hubungan daya belajar dengan kinerja guru pendidikan .../hubungan...hubungan daya belajar dengan...

78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Disusun Oleh : YUSNIA ASRIATUL CHUSNA K6408063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: letruc

Post on 24-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS

NEGERI DI KOTA SURAKARTA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Disusun Oleh :

YUSNIA ASRIATUL CHUSNA

K6408063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Yusnia Asriatul Chusna

NIM : K6408063

Jurusan/Progam Studi : P. IPS/PPKn

HUBUNGAN DAYA BELAJAR

DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA

ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,

sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan

Yusnia Asriatul Chusna

Page 3: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS

NEGERI DI KOTA SURAKARTA

TAHUN 2012

Oleh :

YUSNIA ASRIATUL CHUSNA

K 6408063

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Hari : Senin

Tanggal : 15 Oktober 2012

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Machmud Al Rasyid, SH, M.Si. NIP. 19610215 198903 1 001

Drs.Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. NIP. 19560515 198503 1 002

Page 5: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda tangan Ketua Dr. Sri Haryati, M.Pd. _____________________

Sekretaris Moh Muchtarom, S.Ag., M.S.I _____________________

Anggota I Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si _____________________

Anggota II Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. _____________________

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001

Page 6: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

MOTTO

Guru cerminan pribadi yang mulia

Anak didik cerminan pribadi yang dinamis

Keduanya berada dalam proses interaksi edukatif

dalam pembinaan pribadi yang paripurna

(Syaiful Bachri Djamarah)

Page 7: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu beserta keluarga tercinta

yang tak henti hentinya mendoakan dan

bermujahadah.

2. Mas Andi Asmoro dan adik Yusril Ichza

Mahendra

3. Teman teman PPKn angkatan 2008

4. Almamater

Page 8: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

ABSTRAK

Yusnia Asriatul Chusna. HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 2) Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 3) Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian survey. Populasi penelitian adalah SLTA Negeri Surakarta sebanyak 18 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 62 orang sebagai responden. Sampel penelitian sebanyak 52 guru. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Validitas data dilakukan dengan menggunakan validitas internal. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas, uji linieritas, dan uji homogenitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data variabel daya belajar dan kinerja guru berdistribusi normal. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru bersifat linear. Sampel penelitian diperoleh dari populasi yang homogen. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. Hasil analisis korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 lebih besar dari r tabel sebesar 0,279. Persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y = 44,7591 + 0,541X. Koefisien determinasi sebesar 23,8%.

Simpulan penelitian ini adalah: 1) Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. 2) Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajat terhadap kinerja guru sebesar 23,8%.

Kata kunci: daya belajar, kinerja guru.

Page 9: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

ABSTRACT

Yusnia Asriatul Chusna. THE CORRELATION BETWEEN LEARNING CAPABILITY AND PERFORMANCE OF CIVIC THEACHERS IN PUBLIC HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA IN YEAR 2012. Script. Faculty of Teacher Training and Education of Sebelas Maret University Surakarta. October 2012.

This research in aiming at investigating: 1) the level of learning capability of civic teachers in public high school in Surakarta, 2) the level of civic teacher performance ini public high school in Surakarta, and 3) the correlation between learning capability and performance of civic teachers in public high sshools in Surakarta.

This surevey research has taken eighteen public high schools in Surakrta as the population and sixty two teachers from those public high schools as the resondents. Fifty two civic teachers are used as the samples. Questionaires are used as a means of data collection. Data validity is conducted by using internal validity. Normally, linearity, and homogenity test are applied to get the prerequesite analysis test. Correlational analysis is applied to conduct the data analysis.

The research finding shows that the distribution of variable data of civic

research are taken from homogenous population. The level of learning capability of civic teachers in public high schools in Surakarta is 84,46%. The level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. The result of correlational analysis is attained from r observation is 0,488; that is higher than r table 0,279. The regression equity is Y = 44,7591 + 0,541X. The coefficient determination is 23,8%.

The conclussion of this research are: 1) the level of learning capabilty of civic teahers in public high schools in Surakarta is 84,46%. 2) the level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. 3) there is a positive and significant correlations between learning capability and performance of civic teachers in public high schools in Surakarta. The variable contribution of learning capabilty towards teachers performance is 23,8%.

Keywords: learning capability, teachers performance.

Page 10: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul

HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI

.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendpatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penelitian.

2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Dr. Sri Haryati, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarga-

negaraan, yang telah memberikan izin penelitian.

4. Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si, Pembimbing I yang memberikan

pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd, Pembimbing II yang memberikan

pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepala sekolah SMA N 1, SMA N 4, SMA N 5, SMA N 6, SMA N 7, SMA N

8, SMK N 1, SMK N 2, SMK N 3, SMK N 4, SMK N 5, SMK N 6, SMK N 7,

SMK N 8, SMK N 9, MA N 1, MA N 2, dan SMA LB N Surakarta, yang telah

memberikan ijin dan membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data

yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

7. Guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan se Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Negeri Surakarta yang bersedia menjadi responden penelitian yang telah

Page 11: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

membantu dalam pengumpulan data penelitian, sehingga diperoleh data yang

digunakan dalam analisis pada penelitian ini.

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah

memberikan bekal ilmu kepada peneliti sehingga dapat membantu penyusunan

skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Menyadari keterbatasan kemampuan peneliti, maka kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya, maupun bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2012

Peneliti

Page 12: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ viii

ABSTRACT ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

1. Secara Teoritis .............................................................................. 8

2. Secara Praktis ............................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 10

1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan 10

2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan ......... 20

B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 28

Page 13: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 29

D. Hipotesis ............................................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 31

1. Tempat penelitian .......................................................................... 31

2. Waktu penelitian ........................................................................... 31

B. Rancangan / Desain Penelitian .......................................................... 32

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33

1. Populasi ........................................................................................ 33

2. Sampel ........................................................................................... 35

D. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 36

E. Pengumpulan Data ............................................................................ 38

1. Pengertian Angket ......................................................................... 39

2. Jenis-Jenis Angket ......................................................................... 39

3. Langkah-Langkah Menyusun Angket ........................................... 39

F. Validasi Instrumen Penelitian ........................................................... 40

1. Validitas ......................................................................................... 41

2. Reliabilitas ..................................................................................... 43

G. Analisis Data ..................................................................................... 44

1. Menyusun tabulasi data ................................................................. 44

2. Memenuhi persyaratan .................................................................. 44

3. Uji Hipotesis ................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 47 A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 47

B. Deskripsi Data ................................................................................... 48

1. Daya Belajar .................................................................................. 48

2. Kinerja guru ................................................................................... 50

C. Uji Persyaratan Analisis .................................................................... 51

1. ............................................................................................. Meng

uji Normalitas ............................................................................... 52

2. Menghitung Linearitas................................................................... 52

Page 14: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Uji Independensi ........................................................................... 53

D. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 53

1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y ......... 54

2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear .............................. 54

3. Koefisien Determinasi .................................................................. 54

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 55

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ................................................. 58

A. Simpulan ............................................................................................ 58

B. Implikasi ............................................................................................ 58

C. Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

Page 15: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 32

Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012 .............................................. 34

Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012 ..................................... 36

Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012 ......................... 47

Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari

Jenis Kelamin Tahun 2012 ................................................................. 48

Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi

Usia Tahun 2012 ............................................................................... 48

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarga-

negaraan Tahun 2012 ......................................................................... 49

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganega-

raan Tahun 2012 ................................................................................. 50

Page 16: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

AFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 29

Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun 2012 ...................................................................................... 49

Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun 2012 ...................................................................................... 51

Page 17: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Krejie dan Morgan .................................................................. 64

Lampiran 2. Kisi-kisi angket penelitian ................................................................ 65

Lampiran 3. Angket penelitian .............................................................................. 66

Lampiran 4. Tabulasi Hasil Uji Coba Angket ....................................................... 72

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Angket Daya Belajar Guru PKn ........................ 76

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Angket Kinerja Guru Guru PKn ........................ 79

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Daya Belajar Guru PKn .................... 82

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Kinerja Guru Guru PKn .................... 83

Lampiran 9. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Daya Belajar Guru PKn .... 85

Lampiran 10. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Kinerja Guru PKn .......... 86

Lampiran 11. Data Induk Penelitian ..................................................................... 88

Lampiran 12. Tabel Kerja Analisis Data............................................................... 90

Lampiran 13. Deskripsi Data Variabel Daya Belajar Guru PKn .......................... 92

Lampiran 14. Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru PKn ................................... 94

Lampiran 15. Uji Normalitas variabel Daya Belajar Guru PKn ........................... 96

Lampiran 16. Uji Normalitas variabel Kinerja Guru PKn .................................... 97

Lampiran 17. Tabel Kerja Uji Linearitas X terhadap Y........................................ 98

Lampiran 18. Perhitungan Uji Linearitas X terhadap Y ....................................... 100

Lampiran 19. Perhitungan Uji Independensi ....................................................... 102

Lampiran 20. Menghitung Koefisien Korelasi .................................................... 103

Lampiran 21. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi ................................................ 104

Lampiran 22. Menghitung Persamaan Regresi ..................................................... 105

Lampiran 23. Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 106

Lampiran 24. Surat Ijin Penyusunan Skripsi dari Dekan FKIP Universitas

Sebelas Maret Surakarta ................................................................ 107

Page 18: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Lampiran 25. Surat Permohonan Ijin Penelitian/Tryout Kepada Rektor

Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 108

Lampiran 26. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah

Raga ............................................................................................... 109

Lampiran 27. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian di SLTA Negeri

Kota Surakarta ............................................................................... 110

Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 128

Page 19: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kekuatan nasional sebagai sebuah negara. Kekuatan nasional

ditentukan oleh berbagai macam faktor yaitu: 1) keadaan wilayah nasional (luas serta

potensi kekayaannya) dan jumlah penduduknya, 2) sistem nasional, 3) kemampuan

ekonomi, 4) kemampuan militer, 5) tekad nasional, 6) tingkat kecerdasan penduduk,

dan 7) strategi nasional. Dari berbagai macam kekuatan tersebut, salah satunya

adalah tingkat kecerdasan penduduk (Daoed Joesoef, 2011: 21). UUD 1945 dalam

pembukaannya dinyatakan bahwa tujuan nasional negara Indonesia salah satunya

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Ujang Rahman, 2003: 67), yang dapat

diperoleh melalui kecerdasan penduduknya. Kecerdasan penduduk akan dapat

dicapai melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan.

Pendidikan di Indonesia dirasakan selama bertahun-tahun semakin merosot.

Kemerosotan tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti, menurunnya kinerja

guru, rendahnya motivasi belajar siswa, kurangnya dukungan orang tua, dan lain-

lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Raihan Iskandar (2012), Anggota Komisi X

DPR RI, bahwa:

Kualitas pendidikan Indonesia tahun ini mengalami kemerosotan. Hal ini berdasarkan laporan The United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011 yang mengumumkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat ke-108 pada 2010 menjadi peringkat ke-124 pada tahun ini. http://beritapks.com, 2012. Diunduh tanggal 21 Juni 2012 Usaha perbaikan sudah dilakukan oleh pemerintah, namun yang menjadi

sorotan utamanya adalah pada kurikulum. Hal ini tercermin dengan adanya upaya

mengubah kurikulum mulai kurikulum 1947, disempurnakan dalam kurikulum 1968,

disempurnakan menjadi kurikulum 1975, disempurnakan dengan kurikulum 1984,

kemudian disempurnakan lagi dengan kurikulum 1994, selanjutnya kurikulum 2004

atau disebut kurikulum KBK, dan sampai saat ini disempurnakan dengan kurikulum

Page 20: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tahun 2008 yang disebut dengan KTSP. Sementara itu kemerosotan pendidikan tidak

hanya diakibatkan oleh kurikulum tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnnya

dan salah satunya adalah kurangnya kemampuan profesionalisme guru maupun

keengganan belajar siswa.

Dari segi guru, kemampuan profesionalisme guru masih rendah karena

banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti rekruitmen guru yang tidak

berdasar pada kemampuan guru dan cenderung ke arah praktek kolusi, manajemen

pendidikan yang tidak profesional, birokrasi yang rumit, dan banyak faktor lain. Hal

ternyata kemerosotan pendidikan bukan dikarenakan oleh lemahnya kurikulum dan

sarana-prasarana, melainkan oleh kurangnya kompetensi gur

pernyataan tersebut jelas bahwa kurikulum yang selama ini selalu diperbaiki ternyata

bukanlah penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan tetapi

ternyata adalah rendahnya kompetensi guru.

Kualitas kinerja guru menjadi bagian yang perlu diperhatikan dalam

peningkatan mutu pendidikan. Salah satu hal yang terkait dengan kualitas guru

adalah kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Dinyatakan oleh John Schacter

(2003: 3) bahwa Why teacher performance-based accountability? Because, it can

focus efforts on actual teaching performance and provide a constructive knowledge

base to develop teacher quality. Effective teaching is out there. It needs to be

defined, measured, and related to student achievement. Dari pernyataan tersebut

penilaian kinerja guru didasarkan pada akuntabilitasnya. Kinerja guru dapat

difokuskan pada kinerja guru secara nyata dan membangun pengetahuan dasar untuk

meningkatkan kualitas guru.

Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai

utamanya yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan

teknologi informasi. Kedua hal tersebut berada dalam kehidupan manusia yang terus

menerus berkembang dengan pesatnya, dan secara langsung berdampak terhadap

dunia pendidikan. Berkembang cepatnya IPTEK dan informasi dimaksud tidak

jarang para ilmuan mengalami kesulitan menghadapi dampak dan tantangan nyata

yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam teori dan praktek serta persepsi

Page 21: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang dikembangkannya. Kendati perbedaan itu timbul, sudah banyak pula dirasakan

manfaatnya bagi dunia pendidikan. Fungsi dan makna pendidikan pada umumnya

bertujuan untuk membantu individu mengembangkan ilmu pengetahuan dan atau

teknologi serta informasi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan Hari Anak Nasional

tanggal 23 Juli 2006 memerintahkan kepada Menteri Pendidikan Nasional, Bambang

Sudibyo, agar melakukan reformasi dan revitalisasi pendidikan nasional menjelang

peringantan hari kemerdekaan RI ke 61 (Winarno Surakhmad, 2009). Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan sudah dianggap menurun kualitasnya oleh Presiden.

Demikian pula dikemukakan oleh Elly Nurcahyanti (2011) dari hasil penelitiannya

bahwa guru menurut kelayakan mengajar di berbagai satuan pendidikan adalah

sebagai berikut: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94%

(Swasta), untuk SMP yang layak mengajar hanya 54,12% (negeri) dan 60,99%

(Swasta), untuk SMA yang layak mengajar 65,29% (negeri) dan 58,26% (Swasta),

serta SMK yang layak mengajar hanya 55,49% (negeri) dan 58,26% (Swasta).

(http://blog.elearning.unesa.ac.id/elly-nurcahyanti)

Menurunnya kualitas pendidikan boleh dikata sangat memprihatinkan. Selain

sumber daya yang tidak profesional, juga sarana fisik yang tidak memadai. Banyak

guru yang melakukan tindakan asusila terhadap muridnya, guru yang melakukan

kegiatan lain yang bersifat pidana. Sementara banyak diberitakan di mass media

bahwa sarana fisik sekolah, terutama gedung sekolah sudah tidak layak pakai bahkan

sudah tidak dapat digunakan sama sekali. Hal tersebut tentu juga mendukung

semakin rendahnya mutu pendidikan. Sumber daya yang tidak profesional yang

ditunjang oleh sarana fisik yang sangat tidak memadai sangat mendukung penurunan

kualitas hasil pendidikan.

Berbagai fenomena sebagaimana dijelaskan di atas juga telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Yuliani Indrawati (2006:

56) menyimpulkan bahwa Faktor faktor pengetahuan, ketrampilan, motivasi secara

simultan berpengaruh sebesar 20,5% terhadap kinerja guru matematika, sisanya

79,5% dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian .

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang

Page 22: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

mempengaruhi kinerja guru. Dari beberapa faktor tersebut dapat dilihat bahwa

pengetahuan dan keterampilan, merupakan variabel-variabel yang dapat terbentuk

dengan adanya kegiatan belajar. Jadi seorang guru harus tetap belajar untuk dapat

memiliki banyak pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya untuk dapat

menjadi guru yang profesional.

Pada umumnya banyak guru yang enggan untuk belajar. Meskipun banyak

yang kuliah lagi di pascasarjana, namun lebih banyak karena tuntutan formal dari

kebijakan pemerintah. Jadi yang mendorongnya untuk belajar secara formal masih

berasal dari luar (eksternal), yaitu untuk memenuhi ketentuan dari pemerintah yang

berkaitan dengan kenaikan pangkat dan golongan dan tentunya juga kenaikan gaji.

Sedangkan daya dorong yang berasal dari dalam masih belum begitu kuat.

Hal ini tentunya karena motivasi belajar guru yang rendah. Motivasi belajar secara

formal jelas karena adanya tuntutan dari pemerintah. Sedangkan motivasi belajar dari

faktor internal masih belum muncul. Jika guru memiliki motivasi untuk

meningkatkan kemampuannya, atau adanya keinginan untuk menyampaikan ilmu

(faktor agamis), atau ingin menjadikan anak didik yang berhasil, maka hal ini tentu

akan dapat memunculkan dan atau meningkatkan motivasi internal guru untuk

belajar. Hal inilah yang tentunya dapat mempengaruhi daya dorong guru untuk

melakukan kegiatan belajar secara mandiri.

Daya dorong para guru untuk belajar yang bersifat internal masih perlu

ditingkatkan. Daya dorong ini berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru.

Seorang guru yang memahami profesinya, maka akan muncul daya dorong yang

bersifat internal. Beberapa di antaranya adalah keinginan menularkan ilmu,

meningkatkan kecerdasan siswa, memajukan pendidikan, dan banyak keinginan

lainnya yang masing-masing individu berbeda-beda. Daya dorong ini sangat penting

bagi guru dalam menunjang profesinya. Adanya daya dorong yang bersifat internal

ini akan menjadikan guru belajar dan terus belajar baik secara formal maupun

informal. Belajar secara informal berarti guru akan selalu tertarik dengan berbagai

hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Guru akan senang

membaca buku, melakukan penelitian, berkreasi, berdiskusi dengan rekan guru,

bertanya, dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan belajar secara informal tentu

Page 23: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

akan meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilannya sebagai seorang guru.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut tentu akan meningkatkan

kinerjanya. Dengan demikian daya dorong belajar guru berkaitan dengan kinerja

guru.

Daya dorong belajar yang dimiliki guru tentunya akan dapat meningkatkan

kemampuan guru dalam mengajar. Kemampuan guru dalam mengajar akan terlihat

dari tingkat kelulusan siswa yang mengikuti ujian akhir. Salah satunya adalah ujian

nasional. Di kota Surakarta, hasil ujian nasional tahun 2011 menunjukkan adanya

ketidak lulusan siswa. Atau dengan kata lain bahwa ada sebagian sekolah yang tidak

dapat meluluskan 100% siswanya. Sebagaimana dinyatakan Nurul Hudayati (2011)

sebagai berikut:

Mengacu data kelulusan UN 2011, bisa kami sampaikan 21 sekolah dari 37 SMA negeri dan swasta tidak berhasil lulus 100%. Kemudian kelompok SMK, dari 45 sekolah, 33 sekolah lulus 100% dan di kategori MA, dua

2011 Kota Solo, Budi Setiono. http://hudayati-nurul. blogspot.com/2011/05/ pengumuman-kelulusan-smamasmk-tertib-51.html Dari informasi tersebut menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang

tidak dapat meluluskan 100% siswanya. Atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran

yang diberikan kepada siswa selama ini belum dapat mencapai hasil yang maksimal.

Hal ini tentunya terkait dengan kinerja guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Usaha meningkatkan kualitas guru juga dilakukan oleh pemerintah melalui

pemberian rangsangan yang berupa sertifikasi guru. Kegiatan sertifikasi sebagai

upaya meningkatkan kualitas guru dilakukan melalui kegiatan portofolio dan

Pendidikan dan Latihan Profesionalisasi Guru (PLPG). Kegiatan tersebut merupakan

kegiatan yang menunjukkan bahwa guru benar-benar sudah memiliki kriteria

profesional yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara itu kegiatan PLPG

merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar dapat memenuhi

syarat sebagai guru yang profesional. Guru yang sudah memiliki sertifikat

profesional juga diberi kehormatan dengan memperoleh gaji yang lebih dari guru lain

yang belum bersertifikat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa guru yang sudah lulus

sertifikasi merupakan guru yang berbeda dari guru pada umumnya.

Page 24: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Namun demikian, kegiatan sertifikasi guru juga tidak menjamin bahwa guru

yang sudah bersertifikat akan menjalankan tugasnya secara profesional meskipun

gajinya telah dinaikkan secara berlipat. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ngadirin Setiawan dan Tutuk Ningsih (2010: 289) yang dilakukan di MAN

Purwokerto menunjukkan bahwa pemberian sertifikat pendidik memiliki pengaruh

positif terhadap kinerja guru, namun besarnya pengaruh menunjukkan sangat lemah

dan tidak begitu signifikan . Kinerja guru bersertifikat yang masih lemah tersebut

tentunya juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Salah satu hal yang terkait

dengan permasalahan tersebut adalah pada masalah pengawasan, baik pengawasan

dalam proses sertifikasi guru hingga pengawasan dalam pelaksanaan tugas.

Secara internal, guru sebagai individu juga menjadi penyebab kinerja guru

tidak maksimal. Banyaknya kesibukan guru baik dari sisi pekerjaan, sebagai

keluarga, dan sebagai bagian dari hubungan sosial menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja guru. Banyak urusan yang harus diselesaikan menjadikan

guru sudah kehilangan banyak daya dalam kehidupannya. Karena itu, daya belajar

yang mestinya dimiliki guru juga semakin berkurang. Rendahnya daya belajar guru

menjadikan guru tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga guru tidak dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri.

Rendahnya daya belajar ini merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja

guru.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji tentang hubungan daya

belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, tentunya setiap organisasi

memiliki permasalahan tersendiri. Permasalahan muncul karena adanya ketidak

seimbangan antara harapan dengan kenyataan. Karena itu, terdapat berbagai macam

permasalahan yang muncul dalam organisasi. Beberapa permasalahan yang muncul

tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

Page 25: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Kurangnya kemampuan profesionalisme guru menjadi salah satu penyebab

merosotnya mutu pendidikan di Indonesia.

2. Keengganan belajar siswa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

3. Rendahnya motivasi guru dapat menjadi penyebab kinerja guru tidak maksimal.

4. Sertifikasi guru yang kurang terkontrol tidak sepenuhnya dapat meningkatkan

profesionalisme guru dalam mengajar.

5. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai dan bahkan tidak dapat

digunakan merupakan salah satu faktor yang menjadikan kinerja guru tidak

maksimal.

6. Rendahnya daya belajar guru menjadikan guru tidak dapat mencapai kinerjanya

secara maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk peneliti dapat mengarahkan

pembahasannya dengan lebih seksama dan dapat merumuskan masalah penelitian

dengan jelas, serta mengetahui variabel-variabel yang akan diteliti sehingga dapat

menentukan cara atau metode pemecahannya dan alat yang dipergunakan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah

hubungan daya belajar dengan kinerja guru.

Untuk memperjelas batasan masalah di atas, maka dikemukakan batasan

istilah sebagai berikut:

1. Daya belajar (learning capability) adalah daya yang mendorong seorang individu

dalam melakukan kegiatan belajar.

2. Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana

seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran

dan menilai hasil belajar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 26: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Berapakah tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?

2. Berapakan tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?

3. Apakah ada hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan

Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dalam usaha

menjawab permasalahan penelitian. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka

penelitian ini memiliki tujuan, yaitu mengetahui:

1. Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.

2. Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas Negeri Kota Surakarta.

3. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Suatu kegiatan tentunya memiliki manfaat-manfaat, terutama kepada pihak-

pihak yang terkait dengan jenis kegiatan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan

penelitian, juga memiliki manfaat yang terkait dengan kegiatan penelitian. Sesuai

dengan permasalahan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat-

manfaat yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Manfaat-manfaat

tersebut yaitu:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia di bidang

pendidikan, menjadi bahan kajian bagi peningkatan kinerja guru Pendidikan

Kewarganegaraan sehingga dapat mencapai keberhasilan pendidikan moral kepada

siswa, dan dapat menjadi pengalaman bagi peneliti.

Page 27: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi

pimpinan lembaga pendidikan dalam usaha meningkatkan kinerja guru dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan secara nasional, meningkatkan kinerja guru

Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat menciptakan generasi muda yang

memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

Page 28: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian

Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, baik

dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan bimbingan sehingga

perilakunya berubah (Thoifuri, 2007: 99).

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa untuk memperoleh pengetahuan

diperlukan suatu aktivitas yang dapat memberikan pengaruh pada perubahan

perilaku. Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif (Muhibbin Syah, 2009: 68).

Tilaar menyatakan bahwa ga (jasmani) itu mempunyai

tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya-daya, misalnya daya

untuk mengenal, daya mengingat, daya berkhayal, daya berfikir, daya merasakan,

daya (Tilaar, 2003: 265).

Demikian juga Sumadi Suryabrata (1984: 265)

raga (jasmani) itu mempunyai tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap

memiliki daya-daya, misalnya daya untuk mengenal, daya mengingat, daya

Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa sebagaimana jasmani, daya jasmani

dapat diperkuat dengan melakukan latihan berulang-ulang. Demikian juga dengan

kondisi jiwa seseorang, akan semakin kuat jika dilakukan secara berulang.

Kemampuan berpikir seseorang akan semakin kuat jika pikiran itu melakukan

aktivitas secara berulang-ulang, misalnya sering mengerjakan soal, sering

mengingat sesuatu ataupun aktivitas lainnya yang sifatnya mengulang.

Sehubungan dengan masalah belajar, ada beberapa teori yang melandasi

kajian tentang belajar. Salah satunya adalah teori psikologi daya. Menurut teori

Page 29: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

ini, seseorang belajar didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari sejumlah

daya (kekuatan) yang bernilai dimana satu sama lain terpisah, seperti: daya

mengamati, mengingat, menanggapi, menghayal, dan berpikir yang kesemuanya

membutuhkan latihan (Thoifuri, 2007: 99).

Lebih lanjut dikemukakan berdasarkan teori kognitivisme bahwa terjadinya

tingkah laku manusia karena kemampuan manusia untuk mengetahui dan

membuat hubungan antar komponen yang diketahuinya (Thoifuri, 2007: 99).

Kemampuan mengetahui inilah menjadikan respons seseorang terhadap stimulan

semakin kuat.

Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas, maka aktivitas psikologis

atau jiwa juga memerlukan daya-daya yang mendorongnya sehingga aktivitas

yang dilakukan dapat memperoleh tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka

dapat diambil pengertian bahwa daya belajar adalah daya yang mendorong

seorang individu dalam melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dapat

dinyatakan juga sebagai motivasi untuk belajar, yaitu dorongan yang menjadikan

seseorang melakukan kegiatan belajar.

Daya belajar pada diri seseorang mengarahkan individu untuk terus selalu

belajar. Kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk terus menerus belajar

merupakan daya belajar atau dapat juga disebut dengan learning capability,

sebagaimana dikemukakan oleh Muchtar Buchori (2009: 187) menyatakan bahwa

n untuk belajar sendiri secara terus menerus ini, tanpa bantuan orang

lain, disebut

Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa daya belajar atau learning capability

merupakan kemampuan untuk belajar secara terus menerus tanpa adanya paksaan

dari siapapun. Jika seseorang memiliki daya belajar, maka individu tersebut akan

mengatur dirinya sendiri untuk selalu belajar.

Sehubungan dengan masalah daya belajar atau leaning capability, ada

pendekatan dalam sistem pembelajaran, yaitu pendekatan independent learning.

Pendekatan independent learning adalah belajar mandiri dalam arti mempelajari

topik/materi tertentu yang tidak diajarkan oleh guru, tetapi harus dikuasai oleh

Page 30: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

y, 2004:

342).

Pendekatan lain yang berkaitan dengan daya belajar adalah pendekatan self-

directed learning. Pendekatan self-directed learning merupakan pendekatan

humanistik dalam arti memberi kemerdekaan manusiawi sepenuhnya kepada

pembelajar sehingga guru benar-

(Muhibbin Syah, 2009: 140).

Dengan adanya pendekatan tersebut, maka daya belajar dapat mengarahkan

seseorang untuk melakukan kegiatan belajar tanpa memerlukan bantuan orang

lain secara penuh. Daya belajar guru terlihat dalam aktivitas belajar seperti

membaca, mengikuti pelatihan, melakukan penelitian, dan lain-lain.

Berdasarkan berbagai pengertian dan pendapat di atas, maka dapat

dikemukakan pengertian daya belajar guru. Dalam penelitian ini didefinisikan

daya belajar guru adalah dorongan yang menjadikan seorang guru melakukan

kegiatan belajar secara terus menerus secara mandiri. Dengan pengertian tersebut,

maka daya belajar guru merupakan aktivitas psikis yang menjadikan guru

memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Daya dorong dan Motivasi

Daya dorong belajar sebagaimana dalam simpulan dari berbagai pendapat

di atas merupakan daya yang mendorong seseorang atau individu melakukan

kegiatan belajar. Daya belajar juga tidak terlepas dari motivasi belajar. Hal ini

dapat dilihat dari pengertian tentang motivasi belajar. Salah satunya dikemukakan

oleh Mc Donald yang motivation is

an energy change within the person characterized by affective arrousal and

(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 114).

Motivasi adalah suatu perubahan di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Pengertian tersebut menunjukkan adanya perubahan energi dalam motivasi

seseorang yang mengarah pada suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Jadi,

motivasi menggerakkan seseorang untuk diimplementasikan dalam kegiatan fisik.

Page 31: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Dengan adanya kegiatan fisik, maka seseorang dapat mencapai sesuatu yang

mendorong dirinya untuk melakukan kegiatan tersebut.

c. Motivasi

1) Pengertian

Muh. Uzer Usman mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan

dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk

Sukadi, 2006: 37).

Pengertian tersebut senada dengan pengertian sebelumnya bahwa motivasi

merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat yang dilandasi

dengan keadaan dan kesiapan dalam dirinya.

upakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

(Hamzah B Uno, 2008: 3).

Pengertian tersebut lebih mengarah pada perubahan tingkah laku, bahwa

dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan dorongan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, tidak hanya berbuat sesuatu.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui ada empat

elemen dalam motivasi yaitu:

a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang.

c) Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan.

d) Tujuan yang dikehendaki adalah perubahan tingkah laku.

Adanya keempat unsur tersebut, maka dapat diketahui ada tidaknya

motivasi dalam diri seseorang, yaitu dengan melihat apakah unsur-unsur

tersebut nampak dalam diri seseorang atau tidak. Kalau keempat unsur

tersebut nampak, maka seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Tinggi

rendahnya motivasi seseorang dapat dilihat sejauh mana ketiga unsur tersebut

nampak dalam tingkah laku atau tindakan tertentu.

Terkait dengan pengertian motivasi di atas, dinyatakan bahwa

motivasi belajar merupakan komponen kedua konsep belajar mandiri, dan

Page 32: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(Haris Mudjiman

2008: 37).

Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan dorongan

mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bagi seorang, motivasi

belajar akan dapat mengarahkan perilakukan untuk melakukan kegiatan

belajar, termasuk perilaku kemandirian belajar. Belajar mandiri juga

merupakan perilaku yang berkaitan dengan filsafat konstruktivisme dalam

belajar.

2) Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa

motivasi memiliki fungsi-fungsi. Fungsi utama motivasi berdasarkan

pengertian di atas yaitu mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.

Fungsi motivasi ada tiga yaitu:

a) Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini berarti motivasi sebagai penggerak atau motir yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan. Motivasi mengarhkan perbuatan seseorang kepada tujuan yang hendak dicapai. Motivasi menggerakkan seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dalam mencapai tujuan yang menjadi motivasi.

c) Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Sebaliknya, motivasi menjadikan seseorang menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Sardiman AM, 2006: 85)

Sehubungan dengan fungsi motivasi di atas, maka seseorang yang

memiliki motivasi tertentu, akan melakukan perbuatan yang mendukung

tercapainya tujuan sebagaimana diharapkan. Demikian pula dengan adanya

motivasi, akan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan

bahkan mengganggu tercapainya tujuan.

Mengenai fungsi motivasi, Winkel mengemukakan bahwa motivasi

ibarat kekuatan mesin di kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin

lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan

(Martinis Yamin, 2007: 223).

Page 33: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi memang satu hal yang sangat

vital bagi seseorang dalam menjalani kegiatan belajar. Tanpa motivasi,

sebagaimana kendaraan, maka kegiatan belajar tidak dapat berjalan. Lebih

dari pada itu, motivasi memiliki hal yang lebih sekedar sebagai mesin, namun

juga sebagai penentu arah.

Mengenai fungsi motivasi, dinyatakan bahwa fungsi motivasi adalah

motivasi berfungsi sebagai pengarah, dan c. motivasi berfungsi sebagai

(Martinis Yamin 2007: 224).

Dari pendapat tersebut, senada dengan pendapat Sardiman AM di atas, hanya

saja pada point ketiga, bahwa fungsi motivasi adalah sebagai penggerak,

sedangkan Sardiman menyatakan sebagai penyeleksi perbuatan. Dari kedua

pendapat tersebut jelas menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang

penting bagi penentu tindakan seseorang. Motivasi akan mendorong,

mengarahkan, dan menyeleksi ataupun menggerakkan dalam melakukan

kegiatan belajar.

3) Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi memiliki berbagai jenis. Menurut Syaiful Bachri Djamarah

(2002: 115) motivasi dibagi menjadi dua, yaitu

(2002: 198)

mengemukakan bahwa motif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) motif

biogenetis, 2) motif sosiogenetis, dan 3) motif teologis .

Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembagian jenis motivasi

dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pendapat yang pertama memandang

asalnya motivasi, sedangkan pendapat kedua dilihat dari tujuan. Untuk lebih

memahami tentang macam-macam motivasi tersebut, di bawah ini diuraikan

setiap jenis motivasi.

a) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadikan aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang

Page 34: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan

melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar

dirinya. Dalam melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, motivasi

intrinsik ini memegang peranan penting. Seseorang yang tidak memiliki

motivasi intrinsik akan sulit untuk melakukan suatu perbuatan. Kalaupun

ia melakukan biasanya dalam keadaan terpaksa dan tentunya kegiatan

yang dilakukan tidak dilakukan dengan baik. Sehingga akan menghasilkan

sesuatu yang tidak maksimal.

Dorongan untuk melakukan sesuatu yang bersumber pada

kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik

dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan

kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial

(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 116).

Dengan demikian bila seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik, maka

perbuatan yang dilakukan cenderung sekedar memenuhi tuntutan dan

bersifat seremonial saja. Tidak ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas

kesadaran diri, melainkan hanya memenuhi syarat yang ditentukan.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar

(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 117).

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

baik dalam mengarahkan perbuatan seseorang. Motivasi ekstrinsik

diperlukan agar seseorang melakukan suatu perbuatan. Seseorang yang

mengharapkan orang lain melakukan sesuatu, maka seseorang akan

memberi motivasi kepada orang yang dimaksud. Motivasi tersebut dapat

berupa berbagai hal. Misalnya, seorang ibu menginginkan anaknya

belajar. Ibu tersebut menyatakan akan membelikan tas jika ia mau belajar

dan mencapai ranking satu. Bentuk janji membelikan tas merupakan salah

satu bentuk pemberian motivasi dari luar (ekstrinsik).

Page 35: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Motivasi ekstrinsik dapat dipergunakan untuk hal-hal kebaikan,

namun juga dapat digunakan untuk hal-hal keburukan. Misalnya,

seseorang menyuruh orang lain untuk mengambil milik seseorang dengan

imbalan tertentu atau lainnya. Pemberian imbalan tersebut merupakan

bentuk motivasi ekstrinsik yang ditujukan untuk hal-hal keburukan. Jadi,

motivasi ekstrinsik dapat memberikan pengaruh negatif tetapi juga dapat

berpengaruh terhadap hal-hal yang positif. Misalnya seorang guru

memberikan hadiah bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan

benar.

c) Motif biogenetis

Motif biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan-

kebutuhan organisme demi kelanjutnya hidupnya. Motif ini lebih banyak

bersifat fisik, karena kebutuhan biogenetis merupakan kebutuhan fisik,

seperti makan, minum, istirahat, seks, dan lain-lain. Jadi motif biogenetis

merupakan dorongan yang mengarakan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan fisiknya.

d) Motif sosiogenetis

Motif sosiogenetis merupakan motif yang berkembang karena

pengaruh lingkungan kebudayaan dimana individu berada. Motif

sosiogenetis merupakan faktor yang berkembang karena lingkungan

setempat. Adanya motif tersebut menjadikan individu yang berasal dari

budaya yang berbeda, motif sosiogenetisnya juga berbeda. Misal motif

sosiogenetis yaitu keinginan mendengarkan musik, makan makanan

tertentu seperti makan sagu, atau lainnya.

e) Motif teologis

Motif teologis adalah motif yang bersifat ketuhanan. Manusia

adalah makhluk yang berketuhanan. Karena itu manusia memiliki

hubungan atau interaksi dengan tuhannya. Motif ini akan terlihat dari

kegiatan ibadah, atau keinginan untuk mengabdi kepada tuhan (sufi).

Berdasarkan berbagai motif di atas, maka dalam kehidupan sehari-hari

manusia memiliki motif-motif tertentu. Antara individu yang satu dengan

Page 36: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

lainnya ada yang berbeda motif hidupnya dan ada yang sama. Selain itu,

motif-motif tersebut dapat saja berinteraksi sehingga akan memunculkan

perilaku-perilaku tertentu berdasarkan motif-motif pada diri seseorang

tersebut.

4) Elemen Motivasi

Elemen motivasi terdiri dari elemen dalam (inner component),

element luar (outer element), tujuan dan motivated states, pemenuhan

kebutuhan dan reinforcement tingkah laku (Wasty Sumanto, 1998: 98).

a) Elemen dari dalam berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang,

berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan psikologis. Rasa tidak puas

psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginan-keinginan untuk

memperoleh penghargaan pengakuan serta berbagai macam kebutuhan

lainnya.

b) Elemen dari luar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan

itu sendiri berada di luar diri seseorang itu, namun mengarhkan tingkah

laku orang itu untuk mencapainya.

c) Seseorang dapat membuat reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, guna mengurangi ketegangan psikologisnya. Dalam banyak

hal,orang dapat menggunakan berbagai cara untuk memenuhi

kebutuhannya, dengan memilih tujuan-tujuan yang sulit dicapai.

d) Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi

apabila kebutuhan itu ditimbulkan. Tingkah laku yang membawa ke arah

tercapainya tujuan, diperkuat (reinforced), yaitu bilamana seseorang

dimotivasi lagi dengan cara yang sama, maka tingkah laku itu terjadi lagi.

Selain pendapat di atas, pendapat lain

tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan

( (Sobry Sutikno, 2007: 138).

Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi akan terbentuk jika

individu memiliki kebutuhan. Kebutuhan akan muncul bila ada kesenjangan

antara harapan dengan kenyataan. Jika seseorang memiliki harapan-harapan

tertentu, sedangkan ia tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit untuk dapat

Page 37: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

memenuhi harapan tersebut, maka muncullah kebutuhan. Dalam kaitannya

dengan belajar, seseorang harus mengetahui harapan-harapannya dan

mengetahui pula apa yang ia miliki untuk dapat mencapai atau meraih

harapan tersebut. Dengan mengetahui apa yang ia miliki dibandingkan

dengan harapan-harapannya, maka seseorang merasa memiliki kebutuhan,

yaitu kebutuhan untuk belajar agar apa yang diharapkannya dapat dicapai.

Adanya harapan yang belum dapat dipenuhi dengan apa yang

dimilikinya, maka akan muncul dorongan-dorongan. Dorongan-dorongan

tersebut akan muncul sehingga seseorang mau melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian, adanya kebutuhan akan mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu atau berusaha memiliki sesuatu yang akan dapat

digunakan untuk memenuhi harapannya. Dalam kaitannya dengan tujuan,

harapan-harapan dalam dirinya merupakan sesuatu yang hendak dituju. Jadi,

tujuan yang akan dicapai merupakan harapan yang muncul dalam dirinya.

Dengan demikian, jika seseorang merasa memiliki kebutuhan,

kemudian kebutuhan tersebut akan memunculkan dorongan-dorongan

tertentu, dan dorongan tersebut adalah untuk mencapai tujuan, maka

seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan

belajar, maka motivasi yang dimaksudkan tentunya adalah motivasi belajar.

d. Pentingnya motivasi belajar

Motivasi belajar bagi seseorang yang sedang belajar merupakan hal yang

penting dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Pentingnya motivasi belajar

bagi seseorang yaitu:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya; 3) Mengarahkan kegiatan belajar; 4) Membesarkan semangat belajar; 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan besar dan kemudian bekerja

yang bersinambungan (Sobry Sutikno, 2007: 139).

Dengan memperhatikan pentingnya motivasi belajar, maka seseorang

dapat mengarahkan tingkah lakunya agar dapat meningkatkan motivasinya dalam

belajar. Memahami pentingnya motivasi juga perlu dilakukan guru agar guru

Page 38: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya secara cepat dan tepat. Hal ini

terkait dengan salah satu tugas guru yaitu memberikan motivasi kepada siswa

agar dapat belajar secara maksimal dalam mencapai tujuan belajar.

e. Tolok ukur daya belajar

Daya atau energi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang

melakukan sesuatu. Kegiatan belajar akan dapat berlangsung jika ada daya yang

mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Daya belajar belajar dipengaruhi

oleh berbagai hal sebagaimana motivasi belajar. Untuk itu, tolok ukur daya

belajar dapat diseimbangkan dengan motivasi belajar. Jadi, daya belajar guru

dapat diketahui dari motivasi belajar guru. Adapun unsur-unsur motivasi belajar

guru sebagaimana pendapat Hamzah B. Uno dapat dilihat dari beberapa hal,

yaitu:

(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008: 31). Berdasarkan pendapat tersebut, maka daya belajar dalam penelitian ini

dapat diukur dari berbagai hal di atas, yaitu dengan mengetahui hasrat dan

keinginan untuk berhasil, memiliki dorongan dan merasa butuh belajar, adanya

harapan dan cita-cita masa depan, memiliki penghargaan dalam belajar,

merasakan ada hal yang menarik dalam belajar, dan adanya dukungan lingkungan

yang kondusif untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, secara

operasional, daya belajar guru dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

bersifat fisik maupun psikhis yang dilakukan oleh guru dalam usaha memperoleh

peningkatan pengetahuan.

2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian

Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu

bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan menilai hasil belajar (Rusman, 2011: 50).

Page 39: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu yang

dimulai dengan serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas

seseorang serta kriteria yang ditetapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya

personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja adalah

performance atau unjuk kerja. Menurut LAN, kinerja diartikan prestasi

kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (Rusman, 2011, 50).

Hasibuan (1995:36) menyatakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu .

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai.

Dari pendapat di atas bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat

diukur

Menurut Mulyana (2007: 116) kinerja guru merupakan keberhasilan guru

dalam pembelajaran di kelas yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses

Segi proses yaitu guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan sebagian besar

anak didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat guru pada

waktu mengajar di kelas serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan segi hasil

yaitu guru dikatakan berhasil apabila mampu mengubah perilaku sebagian besar

anak didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang baik.

Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan peranan guru, tentu dapat

diidentifikasi kinerja ideal seorang guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya.

Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Menurut August W. Smith, Kinerja

adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya

kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia man, 2011:

50).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud

perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang

Page 40: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity, held, incentive,

environment dan validity (Rusman, 2011: 50).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kinerja guru dapat diartikan

sebagai keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi

keberhasilan anak didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

adanya perubahan perilaku sebagian besar siswa pada kompetensi dasar.

b. Pengertian guru

Hakekat guru adalah orang yang senantiasa merasakan keberhasilan dan

kegagalan anak didiknya sebagaimana keberhasilan dan kegagalan yang ia miliki

dan rasakan sendiri (Thoifuri, 2007: 7).

Dinyatakan pula bahwa Guru adalah pemimpin utama yang menjadi tulang

punggung atau kekuatan yang menjadi andalan dalam mengemban tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya Zainal Aqib, 2009: 2).

Dari dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki tanggung jawab

terhadap anak didiknya di sekolah. Tanggung jawab yang dimaksud adalah

tanggung jawab dalam mencapai keberhasilan siswa sebagai individu yang

sedang belajar.

Sehubungan dengan pengertian di atas, bahwa guru memiliki kompetensi

tertentu sebagai syarat menjadi seorang guru. Dinyatakan dalam permendiknas no

Setiap guru wajib memenuhi

standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional

Pasal tersebut menunjukkan bahwa seorang guru memiliki syarat wajib, yaitu

memiliki standar kualifikasi secara akademis dan juga memiliki kompetensi

sebagai seorang guru sesuai dengan peraturan yang berlaku secara nasional.

Dengan demikian, seorang guru bukanlah orang sembarangan yang

menyampaikan ilmu tanpa dilandasi oleh kualifikasi akademis dan kompetensi

tertentu.

c. Guru profesional

Istilah guru profesional berasal dari dua kata, guru dan profesional. istilah

guru telah dijelaskan, sedangkan istilah profesional dijelaskan bahwa:

Page 41: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Istilah profesional berasal dari kata profesi. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan profession yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Secara etimologis, istilah profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagi instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Rusman, 2011: 16).

Dari pengertian tersebut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan dengan

syarat-syarat tertentu berupa pengetahuan.

Dari istilah profesi, muncul istilah profesional. Disebutkan dalam UU No

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau

norma t

menunjukkan bahwa profesional menunjuk suatu pekerjaan atau kegiatan sebagai

sumber penghasilan yang memerlukan keahlian sesuai kualitas atau norma

tertentu yang memerlukan pendidikan tertentu.

Istilah guru profesional dapat diberi pengertian sebagaimana

program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah

negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas- Oemar

Hamalik, 2006: 27).

Pengertian lain dikemukakan oleh Rusman (2011: 18)

adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

Dari kedua pengertian tersebut bahwa guru profesional merupakan tenaga

pengajar yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan dan pembelajaran

sehingga dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.

Menunjuk pada pengertian guru profesional di atas, maka ada guru

profesional madani sebagaimana dikemukakan oleh Sudarwan Danim.

Menurutnya, Guru Profesional Madani (GPM) adalah guru yang memiliki:

Page 42: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1. Pemahaman terhadap karakteristik siswa; 2) penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan; 3) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik; dan 4) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan (Sudarwan Danim, 2011: 113).

Guru profesional madani adalah guru profesional yang menguasai masalah

pendidikan dan pembelajaran serta didukung kemauan dan kemampuan dalam

mengembangkan profesionalitas serta kepribadiannya secara berkelanjutan.

d. Ciri-ciri guru profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki ciri-ciri profesionalisasi

jabatan guru. Guru sebagai tenaga profesional, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan dari pada usaha untuk kepentingan pribadi.

2) Guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyartan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.

3) Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan.

4) Guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.

5) Guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi, serta terlibat secara luas dalam berbagai

in service 6) Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career). 7) Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun

secara lokal (Rusman, 2011: 26).

Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa seorang guru merupakan jabatan

yang tidak mudah untuk dilakukan. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap

murid-muridnya saja, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap diri

sendiri dan juga tanggung jawab sosial. Terhadap diri sendiri, guru profeisonal

memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan dirinya agar kemampuannya

terus meningkat. Sedangkan tanggung jawab sosial, guru profesional harus

mengedepankan kepentingan sosial daripada kepentingan diri sendiri.

Page 43: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

e. Tolok ukur kualitas kinerja guru

Kinerja guru merupakan harapan bagi semua orang, baik orang tua siswa,

siswa sendiri, masyarakat, dan tentu negara juga mengharapkan hasil pendidikan

dapat mencetak kader bangsa yang mampu memajukan negara. Harapan tersebut

tentunya juga tergantung dari kualitas kinerja guru itu sendiri. Untuk mengetahui

kualitas kinerja guru, dikemukakan: ada tolok ukur kualitas kinerja guru yang

meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional (Rusman, 2011: 54).

Dengan demikian, secara operasional, kinerja guru dapat didefinisikan sebagai

kemampuan guru dari segi kegiatan pendidikan dan pembelajaran, kegiatan yang

berkaitan dengan kemampuan pribadi, kemampuan melakukan kegiatan sosial

dan kemampuan yang berkaitan dengan profesionalitas sebagai guru.

Untuk dapat mencapai kualitas kinerja guru, guru memiliki peranan yang

berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu: guru melakukan diagnosis terhadap

perilaku awal siswa, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, guru

melaksanakna proses pembelajaran, guru sebagai pelaksana administrasi sekolah,

guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan keterampilan diri, guru

dapat mengembangkan potensi anak, guru sebagai pengembang kurikulum di

sekolah.

Kinerja guru yang berkaitan secara langsung dengan kegiatan

pembelajaran, memiliki indikator yang lebih spesifik. Dikemukakan oleh Rusman

(2011: 97), bahwa penilaian kinerja guru meliputi: penilaian kinerja dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan

membuka dan menutup pembelajaran, pelaksanaan variasi stimulus

pembelajaran, pelaksanaan keterampilan bertanya, dan memberi penguatan

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meliputi tujuan

pembelajaran yang berkaitan dengan standar kompetensi, indikator, ranah tujuan,

kesesuaian dengan kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan

evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meluputi kemampuan

membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan

Page 44: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

belajar, kegiatan blajra mengajar, kemampuan menggunakan media

pembelajaran, evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup kegiatan

pemblajaran, dan tindak lanjut.

Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran meliputi kegiatan

membuka pelajaran dari segi sikap,, memulai pelajaran, melakukan apersepsi,

keterkaitan pendahuluan dengan inti pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran

meliputi kemampuan menyimpulkan, menggunakan kata-kata yang membesarkan

hati siswa, memberikan evaluasi lisan dan tulisan, serta memberikan tugas.

Pelaksanaan stimulus pembelajaran meliptui gerak guru, iyarat guru,

suarau guru, pemusatan perhaian, pola interaksi, diam sejenak, dan penggantian

indera penglihatan/pendengaran.

Keterampilan bertanya meliputi kejelasan pertanyaan, kejelasan hubungan

pertanyaan dengan materi, pemberian waktu berpikir, pendistribusian pertanyaan,

dan pemberian tuntunan.

Kemampuan memberi penguatan meliputi kemampuan mengucapkan kata

sanjungan, kalimat sanjungan, pujian, penguatan dengan gerak non verval seperti

senyuman, pendekatan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan memberi

hadiah yang relevan.

f. Hubungan Daya Belajar dengan Kinerja Guru

Daya belajar merupakan daya atau energi yang mendorong seseorang

untuk melakukan kegiatan belajar. Bagi guru, daya belajar berkaitan dengan

pengembangan kompetensi guru. Pengembangan kompetensi tidak harus

dilakukan atau diadakan oleh pimpinan. Akan tetapi pengembangan kompetensi

dapat dilakukan sendiri oleh masing-masing individu. Guru yang memiliki energi

atau daya untuk mengembangkan dirinya sendiri merupakan guru yang

profesional madani (GPM). Dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 125)

intelektual, mental, emosional, da

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru yang profesional merupakan guru yang

energik baik fisik maupun mental, intelektual, emosional, dan spritualnya.

Page 45: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dengan adanya energi atau daya yang kuat tersebut, maka guru dapat

mengembangkan profesionalitas di dalam dirinya.

Guru profesional merupakan guru yang menjalankan tugas sesuai dengan

etika profesional. Guru yang demikian melakukan tugas sesuai dengan aturan

yang ada dan lebih tertuju pada pencapaian tujuan dari pada untuk kepentingan

-mata karena

rasa terpanggil untuk berbuat, tanpa mengingkari ada maksud yang ingin dicapai

dirinya secara individual, seperti gaji, aktualisasi diri, mengisi waktu luang, atau

rekreas (Sudarwan Danim, 2011: 125).

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru profesional menjalankan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya dan tentunya juga masih mengakui adanya kebutuhan

individualnya sebagai manusia yang memerlukan banyak hal. Namun dalam hal

ini tentunya masing-masing dijalankan sesuai dengan porsi yang berimbang.

Guru profesional menjalankan tugas sesuai hak dan kewajibannya secara

berimbang. Sebagaimana uraian di atas bahwa guru profesional merupakan guru

yang energik, menjalankan tugas dan kehidupan pribadinya secara seimbang.

Lebih lanjut lagi bahwa guru profesional selalu berusaha untuk meningkatkan

kinerjanya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 132) bahwa

Pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa guru profesional akan selalu

berusaha mencapai hasil yang lebih baik. Dengan demikian, maka kinerja guru

profesional akan semakin menuju kesempurnaan atau kinerja yang maksimal

sesuai dengan tujuan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa adanya energi atau

daya yang ada dalam diri guru profesional, maka salah satu daya yang ada

merupakan daya belajar yang akan digunakan untuk selalu mengembangkan

dirinya secara profesional. Dengan tidak meninggalkan kehidupannya, guru

profesional menjalankan hak dan kewajibannya secara berimbang. Energi atau

daya yang dimiliki oleh guru profesional akan selalu mengarahkan dirinya kepada

prestasi yang lebih baik lagi. Jadi, daya belajar yang ada dalam diri guru akan

mengarah pada kinerja yang lebih baik.

Page 46: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Moch Bruri Triyono dan Badrun Kartowagiran (2009) yang

menyimpulkan bahwa:

Model evaluasi kinerja guru professional ini terdiri dari tiga komponen, yakni: (1) mekanisme penilaian kinerja guru professional, (2) kriteria atau indikator guru professional, dan (3) instrumen kinerja guru profesional yang terdiri dari IPKG I, IPKG II, dan instrumen penilaian atasan dan pengawas yang ketiga-tiganya adalah instrumen sertifikasi guru. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama

mengkaji masalah kinerja guru. Sedangkan perbedaannya yaitu variabel yang terkait

dengan penelitian, dalam penelitian ini dikaitkan dengan variabel daya belajar,

sedangkan penelitian yang lalu hanya membahas satu variabel saja. Perbedaan juga

terletak pada metode penelitian, dimana penelitian yang lalu merupakan penelitian

kualitatif, sedangkan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode

deskriptif korelasional. Analisis data juga berbeda, penelitian yang lalu

menggunakan analisis interaktif, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis

korelasi.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran tentang hubungan antar

variabel. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi bahan kajian adalah daya

belajar (learning capability) dan kinerja guru. Alur pemikiran dari hubungan

variabel-variabel tersebut dapat diuraikan secara singkat di bawah ini.

Daya belajar guru adalah kekuatan yang digunakan oleh seseorang guru

untuk melakukan suatu kegiatan. Daya belajar guru dapat dilihat dari adanya hasrat

dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita,

penghargaan, kegiatan yang menarik, dan lingkungan yang kondusif. Dengan adanya

hal-hal tersebut maka akan memunculkan daya belajar yang kuat. Tinggi rendahnya

daya yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan tingkat aktivitas seseorang

dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Jadi daya belajar akan berkaitan juga

dengan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan dari aktivitas yang dilakukan.

Page 47: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Guru sebagai seorang pengajar, melakukan suatu aktivitas, yaitu kegiatan

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengetahuan

kepada siswa. Dalam menyampaikan pengetahuan tersebut diperlukan kemampuan

yang harus selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan jaman. Untuk itu, guru perlu

melakukan kegiatan belajar agar dapat memiliki kemampuan yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran. Tujuannya agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran

secara maksimal. Tujuan pembelajaran merupakan keberhasilan guru dalam

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan guru dapat dilihat dari

kemampuan guru dalam melakukan diagnosis, pembuatan rencana pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan administrasi sekolah,

kemampuan komunikasi, pengmbangan keterampilan, pengembangan potensi anak,

dan pengembangan kurikulum. Dengan terlaksananya berbagai hal tersebut, maka

tentu akan menghasilkan kinerja yang maksimal.

Untuk dapat melakukan kegiatan belajar, guru memerlukan daya tertentu

sehingga ia mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Daya tersebut dapat berasal

dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Banyak faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya daya belajar seorang guru sebagaimana telah disebutkan di atas.

Dengan adanya daya belajar yang baik, maka guru dapat memiliki pengetahuan yang

cukup untuk menyelenggarakan pembelajaran secara maksimal.

Secara grafis, hubungan variabel tersebut dapat digambarkan di bawah ini:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Daya Belajar

(learning capability)

Guru

Kinerja Guru

Kegiatan Pembelajaran

Page 48: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru

Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Kota

Surakarta.

Page 49: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian merupakan objek dari kegiatan penelitian, sedangkan

waktu penelitian menunjukkan berlangsungnya kegiatan penelitian tersebut. Menurut

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar dinyatakan (2011: 41)

dan waktu penelitian bermanfaat untuk membatasi daerah dan waktu dari variabel-

variabel yang dite

Karena itulah maka penelitian ini juga menetapkan tempat dan waktu penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian sosial dilakukan di suatu tempat tertentu. Tempat tersebut

merupakan tempat keberadaan objek penelitian. Penentuan waktu terkait dengan

fenomena permasalahan yang perlu dikaji. Tempat penelitian yang dijadikan objek

memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini

adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Kota Surakarta. Peneliti mengambil lokasi

di Kota Surakarta, dengan alasan sebagai berikut :

a. Terdapat fenomena tentang kekurangberhasilan pendidikan di Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas yang ditunjukkan masih adanya beberapa sekolah yang tidak dapat

meluluskan siswanya.

b. Tersedia data penelitian yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan

penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini terkait dengan

salah satu tujuan dari suatu penelitian yang dilakukan dan kemampuan peneliti

sehubungan dengan waktu yang tersedia untuk melakukan penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan setelah usulan penelitian disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, dan

setelah mendapat ijin dari pihak yang berwenang. Penelitian ini dilaksanakan dari

bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2012. Adapun jadwal kegiatan penelitian

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 50: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Keterangan 2012

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov 1. Persiapan a. Mengurus perizinan X b. Koordinasi dengan

kepala sekolah dan guru

X

c. Menyusun angket X X d. Melakukan ujicoba

angket X

e. Menganalisis hasil ujicoba dan merevisi angket

X

2. Pelaksanaan Penelitian X a. Penyebaran

angket/kuesioner

b. Skoring angket X c. Tabulasi data hasil

angket X

d. Analisis data hasil penelitian

X

3. Penyusunan laporan/skripsi

a. Penyusunan draf X b. Pengetikan skripsi X 4. Pelaksanaan ujian

skripsi X X

B. Rancangan / Desain Penelitian

Ada beberapa macam jenis penelitian yang digunakan dalam sebuah

kegiatan penelitian, tergantung dari metode penelitiannya. Riduwan (2008 : 49)

mengemukakan bahwa metode penelitian dapat berbentuk: metode penelitian

survey, expost facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research,

evaluasi, dan

Dari berbagai macam jenis penelitian tersebut, sesuai dengan masalah dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian survey. Disebutkan oleh

Kerlinger (1996) bahwa Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada

Page 51: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang

diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,

distribusi, dan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis Riduwan,

2008: 49).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada populasi

tertentu dengan mengambil sampel sebagai sumber data. Selanjutnya, penelitian

dimaksudkan untuk menganalisis kejadian-kejadian yang sifatnya relatif sesuai

dengan keadaan objek penelitian, mendistribusi data yang diperoleh, dan mencari

hubungan antara variabel dalam penelitian.

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu daya belajar sebagai variabel

bebas dan kinerja guru sebagai variabel terikat. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Karena itu, maka

penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan

antara daya belajar dengan kinerja guru.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian dilakukan pada suatu objek atau tempat tertentu. Objek atau tempat

penelitian bidang sosial yaitu berupa sebuah lembaga atau organisasi yang berisi

orang-orang yang menjadi anggota dari lembaga atau organisasi. Jadi yang menjadi

objek dalam penelitian sosial adalah orang-orang yang kemudian disebut sebagai

populasi. Objek yang dimaksud adalah perilaku dari orang-orang yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan populasi, Suharsimi

Arikunto (2010 : 173) subyek

Berbeda halnya dengan Saifuddin Azwar (2004: 77) yang menge-

ok subjek yang hendak

dikenai

Sementara itu, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 42) menyatakan

kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok

objek yang lengkap dan jelas .

Page 52: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dari pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan

subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik atau ciri-ciri

yang dimiliki subyek tersebut. Adapun populasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah semua guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Atas Negeri di

Kota Surakarta, dengan jumlah sekolah sebanyak 20 sekolah yang terdiri dari 8

SMAN, 9 SMKN, 2 MAN, dan 1 SMALB. Namun dari 20 sekolah, ada 2 sekolah

yang tidak bersedia digunakan sebagai tempat penelitian, sehingga hanya ada 18

sekolah yang menjadi tempat penelitian. Adapun daftar sekolah yang menjadi lokasi

penelitian sebagai populasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012

No Lokasi Penelitian Jumlah Guru 1 SMA N 1 Surakarta 5 2 SMA N 4 Surakarta 4 3 SMA N 5 Surakarta 5 4 SMA N 6 Surakarta 4 5 SMA N 7 Surakarta 3 6 SMA N 8 Surakarta 4 7 SMK N 1 Surakarta 2 8 SMK N 2 Surakarta 4 9 SMK N 3 Surakarta 3

10 SMK N 4 Surakarta 3 11 SMK N 5 Surakarta 4 12 SMK N 6 Surakarta 3 13 SMK N 7 Surakarta 3 14 SMK N 8 Surakarta 3 15 SMK N 9 Surakarta 4 16 MA N 1 Surakarta 3 17 MA N 2 Surakarta 4 18 SMA LB N Surakarta 1

Jumlah 62

Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat guru Pendidikan Kewarganegaraan

sebanyak 62 orang guru. Dengan demikian, jumlah populasi dalam penelitian ini

sebanyak 62 orang guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Page 53: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2. Sampel

Suatu penelitian dilakukan terhadap sebagian dari anggota populasi yang

ada. Sebagian dari anggota populasi yang menjadi responden penelitian biasa disebut

sampel. Penelitian dilakukan terhadap sampel karena adanya beberapa alasan.

sampel dalam penelitian didasari oleh pertimbangan efisiensi sumber daya. Sumber

daya tersebut

Dari pendapat tersebut bahwa pengambilan sampel dalam penelitian terkait dengan

kemampuan peneliti yang terkait dengan ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya yang

dimiliki oleh peneliti.

Sehubungan dengan sampel, Suharsimi Arikunto (2010: 174)

Sampel yang diambil harus representatif, yakni mewakili populasi dalam arti semua

ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin pada sampel. Oleh

karena itu dalam menentukan sampel harus mengikuti teknik-teknik yang ditentukan.

Dalam menentukan jumlah sampel, harus dilakukan dengan teknik tertentu

agar dapat mewakili populasinya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 177)

menentukan besarnya sampel, peneliti harus melakukannya dengan berbagai

pertimbangan, antara lain keberagaman karakteristik, misalnya jenis kelamin, tingkat

pendidikan, asal daerah, suku, agama atau kepercayaan, usia, dan lain-lain yang

sekiranya terkait dengan variabel yang diteliti

Sementara itu dik -

teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dipertanggung

jawabka (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 46).

Karena itulah, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan sampel. Dalam

menetapkan besarnya anggota sampel, maka beberapa pertimbangan yaitu: (1)

(Husaini Usman dan

Purnomo Setiady Akbar, 2011: 47).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam suatu penelitian juga menetapkan sampel

dengan teknik tertentu. Penggunaan teknik tertentu penetapan jumlah sampel terkait

dengan masalah keterbatasan peneliti, yang terkait dengan ketersediaan waktu

Page 54: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

penelitian, kemampuan dari segi tenaga untuk pengumpulan data, dan tentunya

besarnya biaya penelitian.

Sesuai dengan uraian tentang pengambilan sampel di atas, maka penetapan

sampel dapat dilakukan berdasarkan tabel yang disusun oleh Krejie dan Morgan

(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 51).

Tabel Krejie dan Morgan dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan tabel Krejie dan

Morgan, dengan jumlah populasi sebanyak 62 orang, maka jumlah sampel sebesar

52. Pengambilan sampel dilakukan secara random. Hasil pengambilan sampel dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012

No Lokasi Penelitian Proportional Sampel Jumlah Sampel 1 SMA N 1 Surakarta (5/62) x 52 4 2 SMA N 4 Surakarta (4/62) x 52 3 3 SMA N 5 Surakarta (5/62) x 52 4 4 SMA N 6 Surakarta (4/62) x 52 3 5 SMA N 7 Surakarta (3/62) x 52 2 6 SMA N 8 Surakarta (4/62) x 52 3 7 SMK N 1 Surakarta (2/62) x 52 2 8 SMK N 2 Surakarta (4/62) x 52 3 9 SMK N 3 Surakarta (3/62) x 52 3

10 SMK N 4 Surakarta (3/62) x 52 3 11 SMK N 5 Surakarta (4/62) x 52 3 12 SMK N 6 Surakarta (3/62) x 52 3 13 SMK N 7 Surakarta (3/62) x 52 3 14 SMK N 8 Surakarta (3/62) x 52 3 15 SMK N 9 Surakarta (4/62) x 52 3 16 MA N 1 Surakarta (3/62) x 52 3 17 MA N 2 Surakarta (4/62) x 52 3 18 SMA LB N Surakarta (1/62) x 52 1

62 52

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau disebut juga sampling adalah roses

pengambilan atau memilih n buah elemen/objek/unsur dari populasi yang berukuran

N (Nugraha Setiawan, 2005: 1).

Page 55: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pendapat lain dikemukakan bahwa:

sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber

data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar

diperoleh sampel yang representatif atau benar- (Hadari

Nawawi, 1995: 152).

Pengambilan sampel merupakan bagian dari kegiatan dalam penelitian, terutama

penelitian yang melibatkan populasi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam

menentukan sampel, diupayakan untuk dapat mewakili populasi penelitian. Untuk

itu, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan

situasi dan konsisi populasi penelitian.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.

Berbagai macam cara pengambilan sampel dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah

satunya dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1995 : 152)menyebutkan ada dua teknik

sampling sebagian berikut :

1. Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk teknik random sebagai cara penentuan sampel yang objektif, karena memperhitungkan besarnya variasi populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel.

2. Non Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk non random sampling, karena tidak memperhitungkan variasi antara setiap unit sampling dan kemungkinan kekeliruan sampel.

Sutrisno Hadi menyatakan bahwa ada beberapa cara pengambilan sampel

dalam penelitian baik teknik random sampling maupun teknik non random sampling

sebagai berikut :

1. Secara Random Sampling dapat ditempuh dengan ; a. Cara Undian b. Cara Ordinal. c. Cara Random dari bilangan random

2. Secara Non Random Sampling dapat dilakukan dengan : a. Proporsional sampling. b. Stratified sampling. c. Purposive sampling. d. Quota sampling e. Double sampling. f. Area probability sampling g. Cluster sampling

Page 56: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

h. Accidental sampling i. Combioned sampling (Sutrisno Hadi, 2005: 76).

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

proportional random sampling. Teknik tersebut bertujuan agar sampel pada

penelitian ini dapat digeneralisasi pada populasi penelitian, sehingga sampel yang

diambil benar-benar representatif dan dapat memenuhi syarat sebagaimana

populasinya. Proportional random sampling adalah penarikan sampel yang

dilakukan secara proportional, yaitu mengambil sampel dari beberapa kelompok

populasi sesuai dengan jumlah proporsi yang ada. Sedangkan pengambilan sampel

secara random adalah pengambilan sampel secara acak. Dengan demikian,

proportional random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil

sampel secara proporsional di setiap kelompok populasi, dan pengambilan pada tiap

kelompok populasi dilakukan secara acak.

E. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan

berdasarkan kajian teori. Untuk dapat membuktikan hipotesis tersebut, diperlukan

data dari objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Husaini Usman dan

Purnomo Setiady Akbar (2011: 52)

Data yang diperlukan dalam pengujian hipotesis tentunya dikumpulkan dengan cara-

cara tertentu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Husaini Usman dan Purnomo

Setiady Akbar (2011: 52)

Karena itulah maka dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan teknik

tertentu sesuai dengan jenis-jenis pengumpulan data.

Ada beberapa teknik pengumpulan data. Husaini Usman dan Purnomo

Setiady Akbar (2011: 52) mengemukak

atas (1) observasi, (2) w

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Idrus (2007: 126) bahwa teknik

Page 57: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Dari berbagai macam teknik pengumpulan data tersebut, sesuai dengan keperluan

penelitian maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu

angket/kuesioner.

1. Pengertian Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194) Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atas hal-

Jadi jelas bahwa teknik pengumpulan data dengan angket adalah pengumpulan data

untuk menyelidiki suatu masalah dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan

kepada responden untuk mendapatkan informasi keterangan, tanggapan atau hal yang

diketahui secara tertulis.

2. Jenis-jenis Angket

Suharsimi Arikunto (2010 :195) mengemukakan bahwa kuesioner dapat

dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang.

a. Dipandang dari cara menjawabnya, ada: a) Kuesioner terbuka b) Kueioner tertutup

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada: a) Kuesioner langsung b) Kuesioner tidak langsung

c. Dipandang dari bentuknya, ada: a) Kuesioner pilihan ganda b) Kuesioner irisan c) Check list d) Rating scale

Dalam penelitian ini angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket

langsung tertutup dengan bentuk rating scale yaitu angket yang berupa daftar

pertanyaan yang disediakan untuk responden agar mereka menjawab tentang dirinya

sendiri, yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih satu

jawaban pada kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, dari sangat setuju sampai

dengan sangat tidak setuju.

3. Langkah-Langkah Menyusun Angket

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan tujuan pembuatan angket.

Page 58: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b. Menentukan aspek-aspek yang akan diukur (Lampiran 2).

c. Menyusun petunjuk pengisian angket.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator-indikator yang

akan diteliti (Lampiran 3).

e. Mengadakan uji coba (try out)

f. Revisi angket

Setelah angket diuji cobakan, maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi.

Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item pertanyaan

yanng tidak valid atau tidak reliabel.

g. Memperbanyak angket

Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel,

diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap

untuk disebarkan kepada responden.

h. Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan sudah

mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul data yang

kemudian dianalisis.

F. Validasi Instrumen Penelitian

Setelah angket disusun, angket tersebut perlu diuji cobakan untuk mengetahui

letak kelemahan atau hal-hal yang akan menyulitkan responden dalam menjawab

pertanyaan. Selain itu uji coba (try out) ini bertujan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas angket tersebut. Sutrisno Hadi (1999 : 166) mengemukakan sebagai

berikut:

Tujuan mengadakan try out :

a. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya b. Untuk menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu

akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c. Untuk memperbaiki pertanyaan-partanyaan yang biasanya dilewati,

menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal. d. Untuk menambahkan item yang sangat perlu atau meniadakan item-item

yang dinyatakan tidak relevan dengan tujuan riset.

Page 59: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Uji coba atau try out dari angket dilakukan pada anggota populasi di luar

sampel penelitian. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket digunakan alat

ukur sebagai berikut :

1. Validitas

Suharsimi Arikunto (2010 : 211) mengemukakan bahwa yang dimaksud

kan tingkat-tingkat kevalidan dan

Dengan demikian suatu instrumen dikatakan sahih atau valid jika mempunyai

validitas yang tinggi atau sebaliknya mampu mengukur atau mengungkapkan data

dari variabel yang diteliti secara tepat.

Validitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada dua jenis

validitas untuk instrument p

(Suharsimi Arikunto, 2010: 212).

Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas logis apabila instrument tersebut

secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrument

yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan

instrument yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki

validitas konstruksi.

Menurut Sugiyono (2009:174), instrument yang valid harus mempunyai

Instrument yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada

dalam instrument secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur,

validitas internal ini terdri dari dua macam validitas yakni: (1) validitas konstrak

(Construct Validity) dan (2) Validitas isi (content validity). Validitas konstrak

disusun berdasarkan teori yang relevan. Sedangkan validitas isi (Content Validity),

disusun berdasarkan rancangan atau program yang telah ada. Instrument yang

dinyatakan mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrument disusun

berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada.

Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas konstrak dan

validitas butir. Berdasarkan validitas konstrak dan validitas butir, untuk validitas

konstrak angket diturunkan dari teori yang dituangkan dalam indikator-indikator dan

Page 60: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

selanjutnya menjadi kisi-kisi instrument. Untuk validitas butir, angket diujicobakan,

kemudian hasil uji coba dianalisis.

Adapun untuk validitas butir, dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment yaitu :

2222 )()(

))((

YYNXXN

YXXYNrxy (Suharsimi Arikunto, 2010:213)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

X = Skor masing-masing item

Y = Skor total

XY = Jumlah perkalian 2X = Jumlah kuadrat X

2Y = Jumlah kuadrat Y

N = Jumlah subjek

Hasil uji validitas yang telah dilakukan terhadap 10 responden diperoleh data seperti

terlihat pada lampiran 4. Hasil uji validitas sebagai berikut:

a. Angket Daya Belajar

Angket uji coba tentang daya belajar dalam penelitian ini sejumlah 20

butir pernyataan. Dari 20 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak

valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir

yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 5, 8, 13, dan 19 (Lampiran 5).

Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan

dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama.

Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 16 butir pernyataan.

b. Angket Kinerja Guru

Angket uji coba tentang kinerja guru dalam penelitian ini sejumlah 24

butir pernyataan. Dari 24 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak

valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir

yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 6, 13, 16, dan 23 (Lampiran 6).

Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan

Page 61: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama.

Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 20 butir pernyataan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto b

pengertian sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

(2010 :221).

Menurut Sugiyono (2009: 183) reliabilitas instrumen dapat

.

Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan tes-retest (stability), equivalent,

dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dilakukan dengan

cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis

dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas

instrument.

Untuk reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan uji konsistensi

internal (Internal Consistency). Suatu instrumen yang memiliki reliabilitas yang

tinggi dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat dipercaya. Uji

reliabilitas angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus alpha, yaitu:

2

2

11 11 t

b

kk

r ( Suharsimi Arikunto, 2010 : 239 )

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan

2b = Jumlah varian butir soal / banyak soal

2t = Varians total

Hasil uji reliabilitas angket daya belajar diperoleh r11 sebesar 0,971

(Lampiran 7). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10 dan taraf

signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket daya belajar

dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas angket kinerja guru diperoleh r11 sebesar

0,978 (Lampiran 8). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10

Page 62: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket

kinerja guru dinyatakan reliabel.

G. Analisis Data

Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dalam rangka pengujian

hipotesis dan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Adapun teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi.

Adapun langkah-langkah analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Tabulasi Data

Data yang telah diperoleh kemudian disusun ke dalam tabel-tabel untuk

memudahkan dalam perhitungan.

2. Memenuhi Persyaratan

Uji persyaratan untuk teknik analisis statistik dengan korelasi, yaitu :

a. Sampel diambil secara random

b. Uji normalitas

Untuk menguji normalitas data digunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus

sebagai berikut :

2

2

fh

fhfo (Suharsimi Arikunto, 2010: 333 )

Dimana : 2

= Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

c. Uji linieritas

Uji linearitas ini digunakan untuk menguji apakah model linear yang

diambil benar-benar cocok atau tidak dengan keadaannya. Bila letak titik variabel

bebas dan terikat berada sekitar garis lurus, maka dapat menggunakan metode

linear. Tetapi metode linear kurang cocok, maka dapat menggunakan metode

non-linear.

Page 63: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Adapun perhitungan uji linieritas dilakukan dengan rumus-rumus sebagai

berikut:

JK (G) =

JK (TC) = JK (S) JK (E), dimana:

JK (S) = JK (T) JK (a) JK (b/a)

JK (T) =

JK (a) =

JK (a/b) = b

b =

dkTC

dk(G)

RJK (TC) =

RJK (G) =

Fhit = (Sudjana, 2002: 332)

d. Uji Independensi

Uji independensi dilakukan untuk mengetahui ketidakterikatan

(independen) variabel bebas dengan variabel terikat. Uji independensi dilakukan

dengan menggunakan uji F. Adapun rumus uji F adalah sebagai berikut:

res

reg

res

reg

RK

RK

1)-k-/(nJK

/kJK F (Syafaruddin Siregar, 2004: 207)

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang diterima atau

ditolak. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menghitung korelasi sederhana antara X dan Y

Page 64: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

(Suharsimi Arikunto, 2010 : 213 )

b. Uji signifikansi koefisien korelasi

Uji signifikansi koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah

harga koefisien korelasi dari hasil perhitungan signifikan atau tidak. Uji

signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan

rumus sebagai berikut:

2r-1

2-Nr t

(Syafaruddin Siregar, 2004: 211)

c. Menghitung persamaan garis regresi linear dengan rumus :

110 XaaY

(Sudjana, 2002 : 198)

Page 65: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta

yang terdiri dari SMU Negeri dan SMK Negeri. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

tersebut di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta. Setiap

sekolah terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2

sampai 3 orang guru. Secara lebih jelas, SLTA Negeri di kota Surakarta dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012

Nama Sekolah Alamat Sekolah

MAN 1 Surakarta Jl. Sumpah Pemuda 25 MAN 2 Surakarta Jl. Slamet Riyadi 308 SMALB/B Negeri Jl. Mr. Sartono, Cengklik Surakarta SMAN 1 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta SMAN 2 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta SMAN 3 Surakarta Jl. Prof. Wz. Johanes 58 Surakarta SMAN 4 Surakarta Jl. Adisucipto No. 1 SMAN 5 Surakarta Jl. Letjen. Sutoyo 18 Surakarta 57135 SMAN 6 Surakarta Jl. Mr. Sartono No. 30 SMAN 7 Surakarta Jl. Mr. Muhammad Yamin No. 79 SMKN 1 Surakarta Jl. Sungai Kapuas No. 28 Surakarta SMKN 2 Surakarta Jl. Lu Adisucipto No. 33 SMKN 3 Surakarta Jl. Brigjen Sudiarto No. 34 SMKN 4 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 40 SMKN 5 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 42 SMKN 6 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 38 SMKN 7 Surakarta Jl. Jend. Akhmad Yani No. 374 SMKN 8 Surakarta Jl.Sangihe,Kepatihan Wetan Surakarta SMKN 9 Surakarta Banyuanyar

Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat 2 sekolah yang tidak bersedia

digunakan sebagai tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3

Page 66: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Surakarta. Dari jumlah sekolah yang bersedia ditempati sebagai objek penelitian,

terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejumlah 62 orang guru.

Keadaan karakteristik guru Pendidikan Kewarganegaran yang menjadi

populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Jenis Kelamin Tahun 2012

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 30 48,4 2. Perempuan 32 51,6 Jumlah 62 100,0

Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi Usia Tahun 2012

No. Usia Responden Jumlah Persentase

1. 30 - 35 3 4,84 2. 36 - 40 4 6,45 3. 41 - 45 18 29,03 4. 46 - 50 20 32,26 5. 51 - 55 12 19,35 6. 56 - 60 5 8,06 Jumlah 62 100,0

B. Deskripsi Data

Penelitian ini membahas tentang hubungan variabel bebas yaitu daya

belajar (X) dengan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y). Data kedua variabel

tersebut diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan angket sebagai teknik

utama untuk pengumpulan data mengenai daya belajar dan kinerja guru.

Melalui proses tabulasi data daya belajar (Lampiran 9) dan kinerja guru

(Lampiran 10), kemudian diperoleh data induk penelitian (lampiran 11). Selanjutnya,

dibuat tabel kerja analisis data sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 12).

Berdasarkan tabel kerja analisis data, maka peneliti mengemukakan deskripsi data

sebagai berikut :

1. Daya Belajar

Data daya belajar yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada

52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui :

Page 67: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a. Nilai tertinggi : 73

b. Nilai terendah : 53

c. Nilai Rata-rata : 63,35

d. Standar deviasi : 4,19

e. Median : 63,26

f. Modus : 63,0 (lampiran 13)

Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan interval

kelas sebesar 3. Distribusi data variabel daya belajar sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Daya Belajar Guru Pendidikan KewarganegaraanTahun 2012

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 71-73 2 3,85% 2 68-70 7 13,46% 3 65-67 10 19,23% 4 62-64 17 32,69% 5 59-61 10 19,23% 6 56-58 4 7,69% 7 53-55 2 3,85% Jumlah 52 100,00%

Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam

histogram di bawah ini:

Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Page 68: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tahun 2012

Berdasarkan data daya belajar, dapat dihitung tingkat pencapaian skor

sebagai berikut:

Jumlah butir pertanyaan : 16

Jumlah altenatif jawaban : 5

Banyaknya responden : 52

Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh : 16 x 5 x 52 = 4160

Jumlah skor hasil penelitian : 3294

Persentase skor yang diperoleh : (3294 / 4160) x 100% = 79,18%

Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,18%.

2. Kinerja Guru

Data kinerja guru yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada

52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui :

a. Nilai tertinggi : 89

b. Nilai terendah : 70

c. Nilai Rata-rata : 79,02

d. Standar deviasi : 4,92

e. Median : 70

f. Modus : 89 (lampiran 14)

Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan

interval kelas sebesar 3. Distribusi data variabel kinerja guru dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012

No Kelas Interval Frekuensi Persentase 1 87-89 3 5,77% 2 85-86 4 7,69% 3 82-84 9 17,31% 4 79-81 12 23,08% 5 76-78 10 19,23% 6 73-75 9 17,31% 7 70-72 5 9,62% Jumlah 52 100,00%

Page 69: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam

histogram di bawah ini:

Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012

Berdasarkan data kinerja guru, dapat dihitung tingkat pencapaian skor

sebagai berikut:

Jumlah butir pertanyaan : 20

Jumlah altenatif jawaban : 5

Banyaknya responden : 52

Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh : 20 x 5 x 52 = 5200

Jumlah skor hasil penelitian : 4109

Persentase skor yang diperoleh : (4109 / 5200) x 100% = 79,02%

Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,02%.

C. Uji Persyaratan Analisis

Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah dengan melaksanakan

pengujian persyaratan analisis yang merupakan langkah dalam melakukan pengujian

hipotesis yaitu membuktikan hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis data dengan uji

Page 70: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas, Uji Linearitas,

dan Uji Homogenitas.

Untuk memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan pengujian hipotesis

maka dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Menguji Normalitas

Uji normalitas ini untuk menguji apakah data yang telah diperoleh

mempunyai sebaran data yang normal, maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang

mewakili telah mencerminkan populasinya.

a. Uji Normalitas X

Dari hasil perhitungan uji normalitas data variabel daya belajar dengan

menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga 2hitung = 1,797 (lihat lampiran

15). Dari sampel sebanyak 52 diketahui banyak kelas interval (k) adalah 6,

sehingga derajat kebebasan (db) adalah k 3 sama dengan 4, dengan taraf

signifikansi 5 % didapatkan harga 2tabel = 9,408. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa 2hitung < 2

tabel atau 1,797 < 9,408 sehingga dapat

dinyatakan bahwa data daya belajar berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Y

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh

harga 2hitung = 2,588 (lihat lampiran 16). Dari sampel sebanyak 52 diketahui

banyak kelas interval (k) adalah 7, sehingga derajat kebebasan (db) adalah k 1

sama dengan 4, dengan taraf signifikansi 5 % didapatkan harga 2tabel = 9,408.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa 2hitung < 2

tabel atau 2,588 <

9,408 sehingga dapat dinyatakan bahwa data kinerja guru berdistribusi normal.

2. Menghitung Linearitas

Uji linearitas X terhadap Y dilakukan dengan membuat tabel kerja seperti

terlihat pada lampiran 17, kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumusnya.

Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

JK (G) = 653,79167

JK (T) = 325885

JK reg (a) = 324690

b = 0,5408

Page 71: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

JK reg (b / a) = 284,8144

JK (S) = 910,1664

JK (TC) = 358256,1664

df (TC) = k 2 = 17

df (G) = N k = 33

RJK (TC) = 15,081

RJK (G) = 19,812

Fhitung = 0,76 (lampiran 18)

Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa pada TS = 5 % dengan

pembilang 17 dan db penyebut = 33 diperoleh Ftabel = 4,03. Sehingga Fhitung < Ftabel

atau 0,76 < 4,03 maka dapat dinyatakan bahwa bentuk regresi linear atau X linear

terhadap Y

3. Uji Independensi

Uji independensi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel

bebas memiliki ketidakterikatan (independen) dengan variabel terikat. Uji

independensi dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil pengujian dengan rumus

tersebut diperoleh harga F hitung sebesar 15,65 (lampiran 19). Hasil tersebut

dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 50

dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 4,11. Dari harga-harga tersebut diketahui

bahwa F hitung > F tabel (15,65 > 4,11). Karena itu Ho diterima dan menolak Ha.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Y (kinerja guru)

dependen terhadap variabel X (daya belajar).

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah yang telah diajukan

diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang telah terkumpul

dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis sebaliknya hipotesis akan ditolak

apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengemukakan hasil

analisis statistik, sebagai berikut:

Page 72: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y

Hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana antara X dengan Y, diperoleh

hasil r hitung sebesar 0,488 (lampiran 20). Hasil tersebut dikonsultasikan dengan

nilai rtabel pada N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,279. Karena rxy > rtabel

atau 0,488 > 0,279 maka disimpulkan bahwa variabel daya belajar dengan kinerja

guru ada hubungan yang positif dan signifikan.

Uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji t diperoleh harga

t hitung sebesar 3,95 (lampiran 21). Kemudian dikonsultasikan dengan harga t tabel

pada dk = 50 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,02. Dari harga-harga tersebut

diketahui bahwa harga t hitung > t tabel atau 3,95 > 2,02. Karena t hitung > t tabel,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga

koefisien korelasi sudah signifikan, yang menunjukkan hipotesis alternatif (Ha)

dapat diterima.

2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear

Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi linear

sebagai berikut :

Y 44,7591+ 0,541X (lampiran 22)

Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika variabel daya

belajar bernilai nol (0) atau tidak ada, maka besarnya kinerja yaitu sebesar nilai

konstantanya yaitu 44,76. Koeifisien variabel X sebesar 0,541 menunjukkan bahwa

jika variabel X bertambah 1 satuan, maka Y akan bertambah sebesar 0,541.

Sebaliknya jika X berkurang sebesar 1 satuan, maka Y akan berkurang sebesar

0,541.

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya

kontribusi variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Hasil perhitungan

dalam penelitian ini diperoleh harga koefisien determinasi sebesar r2 yaitu sebesar

0,4882 = 0,238. Besarnya kontribusi dapat dihitung sebagai berikut:

R2 x 100% = 0,238 x 100% = 23,8%.

Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut, maka besarnya kontribusi variabel

bebas dalam penelitian ini, yaitu daya belajar, terhadap variabel terikat kinerja guru

Page 73: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sebesar 23,8%. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang memberikan kontribusi

terhadap kinerja guru, yaitu sebesar 76,2%.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

Hubungan daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta dalam penelitian ini terbukti

berdasarkan hasil analisis statistik. Hasil analisis statistik dengan uji koefisien

korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 < r tabel dengan signifikansi 0,05 sebesar

0,279. Karena itu disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya

belajar guru dengan kinerja guru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis dalam penelitian ini yang menyataka

signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan

kebenarannya.

Hasil penelitian sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja

guru merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya daya belajar guru. Besarnya

pengaruh daya belajar terhadap kinerja guru yaitu sebesar 23,8%. Dengan adanya

pengaruh sebesar 23,8% berarti masih ada faktor atau variabel lain yang juga

berpengaruh terhadap kinerja guru. Berbagai faktor tersebut merupakan faktor di luar

konteks penelitian atau faktor-faktor selain daya belajar. Besarnya pengaruh dari

faktor atau variabel lain selain faktor daya belajar yaitu sebesar 76,2%.

Daya belajar merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar. Daya belajar dapat dimiliki oleh siapa saja, termasuk juga oleh

seorang guru. Daya belajar antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda.

Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain juga

berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Daya belajar guru adalah daya atau kekuatan yang mendorong seorang guru

untuk melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dalam diri seseorang menentukan

tinggi rendahnya aktivitas dalam melakukan kegiatan belajar. Dari aktivitas belajar

yang dilakukan seorang guru, maka dapat mempengaruhi banyak sedikitnya ilmu

pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh dan dimiliki seorang guru.

Page 74: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui belajar inilah yang menjadi

bekal bagi seorang guru untuk menjalankan tugasnya. Semakin banyak pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki seorang guru maka semakin baik pula dalam

menjalankan tugasnya.

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dilakukan oleh guru. Hasil kerja guru

dapat dilihat dari berbagai sudut atau bagian yang merupakan tugas seorang guru.

Perlu diketahui bahwa tugas guru tidak hanya mengajar atau menyampaikan ilmu

pengetahuan di kelas. Akan tetapi juga berkaitan dengan hal-hal kegiatan

pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa kinerja guru dilihat dari empat hal dari

perencanaan sampai pelaksanaan.

Pertama adalah segi perencanaan, dalam hal ini adalah penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Terkait dengan materi,

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran memerlukan pengetahuan yang

banyak sehingga guru dapat mengembangkan materi yang hendak disampaikan

kepada anak didiknya. Selain masalah materi, pengetahuan tentang metode

pembelajaran juga dapat menjadi bagian dari bahan penyusunan RPP, sehingga

dengan banyaknya pengetahuan tentang metode pembelajaran, guru dapat memilih

metode yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kedua, kinerja guru dilihat dari pelaksanaan pembelajaran. Proses

pelaksanaan pembelajaran tentu didasarkan pada rencana yang telah dibuat dan

dituangkan dalam RPP. Namun demikian, perencanaan belum tentu sesuai dengan

kondisi kelas karena ada faktor situasional yang berubah. Untuk menghadapi situasi

yang mendadak, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Hal ini dapat

diperoleh melalui belajar baik secara individual maupun secara kelompok, belajar

secara informal maupun formal. Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh

guru akan sangat menunjang kinerjanya.

Ketiga, pemberian stimulus secara variatif. Kegiatan pembelajaran di kelas

sangat memerlukan stimulus atau rangsangan untuk belajar. Siswa sangat

membutuhkan stimulus atau perangsang agar dapat belajar dengan baik. Dalam

memberikan rangsangan atau stimulus guru harus memiliki pengetahuan dan

Page 75: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

pengalaman yang cukup. Guru harus banyak membaca, terutama pengetahuan yang

berkaitan dengan kondisi psikologis anak didik. Untuk itulah diperlukan kegiatan

belajar bagi seorang guru, dimana kegiatan belajar ini akan terlaksana jika guru

memiliki daya belajar.

Keempat, yaitu keterampilan bertanya dan memberi penguatan. Masalah

ini, terkait dengan kegiatan evaluasi. Seorang guru juga harus melakukan evaluasi

dari hasil kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya. Kegiatan evaluasi

dilakukan salah satunya dengan bertanya. Namun demikian, bertanya merupakan hal

yang tidak mudah untuk dilakukan. Kegiatan bertanya memerlukan teknik tersendiri,

apalagi bertanya tentang kegiatan yang telah dilakukannya. Untuk itulah, kegiatan

bertanya perlu dipelajari sedemikian rupa sehingga pertanyaan yang dilontarkan

merupakan pertanyaan yang benar-benar dapat mengevaluasi sebuah proses

pembelajaran. Untuk itulah, guru harus selalu belajar agar semakin dapat menguasai

kemampuan bertanya dan hal ini tentunya memerlukan daya belajar.

Selain keterampilan bertanya, guru juga harus dapat memberi penguatan.

Penguatan atau istilah lainnya adalah reinforcement, merupakan kegiatan untuk

meningkatkan motivasi siswa. Penguatan harus diberikan sesuai dengan porsinya dan

tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketepatan dalam memberi

penguatan akan memberikan efek yang positif atau dapat meningkatkan motivasi

siswa. Sebaliknya jika penguatan diberikan secara salah, maka dapat menurunkan

motivasi siswa. Untuk itulah, guru harus terus belajar agar dapat menguasai cara

memberikan penguatan ini.

Berbagai hal yang telah dikemukakan di atas sangat mendukung terciptanya

kinerja guru yang maksimal. Di sinilah daya belajar sangat diperlukan guru untuk

terus belajar agar semua keterampilan guru sebagaimana disebutkan di atas dapat

dikuasai dengan baik. Selain pengetahuan sebagai bahan pengembangan materi,

keterampilan juga sangat diperlukan agar kegiatan belajar dapat dilakukan secara

lebih baik dan mendekati kesempurnaan.

Page 76: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

D. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari

penelitian ini adalah

1. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta

sebesar 79,18%.

2. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar

79,02%.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru

SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajar terhadap

kinerja guru sebesar 23,8%.

Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil analisis data diperoleh temuan lain

yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu daya belajar dan kinerja guru.

Temuan lain tersebut antara lain adalah

1. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi

Y 44,759 + 0,541 X

Artinya bahwa rata-rata kinerja (Y) diperkirakan meningkat atau menurun sebesar

0,541 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit daya belajar.

2. Besarnya kontribusi berdasarkan hasil pengujian hipotesis adalah sebesar 23,8%.

Besarnya kontribusi menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang turut

berpengaruh terhadap kinerja guru. Besarnya kontribusi dari variabel lain yaitu

sebesar 76,2%.

E. Implikasi

Daya belajar sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar. Seorang guru yang memiliki daya dorong belajar yang rendah maka

guru tersebut kurang bersemangat dalam belajar. Kegiatan belajar seharusnya

dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.

Kemampuan dan keterampilan sangat penting untuk menunjang pelaksanaan

Page 77: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kegiatan pembelajaran. Tanpa kemampuan dan keterampilan yang berarti, maka

pelaksanaan pembelajaran hanya dapat berlangsung secara statis, tidak ada variasi

yang berarti dan tentunya hal ini menjadikan siswa mudah bosan dengan situasi

pembelajaran. Kebosanan yang terjadi pada siswa tentu berakibat pada kegiatan

belajar siswa yang tidak maksimal. Sehingga hal ini dapat menjadikan hasil belajar

siswa menjadi rendah.

Keberadaan daya belajar guru sangat penting dalam menunjang kinerjanya.

Kegiatan pembelajaran yang merupakan tugas guru harus dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya dan diharapkan dapat dilakukan secara maksimal. Jika daya belajar

guru rendah, maka kemampuan dan keterampilan guru juga rendah. Hal ini dapat

menjadikan kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan

pembelajaran yang demikian merupakan indikator kinerja guru yang rendah. Dengan

demikian bahwa kegiatan pembelajaran yang tidak dapat berlangsung secara aktif

kreatif inovatif dan menyenangkan merupakan kegiatan pembelajaran yang kurnag

berhasil. Hal ini merupakan wujud dari kinerja guru yang tidak maksimal atau

rendah. Sebaliknya jika kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara aktif kreatif,

inovatif dan menyenangkan, maka kegiatan pembelajaran ini merupakan wujud dari

kinerja guru yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya belajar berhubungan secara

positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini berarti bahwa jika daya belajar

guru rendah, maka kinerja guru juga rendah. Sebaliknya jika daya belajar guru tinggi

maka kinerja guru juga tinggi. Semakin tinggi daya belajar guru maka semakin tinggi

pula kinerja guru dan demikian pula sebaliknya. Jadi jelas bahwa daya belajar

berhubungan erat dengan kinerja guru dan kinerja guru merupakan kunci

keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

F. Saran

Berdasarkan pembahasan hasil analisis data dan simpulan yang telah

peneliti sajikan di atas, peneliti dapat memberikan saran-saran yang diharapkan dapat

memberikan manfaat. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah

sebagai berikut :

Page 78: HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN .../Hubungan...HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

1. Kepada Guru

Guru diharapkan dapat memiliki daya belajar secara terus menerus. Daya

belajar sangat penting untuk meningkatkan kinerjanya sehingga kegiatan

pembelajaran akan dapat dicapai secara maksimal. Daya belajar guru termasuk cukup

baik dan perlu ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan daya belajar guru, maka guru

harus meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap siswa. Guru harus menyadari

bahwa tugasnya sebagai guru yang diberi gaji bulanan adalah untuk meningkatkan

kecerdasan siswa. Selain itu, guru juga harus memiliki sikap nasionalisme yang

tinggi. Gaji yang diterimanya merupakan imbalan yang diberikan sebagai bentuk

usaha meningkatkan kecerdasan bangsa dan merupakan amanah dari Undang-

Undang Dasar 1945.

Guru juga perlu merealisasikan daya belajar yang ada dalam dirinya dengan

mengikuti studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, membaca jurnal-jurnal

pendidikan, berkunjung ke toko buku, mencari buku yang terkait dengan pendidikan,

dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka wawasan guru

akan bertambah sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan dengan lebih baik,

atau kinerjanya meningkat.

2. Kepada Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan harus

dapat menumbuhkan dan meningkatkan daya belajar guru. Untuk itu, kepala sekolah

harus menjalankan fungsinya sebagai manajer sekolah. Kepala sekolah harus selalu

melakukan memberikan koreksi atas pelaksanaan tugas guru yang menjadi tanggung

jawabnya. Kepala sekolah harus selalu memberikan pembetulan jika ada guru yang

tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Kepala sekolah juga harus

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban guru. Jika kewajiban guru belum

dilaksanakan dengan baik, maka hak guru jangan diberikan secara mudah.

Sebaliknya jika guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka hak guru harus

segera diberikan. Dengan demikian maka guru akan bersemangat dalam belajar.