 6 35 77 6 17 100

5. Keikutsertaan dalam

pertemuan rutin kelompok

3 2,7 90 Tinggi 2 6 27 35 6 17 77 100

Rata-rata 3 2,3 78 Tinggi 8,6 6,4 20 35 25 18 57 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

77%-100% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori tinggi

56%-76% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori sedang

33%-55% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori rendah

Berdasarkan tabel 18 diatas, partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam

pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari dapat diketahui bahwa

keseluruah tingkat partisipasi dalam pelaksanaan ternasuk dalam kategori tinggi

dengan rata-rata skor lapang sebesar 2,3 atau 78% dari skor maksimal. Bentuk

partisipasi dalam pelaksanaan program lebih banyak berupa keikutsertaan anggota

kelompok wanita tani dalam menyumbangkan tenaga, materi atau barang, serta

uang. Data yang terdapat pada tabel dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 11.

Pelaksanan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan

Rejomulyo diawali dengan penerimaan bantuan berupa kompos, polybag dan

berbagai macam bibit tanaman sayuran, toga, dan ternak. Jenis tanaman yang

dibudidayakan antara lain tomat, prei, seledri, selada, cabai, sawi, terong, jehe,

kencur, dan ternak yang dibudidayakan adalah ayam, ikan lele dan nila. Kegiatan

Page 73: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

56

budidaya tanaman dilakukan pada saat kerja bakti yang dibantu oleh para bapak-

bapak. Pembuatan media tanaman dilakukan dengan cara mencampurkan tanah dan

kompos setelah itu dimasukkan ke dalam polybag. Kemudian polybag tersebut

ditanami dengan bibit sayuran dan toga yang siap tanam. Polybag yang sudah berisi

bibit dibagikan kepada ibu-ibu anggota kelompok wanita tani Melati, setiap anggota

30 polybag untuk dibudidayakan di lahan pekarangan yang dimiliki. Berdasarkan

data yang terdapat dalam tabel, keikutsertaan anggota pada budidaya tanaman

temasuk dalam kategori tinggi dengan skor 2,4 atau 79% dari skor maksimal. Skor

yang tinggi dikarenakan kehadiran dan gotong-royong dari anggota kelompok

cukup tinggi dalam kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya tanaman tidak dilakukan

secara rutin oleh anggota kelompok wanita tani, namun disesuaikan dengan

kebutuhan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

ibu Nur (47) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati yang mengatakan

bahwa:

“Pembuatan media tanam itu enggak rutin tiap minggu, tapi

disesuaikan sama kebutuhan aja. Biasanya kalau ada bantuan

kompos, sekam, atau bibit datang dari dinas gitu ya baru kerja

bakti buat nanem. Kalau ga ada ya kerja bakti, bersih-bersih

setiap hari minggu pagi dibantu sama bapak-bapak juga,

semuanya gotong-royong.” (Wawancara bulan Mei, 2017)

Kegiatan perawatan tanaman rutin dilakukan setiap hari, baik tanaman yang

ada di kebun bibit desa maupun tanaman yang ada di pekarangan rumah. Kegiatan

perawatan untuk tanaman yang ada di kebun bibit desa dibuat jadwal piket setiap

harinya, dan dalam sehari biasa terdapat 3 sampai 4 orang anggota yang

melaksanakan piket. Anggota kelompok yang mendapatkan piket bertugas untuk

menyirami tanaman, memberi makan ternak, ikan dan membersikan kebun bibit

desa, sedangkan untuk tanaman yang ada di pekarangan rumah merupakan

tanggung jawab dari masing-masing anggota. Berdasarkan tabel diatas,

keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam merawat tanaman mendapatkan

skor lapang sebesar 2,5 atau 84% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori

tinggi. Dokumentasi Kebun Bibit Desa Kawasan Rumah Pangan Lestari Kelurahan

Rejomulyo terdapat pada gambar 3 di lampiran 4.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

57

Tanaman sayuran dapat dipanen setelah tanaman berusia sekitar 3 bulan

tergantung dari jenis tanaman tersebut. Kegiatan panen yang ada di pekarangan

rumah dilakukan sesuai dengan kebutuhan anggota., sedangkan untuk pemanenan

yang ada di demplot dilakukan secara bersama oleh para anggota dan hasil dari

panen tersebut akan dibagikan kepda anggota. Berdasarkan data diatas,

keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam memanen hasil budidaya

mendapatkan skor lapang sebesar 2,6 atau 88% dari skor maksimal, termasuk dalam

kategori tinggi.

Selama ini sebagian besar hasil panen hanya dikonsumsi sendiri oleh anggota

kelompok wanita tani. Apabila hasil panen melipah dan kebutuhan anggota

kelompok sudah terpenuhi, hasil panen akan dibeli oleh anggota kelompok atau

dijual kepada pedagang sayur keliling dan hasil dari penjualan tersebut tidak

seberapa besar. Uang yang diperoleh dari hasil penjualan akan masuk kedalam kas

kelompok. Berdasarkan tabel diatas, keikutsertaan anggota dalam pemasaran hasil

panen termasuk dalam kategori rendah dengan skor lapang sebesar 1,4 atau 47%

dari skor maksimal.

Kegiatan pertemuan kelompok rutin diadakan setiap satu bulan sekali di hari

minggu, pada minggu pertama setiap bulan bersamaan dengan kegiatan arisan ibu-

ibu. Waktu pertemuan rutin biasa dilaksanakan pada malam atau sore hari antara

jam 16.00 sampai menjelang maghrib. Untuk tempat pelaksanaan pertemuan rutin

dilakukan secara bergiliran dirumah anggota kelompok wanita tani. Kegiatan yang

dilakukan saat pertemuan rutin diantaranya adalah penyampaian informasi dari

pengurus mengenai agenda yang akan dilakukan oleh kelompok wanita tani serta

kegiatan penyuluhan program Kawasan Rumah Pangan Lesatri dari penyuluh

pendamping. Berdasarkan tabel diatas, keikutsertaan anggota kelompok wanita tani

dalam pertemuan rutin kelompok termasuk kategori tinggi dengan skor 2,7 atau

90% dari skor maksimal.

5.4.3 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Evaluasi Program Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat apakah hasil pelaksanaan kegiatan

sudah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Pada penelitian

Page 75: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

58

ini partisipasi dalam evaluasi adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani

dalam pembuatan laporan, memberikan saran yang dapat digunakan sebagai umpan

balik dalam memberi masukan demi perbaikan dan perkembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi

dilihat dari kehadiran dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam

kegiatan evaluasi, pembuatan laporan, identifikasi masalah, peranan dalam

memberikan kritik dan saran bagi keberlanjutan program. Kegiatan evaluasi dalam

program Kawasan Rumah Pangan Lestari juga untuk melihat apakah semua anggita

kelompok wanita tani menerima manfaat dari program tersebut.

Pada evaluasi rata-rata terjadi 2 kali pertemuan untuk membahas laporan

kegiatan program. Berdasarkan hasil observasi, ketua dan pengurus lebih banyak

menyumbangkan ide-ide dan pemikiran dalam pembuatan laporan kegiatan,

sedangkan anggota lain berpartisipasi dalam bentuk sumbangan uang maupun

baran. Jumlah dan persentase responden anggota Kelompok Wanita Tani Melati

menurut tingkat partisipasi dalam evaluasi disajikan dalam tabel 19.

Tabel 19. Partisipasi KWT dalam Evaluasi Program KRPL

Tahap Evaluasi Skor

Maks

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

Frekuensi Persentase (%)

R S T Total R S T Total

1. Keikutsertaan dalam pembuatan

laporan kegiatan

3 1,6 53 Rendah 22 5 8 35 63 14 23 100

2. Keikutsertaan dalam identifikasi masalah pada implementasi KRPL

3 1,6 52 Rendah 22 6 7 35 63 17 20 100

3. Keikutsertaan dalam memberi kritik dan saran

3 1,6 54 Rendah 21 6 8 35 60 17 23 100

4. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan

KRPL

3 2,6 88 Tinggi 2 9 24 35 6 26 69 100

5. Penggunaan alokasi dana kegiatan KRPL

3 2,3 78 Tinggi 10 3 22 35 29 9 63 100

Rata-rata 3 2,0 65 Sedang 15,4 5,8 13,8 35 44 17 39 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Page 76: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

59

Keterangan:

77%-100% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori tinggi

56%-76% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori sedang

33%-55% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori rendah

Berdasarkan tabel 19, diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota

kelompok wanita tani dalam evaluasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo tergolong sedang dengan persentase 65%, rata-rata skor

lapang yang dicapai 2,0. Bentuk partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam

evaluasi program berupa keikutsertaan dalam menyumbangkan ide atau pikiran

untuk keberlanjutan program. Data yang terdapat pada tabel dapat dilihat secara

lengkap pada lampiran 12.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dalam program Kawasan

Rumah Paangan Lestari dicatat dan disimpan sebagai dokumen kelompok.

Kegiatan pembuatan laporan tidak dilakukan oleh semua anggota kelompok wanita

tani, namun hanya dilakukan oleh pengurus dan kemudian hasilnya akan

diumumkan pada pertemuan rutin kelompok. Berdasarkan tabel diatas,

keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam pembuatan laporan kegiatan

yang memperoleh skor sebesar 1,6 atau 53% dari skor maksimal dan termasuk

dalam kategori rendah. Keikutsertaan anggota kelompok tani dalam memberikan

kritik dan saran juga termasuk dalam kategori rendah dengan skor lapang sebesar

1,6 atau 54%, hal tersebut karena sebagian besar anggota kelompok kurang aktif

dalam memberikan kritik dan saran untuk program Kawasan Rumah Pangan Lestari

yang telah dijalankan.

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari memberikan manfaat kepada

seluruh anggota kelompok wanit tani. Hasil panen berupa sayur-sayuran dapat

menambah jumlah ketersediaan pangan dan meningkatkan ketahanan pangan

rumah tangga. Selain itu hasil dari menanam sayuran di pekarangan juga bisa

mengurangi pengeluaran untuk belanja sayuran karean sudah dapat memproduksi

sendiri di pekrangan. Berdasarkan tabel diatas, manfaat yang diperoleh dari

kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor sebesar 2,6 atau 88%

dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi. Sebagian besar responden

merasakan manfaat dari adanya progam Kawasan Rumah Pangan Lestari dan mau

melanjutkan terebut. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang

Page 77: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

60

dilakukan dengan ibu Nunuk (50) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati

yang mengatakan bahwa:

“Manfaatnya KRPL ini banyak, bisa nanem sayuran sendiri,

mengurangi pengeluaran buat belanja sayur. Kalo panennya

banyak bisa dijual juga. Saya selama bulan puasa ini neggak

pernah beli cabe mbak, cuma ngambil dari samping rumah aja

sudah cukup. Sama bisa buat hiburan juga soalnya saya seneng

kalo disuruh ngerawat tanaman.” (Wawancara bulan Mei, 2017)

Seluruh biaya yang dikeluarkan untukkegiatan Kawasan Rumah Pangan

Lestari di Kelurahan Rejomulyo merupakan dana yang berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemerintah. Sebagain besar responden

menjawab anggaran dana untuk kegiatan sudah sesuai dengan perencanaan.

Penggunaan alokasi dana kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh

skor lapang sebesar 2,3 atau 78% dari skor lapang dan termasuk pada kategori

tinggi.

Penjelasan masing-masing tahap partisipasi pada program Kawasan Rumah

Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo dapat disimpulkan pada tabel berikut, yaitu

hasil dari tingkat partisipasi secara keseluruhan:

Tabel 20. Tingkat Partisipasi KWT dalam Program KRPL

No Tahapan Skor

Maksimal

Skor

Lapang

Persentase

(%) Kategori

1 Perencanaan 12 9,0 75 Sedang

2 Pelaksanaan 15 11,6 78 Tinggi

3 Evaluasi 15 9,8 65 Sedang

Total 42 30,4 73 Sedang

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

77%-100% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori tinggi

56%-76% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori sedang

33%-55% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori rendah

Berdasarkan tabel 20, dapat dilihat bahwa skor partisipasi anggota kelompok

wanita tani Melati dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan

Rejomulyo adalah 30,4 atau 73% dengan skor maksimal 42 dan termasuk dalam

kategori sedang. Partisipasi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi yang dilakukan anggota

Page 78: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

61

kelompok wanita tani dalam perencanaan dan evaluasi program Kawasan Rumah

Pangan Lestari lebih pada keikutsertaan dalam bentuk ide atau pikiran, karena

dalam tahap perencanaan dan evaluasi lebih berkontribusi untuk memberikan

sumbangan ide dan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan rencana dan

evaluasi program. Sedangkan dalam pelaksanaan partisipasinya lebih pada

keikutsertaan dalam bentuk tenaga dan material berupa barang ataupun uang.

Dapat dilihat dari hasil penelitian di lapang, bahwa walaupun kondisi modal

sosial dalam kategori tinggi namun dalam proses partisipasi anggota kelompok

wanita tani dalam program kawasan rumah pangan lestari tidak mencapai kategori

tinggi. Hal tersebut dikarenakan anggota kelompok wanita tani masih kurang aktif

berpartisipasi dalam setiap kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

5.5 Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita

Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan

terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk

bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial

akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat untuk

membangun sejumlah asosiasi berikut membangun jaringannya (Hasbullah, 2006).

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis

mengenai adanya hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi anggota

Kelompok Wanita Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo. Bagian ini membahas mengenai pengujian hubungan modal

sosial dan tingkat partisipasi responden anggota KWT Melati. Hubungan tersebut

diuji dengan korelasi statistik dengan menggunakan pengujian Rank Spearman.

Aturan nilai dalam menentukan nilai uji korelasi Rank Spearman adalah jika ρ <

0,01 atau nilai ρ < 0,05 maka hasil uji menunjukkan hubungan yang signifikan, dan

aturan selanjutnya apabila 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang

berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan sedang, 0,50-0,69

(hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), >0,90 (hubungan mendekati

sempurna). Hasil korelasi hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi

disajikan dalam tabel 21.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

62

Cara mengetahui hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi

kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di

Kelurahan Rejomulyo digunakan alat analisis korelasi rank spearman. Tahapan

dari partisipasi adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Masing-masing dari

tahapan tersebut akan dihubungkan dengan modal sosial kelompok wanita tani,

sehingga dapat diketahui indikator yang memiliki hubungan paling besar berarti

modal sosial tersebut memiliki hubungan dengan partisipasi kelompok wanita tani

dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Hasil perhitungan antara modal

sosial dengan partisipasi kelompok wanita tani menggunakan korelasi rank

spearman dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini

Tabel 21. Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi

Modal Sosial

Partisipasi KWT Total

Partisipasi

KWT Rs

tabel Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

rs rs rs rs

Kepercayaan 0,434** 0,508** 0,392** 0,513**

0,3338

Norma 0,414* 0,593** 0,357* 0,519**

Jaringan Sosial 0,467** 0,650** 0,493** 0,663**

Total Modal

Sosial 0,614** 0,805** 0,624** 0,806 **

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan :

* : korelasi signifikan pada level 0,05 atau taraf 5%

** : korelasi signifikan pada level 0,01 atau taraf 1%

Tabel 21 diatas menjelaskan bagaimana hubungan modal sosial dengan

tingkat partisipasi pada setiap tahapan. Modal sosial yang dimiliki seseorang sangat

berpengaruh terhadap langkah awal perencanaan suatu program Kawasan Rumah

Pangan Lestari hingga tahap akhir yaitu evaluasi dari program tersebut. Hubungan

antara modal sosial dengan partisipasi akan mempengaruhi keberlanjutan dari

program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara modal sosial dengan partisipasi

dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang diperoleh dari

koefisien korelasi rank spearman yaitu 0,614. Hal tersebut menunjukkan bahwa

terdapat keeratan hubungan positif (dua arah) yang tergolong kuat, sehingga

semakin tinggi angka pada variabel modal sosial maka semakin tinggi juga angka

pada variabel tingkat partisipasi dan sebaliknya. Hasil dari korelasi tersebut juga

menunjukkan nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1

Page 80: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

63

artinya terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi anggota kelompok

wanita tani dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kondisi

ini membukitikan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani

dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari mempengaruhi anggota kelompok

dalam berpartisipasi. Semakin tinggi modal sosial kelompok wanita tani maka

semakin tinggi pula tingkat partisipasinya pada kegiatan perencanaan program.

Kenyataan dilapang menunjukkan modal sosial yang dimiliki anggota kelompok

wanita tani dapat dilihat dari antusiasnya mengikuti kegiatan seperti hadir dan

terlibat aktif dalam diskusi perencanaan program.

Tahap partisipasi dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan

Lestari di Kelurahan Rejomulyo diperoleh korelasi rank spearman antara variabel

modal sosial dengan partisipasi dalam pelaksanaan program yaitu 0,805. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif (dua arah) yang tergolong

sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel modal sosial maka

semakin tinggi pula angka pada variabel partisipasi pada pelaksanaan program.

Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat

disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat hubungan antara modal

sosial dengan partisipasi dalam pelaksanaan program, Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Dengan demikian membuktikan bahwa tingginya modal sosial akan

semakin tinggi pula partisipasi pada pelaksanaan kegiatan.

Tahap terakhir dari partisipasi adalah tahap evaluasi dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari. Pada tabel 21 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil analisis

korelasi rank spearman pada variabel modal sosial partisipasi dalam evaluasi

program yaitu 0,624. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan

positif (dua arah) yang tergolong kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel

modal sosial maka semakin tinggi pula angka pada variabel partisipasi dalam

evaluasi program dan sebaliknya. Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa

nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat

hubungan antara modal sosial dengan partisipasi dalam evaluasi program Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

64

Pada tahap ini dibuktikan dengan keadaan di lapang bahwa tingkat kehadiran

ketiga tahap partisipasi yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program

disimpulkan bahwa hasil korelasi rank spearman dari modal sosial dan partisipasi

yaitu 0,806. Hal ini menujukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif (dua

arah) yang tergolong sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel

modal sosial maka semakin tinggi juga angka pada variabel partisipasi dan

sebaliknya. Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa nilai ρ ≠ 0 sehingga

dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat hubungan antara

modal sosial dengan partisipasi dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari data dan pembahasan dalam penelitian ini

maka dapat ditarik kesipulan sebagai berikut:

1. Modal sosial yang dimiliki oleh anggota Kelompok Wanita Tani Melati di

keluarah Rejomulyo mendapat skor 32,40 atau 82% dari skor maksimal yang

temasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut juga terlihat dari ketiga indikator

modal sosial yang secara umum berada pada kategori tinggi, dengan persentase

tertinggi pada parameter kepercayaan, diikuti oleh parameter jaringan sosial dan

norma. Mereka memiliki modal sosial yang tinggi karena kelompok wanita tani

memiliki hubungan yang baik dan kerjasama yang tinggi baik dengan sesama

anggota kelompok maupun dengan pihak diluar anggota.

2. Partisipasi anggota kelompok wanita tani Melati dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo mendapat skor sebesar 31,00

atau 74% dari skor maksimal yang termasuk dalam kategori sedang. Partisipasi

anggota Kelompok Wanita Tani Melati yang menjadi responden dalam

penelitian ini cenderung lebih berpartisipasi aktif pada tahap pelaksanaan, yaitu

partisipasi dalam bentuk fisik. Sedangkan partisipasi cenderung rendah pada

saat tahap perencanaan dan evaluasi, karena pada tahap perencanaan dan

evaluasi tersebut bentuk partisipasinya lebih banyak pada aspek non fisik dan

sebagian besar anggota kurang aktif dalam memberikan sumbangan ide.

3. Hasil pengujian koefisien korelasi rank spearman sebesar 0,806 ditemukan

hubungan yang kuat antara variabel modal sosial dengan partisipasi kelompok

wanita tani. Hubungan yang kuat ini dibuktikan dengan adanya keterhubungan

antara indikator modal sosial yaitu tingkat kepercayaan, norma, dan jaringan

sosial antara sesama anggota kelompok dan kemauan untuk berpartisipasi

melalui keikutsertaan dalam tahap perencanaan hingga evaluasi program

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

66

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat

dijadikan saran yaitu:

1. Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani di Kelurahan Rejomulyo

sudah baik, maka selanjutnya modal sosial tersebut perlu dipertahankan dengan

cara tetap menjaga kekompakan dan meningkatkan jaringan kerjasama agar

modal sosial tidak menurun atau bahkan hilang.

2. Kelompok wanita tani sebagai pelaksana program Kawasan Rumah Pangan

Lestari diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya, terutama pada

perencanaan dan evaluasi program. Intensitas pertemuan kelompok di setiap

awal kegiatan perlu ditingkatkan untuk menampung aspirasi berupa ide dan

saran dari setiap anggota kelompok wanita tani.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

67

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Mewa dan Purwantini. 2006. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Pasca Krisis Ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Peneliti Puslitbang Sosial

Ekonomi Pertanian.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jawa Timur. 2012.

Pedman Umum Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2015. Petunjuk

Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Bogor.

Bourdieu, Pierre and Loїc J.D. Wacquant. 1992. An Invitation to Reflexive

Sociology. Chicago: The University of Chicago Press.

Cohen dan Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Concepts and

Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. New York:

Cornell University.

Damayanti, Yesi Lusia. 2016. Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam

Menerapkan Modal Sosial Guna Keberlanjutan Program KRPL di Desa

Grogol, Kabupaten Kediri. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian.

Universitas Brwaijaya Malang.

Dewi, Ni Luh Putu Candra, dkk. 2015. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani

pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Studi kasus di Dusun

Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota

Denpasar). Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas

Udayana.

Fukuyama, Francis. 2000. Social Capital and Civil Society.The Institute of Public

Policy, George Mason University.

Hermawan, Agus. 2012. Faktor Pendorong Keberhasilan dan Permasalahan

dalam Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Jawa

Tengah. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan. UPT Undip

press. Semarang.

Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.

Bandung.

Inayah. (2012). Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Ragam Jurnal

Pengembangan Humaniora.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Mardikanto, Totok. 2010. Komunikasi Pembangunan (Acuan Bagi Akademisi,

Praktisi dan Peminat Komunikasi Pembangunan). Surakarta: UNS Press.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI …repository.ub.ac.id/7230/1/APRILIA DIANSETYA.pdf · Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang berkaitan

68

Nasdian, F. T. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development).

Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian. Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009: Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009: Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). 2015. Buku Pedoman

Umum P2KP.

Puspitawati, Deppi. 2016. Partisipasi Perempuan dalam Program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Dadaprejo Kota Batu. Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Brwaijaya Malang.

Putnam, Robert. 2000. The Prosperous Community: Social capital and public life.

The American Prospect.

Putri, Ica Febrianti. 2011. Analisis Persepsi Modal Sosial (Social Capital) dan

Hubungannya dengan Eksistensi Kelompok Tani (Kasus Pada Kelompok

Tani Wanita “Sri Sejati 2” Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu)”

bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi persepsi modal sosial (social

capital) yang dimiliki kelompok tani wanita “Sri Sejati 2”. Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Brwaijaya Malang.

Rahmansyah, Farid, dkk. 2015. Analisis Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita

Tani dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di

Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian. Universitas Riau.

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pangan, UU No. 7 Tahun 1996.

Ridell, M., 1997. Modal Sosial dan Kebijakan Pembangunan. Institut Kebijakan

Studi. Wellington.

Sastropoetro. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Wicaksono, Tri Nigroho. 2016. Hubungan Modal Sosial dan Partisipasi

Kepengurusan dengan Taraf Hidup Anggota Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (Kasus Petani Penerima Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Ngetuk, Kecamatan

Nalumsari, Kabupaten Jepara). Departemen Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian

Bogor.