hubungan defisit anggaran pemerintah dan transaksi berjalan republik rakyat tiongkok
DESCRIPTION
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan defisit anggaran pemerintah dan transaksi berjalan di Tiongkok menggunakan data tahunan dari 1980 hingga 2013. Hipotesis twin deficit menyatakan bahwa kenaikan defisit anggaran pemerintah menyebabkan kenaikan pada defisit transaksi berjalan secara bersamaan. Untuk menganalisis hubungan tersebut, penelitian ini menggunakan uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller (ADF), mengestimasi kointegrasi menggunakan Model Johansen, arah kausalitas menggunakan Tes Kausalitas Granger dan terakhir Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat hubungan jangka pendek/panjang serta seberapa besar variabel kembali ke keseimbangan apabila terjadinya shock terhadap model. Hasil uji kausalitas menunjukan tidak ada hubungan antara defisit anggaran pemerintah dengan transaksi berjalan. Justru tes kausalitas menunjukan hubungan antara IHK dengan belanja pemerintah, transaksi berjalan dengan belanja pemerintah, dan TDS dengan defisit transaksi berjalan di Tiongkok. Namun, dalam jangka panjang ditemukan bahwa transaksi berjalan mempengaruhi defisit anggaran pemerintah. Sedangkan dalam jangka pendek besar transaksi berjalan dan IHK mempengaruhi besar belanja pemerintah Oleh karena itu, penelitian ini menunjukan teori Ricardian Equivalence terjadi di negara Tiongkok.TRANSCRIPT
HUBUNGAN DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAHDAN TRANSAKSI BERJALAN
REPUBLIK RAKYAT TIONGKOKDisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Workshop Ekonomika Publik
Dosen Pengampu:Dr Artidiatun Adji, M.Ec.,M.A.,
Disusun oleh :Azka Azifa 346659Fathia Maryam Perdata 346508Hafizha Dea Iftina 348636Muhammad Fitri 346829Nela Navida 348502
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2015
1
HUBUNGAN DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAHDAN TRANSAKSI BERJALAN
REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan defisit anggaran pemerintah dan transaksi berjalan di Tiongkok menggunakan data tahunan dari 1980 hingga 2013. Hipotesis twin deficit menyatakan bahwa kenaikan defisit anggaran pemerintah menyebabkan kenaikan pada defisit transaksi berjalan secara bersamaan. Untuk menganalisis hubungan tersebut, penelitian ini menggunakan uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller (ADF), mengestimasi kointegrasi menggunakan Model Johansen, arah kausalitas menggunakan Tes Kausalitas Granger dan terakhir Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat hubungan jangka pendek/panjang serta seberapa besar variabel kembali ke keseimbangan apabila terjadinya shock terhadap model. Hasil uji kausalitas menunjukan tidak ada hubungan antara defisit anggaran pemerintah dengan transaksi berjalan. Justru tes kausalitas menunjukan hubungan antara IHK dengan belanja pemerintah, transaksi berjalan dengan belanja pemerintah, dan TDS dengan defisit transaksi berjalan di Tiongkok. Namun, dalam jangka panjang ditemukan bahwa transaksi berjalan mempengaruhi defisit anggaran pemerintah. Sedangkan dalam jangka pendek besar transaksi berjalan dan IHK mempengaruhi besar belanja pemerintah Oleh karena itu, penelitian ini menunjukan teori Ricardian Equivalence terjadi di negara Tiongkok.
Kata kunci: defisit anggaran pemerintah, defisit transaksi berjalan, Tiongkok
2
1. Latar Belakang
Peningkatan intensitas perdagangan lima puluh tahun terakhir merupakan salah satu faktor
pendorong tumbuhnya perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan negara-
negara tersebut yang korelasi positif terhadap kegiatan perdagangan. Pada tahun 1980an, negara-
negara berkembang mengubah kebijakannya menjadi lebih terbuka terhadap perdagangan. Pada
akhir tahun 1980an, sebagian besar negara yang pada mulanya menolak penerapan mekanisme
pasar, mengadakan reformasi struktural yang bertujuan untuk mengurangi defisit pada sektor
publik, menghilangkan defisit eksternal yang tidak berkelanjutan, mengurangi inflasi, serta
menciptakan lingkungan makroekonomi yang kondusif dalam rangka mendorong pertumbuhan
(Onafowora, 2006).
Terlepas dari reformasi struktural, banyak negara-negara berkembang termasuk Tiongkok yang
tetap mengalami defisit anggaran pemerintah. Pemahaman mengenai hubungan kausal antara
defisit transaksi berjalan dengan defisit anggaran pemerintah dapat membantu dalam mengambil
kebijakan yang efektif serta menghindari terjadinya hipotesis twin deficit yang dikemukakan oleh
Mundell-Flemming.
Khalid dan Guan (1999) meneliti sepuluh negara yang terdiri dari lima negara maju dan lima
negara berkembang menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara defisit anggaran dengan
defisit neraca transaksi berjalan, terutama pada negara-negara berkembang. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara defisit anggaran pemerintah
terhadap transaksi berjalan di Republik Rakyat Tiongkok. Apakah defisit transaksi berjalan
memiliki dampak signifikan terhadap defisit anggaran pemerintah atau netral seperti teori yang
dikemukakan oleh David Ricardo. Selain itu, peneliti ingin melihat hubungan antara variabel-
variabel penjelas lain dengan defisit anggaran pemerintah. Dengan begitu, pemerintah dapat
menentukan kebijakan yang sesuai dengan penyebab awal dan utama dari hubungan-hubungan
tersebut.
Pada makalah ini, peneliti membagi menjadi lima bagian. Bagian pertama adalah latar belakang
penelitian, bagian kedua membahas kerangka teoritis yang terdiri dari landasan teori dan
pembahasan hasil penelitian terdahulu. Bagian ketiga menerangkan model, data, serta
metodologi dari model ekonometrika yang peneliti gunakan. Selanjutnya, hasil empiris, analisis
3
serta keterkaitan dari data yang diteliti dijelaskan pada bagian keempat. Pada bagian terakhir,
peneliti menjelaskan kesimpulan serta saran dari hasil penelitian.
2. Studi Pustaka
Hubbard et al. (2014) mendefinisikan defisit anggaran sebagai suatu situasi ketika pengeluaran
pemerintah lebih besar daripada pendapatan yang didapat dari pajak. Defisit anggaran
pemerintah ini umumnya dilakukan dengan tujuan ekspansi ekonomi di suatu negara yang
perekonomiannya sedang mengalami resesi.
Terdapat beberapa aliran pemikiran mengenai dampak adanya defisit anggaran pemerintah
terhadap perekonomian. Menurut David Ricardo dalam hipotesis Ricardian Equivalence, defisit
anggaran pemerintah tidak memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian. Barro (1974,
1989) menguji hipotesis Ricardian Equivalence tersebut menggunakan model overlapping
generations berhasil menemukan bahwa defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan pajak
atau pinjaman tidak memiliki efek pada permintaan agregat maupun suku bunga.
Sedangkan menurut Keynesian, defisit anggaran pemerintah dapat menstimulasi pengeluaran
dalam bentuk konsumsi dan sekaligus pendapatan nasional. Namun, defisit anggaran pemerintah
juga dapat meningkatkan defisit perdagangan. Pernyataan ini didukung oleh model Mundell–
Flemming yang menyatakan semakin besar defisit anggaran pemerintah akan membuat tekanan
untuk menaikkan tingkat suku bunga yang mana akan memberikan pengaruh apresiasi nilai tukar
riil. Kenaikan tingkat suku bunga ini nantinya akan memicu adanya capital inflows dan akan
menyebabkan neraca perdagangan memburuk. Mekanisme transmisi ini juga dikenal dengan
“Feldstein chain” yang mana pertama kali dikemukakan oleh Martin Feldstein pada tahun 1984.
Lain halnya dengan teori Neo-klasik yang berpendapat bahwa defisit anggaran pemerintah dapat
mengakibatkan adanya crowding out yang mana tidak baik untuk perekonomian. Karena ketika
pengeluaran pemerintah naik maka dalam jangka pendek memungkinkan adanya peningkat
pendapatan nasional tetapi dalam jangka panjang dapat menurunkan investasi karena tingkat
suku bunga harus ditingkatkan.
4
Defisit anggaran pemerintah umumnya dibiayai dari peningkatan pendapatan pajak atau
pinjaman dalam negeri dan luar negeri. Hal ini dapat berdampak kepada kondisi transaksi
berjalan pada komponen capital inflow. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Merza et al.
(2006) mengenai pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap transaksi berjalan di Kuwait,
menemukan bahwa dalam jangka panjang peningkatan transaksi berjalan akan menyebabkan
peningkatan defisit pengeluaran pemerintah. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Bussiere, et.al (2004) menemukan bahwasanya defisit anggaran pemerintah tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap neraca berjalan. Hasil penemuan dari penelitian ini terbukti sejalan
dengan hipotesis Ricardian Equivalence.
Khalid dan Guan (1999) dalam penelitian yang juga ingin mengetahui hubungan antara defisit
anggaran pemerintah dengan defisit transaksi berjalan mengambil sampel lima negara maju dan
lima negara berkembang untuk penelitiannya. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat hubungan
jangka panjang antara defisit anggaran pemerintah dengan defisit transaksi berjalan. Hubungan
jangka panjang ini cenderung ada pada negara berkembang dibandingkan negara maju. Hasil ini
senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elhendawy (2013) yang melakukan uji
hubungan antara defisit transaksi berjalan dengan defisit transaksi berjalan di Mesir yang mana
terbukti ada hubungan jangka panjang antar dua variabel tersebut.
Penelitian lainnya mengenai hubungan antara dua variabel tersebut juga dilakukan oleh Mukhtar
et al., (2006). Penelitian ini dilakukan untuk menguji dua variabel dengan sampel negara
Pakistan dengan spesifik penelitian ingin mengetahui arah hubungan antara defisit pengeluaran
pemerintah dengan defisit transaksi berjalan. Hasilnya terdapat tiga jenis hubungan antara defisit
anggaran pemerintah dengan defisit transaksi berjalan yaitu unidireksional, bidireksional dan
tidak ada hubungan. Jenis hubungan ini tergantung pada kebijakan fiksal yang digunakan pada
saat itu.
3. Model, Data, dan Metodologi
Banyak penelitian yang membahas tentang defisit neraca perdagangan dan kaitannya terhadap
defisit anggaran pemerintah. Berbagai penelitian tersebut telah dipaparkan pada pembahasan
literature review sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti mereplikasi model yang digunakan
5
oleh Elhendawy (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “The Relationship between Budget
Deficit and Current Account Deficit in Egypt”. Persamaan model yang peneliti gunakan seperti
di bawah ini:
BUDB t = a + B1CAB +B2 EX t+ B3 GOV t +B4 CPI t + B5 In TDS t +u t
Di mana notasi dari masing-masing variabel dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
BUDBt = Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB (%)
CABt = Defisit transaksi berjalan terhadap PDB (%)
Ext = Nilai tukar (Yuan terhadap Dolar Amerika)
GOVt = Belanja pemerintah (RMB)
CPIt = Indeks Harga Konsumen (%)
TDSt = Total utang pemerintah (RMB)
Dari model persamaan diatas, peneliti menggunakan data yang berasal dari sumber yang
relevan yaitu Bank Dunia dan CEIC Global Database dari Dashboard Makroekonomi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dengan 6 series dari tahun 1980
hingga 2013.
Penelitian ini berfokus pada model ekonometrika secara makro. Utamanya untuk mendapatkan
model yang sesuai dan tidak bias. Secara prosedur, langkah pertama yang harus dilakukan
peneliti ialah memastikan bahwa variabel yang digunakan tidak menghasilkan estimasi yang
bersifat palsu (spurious). Estimasi yang palsu dapat diperoleh jika variabel yang digunakan tidak
stasioner atau kembali ke rata-ratanya. Hal ini menyebabkan standard deviasinya mengecil dan
hasil t-stastik lebih besar dari yang seharusnya. Oleh karena itu, digunakan uji stationaritas data
melalui unit root test. Peneliti menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF test) untuk menguji
tingkat kestasioneran tersebut.
Apabila variabel yang digunakan secara individu tidak stasioner di level yang sama, maka perlu
dilakukan uji selanjutnya yaitu uji kointegrasi untuk melihat apakah variabel tersebut memiliki
hubungan jangka pendek maupun panjang antar series. Uji yang digunakan ialah Johansen
6
Cointegration Test. Untuk mendapatkan lag optimum, digunakan uji model Vector
Autoregression (VAR) dengan melihat Schwarz Criterion dan Akaike Info Criterion terkecil. Lag
maksimum dihitung dengan formula yang diberikan oleh Said dan Dickey (1984).
Adanya kointegrasi mengidentifikasi hubungan di antara variabel yang bersifat non-stationary.
Selanjutnya peneliti melakukan uji Granger causality untuk melihat hubungan sebab-akibat
secara statistik. Di mana ada 14 kemungkinan hubungan dalam model ini. Untuk mengetahui
keadaan hubungan jangka pendek/panjang serta seberapa besar variabel kembali ke
keseimbangan apabila terjadinya shock terhadap model, peneliti menggunakan uji Vector Error
Correction Model (VECM). Adanya hubungan jangka panjang dapat dilihat melalui koefisien
variabel u yang negative dan signifikan.
4. Analisis dan Hasil Estimasi
Penelitian ini menggunakan data runtut waktu 2013 negara Tiongkok dari tahun 1980 hingga.
Data yang digunakan ialah defisit anggaran pemerintah per PDB (budgetdeficit_gdp), transaksi
berjalan per PDB (ca_gdp), total debt service ratio per total ekspor (tds), Indeks Harga
Konsumen (cpi), nilai tukar (ex), dan belanja pemerintah per GDP (govexpenditure_gdp). Data
tersebut diperoleh dari Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) yang terkumpul jadi
satu pada terminal data CEIC Global Database.
Data runtut waktu seringkali tidak stasioner atau tidak kembali ke rata-ratanya, bisa juga disebut
mengandung akar unit. Apabila seperti itu, maka suatu variabel tidak bisa dilihat perilakunya
karena setiap waktu yang berbeda memiliki rata-rata yang berbeda pula. Oleh karena itu,
diperlukan uji stasioneritas untuk melihat apakah suatu variabel sudah stasioner atau belum. Uji
yang digunakan ialah Augmented Dickey Fuller (ADF).
ADF memiliki kelebihan dibandingkan uji akar unit Dickey Fuller (DF) biasa. ADF secara
otomatis juga menghitung autokolerasi dalam runtut waktu tersebut. Tabel 1 dibawah merupakan
hasil dari uji ADF pada keenam variabel yang digunakan. Variabel defisit anggaran pemerintah
dan belanja pemerintah terintegrasi pada level 0. Sedangkan transaksi berjalan, total debt service,
IHK, dan nilai tukar terintegrasi pada first difference.
7
Table 1. Augmented Dickey Fuller (ADF) Test pada level dan
first difference, periode tahun 1980 - 2013
Variable Level First difference
McKinnon Critical
Value (5%)
Order of Integration
budgetdeficit_gdp -3.082161 -5.54 -2.8621 I(0)
ca_gdp -2.336 -5.058 -2.8621 I(1)
Tds -2.438 -4.396 -2.8621 I(1)
cpi -2.832 -3.355 -2.8621 I(1)
Ex -0.273 -5.727 -2.8621 I(1)
govexpenditure_gdp -4.124 -4695 -2.8621 I(0)
Setelah itu, peneliti melakukan uji kointegrasi pada keenam variabel tersebut untuk melihat
apakah variabel-variabel yang digunakan secara bersama-sama terintegrasi dalam jangka
panjang. Uji kointegrasi melihat pada residualnya. Ada dua macam uji kointegrasi yaitu Engle-
Granger Model dan Johansen Model. Peneliti menggunakan uji kointegrasi Johansen karena
dapat menguji lebih dari dua variabel. Selain itu, Johansen model dapat melihat berapa banyak
setidaknya hubungan antar variabel yang diuji. Namun, sebelum melakukan Johansen Test,
terlebih dahulu perlu ditentukan berapa lag optimum. Penentuan tersebut menggunakan Vector
Autoregression (VAR) Model. Lag optimum pada tabel 2 dilihat dari Akaike Info Criterion
(AIC) dan Schawrz Criterion (SIC) terkecil .
Tabel 2. Vector Autoregression (VAR)
Lag Akaike IC Schwarz SC
3* 1.882 2.778
2 2.038 2.645
1 2.095 2.419
8
Tes Johansen dapat dilakukan menggunakan lag optimum pada uji VAR diatas. Hasilnya ialah
keenam variabel tersebut memiliki paling banyak tiga hubungan tanpa diketahui secara tepat apa
saja variabel hubungan yang saling terkait. Untuk mengetahui apa saja variabel yang
berhubungan, diperlukan uji yang selanjutnya. Uji tersebut adalah Granger Causality Test.
Tabel 3. Tes Kointegrasi Johansen
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue Trace Statistic
5% Critical Value
Prob**
None* 0.957 248.612 117.708 0.000
At most 1* 0.865 156.921 88.803 0.000
At most 2* 0.799 98.677 63.876 0.000
At most 3* 0.640 52.047 42.915 0.004
At most 4 0.398 22.365 25.872 0.128
At most 5 0.230 7.650 12.517 0.285
Sesuai dengan namanya. Granger Casuality Test digunakan untuk melihat arah hubungan dari
variabel-variabel tertentu. Hubungan tersebut yaitu: tidak ada, satu arah ataupun dua arah (Bi-
directional). Pada ke-6 variabel yang peneliti gunakan, hanya ada 3 hubungan yang satu arah di
mana memiliki signifikansi pada level 5%. Pada tabel 4, defisit anggaran pemerintah justru tidak
memiliki hubungan dengan transaksi berjalan. Hubungan tersebut adalah IHK mempengaruhi
belanja pemerintah, transaksi berjalan mempengaruhi belanja pemerintah, dan TDS
mempengaruhi transaksi berjalan di Tiongkok.
Tabel 4.Tes Kausalitas Granger
Null Hypothesis: Obs F-StatisticProb.
CPI does not Granger Cause BUDGETDEFICIT_GDP 31 1.97349 0.1449
BUDGETDEFICIT_GDP does not Granger Cause CPI 0.81444 0.4985
9
CA_GDP does not Granger Cause BUDGETDEFICIT_GDP 31 2.26977 0.1062
BUDGETDEFICIT_GDP does not Granger Cause CA_GDP 0.58442 0.6310
GOVEXPENDITURE_GDP does not Granger Cause BUDGETDEFICIT_GDP 31 2.19985 0.1142
BUDGETDEFICIT_GDP does not Granger Cause GOVEXPENDITURE_GDP 0.42379 0.7377
EX does not Granger Cause BUDGETDEFICIT_GDP 31 1.17628 0.3395
BUDGETDEFICIT_GDP does not Granger Cause EX 0.17927 0.9094
TDS does not Granger Cause BUDGETDEFICIT_GDP 29 1.07615 0.3796
BUDGETDEFICIT_GDP does not Granger Cause TDS 1.84584 0.1684
CA_GDP does not Granger Cause CPI 31 0.27526 0.8426
CPI does not Granger Cause CA_GDP 1.16695 0.3429
GOVEXPENDITURE_GDP does not Granger Cause CPI 31 1.61840 0.2113
CPI does not Granger Cause GOVEXPENDITURE_GDP 3.63371 0.0272
EX does not Granger Cause CPI 31 0.41028 0.7471
CPI does not Granger Cause EX 1.46697 0.2485
TDS does not Granger Cause CPI 29 0.11930 0.9478
CPI does not Granger Cause TDS 1.64613 0.2076
GOVEXPENDITURE_GDP does not Granger Cause CA_GDP 31 2.40632 0.0922
CA_GDP does not Granger Cause GOVEXPENDITURE_GDP 3.37089 0.0350
EX does not Granger Cause CA_GDP 31 2.37970 0.0947
CA_GDP does not Granger Cause EX 2.54250 0.0801
TDS does not Granger Cause CA_GDP 29 3.42550 0.0349
10
CA_GDP does not Granger Cause TDS 0.24303 0.8654
EX does not Granger Cause GOVEXPENDITURE_GDP 31 2.72582 0.0664
GOVEXPENDITURE_GDP does not Granger Cause EX 1.20623 0.3288
TDS does not Granger Cause GOVEXPENDITURE_GDP 29 2.07167 0.1332
GOVEXPENDITURE_GDP does not Granger Cause TDS 0.26522 0.8497
TDS does not Granger Cause EX 29 3.41998 0.0351
EX does not Granger Cause TDS 1.22276 0.3250
Tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya perlu dilihat pula bagaimana hubungan jangka pendek
dan panjang antar variabel yang tidak bisa dijelaskan oleh Tes Kausalitas Granger diatas. Vector
Error Correction Model (VECM) merupakan model yang digunakan untuk melihat hubungan-
hubungan tersebut. Akan tetapi, sebelum menyusun VECM, perlu dilihat beberapa kondisi
dibawah ini terlebih dahulu untuk melihat apakah model yang dihasilkan sudah cukup baik.
1. Stabilitas lag structure
2. Memenuhi asumsi-asumsi klasik (serial correlation, homoskedascity, dan normalitas)
3. Impulse Response
Stabilitas lag structure keenam variabel tersebut terletak di dalam lingkaran uji AR. Hal ini
menunjukan lag structure variabel yang digunakan cenderung stabil. Kemudian ketika dilakukan
uji serial correlation, hipotesis nol tidak ditolak di mana time series tersebut tidak mengandung
serial correlation. Selanjutnya, dilakukan tes heteroskedastisitas. Hipotesis nol kembali tidak
ditolak di mana series tersebut memenuhi asumsi homoskedastisitas. Saat dilakukan uji
normalitas, kembali series tersebut memiliki error yang terdistribusi secara normal. Dengan
begitu, VECM dari variabel-variabel tersebut merupakan model yang baik.
11
Tabel 5. Lag Structure (AR)
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Inverse Roots of AR Characteristic Polynomial
Tabel 6. LM Autocorrelation Test
Lags LM-Stat Prob
1 38.28121 0.36632 29.63137 0.76433 47.14776 0.1011
Tabel 7. Heteroskedascity Test
Chi-sq df Prob.
560.5902 546 0.3236
Tabel 8. Normality TestComponent Jarque-Bera Df Prob.
1 0.817663 2 0.66442 0.982501 2 0.61193 0.242733 2 0.88574 2.818450 2 0.24435 16.51858 2 0.00036 0.634432 2 0.7282
Joint 22.01436 12 0.0374
12
Tabel 9. Impulse Response
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of D1BUDGETDEFICIT_GDP to D1CA_GDP
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of D1BUDGETDEFICIT_GDP to D1CPI
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of D1BUDGETDEFICIT_GDP to D1EX
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of D1BUDGETDEFICIT_GDP to D1GOV XPENDITURE_GDP
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of D1BUDGETDEFICIT_GDP to D1TDS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Setelah memperhatikan asumsi-asumsi diatas, selanjutnya adalah penyusunan VECM untuk
menentukan hubungan jangka pendek maupun panjang dari variabel-variabel tersebut. VECM
menunjukan dalam jangka pendek transaksi berjalan tidak memiliki hubungan dengan defisit
anggaran pemerintah
13
5. Kesimpulan
Hubungan defisit anggaran pemerintah terhadap defisit transaksi berjalan penting untuk
diketahui guna merumuskan kebijakan yang tepat dalam menangani defisit yang terjadi.
Penelitian terdahulu menunjukan kecenderungan negara-negara berkembang memiliki hubungan
yang netral antara kedua defisit tersebut (Giorgioni, 2010). Sama halnya dengan Tiongkok, hasil
empiris menunjukkan dalam jangka pendek transaksi berjalan tidak memiliki hubungan dengan
defisit anggaran pemerintah. Hal ini berarti hipotesis twin deficit tidak terjadi dan Ricardian
equivalent berlaku. Keadaan ini diduga karena defisit anggaran yang terjadi dikompensasi oleh
tingkat tabungan swasta yang lebih tinggi di negara tersebut. Namun sebaliknya, studi empiris
menunjukkan dalam jangka panjang transaksi berjalan mempengaruhi defisit anggaran
pemerintah. Apabila transaksi berjalan per PDB mengalami kenaikan sebesar 1%, maka defisit
anggaran pemerintah per PDB turun sebesar 0.4%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena suatu
kebijakan bersifat counter cyclical, yaitu kebijakan yang diambil saat ini memberikan dampak
yang tidak langsung melainkan dalam kurun waktu tertentu.
Selain hubungan antara transaksi berjalan dan defisit anggaran pemerintah, hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam jangka pendek besar transaksi berjalan dan IHK mempengaruhi
besar belanja pemerintah. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan IHK berdampak pada
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk belanja negara. Oleh karena itu, dalam jangka
panjang kenaikan belanja pemerintah per PDB sebesar 1% menyebabkan kenaikan defisit
anggaran pemerintah per PDB sebesar 1.06% pula. Selain itu, untuk membiayai pembangunan
khususnya infrastruktur di Tiongkok yang tumbuh pesat sejak reformasi tahun 2001, pemerintah
melakukan pembiayaan melalui utang luar negeri. Kenaikan utang luar negeri berpengaruh
signifikan terhadap nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika.
Studi mengenai hubungan antara defisit anggaran pemerintah terhadap defisit transaksi
berjalan Tiongkok masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Hal ini untuk melihat hubungan
masing-masing variabel terhadap defisit transaksi berjalan dan anggaran pemerintah secara
terpisah guna menghindari adanya multicolinearity. Selanjutnya pengolahan data belum
mempertimbangkan adanya structural break pada masing-masing series. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi studi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ariefianto, Moch Doddy. 2012. Ekonometrika (Esensi dan aplikasi dengan menggunakan Eviews). Erlangga: Surabaya.
Abdurrahman Nazif Catik, Baris Gok, Utku Akseki. A nonlinear investigation of the twin
deficits. Vol. 32(2015): 181-196. Economic Systems.
Baharu, Ahmad Zuhaidi, dkk. 2009. Twin Deficits Hypothesis and Capital Mobility: The ASEAN-5 Perspective. Hal. 15-32. Jurnal Pengurusan 29.
Barro, R. J. 1974. Are Goverment Bonds Net Wealth?. Vol. 82 No.6. Journal of Political Economy. Hal.1095-1117.
Colander, D. and Gamber, E. 2011. Measuring the Economy: Macroeconomics 8e. McGraw Hill.
Elhedawy, Emad Omar. 2014. The Relationship between Budget Deficit and Current Account Deficit in Egypt. Vol 6 No. 3. Canadian Center of Science and Education.
Erdogan, Seyfettin dan Durmus Cargi Yildirim. 2014. The Relationship between the Budget Deficit and Current Account Deficit in Turkey. Vol. 3 No. 3. Emerging Market Journal.
Guiying Laura Wua, Qu Feng A, Pei Li. Does local governments budget deficit push up
housing prices. I.35 (2014): 183-196. China Economic Review.
Gujarati dan Damodaran N. 2009. Basic Econometrics. Edisi 5. McGraw Hill: New York
Hubbard, Glenn P. dkk. 2014. Macroeconomics. Pearson: New York.
Kameda, Keigo. Budget deficits, government debt, and long-term. Vol 39(2014): 105-
124. The Japanese and International Economies.
Kiani, Khurshid M. Federal budget deficits and long-term. Vol 49 (2009): 74-84. The
Quarterly Review of Economics and Finance
Khalid, A.M. dan Teo Wee Guan. 1999. Causality Tests of Budget and Current Account
Deficits: Cross Country Comparisons. Hal. 389-402. Empirical Economics.
15
Merza, Ebrahim. dkk. 2012. The Relationship Between Current Account And Government
Budget Balance: The Case Of Kuwait. Vol. 2 No. 7. International Journal of Humanities and
Social Science.
Mukhtar, T, Zakaria, M, & Ahmed, M, 2007, “An Empirical Investigation for The Twin Deficit
Hypothesis in Pakistan” Vol. 2 Hal. 63-80 Journal of Economic Cooperation.
Ogbonna C, Bigben. 2014. Investigating for Twin Deficits Hypothesis in South Africa.
Vol. 4 No.10. Developing Country Studies.
Omojaibi J. dkk. 2013. A Panel Analysis Of Oil Price Dynamics, Fiscal Stance And
Macroeconomic Effects: The Case Of Some Selected African Countries. Vol.51 No.1. Central
Bank of Nigeria Economic and Financial Review.
Onafowora, Olugbenga A. dan Oluwole Owoye. 2006. An Empirical Investigation of
Budget and Trade Deficit: The Case of Nigeria. Vol. 39, No. 2 Hal. 153-174. The Journal of
Developing Areas.
Tosun, M. Umur, dkk. 2014. The Twin Deficits in Selected Central and Eastern
European Economies: Bounds Testing Approach with Causality Analysis. XVII (2). Romanian
Journal of Economic Forecasting.
____________.2015. “Ekspor Rendah, Kenaikan Rasio Utang Dikhawatirkan” diakses di http://katadata.co.id pada 20 September 2015 pukul 20.05.
16