hubungan karakteristik siswa dengan kebiasaan …repository.utu.ac.id/223/1/bab i_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN KEBIASAANMEROKOK DI SMP NEGERI 9 KUALA
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:HASRI MARDI
NIM : 07C10104060
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2013
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak
orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain
yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga
menghisap rokok di tempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan, dan
sebagainya. Di tempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok”
sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih
berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok
(Samoele, 2006).
Kegiatan yang digalakkan di puskesmas pada saat ini adalah Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu ; (1) Memakan makanan yang bergizi
seimbang, tinggi serat dan rendah lemak, (2) Melakukan aktivitas fisik 30 menit
sehari, (3) Tidak merokok. Dari salah satu kegiatan Puskesmas tersebut salah
satunya adalah merokok dimana merokok merupakan sebuah kebiasaan yang
dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang
disekitarnya (Depkes, RI 2006).
Sehat adalah hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk biasa hidup sehat, kita harus berperilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku
yang dipra ktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
2
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya
(Depkes, 2006).
Indikator PHBS di sekolah antara lain ; (1) mencuci tangan dengan air
bersih mengalir dan sabun, (2) mengkonsumsi jajanan di warung/kantin sekolah,
(3) menggunakan jamban yang bersih dan sehat, (4) olah raga yang teratur dan
terukur, (5) memberantas jentik nyamuk, (6) tidak merokok, (7) menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, (8) membuang sampah pada
tempatnya (Depkes RI, 2007).
Menurut hasil survey dari WHO (2008), sepertiga dari penduduk di dunia
terutama pada populasi dewasa adalah perokok (dimana 57% diantaranya adalah
laki-laki dan 43% diantaranya adalah perempuan). Pada zaman ini satu dari
sepuluh kematian di dunia adalah akibat rokok dan jumlah kematian mencapai
500 juta orang per tahun. Dalam setiap enam detik terdapat satu kematian akibat
rokok sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya di negara-
negara berkembang. Sedangkan di negara maju yang terjadi justru sebaliknya,
persentase perokok terus menerus cenderung menurun dan saat ini kira-kira hanya
30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan merokok. Hal
ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya
merokok sudah tinggi.
Menurut Soetjiningsih pada tahun 2004 angka kejadian pada remaja-
remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian
merokok pada orang dewasa, dan lebih dari 80% perokok mulai berumur 18 tahun
serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Anak-anak dan
remaja tidak memiliki kemampuan untuk memahami secara menyeluruh dampak
3
kesehatan produk tembakau dan sifat nikotin yang adiktif. Keadaan tingginya
jumlah remaja yang merokok yang dapat mempengaruhi masa depan remaja dan
juga bangsa karena mereka inilah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa
depan maka mereka perlu dipersiapkan dengan baik.
Hampir semua orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit
sekali kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan
lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai
cara agar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melakukan dengan
sadar melakukan kebiasaan orang dewasa yakni merokok. Seperti halnya
yang diungkapkan oleh Hariyadi (1997: 12) bahwa remaja ingin mencoba
melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-
sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat
orang dewasa melakukannya.
Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk
Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%.
Dengan besarnya jumlah dan tingginya persentase penduduk yang mempunyai
kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di
dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 182
milyar batang rokok setiap tahunnya setelah Republik Rakyat China
(1.697.291milyar), Amerika Serikat (463,504 milyar), Rusia (375.000 milyar) dan
Jepang (299.085 milyar) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Anak yang terpapar asap rokok dilingkunganya mengalami pertumbuhan
paru yang lambat dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi
telinga dan asma. Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok
4
langsung sebanyak 20 batang perhari, dimana konsekuensinya adalah
meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas bagian atas, batuk, asma, sinusitis,
penyakit kardiovaskuler, kanker, mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan,
kematian maupun absen dari sekolah atau kerja.
Berdasarkan survei awal pada SMP Negeri 9 Kuala 9 Kuala Kabupaten
Nagan Raya, jumlah siswa dan siswi di sekolah tersebut tercatat sebanyak 81
orang, dengan proporsi laki-laki 52 orang dan perempuan 29 orang. Dari uraian
tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Karakteristik Siswa Dengan Kebiasaan Merokok Di Smp Negeri 9
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah
adalah bagaimana hubungan karakteristik siswa dengan kebiasaan merokok di
SMP Negeri 9 Kuala 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik siswa dengan kebiasaan
merokok di SMP Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012 .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur siswa dengan kebiasaan merokok di SMP
Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
2. Untuk mengetahui hubungan uang saku perhari siswa dengan kebiasaan
merokok di SMP Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
3. Untuk mengetahui hubungan ada atau tidak anggota keluarga yang merokok
dengan kebiasaan merokok di SMP Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Teoritis
Bagi penulis untuk dapat mengaplikasi ilmu yang telah diperoleh di
bangku kuliah serta meningkatkan keterampilan penulisan dalam penelitian
ilmiah.
1.4.2 Apliaktif
1. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk mengadakan penyuluhan /
memberikan informasi tentang rokok bagi siswa / siswi
2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi kesehatan dan lembaga – lembaga lainya
yang melakukan promosi kesehatan.
6
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Karakteristik Siswa
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik
yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya menurut
Iskandarsyah (2006) karakteristik pada remaja dibagi menjadi menjadi 8 yaitu:
a. Masa remaja adalah periode yang penting, periode ini dianggap sebagai masa
penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa
yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini memiliki dampak penting
terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi
perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang
menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat
pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan meminta hal yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan, periode ini menuntut seorang anak untuk
meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola
perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola
perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang
merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan,
misalnya pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan
diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika
individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa
mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
7
c. Masa remaja adalah periode perubahan, perubahan yang terjadi pada periode ini
berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi
terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, peningkatan
emosionalitas, perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, perubahan
tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan
masalah baru, karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai, dan kebanyakan remaja merasa biasa saja terhadap perubahan
yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah, pada periode ini membawa masalah yang
sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini
disebabkan oleh dua alasan yaitu pertama, pada saat anak-anak sebagian masalah
diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk
bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk
mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,
sehingga yang ditimbulkan adalah kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan
persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, pada periode ini pergaulan
terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba
mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa
mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan
dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status seperti mobil, pakaian dan
benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
8
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan, masa remaja ini seringkali ditakuti oleh
individu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada
dipikiran masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka
berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat remaja itu sendiri merasa takut
untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau guru
untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis, remaja memiliki kecenderungan
untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan
orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal
ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspirasi yang tidak realitis ini tidak sekedar
untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga dan teman. Semakin tidak realistis
aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut
tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa, pada saat remaja mendekati masa
dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dan
menciptakan kesimpulan bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa
bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup,
sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang
berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan
obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
9
2.2 Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan ( PP No.19, 2003).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas
yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun
terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena
merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada
kenyataanyaitu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro, 2007).
2.2.1. Kandungan Rokok
Menurut Gondodiputro tahun 2007 bahan utama rokok adalah tembakau, dimana
tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen – elemen dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar,
nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan –
bahan kimia lain yang juga sangat beracun. Zat – zat beracun yang terdapat dalam
tembakau antara lain:
1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang
tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja.
Seorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arus
10
tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada di luar. Sesudah itu perokok
tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan keluar.
2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga
perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan
keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar
0,5-3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada
sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1ml nya. Nikotin bukan merupakan
komponen karsinogenik. 3. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat
tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket
dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/
batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker
pada jalan nafas dan paru-paru.
3. Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.
4. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan
hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena
kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja
ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
5. HCN ( Asam Sianida ) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,
mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan
merusak saluran pernafasan.
11
6. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap
dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya digunakan
dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.
7. Formaldehid adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong
sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua
organisme hidup.
8. Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik
seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi
aktivitas enzim.
9. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.
10. H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar
dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.
11. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat
digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
12. Metil Klorida adalah zat ini adalah senyawa organik yang beracun.
13. Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah
terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan
bahkan kematian.
14. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), Senyawa ini merupakan senyawa
reaktif yang cenderung bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan
penyebab tumor.
12
15. Volatik nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan
sebagai karsinogen yang potensial ( Gondodiputro, 2007).
2.2.2. Dampak Tembakau pada kesehatan
Telah banyak terbukti bahwa dengan mengkonsumsi tembakau berdampak
terhadap status kesehatan. Diketahui pula bahwa komsumsi tembakau berkontribusi
terhadap timbulnya katarak, pneumonia, kanker lambung, kanker pankreas, kanker
cervix, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah
panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh mengkomsumsi tembakau seperti
kanker paru-paru, oesophagus, laring, mulut dan tenggorokan , penyakit paru kronik,
melebarnya gelembung pada paru-paru dan radang pada tengorokan, stroke, serangan
jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Hampir 90% kanker paru-paru
disebabkan oleh komsumsi tembakau. Tembakau juga dapat merusak sistem
reproduksi, berkontribusi kepada keguguran, kelahiran prematur, berat bayi lahir
rendah, kematian bayi setelah lahir dan penyakit-penyakit pada anak-anak. Namun
demikian tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan penyakit tersebut,
tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal dengan
passive smoking. Telah terbukti bahwa passive smokers berisiko untuk terkena
penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma, dan penyakit paru lainnya. (
Gondodiputro, 2007). Menurut Gondodiputro (2007), ada beberapa penyakit yang
disebabkan rokok yaitu :
1. Efek tembakau terhadap susunan saraf pusat, hal ini disebabkan karena nikotin
yang diabsorpsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai
hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual dan
13
muntah. Di lain tempat nikotin juga menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu
menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang
sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi
ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan
fungsi psikomotor.
2. Penyakit Kardiovaskuler, ini disebabkan karena asap tembakau akan merusak
dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan
merangsang hormon adrenalin yang akan menyebabkan perangsangan kerja
jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Seseorang yang stres yang
kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja
dengan menambah risiko terkena jantung koroner, proses penyempitan arteri
koroner yang mendarahi otot jantung menyebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (ischemia). Sehingga
apabila melakukan aktifitas fisik atau stres, kekurangan aliran meningkat
sehingga menimbulkan sakit dada.
Penyempitan yang berat atau penyumbatan dari satu atau lebih arteri
koroner berakhir dengan kematian jaringan / komplikasi dari infark miokard
termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia
yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk
memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun
penimbunan cairan di paru – paru. Orang yang merokok lebih dari dua puluh
batang tembakau per hari memiliki resiko enam kali lebih besar terkena infark
14
miokard dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit kardiovaskuler
merupakan penyebab utama dari kematian di negara – negara industri dan
berkembang, yaitu sekitar 30 % dari semua penyakit jantung berkaitan dengan
memakai tembakau.
3. Arteriosklerosis merupakan menebal dan mengerasnya pembuluh darah,
sehingga menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh
darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang
disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10 %
dari seratus pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah
(Arteriosklerosis Obliteran) sembilan puluh sembilan diantaranya adalah
perokok.
Ada empat tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu tingkat I
tanpa gejala, tingkat II kaki sakit saat latihan misalnya berjalan lebih dari 200
meter dan kurang dari 200 meter, keluhan hilang bila istirahat, tingkat III keluhan
timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan
sedangkan tingkat IV adalah jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang
dilakukan adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta
daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula
timbulnya gangguan ereksi.
4. Tukak lambung dan Tukak usus dua belas jari, di dalam perut dan usus dua belas
jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu
lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung
15
sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita
gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.
5. Efek Terhadap Bayi, ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan
melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya
tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru –
paru maupun bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok,
sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30 %. Terdapat bukti bahwa anak
yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.
6. Efek terhadap otak dan daya ingat, akibatnya proses aterosklerosis yaitu
penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan
otak karena kekurangan oksigen. Studi tentang hubungan tembakau dan daya
ingat juga dilakukan baru – baru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari
Neuropsychiatric Institute University of California menemukan bahwa jumlah
dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang
merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.
7. Impotensi, pada laki – laki berusia 30 – 40 tahunan merokok dapat meningkatkan
disfungsi ereksi sekitar 50 %. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir
bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang
menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini
meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan
awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.
16
8. Kanker, asap tembakau menyebabkan lebih dari 85 % kanker paru – paru dan
berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas,
mulut, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus. Tipe kanker
yang umumnya terjadi pada pemakai tembakau adalah kanker kandung kemih,
kanker esofagus, kanker pada ginjal, kanker pada pankreas, kanker serviks,
kanker payudara dan lain – lain. Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau
yaitu merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang
terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas.
9. Chronic Obstructive Pulnomary Diseases ( COPD ), kebiasaan merokok
mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang,
saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk
berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun berjalan selama dua
tahun, dinyatakan mengidap bronchitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh
perokok diatas umur empat puluh tahun.
10. Interaksi Dengan Obat – Obat, perokok memetabolisme berbagai jenis obat lebih
cepat daripada non perokok yang disebabkan enzim – enzim di mukosa, usus,
atau hati oleh komponen dalam asap tembakau. Dengan demikian, efek obat –
obat tersebut berkurang, sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih
tinggi daripada non perokok misalnya obat analgetika.
11. Penyakit Pada Perokok Pasif, perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru –
paru dan jantung koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat
memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada
wanita hamil.
17
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Untuk merokok
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bagi remaja untuk merokok yaitu terdiri
dari :
1. Faktor Psikologik yang terdiri dari faktor perkembangan sosial yaitu menetapkan
kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan
psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok dapat menjadi sebuah
cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka
menyesuaikan diri dengan teman - teman sebayanya yang merokok, faktor
psikiatrik yang dilihat dari suatu studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan
hubungan antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti gangguan jiwa,
depresi, cemas dan penyalahgunaan zat –zat tertentu dan remaja yang
memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk memulai merokok daripada remaja yang tidak menampakkan gejala.
2. Faktor Biologik yang terdiri dari lima bagian yaitu faktor kognitif merupakan
faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin
adalah merasakan adanya efek yang bermanfaat dari nikotin. Telah dibuktikan
bahwa nikotin dapat mengganggu perhatian dan kemampuan, tetapi hal ini akan
berkurang apabila mereka diberi nikotin atau rokok, faktor jenis kelamin dimana
belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita. Wanita
perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial baik,
keadaan ini berbeda dengan lelaki perokok yang secara sosial tidak aman, faktor
etnik dapat ditunjukkan bahwa di Amerika serikat angka kejadian merokok
tertinggi pada orang – orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta
18
terendah pada orang –orang Amerika keturunan Afrika dan Asia, Faktor genetik
pada faktor ini variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamine dan
enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya
resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu.
3. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain
orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar
reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.
4. Faktor peraturan berupa peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang
tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Tetapi kenyataannya terdapat
peningkatan kejadian memulai merokok pada remaja, walaupun telah dibuat
usaha – usaha untuk mencegahnya ( Soetjiningsih, 2004).
2.3. Kerangka Teori
Menurut Notoatmodjo (2005) dan Glanz et al (2002), Kerangka Teori
Penelitan dapat dilihat di bawah ini:
Pengetahuan Tentang Rokok
Sikap Tentang Rokok
Faktor yang Mempengaruhi :1. Lingkungan Sosial2. Demografi3. Sosio Kultural4. Politik
Merokok
19
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka Teori Penelitan diatas maka kerangka konsep dapat
dilihat di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Karakteristik Siswa :1. Lingkungan Sosial2. Umur3. Uang Saku
Kebiasaan Merokok
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang analitik dengan desain Crossectional
untuk mengetahui hubungan karakteristik siswa dengan kebiasaan merokok di SMP
Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 yang direncanakan pada bulan
Oktober tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMP
Negeri 9 Kuala sebanyak 81 orang siswa
3.3.2 Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Stratified random
sampling (pengambilan sampel dengan cara berstrata) dengan alasan masing-masing
dari populasi dapat terpilih menjadi sampel. Pemilihan dilakukan sedemikian rupa
sehingga semua anggota dari populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk
dipilih dengan memakai rumus (Notoadmojo, 1996):
21
sampel : n = N1 + N (d)2
N = 811+ 81 (0,1)2
N = 44.75
N = 45 siswa
Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan sebesar 10% (0,1)
Jadi jumlah sampel yang diambil sebanyak 45 orang siswa.
Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel tiap kelas ditentukan seperti
berikut :
Kelas I =
Kelas II =
Kelas II =
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 29 siswa.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada responden.
4581
X 12 = 6.6 siswa = 7 siswa
4581
X 19 = 10.4 siswa = 10 siswa
4581
X 21 = 11.5 siswa = 12 siswa
22
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari gambaran umum di SMP Negeri 9 dan referensi-
referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No. Variabel KeteranganVariabel Independen
1. Umur Definisi lama hidup responden yang dihitung mulaidari lahir sampai tahunterakhir ulang tahun
Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur
Skala ukur
- < Remaja- > Dewasa awalOrdinal
2. Uang SakuPerhari
Definisi jumlah rupiah untuk pegangan yangdiberikan orang tua atau keluarga kepadaresponden dalam satu hari
Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - < Rendah
- > TinggiSkala ukur Ordinal
3. AnggotaKeluargayang merokok
Definisi ada atau tidak anggota keluarga yangmerokok dan tinggal serumah denganresponden.
Cara ukur wawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Tidak ada
- AdaSkala ukur Ordinal
Variabel Dependen4. Kebiasaan
MerokokDefinisi Tindakan yang dilakukan siswa untuk
menghisap merokok minimal 1 batangdalam sehari
Cara ukur wawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Tidak pernah merokok
- Terbiasa merokokSkala ukur Ordinal
23
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1 Umur
1. Remaja jika < 16 Tahun
2. Dewasa awal jika > 16 Tahun
3.6.2 Uang Saku Perhari
1. Rendah jika < Rp. 12.000
2. Tinggi jika > Rp. 12.000
3.6.3 Anggota Keluarga yang Merokok
1. Tidak Ada
2. Ada
3.6.3 Kebiasaan Merokok
1. Tidak Pernah Merokok: apabila responden mendapatkan total skor ≥ 50% dari
total skor
2. Terbiasa Merokok: apabila responden mendapatkan total skor < 50% dari total
skor.
3.7 Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Hasil yang diperoleh kemudian dibuat rata-rata dan dibuat distribusi frekuensi
dari semua variabel.
3.7.2 Analisis Bivariat
Biasanya digunakan untuk menguji hipotesis dengan melihat hubungan
variabel menggunakan tabulasi silang (cross tabulation) untuk melihat hubungan
24
antara variabel independen dan variabel dependen, menggunakan uji Chi-Square pada
tingkat kemaknaan 95% (a = 0,05)
Aturan yang berlaku pada uji Chi Square adalah sebagai berikut:
a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (expected value = E) kurang dari 5,
maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact.
b. Bila pada tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya
Continuity Correction.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.
1. Umur
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswa Di Smp Negeri 9Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Remaja 67 82,72 Dewasa awal 14 17,3
Total 81 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. dari 81 responden diketahui bahwa usia siswa yang paling
banyak adalah remaja sebanyak 67 orang (82,7%).
2. Uang saku perhari
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Uang saku perhari Siswa DiSmp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Tinggi 28 34,62 Rendah 53 65,4
Total 81 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. dari 81 responden diketahui bahwa uang saku siswa yang
paling banyak adalah siswa dengan uang saku rendah sebanyak 53 orang (65,4%).
26
3. Anggota keluarga yang merokok
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Anggota keluarga yangmerokok Siswa Di Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan RayaTahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Tidak ada 34 42,02 Ada 47 58,0
Total 81 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. dari 81 responden diketahui bahwa anggota keluarga yang
merokok siswa yang paling banyak adalah yang ada merokok sebanyak 47 orang
(58%).
4. Kebiasaan merokok
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan merokok Siswa DiSmp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Tidak pernah merokok 47 58,02 Terbiasa merokok 34 42,0
Total 81 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. dari 81 responden diketahui bahwa kebiasaan merokok
siswa yang paling banyak adalah tidak pernah merokok sebanyak 47 orang (58%).
4.1.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.
27
a. Umur dengan Kebiasaan Merokok
Tabel 4.4. Hubungan Umur dengan Kebiasaan Merokok Siswa Di SmpNegeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 67 responden yang umurnya
remaja 64,2% tidak pernah merokok sedangkan dari 14 responden yang
umurnyanya dewasa awal 71,4% terbiasa merokok. Dari hasil uji chi square di
dapat nilai P Value = 0,031 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya
hubungan yang signifikan antara dengan Kebiasaan Merokok Siswa Di Smp
Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Dilihat dari nilai OR 4,479 maka dapat diartikan bahwa umur yang remaja
memiliki peluang 4 kali tidak pernah merokok dari pada responden dengan umur
yang dewasa awal.
b. Uang saku perhari dengan Kebiasaan Merokok
Tabel 4.4. Hubungan Uang saku perhari dengan Kebiasaan Merokok SiswaDi Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 53 responden yang uang saku
perharinya rendah 67,9% tidak pernah merokok sedangkan dari 28 responden
UmurKebiasaan Merokok
TotalP
Tidak pernahmerokok
Terbiasamerokok
n % n % n % ORRemaja 43 64,2 24 35,8 67 100 0,031 4,479Dewasa awal 4 28,6 10 71,4 14 100 (1,267-15,830)Jumlah 47 58,0 34 42,0 81 100
Uang sakuperhari
Kebiasaan Merokok
TotalP
Tidak pernahmerokok
Terbiasamerokok
n % n % n % ORTinggi 11 39,3 17 60,7 28 100 0,025 0,306Rendah 36 67,9 17 32,1 53 100 (0,116-0,792)Jumlah 47 58,0 34 42,0 81 100
28
yang uang saku perharinyanya tinggi 60,7% terbiasa merokok. Dari hasil uji chi
square di dapat nilai P Value = 0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara dengan Kebiasaan Merokok Siswa
Di Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Dilihat dari nilai OR 4,479 maka dapat diartikan bahwa uang saku perhari
yang rendah memiliki peluang 4 kali tidak pernah merokok dari pada responden
dengan uang saku perhari yang tinggi.
c. Anggota keluarga yang merokok dengan Kebiasaan Merokok
Tabel 4.4. Hubungan Anggota keluarga yang merokok dengan KebiasaanMerokok Siswa Di Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan RayaTahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 34 responden yang anggota
keluarga yang merokoknya tidak ada 76,5% tidak pernah merokok sedangkan dari
47 responden yang anggota keluarga yang merokoknya ada 55,3% terbiasa
merokok. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,008 dan ini lebih
kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara dengan
Kebiasaan Merokok Siswa Di Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Dilihat dari nilai OR 4,024 maka dapat diartikan bahwa anggota keluarga
yang merokok yang tidak ada memiliki peluang 4 kali tidak pernah merokok dari
pada responden dengan anggota keluarga yang merokok yang ada.
Anggotakeluargayangmerokok
Kebiasaan Merokok
TotalP
Tidak pernahmerokok
Terbiasamerokok
n % n % n % OR
Tidak ada 26 76,5 8 23,5 34 100 0,008 4,024Ada 21 44,7 26 55,3 47 100 (1,512-10,711)Jumlah 47 58,0 34 42,0 81 100
29
4.2. Pembahasan
4.2.1. Umur dengan Kebiasaan Merokok
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 67 responden yang umurnya
remaja 64,2% tidak pernah merokok sedangkan dari 14 responden yang
umurnyanya dewasa awal 71,4% terbiasa merokok. Jelas bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara umur dengan kebiasaan merokok.
Hal ini disebabkan oleh responden yang berumur diatas 16 tahun lebih
berani untuk merokok karena mereka meras dirinya sudah dewasa dan berhak
melakukan apapun yang hendak mereka lakukan termasuk merokok. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oskamp (1984) menyatakan baha setelah mencoba
merokok pertama mereka seorang individu menjadi ketagihan merokok dengan
alasan-alasan seperti kebiasaan, menurut kecemasan dan mendapat penerimaan.
Orang mencoba untuk merokok awalnya karena ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memilki skor tinggi pada
berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan
dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. Faktor kepribadian merupakan
faktor penyabab dari dalam diri individu (intrinsik). Ada beberapa tipe-tipe
kepribadian pada diri seseorang yang dapat memicu untuk merokok, misalnya
konformitas sosial dan kepribadian lemah. Faktor penyebab ini keberadaannya
tidak dapat dirubah. Hal ini sama dengan faktor intrinsik lainnya seperti umur dan
genetic (Samoele, 2006).
30
4.2.2. Uang saku perhari dengan Kebiasaan Merokok
Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara uang saku perhari dengan
kebiasaan merokok dimana dari 53 responden yang uang saku perharinya rendah
67,9% tidak pernah merokok sedangkan dari 28 responden yang uang saku
perharinyanya tinggi 60,7% terbiasa merokok.
Faktor pemungkin perilaku merokok adalah tersedianya rokok dijual di
sekitar rumah, selain itu penjualan eceran atau batangan meningkatkan akses anak
dan remaja terhadap rokok. Penjualan rokok batangan merupakan hal yang biasa,
walaupun harga per bungkus sudah rendah.
Dampak yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi rokok yaitu dapat
menyebabkan pemborosan, karena uang yang semestinya bukan digunakan untuk
merokok dengan rokok remaja tidak segan-segan memotong atau memangkas
uang jajan yang diberikan oleh orang tua. Bahkan diketahui bahwa kebanyak
remaja memporoleh uang untuk membeli rokok dengan membohongi orang tua
mereka bahwa disekolah ada kegiatan yang mebutuhkan dana atau sumbangan
dari siswa. Selain itu untuk dampak yang besar dari merokok responden dalam
penelitian ini belum terlalu merasakan dampak dari perilaku merokok karena
responden atau remja tersebut masih kategori perokok ringan.
4.2.3. Anggota keluarga yang merokok dengan Kebiasaan Merokok
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 34 responden yang anggota
keluarga yang merokoknya tidak ada 76,5% tidak pernah merokok sedangkan dari
47 responden yang anggota keluarga yang merokoknya ada 55,3% terbiasa
merokok dan diperkuat dengan hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,008
31
dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan
antara dengan Kebiasaan Merokok Siswa Di Smp Negeri 9 Kuala Kabupaten
Nagan Raya.
Hal ini disebabkan karena keluarga adalah panutan yang terbaik menurut
kita sehingga apapun yang dilakukan oleh anggota keluarga cenderung baik
menurut anggota keluarga lain termasuk merokok dan apapun yang dilakukan
kemungkinan besar diikuti anggota keluarga yang lain. Menurut Nasution (2007)
dari survey terhadap perokok bahwa faktor-faktor yang menyababkan remaja
merokok salah satunya adalah adanya orang tua atau saudara yang merokok.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam interaksi,
membentuk pola perilaku dan sikap seseorang yang dipengaruhi norma dan nilai
yang terdapat dilingkungan keluarga, kemungkinan seseorang menjadi perokok
lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya perokok.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Adanya hubungan antara umur dengan kebiasaan merokok dengan nilai P
Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,031.
2. Adanya hubungan antara uang saku perhari dengan kebiasaan merokok
dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,025.
3. Adanya hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan
kebiasaan merokok dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu
0,008.
5.2. Saran
1. Kepada orang tua agar lebih memperhatikan lagi anaknya dikarenakan masa
remaja adalah masa yang sangat rentan dalam pengaruh oleh karena itu orang
tua harus lebih produktif lagi dalam memperhatikan anaknya, selain itu orang
tua adalah panutan bagi anak kebiasan orang tua yang buruk akan diikiti oleh
anak maka dari itu orang tua harus bersikap baik agar anak juga bersikap
baik.
2. Kepada remaja agar lebih meningkatkan kesadaran akan bahayanya merokok
serta mencari informasi mengenai bahaya merokok selain itu remaja harus
selektif dalam bergaul teman yang buruk akan membaa remaja menjadi buruk
juga.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen KesehatanR.I. , 2003. Mitos dan Fakta tentang tembakau diIndonesia. Jakarta.
----------------------------------- , 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentangKebijakan Dasa Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
----------------------------------- , 2006. Lakukan Gaya Hidup Sehat. Jakarta
Dinas Kesehatan, 2002. Jaminan Pemeliharaan kesehatan masyarakat. BaktiHusada, Jakarta.
Gondodiputro, Sharon , 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk SediaanTembakau. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.
Iskandarsyah, Aulia , 2006. Remaja dan Permasalahanya,Jurnal Fakultaspsikologi Universitas Padjajaran, Bandung.
Notoadmojo, Soekidjo , 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, RinekaCipta, Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI no.19 tahun2003 tentang pengamanan rokok bagikesehatan, Jakarta.
Soetjiningsih,2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, SagungSeto. Jakarta.