hubungan kristen protestan dengan pancasila di indonesia-005
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii
HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. viii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xi
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Telaah Pustaka ............................................................................. 8
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11
F. Sistematika Pembahasan .............................................................. 12
BAB II. SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG ………………………. 14
A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan ................................ 14
B. Karir dan Kegiatannya ................................................................. 18
C. Karya-Karya T.B. Simatupang .................................................... 21
viii
D. Orang-Orang Yang Mempengaruhi Pemikiran T.B. Simatupang .. 22
BAB III. PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGAN
KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI INDONESIA. 27
A. Pemahaman T.B.Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia ...27
1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia .............. 28
2. Pemahaman T.B.Simatupang Kristen Protestan Tentang Ideologi
Pancasila .............................................................................................32
B. Aspek-aspek Pemikiran T.B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen
Protestan dengan Pancasila di Indonesia ..................................... 35
1. Aspek Sejarah ....................................................................... 35
2. Aspek Politik ........................................................................ 37
3. Aspek Agama ........................................................................ 40
C. Pemahaman Tentang Pancasila .......................................................... 41
1. Pengertian Pancasila .................................................................... 42
a. Pengertian Pancasila dari Etimologi ..................................... 42
b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi ......................... 43
2. Sejarah Singkat Tentang Pancasila .............................................. 43
3. Fungsi Pancasila ........................................................................... 51
a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia .......
51
b. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia ........... 53
c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia ..................... 56
ix
BAB IV. PENGARUH PEMIKIRAN T.B. SIMATUPANG TERHADAP
AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI INDONESIA …………… 58
A. Pemahaman Kristen Protestan terhadap
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ..................................................... 58
B. Meningkatkan Partisipasi Gereja dalam Membangun Bangsa Indonesia
Sebagai Pengamalan Pancasila ....................................................... 63
C. Analisis Penulis ............................................................................. 70
BAB V. PENUTUP …………………………………………………………… 76
A. Kesimpulan ..................................................................................... 76
D. Saran-Saran ..................................................................................... 78
E. Kata Penutup.................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 80
CURICCULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
x
Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia, sejak semula telah dikenal sebagai bangsa yang religius, bangsa yang memiliki kepercayaan dan hubungan dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dinyatakan dalam sikap hidup yang didasarkan kepada ajaran-ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh toleransi di antara pemeluk-pemeluknya.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah diakui oleh masyarakat
Indonesia. Namun sejarah dari masa ke masa menunjukkan, bahwa agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah menjadi dasar dan memberikan
warna terhadap semua segi kehidupan bangsa.1
Menurut pandangan Kristen Protestan, tidak ada masalah untuk menerima
Pancasila. Bahwa Pancasila telah memberikan banyak inspirasi, selama pemahaman
tentang kelima sila dari Pancasila tetap terbuka dan Pancasila tidak kemudian menjadi
doktrin yang tertutup. Orang-orang Kristen Protestan dapat memahami sila pertama,
dengan menyatakan bahwa di dalam kerangka kepercayaan kepada yang transenden,
orang-orang yang sudah memiliki agama dapatlah terus melakukan dialog
berdasarkan sikap saling menghargai demi tanggung jawab bersama.2
Negara Indonesia yang memilki Pancasila sebagai dasar negara maupun
filsafat hidup atau pegangan hidup bangsa Indonesia, setiap rakyat Indonesia harus
mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya sila-sila dari Pancasila itu telah
berakar pada jiwa Bangsa Indonesia.3 1 T.B. Simatupang ( dkk .), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm. 92.
2 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984), hlm. 12-13.
3 T.B. Simatupang (dkk.) , op.cit., hlm.97.
xi
Pancasila berfungsi sebagai bimbingan moral dan etika, yang telah
ditransformasikan menjadi dasar konsep politik yang sedemikian rupa. Ada dua
kelompok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan ideologi suatu bangsa.
Pertama, kelompok nasionalis sekuler kedua kelompok nasionalis muslim. Yang
dimaksud nasionalis sekuler adalah kelompok-kelompok yang menjadi pemimpin
politik yang di Indonesia seperti pemimpin pilitik dari kalangan muslim, pemimpin
politik dari kalangan Katolik, pemimpin politik dari kalangan Protestan, pemimpin
politik dari kalangan Hindu. Secara tegas kelompok-kelompok nasionalis sekuler
menolak agama dijadikan sebagai dasar negara. Meskipun secara personal nasionalis
sekuler bukan kaum sekuleris, bahkan nasionalis sekuler tidak menggunakan agama
sebagai ideologi atau sistem politik.4
Kelompok nasionalis muslim adalah kelompok yang mempunyai gagasan
bahwa Islam harus dijadikan sebagai dasar negara, antara agama dan politik tidak
dapat dipisahkan karena tidak ada pemisahan antara persoalan duniawi dan ukhrawi
dalam Islam.5
Di bumi Indonesia tidak hanya mayoritas agama Islam saja tetapi masih ada
agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu dan Budha yang butuh
perlindungan dari negara. Oleh sebab itu , yang pantas dijadikan dasar negara adalah
Pancasila, agar semua agama yang ada di Indonesia dapat menerimanya, bukan
4 Faisal Ismail , Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm.4-5.
5 Faisal Ismail, loc.cit..
xii
berarti setelah ber Pancasila lalu meninggalkan agama, tetapi Pancasila dan agama
harus sejalan, Pancasila tanpa agama akan kosong hasilnya.6
Menurut Faisal Ismail Konflik antara kelompok nasionalis sekuler dengan
kelompok nasionalis muslim mengenai landasan falsafah negara tetap tegang,
sehingga terbentuklah Piagam Jakarta pada butir pertama yang berbunyi “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Bunyi butir
pertama Piagam Jakarta yang memberikan posisi umat Islam di Indonesia yang
memungkinkan untuk menerapkan syariat Islam, di negara Indonesia yang meskipun
umat Islam yang pada dasarnya harus menerima Pancasila sebagai ideologi negara.7
Bunyi butir pertama dari Piagam Jakarta mendapatkan tantangan yang keras dari orang-orang yang non muslim, yang menyatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam sangat mengesampingkan agama-agama lain yang ada di Indonesia. Seakan-akan menonjolkan agama orang yang mayoritas yaitu agama Islam, jika tidak diganti butir pertama dari Piagam Jakarta, maka dari kalangan agama orang yang minoritas yaitu agama non Islam akan memisahkan diri dari Republik Indonesia.8
Agar bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah maka kedua kelompok tersebut
melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi pertama dari Piagam Jakarta agar
tidak menyinggung perasaan dari kalangan agama minoritas, maka dengan
kesepakatan bersama antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok
nasionalis muslim , maka Piagam Jakarta diganti dengan bunyi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”.9
6 Deliar Noer, Islam Pancasila dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983), hlm.5.
7 Ibid ., hlm.45-46.
8 Ibid., hlm . 49.
9 Ibid .,
xiii
Untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara kelompok nasionalis
sekuler dan kelompok nasionalis muslim, maka PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara.10 Dengan disahkannya UUD 45, maka
nilai-nilai yang esensial dalam Pancasila adalah:
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Persatuan Indonesia
5. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan
6. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Selain itu juga kebebasan untuk memeluk agama di Indonesia ditegaskan
dalam UUD 45 Pasal 29 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya
itu.11
Pasal-pasal yang terdapat dalan UUD 45 yang merupakan sebuah transformasi
Pancasila sebagai norma-norma untuk hidup bermasyarakat, dalam bidang
keagamaan, hukum, politik, sosial dan ekonomi.12 Pancasila dapat dijadikan sebagi 10 Kaelan , Pancasila Yuridis kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma
Masyarakat Madani ( Yogyakarta : Paradigma,1999 ), hlm. 55-56.11 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Moralitas, Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta :
BPK. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 110 –111.
12 PJ. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis , Yuridis Kenegaraan ( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 135-136.
xiv
alat pemersatu bangsa Indonesia, dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah
mewujudkan bahwa dengan Pancasila dapat menimbulkan semangat persatuan dan
kesatuan bangsa dapat membawa keutuhan negara Republik Indonesia.13
Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas tidak
bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara keseluruhan dapat
mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang ada di Indonesia.14 Penjelasan
butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang erat hubungannya dengan Al-Kitab
adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha EsaSila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.Penjelasan Al-Kitab:Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8)
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradabSila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan tanggung jawabnya.
Penjelasan Al-Kitab:Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)3. Sila Persatuan Indonesia
13 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Rajawali Press, 1992 ), hlm. 21-22.
14 P. Oktavianus, Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam
Hidup Berbangsa , Bernegara, Bermasyarakat ( Malang : Departemen Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia , 1985 ), hlm. 13.
xv
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.
Penjelasan Al-Kitab:“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilanSila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Penjelasan Al-Kitab:“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)
Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.15
Penjelasan di atas menurut pandangan T.B. Simatupang Pancasila adalah lebih
dari sekedar payung, Pancasila mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri.
Pancasila sebuah ideologi dan sebuah pandangan hidup.16
15 Ibid., hlm. 16-20
16 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila , op.cit., hlm. 10.
xvi
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus perhatian untuk diteliti adalah:
Bagaimana pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan
Pancasila di Indonesia ?
Apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di
Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia mempunyai beberapa tujuan yaitu :
Untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan
Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia dalam konteks yang lebih
spesifik
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh
pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
2. Secara akademik penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu
perbandingan agama.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman umat Kristen Protestan
dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .
xvii
Telaah Pustaka
Setelah mengadakan penelusuran pustaka, sejauh penulis ketahui agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian ini yang sebelumnya membahas T.B. Simatupang, maka penulis melakukan telaah pustaka sebagai berikut:
Karya ilmiah yang mengkaji tentang pemikiran T.B. Simatupang dalam buku,
Spiritualis, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, di tulis oleh Victor I Tanja
pada tahun 1996. Dalam buku ini menggunakan pendekatan sosiologis, yang
memaparkan bagaimana peranan agama khususnya Iman Kristiani dalam
memberikan sumbangan terhadap tuntutan pembangunan di tengah masyarakat
Indonesia yang pluralistik berdasarkan Pancasila sebagai satu-satunya asas
bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh : A.G. Hoekema, yang di terjemahkan
oleh Ny. Amsy Susilaradeya pada tahun 1997, yang berjudul : Berpikir Dalam
Keseimbangan Yang Dinamis , Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di
Indonesia ( 1860- 1960).Dalam buku ini menggunakan pendekatan historis-teologis,
yang memaparkan tentang bagaimana perkembangan teologi Protestan di Indonesia
selama tahun 1860-1960, dan kapan teologi Protestan di Indonesia lahir ? dan juga
siapa tokoh yang membangun teologi Protestan di Indonesia.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo, pada
tahun1993 yang berjudul: Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan
Islam dan Kristen di Indonesia. Dalam buku ini mengunakan pendekatan sosiologis
dan teologis, yang memaparkan untuk mengungkap dan mengkaji perkembangan dan
pertemuan kedua agama tersebut di bumi Indonesia atau di bumi Pancasila, dan juga
xviii
untuk membantu bisa saling mengenal satu sama lain dalam rangka saling mengasihi
sesama insan yang saling berlainan agama dan kepercayaan.
Kemudian ada skripsi yang berjudul: Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa
Pemahaman dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ), yang ditulis oleh: Tri Budi
Waryanto, dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dan metode
historis. Dalam skripsi ini lebih memfokuskan tentang pengertian organisasi
kemasyarakatan dalam arti apakah persekutuan gereja-gereja di Indonesia dapat
dijadikan sebagai organisasi kemasyarakatan yang dapat mengayomi atau melindungi
masyarakat Kristen Protestan di Indonesia.
Kemudian ada skripsi yang berjudul : Gereja dan Pembangunan ( Studi
Pemikiran Tahi Bonar ( T.B.) Simatupang ), di tulis oleh Ahmad Musfik, skripsi
tersebut menggunakan pendekatan historis, dan pembahasannya lebih terfokus
bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun
bangsa ini agar menjadi bangsa yang makmur dan beradab.
Berdasarkan telaah pustaka di atas maka peneliti akan mengkaji mengenai
pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di
Indonesia. Akan tetapi peneliti harus membedakan terlebih dahulu antara penelitian
yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya
yang sudah pernah mengkaji pemikiran T.B. Simatupang adalah Viktor I Tanja yang
berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh
Tri Budi Waryanto yang berjudul Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa Pemahaman
dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ). Kemudian ada juga penelitian yang di tulis
xix
oleh Ahmad Musfik yang berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga
penelitian yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo yang berjudul Hidup Bersama
di Bumi Pancasila : Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia.
Kemudian yang membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah: Bahwa penelitian sebelumnya hanya memfokuskan bagaimana
gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa
ini,dan apakah gereja –gereja yang di Indonesia dapat mengayomi atau melindungi
umat Kristiani di Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis
sekarang yang berjudul hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia (
Studi atas Pemikiran T.B. Simatupang ) yang tidak terlepas dari beberapa faktor
yaitu: Faktor sejarah, faktor politik dan faktor agama.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini bercorak Library Research (Penelitian Pustaka), dalam arti
sumber-sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik
yang dibahas. Melalui karya-karya ilmiah, baik yang tertuang dalam buku, majalah,
maupun data-data kepustakaan lainnya yang berkenaan dengan pemikiran T.B.
Simatupang.
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis dalam mencari data menggunakan metode
dokumentasi.17 Dalam metode dokumentasi nantinya peneliti akan menemukan 17 Metode dokumentasi adalah pngumpulan data yang bersipat dokumenter, dokumen yang
tersimpan di perpustakaan . Lihat ! Kontjaraningrat , Metode-Metode Penelitian Masyarakat ( Jakarta:
xx
sumber data primer dan sumber data sekunder, maka sumber data primer yang utama
adalah tulisan T.B. Simatupang yang berjudul. Iman Kristen dan Pancasila , dan juga
buku yang berjudul Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna
Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Dapan Masyarakat,
Bangsa dan Negara. Dan data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang
memang representatif dalam mendukung penelitian ini.
Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis dapat mengumpulan tulisan atau data yang
berhubungan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian penulis
menelaah data yang telah terkumpul tersebut, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan sesuai dengan wawasan penulis. Kemudian dalam penelitian ini juga
penulis dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif 18, jadi dalam
menganalisis data tidak hanya sebatas mengumpulan data saja dan menyusunan data,
tapi harus mencakup analisis dan interpretasi tentang data itu agar mendapat
pemahaman yang lebih jelas lagi 19.
Metode Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan historis,
karena pendekatan sejarah biasanya meliputi pengalaman masa lalu yang
Gramedia, 1997 ), hlm. 63. 18 Metode deskriptif adalah langkah-langkah melakukan reinterpretasi obyektif tentang
permasalahan yang di teliti. Lihat ! Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat ( Jakarta : Gramedia, 1986), hlm. 34.
19 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah
( Bandung :Tarsito , 1970 ), hlm. 131.
xxi
menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu
mengetahui apa yang harus di kerjakan sekarang dan masa yang akan datang.20
Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian penelitian ini, penyusun akan
menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bagian depan memuat halaman judul, halaman nota dinas, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar , daftar isi, daftar
singkatan dan abstrak.
Sedangkan bagian isi yang merupakan inti dari pembahasan skripsi ini,
penulis susun dalam bab-bab sebagai berikut:
Bab pertama, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, sketsa biografi T.B. Simatupang. Masa kecil dan latar belakang
pendidikan, karir dan kegiatan, karya-karya T.B. Simatupang , dan orang-orang yang
mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang
Bab ketiga, membahas pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi pemahaman T.B.Simatupang tentang Kristen Protestan di Indonesia. yang meliputi sejarah singkat masuknya Kristen Protestan di Indonesia,dan pemahaman T.B.Simatupang tentang ideologi Pancasila. Kemudian aspek-aspek pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi : aspek sejarah, aspek politik, dan aspek agama. Kemudian pemahaman tentang Pancasila yang meliputi, pengertian Pancasila, sejarah singkat tentang Pancasila, fungsi Pancasila.
20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Yogyakarta : Yayasan Budi Budya, 1995 ), hlm. 17.
xxii
Bab keempat, membahas tentang apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang
terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, yang meliputi pemahaman Kristen
Protestan terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan meningkatkan partisipasi
gereja dalam membangun bangsa Indonesia sebagai pengamalan Pancasila.
Kemudian analisis penulis.
Bab kelima, penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, kata penutup
daftar pustaka dan curriculum vitae.
BAB II
SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG
A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan
T. B. Simatupang, lahir di Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatra Utara tanggal 28 Januari 1920-1990. T.B. Simatupang singkatan dari Tahi Bonar dalam bahasa Batak yang berarti permufakatan atau tujuan yang benar. Sedangkan Simatupang merupakan nama marga untuk orang Batak dari pihak ayahnya. T.B. Simatupang adalah anak dari seorang Pegawai Negeri, Kepala Kantor Pos Sidikalang, ayahnya bernama Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang, berasal dari Laguboti, dan ibunya, seorang wanita yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.
T. B. Simatupang mempunyai delapan bersaudara, beliau anak yang kedua, dari delapan bersaudara. Nama-nama yang diberikan oleh ayahnya untuk nama anaknya menciri khaskan nama-nama orang Batak, seperti nama anak yang pertama dari ayahnya. Sahala Hamonangan, yang mempunyai arti wibawa kemenangan, anak yang kedua Tahi Bonar yang memiliki arti permufakatan atau tujuan yang benar, anak yang ketiga Frieda Theodora, yang memiliki arti anak pemberian Tuhan yang lahir pada hari Jumat, anak yang keempat Pinta Pasu, yang
xxiii
berarti perempuan, anak kelima Maruli Humala Diasi, yang berarti laki-laki, anak yang keenam Tapi Omas yang berarti
perempuan, anak yang ketujuh Batara Ningrat, Batara dari mitologi Batak-Hindu
ditambah dengan Ningrat, kesadaran nasionalisme yang lebih luas dari nasionalis
Batak, dan anak yang kedelapan Riaraja, yang artinya anak laki-laki.1
T.B. Simatupang pada usia 6 tahun keluarganya pindah ke Siborong-borong,
di sinilah beliau masuk sekolah Zending, tapi keluarga beliau tinggal hanya 9 bulan di
Siborong-borong, kemudian keluarganya pindah ke Pematang Siantar. Di Pematang
Siantar inilah T. B. Simatupang masuk sekolah HIS (Hollands Inlandse School) yaitu
pada tahun 1927. 2
Pada tahun 1927-1934 berkembang semacam kesadaran nasionalisme yang tinggi dalam masyarakat Pematang Siantar. Ada nasionalisme Indonesia dan nasionalisme Batak dan Kristen, di Pematang Siantar inilah telah tumbuh sebuah semangat baru yang dapat menambah kesadaran mengenai harga diri dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang-orang Pematang Siantar, hal semacam ini terlihat jelas dengan pertumbuhan berbagai macam organisasi yang dapat mengasah pengetahuan, dan juga telah terbit berbagai macam media cetak seperti: Suara Kita, Bintang Batak, dengan adanya media cetak semacam ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
T. B. Simatupang meyelesaikan sekolahnya di HIS pada tahun 1934, dengan
predikat yang memuaskan, karena T. B. Simatupang termasuk anak yang pintar, rajin
dan juga kutu buku, dalam hal ini ia telah dapat menyelesaikan sekolahnya dengan
baik.
1 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara (Jakarta : Sinar Harapan , 1991), hlm. 20 .
2 Ibid., hlm. 22.
xxiv
T. B. Simatupang, pada tahun 1934 melanjutkan studinya ke Sekolah
Menengah Pertama Kristen, dalam bahasa Belanda (Christelijke Meer Uitgebreid
Lagar Onderwijs atau Christelijke MULO ) Dr. Nomensen yang terletak di Tarutung.
Christelijke MULO merupakan sekolah elite bagi masyarakat Kristen Batak , sekolah
yang mempunyai kualitas yang bagus dan disiplin yang tinggi, dan mendidik siswa-
siswinya dengan baik agar dapat menjadi orang yang pintar, berkualitas, dan
bertanggunga jawab.3
Setelah masuk sekolah MULO, T. B. Simatupang belajarnya sangat tekun
sekali, dan rajin membaca buku, baik itu buku pelajaran atau buku-buku umum yang
lebih banyak menambah pengetahuan, maka semangat nasionalisme sangat berkobar-
kobar. T.B. Simatupang menyelesaikan studinya di MULO tahun 1937 dengan
mendapat predikat yang memuaskan.
Kemudian T. B. Simatupang melanjutkan studinya di pulau Jawa yaitu masuk
sekolah Christelijke Algemene Middelbare School atau Christelijke AMS (SMA
Kristen), di Salemba, Batavia (Jakarta) karena pada waktu itu di Sumatra belum ada
SMA, maka siapa yang mau sekolah SMA harus ke pulau Jawa. AMS di Salemba ini
termasuk sekolah yang terbaik di Hindia-Belanda, dan siswa-siswinya kebanyakan
anak-anak orang Belanda yang mempunyai status sosial yang tinggi, sedangkan
putra-putri bangsa Indonesia yang masuk sekolah AMS adalah golongan-golongan
3 Ibid., hlm. 39.
xxv
kelas atas. Semangat nasionalisme putra-putri bangsa Indonesia ketika masuk sekolah
AMS makin bergejolak seperti yang dialami oleh T. B. Simatupang.
T. B. Simatupang sewaktu sekolah AMS di Batavia ia juga aktif dalam
kegiatan-kegiatan di gereja, khususnya gereja Batak, yang ada di jalan Kernolong
Jakarta, ketika ia aktif di gereja ia banyak mendapatkan teman dari mahasiswa-
mahasiswa teologi, ia sering hadir dalam pertemuan-pertemuan mahasiswa teologi
yang telah memiliki semangat yang tinggi dengan hadirnya gereja-gereja di
Indonesia.
Pada tahun 1940 T. B. Simatupang dapat menyelesaikan studi AMSnya
dengan hasil yang memuaskan, meskipun hanya tiga tahun di Batavia, tapi ia
mendapatkan pengalaman yang luar biasa yang dapat hidup mandiri, dengan
berorientasi dengan orang-orang Belanda di lingkungannya, dan dapat menumbuhkan
rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kecintaannya dengan Indonesia.
Kemudian setelah T. B. Simatupang menyelesaikan studi AMS di Salemba,
ia berangan-angan atau bercita- cita ingin melanjutkan studinya tentang kedokteran,
karena nanti apabila telah selesai studi kedokteran akan mengabdi dan bekerja di
rumah sakit Gereja.4 Akan tetapi iklim pada saat itu tidak memungkinkan, karena ada
berita tentang penguasaan Jerman terhadap Belanda. Jadi pemuda-pemuda Belanda
yang ada Hindia-Belanda harus ikut jadi militer untuk mempertahankan Belanda.
Oleh karena itu dibukalah pembukaan sekolah KMA (Koninlijke Militaire Academie)
atau Akademi Militer kerajaan Belanda di Bandung. T. B. Simatupang, mendaftarkan
4 Ibid., hlm. 80.
xxvi
diri untuk masuk akademi itu, dan ia lulus dengan baik, T. B. Simatupang dalam
pangkat kemiliterannya berpangkat Letnan satu, tetapi yang perlu diingat dan dicatat
T. B. Simatupang bekerja untuk orang Belanda tetapi rasa nasionalisme terhadap
Indonesia tetap tidak berubah dan tidak akan pernah padam.
T. B. Simatupang masuk militer, semua itu untuk menepis mitos-mitos yang
dilontarkan orang-orang Belanda kepada Indonesia, bahwa orang Indonesia tidak
cocok untuk menjadi militer. Orang Indonesia tidak mampu membangun suatu
angkatan perang. Akan tetapi T. B. Simatupang bertekad dan berusaha untuk menolak
semua mitos-mitos itu, orang-orang Indonesia bisa menjadi militer dan mampu
bersaing dengan militer di negara-nagara lain.
B. Karir dan Kegiatannya
T. B. Simatupang, memiliki pengalaman militer sangat banyak sekali, yang ia
dapatkan dari orang-orang Belanda/militer Belanda yang pernah medidik ia untuk
mejadi militer, dari pengalaman-pengalaman yang ia peroleh dapat dikembangkan
kepada tentara-tentara atau militer Indonesia, yang berjuang untuk merebut
kemerdekaan Indonesia.
Karir T. B. Simatupang tentang militer, sangat dibanggakan sebagai anak
bangsa dapat mejadi militer yang profesional, ia juga dipercaya untuk membantu
sepenuhnya pembangunan militer angkatan bersenjata Indonesia, dan selalu mejadi
perwakilan dari pihak angkatan bersenjata dalam delegasi Indonesia berbagai
perundingan dengan Belanda di Konfrensi Meja Bundar. Misi utamanya adalah
xxvii
mendesak Belanda membubarkan KNIL (tentara boneka ciptaan Belanda) serta
mengukuhkan TNI sebagai kekuatan inti bagi angkatan perang RI.
T. B. Simatupang pernah memegang jabatan wakil II Kepala Staf Angkatan
Perang (W II KSAP), dan yang memegang wakil I Kepala Staf Angkatan Perang
adalah Kolonel Hidayat, tetapi Kolonel Hidayat ditugaskan di Sumatra, sebagai
Panglima Tentara dan Teriotorium Sumatra (PTTS), maka, ia di percayakan sebagai
pengganti Kolonel Hidayat, dengan menduduki sebagai wakil I Kepala Staf Angkatan
Perang, dan yang menjadi Kepala Angkatan Perang (KSAP) pada saat itu adalah
Jendral Sudirman, yang merangkap menjadi panglima Besar Angkatan Perang
(PBAP), sebagai wakil KSAP ia membantu Jendral Sudirman dalam pengamanan
bangsa Indonesia terhadap penjajah.5
Sebagai wakil Kepala Staf Angkatan Perang, T. B. Simatupang telah banyak jasanya terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Pada saat itu Jendral Sudirman dalam keadaan sakit yang sangat kritis, maka Jendral Sudirman memberikan tanggung jawab kepada T. B. Simatupang agar dapat memimpin Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Sudirman meninggal dunia, dengan demikian yang menggantikan Kepala Staf Angkatan Perang adalah T. B. Simatupang .
Karir T. B. Simatupang memang agak menanjak, tapi dalam waktu yang
sangat singkat, T. B. Simatupang di pensiunkan dari Kepala Angkatan Perang pada
tanggal 21 Juli 1959. Dengan adanya pergeseran jabatan, maka T. B. Simatupang di
minta untuk menjadi penasehat militer.
Setelah keluar dari dinas kemiliteran, ia banyak mempunyai waktu luang, dan
juga diundang dalam pelayanan gereja-gereja di Indonesia. Waktu luang tersebut diisi
5 T.B.Simatupang , Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan ( Jakarta: PT. Pembangunan, 1960 ), hlm. 9.
xxviii
dengan menulis dan membaca banyak tulisan-tulisannya yang beredar di media masa
dan forum-forum pertemuan, dan juga ia menekuni studi tentang teologi, dalam
dimensi teologi, maka masalahnya terbukti dapat dipahami secara lebih mendalam.
Studi tentang teologi sangat luas, sehingga kita dapat terus mempelajari teologi itu
seumur hidup.6
Ketertarikan T. B. Simatupang dalam Dewan-Dewan Gereja di Indonesia
lewat bidang gereja dan masyarakat, ia aktif menjadi anggota DGI, kemudian ia
terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Harian, jabatan itu dipercayakan kepadanya
sampai sidang raya X DGI di Ambon, tahun 1984.7 Periode 1984-1989 T. B.
Simatupang terpilih sebagai Ketua Majlis Pertimbangan PGI, sampai periode 1989-
1994.
Masa pengabdiannya di DGI/PGI, T. B. Simatupang aktif juga dalam sidang
gereja-gereja dan dewan gereja-gereja sedunia. Ia sejak tahun 1975-1984, menjadi
presiden mewakili gereja-gereja se-Asia selama satu periode.
Pengabdiannya terhadap gereja-gereja dan juga bangsa dan negara, sangat
cemerlang, tapi dengan faktor usia yang sudah tua, maka semua pengabdian harus
berhenti, ia meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 karena sakit,
pengabdiannya sangat luar biasa maka haruslah kita hargai.
6 T.B.Simatupang, Membuktikan Ketidakbenaran …………,op.cit., hlm.187-188. 7 Samuel Pardede ( penyunting .), Saya adalah Orang yang Berhutang ( Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 15.
xxix
C. Karya-Karya T.B. Simatupang
1. Dalam Bentuk Buku
a. Laporan dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama
Perang Kemerdekaan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1960
b. Tugas Kristen Dalam Revolusi, Jakarta: Badan Penerbit
Kristen, 1967
c. Peranan Angkatan Perang Dalam Negara Pancasila yang
Membangun, Jakarta: Idayu, 1980
d. Iman Kristen dan Pancasila , Jakarta; BPK. Gunung Mulia,
1984
e. Kehadiran Kristen Dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan:
Berjuang Mengamalkan Pancasila Dalam Terang Iman, Jakarta: BPK,
Gunung Mulia, 1986
f. Dari Revolusi ke Pembangunan, Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 1987
g. 70 Tahun Dr. T. B. Simatupang: Saya Adalah Orang Yang Berhutang,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
h. Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri
Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa
xxx
Depan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1991
i. Peranan Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia, 1996
2. Artikel
a. Masalah- masalah Etika dan Moral Dalam Pembangunan
Yang Mengamalkan Pancasila, Peninjau, 1982
b. Peranan Teologi Dalam Masyarakat Indonesia, Setia, 1987
c. “Spiritualitas dan Beragam Keagamaan di Indonesia”,
Peninjau, 1984
d. “Strategi Partisipasi Kristen Dalam Pembangunan
Pendidikan Di Indonesia”, Peninjau, 1984
e. Dapatkah Ilmu-Ilmu Sosial Memberikan Sumbangan Dalam Mission
Imposible Kita ?, Peninjau, 1987
f. “Dukungan Birokrasi Modal Memenagkan Pemilu”, Prisma, 1979
Karya-karya T. B. Simatupang yang dicantumkan oleh penulis di atas, penulis peroleh dari berbagai sumber buku yang dikarang oleh T. B. Simatupang sendiri .
D. Orang Orang Yang Mempangaruhi Pemikiran T.B. Simatupang
Ada beberapa pemikiran yang mempengaruhi perjalanan intelektual T. B.
Simatupang yaitu Carl Von Clausewitz, untuk mempelajari tentang perang, T. B.
Simatupang pada masa mudanya mengagumi tentang pemikiran Carl Von Clausewitz
xxxi
tentang perang, sehingga ia dapat mempelajari dengan sungguh-sungguh, kemudia ia
memberikan landasan teoritis bagi sumbangan dalam perjuangan bangsa dan negara
Indonesia, khususnya bidang militer serta masalah-masalah diplomasi dan politik
yang terkait dengan perjuangan militer.8 T. B. Simatupang setelah mendapat
pengetahuan tentang perang dari pemikiran Carl Von Clausewitz, kemudian
Pengetahuan yang ia miliki tentang perang ia praktekkan dan ikut terlibat dalam
pengorganisasian tentara dalam melakukan perang gerilya, dalam menumpas
penjajah.9
Masih ada pemikiran yang mempengaruhi intelektual T. B. Simatupang yaitu
Karl Marx, untuk mempelajari tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx
tentang struktur sosial yang ada dalam masyarakat, perjuangan kelas sosial akan
melukiskan revolusi, T. B. Simatupang sejak dari muda ia sudah mempelajari atau
menambah wawasannya tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx. Menurut
Karl Marx revolusi harus dibedakan menjadi dua yaitu: revolusi politik dan revolusi
sosial. Revolusi Politik apabila kekuasaan politik dipegang oleh kaum proletar (kelas
bawah). Revolusi sosial, kaum proletar dapat memegang kekuasaan dari kaum
borjuis, kekayaan-kekayaan yang dimiliki kaum borjuis dapat dimanfaatkan oleh
kaum proletar untuk kepentingan dan perubahan yang ada dalam masyarakat , T. B.
Simatupang mempelajari revolusi ini untuk mengetahui sebagai mana pentingnya
8 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran…….., op.cit., hlm. 118.
9 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984 ),hlm. 13.
xxxii
perubahan-perubahan yang harus dilakukan dan tidak ada penindasan terhadap
rakyat, semajak ia mempelajari revolusi nya Karl Marx dapat menambah rasa
sosialismenya terhadap rakyat Indonesia atau bangsa Indonesia.10
T. B. Simatupang mengagumi juga pemikiran Teologi Karl Barth. Karl Bath
berasal dari kota Basel, Swiss (10 Mei 1886) dengan teologinya yang sangat terkenal
Teologi Kemerdekaan, menurutnya teologi kemerdekaan adalah sebuah teologi yang
memandang pada kemerdekaan Allah yang memberikan kasih sayang dan karunia
kepada kemerdekaan manusia. Maksud kemerdekaan di sini adalah merdeka dari
tindakan kejahatan dan penindasan, yang disimpulkan dalam istilah “dosa”, dan lebih
dari itu merdeka untuk sungguh-sungguh hidup bersama Allah dan sesama dalam
prikemanusiaan yang sejati11. Jadi menurut Karl Barth manusia jangan sampai
melakukan tindakan kejahatan dan menindas orang-orang yang lemah atau tidak
mampu, dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut maka akan selau dikasihi
Allah, dan apabila melaksanakan perbuatan-perbuatan kejahatan dan penindasan
maka akan mendapat dosa.
Ketertarikan T. B. Simatupang dengan teologinya Karl Barth adalah bahwa
Karl Bath menginginkan manusia itu selalu dekat dengan Tuhan, dan manusia harus
suci dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, dan menjauhkan dari dosa. Karl
10 Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komperatif, Edisi keenam ( Jakarta: Erlangga , 1087 ),hlm. 14.
11 Clifford Green, Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath, ( terj .), Marie Claire Barth ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989 ), hlm. 47.
xxxiii
Barth membangun teologinya atas dasar “Pernyataan”, terutama pernyataan Allah
dalam Yesus Kristus sebagaimana disaksikan dalam kitab suci.12
Setelah T. B. Simatupang mempelajari Teologinya Karl Barth, kemudian ia
mempelajari juga pemkiran Reinhold Niebuhr, seorang teologi Amerika Serikat yang
berusaha memikirkan masalah-masalah kekuasaan keadilan dan kebebasan di
negerinya sendiri dan juga di luar negeri, berhubungan dengan kekuasaan Amerika
Serikat yang sangat besar setelah perang dunia II berakhir. Secara sederhana masalah
kekuasaan, kebebasan dan keadilan bertolak dari kodrat manusia seperti yang terdapat
dalam Al-Kitab yaitu mahluk yang mempunyai martabat yang sangat tinggi.13 Sistem
kekuasaan sangat diperlukan untuk menjamin keamanan dan ketertiban secara efektif
terhadap kekuasaan. Kebebasan juga diperlukan untuk memperjuangkan dan
menegakkan keadilan.
T. B. Simatupang melihat perkembangan sitem-sitem politik ekonomi
sepanjang sejarah bangsa Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan, membuka
selebar-lebarnya dalam semua bidang, antara lain pembentukan partai-partai politik
dan pembentukan-pembentukan tentara-tentara bersenjata. Itulah ungkapan Soekarno
untuk menegakkan demokrasi terpimpinnya. Akan tetapi ungkapan semacam ini
adalah kesalahan besar dalam demokrasinya, karena tidak memberikan ruang
kebebasan, sehingga sistem politik yang dibangun menjadi penuh penyalahgunaan
dan penuh kebobrokan.
12 Ibid., hlm. 17. 13 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran………, op.cit., hlm.189.
xxxiv
Dari beberapa orang yang telah mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang di
atas, maka dapat ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari dalam berbangsa dan
bernegara yang baik, oleh karena itu T.B. Simatupang adalah seorang yang telah
memiliki pengetahuan yang luas tentang ketentaraan, diplomasi ( politik dan militer)
dan teologi. Dalam bidang ketentaraan ia sangat berjasa dalam memperjuangkan
kemerdekaan, dan juga memberikan pengetahuan tentang kemiliteran kepada tentara
–tentara Indonesia .14
Setelah T.B.Simatupang tidak aktif dalam bidang kemiliteran maka ia lebih
mencurahkan perhatiannya kepada organisasi agama. Dewan Gereja adalah medan
juang yang di pilihnya, ia sempat menjadi Ketua Dewan Gereja Indonesia , Ketua
Dewan- Dewan Gereja se Asia, dan pernah menjadi Presiden Dewan Gereja-Gereja
se Dunia.
Gereja yang semula lahir terpisah-pisah ingin dipadukan agar bersama-sama
melaksanakan tugas Dewan Gereja Indonesia dalam rangka pembangunan sebagai
pengamalan Pancasila .15 Itulah yang menjadikannya tokoh nasional paling tegas
dikalangan gereja-gereja Kristen di Indonesia sehingga seluruh pemikirannya
sungguh layak untuk dianalisis dan dipelajari. Khususnya di tahun 1970-1990 ia
membuktikan dirinya seorang teolog awam yang sangat produktif yang telah banyak
14 P.D. Latuihamallo, Menyambut Usia ke 70 T.B. Simatupang, dalam buku, 70 tahun Dr.T.B. Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang ,( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1990 ), hlm. 22.
15 Emil Salim, Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku, 70 tahun Dr. T.B.
Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang, ( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990 ), hlm. 97.
xxxv
memberikan sumbangan kepada sejarah nasional dan sejarah gereja, dan pada bidang
pembangunan bangsa dan dengan berangkat dari ideologi Pancasila.16
BAB III
PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGANKRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA
DI INDONESIA
A. Pemahaman T.B. Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia
Menurut T. B. Simatupang bangsa Indonesia sebelum kedatangan bangsa-
bangsa Barat seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris, bahwa di bumi
Indonesia yang tercinta ini telah memiliki budaya yang tinggi dan sudah menganut
agama pribumi yang telah lama hadir di bumi Indonesia seperti, agama Hindu, agama
Budha, agama Islam. Agama-agama tersebut telah dianut oleh rakyat Indonesia jauh
sebelum kedatangan orang-orang Barat ke Indonesia.
Dari tiga agama yang disebutkan di atas, bahwa setiap agama memiliki misi
untuk menyebarkan agamanya ke seluruh wilayah Indonesia, seperti yang dialami
oleh agama Islam dengan misi dakwahnya, sehingga dapat menyebar luas misi
tersebut sampai kepelosok nusantara Indonesia. Akan tetapi masih ada daerah-daerah
yang belum begitu mengenal Islam dalam arti Islam belum tersiar di daerah tersebut
16 A.G. Hoekema, Berpikir Dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia 1860-1960, ( terjemah .), Ny. Amsy Susilaradeya. Jakarta: Gunung Mulia, 1997, hlm. 272.
xxxvi
seperti, Maluku, Ambon, Irian Jaya, Medan dan masih banyak lagi daerah yang lain.
Oleh karena itu kadatangan Kristen, baik itu Kristen Katolik, dan Protestan, yang
dibawa oleh Spanyol, Portugis, dan Belanda, telah banyak dianut oleh daerah-daerah
yang masih sedikit menganut agama Islamnya.1 Untuk lebih jelasnya tentang
pembahasan sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia sebagai berikut:
1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia
Pada abad XVI tahun 1511 Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dengan
tujuan berdagang, Portugis dan Spanyol menganut agama Kristen Katolik, tapi lama
kelamaan melihat bangsa Indonesia yang rakyatnya bodoh-bodoh dapat ditipu daya
oleh orang-orang Portugis dan Spanyol, maka mereka melakukan suatu penjajahan
terhadap bangsa Indonesia. Mereka menyebarkan agama Kristen Katolik kepada
rakyat Indonesia pada wilayah-wilayah yang belum banyak menganut agama Islam,
sehingga penyebaran agama Kristen berhasil dan banyak rakyat Indonesia yang
masuk Kristen Katolik, dan pada akhir abad XVI tahun 1512 sudah berdiri beberapa
gereja seperti di Minahasa, Sangir dan Talaud.2
Kesuburan dan kekayaan hasil bumi Indonesia sangat mengundang simpati bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia. Setelah bangsa Portugis dan Spanyol dapat menguasai Indonesia, kemudian disusul kedatangan Belanda ke Indonesia, yaitu pada tahun 1596, yang membawa Kristen Protestan. Kedatangan Belanda sangat mengganggu kestabilan ekonomi Portugis di Indonesia karena ada yang menyaingi dalam bidang perdagangan dan kekuasaan jajahannya, sehingga Portugis dan Spanyol tidak senang atas kedatangan Belanda ke Indonesia.
1 T.B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPk. Gunung Mulia, 1984), hlm. 21.
2 Hasbulah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama ( Jakarta : Widjaya, 1986 ), hlm. 23.
xxxvii
Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang untuk lebih
mengkoordinasi dalam perdagangan Belanda di Indonesia, lalu Belanda membentuk
suatu perkumpulan dagang dengan nama V.O.C (Verenigde Oost Indische
Compagne) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. Sehingga VOC dapat
mendominasi perdagangan di Indonesia. Dengan dukungan penuh oleh pemerintah
Belanda.3
VOC untuk memperluas perdagangan di Indonesia agar tidak ada yang
menyaingi perdagangannya maka VOC melakukan penyerangan terhadap Portugis
sehingga terjadilah peperangan antara Belanda dengan Portugis yang kemudian
dimenangkan oleh Belanda dan benteng Portugis yang ada di Ambon dapat direbut
oleh Belanda pada tanggal 23 Februari 1605 dan disusul kota Tidore pada tahun yang
sama. Sehingga kekuasaan Portugis di Indonesia telah berakhir dan digantikan oleh
Belanda.4
Keberadaan VOC yang berkuasa di Indonesia yang sangat menindas rakyat
Indonesia, maka rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap VOC tetapi semua
itu gagal, tidak ada hasil. Dengan demikian VOC leluasa melakukan monopoli
perdagangannya, sehingga sampai dengan masa pembubaran VOC, pada tanggal 31
Desember 1799 dengan demikian Indonesia resmi dijajah oleh Belanda.5
3 Soetarman Soediman Partonadi, Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Suatu Ekpresi Kekristenan Jawa Pada Abad ke XIX ( terj.), Widi Harijati Rahadi ( Jakarta: Gunung Mulia,2001 dan Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen ), hlm. 28.
4 Ibid., hlm. 28 .
5 Hasbulah Bakry, op.cit., hlm. 24.
xxxviii
Belanda adalah yang pertama kali membawa agama Kristen Protestan masuk
di Indonesia dan banyak rakyat yang masuk Kristen Protestan. Pada masa Portugis
rakyat Indonesia banyak memeluk Kristen Katolik, tetapi setelah Portugis kalah
perang dengan Belanda, maka Kristen Katolik dilarang di bumi Indonesia, rakyat
yang sudah beragama Kristen Katolik harus pindah ke Kristen Protestan karena yang
berkuasa di Indonesia sekarang adalah Belanda.6
Ada dua faktor yang menyebabkan penyiaran Kristen Protestan di masa
kolonial Belanda menjadi lebih efektif, baik itu dalam arti konsolidasi untuk orang
yang sudah memeluk Kristen atau dalam arti “zending” dalam kalangan yang belum
menganut agam Islam, Hindu, Budha. kedua faktor itu adalah pertama timbulnya
gerakan Kristen Protestan. Kedua timbulnya gerakan penyebaran Kristen yang lebih
terorganisir dalam bentuk lembaga penyiaran Kristen yang mantap.7
Sekitar tahun 1850-an Belanda mulai melakukan usaha yang lebih intensif
untuk mengadakan Kristenisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Kristen Protestan
sendiri melalui organisasi gereja, yang disebut dengan zending. Biasanya satu daerah
hanya dilayani oleh satu organisasi zending, seperti di daerah Batak itu di tempatkan
organisasi zending dari Jerman Barat yang bernama Rheinisehe Missionsgesell . Di
pulau Jawa dan Sulawesi kegiatan zending didominasi oleh Belanda.8 Derasnya arus
6 T. B. Simatupang , loc.cit..
7 Hasbulah Bakry, loc. cit..
8 Karel. A. Steenbrink, Mencari Tuhan Dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), hlm. 246.
xxxix
misi dan zending yang masuk ke Indonesia semakin meramaikan proses Kristenisasi
di Indonesia. Fenomena semacam ini tidak hanya membuat penyebaran Kristen
berlangsung secara substansial, melainkan dapat memberikan dampak yang negatif
dalam arti fisik bagi kehadiran agama tersebut. Untuk mendukung para misionaris
datang ke Indonesia maka infrastruktur sosial keagamaan harus disediakan seperti
sekolah-sekolah dan gereja-gereja, karena Indonesia sebagai lahan terbuka bagi
Kristenisasi. Kehadiran orang-orang Eropa jumlahnya sangat meningkat dan
tujuannya untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan pelayanan gereja-gereja
terhadap masyarakat di Indonesia.9
Sekitar tahun 1851 di Indonesia telah berdiri suatu organisasi Pekabaran Injil, Konsolidasi atas penduduk yang sudah beragama Kristen sejak zaman Portugis dan Spanyol, diambil tanggung jawabnya oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1800-an. Dengan adanya lambaga Penyiaran Injil yang datang dari luar negeri akan memantapkan Kristenisasi di Indonesia. Setelah tahun 1800-an perkembangan agama Kristen Protestan sangat meluas, sampai ke pelosok-pelosok Indonesia sehingga dengan praktis daerah-daerah tersebut menganut Kristen Protestan.
Sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia tidak terlepas dari misi
dagang Belanda yang ingin menguasai perdagangan yang akan mendapatkan
keuntungan yang sangat besar dari daerah-daerah jajahannya yang dapat melakukan
eksploitasi ekonomi di tanah jajahannya dan kemudian sambil menyebarkan ajaran
agama Kristen Protestan.10
9 Bahtiar Effendy, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan Perbincangan Mengenai Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan, (Yogyakarta: Galang Press, 2001), hlm. 57.
10 Wiwin Siti Aminah, (dkk.), Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama (Yogyakarta: Dian/Interpedi, 2003), hlm.80.
xl
Kehadiran Belanda di Indonesia makin lama makin menindas rakyat
Indonesia, maka rakyat Indonesia tidak segan-segan melakukan perlawanan seperti
peristiwa di Maluku (1817), Baharuddin di Palembang (1819), Imam Bonjol di
Minangkabau (1821-1837 ), Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830),
Jlentik, Polim, Teuku Umar, Tjik di Tiro di Aceh (1860) Anak Agung Made di
Lombok (1894-1895), Sisinga Mangaraja di tanah Batak (1900). Rakyat Indonesia
pada waktu itu belum tumbuh rasa kesatuan dan persatuan, maka rakyat Indonesia
banyak mengalami korban dan akhirnya mengalami kekalahan, tapi rakyat Indonesia
tidak putus asa dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah sampai Indonesia
merdeka.11
2. Pemahaman T.B. Simatupang tentang Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti “gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti “ilmu”, kata “idea” berasal dari
kata bashasa Yunani “eidos” yang berarti bentuk, maka secara harfiah ideologi berarti
ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian-
pengartian, dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.12
Menurut T.B.Simatupang Pancasila merupakan awal untuk kehidupan
bersama, karena di dalam kehidupan rakyat Indonesia kelima sila dari Pancasila dapat
11 Kaelan, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani (Yogyakarta: Paradigma, 1999), hlm. 30-31.
12 Kaelan, Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP (Yogyakarta: Paradigma, 1996), hlm. 35.
xli
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari . Ada orang yang ingin
memberikan status yang lain terhadap Pancasila ,dan ada juga yang mencoba untuk
meringkas kelima sila dari Pancasila menjadi tiga, dan tiga menjadi satu , dan dari
satu memperkembangkan apa yang mereka sebut doktrin bangsa Indonesia yang
bersipat Falsafati.
T.B.Simatupang sangat menentang pernyataan seperti itu, karena menurut
T.B.Simatupang Pancasila sebagai jawaban terhadap tantangan bersama . Pancasila
dilahirkan dari kenyataan ketika rakyat Indonesia menghadapi masalah yang sangat
mendesak dan menentuk, yaitu negara macam apa yang harus rakyat Indonesia
bangun supaya rakyat Indonesia tetap hidup bersatu, kelima sila dari pancasila itulah
jawabanya. Karena Pancasila harus dipahami dari latar belakang sejarah Indonesia,
karena Pancasila sebuah ideology atau menurut T.B.Simatupang sering di sebut
Modus Vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, melalui kerja sama, dan
dapat menghadapi tantangan bersama oleh seluruh bangsa Indonesia . 13
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
mengarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai
dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila yang dapat dijadikan sebagai pedoman
berbangsa dan bernegara14
13 T.B.Simatupang , op. cit ., hlm. 12.
14 Oetojo Oesman dan Alfian, ( penyunting. ), Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi Pandangan Hidup Bersama, dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), hlm. 45.
xlii
Ideologi Pancasila juga merupakan suatu ideologi negara yang dapat
menjamin kehidupan negara yang bermartabat, karena ideologi negara dapat disusun
atas dasar keyakinan bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk menciptakan
negeranya sendiri, dan hal itu merupakan hak asasi, hak yang inherent pada
kemanusiaan setiap manusia dan setiap bangsa, karena manusia memiliki kebebasan
untuk menciptakan dan melaksanakan kehidupannya, juga kehidupan negaranya.15
Untuk mewujudkan ideologi Pancasila itu, yang harus tetap diperhatikan awal
terbentuknya dan ditetapkannya ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan
ideologi yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan ideologi dari
seseorang atau sekelompok kecil bangsa Indonesia yang diperuntukkan bagi seluruh
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari akan nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia yang tinggi, yang kemudian dapat dituangkan dalam konsep teoritis tentang
cita-cita dan keyakinan yang menjdi landasan kehidupan bersama dalam berbangsa
dan bernegara. Pancasila yang merupakan falsafah dan pandangan hidup bangsa
secara operasional dijadikan ideologi bangsa Indonesia.16
Pancasila memiliki peranan yang menentukan bagi kehidupan bangsa
Indonesia, baik dalam kehidupan berbangsa, bernegara, maupun bermasyarakat. Bagi
bengsa Indonesia, Pancasila bukan lagi merupakan alternatif melainkan suatu
Imperatif. Justru karena peranan yang menentukan itulah, kita sebagai rakyat
15 Wisnu Tri Hanggoro ( editor.) , Bunga Rampai Pancasila (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1986) hlm. 108.
16 Paulus Wahana, Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 92.
xliii
Indonesia perlu mendukung dan terpanggil untuk terus-menerus mendalaminya.
Melalui pengalaman yang terus-menerus tersebut semakin dapat menyelami dan
menemukan kekayaan yang sangat berharga, yang terkandung di dalamnya. Hal
tersebut akan semakin menguatkan keyakinan dan akan semakin mendorong untuk
mengamalkan dan mempertahankannya sebagai milik bangsa yang sudah teruji
melalui berbagai peristiwa sejarah.17
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup melainkan
bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila tidak berarti untuk mengubah nilai-nilai
Pancasila yang telah ada.
B. Aspek-Aspek Pemikiran T. B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia.
1. Aspek Sejarah
Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila
tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa agama Kristen Protestan
di Indonesia, Portugis pada masa itu kalah dan angkat kaki dari bumi Indonesia.
Rakyat Indonesia yang dulunya sudah beragama Katolik di Protestankan oleh orang
Belanda, maka dari itu rakyat Indonesia banyak menganut agama Kristen Protestan.
Dengan berjalannya waktu rakyat Indonesia melihat tindak tanduk Belanda terhadap Indonesia sangat tidak manusiawi, yang sudah menjajah dan menindas
17 Ibid., hlm. 7.
xliv
rakyat Indonesia dengan sendirinya muncul rasa nasionalisme dari rakyat untuk melakukan suatu perjuangan untuk melawan penjajah yang ada di bumi Indonesia yang tercinta ini, dengan tujuan Indonesia merdeka, dengan tercetusnya kebangkitan nasional yang dipelopori Budi Utomo sebagai penggerak untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi, dengan didukung oleh para tokoh-tokoh nasional Indonesia dan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia serta didukung oleh rakyat Indonesia yang pluralisme agama baik agama Islam, agama Katolik, agama Protestan agama Hindu, agama Budha. Semuanya ikut andil dalam memperjuangkan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Apakah yang terbayang di depan mata rakyat Indonesia pada waktu
menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan semangat yang begitu menggelora .
Apakah yang terbayang didepan mata sejuta pemuda-pemuda untuk bersedia
berjuang, rela berkorban demi tercetusnya suatu kemerdekaan ?.
Cita-cita yang besar itu tentu tidak selalu jelas bentuk dan isinya dalam setiap
pemikiran dan hati nurani semua orang. Akan tetapi disadari atau tidak, pokok-pokok
dari cita-cita yang tersimpan dalam Proklamasi Kemerdekaan hidup juga didalam hati
setiap orang yang masih dapat mencucurkan air mata, apabila melihat Sangsaka
Merah Putih yang berkibar di udara. Proklamasi telah mengakhiri kekuasaan asing di
tanah air kita, Proklamasi meletakkan seluruh kekuasaan tanah air di dalam tangan
rakyat sendiri.18
Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan rakyat
Indonesia itu sendiri, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang beragama Kristen
Protestan ikut memperjuangkan negara ini dari tangan penjajah, tidak heran ketika
18 T.B. Simatupang , Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai ( Jakarta : Sinar Harapan, 1981), hlm. 101.
xlv
bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen Protestan ikut merumuskan dasar
Negara Republik Indonesia, dengan tujuan orang Kristen Protestan untuk
memusatkan perhatian pada prinsip yang akan membimbing kehidupan negara
Indonesia yang baru itu dengan tujuan agar kebebasan beragama dan kesamaan hak
serta kesamaan kesempatan untuk semua warga negara dijamin, tanpa membeda-
bedakan kepercayaan ataupun keturunan 19
2. Aspek Politik
Gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas
panggilannya dalam konteks sosial politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian
halnya dengan gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan
sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya di tengah bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan bedaulat berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diyakini sebagai anugrah dari Tuhan.20 Kehadiran
gereja di Indonesia merupakan tanda pengutusan Tuhan bagian dalam mewujudkan
perdamaian, keadilan, dan keutuhan bangsa Indonesia, tugas panggilan itu untuk
mencegah segala hal yang merong-rong dan merendahkan harkat dan martabat
manusia Indonesia.
Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang
bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh
karena itu gereja dan negara harus bahu membahu dalam mengusahakan penegakan
19 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila, op.cit., hlm.32.
20 Wainata Sairin, Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2002 ), hlm. 166.
xlvi
keadilan dan kesejahteraan rakyat. Gereja dan negara masing-masing mempunyai
tugas panggilannya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab bagi
kebaikan seluruh manusia, bahkan seluruh ciptaannya. Gereja mempunyai kewajiban
untuk mentaati hukum negara, sebaliknya, negara berkewajiban mengayomi dan
melindungi seluruh rakyatnya termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi
dan panggilannya masing-masing.21
Pada umumnya orang-orang Kristen Protestan di Indonesia telah menganggap
sebagai hal yang wajar, bahwa orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang
politik dan pemerintahan. Dapat pula diketahui bahwa di dalam negara Pancasila,
ruang bagi orang-orang Kristen Protestan dalam bidang politik tidak dibatasi.22 Hal
semacam ini dalam keadaan politik dan pemerintahan sekarang untuk meningkatkan
kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang diutamakan. Bagi orang Kristen Protestan
berpartisipasi dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kristis dan kreatif, dapat
disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat. Partisipasi
ini harus dilihat sebagai suatu tugas yang diberikan oleh Tuhan sendiri untuk
melayani kepentingan masyarakat.23
Dengan mengakui peranan kreatif dari partai Kristen Indonesia, perlu
ditekankan bahwa gereja tidak dapat disamakan dengan partai politik manapun juga.
21 Ibid.,
22 T.B. Simatupang , Dari Revolusi ke Pembangunan ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1987 ), hlm. 9.
23 Ibid.,
xlvii
Atas dasar perlakuan yang sama gereja harus memberikan bimbingan dan pelajaran
kepada semua orang Kristen yang terlibat dalam politik, tanpa membedakan ikatan
kepartaiannya.24
Secara politik dari sejarah perjalanan bangsa pernah ada alternatif lain yang
ditawarkan misal: Islam, untuk menjadi dasar dan ideologi negara, ternyata semua
gagal tidak pernah mendapat dukungan dari seluruh bangsa dengan demikian jika
tetap ingin mempertahankan negara Indonesia ini sebagai negara kesatuan yang
berdasarkan Pancasila, maka tidak dapat lain harus mau menerima secara ikhlas
keanekaragaman yang ada serta meyakini dan menghormati kehadiran golongan lain
dengan hak dan kewajiban yang sama di bumi Pancasila ini.25
Di dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan
Pancasila ini nampak ada satu tenaga gerak politik yang sekaligus politik dan sosial
kultural, adanya kesadaran yang tumbuh terus menerus dari kalangan rakyat
Indonesia, bahwa negara Indonesia itu bersifat kesatuan dan untuk membangun jenis
negara yang dikehendaki (bersatu, berdaulat, adil dan makmur). Dalam negara
Pancasila setiap agama dijamin kebebasannya untuk tumbuh dan berkembang serta
untuk membangun masa depan bersama sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang
berdasarkan Pancasila.26
24 T.B. Simatupang (editor.), Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia ( Jakarta: BPK.Gunung Mulia,1986 ), hlm. 7.
25 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, Sebuah Tinjauan Tentang
Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia ( Malang : Pusat Studi Agama dan Kebudayaan , 1993 ), hlm.254.
26 Ibid.,
xlviii
3. Aspek Agama
Indonesia ternyata bukan hanya sebuah wilayah yang terdiri dari ribuan pulau,
gunung, beraneka suku, bahasa, budaya, tetapi juga sebuah negara yang di dalamnya
hadir dan hidup agama-agama yang dianut oleh rakyat Indonesia yang telah diakui
oleh negara seperti agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan
Budha. Kemajemukan agama inilah yang kemudian menjadi ciri signifikan dan
determinan negara Republik Indonesia.27 Realitas seperti ini telah dibuktikan dengan
cemerlang ketika bangsa Indonesia yang menganut berbagai agama dengan dipimpin
oleh para tokoh agama dalam kebersamaan yang mantap dan solid, bahu membahu
mengusir penjajah dari persada nusantara demi hadirnya sebuah negara Indonesia
yang merdeka. Kemajemukan agama dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar
negara Pancasila telah memposisikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang
mempunyai religius.
Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukanlah negara sekuler. Oleh karena itu di sini agama tidak hanya diakui eksistensinya tetapi diakui pula fungsi dan peranannya secara resmi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu juga negara Indonesia bukanlah negara agama, tetapi fungsi dan peranan agama itu diakui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan panggilan
bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara, seperti dalam agama Kristen
Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen baik sendiri-sendiri maupun dalam
persekutuan (gereja) mempunyai tanggung jawab di dalam kehidupan masyarakat di
manapun ia berada, terutama sekali tentang ketaatannya kepada Tuhan harus
27 Wainata Sairin, op.cit., hlm. 158.
xlix
senantiasa terpanggil untuk mengusahakan terwujudnya kehendak Tuhan di manapun
ia berada.28 Dan kehendak Tuhan itu adalah keselamatan rohani maupun
kesejahteraan manusia.
C. Pemahaman Tentang Pancasila
Pancasila pada dasarnya memang berakar dari kebudayaan asli Indonesia,
yaitu sifat religius yang kuat dan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebudayaan, maupun di dalam mengambil suatu keputusan/musyawarah untuk
mufakat .
Pancasila juga berakar pada kebudayaan bersama masyarakat Indonesia dan
tidak sekedar merefleksikan salah satu tiga lapisan budaya (lapisan budaya asli,
Hindu, Budha, dan Islam). Secara keseluruhan dapat merangkul semua kelompok dan
memberikan ruang kepada semua golongan dengan segala keanekaragamannya,
selain itu juga dapat mempersatukan identitasnya masing-masing. Dalam Pancasila
tidak ada istilah untuk mendiskriminasikan dari suatu kelomok dengan kelompk lain,
atau mayoritas dengan minoritas. Semua menurut Pancasila adalah sama tidak ada
perbedaan.29 Untuk lebih jelasnya lagi tentang pembahasan Pancasila adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Pancasila
28 T.B. Simatupang ( dkk.), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa , dalam Negara Pancasila yang Memmbangun ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia , 1996 ), hlm. 140.
29 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama………..,op.cit., hlm.27.
l
a. Pengertian Pancasila dari Segi Etimologi
Secara Etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari
dua suku kata Panca berarti lima dan sila berarti dasar, berarti Pancasila yang
mempunyai lima dasar. Dalam buku Sutasoma yang dikarang oleh Empu Tantular,
Pancasila ini mempunyai arti lima kesusilaan (Pancasila Karma), yaitu:
- tidak boleh melakukan kekerasan
- tidak boleh mencuri
- tidak boleh berjiwa dengki
- tidak boleh berbohong
- tidak boleh mabuk minuman keras.30
Menurut Muhammad Yamin perkataan Pancasila, telah menjadi istilah
hukum, yang dipakai oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945
tentang sila yang kelima. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta
parkataan Pancasila mamiliki dua macam arti “berbatu sendi yang lima” (consisting
of 5 roels) Pancasila dengan huruf Dewanagari, dengan huruf “i” Panjang bermakna
“lima peraturan tingkah laku yang penting”.31
Demikianlah istilah Pancasila yang telah ada dan dikenal dalam budaya
kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu kala baik dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi
30 Darji Darmodiharjo (dkk.), Santiaji Pancasila ( Surabaya : Usaha Nasional,1991),hlm. 15.
31 Mohammad Yamin, Pembahasan UUD Indonesia ( Jakarta: Prapanca, 1959 ), hlm. 437.
li
Istilah Pancasila telah lama dikenal dalam budaya bangsa Indonesia,
kemudian diperkenalkan kembali oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, yang
kemudian menjadi populer dalam kehidupan bangsa Indonesia karena Pancasila
merupakan suatu dasar negara yang harus diakui dan nilai-nilai yang tercantum dalam
Pancasila harus dijalankan dan ditaati.32
2. Sejarah Singkat Tentang Pancasila
Sejarah lahirnya Pancasila tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia itu sendiri, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh perjungan bangsa ini, yang menginginkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam proses perumusan Pancasila dapat dikoordinasi oleh suatu badan yang bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang didirikan pada tanggal 29 April 1945, BPUPKI beranggotakan 60 orang dengan diketuai oleh Dr. K. R. T. Radjiman Widiodiningrat .
Dibentuknya BPUPKI ini sebagai sarana untuk pembentukan dasar negara
Indonesia. BPUPKI telah melakukan beberapa kali sidang dalam pembentukan dasar
negara Indonesia, pada tanggal 29 Mei 1945 diadakan sidang pertama yang dibuka
oleh K. RT. Radjiman Widiodiningrat sebagai ketua. Dalam sidang ini membahas
tentang apa yang sebaiknya dijadikan sebagai dasar negara Indonesia ini ?. Dari
anggota BPUPKI muncul bermacam-macam pendapat yang diusulkan tentang dasar
negara Indonesia dan ada juga yang mengusulkan Undang-Undang Dasar dulu yang
dibentuk kemudian lalu membentuk dasar negara.33
32 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsfah Negara ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 3.
33 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Modernitas , Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia , 1992 ), hlm. 104.
lii
Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin dapat diberikan
kesempatan atau untuk menyampaikan atau mengungkapkan pidatonya di hadapan
para sidang BPUPKI tentang rumusan dasar negara Indonesia. Pidatonya yang
berisikan : 1.Pri Kebangsaan 2. Pri Kemanusiaan 3. Pri Ketuhanan 4. Pri Kerakyatan
5. Pri Kesejahteraan Rakyat.34
Setelah berpidato Muhammad Yamin juga menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tercantum lima rumusan asas dasar negara yang rumusannya sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia .35
Pada tanggal 31 Mei 1945 Soepomo di berikan kesempatan untuk
menyampaikan pidatonya di hadapan BPUPKI (Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), pidatonya itu merumuskan dasar negara Indonesia
sebagai berikut: 1. Persatuan 2. Kekeluargaan 2. Keseimbangan Lahir Batin
4.Musyawarah 5. Keadilan Rakyat.36
34 Kaelan , Pendidikan Pancasila……., op.cit., hlm. 35.
35 Ibid.,
36 Moh. Yamin, op.cit., hlm. 113.
liii
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan BPUPKI (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tentang dasar negara Indonesia yang berbunyi:
1. Nasionalisme atau Demokrasi
2. Internasionalisme atau Prikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan.37
Untuk lima dasar itu diusulkan agar diberi nama Pancasila. Usulan tersebut
diterima oleh sidang BPUPKI selanjutnya kelima sila tersebut dapat disimpulkan
menjadi “Tri Sila” yang rumusannya:
1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan Internasionalisme”
2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat”
3. Ketuhanan Yang Maha Esa38
Pidato yang disampaikan oleh Bung Karno itu mendapat sambutan yang
meriah oleh seluruh anggota sidang BPUPKI. Sebelum sidang BPUPKI itu ditutup,
ketua sidang BPUPKI membentuk suatu panitia kecil yang di dalamnya terdapat
berbagai macam unsur agama yang ada dibumi Indonesia seperti Agama Islam,
Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,dan Budha, yang dianggap mempunyai ahli
dalam konstitusi. Panitia kecil itu terdiri dari 8 orang yang dipimpin oleh Bung
Karno, sebagai anggotanya Moh. Yamin, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Moh. Hatta,
37 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 27.
38 Kaelan, Pendidikan Pancasila…………….., op.cit., hlm. 22.
liv
Wachid Hasim, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, A.A. Maramis dan
Bung Karno.39
Tujuan panitia kecil ini adalah:
1. Merumuskan kembali Pancasila yang disampaikan oleh Bung Karno pada
sidang BPUPKI
2. Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia
merdeka.40
Tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil mengadakan pertemuan dengan anggota BPUPKI untuk menampung usul-usul dan saran dari BPUPKI. Dari pertemuan ini terbentuk pula panitia kecil lainnya yang terdiri atas Bung Karno sebagai Ketua, lalu anggotanya Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Muzakir, Abikoesomo Tjokrosoejoso, H. Agus Salim, A.A. Maramis, dan Muhammad Yamin. Karena anggotanya sembilan orang, maka lebih dikenal dengan sebutan panitia sembilan.
Panitia sembilan ini berhasil merumuskan rancangan pembukuan hukum
dasar, yang menarik dalam rancangan hukum dasar ini adalah dimasukkannya Ide
dasar Pancasila yang dipidatokan Soekarno 1 Juni 1945, susunan dan rumusannya
lebih disistematisasikan oleh Moh. Yamin, rancangan ini diberi nama “Piagam
Jakarta”.41 Yang isinya:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
39 Wisnu Tri Hanggoro, op.cit., hlm. 24.
40 Ibid.,
41 Ibid.,
lv
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.42
Adapun bunyi kalimat Piagam Jakarta pada butir pertama di atas mandapat
tantangan keras dari non Muslim, terutama sekali dari kelompok Kristen, karena yang
ada di bumi Indonesia bukan hanya Islam saja tetapi masih ada agama-agama yang
lain, jangan dasar negara itu diperuntukkan untuk umat Islam saja, tapi untuk semua
rakyat Indonesia walaupun berbeda agama.43
Latuharhary, seorang Kristen Protestan dan salah satu anggota dari BPUPKI, mengekspresikan keberatannya dengan mengatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam tersebut akan besar, terutama dengan agama-agama lain, dan akan menghasilkan kesulitan-kesulitan .
Dalam menanggapi keberatan itu, Abdul Wahid Hasyim meyakinkan bahwa
kalimat yang dicapai melalui musyawarah yang sulit ini dan juga terlalu keras bagi
beberapa orang, namun tidak mencukupi yang lain. Dalam kapasitasnya sebagai ketua
panitia sembilan, Soekarno meyakinkan anggotanya, bahwa Piagam Jakarta adalah
hasil dari musyawarah politik dan persetujuan kelompok nasionalis dan Islam. Oleh
karena itu dikeluarkanlah kalimat Islam didalam Piagam Jakarta, jika tidak Piagam
Jakarta tersebut ditolak oleh fraksi Islam. Soekarno juga membujuk dari kalangan
Kristen, untuk mengorbankan keberatan mereka demi persatuan bangsa dengan
42 Faisal Ismail, Islam Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama : Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila ( Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 1999 ), hlm. 46.
43 Ibid., hlm. 47.
lvi
menerima Piagam Jakarta untuk digunakan sebagai rancangan Undang-Undang Dasar
bersama dengan rancangan batang tubuh UUD.44
Piagam Jakarta yang disusun oleh panitia sembilan disetujui BPUPKI,
kemudian Piagam Jakarta tersebut dilaporkan pada sidang BPUPKI tanggal 10 Juli
1945. Pada sidang kedua itu Piagam Jakarta diterima baik oleh para anggota sidang
BPUPKI. Dari persetujuan sidang itu, BPUPKI membentuk panitia perancang
Undang-Undang Dasar (PPUUD) yang terdiri 19 orang, dan sebagai ketuanya
Soekarno. PPUUD menyetujui Piagam Jakarta dijadikan Preambule UUD yang akan
disusunnya. Kemudian tanggal 11 Juli 1945 PPUUD membentuk Panitia Kecil
Perancang UUD Dasar (PKPUUD) yang anggotanya terdiri dari para sarjana hukum
dengan anggota 7 orang yang diketuai oleh Prof. Soepomo.45
Adapun bunyi bagian terakhir naskah Preambule UUD tersebut adalah sebagai berikut:
“.............. maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.46
Pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI menggelar rapat pleno, mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (PPUUD), yang disampaikan oleh Bung Karno yang meliputi tiga hal:
1. Pernyataan Indonesia Merdeka
44 Ibid., hlm. 48.
45 Wisnu Tri Hanggoro, op.cit., hlm. 25.
46 Kaelan , Pendidikan Pancasila………., op.cit., hlm. 38.
lvii
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Undang-Undang Dasar (Batang Tubuh).47
Untuk mewujudkan Indonesia merdeka, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dengan beranggotakan 21 orang, Soekarno sebagai ketua dan Moh, Hatta sebagai wakil. Tujuan PPKI ini untuk mempersiapkan kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang terhadap Indonesia, dan menyelengarakan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan memilih Presiden dan wakil Presiden. Oleh karena itu PPKI pada hakekatnya juga sebagai Komite Nasional memiliki representatif, sifat perwakilan bagi rakyat Indonesia.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang ditaklukkan oleh sekutu, pada saat
itulah terjadi kekosongan kekuasaan Jepang di Indonesia. Hal itu tidak disia-siakan
oleh bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia, para pemudanya
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merumuskan teks Proklamsi
Kemerdekaan Indonesia, setelah selesai kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan
Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkanlah Kemerdekaan Indonesia.48
Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagai mana lazimnya suatu
negara yang merdeka, maka PPKI segera mengadakan sidang, pada tanggal 18
Agustus 1945 untuk mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945. Sebelum UUD 1945
disahkan oleh PPKI ada perubahan dalam pembukaan UUD 1945, tentang kalimat
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dari orang-orang
non muslim protes atas bunyi kalimat tersebut, karena kalimat tersebut seakan-akan
mendiskriminasikan kelompok-kelompok minoritas. Oleh karena itu Bung Hatta
47 Wisnu Tri Hanggoro, loc.cit..
48 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 30-31.
lviii
berinisiatif mengundang Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Kasman
Singodimedjo dan Teuku Hasan untuk membahas masalah tersebut agar sebagai
bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah. Hatta dan teman-temannya setuju untuk
mengganti kalimat yang melukai perasaan dari golongan non muslim dan
menggantinya dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dengan demikian
pernyataan ini diterima oleh kelompok non muslim. Pada tanggal 18 Agustus 1945
PPKI mengesahkan UUD sebagai dasar negara.49
3. Fungsi Pancasila
a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila dalam pengertian ini sering juga disebut way of life, pandangan
hidup, pegangan hidup/pedoman hidup. Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk
hidup sehari-hari oleh warga negara Indonesia. Pancasila digunakan sebagai petunjuk
arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang, ini
berarti bawa semua tingkah laku dan tindakan/perbuatan setiap manusia Indonesia
harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila karena Pancasila
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang
lainnya.
Keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis. Dengan
demikian, jiwa keagamaan (sebagai manifestasi/perwujudan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa), jiwa yang berprikemanusiaan (sebagai manifestasi/perwujudan dari sila
kemanusiaan yang adil dan beradab), jiwa kabangsaan (sebagai
49 Faisal Ismail, op.cit., hlm. 49.
lix
manifestasi/perwujudan sila Persatuan Indonesia), jiwa kerakyatan (sebagai
manifestasi/perwujudan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan), dan jiwa yang menjunjung nilai keadilan sosial
(sebagai manifestasi/perwujudan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
Selalu terpancar dalam segala tingkah laku dan tindakan/perbuatan serta sikap hidup
seluruh bangsa Indonesia.50
Dalam kehidupan suatu bangsa adanya pandangan hidup sangat diperlukan,
sebab dengan pandangan hidup suatu bangsa akan:
1. Memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan menentukan arah
serta cara bagaimana bangsa ini memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi, sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar baik yang datang dari dalam masyarakat/bangsanya sendiri
maupun dari luar.
2. Memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-
masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya.
3. Mempunyai pedoman bagaimana bangsa ini mambangun dirinya sendiri demi
kesejahteraan rakyat.51
Di dalam negara yang Berbhineka Tunggal Ika, membuktikan bahwa
Pancasila merupakan pilihan yang terbaik. Upaya untuk mengganti Pancasila dengan
ideologi lain berulang kali terjadi baik melalui kekerasan maupun dengan cara halus.
50 Darji Darmodiharjo ( dkk.), op.cit., hlm. 16.
51 Rozikin Daman, op.cit., hlm. 15-16.
lx
Hal semacam ini menunjukkan bahwa efektivitas Pancasila benar-benar nilai
rakyat Indonesia secara emosional dan menggerakkan tindakan. Ini terbukti melalui
kemampuannya untuk bertahan di tengah-tengah perubahan-perubahan
konstitusional, dalam mengatsi tantangan-tantangan yang mengancam kesatuan dan
mewujudkan negara Indonesia.52
Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup bersama yang bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religius. Dengan pandangan hidup yang mantap maka bangsa Indonesia akan mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung didalamnya konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakannya.
Demikianlah pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dilihat dari kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi yakni
sebagai cita-cita dan pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. Dapat
dikatakan juga bahwa Pancasila ini dibuat dari materi atau bahan-bahan dalam negeri,
bahan asli murni dan merupakan kebanggan bagi suatu bangsa tersendiri.
b. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut dasar falsafah negara,
Philosofische Grondslag dari negara. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai
dasar mengatur pemerintahan negara, atau dengan kata lain Pancasila digunakan
sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.53
52 C. S. T. Kansil, Pancasila dan UUD 45 Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Pradanya Pramita,1978 ), hlm. 68.
53 Darji Darmodiharjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat ( Malang : Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, 1979 ), hlm. 25.
lxi
Sebagai dasar negara Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-
Undang Dasar, maupun yang tidak tertulis. Dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
- Pancasila sebagai dasar adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas
kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945.
- Meliputi suasana kebatinan (Geistlickenhintergrund) dari
Undang-Undang Dasar 1945.
- Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum
dasar tertulis maupun tidak tertulis).
- Mengandung norma-norma yang mengharuskan Undang-
Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan
fungsional). Untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
- Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar
1945, hal ini dipahami sangat penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, karena masyarakat di negara Indonesia senantiasa tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat.
lxii
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentuk negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945, Ketetapan No. IX/MPRS/1966. LJO, Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan
Ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum, yang merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-
cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana serta watak dari bangsa
Indonesia.54
Menurut Notonegoro, Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan
istimewa dalam hukum kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia (merupakan pokok
kaedah negara yang Fundamental). Pokok kaedah yang fundamental itu dalam hukum
mempunyai kedudukan yang kuat tak berubah bagi negara yang dibentuk, sehingga
dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Sebagai pokok kaedah negara yang
Fundamental, Pancasila menjadi sumber dari Undang-Undang Dasar dan harus
dijadikan landasan dalam menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan
kebijaksanaan pemerintah.55
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam Tap. No.XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
54 Kaelan , Pendidikan Pancasila ……….., op.cit., hlm. 62.
55 Darji Darmodiharjo, op.cit., hlm. 26.
lxiii
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (sila keempat), juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.56
c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Dalam sejarah asal-usulnya ideologi Pancasila itu lahir dari perjuangan bangsa
Indonesia yang mencita-citakan kemerdekaan, persatuan, solidaritas, kemajuan,
kecerdasan, demokrasi dan kebudayaan. Bahkan ideologi Pancasila memandang
bangsa Indonesia sebagai bagian dari cita-cita perjuangan kemanusiaan yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.57
Perlu diingat bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara adalah
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia, kemudian menjadi pandangan
hidup bangsa dan pada gilirannya menjadi suatu dasar filsafat negara yang sekaligus
sebagai suatu ideologi bangsa dan negara. Ideologi Pancasila tumbuh dan
berkembang melalui dalam pandangan hidup manyarakat bangsa Indonesia sendiri,
dengan suatu kesepakatan serta perjanjian yang luhur diangkat menjadi ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu ideologi Pancasila merupakan suatu
kesatuan yang mutlak karena menyangkut kehidupan bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bangsa, setiap warga negara Republik Indonesia
terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar, yang tertuang dalam sila yang
kelima dalam Pancasila. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara keseluruhan
56 Kaelan, loc.cit..
57 Paulus Wahana, op.cit., hlm. 90.
lxiv
harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan, bukan hanya sekedar masing-
masing sila. Sebagai falsafah negara, Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir
yang harus diikuti dalam menyusun Undang-Undang dan hukum-hukum yang lain.
Tata pikir seluruh bangsa ditentukan lingkupnya oleh sebuah falsafah yang harus
terus menerus dijaga kebaradaannya dan konsisitennya oleh negara, agar pemikiran
kenegaraan yang berkembang juga akan terjaga dengan baik.58
58 Oetojo Oesman dan Alfian, op.cit., hlm. 163.
lxv
BAB IV
PENGARUH PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG
TERHADAP AGAMA KRISTEN PROTESTANDI INDONESIA
A.Pemahaman Kristen Protestan Terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurut T. B. Simatupang Pancasila merupakan sebuah payung yang dapat
melindungi rakyat Indonesia baik itu muslim maupun non muslim. Oleh karena itu
sila Ketuhanan Yang Maha Esa terdapat dalam sila pertama dari Pancasila
merupakan, suatu keputusan yang mutlak harus dapat diterima oleh setiap agama-
agama yang ada di Indonesia. Maka makna yang terkandung dari sila pertama
Pancasila bukanlah “Kepercayaan kepada Allah” tetapi lebih berarti kepercayaan
kepada “Ide Ketuhanan”, oleh karena kata yang dipakai di sini bukan kata “Allah”
tetapi lebih netral yaitu “Ketuhanan” kemudian juga ditambah Keesaan dan
Kemahaan.1
Istilah Ketuhanan berasal dari ke-Tuhan-an. Menurut Prof. Poebatjaraka
mengatakan bahwa Tuhan berasal dari kata “Tuha” yang berarti tua. “Tuha” ditambah
dengan “an” menjadi Tuhan yang berarti yang harus dihormati dan didengar. Menurut
Prof. S. Takdir Alisyahbana, bahwa Tuhan berasal dari kata Tu (h) a yang berarti
1 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1984), hlm. 10.
lxvi
sama dengan tuan, holy, suci, kudus, keramat.2 Sedangkan Allah dari Al Ilah berarti
The God, Pencipta, Yang Maha Kuasa.3
Tuhan dalam sila Pertama, mandapat awalan-ke, akhiran-an menjadi kata
sifat. Sehingga dengan demikian “Ketuhanan” itu adalah “sila”. Tuhan, Allah sendiri
bukan sila ia adalah pribadi “Tuhan” itu nama jenis yang abstrak. Ketuhanan berarti
Yang Ilahi, suatu kuasa Ilahi. Dengan demikian “Ketuhanan” adalah perkataan yang
terbaik yang dapat memberikan kesempatan berbagai penafsiran sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.4
Istilah Ketuhanan Yang Maha Esa bukan pengertian teologis melainkan
rumusan politis (kenegaraan) karena tidak dapat diartikan hanya menurut pengertian
agama yang tertentu. Kita dapat mengartikan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu
pengakuan atau keyakinan adanya suatu kekuasaan yang tertinggi dan abadi, yang
mengatur dan menguasai segala yang ada di dunia ini. Yang Maha tinggi itu siapa?
Terserah kepada agama masing-masing, dengan perkataan lain istilah Ketuhanan
dipilih dengan tepat, agar supaya dapat dikonkritkan oleh setiap orang sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
Dari uraian di atas sila pertama nampak jelas kedudukan yang sama daripada
semua agama yang ada di Indonesia untuk merealisasikan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dalam kehidupan yang konkrit.
2 Ismaun, Problematika Pancasila (Bandung: Cahaya Remaja, 1959), hlm. 27.
3 Philip K. Hitti, Dunia Arab ; Sejarah Ringkas ( terj .), Usuludin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung: Sumur Bandung , 1970 ), hlm. 32.
4 Rahmat Subagyo, Pancasila Dasar Negara Indonesia (Yogyakarta: Basis, 1955), hlm. 64.
lxvii
Yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah peleburan
semua pengakuan kepercayaan semua agama-agama menjadi suatu pengakuan yang
tunggal, yang merupakan pengakuan Iman kesatuan untuk seluruh warga negara
Republik Indonesia melainkan tugas negara yang berdasarkan Pancasila adalah
melindungi perbedaan-perbedaan agama warga negaranya. “Bukan saja bangsa
Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan
Tuhannya sendiri”.5
Dari segi nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat
disebutkan bahwa sila pertama ini merupakan dasar kerohanian dasar bermasyarakat,
dalam kehidupan bernegara, berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti dalam
menyelenggarakan kehidupan bernegara wajib memperhatikan dan menghormati
petunjuk-petunjuk Tuhan Yang maha Esa, tidak dibenarkan menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kemudian untuk
menyelenggarakan segala yang baik bagi masyarakat dan pemerintahan negara. Pada
hakekatnya tidak boleh menyimpang dari jalan yang lurus untuk mencapai
kebahagian rakyat dan keselamatan masyarakat.
Sebagai asas hidup bermasyarakat sila Ketuhanan Yang Maha Esa menuntut
agar bangsa Indonesia dalam melaksanakan hidup bermasyarakat memperhatikan dan
menghormati petunjuk-petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, memupuk rasa kebersamaan
5 Soekarno, Lahirnya Pencasila (Jakarta: Bp. Nasional, 1958), hlm. 27.
lxviii
menuju kerukunan hidup bermasyarakat kebebasan beragama dan beribadat menurut
keyakinan masing-masing agama.6
Sebagai pengaturan lebih lenjut perinsip KetuhananYang Maha Esa maka
UUD 1945 menentukan dalam pasal 29 sebagai berikut: 1. Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa .2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
Ketentuan ini menegaskan tugas negara dalam bidang hidup keagamaan, yaitu
negara bertugas untuk memberikan jaminan perlindungan agar setiap penduduk yang
notabenenya adalah pemeluk agama tersebut dapat secara bebas malaksanakan ajaran
agama atau kepercayaannya. Negara bertugas untuk menjaga kesejahteraan bersama
dalam bermasyarakat. Tugas tersebut dijalankan dengan cara menjamin kesempatan
yang sama dan adil bagi setiap warga negara untuk mengamalkan konsepsinya
tentang Tuhan sesuai ajaran agama yang diyakininya. Oleh karena itu sebenarnya
ketentuan di atas pada sisi yang lain menunjukkan pula sejumlah hak dari warga
negara Indonesia untuk:
1. Bebas memeluk agama dan kepercayaan
2. Bebas beralih agama dan kepercayaan
3. Bebas menjalankan ibadat sesuai ajaran agama/kepercayaannya
6 Ahmad Azhar Basyir, Hubungan Agama dan Pancasila (Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1985), hlm. 10.
lxix
4. Bebas untuk mengajar atau mendidik keluarganya sesuai ajaran agama yang
diyakininya.7
Jadi setiap orang bebas menganut kepercayaannya dan menyembah Tuhannya
dengan tidak menganggu agama lain, apalagi memusuhi atau memerangi orang yang
menganut kepercayaan yang lain dari kepercayaan golongannya atau orang yang
menyembah Tuhan lain dari Tuhan yang disembah oleh golongannya.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pengakuan bahwa Tuhan
adalah sumber kemerdekaan, oleh karena itu Tuhan sendiri membebaskan manusia
dari segala penindasan yang ada dimuka bumi ini. Akan tetapi hal itu bukanlah berarti
bahwa negara harus memaksakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi suatu
pengakuan iman rasuli Kristen .
Dengan demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa bukan hanya sebagai alat
pemersatu bangsa Indonesia, tetapi juga merupakan manifestasi kepribadian bangsa
Indonesia, oleh sebab itu sila pertama dalam Pancasila adalah suatu seruan terutama
bagi setiap orang yang mengaku dirinya orang yang beragama, agar selalu ingat
dalam tanggung jawab dan tugasnya di dalam memelihara, memupuk dan mewujudan
prikemanusiaan, kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial.
Setiap Rakyat Indonesia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
mengahayati ajaran-ajarannya, tentu tidak akan ragu-ragu lagi menyatakan bahwa
agama merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, mengandung nilai-
7 Wisnu Tri Hanggoro ( edit .), Bunga Rampai Pancasila ( Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 1986 ), hlm. 51-52.
lxx
nilai luhur yang dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya masing-masing dan
merupakan faktor yang berpengaruh dalam usaha bangsa Indonesia untuk
mensukseskan pembangunan bangsa.8
B. Meningkatkan Partisipasi Gereja dalam Membangun Bangsa Indonesia
sebagai Pengamalam Pancasila
Menurut T. B. Simatupang, gereja adalah berada dalam dunia dan diutus oleh
Tuhannya ke dalam dunia. Tuhan tidaklah mengutus gereja ke wilayah yang asing.
Sebab Tuhan itu sendiri adalah Tuhan bagi dunia.
Pengertian tentang dunia hanya terbatas pada bumi dan alam semesta. Dunia
memiliki arti jauh lebih luas dari itu. Dunia memiliki makna yang meliputi bumi,
alam semesta, sekaligus kesejahteraan umat manusia dengan segala daya dan
upayanya untuk memenuhi bumi serta menaklukkannnya.
Arti dunia yang demikian, menurut T. B. Simatupang menegaskan bahwa
umat manusia dengan segala kebudayaan, dengan hidup berpolitik, sosial,
ekonomi,dan sejarah, ideologi agama dan teknologi juga dengan segala harapan yang
8 T. B. Simatupang (dkk.), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang Membangun (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1996), hlm. 94.
lxxi
membentang dan kekhawatiran yang mengandung keseluruhannya adalah bagian dari
isi dunia.9
Kembali kepada pembahasan gereja dalam pembangunan menghadapkan kita
dengan permasalahan yang mendasar mengenai hubungan antara gereja dengan
perkembangan dalam masyarakat negara dan kebudayaan di mana gereja berada.
Pembangunan adalah tindakan manusia dalam sejarah untuk mengembangkan
masyarakat, negara dan kebudayaan yang baik, dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Pada satu pihak gereja adalah bagian dari masyarakat, negara dan kebudayaan
yang membangun. Pada pihak lain gereja tidak hanya bagian dari masyarakat, negara
dan kebudayaan dimana dia berada. Gereja mempunyai hubungan yang khas dengan
Kristus seperti dinyatakan dalam kiasan bahwa gereja adalah tubuh kristus.10
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Kitab .
“tidak ada seseorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar
yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Korintus 3:11).11
Sejak gereja tiba di Indonesia, maka gereja telah berpartisipasi dalam
pembangunan, seperti dalam pelayanan pendidikan, kesehatan dan pertanian. Oleh
karena itu gereja-gereja di Indonesia juga meningkatkan partisipasinya dan melayani
pembangunan nasional berdasarkan tugas pengikutnya yang bersumber pada Injil
9 T. B. Simatupang, Dari Revolusi ke Pembangunan (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1987), hlm. 9.
10 T. B. Simatupang ( dkk.), Peranan Agama-Agama dalam …….., op. cit., hlm. 9.
11 Perjanjian Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999), hlm. 470.
lxxii
Yesus Kristus. Gereja di Indonesia dengan sikap sebagai hamba dan pelayanan
menurut teladan Yesus, dengan mengambil sikap yang positif, kreatif, kritis dan
realistis dalam pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Positif
artinya terbuka terhadap yang baik, kreatif artinya adanya jasa roh kudus dalam sikap
pembangunan yang dilakukan oleh gereja, kritis artinya setiap pembangunan yang
dilakukan oleh gereja sesuatu yang telah tertuang dalam firman Tuhan, realistis
artinya sadar akan waktu dan batas-batas kenyataan terhadap pembanguan yang
dilakukan oleh gereja.12
Tugas panggilan gereja dalam pembangunan bangsa ini tidak hanya
memberikan ruang bagi gereja-gereja untuk berpartisipasi dan melayani dalam
pembangunan nasional, tetapi juga untuk mengajak dan mengaharapkan partisipasi
secara bertanggung jawab dari semua warga negara dan golongan, dalam
pembangunan nasional berdasarkan hak dan kewajiban yang sama.
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia sebagai pengamalan Pancasila
dipandang oleh gereja adalah bagian dari dunia yang dikasihi Allah. Pembangunan
dengan segala proses perubahannya dalam berbagai aspek kehidupan dalam rangka
berjuang untuk menegakkan keadilan, pemerataan, kesejahteraan dan kelestarian serta
dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia yang selaras, serasi
dan seimbang antara dimensi material dan spiritual, merupakan isi dunia yang tidak
berada di luar rancana Penyelamatan Tuhan.
12 PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura, 21-30 Oktober 1994 (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), hlm. 29.
lxxiii
Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, tidak identik dengan
kerajaan Allah. Oleh karena itu pembangunan ini memberikan ruang yang lebih luas
bagi upaya-upaya untuk menegakkan perdamaian, keadilan, kemanusiaan dan
kesejahteraan bagi semua orang. Oleh sebab itu maka dalam terang Injil kerajaan
Allah, gereja-gereja di Indonesia mengambil bagian secara positif, kreatif, kritis,
realistis dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.13
Pembangunan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia sebagai Pengamalan
Pancasila dapat saja mengalami kegagalan dan penyelewengan sehingga berlawanan
dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu pembangunan yang di usahakan manusia,
maka hasilnya tidak akan pernah sampai pada tatanan masyarakat yang sempurna
dengan keadilan yang demikian, hanya dapat terwujud oleh kehendak Tuhan sendiri.14
Jadi walaupun menurut kita bahwa pembangunan yang dilaksanakan menurut
ukuran kita telah mampu menegakkan keadilan, pemerataan, pambaharuan
kesejahteraan dan telah mampu mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia,
maka dalam keadaan yang seperti inipun masih tetap akan menimbulkan bentuk-
bentuk penindasan dan ketidakadilan dalam masyarakat pada umumnya.15
13 T.B. Simatupang , Bersama-Sama Meletakkan Landasan Moral, Etik dan Spiritual Bagi Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal landas, dalam buku, Kontek Berteologi di Indonesia : Buku Penghormatan untuk HUT ke 70 Prof. Dr. P. D. Latuihamallo (Penyunting .), Eka Darmaputra , ( Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 39.
14 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila ……., op. cit. , hlm. 130. 15 T. B. Simatupang, Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan,
Berjuang dalam Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman, (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1985), hlm. 41-42.
lxxiv
Gereja-gereja di Indonesia dalam berpartisipasi dalam pembangunan bangsa
ini harus memiliki beberapa sikap diantaranya gereja harus bersikap positif, kreatif,
kritis dan harus realistis.16
Dengan sikap gereja yang positif, maka gereja dapat mendukung segala
pambangunan yang menunjukkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Seperti,
keadilan, kesejahteraan, perdamaian dan sebagainya. Maka dari itu gereja dapat
mengembangkan hal-hal yang baik dalam proses pembangunan.
Sikap gereja yang kreatif, gereja dapat memberikan sumbangan untuk
berpartisipasi dalam menjawab berbagai tantangan dalam perubahan zaman dan dapat
menyisihkan berbagai hambatan-hambatan yang selalu mengahadang atau
mengahalangi untuk suksesnya suatu pembangunan yang kita lakukan untuk bangsa
ini.
Sikap gereja yang kritis, bahwa gereja dapat mengoreksi berbagai cita-cita
atau kebijakan-kebijakan bangsa kita ini dalam melakukan pembangunan yang
memang bertentangan dengan kehendak Tuhan, seperti: banyaknya korupsi-korupsi
yang terjadi di birokrasi pemerintahan kita sekarang ini yang dikorupsi itu adalah
uang rakyat. Oleh karena itu Tuhan tidak mengajarkan tentang hal-hal yang tidak
baik. Pasti Tuhan mengajarkan tentang hal-hal yang baik.
Sikap gereja yang realistis adalah untuk mendorong gereja agar dapat meilihat
dan memahami tentang batas-batas yang telah dapat dicapai oleh bangsa ini dalam
membangun sikap tersebut sebagai alat kontrol untuk mengawasi agar setiap
16 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila, loc. cit..
lxxv
pembangunan itu selalu tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan, dalam artian
setiap pembangunan itu harus sesuai dengan manfaatnya dan tidak bertentangan
dengan ajaran-ajaran Tuhan.17
Bentuk partisipasi gereja dalam pembagunan bangsa Indonesia sebagai
pengamalan Pancasila, dalam partisipasi ini yang paling penting adalah gereja
terhadap masyarakat dan masa depan bangsa Indonesia ini, yang mengangkat dasar-
dasar dan corak-corak dari negara, masyarakat dan kebudayaan serta dasar-dasar
hukum yang ada didalamnya, dan pandangan mengenai sejarah yang menguasai
pemikiran dalam pembangunan itu.18
Gereja, dalam bentuk partisipasinya dalam pembangunan berusaha dalam
memberikan sumbangan untuk mengembangkan suatu gagasan, ide-ide dan pikiran
menganai arah dan tujuan dalam melakukan suatu pembangunan sebagai pangamalan
Pancasila. Oleh karena itu hal tersebut akan dapat menentukan gerak pembangunan
nasional akan berjalan kearah dari cita-cita perjuangan bangsa Indonesia ini dalam
membangun masyarakat yang adil dan makmur yang dapat berasaskan Pancasila.
Pendangan gereja tentang pengamalan dari sila-sila Pancasila dalam
pelaksanaan pembangunan, Pancasila dengan sila-silanya haruslah diamalkan secara
utuh dan konsekuen. Seperti pengamalan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang mencakup tanggung jawab bersama dari semua golongan agama supaya untuk
terus-menerus dan bersama-sama dalam meletakkan landasan moral, etika dan
17 Ibid. , hlm. 130.
18 T. B. Simatupang, Kehadiran Kristen …….., op. cit. , hlm. 43.
lxxvi
spiritual yang kokoh bagi pembangunan nasional sebagai Pengamalan Pancasila.19
Dengan demikian sila ini bukan merupakan dalil teologi, sebab negara sama sekali
tidak memiliki apa yang namanya teologi. Sila ini hanya menjamin tempat yang wajar
bagi dimensi religius dalam kehidupan negara dan bangsa.
Pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menurut gereja
menyangkut usaha-usaha pengembangan dan pemantapan hak-hak asasi manusia dan
tanggung jawabnya dalam pembagunan. Tapi bagi gereja untuk mengamalkan
kamanusiaan dan keadilan dengan ikut dalam sepenuhnya bertanggung jawab dalam
mengenai keamanan negara.20
Pengamalan sila ketiga, Persatuan Indonesia, menurut gereja menyangkut
Pembinaan kesatuan bangsa,21atau pembinaan bangsa dari semua bidang kehidupan
manusia, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga makin kuat rasa kesatuan
kamanusiaan dalam memperkokoh rasa Persatuan dan kesatuan negara.22
Pengamalan sila keempat dari Pancasila, dipandang oleh gereja dalam
menyangkut persoalan-persoalan yang mendorong begitu besar peran partisipasi
rakyat dalam aspek politik dalam usaha menegakkan demokrasi yang bertanggung
jawab.
19 T.B. Simatupang , Bersama-Sama meletakkan……………………………,op. cit. , hlm. 28.
20 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila , op. cit. , hlm. 121.
21 Ibid. , hlm. 121.
22 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia (Malang: Pusat Studi Agama dan Kebudayaan, 1993), hlm. 31.
lxxvii
Pengamalan sila kelima dari Pancasila dalam pembangunan menurut gereja
menyangkut peletakkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menjunjung cita-cita
keadilan sosial, 23 dan dapat juga pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
menuju kepada terciptanya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.24
Partisipasi gereja dalam memberikan sumbangan pemikiran tentang
pengamalan Pancasila di atas, hanya sebagai motivasi bagi umat Kristiani dalam
benar-benar mangamalkan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila dan sebagai
perwujudan gereja dalam berpartisipasi dalam membangun bangsa ini.
Partisipasi gereja dalam membangun bangsa ini dapat berhasil apabila adanya
kerjasama antara gereja-gereja dengan berbagai lembaga-lembaga yang ada di luar
gereja, bahkan dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang
berbeda dan di ajak untuk bekerjasama dalam membangun bangsa ini agar menjadi
bangsa yang maju, adil dan sejahtera.
23 T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila , loc. cit..
24 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama………, loc. cit..
lxxviii
Adapun tujuan gereja dengan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini
adalah:
a. Gereja berpartisipasi dan melayani dalam
pembangunan nasional dengan tujuan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara Pancasila yang sedang melaksanakan pambangunan
nasional sebagai pengamalan Pancasila dapat melahirkan atau
menciptakan kesejahteraan, keadilan, kebebasan, persaudaraan,
perdamaian dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dunia
ini.
b. Untuk bersama-sama dapat membaharui,
membangun, dan mempersatukan gereja dan memupuk kemanusiaan di
bidang teologi.
Menurut T. B. Simatupang, seluruh partisipasi gereja dan umat Kristen dalam
berpartisipasi membangun bangsa ini harus bertolak sebagai usaha untuk menegakkan
tanda-tanda penyelamatan dan kedatangan kerajaan Tuhan.
C. Analisis Penulis
Ada satu hal yang khas,yang membedakan Indonesia dengan masyarakat dan bangsa manapun di dunia ini, yaitu bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majmuk, yang terdiri dari berbagai suku,adat,budaya,agama dan
lxxix
kepercayaan, serta Pancasila adalah dasar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.25
Pancasila merupakan kesepakatan luhur antara semua golongan yang hidup di bumi Indonesia. Sebuah kesepakatan seluhur apa pun, tidak akan banyak berpungsi jika didudukkan dalam status yang jelas. Karena kesepakatan luhur bangsa Indonesia itu akhirnya dirumuskan sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara. Ideologi bangsa, artinya setiap warga negara Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila Pancasila. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara keseluruhan harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan, bukan hanya sekedar masing-masing sila . Sebagai falsafah negara Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir dalam menyusun undang-undang dan hukum di dalam negara Republik Indonesia.26
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara disinilah ada tumpang tindih antara Pancasila dengan sebagian sisi kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki lingkup masing-masing yang berjangkauan universal, berlaku seluruh umat manusia. Hal ini upaya Pancasila untuk menekankan sisi kehidupan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jelas setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki visi sendiri, di samping visi universal yang mempersamakan semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak sepenuhnya sama dengan wawasan sekian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang satu sama yang lain saling berbeda.27
Dengan demikian dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila setiap sila-sila yang terdapat dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia termasuk agama Islam. Akan tetapi perlu kita cermati apakah Islam sesuai dengan Pancasila ? maka segera akan nampak bahwa banyak dari ajaran-ajaran Islam yang tidak tercakup dalam Pancasila atau tidak dipersoalkan oleh Pancasila. Islam mengajarkan tentang tauhid,( keesaan Tuhan ); Pancasila walaupun ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi membiarkan orang Kristen ber-Trinitas, agama Hindu mempercayai banyak dewa –dewa , dan dalam agama Budha tidak membicarakan tentang Tuhan sama sekali.
25 Ibid ., hlm. 257.26 Abdurrahman Wahid, Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kaitannya Dengan Kehidupan
Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam buku. Pancasila Sebagai Ideologi , Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,disunting oleh, Oetojo Oesman dan Alfian. ( Jakarta: BP-7, 1991), hlm. 163.
27 Ibid., hlm. 164.
lxxx
Kemudian Islam mengajarkan tentang iman kepada rasul-rasul, shalat, puasa Ramadhan, zakat , haji dan masih banyak lagi ketentuan –ketentuan lain yang diajarkan oleh Islam. Hal semacam ini tidak berarti bahwa Islam bertentangan dengan Pancasila , pada umumnya memang terdapat kesepakatan di negeri kita bahwa hal-hal ibadah dibiarkan saja . Sekurang –kurangnya kita dapat perhatikan , bahwa kemudahan diberikan di negeri kita untuk melaksanakan ibadah tersebut, sebagaimana juga kemudahan yang sama dinikmati oleh para pengikut agama lain. 28
Jika melihat persoalan-persoalan tadi, maka ajaran Islam lebih bersifat luas, mencakup hal-hal yang oleh Pancasila mungkin tidak terpikirkan. Ajaran Islam dalam hal-hal tertentu terperinci dan tegas. Oleh sebab itu bagi setiap muslim ajaran –ajaran agama itu wajib dilaksanakan. 29
Mengenai Islam dan Pancasila pada dasarnya tidak bertentangan , tapi perlu diketahui bahwa Islam adalah agama dan Pancasila adalah ideologi . Sering dinyatakan bahwa Pancasila tidak akan menjadi agama, demikian pula agama tidak akan memjadi ideologi. 30
Pada dasarnya kekuatan ideologi (Pancasila) dapat diukur dari tiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi dan saling memperkuat. Ketiga dimensi itu adalah : 1. Dimensi realitas ; dimana ideologi itu mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup dalam masyarakat, 2. Dimensi idealitas ; suatu ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dihayati suatu masyarakat atau bangsa dapat diketahui kearah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama, 3. Dimensi fleksibilitas; bahwa sebuah ideologi harus memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahwa merangsang pengembangan pemikiran –pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. 31
Berdasarkan pada tiga dimensi tadi maka Pancasila jelas memenuhi standar
realitas, idealitas bahkan fleksibilitas, terutama karena dinamika internal yang
28 Deliar Noer, Islam Pancasila dan asas Tunggal ( Jakarta : Yayasan Perkhidmatan,1983), hlm. 113.
29 Ibid., hlm.115.30 Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam ( Mizan : Bandung, 1997 ), hlm. 85. 31 Listiyono Santoso (dkk.), (de ) Konstruksi Ideologi Negara ; Suatu Upaya Membaca Ulang
Pancasila ( Jogjakarta : Ning- Rat, 2003 ), hlm. 70.
lxxxi
terkandung dalam sifatnya sebagai ideologi terbuka. Jadi secara ideal konseptual
Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh dan bermutu tinggi .32
Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi terbuka biasanya memantapkan, memapankan serta menguatkan relevansi ideologi itu dalam masyarakat. Tetapi hal itu tetap tergantung pada kehadiran beberapa faktor: 1. Kualitas nilai-nilai dasar yang tergantung dalam ideologi, 2. Persepsi , sikap dan tingkah laku masyarakata terhadap Pancasila, 3. Kemampuan masyarakat mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang ideologi, 4.Menyangkut seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam idelogi itu membudaya dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara .33
Harus disadari, betapa dalam Pancasila sesungguhnya memuat kualitas nilai
dasar yang objektif kebenarannya dan berlaku secara universal. Kualitas nilai dasar
itu memungkinkan bagi terbentuknya kualitas peradaban bangsa yang berlandaskan
pada masyarakat yang ber-Ketuhanan, ber-Kemanusiaan, ber- Satu, ber-Kerakyatan
dan ber-Keadilan. Kelima sila tersebut adalah “ paradigma “ bagi terbentuknya
masyarakat berperadaban Pancasila. Selama ini, Pancasila lebih diletakkan sebagai
gundukan “ rangkuman “ konsep-konsep belaka yang tidak mempunyai kekuatan
untuk “merubah” tatanan masyarakat. Pancasila di masa lalu seolah-olah hanya
berhenti pada konsep nilai-nilai yang tidak mampu merambah pada tataran empirik
masyarakat.34 Itulah sebabnya kita harus berihktiar untuk semakin menjadikan
Pancasila itu sebagai ideologi dan menjadikan dasar yang kokoh bagi perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
32 Ibid . , hlm. 70.
33 Ibid ., hlm. 71.
34 Ibid., hlm. 72.
lxxxii
lxxxiii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut T.B. Simatupang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di
Indonesia tidak terlepas dari beberapa aspek, yaitu :
a. aspek sejarah
Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan
Pancasila tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa
agama Kristen Protestan di Indonesia. Maka yang dulunya sebahagian
rakyat Indonesia yang sudah beragama Katolik di Protestankan oleh
orang Belanda, maka rakyat Indonesia banyak yang menganut agama
Kristen Protestan.
Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan
rakyat Indonesia, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang sudah beragama
Kristen Protestan ikut memperjuangkan nagara ini dari tangan
penjajah,tidak heran jika bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen
Protestan ikut juga dalam merumuskan dasar negara Indonesia yitu
Pancasila .
b. aspek politik
lxxxiv
Gereja ditempatakan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas
panggilannya dalam kontek sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Demikian halnya dengan gereja –gereja di Indonesia dipanggil dan
ditempatkan oleh Tuhan untuk melaksanakan panggilannya pada bangsa
dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila.
Di negara Pancasila ruang bagi orang Kristen Protestan dalam
bidang politik tidak di batasi. Bagi orang Kristen Protestan berpartisipasi
dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kritis dan kreatif yang dapat
disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat.
c. aspek agama
Dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan
panggilan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara,seperti agama
Kristen Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen Protestan baik
sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan ( gereja) mempunyai tanggung
jawab dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
2. Pengaruh pemikiran T. B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di
Indonesia, di bagi menjadi dua :
Pertama: meliputi pemahaman Kristen Protestan terhadap sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan suatu keputusan yang
mutlak yang harus diterima oleh setiap agama-agama yang ada di
Indonesia. Makna yang terkandung dari sila pertama bukanlah
kepercayaan “Kepada Allah” tetapi lebih berarti kepercayaan kepada “Ide
lxxxv
Ketuhanan” oleh karena itu kata yang dipakai bukan kata “Allah” tetapi
lebih netral yaitu “Ketuhanan” kemudian ditambah Keesaan dan
Kemahaan.
Dengan demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan hanya
sebagai alat pemersatu bangsa, tetapi juga merupakan manifestasi
kepribadian bangsa bagi setiap orang yang mengaku dirinya orang yang
beragma.
Kedua, meliputi partisipasi gereja dalam membangun bengsa
Indonesia sebagai pengamalan Pancasila. Tugas penggilan gereja dalam
membangun bangsa ini tidak hanya tertuju pada pembangunan nasional
saja, akan tapi mengajak kepada semua warga Indonesia untuk bersama-
sama dalam membangun dan mengatasi bangsa yang tercinta ini dari
ketertindasan dan kemiskinan.
B. Saran-saran
1. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
maka setiap agama harus menerima Pancasila sebagai dasar negara, maka
dari itu jangan sampai ada suatu golongan umat beragama yang ingin
menggantikan dasar negara Pancasila dengan dasar yang lain. Oleh karena
itu setiap agama yang ada di Indonesia harus mengakui Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia.
2. Penulis menyarankan kepada setiap jurusan di Fakultas Ushuluddin bahwa
sanya skripsi-skripsi yang lama yang terdapat di ruang dosen supaya di
lxxxvi
susun dengan rapi atau disimpan dalam almari khusus supaya tidak acak-
acakan.
C. Kata Penutup
Sebagai kata Penutup skripsi ini, penulis panjatkan puji syukur sedalam-
dalamnya kehadirat Allah atas segala curahan rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang Hubungan Kristen Protestan dengan
Pancasila di Indonesia ( Studi atas pemikiran T. B. Simatupang )
Hanya kepada Allah, penulis memohon hidayahNya mudah-mudahan skripsi
ini dapat bermanfaat untuk orang lain dan juga untuk penulis sendiri.
lxxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Wiwin Siti (dkk.). Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama .Yogyakarta: Dian/Interpedi, 2003
Bakry,Hasbulah. Ilmu Perbandingan Agama . Jakarta : Widjaya, 1986
Basyir, Ahmad Azhar. Hubungan Agama dan Pancasila .Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1985
Daman, Rozikin. Pancasila Dasar Falsafah Negara . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Darmaputra, Eka. Pancasila Identitas dan Modernitas, Tinjauan Etis dan Budaya. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1997
Darmodihardjo, Darji. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Malang: Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, 1979
-----------.( dkk .). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1991
Efendy,Bahtiar. Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan Perbincangan Mengenai Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan. Yogyakarta: Galang Press, 2001
Green, Clifford . Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath, ( terj ) Marie Claire Barth . Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989
Hanggoro, Wisnu Tri (edit.). Bunga Rampai Pancasila .Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen, 1986
Hitti, Philip K. Dunia Arab; Sejarah Ringkas (terj) Usuludin Hutagalung dan Sihombing. Bandung: Sumur Bandung , 1970
Hoekema, A.G. Berfikir dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia( 1860-) 1960) ( terj.). Ny. Susilaradeya. Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1997
lxxxviii
Ismail , Faisal. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Isalan dan Pancasila .Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999
Ismaun. Problematika Pancasila . Bandung: Cahaya Remaja, 1959
Kaelan. Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP. Yogyakarta: Paradigma, 1996
Kaelan. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani .Yogyakarta: Paradigma, 1999
Kansil ,C. S. T. Pancasila dan UUD 45 Dasar Falsafah Negara . Jakarta: Pradanya Pramita, 1978
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat .Jakarta: PT. Gramedia. 1997
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah . Yogyakarta: Yayasan Budi Budaya, 1995
……………..Identitas Politik Umat Islam. Bandung : Mizan,1997
Latuihamallo, P.D. Menyambut Usia ke 70 .T. B. Simatupang, dalam buku, 70 Tahun Dr. T.B.Simatupang , Saya Adalah Orang Yang Berhutang( Penyunting) Samuel Pardede. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
Musfik, Ahmad. Skripsi. Gereja dan pembangunan ( Studi atas Pemikiran Tahi Bonar (T.B) Simatupang ). Yogyakarta : Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1996
Noer, Deliar. Islam Pancasila dan Asas Tunggal . Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983
Oesman ,Oetojo dan Alfian. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat, 1991
Octavianus, P. Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam Hidup Berbangsa, Bernegara, Bermasyarakat .Malang: Departeman Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1985
lxxxix
Pardede, Samuel ( penyunting.). Saya adalah Orang yang Berhutang . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
Partonadi, Soetarman Soediman. Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Suatu Ekpresi Kekristenan Jawa Pada Abad ke XIX ( terj.) Widi Harijati Rahadi . Jakarta: Gunung Mulia,2001 dan Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen
Perjanjian Baru . Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999
PGI. Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura, 21-30 Oktober 1994 . Jakarta: Gunung Mulia, 2002
Sairin, Wainata. Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran.Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2002
Salim, Emil . Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku .70 Tahun Dr. T.B. Simatupang , Saya Adalah Orang Yang Berhutang ( Penyunting) Samuel Pardede . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1990
Sargent, Lyman Tower. Ideolog-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komperatif, Edisi keenam . Jakarta: Erlangga , 1987
Simatupang, T.B. Bersama-sama Meletakkan Landasan Moral, dan Spiritual, Bagi Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal Landas, dalam buku. Kontek Berteknologi di Indonesia : Buku Penghormatan untuk HUT ke 70 Prof. Dr. P. D. Latuihamallo ( Penyunting) Eka Darmaputra. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1997
----------.Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan . Jakarta: PT. Pembangunan, 1960
---------- (editor.). Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia. (Jakarta:
Bpk. Gunung Mulia, 1986
-----------. Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai (Jakarta: Sinar Harapan, 1981
-----------. Iman Kristen dan Pancasila. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1984
xc
-----------. Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan, Berjuang dalam Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1985
-----------. Dari Revolusi ke Pembangunan .Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1987
------------.Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara .Jakarta : Sinar Harapan , 1991
----------- (dkk.). Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam Negara Pancasila yang Membangun. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1996
Steenbrink, Karel. A . Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
Subagyo, Rahmat . Pancasila Dasar Negara Indonesia. Yogyakarta: Basis, 1955
Soekarno. Lahirnya Pencasila . Jakarta: Bp. Nasional, 1958
Surachmad,Winarno. Dasar dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito,1970
Soewarno,P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis,Yuridis Kenegaraan .Yogyakarta: Kanisius, 1993
Tanja, Viktor I . Spiritualitas, Pluralitas, dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BPK.Gunung Mulia, 1996
Utomo, Bambang Ruseno. Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia . Malang: Pusat Studi Agama dan Kebudayaan, 1993
Vredenbergt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,1996
Wahana, Paulus . Filsafat Pancasila .Yogyakarta: Kanisius, 1993
xci
Wahid, Abdurrahman. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kaitannya Dengan
Kehidupan Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam buku. Pancasila Sebagai Ideologi, Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara , disunting oleh
Oetojo Oesman dan Alfian . Jakarta : B-7, 1991
Yamin, Muhammad. Pembahasan UUD Indonesia . Jakarta: Prapanca, 1959
CURRICULUM VITAE
Nama : Miswandi
Tempat Tanggal Lahir : Kampung Baru, 11 Desember 1979
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Asal : Kampung Baru, Kec. Sapat, Kab. Tembilahan, Riau
Alamat di Yogyakarta : Jl. Nogorojo No.3 Klpk. VI. Gowok Yogyakarta
PENDIDIKAN
- SDN. 016 Kampung Baru (1987-1993)
- MTs. P. P. Indragiri Al-Islami, Tanjung Makmur (1993-1996)
- MA. P. P. Indragiri Al-Islami, Tanjung Makmur (1996-1999)
- Masuk IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin, Yogyakarta (2000-
sekarang)
xcii
NAMA ORANG TUA
Ayah : H. Miskun
Ibu : Hj. Siti Wartini
Agama : Islam
Alamat : Kampung Baru, kec. Sapat, Kab. Tambilahan, Riau.
Prof. Dr. H. Agussalim SitompulDrs. Rahmat Fajri.Dosen Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
NOTA DINAS
Kepada Yang TerhormatDekan Fakultas UshuluddinUIN Sunan KalijagaYogyakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : MISWANDI
Nim : 00520012
Jurusan : PA
xciii
Judul Skripsi : HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI
INDONESIA ( Studi atas Pemikiran T. B. Simatupang )
Maka pembimbing / pembantu pembimbing kami berpendapat bahwa skripsi
tersebut sudah layak diajukan untuk dimunaqasahkan .
Demikian , mohon dimaklukmi adanya.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, ……..
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul Drs.Rahmat FajriNIP. 150169820 NIP. 150275041
MOTTO
“ Kalau Ingin Menguasai Negara Kuasailah Ilmu. Kalau Ingin Menguasai
Dunia dan Akhirat Kuasailah Ilmu. ”
xciv
PERSEMBAHAN
Karya ini Kupersembahkan Kepada :
Almamaterku yang sangat dibanggakan
Bapak dan Ibu Tercinta
Adik-Adikku tersayang, Jumadi, Salman al-Farisy
Seseorang yang selalu dekat di Hati
xcv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang senantiasa
melimpahkan taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat seiring salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad Saw, yang telah menuntun kita kejalan kemenangan dunia dan akhirat.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan masukan dan
bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun material, yang sudah sepantasnya
penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang
terhormat :
2. Drs. H. Moh. Fahmi, M.hum. Selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
xcvi
3. Bapak Drs. H. Subagyo. M.Ag. Selaku Ketua Jurusan
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
4. Bapak Drs. Rahmat Fajri. Selaku Sekretaris Jurusan
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
5. Bapak Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul. Selaku Pembimbing
I, yang selalu banyak memberi masukan sehingga terwujudnya skripsi ini.
6. Bapak. Drs. Rahmat Fajri. Selaku Pembimbing II, yang
selalu memberikan bimbingan dan memberi saran dan petunjuk dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak. Drs. H. Subagyo, M. Ag. Selaku Penasehat
Akademik yang telah banyak memberikan dukungan dan saran demi
menyelesaikan studi penulis.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan
kuliah kepada penulis.
9. Kepada orang tua penulis, atas pengorbanan dan jasanya
yang tiada terhingga dan tak terbatas mudah-mudahan keduanya diberi umur
panjang dan husnul khatimah di akhir hayat mereka. Serta kepada adik-adikku
yang tersayang. Keluarga angkat di Imogiri (Pak Suprafto sekeluarga).
10. Kepada seseorang yang selalu setia mendampingi penulis
baik dalam suka maupun duka, Yani tercinta.
11. Kepada konco-konco seperjuangan, jurusan PA, 2000,
keluarga besar “HIMARISKA” (Himpunan Mahasiswa Riau Sunan Kalijaga),
xcvii
spesial buat teman-teman kost “WISMA SAWO” (Dedi, Didit, Petang, Arif,
Dian, Nova, Koler, Emon, Ojay Bekers, Sony dan abang Tambunan).
Atas segala kebaikan mereka, penulis banyak berhutang budi, hanya do’a
yang dapat mengiringi ketulusan mereka, sehingga pengorbanan yang tekah mereka
berikan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Yogyakarta, ……….
Penulis
Miswandi
Nim .00520012
DAFTAR SINGKATAN
T. B. = Tahi Bonar
HIS = Hollands Inlands School
MULO = Meer Uitgebried Lager Onderwijs
KMA = Koninlijke Militaire Academie
AMS = Algemene Middelbere School
KSAP = Kepala Staf Angkatan Perang
PTTS = Panglima Tentara dan Teritorium Sumatra
xcviii
PBAP = Panglima Besar Angkata Perang
DGI = Dewan Gereja-Gereja Indonesia
PGI = Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia
VOC = Verenigde Oost Indische Compagnie
BPUPKI = Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
PPUUD = Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
PKPUUD = Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar
PPKI = Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
PB = Perjanjian Baru
UUD = Undang-Undang Dasar
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas rakyatnya beragama Islam, tapi ada juga yang beragama non Islam.Ketika bangsa Indonesia ingin membentuk dasar negara maka terjadilah suatu perdebatan yang hangat antara kalangan Islam dan non Islam , dari kalangan Islam menginginkan dasar negara harus berasaskan Islam seperti Piagam Jakarta , tapi dari kalangan non mulslim menolak bunyi sila pertama dari Piagam Jakarta yang berbunyi “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Untuk menghindari atau mengakhiri perdebatan tersebut, maka tokoh-tokoh agama dari kalangan Islam dan non Islam melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi sila pertama dari Piagam Jakarta , maka kedua tokoh-tokoh agama tersebut menyepakati untuk mengubah nya dengan kalimat “ Ketuhanan Yang Maha Esa “. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara, jadi setiap warga negara Indonesia harus mengakui Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T. B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, dan untuk menembah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh pemikiran T. B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk akademik sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu perbandingan agama tentang pemahaman umat Kristen Protestan dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Metodologi Penelitian ini adalah pertama. Penelitian ini bersifat kepustakaan murni ( library research), kedua. Pengumpulan data, peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan metode dokumentasi, ketiga. Analisis data , peneliti dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif, keempat. Metode Pendekatan, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sejarah atau historis, karena penelitian sejarah ini mengkaji pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara
xcix
kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu menyakinkan apa yang harus dikerjakan sekarang dan masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini adalah menurut T.B.Simatupang Pancasila adalah sebuah ideologi yang dapat melindungi semua rakyat Indonesia, atau yang sering di sebut dengan Modus Vivendi . Karena Modus Vivendi itu merupakan sesuatu yang telah di tentukan melalui dialog, melalui kerja sama, dan bisa menghadapi segala tantangan dari seluruh rakyat Indonesia .
Kemudian Pancasila dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, karena sila-sila yang terdapat dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia . Maka dari itu setiap agama yang ada di Indonesia dapat berpartisipasi dalam membangun bangsa ini, ketika gereja ikut berpartisipasi dalam membangun bangsa ini maka gereja mempunya beberapa sikap pertama. Sikap positif, kadua. Sikap kreatif, ketiga. Sikap kritis, keempat. Sikap realistis. Sikap-sikap tersebut sebagai partisipasi gereja dalam membangun bangsa ini sebagai pengamalan Pancasila.
HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILADI INDONESIA
(Studi Atas Pemikiran T. B. Simatupang)
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaUntuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam
c
Oleh:
M I S W A N D INIM: 00520012
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMAFAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2004
ci