hubungan kompetensi profesional guru...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DENGAN EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN
DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL
BEKASI UTARA
Skripsi ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh :
AHMAD SIROJUDDIN
204011002677
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M
-
i
ABSTRAK
Ahmad Sirojuddin (204011002677)
HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN
EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA AL-
ISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Metode
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis.
Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan
penelaahan hubungan antara dua variabel. Yaitu Kompetensi Profesional Guru
(X) Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data diperoleh dari penyebaran angket,
sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui angket, wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/i MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, kemudian data diolah dengan
menggunakan rumus product moment. Dari hasil pengolahan data tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa rxy sebesar 0,684 sedangkan r tabel 0,497 pada N = 16,
taraf signifikansi 5 % dan 0,623 pada N = 16, taraf signifikansi 1 %. hal ini berarti bahwa
rxy atau r hitung lebih besar dari r tabel ( 0,684 > 0,497 dan 0,623). Maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
Dapat disimpulkan bahwa Terdapat kontribusi hubungan kompetensi
profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-
Islamy sebesar 41 %. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang
dan masih terdapat 59 % faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
-
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan dan kekuatan,
dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Rasa syukur ini dibarengi dengan selalu bermunajat kehadirat Allah
SWT penulis berdoa semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat pula
mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin.
Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis
menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga
harus diperbaiki dan ditulis ulang. Dan ketika perbaikan telah selesai, maka
kekurangan yang lain muncul lagi.
Hal ini merupakan ungkapan pengakuan dari kekurangan tulisan ini dan
sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan,
kedangkalan dan kesalahan analisis.
Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, menyita
waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan skripsi ini. Disadari sepenuhnya
bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu saya merasa berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih
dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Faridal Arkam, M.Pd dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq,
M.Ag, pembimbing skripsi yang tak pernah bosan dalam mengarahkan
penulisan skripsi ini.
-
iii
4. Bapak H. Mutawakkil Alallah, S.Ag (Kepala MTs Annida Al-Islamy
Rawa Bugel Bekasi Utara) dan Bapak Fahrurozi, yang telah mengizinkan
dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian.
5. Ayahanda H. Ahmad Zuhdi dan Ibunda Hj. Kholilah yang selalu berjuang
dan berusaha memberikan dukungan moril dan sprituil yang begitu
sucinya, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani
semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program
perkuliahan dengan baik.
6. Kakanda tercinta Aa Khoirul Anwar, S.Pd dan Imam Aspihani, terima
kasih atas segala bantuan dan kesabarannya.
7. Adinda tercinta Neneng Fitriyanah, Abdul Hafidz dan Elida Zulfa, terima
kasih atas motivasinya.
8. Sahabat-sahabatku Bajul Comunnity: Hariyanto dan keluarga, Dedi
Sumarna, Yana Supriyatna, M. Fakih Assalaf dan Ahmad Fauzi. Mereka
semua sahabat sejati yang seiring selaras dalam berbagai episode
akademik, yang tak bosan-bosannya mengajak berdiskusi, curhat dan
berkeluh kesah.
9. Teman-temanku Mahfud Fauzi, Syahri Setiawan dan keluarga, Susanto,
Bambang Gunawan, Miftahur Rahmat, Habib Masturi, Suryadi diningrat
dan Anggun Mukhlisin. Yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pada cerdik dan cendikia demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis
menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
Ahmad Sirojuddin
-
iv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ..................................................................................... 8
1. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 8
Pengertian Kompetensi ................................................................ 8
Kompetensi Guru ......................................................................... 10
Pengertian Profesional ................................................................. 17
Profesional Guru .......................................................................... 21
2. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 24
Pengertian Efektivitas .................................................................. 24
Pengertian Pembelajaran .............................................................. 25
a. Pengertian Belajar ............................................................. 28
b. Pengertian Mengajar ......................................................... 29
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan .......................... 30
Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran .................. 32
Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 35
3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses
Pembelajaran ................................................................................ 37
-
v
B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 41
C. Hipotesis ........................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 44
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 44
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 47
D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................. 48
E. Tekhnik Analisa Data ....................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel
Bekasi Utara ..................................................................................... 55
1. Sejarah Berdirinya ........................................................................ 55
2. Struktur Organisasi ...................................................................... 57
3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................... 58
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana; Tenaga Pendidikan dan
Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan ...................................... 59
a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan ............................................ 59
b. Data Siswa ................................................................................ 60
c. Tanah dan Bangunan ................................................................. 60
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................... 60
a. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 62
b. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 71
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
vi
DAFTAR TABEL
Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah system ............................... 40
Tabel 1 Variabel Penelitian ................................................................................ 45
Tabel 2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 48
Tabel 3 Kisi kisi Angket ................................................................................. 49
Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi ................................................................ 51
Tabel 5 Interpretasi Data .................................................................................... 53
Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB ................................... 57
Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB .................. 59
Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB ................................................ 60
Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB ..................................... 61
Tabel 10 Pemahaman Siswa tentang Materi yang diajarkan ............................ 62
Tabel 11 Penguasaan Guru dari pertanyaan yang diajukan oleh Siswa ............. 63
Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran ........... 63
Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi ...................................................... 64
Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM ............... 65
Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas .................................................... 65
Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar ..................... 66
Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang .................................. 66
Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran ................ 67
Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik ................ 67
Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa ..................................................... 68
Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang
Kurang Mengerti ................................................................................. 68
Tabel 22 Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian ...................................... 69
Tabel 23 Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah 69
-
vii
Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas ....................................................... 70
Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas ...................................................... 71
Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan .................... 71
Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu ..................................................... 72
Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya ....................................... 72
Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat ..................... 73
Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya ....................... 73
Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman ..................... 74
Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran .................................. 74
Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas ............................................... 75
Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan
Materi Pelajaran .................................................................................. 75
Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran ............................................................. 76
Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan
Kondisi Siswa ..................................................................................... 76
Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif ................................ 77
Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif ................................. 77
Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa .......................................... 78
Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru ........................................ 79
Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran ................................................. 80
Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan
Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) .................................................. 81
Tabel 43 Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru
dengan Efektivitas Proses Pembelajaran ............................................. 82
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.1
Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan
guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus
memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar-mengajar,
melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian
terhadap hasil dari proses belajar-mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga harus membuat metode
pembelajaan untuk lebih efektifnya proses pembelajaran, metode
pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar,
1. Undang-undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-4, hal. 2
-
2
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadikan siswa aktif
dengan melibatkan semua sumber pembelajaran.
Intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber
ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak
membosankan bagi para siswa. Metode pembelajaran dengan cara guru
berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran
memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang
dimilikinya.2
Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia adalah dengan
memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah. Namun, hal
yang paling penting dalm hal ini pun adalah faktor guru, sebab secanggih
apapun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas
guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang
maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan
efisien.
Seorang guru mempunyai nilai lebih. bahwa Guru disamping
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, ia juga melaksanakan tugas
pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan
kepribadian, pembinaan akhlak, disamping menumbuhkan dan
mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.3
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyapaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntunan zaman,
guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi
kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model
2. Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17
3. Zakiah Dradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV.
Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1, h. 99.
-
3
pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara
optimal.4
Dari penjelasan di atas terlihat tugas seorang guru itu cukup berat,
karena ia tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan, maka disini seorang guru harus mempunyai kompetensi
yang lebih pula.
Guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam proses belajar-mengajar, Tanpa pendidik, tujuan
pendidikan mana pun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh
anak didik.5 Demikianlah guru harus tahu tujuan pendidikan yang ingin di
capai dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus pembelajaran
sehingga mempunyai persiapan yang mantap dalam proses pembelajaran.
Bila guru mengajar tanpa persiapan, itu merupakan jalan pintas dan
tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta
didik dan mengancam kenyamanan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan tugas,
dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya, selain itu guru harus mengikuti banyak kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan bidangnya untuk meningkatkan kompetensi
guru agar menjadi pendidik yang profesional.
Selain meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru juga harus
meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Karena pada
dasarnya guru yang bermutu tidak hanya sebagai fasilitator pengajaran
bagi siswa saja, tetapi juga meningkatkan serta menumbuh kembangkan
integritas diri serta mutu kompetensi keguruannya secara
4. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 21
5. Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000
), h. 108.
-
4
berkesinambungan baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan atau
bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru.
Peningkatan mutu guru merupakan tuntutan yuridis seperti yang
tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan
Nasional )Tentang Pendidik dan tenaga Kependidikan Bab XI Pasal 40
Ayat 2 :
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a. menciptakan
suasanan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogi; b. mempunyai komitmen secara profesional
untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.6
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji dan meneliti
lebih lanjut korelasi antara kompetensi guru dengan proses pembelajaran
dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan antara Kompetensi
Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara
Adapun alasan penulis memilih judul di atas adalah sebagai berikut :
1. Guru adalah sosok yang bukan hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi ia juga harus
menjadi suri tauladan dalam kesehariannya di sekolah maupun luar
sekolah dalam pembentukan kepribadian, budi pekerti, tumbuh dan
perkembangan iman dan taqwa bagi para muridnya.
2. Kompetensi Profesional guru merupakan tuntutan yang harus
dimilikinya agar dapat meningkatkan pengatahuan dan
keterampilan dalam mengajar dan mendidik, sehingga ketika
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan murid tidak akan merasa
jenuh dan bosan.
6. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika,
2006), cet. Ke-3, h. 21
-
5
3. Proses pembelajaran merupakan titik temu antara guru dan murid
dalam suatu interaksi edukatif ( pengajaran dan pendidikan ) yang
juga menjadi tolak ukur dalam tercapai atau tidaknya hasil belajar
yang efektif.
4. Penulis tertarik pada profesi guru karena seorang guru juga
mempunyai tanggung jawab, dia tidak hanya mengajar, tetapi juga
melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap peserta
didik.
B. Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru
mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
social. Agar guru lebih berkualitas dalam mengajar.
2. Pentingnya kompetensi guru terhadap efektivitas proses
pembelajaran dan perkembangan siswa di kelas.
3. Seorang guru harus lebih profesional dalam menekuni profesinya
sesuai dengan tuntutan zaman.
4. Kurangnya pengetahuan guru terhadap kompetensinya dalam
proses pembelajaran.
5. Para guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan
mencari informasi dan mau belajar lagi.
6. Perlunya peningkatan kompetensi guru terhadap efektivitas proses
pembelajaran di kelas.
-
6
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk
menghindari pembiasan penulisan dalam memahami pembahasan maka
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut :
1. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan profesional guru
dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas.
2. Efektivitas proses pembelajaran yang di maksud adalah
kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
3. Guru disini adalah guru bidang studi secara umum yang mengajar
pada satuan pendidikan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
adalah :
1. Bagaimana kompetensi guru di MTs. Annida Al-Islamy Rawa
Bugel Bekasi Utara?
2. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengefektifkan proses
pembelajaran di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi
Utara?
3. Bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara?
-
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :
1. Mengetahui kompetensi profesional guru yang ada di Mts Annida
Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
2. Mengetahui efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-
Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
3. Mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi profesional
guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-
Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru, agar mengembangkan kompetensinya dan mampu
menciptakan lingkungan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga kelas menjadi kondusif.
2. Siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya ke
arah yang lebih baik dalam segala pelajaran melalui bimbingan dan
arahan dari guru.
3. Sekolah, agar dapat meningkatkan kompetensi para gurunya
dengan mengikuti berbagai kegiatan kependidikan dan dapat
mengeluarkan generasi bangsa yang berakhlak dan bermoral serta
aktif dan inovatif.
-
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kompetensi Profesional Guru
Pengertian Kompetensi
Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu Competency yang
berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan
pengertian sebagai berikut : competence ordinaliry is defined as
Adequency for a task or as posession of require knowledge, skill and
abilities disini dapat diartikan kompetensi sebagai suatu tugas yang
memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.1 Dalam pengertian ini
kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar.
Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau
kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah The
ability of a teacher to responsible perform has or her duties approriately
yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung
jawab dan layak.2
1 Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.18
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru), (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1996), cet ke-3, h.230
-
9
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti cakap, berkuasa,
memutuskan (menentukan) sesuatu.3
Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai :
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.4
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan
identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan
pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru
yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta
didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan
membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik.
4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran,
keterbukaan, demokratis dan lain-lain).
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 518
4 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Rhineka Cipta, 2002), h. 38
-
10
5. Sikap (attitude); yaitu perasaaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi,
perasaan terhadap upah/gaji dan sebagainya.
6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melakukan sesuatu.5
Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat
tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : kompetensi atau kemampuan
dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek
yang tidak tampak.6 Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut
performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang
tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya
dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kompetensi Guru
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan
standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki
kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen
yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat
dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan :
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.7
5 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, h. 38
6 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h.
34
7 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press,
2006), cet. Ke-2, h. 215
-
11
Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang
guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.8
Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990),
sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya,
peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision
maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran yakni :
1. Sebagai perencana program pembelajaran
a. Mengembangkan indikator hasil belajar;
b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan
indikator hasil belajar;
c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang
strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran
serta menentukan skenario pembelajaran;
d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh
siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan
e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat
mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil
belajar.
8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan.., h. 250
-
12
2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program
pembelajaran
a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran;
b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus;
c. Kemampuan bertanya;
d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran
melalui bahasa yang komunikatif;
e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap
respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan
f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran
baik media pembelajaran sederhana maupun media
elektronik.
3. Sebagai evaluator
Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan
dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian
dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk
menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil
belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.9
Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus
mempunyai kompetensi yang harus dimiliki (pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran
utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus
dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan
profesinalitasnya dalam mengajar.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir),
sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan
dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi
merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,
9 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), cet. Ke-2, h. 10-12
-
13
sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik
seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan
guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi
adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas profesionalnya.
Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek (1)
kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengelaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi cirri dan karekteristik seseorang dalam
menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai
gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau
dipersyaratkan untuk dikasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya.
Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk
menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional;
(2) ciri dan karekteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek
pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan
unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran
untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan
tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.
Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek
material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu
jika dalam praktek tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan
tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak
dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai;
(3) hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu.
Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (out put dan atau out
come ) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau
perilaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan
tindakan kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakan produk dari
kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
-
14
Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan
tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.10
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi
menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi
spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh
rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa dan
bagaimana perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi
merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang
sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi
yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan
profesional.
Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum
sekolah adalah :
1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai
warga yang bertanggungn jawab.
2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan
mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah.
3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugas-
tugas profesinya pada tingkat tertentu.11
Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponen-
komponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu
satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata
pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan
bagian tertentu dari kompetensi.
10 Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 23-24
11
W. Gulo, Strategi, h. 30
-
15
Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara
pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan
menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar
lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan
dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran
dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta
mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya
secara bertanggung jawab.
Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut
para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi
kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu :
1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil
pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya.
2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan
profesi.
3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu
belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau
perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi
kelas dan sebagainya.12
Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga
kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan
profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk
komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun
demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi
perilaku.
12
A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakar Kanisius, 1994), cet ke-1, h. 3
-
16
Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan
kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan,
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini
wajar karena sosialisasi manusia dapat dipandang sebagai
pengejewantahan pribadinya.
Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan
pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik,
profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan
menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan
juga menjadi tauladan di luar kelas.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru
merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah
:
a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan)
b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab. c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam
lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah.
d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik.
e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat.
f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan prinsip dan nilai yang diyakininya.
g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya.
h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru terampil secara pantas dan rapi j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam
keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya.
k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif.
13
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam , h.54-57
-
17
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas
tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan
rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa
menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat
menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik.
Pengertian Profesional
Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan
sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang
professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan
yang dimilki dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab
(responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan
memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu
organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan
pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang
memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri (self concept),
idea yang muncul dari diri sendiri (self idea) dan realita atau kenyataan
dari diri sendiri (self reality).
Dalam kehidupan sehari-hari profesional dan profesi telah
menjadi kosa kata umum. Sering sekali terdengar orang mengatakan Cara
orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional atau Pak
mekanik itu mengerjakan usaha bengkelnya tidak profesional, saya tidak
mau memperbaiki mobil saya ke bengkelnya karena cara kerjanya kurang
bermutu dan sebagainya. Kini sangat banyak yang menganggap bahwa
setiap orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan
dapat memuaskan orang lain. Cara kerja yang demikian itu disebut sebagai
telah menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Sehingga hampir
-
18
kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar
profesional.14
Dalam Al-Quran Surah al-Qashash (cerita-cerita) ayat 26, Allah juga
telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai
berikut :
.
Artinya : , karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya.15
Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa
yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum
ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua
wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syuaib dan Musa
menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang
dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya (Nabi Syuaib) agar
mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syuaib
dengan potongan ayat diatas. Dengan demikian, penulis dapat
menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia
mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang.
Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya
agar meyerahkan suatu urusan (pekerjaan) harus kepada ahlinya, karena
apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana
haditsnya sebagai berikut :
14
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru, h. 1-2 15
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung :
Gema Risalah Press, 1992), h. 613
-
19
. ..........
Artinya : .., Apabila suatu urusan (pekerjaan)
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat,
kehancuran). (HR. Bukhari)16
Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa
menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan
ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak
sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya,
akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan.
Kata profesi berasal dari bahasa Yunani pbropbaino yang berarti
menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut professio yang
digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh
seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi
mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai
kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau
keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang
itu dalam hal melaksanakan tugasnya.
Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1
bahwa :
Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
16
Zainuddin Hamidy, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta : Bumirestu,
1992), jilid. 1, cet. Ke-13, h. 40
-
20
h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru17
Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang
melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang
amatir tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme adalah suatu
terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah
dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau
profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki
pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi
memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan
masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar
hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari
wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi
dan berusaha untuk berkarya.18
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas
keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 1980 telah
merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan
rumusan P 3 G (Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru), antara lain :
1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan
pengajaran.
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan. 6. Mengelola interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan
di sekolah.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
17
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan, h. 214 18
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan.., h. 2-3
-
21
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
19
Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru
dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia
telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi
tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki
wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.
Profesional Guru
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan,
berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan
hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4
tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi
keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada
kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan
pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.20
Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI
tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2)
menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat (2)
seorang pendidik berkewajiban (a) menciptakan suasana pendidikan yang
19
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta. Raja Grafindo
Persada, 1996), cet ke-6, h. 162-178 20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :
Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 39
-
22
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
(c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.21
Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus
di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki
kompetensi keguruan yang cukup, pandai dalam merencanakan
pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap
berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003.
Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran
tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai
kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk
memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu,
guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar
dapat membimbing peserta didik secara optimal.
Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem,
yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu
seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan
melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta
merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan
zaman.22
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki
kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada
kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran
yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
21
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-4,
h. 20 & 21 22
E. Mulyasa., Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 21 & 22
-
23
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut
slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari sub-
kompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut.
1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar;
2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar;
4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari.23
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala,
dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi
yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian
berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian,
penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru
profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada
maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional.
23
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru.., h. 39-40
-
24
2. Efektivitas Proses Pembelajaran
Pengertian Efektivitas
Kata efektivitas merupakan kata sifat dari kata efektif yang
berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat
membawa hasil, berhasil guna.24
Sedangkan kata efektivitas yang terdapat
dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha
dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.25
Dalam karya bukunya, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen Suwarno Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan
yang telah di rencanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau
sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
pekerjaan itu tidak efektif.26
Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.
Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Efektivitas belajar siswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran
yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang
ditempuh.27
Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan
menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal, Baik
Sekali/optimal, Baik/minimal, dan kurang.28
Yang kriterianya adalah
sebagai berikut :
24
Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8, h. 961 25
Hasan sadhili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta ; Ikhtiar Baru Van Hoeven), jilid 2.
h. 883 26
Suwarno handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
(Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10, h. 16 27
Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar
Offset, 1990), cet. Ke-1, h. 63
28
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, h. 107
-
25
a. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh (100%) bahan
pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa.
b. Baik Sekali/optimal :Apabila sebagian besar (76%-99%)
bahan pelajaran itu dapat dikuasai
siswa.
c. Baik/maksimal :Apabila hanya (60%-75%) bahan
pelajaran yang diajarakan dikuasai
oleh siswa.
d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang
diajarkan itu kurang dari 60% dapat
dikuasai oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasakan ketercapaian tujuan pembelajaran
ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat
efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengertian Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum,
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan
pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk
mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun
29 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.., h. 4
-
26
mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan
mengembangkan diri. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek
yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai,
menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.
Pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan
kata benda atau nomina yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar.30
Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai a set event
embedded in purposeful activities that facilitate learning. Pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud
untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran digunakan untuk
menggantikan istilah pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas
yang berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan
pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran. Istilah
pembelajaran telah digunakan secara luas bahkan telah dikuatkan dalam
perundang-undangan, yaitu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Sejalan dengan pandangan diatas, Gagne dan kawan-kawan dalam
Richey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi secara rinci
mengemukakan pandangan yang berbeda antara pengajaran dengan
pembelajaran sebagai berikut :
Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari
pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya
transfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang
dimulia dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya
proses belajar.31
30
Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1996), h. 17 31
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),
cet. Ke-1, h. 9-10
-
27
Walter Dick dan Lou Carey sebagaimana yang dikutip oleh Benny
A. Pribadi, mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau
kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan
menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran
mempunyai tujuan yang dirancang secara sistematik dan sistemik agar
siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, proses
merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain sistem
pembelajaran.32
Konsep belajar (learning) dan pembelajaran (instruction)
merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep
belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar
pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga
menyatu, tergantung pada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi.
Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja
diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada
peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.33
Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar
sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan
demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru
merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar
pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan
langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik, yaitu secara utuh
dengan memeperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu
sistem.34
32 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem.., h. 10-11
33 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka, 2002), h. 11 34
Aminuddin Rasyad, Teori , h. 14
-
28
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah
merangsang dan menyukseskan proses belajar untuk mencapai tujuan,
sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya
perubahan dalam diri peserta didik.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep
belajar dan pembelajaran, berikut dipaparkan kedua konsep itu.
a. Pengertian Belajar
Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi belajar mengungkapkan :
Bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.35
H.M Arifin mengemukakan pandangannya tentang belajar yang
dikutip Drs. Yunus Namsa dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama
Islam bahwa Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan response
yang terjadi dalam rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada
terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniah
akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh36
Dari definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui
pengalaman dan latihan yang dilakukan manusia selama hidupnya melelui
kegiatan membaca, mengamati, mendengkarkan, meniru, dan lain
sebagainya.
Seorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam
dirinya. Dari tidak tahu menjadi tahu dari bodoh menjadi pintar, dari tidak
bisa menjadi bisa dan dari kurang ajar menjadi terpelajar, belajar
merupakan sesuati proses buku suatu hasil. Oleh karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
35
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1991), cet ke-1, h. 121 36
Yunus Namsa, Metodologi, h. 103
-
29
bentyk perbuatan untuk mencapai tujuan. Meskipun belajar merupakan
sesuatu proses, tatapi ia juga melihat hasilnya. Karena semua aktivitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Dengan belajar,
seorang dapat mengaktifkan berpikir, beraksi, dan berbuat terhadap suatu
objek yang dipelajari melalui berbaai aktivitas sehingga timbul suatu
pengalaman baru dalam dirinya.
b. Pengertian Mengajar
Menurut pengertian lama, mengajar adalah proses menanamkan
pengetahuan kepada anak atau proses penyampaian kebudayaan kepada
anak.37
Pengertian semacam ini yang aktif dan memegang peranan utama
adalah guru, sedangkan murid pasif. Padahal murid yang diajar atau
sebagai pihak yang belajar, juga harus aktif, sebab murid tidak dapat
diberlakukan hanya seperti bejana atau wadah yang dengan mudah dapat
diisi, karena murid adalah individu yang juga punya pribadi serta
dinamika. Sedangkan menurut definisi modern menjara diartikan dengan
Teaching is the guidance of learning38
mengajar adalah bimbingan
kapada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukan bahwa
yang aktif adalah anak, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru
hanya membimbing, menunjukan jalan dengan memperhatikan
kepribadian anak.
Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara peserta
didik dan pendidik. Interkasi ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan
istilah interaksi edukatif. Menurut Syaifuk Bahri Djamarah, interaksi
edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :39
1. Mempunyai tujuan
2. Mempunyai prosedur yang direncanakan
3. Ditandai dengan penggarapan materi khusus
4. Ditandai dengan aktivitas siswa
5. Guru berperan sebagai pembimbing
6. Membutuhkan disiplin
37
Yunus Namsa, Metodologi , h.104 38
Roestiyah, NK, Masalah-masalah, h. 13 39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik.., h.15
-
30
7. Mempunyai batas waktu.
8. Diakhiri dengan evaluasi
Dari penjelasan diatas, penulis dapat kemukakan bahwa dalam
proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan media
serta tujuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, sebab, bila salah satu
diantaranya tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat
berlangsung dalam suatu proses enteraksi adukatif. Tidak hanya itu, titik
tekan dalam proses interaksi edukatif yaitu terletak pada posisi guru itu
sendiri. Dimana guru memposisikan dirinya sebagai pembimbing, teman
belajar mendialogkan materi yang sedang dipelajari bersama antara siswa
dan guru.
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk,
membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu :
Pembelajaran di kelas (tatap muka), pembelajaran dengan menggunakan
siaran radio dan televisi, pembelajaran mandiri dengan menggunakan
paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran
berbasis web, aktivitas belajar di laboratorium dan workshop, seminar,
symposium dan studi lapangan (field study) dan pembelajaran dengan
memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.
Dalam suatu sistem pembelajaran, output dari sebuah komponen
merupakan input bagi komponen yang lain. Komponen-komponen dari
sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan,
metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.40
40 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),
cet. Ke-1, h. 30-31
-
31
Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta
didik, dan sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan
kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut pembelajaran
bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran yang Aktif, Kreatif.
Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran
yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM menurut Philip Rekdale
adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,
individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek, penelitian, penyelidikan,
penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari
imaginasi guru.41
Guru harus memahami dan mengerti bahwa perkembangan
IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat, teknologi
informasi/sumber belajar sangat beragam. Oleh karena itu pembelajaran
yang mempersiapkan bekal memenuhi kebutuhan manusia modern,
mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah, persaingan
internasional (Globalisasi), belajar lebih efektif/pendalaman menjadi
sangat penting dalam pembelajaran. Proses PAKEM (1) peserta didik
menjadi aktif dan kreatif; (2) guru sebagai fasilitator; (3) penerapan asas
fleksibilitas; (4) persiapan guru matang; (5) multi interaksi; (6) latihan
dan tugas lebih intensif; (7) sumber belajar bermacam-macam; dan (8)
sudah memanfaatkan alat bantu.42
Kata Frida Dwiyanti Widjaya, salah satu guru di Sinarmas World
Academy, agar pembelajaran lebih efektif dalam menggunakan metode
pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang
pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadi
siswa yang aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. intinya
education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses
pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan
bagi para siswa.43
41
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru.., h. 164 & 168 42
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional, h. 169 43
Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17
-
32
Dengan demikian, agar proses pembelajaran lebih aktif kreatif dan
menyenangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai
pusat dari pembelajaran agar memungkinkan anak untuk bisa
mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya sehingga terciptalah
pendidikan yang aktif, kreatif, dan meyenangkan (PAKEM).
Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran
Secara umum surya subrata membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) itu kepada dua
bagian :
a. Faktor yang berasal dari individu yang meliputi faktorfaktor
fisiologis dan psikologis, seperti motivasi belajar, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan dan sosial ekonomi.
b. Faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor
faktor sosial dan faktor sosial, seprti lingkungan belajar dan
lain-lain.44
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktorfaktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yaitu :
1. Karakteristik siswa yang meliputi kematangan dan intelektual, kondisi jasmani, status ekonomi, usia, dan jenis kelamin.
2. Karakteristik guru yang meliputi intelektual guru, ramah rasa dan karsa guru, usia, jenis kelamin dan sosial guru.
3. Karakteristik kelompok, sistem kelompok juga bisa berpengaruh.
4. Fasilitas fisik, baik yang berada di sekolah, maupun di rumah 5. mata pelajaran. 6. Pengaruh lingkungan luar yang meliputi lingkungan sekolah
maupun lingkungan disekitar rumah kita.45
44
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001) cet
ke-10, h. 233 45
Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3, h. 132
-
33
Itulah beberapa faktor yang harus diperhatikan agar segala kinerja
yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di
sekolah mencapai kesuksesan sebab bila segala faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, salah satunya diabaikan atau
tidak diperhatikan, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan belajar
mengajar menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai sesuai yang diharapkan.
Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan cara mengajar di
depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Padahal materi pelajaran
yang dipelajari itu dimana-mana sama. Selama ini pembelajaran yang
berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak
ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar
cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan
guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah; (5) tidak ada
pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru dan buku sebagai sumber
belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8) penilaian hanya berupa
test; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; dan (10)
interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak
menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan
waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti.
Adapun penulis menambahkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya, yaitu : (1) Faktor
guru; (2) Faktor siswa; (3) Faktor sarana dan prasarana; dan (4 )
lingkungan. Keempat faktor diatas sangat penting untuk diperhatikan dan
agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya dalam proses pembelajaran.
Hal penting yang perlu dicermati juga menurut pendapat Hirsch
yang mengatakan dalam setiap sistem yang terbukti berhasil, citra diri
ternyata lebih penting daripada materi pelajaran. Citra diri yang positif
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Citra
-
34
diri tentu menyangkut kejujuran, kerja keras, disiplin, inovatif, cinta akan
kualitas, dan pemberdayaan potensi secara optimal.46
Dari pendapat Hirsch diatas penulis menambahkan, selain guru
harus mempunyai citra diri yang baik, guru yang profesional juga harus
memperhatikan komponen proses pembelajaran, yaitu : (1) Proses
pembelajaran; (2) Tujuan terhadap pembelajaran; (3) Materi pembelajaran
yang akan disampaikan; (4) Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran; (5) Media pembelajaran; dan (6) Evaluasi. Sehingga dengan
keenam komponen diatas guru lebih dapat mengkondisikan kelas agar
dapat tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
bagi siswa-siswanya.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
kegiatan belajar mengajar adalah tingkat dan fase yang dilakukan anak
didik dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh
pendidik untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Baik pada
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan memperhatikan
komponen proses pembelajaran dan kompetensi keguruan (Pedagogik,
Profesional, Kepribadian dan Sosial).
46 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan, (Bandung,
ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164-165
-
35
Efektivitas Proses Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan
tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk
mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun
mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan
mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai
subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah,
mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.47
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan ditunut
untuk memilki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih
metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara
guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mugkin memerlukan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.48
Peter Kline dalam The everiday genius yang dikutip oleh Syaiful
Sagala mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Setiap orang adalah guru
dan sekaligus murid. Oleh karena itu ciptakanlah lingkungan yang baik,
maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Jadi,
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus
PAKEM adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,
individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek penelitian, penyelidikan,
47
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1,
h. 164 48
E. Mulyasa,.Menjadi Guru Profesional(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 95
-
36
penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari
imaginasi guru.49
Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful
Sagala adalah membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu
(setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat
diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan
masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun
penyelesaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat
ditunjukkan (1) tepat waktu, efisien waktu; (2) pertanyaan sederhana dapat
informasi lengkap; (3) cepat menguasai konsep; (4) metode tepat sesuai
dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator; dan (5) irit biaya.
Berikut skema belajar efektif bahwa pelajaran dimulai dari apa yang
diketahui peserta didik.
Konsep belajar adalah membangun makna terhadap pengalaman
informasi oleh si pebelajar dan guru atas dasar pengetahuan yang dimilki.
Makna ini terbangun dari persepsi dan perasaan peserta di dalam kegiatan,
sehingga mereka belajar berbuat menggunakan bahasa/istilah dipahami
oleh peserta didik. Pengalaman belajar ini akan mendorong/dan
merangsang peserta didik unutk mengungkapkan gagasannya, adapun
perbedaan menjadikan peserta didik menjadi lebih kreatif dan saling
menghargai pendapat masing-masing. 50
Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan dan metode khusus
yang guru kembangkan agar terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan.
49
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,
ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 168 50
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru, h. 174-175
-
37
3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses
Pembelajaran
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggraan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan,
berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan
hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No.
14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus harus
memilki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu
tampak kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai
guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah starategi maupun pendekatan
pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok
sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby
belaka. Profesi berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin
disebut profession yang di gunakan untuk menunjukkan pernyataan
publik yang di buat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu
jabatan publik. Guru yang terjamin kualitasnya diyakini mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Penjaminan mutu guru
perlu dilakukan dari waktu ke waktu demi terselenggaranya layanan
pembelajaran yang berkualitas.51
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah
makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan
orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
51
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, h. 39 & 40
-
38
perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan
terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara
individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki
perbedaan yang sangat mendasar.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru profesional dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik . mereka
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membantu