hubungan konflik peran ganda ibu terhadap …eprints.uns.ac.id/5682/1/179811511201110561.pdf ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA IBU TERHADAP
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA BAWAH
DUA TAHUN DI BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
METHARISA SUJANA
G0007211
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Hubungan Konflik Peran Ganda Ibu terhadap Tumbuh Kembang
Anak Usia Bawah Dua Tahun
di Bandar Lampung
Metharisa Sujana, NIM : G0007211, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Senin, Tanggal 27 Desember 2010
Pembimbing Utama Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes ( ………………................... ) NIP : 19460202 197610 1 001 Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi ( ………………................... ) NIP : 19640220 199003 2 001 Penguji Utama Nama : Prof. Dr. H. Santosa, dr., MS.Sp.Ok ( ……………………........... ) NIP : 1944 1124 1976 091 001 Anggota Penguji Nama : Yulia Lanti Retno, dr., MSi ( ………………................... ) NIP : 1961 0320 1992 032 001
Surakarta, .............................
Ketua Tim Skripsi Dekan Fakultas Kedokteran UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. H. A.A. Subijanto, dr., MS NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
1. Konflik Peran Ganda Ibu............................................................. 6
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun..................... 10
a. Definisi..................................................................................10
b. Faktor‐faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang ..... 11
c. Tahap‐Tahap dalam Proses Tumbuh Kembang................... 15
d. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan......................... 17
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
C. Hipotesis .......................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 22
A. Jenis Penelitian ...............................................................................22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 22
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 22
D. Teknik Sampling dan Besar Sampel............................................... 22
E. Rancangan Penelitian ..................................................................... 24
F. Identifikasi Variabel Penelitian....................................................... 24
G. Definisi Operasional Variable Penelitian........................................ 25
H. Bahan dan Instrumen Penelitian...................................................... 26
I. Cara Kerja ....................................................................................... 28
J. Teknik Analisis Data ...................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 30
A. Hasil Uji Normalitas Data.............................................................. 30
B. Hasil Distribusi Data........................................................................ 31
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................... 34
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 39
A. Simpulan.............................................................................................. 39
B. Saran .................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Lampiran 2. Hasil Analisis Data
Lampiran 3. Penilaian Status Gizi dengan Grafik WHO
Lampiran 4. Denver Developmental Screening Test (DDST) II
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U (z‐score).......17
Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Skala Konflik Peran Ganda Ibu........................ 26
Tabel 4.1. Uji Normalitas..................................................................................... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun..... 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun ……. 30
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu.................................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………….. 20
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian …………………………………….. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Metharisa Sujana, G0007211, 2010, Hubungan Konflik Peran Ganda Ibu terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun di Bandar Lampung, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung.
Metode : Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni‐Juli 2010, yang bertempat di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung. Populasi sasaran adalah ibu yang bekerja dan memiliki anak usia bawah dua tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil secara purposive random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 30 orang. Jenis penelitian ini observasional dengan pendekatan cross sectional. Data diuji dengan korelasi product moment Pearson dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.
Hasil : Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dengan nilai p=0,003
Simpulan : Terdapat hubungan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung ( p<0,05 )
Kata kunci : Konflik Peran Ganda Ibu, Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun, Bandar Lampung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang telah membawa
perubahan dalam bidang peran perempuan. Bila pada masa lalu tugas perempuan
hanya di rumah mengurus anak, suami dan rumah tangga, maka saat ini peran
tersebut sudah banyak bergeser. Saat ini sudah banyak kaum perempuan memiliki
gelar kesarjanaan, memimpin suatu kelompok dan menduduki posisi istimewa di
suatu perusahaan dan instansi pemerintahan yang semula banyak dijabat oleh kaum
lelaki (Rustiani, 1996)
Hubungan antara seseorang dengan lingkungan pekerjaannya dapat
menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan mempengaruhi
perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk nyata
tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di
antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau
ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil (Rustiani, 1996)
Pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak selalu mendapat
dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi tempat
bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada karyawati
yang sudah menikah. Pada karyawati yang berkeluarga, potensi munculnya konflik
peran menjadi semakin besar. Hal tersebut disebabkan karyawati berkeluarga
memiliki peran ganda, yaitu berperan sebagai ibu rumah tangga ( istri dan ibu dari
anaknya ) yang mengatur urusan keluarga dan berperan sebagai anggota organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Setiap peran tentu saja
menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang
saling bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya
perasaan tertekan/stres dan beban pikiran. Menurut Luthans (1979) cit Wilson
(1989), menjelaskan bahwa seseorang akan mengalami konflik peran jika seseorang
memiliki dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika seseorang
berusaha mematuhi satu di antaranya, maka seseorang tersebut akan mengalami
kesulitan.
Pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) sebenarnya memiliki
makna yang berbeda. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.
Walaupun demikian kedua peristiwa tersebut terjadi secara sinkron dan tidak dapat
dipisahkan pada setiap individu (Hurlock, 1978; Soetjiningsih, 1995)
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya tinggi
dan berat badan, tulang‐tulang menjadi lebih besar–panjang–berat–kuat,
perubahan pada sistem persarafan dan perubahan – perubahan pada struktur
jasmaniah lainnya. Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐
lain (Latifah, 2007; Soetjiningsih, 1995)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995)
Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling
kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin
muda umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto,
1990)
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan
baik, sehat, cerdas, dan kreatif. Namun belum semua orangtua memahami
bagaimana cara untuk menuju tercapainya keinginan tersebut. Di sinilah peran
dokter dan petugas kesehatan yang lain untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat terutama para ibu agar anak‐anak dapat tumbuh kembang secara
optimal (Soetjiningsih, 1995)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah:
“Apakah ada hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak
usia bawah dua tahun di Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk menganalisis adakah hubungan konflik peran ganda ibu
terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Tujuan Khusus : Mengetahui kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda
ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan keilmuan, khususnya dalam usaha promosi tumbuh kembang
anak pada ibu yang berperan ganda.
2. Manfaat aplikatif
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan program usaha kesehatan
masyarakat dalam upayanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
khususnya dalam kegiatan‐kegiatan yang bersifat promotif dan preventif.
b. Sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan baru dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja melalui peraturan ketenaga‐kerjaan, khususnya
bagi kaum ibu yang menjalankan peran ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konflik Peran Ganda
Gregson dan Auno, (1994) mendefinisikan konflik peran sebagai
ketidaksesuaian pengharapan yang berhubungan dengan peran. Harapan akan
peran terjadi jika seseorang mengharapkan bagaimana orang lain melakukan
perilaku tertentu. Role conflict atau konflik peran didefinisikan sebagai “the
incongruity of expectations associated with a role”. Jadi, konflik peran (tekanan)
itu adalah adanya ketidak cocokan antara harapan‐harapan yang berkaitan
dengan suatu peran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Menurut Goode (dalam Kaltsum, 2006), konflik peran ganda adalah
kesulitan‐kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan
peran yang berbeda secara bersamaan. Luthans, (1979), menjelaskan bahwa
seseorang akan mengalami konflik peran jika seseorang memiliki dua tekanan
atau lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika seseorang berusaha
mematuhi satu di antaranya, maka seseorang tersebut akan mengalami
kesulitan .
Yang, (2000) mengidentifikasikan konflik peran pada pekerja perempuan
menikah (work‐family conflict) ke dalam 3 indikator yaitu: (1) Time based
conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan
(keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan
yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). (2) Strain‐based conflict. Terjadi pada
saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. (3)
Behaviour‐based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola
perilaku dengan yang digunakan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).
Sumber konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui konflik dalam
diri individu (intrapersonal conflict), konflik antar individu (interpersonal
conflict), konflik antarkelompok (intergroup conflict), ataupun konflik antar
individu dengan kelompok.
Menurut Luthans (1979 : 400) penyebab intrapersonal conflict/konflik
dalam diri individu bisa bersumber dari sifat‐sifat atau ciri‐ciri kepribadian dari
orang yang bersangkutan. Ia mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman
tentang kepribadian manusia yang mereka klasifikasikan dengan profil tipe A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
dan tipe B. Ciri‐ciri orang berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan
cepat, makan cepat, bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus,
tidak menyukai waktu senggang, terobsesi dengan angka‐angka, mengukur
kesuksesan dengan kuantitas, agresif, kompetitif dan selalu merasa dikejar
waktu. Sedangkan kepribadian tipe B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu,
sabar, tidak suka membual, bermain untuk kesenangan bukan kemenangan,
santai, tidak dikejar waktu, bertingkah laku tenang dan tidak pernah terburu‐
buru. Orang‐orang bertipe A, lebih cenderung merasakan konflik di dalam diri
mereka. Kebanyakan dari mereka akan menderita serangan jantung.Selain itu,
penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi
karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat
keputusan untuk memilih alternatif yang terbaik.
Episode konflik yang berlaku, adalah :
a. Approach‐approach Conflict
Di mana seseorang mengalami konflik karena dihadapkan pada dua
tujuan yang sama‐sama menguntungkan atau sama‐sama disukai,
karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu
yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi
jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke
tempat lain dengan iming‐iming gaji yang besar.
b. Avoidance‐avoidance Conflict
Di sini seseorang menghadapi situasi yang mengharuskannya
terpaksa memilih di antara dua alternatif yang sama‐sama tidak disukai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
atau sama‐sama dianggap buruk. Contoh konkrit, seumpama seseorang
disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah lain pada lokasi
yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang
disuruh tapi gajinya diturunkan.
c. Approach‐avoidance Conflict
Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi di mana waktu
seseorang memilih harus menghadapi konsekuensi yang saling bertolak
belakang. Misalnya, orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar,
tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai.
Nelson dan Quick (1997 : 385), mengemukakan tiga penyebab
intrapersonal conflict :
a. Inter‐role Conflict
Di mana seseorang mengalami konflik yang bertalian dengan peran
dalam hidupnya. Biasanya, pekerja/pegawai mengalami konflik, yang
disebut work/home conflict. Contohnya, seorang ibu yang Pegawai
Negeri Sipil (PNS) terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, karena
harus menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit.
b. Intra‐role Conflict
Ini terjadi bila terdapat konflik yang bertalian dengan peran tunggal
(single role), misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda
dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak
antarkaryawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga
seseorang kesulitan menjalankan perannya.
c. Person‐role Conflict
Sebagai konflik yang muncul dalam melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai hidup yang dianut. Contohnya, seseorang
yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal seseorang
sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk
ongkos sekolahnya.
Konflik yang bersumber dari luar misalnya tuntutan lingkungan kerja
yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, terus‐menerus dipaksa mempelajari
keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam
promosi jabatan.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya
konflik peran ganda, antara lain adalah :
a. Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti jabatan profesional
dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk, 1991)
b. Lama jam kerja di luar rumah (Moen dan McClain, 1987)
c. Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana semakin muda usia anak
semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch, 1985)
d. Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah
pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik
peran ganda (Arinta dan Azwar, 1993)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun
a. Definisi
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara
lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tulang‐tulang menjadi lebih
besar–panjang–berat–kuat, perubahan pada sistem persarafan dan
perubahan – perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Pertumbuhan
dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐lain.(Latifah M., 2007;
Soetjiningsih, 1995)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih, 1995)
b. Faktor‐faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Secara umum terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu : (Soetjiningsih, 1995)
1) Faktor Genetik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Termasuk ke dalam faktor genetik ini antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal maupun patologik, ras dan jenis kelamin.
Di samping itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh
kelainan kromosom seperti sindrom Down dan sindrom Turner akan
berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang.
2) Faktor Hormonal
Hormon‐hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
antar lain adalah : hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon
tiroid, hormon seks, insulin, IGF (Insulin‐like growth factor), dah
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial yang mempengaruhi
individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Secara garis besar, faktor lingkungan terhadap tumbuh kembang
anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada
waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan faktor
lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(Faktor Post‐natal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
1) Faktor Lingkungan Pra‐Natal
Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai dengan lahir antara
lain : nutrisi ibu selama kehamilan, mekanis (trauma dan cairan
ketuban), toksin atau zat kimia, endokrin, infeksi, radiasi, stres,
dan imunitas.
2) Faktor Lingkungan Post‐Natal
a) Lingkungan Biologis
Ras/suku bangsa, jenis kelamin, dan usia merupakan
bagian dari lingkungan post natal yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Nutrisi juga sangat penting dalam
tumbuh kembang anak, baik makronutrien maupun
mikronutrien. Pemenuhan kebutuhan zat gizi dilakukan
melalui pemberian ASI secara tunggal (ASI eksklusif) sejak
hari pertama anak dilahirkan hingga usia enam
bulan.Imunisasi memiliki peran yang penting untuk
meningkatkan ketahanan tubuh anak supaya terhindar dari
penyakit‐penyakit yang sering menyebabkan kecacatan atau
kematian.
b) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi cuaca, musim, keadaan
geografs, sanitasi, dan paparan terhadap radiasi.
c) Lingkungan Psikososial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam
tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat
stimulasi. Semakin dini dan semakin lama stimulasi
diberikan, akan semakin besar manfaatnya. Pada usia bayi
0‐6 bulan, penyesuaian dan persepsi ibu dapat terbentuk
melalui proses stimulasi, sedangkan pada usia 0‐36 bulan
intelektual dan perilaku mulai terbentuk, sementara pada
usia 0‐48 bulan kognitif, dan 0‐96 bulan keahlian membaca
dan menulis perlu dirangsang. Stimulasi sejak dini juga
sangat diperlukan dalam merangsang perkembangan otak,
baik itu otak kanan maupun otak kiri.
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak ini secara umum
dapat digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Sularyo, 1993;
Soetjiningsih, 1995), yaitu :
1) Kebutuhan fisik‐biomedis (” ASUH ”) meliputi : pangan/gizi,
perawatan kesehatan dasar antara lain : imunisasi,
penimbangan berat badan, pemberian ASI, pemberian oralit,
papan pemukiman yang layak, sanitasi lingkungan, sandang.
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (” ASIH ”) meliputi ikatan yang
erat, serasi, selaras antara ibu dan anak, kehadiran ibu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
memberikan rasa aman, kehangatan. Kekurangan kasih sayang
akan menimbulkan sindroma deprivasi maternal.
3) Kebutuhan stimulasi mental (“ ASAH “) meliputi rangsangan
visual, permainan, komunikasi verbal, interaksi sosial, dan
pengenalan lingkungan.
c. Tahap – tahap dalam proses tumbuh kembang
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga
disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan
cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal
pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak.
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik berupa tinggi dan berat badan akan
terus terjadi hingga seseorang berusia 15 – 20 tahun, dimulai dari
bayi dengan berat badan 3,5 kg dan panjang badan 50 cm pada
kelahiran cukup bulan hingga mencapai ukuran dewasa yang
berbeda‐beda pada masing – masing individu. Faktor genetik
memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan kecepatan
dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang
optimal hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang
mendukung, seperti nutrisi dan tingkat kesehatan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
2) Pekembangan Motorik
Pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan
motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan
motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot‐otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot‐
otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak
dapat berkembang dengan optimal.(Behrmann ; Vaughan , 1992)
Perkembangan kognitif/intelektual anak usia 1 – 2 tahun (12 –
24 bulan) sangat pesat perkembangannya. Pada usia 1 – 2 tahun, anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini juga, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui hal‐hal seperti : belajar
melalui pengamatan/mengamati, meniru orang tua, belajar konsentrasi,
mengenal anggota badan, mampu berpikir antisipatif, memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
kalimat yang terdiri dari beberapa kata, dan cepat menangkap kata‐kata
baru.(Hurlock, Elizabeth B., 1992)
Perkembangan kognitif/intelektual anak usia 2 – 3 tahun (24 –
36 bulan) semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak,
yaitu sebagai berikut : berpikir simbolik, menghitung, berkembangnya
pemahaman konsep, puncaknya perkembangan bicara dan bahasa.
(Hurlock, Elizabeth B., 1992)
d. Penilaian perrtumbuhan dan perkembangan anak
Untuk penilaian pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran
– ukuran antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang
meliputi :
1) Tergantung umur (age dependent)
a) Berat Badan (BB) terhadap umur
b) Tinggi/Panjang Badan (TB/PB) terhadap umur
c) Lingkar Kepala (LK) terhadap umur
d) Lingkar Lengan Atas (LLA) terhadap umur
2) Tidak tergantung umur
a) BB terhadap TB
b) LLA terhadap TB
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting
untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang
berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U , TB/U dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh. (Ali , 2010)
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB (z‐score)
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < ‐3 SD Gizi buruk
‐ 3 s/d <‐2 SD Gizi kurang
‐ 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < ‐3 SD Sangat Pendek
‐ 3 s/d <‐2 SD Pendek
‐ 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < ‐3 SD Sangat Kurus
‐ 3 s/d <‐2 SD Kurus
‐ 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
( WHO, 2005 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan
fungsi individu yang harus dipantau secara berkala, Penilaian
perkembangan anak dinilai melalui anamnesis yang lengkap dan teliti,
evaluasi lingkungan anak, evaluasi penglihatan dan pendengaran anak,
evaluasi bicara dan bahasa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis,
evaluasi penyakit metabolik, dan penggunaan perangkat – perangkat
skrinning guna mengetahui perkembangan anak , misalnya dengan
menggunakan tes IQ, Denver Developmental Screening Test (DDST) atau
test psikologis lainnya. (Soetjiningsih, 1995)
1) Uji Intelegensi Individual (Uji Stanford Binet)
Uji Intelegensi Stanford Binet adalah suatu perangkat yang
telah distandardisasi untuk melihat kecerdasan intelektual (IQ)
dan kemampuan kognitif pada anak – anak usia 2 tahun maupun
dewasa sampai dengan usia 23 tahun. Perangkat ini dirancang
untuk menguji empat area yaitu : verbal, kuantitatif, abstrak, dan
visual, serta ingatan jangka pendek. Walaupun sebagian besar
terdiri dari unsur – unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan valid.
Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental.
(Soetjiningsih, 1995)
2) Tes Psikomotorik Denver Developmental Screening Test (DDST) II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan perkembangan yang terjadi pada anak sejak lahir
sampai berumur 6 tahun. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan oleh suatu metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat dilakukan (15 – 20 menit), dapat diandalkan dan
memiliki validitas yang tinggi. Frankenburg melakukan revisi dan
restandardisasi DDST dan memberikan perubahan pada sektor
bahasa, dan hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.
Bidang/aspek yang dinilai dalam Denver II yaitu : personal
social, Fine motor adaptive (adaptif – motorik halus), language
(bahasa), gross motor (motorik kasar).(Frankenburg; Dodds;
Archer; et al, 1992)
B. Kerangka Pemikiran
Faktor Internal :
1. Genetik 2. Hormonal 3. Lingkungan Pra‐Natal
Tumbuh Kembang Anak *
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara konflik peran ganda
ibu dengan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung.
BAB III
Faktor Eksternal :
1. Lingkungan Biologis 2. Lingkungan Fisik 3. Lingkungan PsikoSosial*
(ASUH, ASIH, ASAH )
Keterangan
* di li i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional
dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Balita yang terdapat di Puskesmas
Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung pada bulan Juni – Juli 2010
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang
memiliki anak usia bawah dua tahun dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Besarnya sampel
ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin, dengan perhitungan sebagai
berikut:
Rumus Slovin : n = N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
1+Ne2
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : 0,05
Jadi besarnya sampel yang diperlukan, menurut rumus Slovin:
n = N = 32 1+Ne2 1+32(0,05) 2
= 29, 629
Dalam penelitian ini besarnya sampel menjadi 30 orang, dengan kriteria
restriksi penelitian sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a.Karyawan perempuan yang masih aktif bekerja dan pekerjaannya
menghasilkan uang yang dibutuhkan keluarga.
b. Anak usia bawah dua tahun ( < 24 bulan )
c.Anak yang dilahirkan normal dengan masa kehamilan aterm, tidak
ditemukan kelainan kongenital atau penyakit genetik yang mudah
dikenal melalui pemeriksaan fisik diagnostik.
d.Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar
Lampung
2. Kriteria Eksklusi
a. Ibu rumah tangga/tidak bekerja
b. Anak usia > 24 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
c. Anak kembar
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : konflik peran ganda ibu
2. Variabel terikat : tumbuh kembang anak bawah dua tahun
3. Variabel pengganggu : usia ibu , status gizi anak, sosial ekonomi, pendidikan
30 sampel ibu bekerja yang mempunyai anak usia bawah dua tahun
di Puskesmas Rawat Inap Kedaton di Bandar
Pengukuran variabel
Konflik Peran Ganda Ibu
Pengukuran variabel
1. Tumbuh Anak ( BB/U)
2 K b A k (D T t II)
Analisis uji korelasi Pearson
Seluruh ibu bekerja yang mempunyai anak usia bawah dua tahun ( N=32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Konflik Peran Ganda Ibu
Yang dimaksud konflik peran ganda ibu adalah kesulitan‐kesulitan
yang dirasakan oleh seorang perempuan bekerja yang telah berkeluarga
dan mempunyai anak dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan
peran yang berbeda secara bersamaan sebagai seorang ibu dan
karyawan. sehingga ibu tersebut berusaha mematuhi satu di antaranya
dan akan mengalami kesulitan.
Tingkat konflik ditentukan berdasarkan penilaian terhadap 6 aspek
(menurut skala konflik peran ganda dari Sekaran, 1986 ) . yaitu aspek (1)
pengasuhan anak, (2) bantuan pekerjaan di rumah tangga, (3)
komunikasi dan interaksi dengan suami‐anak, (4)waktu yang digunakan
untuk keluarga, (5) penentuan prioritas, (6) tekanan karier dan keluarga,
ditambah dengan satu aspek (Arinta dan Azwar, 1993 ) tentang : (7)
pandangan keluarga terhadap karier
Skala pengukuran adalah skala interval
Alat ukur menggunakan kuesioner dengan 41 pertanyaan
2. Tumbuh Kembang Anak Bawah Dua Tahun
Tumbuh kembang anak bawah dua tahun adalah tingkat tumbuh
kembang anak usia < 24 bulan yang diukur secara antropometri (berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
badan menurut umur) untuk aspek tumbuhnya dan menggunakan
metode skrinning DDST II untuk aspek kembangnya.
a. Kriteria yang dipakai untuk aspek tumbuh adalah :
1. Berat badan anak yang sesuai umur, diberi nilai 1
2. Berat badan anak yang tidak sesuai umur, diberi nilai 0
b. Kriteria yang dipakai untuk aspek kembangnya adalah :
1. Empat aspek yang dites dengan DDST II lulus, diberi nilai 1
2. Empat aspek yang dites dengan DDST II gagal, diberi nilai 0
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan
rentang nilai 0‐2
H. Bahan dan Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Skala Konflik Peran Ganda
Skala ini disusun untuk mengungkap tingkat konflik peran ganda pada
wanita karir, di mana konflik diperkirakan berasal dari peran dalam
pekerjaan dan peran dalam keluarga. Skala ini dibuat dengan mengacu pada
Skala Konflik Peran Ganda oleh Sekaran (1986) dan Work‐Family Conflict
Scale dari Kopelman dkk. (1983) dan Burley (1989). Skala ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
skala Likert (method of summated rating ) dimodifikasi dengan empat
pilihan (Sutrisno, 1991).
Dalam penyusunan skala konflik peran ganda ada 41 butir pernyataan
yang mencakup tujuh aspek dan memiliki koefisien rix bergerak dari 0,304
sampai dengan 0,701 dan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,914. Ketujuh
aspek tersebut, yaitu aspek (1) pengasuhan anak, (2) bantuan pekerjaan di
rumah tangga, (3) komunikasi dan interaksi dengan suami‐anak, (4) waktu
yang digunakan untuk keluarga, (5) penentuan prioritas, (6) tekanan karier
dan keluarga, (7) pandangan keluarga terhadap karier.
Tabel 3.1.Rancangan Instrumen Skala Konflik Peran Ganda Ibu
No ASPEK Nomor butir Jumlah
1. Pengasuhan Anak 1, 7, 13,19, 24, 29, 33 7
2. Bantuan pekerjaan rumah tangga 8, 14 2
3. Komunikasi – interaksi dengan
suami‐ anak
2, 9, 15, 20, 25, 30, 40, 41 8
4. Waktu untuk keluarga 3, 10, 21, 34, 37 5
5. Penentuan prioritas 4, 18, 26, 31, 38 5
6. Tekanan karier dan tekanan
keluarga
5, 11, 16, 17, 22, 32, 35 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
7. Pandangan keluarga terhadap
karier
6, 12, 23, 27, 28, 36, 39 7
2. Peralatan test DDST II, terdiri dari : Kartu Tumbuh Kembang Anak Denver II
(Suprapti, 1992), delapan buah kubus kayu berwarna (merah, kuning, hijau,
dan biru) masing‐masing dua buah, benang wol merah, manik‐manik, icik‐
icik dengan pegangan (handle) yang kecil, bola tenis, bel kecil, pensil, dan
kertas.
3. Alat timbang untuk pengukuran berat badan anak dengan satuan gram
I. Cara Kerja
Tahap pertama dilakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, yaitu ibu yang bekerja dan mempunyai anak berusia antara 0 –
24 bulan , anak yang dilahirkan normal dengan masa kehamilan aterm, tidak
ditemukan kelainan kongenital atau penyakit genetik yang mudah dikenal
melalui pemeriksaan fisik diagnostik, dan tinggal di wilayah Puskesmas Rawat
Inap Kedaton. Semuanya disusun dalam kerangka sampel dengan
mengelompokkan berdasarkan desa tempat tinggal. Sampel yang dipilih pada
tiap desa digunakan teknik acak sederhana (simple random sampling) yaitu
dengan menggunakan kertas undian.
Tahap kedua dilakukan pengumpulan data tentang identitas, keadaan ibu,
dan keadaan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
Tahap ketiga dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak. Pemeriksaan
dilakukan di tiap Posyandu yang ada di desa tempat tinggal sampel (disesuaikan
dengan jadwal hari kerja posyandu). Selain itu juga dilakukan pengisian
kuesioner oleh ibu.
J. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji
korelasi Pearson. Data akan diolah dengan menggunakan Statistic Product and
Service Solution (SPSS) 16.00 for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berjenis observasional dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang
memiliki anak usia bawah dua tahun dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Kedaton Bandar Lampung. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu . Besar sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Adapun data penelitian diperoleh dari penyebaran angket kemudian dianalisis
secara deskriptif dan statistik.
A. Hasil Uji Normalitas Data
Tabel 4.1 Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov‐Smirnov
df Sig.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
Konflik Peran ganda Ibu
Tumbuh Kembang Anak
30
30
.233
.177
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov di atas diperoleh
nilai Sig. untuk konflik peran ganda ibu sebesar 0,233 dan tumbuh kembang
anak 0,177. Oleh karena kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dinyatakan seluruh data
berdistribusi normal.
B. Hasil Distribusi Data
1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun
No Jenis Kelamin Responden Jumlah Persen
1 Laki‐laki 14 46,7 %
2 Perempuan 16 53,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
Dari Tabel 4.2 sebagian besar anak usia bawah dua tahun berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 16 anak (53,3%) sedangkan responden berjenis
kelamin laki‐laki sebesar 14 anak (46,7%).
2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
No Status Gizi Jumlah Persen
1 Buruk 1 3,3 %
2 Baik 21 70,0 %
3 Lebih 8 26,7 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.3 sebagian besar status gizi anak usia bawah dua tahun
baik yaitu sebesar 21 anak (70,0%) gizi anak usia bawah dua tahun lebih
sebesar 8 anak (26,7%) dan gizi anak usia bawah dua tahun buruk 1 anak
(3,3%).
3. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
No Peran Ganda Ibu Baduta Jumlah Persen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
1 Tidak Konflik 5 16,7 %
2 Konflik 25 83,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.4 sebagian besar peran ganda ibu menyebabkan konflik
sebesar 25 orang (83,3%) sedangkan tidak konflik sebesar 5 orang (16,7%).
4. Sebaran Umur Anak Usia Bawah Dua Tahun
Umur anak usia bawah dua tahun pada penelitian ini adalah minimum 1 bulan
dan maksimum 23 bulan. Nilai mean 13,13 dan standar deviasi 6,857. Anak
berusia < 6 bulan sebanyak 6 anak dan yang berusia > 6 bulan sebanyak 24
anak.
5 . Nilai Konflik Peran Ganda Ibu
Kisaran nilai Konflik Peran Ganda Ibu pada penelitian ini adalah 27–86. Nilai
mean 48,47 dan standar deviasi 17,51
6. Nilai Tumbuh Kembang
Kisaran nilai tumbuh kembang pada penelitian ini adalah 0–2. Nilai
mean 1,03 dan standar deviasi 0,76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
Variabel tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori
buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada
konflik sebesar 4 (13,3%), variabel tumbuh atau kembang anak usia bawah
dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik
sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh
kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik
sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%).
Dalam penelitian ini rumus analisis yang digunakan yakni korelasi
product moment pearson untuk mencari hubungan antara variabel konflik
peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun
dengan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov memperlihatkan nilai P value
> 0.05 yang dianggap distribusinya normal. Dengan menggunakan SPSS
dihasilkan korelasi product moment pearson atau rhitung sebesar 0,521
dengan P value sebesar 0,003 < 0,05, yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak
usia bawah dua tahun, dan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya
47,90% dipengaruhi oleh variabel luar.
BAB V
PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
Peran ganda ibu dengan anak usia bawah dua tahun sebagian besar mengalami
konflik sebesar 83,3%, karena pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak
selalu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi
tempat bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada
perempuan pekerja yang sudah menikah. Pada karyawan perempuan berkeluarga,
potensi munculnya konflik peran menjadi semakin besar. Peran ganda bagi wanita dapat
dikatakan memiliki konsep dualisme kultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik
dan konsep lingkungan masyarakat. Lingkungan domestik merupakan lingkungan yang
terkait dengan kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai ibu yang melahirkan, menyusui,
mendidik, mengasuh anak dan mendampingi suami. Sedangkan lingkungan publik
adalah lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal oleh masyarakat,
seperti kedudukan, kepuasan, gaji, dan status sosial. Setiap peran tentu saja menuntut
konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang saling
bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya perasaan
tertekan/stres dan beban pikiran.
Menurut Rustiani (1996) hubungan antara seseorang dengan lingkungan
pekerjaannya dapat menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan
mempengaruhi perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk
nyata tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di
antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau
ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil.
Pada tumbuh kembang anak sebagian besar tumbuh atau kembang baik yaitu
sebesar 43,3%. Menurut Latifah (2007) pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan
antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan. Pertumbuhan dapat diamati dengan
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar
lengan, dan lain‐lain. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok
umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk
menciptakan anak sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan
secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak. Faktor genetik memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan
kecepatan dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal
hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti nutrisi dan
tingkat kesehatan yang baik Sedangkan menurut Behrmann ; Vaughan (1992)
pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot‐otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot‐otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting,
menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat
berkembang dengan optimal.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial”. Secara garis besar, faktor
lingkungan terhadap tumbuh kembang anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan
faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor Post‐
natal). Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling
kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda
umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto, 1990)
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua
tahun, dengan nilai p=0,003 (p<0.05) dengan besarnya sumbangan 52,10%,
sedangkan sisanya 47,90% dipengaruhi oleh variabel luar Tumbuh kembang anak
usia bawah dua tahun yang berkategori buruk dan peran ganda ibu tidak ada
konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada konflik sebesar 4 (13,3%), tumbuh atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu
tidak ada konflik sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%)
Sedangkan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu
tidak konflik sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%). Berdasarkan
hasil tersebut ibu yang mengalami konflik peran ganda belum tentu tumbuh
kembang anaknya menjadi buruk. Hal ini mungkin dikarenakan adanya
pemfungsian keluarga yang baik seperti menurut Monk (1996) bahwa kasih
sayang yang sangat diperlukan bagi perkembangan anak bukan hanya berasal dai
ibu biologik, tetapi dapat pula oleh orang lain yang berfungsi sebagai ibu
pengganti. Ibu pengganti yang melaksanakan berbagai fungsi ibu ini dapat
diperankan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain baik ayah, saudara atau
oleh seorang pembantu rumah tangga. Fungsi ibu yang diperankan oleh anggota
keluarga lain tadi menurut Fuller (1993) disebut pemfungsian keluarga (family
functioningz). Pemfungsian keluarga tersebut sangat bermanfaat untuk menutupi
kekurangmampuan ibu biologik dalam merawat anaknya. Anak yang memperoleh
kehangatan dan mendapatkan stimulasi yang penuh kasih sayang dari seseorang
yang berperan sebagai ibu akan sangat berpengaruh positif bagi tumbuh
kembangnya. ( Sularyo, 1993 )
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik
peran ganda, antara lain (1) Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti
jabatan profesional dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk,
1991), (2) Lama jam kerja di luar rumah dan keketatan alokasi jam kerja di mana
karyawan perusahaan atau burh memiliki alokasi jam kerja yang lebih ketat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
dibandingkan pedagang dan buruh cuci, (3) Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana
semakin muda usia anak semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch,
1985), (4) Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah
pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran ganda
(Arinta dan Azwar, 1993)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian sejumlah 30 responden yaitu hubungan antara
konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua
tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
1. Ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap
tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun dengan nilai p = 0,003
(p < 0,05)
2. Kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh
kembang anak usia bawah dua tahun mempunyai hubungan kuat dengan
nilai koefisien korelasi nilai r = 0,521.
B. Saran
1. Bagi Instansi Terkait
Menjalin kerjasama dengan pemerintahan dan organisasi non pemerintah
untuk memberikan penyuluhan kepada ibu yang bekerja diluar rumah
tentang tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel
yang diteliti, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak usia bawah dua tahun.