hubungan luar negeri australia dengan indonesia …

134
HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA PASCA KASUS PENYADAPAN TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Muhammad Ridwan Farraisy NIM: 1113113000098 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA

DENGAN INDONESIA PASCA KASUS PENYADAPAN

TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Muhammad Ridwan Farraisy

NIM: 1113113000098

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …
Page 3: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …
Page 4: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …
Page 5: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang hubungan Luar Negeri Australia dengan

Indonesia pasca kasus penyadapan tahun 2013. Pasca kasus penyadapan yang

dilakukan oleh pemerintah Australia, hubungan Luar Negeri antara Australia dengan

Indonesia terancam. Hal itu dibuktikan dengan diputusnya beberapa kerjasama dalam

beberapa bidang antara Australia dan Indonesia hingga penarikan Duta Besar

Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema. Kasus penyadapan Australia

terhadap Indonesia berawal dari dokumen rahasia yang dibocorkan oleh Edward

Snowden pada 2013. Edward Snowden merupakan mantan agen rahasia Amerika

Serikat yang bekerja pada National Security Agency (NSA) dan membocorkan data-

data Central Intelligence Agency (CIA). Nama-nama orang penting yang disadap

teleponnya di Indonesia antara lain Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

beserta istrinya Kristiani Herawati, Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Presiden

Jusuf Kalla, dan beberapa pejabat penting lainnya. Dengan adanya kasus ini, maka

hubungan luar negeri antara Australia dan Indonesia menjadi bahan pertanyaan. Maka

penelitian dalam skripsi ini adalah untuk menjawab bagaimana hubungan luar negeri

Australia dan Indonesia pasca kasus penyadapan 2013. Melalui metode penelitian

kualitatif skripsi ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan teori

dan konsep Hubungan Internasional seperti konsep diplomasi dan democratic peace

theory. Dari hasil analisis dengan menggunakan kerangka teori tersebut dapat

disimpulkan bahwa hubungan luar negeri Australia dan Indonesia berjalan normal

kembali setelah terjadinya negosiasi dan pembuatan Code of Conduct atau tata

perilaku dan aspek hubungan bilateral kedua Negara yang menganut demokrasi akan

menghindari konflik yang berkepanjangan atau yang bisa menimbulkan perang.

Kata Kunci: Hubungan Luar Negeri, Penyadapan, Diplomasi, Democratic Peace

Theory.

Page 6: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan

kepada Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang

sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa

terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Keluarga penulis, Ayahanda Drs H. Budi Haerawan M.Si, dan Ibunda Dewi Honi

Astuti S.Pd, serta adik-adik penulis Wardatul Izza, Fajar Rahmat dan Fajris

Rahmatika yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan, cinta dan nasehat

kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan;

2. Bapak Ahmad Alfajri, MA., selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi;

3. Bapak Robi Sugara M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing

dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai;

4. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala ilmu

yang telah diberikan selama masa perkuliahan;

5. Kawan-kawan HI UIN Jakarta angkatan 2013;

6. Seluruh sahabat organisasi penulis, Sepakbola FORSA UIN Jakarta, Dema

Universitas UIN Jakarta, FISIP Mengajar, HMI dan KKN Matahari terimakasih atas

pengalaman dan pembelajaran organisasi yang telah diberikan;

Page 7: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

vii

7. Teman – teman ANTABUR, terimakasih atas nongkrongnya;

8. Sahabat-sahabat group bimbingan skripsi Rikmandaru, Fikril Kamil, Fadel

Muhammad, dan M. Affan Albanna serta Sahabat penulis Felita Ulfa, Romadhon

Arribath dan juga teruntuk Disa Reviana Oktavia Terima kasih atas dukungan dan

semangat yang telah menghidupkan pengalaman penulis di masa perkuliahan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk

perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan

Internasional

Jakarta, 16 Mei 2019

M. Ridwan Farraisy

Page 8: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xii

BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Pernyataan Masalah ...................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 10

F. Kerangka Teori.............................................................................................. 14

1. Konsep Diplomasi ................................................................................... 14

2. Democratic Peace Theory ....................................................................... 18

G. Metode Penelitian.......................................................................................... 21

H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 23

Page 9: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

ix

BAB II: Penyadapan Australia terhadap Indonesia ............................................ 25

A. Penyadapan dalam Dunia Internasional ........................................................ 25

1. Penyadapan dalam Hukum Internasional ................................................ 27

2. Kegiatan Penyadapan sebagai Bentuk dari Spionase .............................. 33

3. Contoh Kasus Penyadapan dalam Dunia Internasional .......................... 38

B. Kasus Penyadapan Australia terhadap Indonesia .......................................... 42

BAB III: Dinamika Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia .............. 47

A. Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia sebelum Referendum Timor-

Timur ............................................................................................................. 47

B. Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia Pasca Referendum Timor-

Timur ............................................................................................................. 64

BAB IV: Analisis Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia Pasca Kasus

Penyadapan .............................................................................................................. 74

A. Respon Australia dan Indonesia terhadap Kasus Penyadapan ...................... 74

B. Democratic Peace Theory dalam Hubungan Luar Negeri Australia dan

Indonesia ....................................................................................................... 86

BAB V: Kesimpulan ................................................................................................ 94

Daftar Pustaka ......................................................................................................... xiv

Lampiran-Lampiran

Page 10: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.A.1 Teknik Penyadapan melalui Telepon ................................................ 33

Gambar 3.A.2 Angka ekspor sapi Australia dan tujuannya ...................................... 54

Gambar 3.B.3 Angka pencari suaka menuju Negara Australia ................................ 66

Gambar 3.B.4 Angka manusia perahu illegal yang tiba di Australia ........................ 67

Page 11: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.B.1 Kunjungan kepala Negara Australia dan Indonesia .............................. 70

Page 12: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xii

DAFTAR SINGKATAN

ABC : Australian Broadcasting Corporation

ADAA : Australian Development Assistance Regency

ADAB : Australian Development Assistance Bureau

AELM : APEC- Economic Leader‟s Meeting

AIDAB : Australian International Development Assistance Bureau

AIPRD : Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development

Ambalat : Ambang Batas Laut

APEC : Asia-Pacific Economic Corporation

AS : Amerika Serikat

ASD : Australian Signal Directorate

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

AusAID : Australian Agency For International Development

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CIA : Central Intelligence Agency

COC : Code Of Conduct

DFAT : Department of Foreign Affairs and Trade

ETSI : European Telecommunications Standards Institute

FPDA : Five Power Defence Arrangement

ICCPR : International Covenant on Civil and Political Rights

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KPK : Komisi Pemeberantasan Korupsi

KSAD : Kepala Staf Angkatan Darat

Page 13: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xiii

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MEE : Masyarakat Ekonomi Eropa

NSA : National Security Agency

P3DI : Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PM : Perdana Menteri

POLRI : Kepolisian Negara Republik Indonesia

Setjen DPR RI : Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

TNI AD : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

ZEE : Zona Ekonomi Ekslusif

Page 14: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini menganalisis tentang hubungan Luar Negeri Australia dengan

Indonesia pasca kasus penyadapan tahun 2013. Hubungan Luar Negeri Australia

dengan Indonesia terancam akibat dari kasus penyadapan yang dilakukan

Pemerintah Australia terhadap beberapa tokoh penting dari Pemerintah Indonesia.

Hal itu dibuktikan dengan diputusnya beberapa kerjasama dalam beberapa bidang

antara Australia dan Indonesia hingga penarikan Duta Besar Indonesia untuk

Australia Najib Riphat Kesoema.1 Oleh karena itu, penyadapan yang dilakukan

oleh pemerintah Australia dapat merusak hubungan antar kedua negara.2

Indonesia dan Australia merupakan dua Negara bertetangga yang saling

berkepentingan dan saling ketergantungan, hal ini tidak terlepas dari letak

geografis Australia dan Indonesia yang berdekatan. Dampak dari hal tersebut

adalah dimana kedua Negara wajib untuk menjalin kehidupan bertetangga yang

sehat dan baik yang bisa menjamin kestabilan hubungan luar negeri kedua Negara

dalam kancah perpolitikan internasional. Akan tetapi, dalam perkembangan

1 Oliver Laughland, “Indonesia Recalls Canberra Ambassador As Phone-Tapping

Diplomatik Row Grows” The Guardian 18 November 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/nov/18/indonesia-recalls-canberra-ambassador-phone-australia

diakses pada 29 Oktober 2017 2 R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

1

Page 15: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

2

hubungan kedua Negara tidak jarang diwarnai dengan nuansa yang tidak bisa

kondusif sehingga bisa memicu sebuah konflik antar Negara.3

Hubungan Australia dan Indonesia kerap kali berada di titik rendah suatu

hubungan luar negeri. Dimulai dari keterlibatan Australia dalam persoalan

konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, persoalan Timor-Timur, persoalan

separatis papua, dan permasalahan-permasalahan lainnya antara kedua negara

yang tidak jarang memicu persengketaan dan konflik. Akan tetapi, sebagai negara

bertetangga Australia dan Indonesia masih mampu menyelesaikannya dengan

cara-cara damai. Namun, adanya kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia

pada Indonesia ini, menambah deretan panjang kusutnya hubungan diplomatik

antara kedua negara.4

Penyadapan yang dimaksud disini dengan pengertian serangkaian kegiatan

intelijen (spionase) dengan cara memotong pembicaraan lewat telepon atau

perangkat komunikasi lainnya dimana menyadap informasi-informasi pribadi atau

rahasia.5 Secara terminologi penyadapan dapat diartikan sebagai sebuah proses,

sebuah cara, atau menunjukkan perbuatan, atau tindakan melakukan sadapan.6

Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyadapan dapat

diartikan sebagai proses dengan sengaja mendengarkan dan/atau merekam

informasi orang lain secara diamdiam dan penyadapan itu sendiri memiliki berarti

3 Dodi Saputra. Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan

Oleh Australia. JOM Universitas Riau.2014 hlm 1 4 Dodi Saputra. Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan

Oleh Australia. JOM Universitas Riau.2014 hlm 2 5 acarapidana.bphn.go.id/jenis/napza/?s=penyadapan&type=napza diakses 3 Oktober

2016 19.23 6 Kristian S.H.,. Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia,

Bandung: Nuansa Aulia, 2013. 179

Page 16: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

3

suatu proses, suatu cara atau perbuatan menyadap.7 Pengertian lain menurut

European Telecommunications Standards Institute (ETSI), suatu kegiatan yang

menyasar kepada sebuah akses provider ataupun network operator yang bertujun

untuk mengambil informasi yang ada sebagai sebuah facility control dalam

melaksanakan hukum.8 Penyadapan biasa dilakukan oleh para penegak hukum

yang berwenang karena memang itu adalah salah satu cara bertugas mereka. Jika

di Indonesia, penyadapan biasa dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia (POLRI) dan Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK) untuk memburu

para pelaku kejahatan.9

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan spionase di dalam suatu negara

ataupun di dalam dunia internasional dan juga adalah bagian dari kegiatan

intelijen untuk mengumpulkan data dan informasi. Penyadapan biasa dilakukan

secara acak atau menuju sasaran tertentu. Keuntungan dari menyadap negara lain

adalah mendapatkan informasi penting dari negara itu, ini merupakan salah satu

daya tarik sebuah negara melakukan penyadapan ke negara lain.10

Ada beberapa kasus penyadapan yang pernah terjadi dalam dunia

internasional, diantaranya kasus penyadapan Uni Soviet terhadap Amerika Serikat

pada masa perang dingin (1947-1991) yaitu ditemukannya alat penyadap elektrik

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, tersedia di

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/menyadap diakses pada 24 Oktober 2017 8 European Telecommunications Standards Institute, tersedia di

https://www.etsi.org/standards#page=1&search=tapping&title=1&etsiNumber=1&content=1&ver

sion=0&onApproval=1&published=1&historical=1&startDate=1988-01-15&endDate=2019-04-

25&harmonized=0&keyword=&TB=&stdType=&frequency=&mandate=&collection=&sort=4

diakses pada 24 Oktober 2017 9 Kristian S.H.,. Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia,

Bandung: Nuansa Aulia, 2013. 50 10

Kristian S.H.,. Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia,

Bandung: Nuansa Aulia, 2013. 60

Page 17: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

4

bernama Chrysostom di ruangan duta besar AS di Moskow pada 1952. Alat

berbentuk mikrofon ini ditempel pada sebuah pajangan yang dihadiahkan Uni

Soviet untuk dubes AS. Lalu kasus Martin Luther King Jr (1955), Roy Olmstead

(1928), Charles Katz (1967), dan Richard Nixon (Watergate scandal) (1972).

Selain kasus-kasus ini terdapat kasus yang kejadiannya bersamaan dengan kasus

penyadapan Australia terhadap Indonesia, yaitu kasus Amerika Serikat yang

menyadap Jerman, Prancis, Brasil dan Meksiko.11

Penyadapan sudah menjadi hal yang lumrah dalam dunia internasional

dan sudah menjadi rahasia umum jikalau semua negara di dunia melakukan

penyadapan atau spionase. Walaupun begitu setiap negara yang melakukan

penyadapan tidak ingin kegiatan menyadapnya diketahui oleh negara korban

sadapannya, karena hal ini akan berakibat fatal pada hubungan kedua negara itu.

Jika terbongkar kegiatan penyadapan itu maka bisa jadi akan terjadi keretakan

hubungan diantara negara-negara dan yang paling buruk akan terjadinya perang,

ini mungkin karena menyadap adalah kunci sukses mendapatkan info ataupun

kegiatan penting di negara korban.12

Dalam dunia Internasional, belum ada perjanjian atau konvensi yang

mengatur secara tegas mengenai penyadapan. Walaupun tidak ditemukan

perjanjian atau konvensi internasional yang secara tegas mengatur masalah

11

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 6 12

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 163

Page 18: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

5

penyadapan. Namun dapat dilakukan interpretasi dengan beberapa konvensi lain

seperti konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik yaitu pada pasal 3 ayat

(1) fungsi diplomat yang berbunyi

“Ascertaining by all lawful means conditions and developments in the

receiving state , and Reporting thereon to the Government of the sending

state” (Konvensi Wina 1961 3:1).

Dapat diartikan sebagai Memperoleh kepastian dengan semua cara yang sah

tentang keadaan dan perkembangan negara penerima dan melaporkannya kepada

pemerintah negara pengirim. Lalu kovenan internasional tentang hak sipil dan

politik 1966. Selanjutnya penyadapan tersebut juga dapat mencederai prinsip

privasi yang tertuang dalam Pasal 17 kovenan internasional tentang hak sipil dan

politik atau dalam bahasa Inggris International Covenant on Civil and Political

Rights yang disingkat ICCPR.13

Pasal 17 konvenan internasional tentang hak sipil dan politik ini berbunyi:14

1. No one shall be subjected to arbitrary or unlawful interference

with his privacy, family, home or correspondence, nor to

unlawful attacks on his honour and reputation.

2. Everyone has the right to the protection of the law against such

interference or attacks.

13

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 30 14

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 78

Page 19: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

6

Pasal 17, Inti dari pasal ini adalah perlindungan terhadap privasi dari

manusia dalam berkeluarga, dan melakukan komunikasi dengan siapa saja.

Presiden Republik Indonesia dalam kasus ini Susilo Bambang Yudhoyono sebagai

individu patut dilindungi privasinya. Terkait dengan penyadapan yang dilakukan

oleh Australia jelas mencederai ketentuan dari pasal ini. Di mana hak-hak

presiden Republik Indonesia sebagai Individu telah dicederai, khususnya hak

kebebasan berkomunikasi.15

Lawful interception atau penyadapan sah secara hukum adalah dengan

posisi penyadap yang ditempatkan dalam jaringan telekomunikasi yang ada

dengan memenuhi suatu syarat tertentu. Syarat-syarat tertentu yang dimaksud

adalah yang diatur secara yuridis di dalam hukum sebuah Negara. Oleh

karenanya, perbedaan sangat mungkin terjadi dalam standarisasi suatu Negara

dalam menyikapi penyadapan dengan Negara-negara lain.16

Penyadapan sebuah negara terhadap negara lain biasanya dilakukan dalam

„jaringan bawah tanah‟ atau sembunyi-sembunyi. Selain tidak ingin ketahuan juga

berguna agar tetap berhubungan baik dengan negara itu dan juga berguna untuk

15

22. Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv.

Journal International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 31 16

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 32

Page 20: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

7

melangsungkan kegiatan penyadapan ini. Akan berakibat fatal jika akhirnya

kegiatan menyadap ini diketahui.17

Kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia berawal dari dokumen

rahasia yang dibocorkan oleh Edward Snowden pada 2013. Edward Snowden

merupakan mantan agen rahasia Amerika Serikat yang bekerja pada National

Security Agency (NSA) dan membocorkan data-data Central Intelligence Agency

(CIA). Dokumen rahasia yang berkaitan dengan Australia dan Indonesia setelah

dibocorkan lalu dikutip oleh Australian Broadcasting Corporation (ABC) serta

The Guardian dan dengan cepat menyebar ke seluruh media dunia.18

Dokumen rahasia yang tersebar ke media ini berisi daftar orang yang akan

disadap oleh badan intelijen Australia pada 2009. Dalam slide ditunjukkan

beberapa nama-nama orang penting di Indonesia antara lain Presiden Indonesia

Susilo Bambang Yudhoyono beserta istrinya Kristiani Herawati, Wakil Presiden

Boediono, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, juru bicara urusan dalam negeri

Andi Mallarangeng, juru bicara urusan luar negeri Dino Patti Djalal, Menteri

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Politik

17

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 164 18

Egidius Patnistik, "Australia Sadap Telepon SBY dan Sejumlah Menteri Indonesia"

Kompas 18 November 2013, tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2013/11/18/0950451/Australia.Sadap.Telepon.SBY.dan.Sej

umlah.Menteri.Indonesia diakses pada 26 Oktober 2017

Page 21: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

8

dan Keamanan Widodo Adi Sucipto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Menteri dan

Sekretaris Negara Hatta Rajasa.19

Tindakan penyadapan yang dialakukan oleh Australia ini menjadi

kedaruratan bagi Indonesia untuk menata kembali keamanan sistem komunikasi

dan informasi kenegaraannya, khususnya dalam sistem komunikasi dan informasi

pertahanan dan keamanan. Termasuk harus memiliki satelit khusus yang dikontrol

Indonesia sendiri. Dari kasus penyadapan itu Indonesia harus mengoptimalkan

peran lembaga sandi negara dalam menangkal berbagai kegiatan yang patut

diduga berupa penyadapan.20

Setelah reaksi keras dari Indonesia atas kejadian penyadapan ini, dan

penyadapan adalah hal yang dapat mencederai kedaulatan suatu negara sehingga

dapat mengganggu hubungan luar negeri antara Australia dan Indonesia. Oleh

karena itu maka bukan tidak mungkin jika Australia harus bekerja lebih keras

dalam memperbaiki hubungan luar negerinya dengan Indonesia karena Indonesia

merupakan mitra penting dalam berbagai bidang bagi Australia dan Australia

tidak ingin masalah ini berlarut-larut.21

19

Lenore Taylor, “Anger In Indonesia Over 'Illegal' Australian Phone Tapping Attempt”,

The Guardian 18 November 2013, tersedia di www.theguardian.com/world/2013/nov/18/angry-

reaction-in-indonesia-to-news-of-illegal-australian-phone-tapping diakses pada 29 Oktober 2017 20

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

2 21

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

2

Page 22: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

9

Oleh karena itu perbaikan hubungan luar negeri dan membangun kembali

kepercayaan dengan Indonesia harus segera dilakukan oleh Australia dan ini juga

akan berdampak pada normalisasi hubungan luar negeri Australia-Indonesia pasca

terungkapnya kasus penyadapan ini.22

Isu ini menarik dibahas karena Indonesia dan Australia memiliki

hubungan bilateral yang erat, terutama melalui kerjasama pembangunan. Australia

dan Indonesia juga memiliki persetujuan akan keamanan kedua negara yaitu

Lombok Treaty/ Traktat Lombok yang dalam kasus penyadapan ini Australia

melanggarnya. Letak geografis yang berdekatan dan keinginan yang sama untuk

mewujudkan kawasan yang damai, stabil dan makmur. Namun terungkapnya

kasus penyadapan pada 2013 walaupun kegiatan penyadapan dilakukan pada 2009

ini membuat hubungan kedua negara menjadi renggang dan kedamaian yang

sudah terjalin diantara kedua negara terancam. Judul ini dipilih karena melihat

hubungan bilateral Australia dan Indonesia yang fluktuatif dan sering terjadi

konflik namun dengan jalan diplomasi yang ada kedua Negara mampu untuk

mengatasi konflik-konflik itu, dengan kasus penyadapan ini mampukah Australia

dan Indonesia mengatasinya akan dijawab dalam penelitian ini.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan luar negeri Australia dengan Indonesia pasca kasus

penyadapan tahun 2013?

22

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 5

Page 23: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

10

C. Tujuan Penelitian

1. Meneliti bagaimana hubungan luar negeri Australia-Indonesia pasca

penyadapan yang dilakukan Australia dengan menggunakan konsep diplomasi

dan democratic peace theory.

2. Mengetahui keberhasilan perbaikan hubungan luar negeri Australia dan

Indonesia.

3. Membuktikan asumsi konsep diplomasi dan democratic peace theory untuk

menganalisa hubungan luar negeri Australia-Indonesia pasca kasus

penyadapan.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang hubungan luar

negeri Australia-Indonesia mengenai kasus penyadapan yang terjadi di

Indonesia pada 2013.

2. Memberikan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Hubungan Internasional

mengenai kasus penyadapan yang menimpa Indonesia terlebih perbaikan

hubungan luar negeri Australia Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sebuah Jurnal berjudul “Penyadapan : Delik Politik yang Menciderai

Negara Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan SBY oleh ASD/Australian

Signal Directorate)” ditulis oleh Noor Fatimah Mediawati, Dosen Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Sidoarjo diterbitkan Juni 2014.23

23

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

Page 24: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

11

Dalam tulisannya, Noor Fatimah Mediawati membeberkan bahwa Kasus

penyadapan terhadap SBY, istri dan beberapa pejabat Republik Indonesia, yang

dilakukan oleh ASD/Australian Signal Directorate menjadi topik sentral dalam

tulisannya. Berangkat dari kasus tersebut kemudian ditelusuri kategori tindak

pidana/ deliknya, apakah termasuk delik umum, khusus, atau politik.

Pembahasannya semakin menarik karena Negara “penyadap” dan Negara

“yang disadap” sama-sama memposisikan diri sebagai negara hukum modern,

dimana kedua negara menempatkan supremasi hukum sebagai ciri khasnya.

Sehingga, delik yang dilakukan, dalam hal ini penyadapan, terasa transparan

sebagai sebuah pencideraan. Kata kunci dalam tulisan ini adalah Penyadapan,

delik politik, negara hukum modern, dan supremasi hukum. Tulisannya lebih

melihat kasus ini ke dalam paradigma hukum, dimana berisi tentang kasus

penyadapan dalam hukum itu sendiri dan tentang hukum modern.

Persamaan penelitian dalam jurnal ini dengan penelitian dalam skripsi ini

adalah tentang bagaimana penyadapan merupakan kegiatan illegal yang dilakukan

oleh Negara yang berlandaskan hukum, dimana Australia merupakan Negara

hukum modern namun tetap melakukan kegiatan illegal ini,

Sedangkan perbedaan antara jurnal ini dengan skripsi ini adalah dimana

jurnal ini lebih berfokus pada hukum dari penyadapan itu sendiri sementara

skripsi ini menulis tentang hubungan luar negeri Australia dengan Indonesia pasca

penyadapan.

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 163-174

Page 25: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

12

Selanjutnya Jurnal yang berjudul “Sikap Indonesia Terhadap Isu

Penyadapan Amerika Serikat Dan Australia” karya Lisbet Sihombing, seorang

peneliti bidang masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI yang terbit November

2013.24

Tulisan ini dibuat oleh Lisbet Sihombing, seorang Peneliti bidang

Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan

Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. Dalam tulisannya, ia lebih

menekankan pada respon pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia ia pun

membeberkan tentang penyadapan-penyadapan yang dilakukan oleh negara lain

terhadap negara lain pula. Dari awal ia menjelaskan tentang kasus-kasus

penyadapan di dunia internasional, lalu menjelaskan tentang penyadapan di

Indonesia, setelah itu respon Indonesia termasuk pemerintah dan masyarakat, dan

juga ia tak lupa menguraikan tentang apa saja yang harus dilakukan Indonesia ke

depannya.

Dalam jurnal ini disebutkan respon Indonesia dalam menyikapi

penyadapan yang dilakukan oleh Australia, dan juga ada respon beberapa Negara

yang juga disadap oleh Amerika Serikat. Dalam hal ini ada persamaan dimana

nantiya respon Indonesia merupakan dampak dari penyadapan itu berada dalam

skripsi ini.

24

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 5-8

Page 26: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

13

Perbedaan diantara jurnal ini dan skripsi ini adalah jurnal ini hanya

membahas sikap Indonesia saja sedangkan skripsi ini membahas hubungan luar

negeri antara Australia dan Indonesia pasca kasus penyadapan ini, walaupun

jurnal ini merupakan salah satu dari isi skripsi ini.

Terakhir, jurnal yang berjudul “Australia and Indonesia: Rebuilding

Relations After East Timor” atau “Australia dan Indonesia: membangun kembali

hubungan pasca (kasus) Timor Timur” karya Peter Chalk dalam Contemporary

Southeast Asia yang dipublikasikan oleh Yusuf Ishak Institute-Singapura.25

Dalam jurnal ini ditulis mengenai hubungan Australia dan Indonesia pasca

referendum Timor-Timur dimana Australia mengintervensinya. Dalam tulisannya

Peter Chalk mengatakan bahwa adanya kebuntuan dalam hubungan bilateral

kedua Negara karena kasus ini, serta menulis tentang prospek dalam hubungan

luar negeri kedua Negara. Tema sentral dalam jurnal ini adalah dimana hubungan

Canberra-Jakarta yang bisa terjadi momen-momen krusial dalam hubungan luar

negeri, dalam tulisannya yang terbit pada 2001 mengatakan bahwa hubungan

antara Australia dan Indonesia belum pulih, namun memiliki prospek yang baik

dikarenakan sudah lamanya kedua Negara menjalin hubungan luar negeri.

Isi dari jurnal ini antara lain latar belakang rusaknya hubungan luar negeri

Australia dan Indonesia yaitu intervensi Australia dalam referendum Timor

Timur, lalu kebuntuan hubungan luar negeri kedua Negara, kemitraan macam apa

25

Peter Chalk “Australia and Indonesia: Rebuilding Realtions After East Timor” Contemporary Southeast Asia 23:2 Agustus 2001 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies [jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25798544 diunduh pada 26 Oktober 2017 233-253

Page 27: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

14

yang dipakai untuk membangun kembali hubungan Australia dan Indonesia, dasar

dari stabilisasi hubungan kedua Negara, dan ikatan pertahanan Australia dan

Indonesia.

Persamaan jurnal ini dengan penelitian skripsi ini adalah dimana dalam

sub bab skripsi ini membahas mengenai hubungan Australia dan Indonesia pasca

referendum Timor Timur sama halnya dengan jurnal ini. Sedangkan perbedaan

dalam jurnal dan penelitian skripsi ini terletak dari inti pembahasannya, dalam

penelitian skripsi ini membahas hubungan luar negeri Australia dan Indonesia

pasca kasus penyadapan tahun 2013 sedangkan dalam jurnal ini membahas

mengenai hubungan Australia dan Indonesia pasca kasus Timor Timur 1999.

F. Kerangka Teori

1. Konsep Diplomasi

Diplomasi berasal dari kata Yunani yaitu DIPLOUM yang berarti melipat

(to fold). Pada abad pertengahan di zaman Yunani dan Romawi menggunakan

surat yang dicetak pada piringan logam dan dilipat serta dijahit lalu diberi nama

“Diplomas”, yang digunakan untuk berpergian jarak jauh. Pada perkembangannya

kata Diplomas dimaksudkan untuk semua dokumen resmi yang bukan dari bahan

logam. Seorang yang menyusun dan memelihara diplomas disebut sebagai

“Diplomatique atau Diplomaticus”. Kedua kata inilah yang mendasari istilah

diplomasi dan diplomat. Diplomasi adalah segala sesuatu yang berhubungan

Page 28: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

15

dengan dunia internasional sedangkan diplomat adalah orang-orang yang terlibat

dalam dunia internasional.26

Dalam kamus besar bahasa Indonesia atau disingkat KBBI diplomasi

diartikan sebagai urusan penyelengaraan perhubungan resmi antara satu negara

dengan negara lain. Bisa juga dartikan sebagai urusan kepentingan sebuah negara

dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain.27

Diplomasi memiliki banyak definisi dari berbagai ahli dalam dunia

internasional. Dalam buku “Principles od Public International Law” karya

Professor Brownlie mengatakan bahwa diplomasi adalah setiap cara yang diambil

untuk mengadakan dan membina hubungan serta berkomunikasi, melaksanakan

tindakan politik atau hukum melalui wakil-wakil yang ditunjuk dan dapat otoritas.

Quency Wright dalam buku “The Study of International Law” mengartikan

diplomasi sebagai penggunaan kebijaksanaan, kelihaian dan keterampilan dalam

setiap negosiasi atau transaksi. Harold Nicholson seorang Duta Besar Kerajaan

Inggris sebelum Perang Dunia II dalam bukunya yang berjudul “Diplomacy”

mengatakan diplomasi sebagai manajemen hubungan Internasional melalui

negosiasi, metode ini digunakan Duta Besar dan para staff sebagai utusan.28

Dari berbagai definisi di atas maka bisa dijabarkan sebagai berikut:29

1. Diplomasi sebagai Politik Luar Negeri

26

Harold Nicholson, Diplomacy, (London: Oxford University Press), 1960 1-3 27

Kamus Besar Bahasa Indonesia. tersedia di

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/diplomasi diakses pada 27 Maret 2018 28

Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi. (Jakarta: STIH ABLAM, 2004, 8-9 29

Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi. (Jakarta: STIH ABLAM, 2004, 10-11

Page 29: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

16

2. Diplomasi dapat diartikan sebagai perundingan

3. Diplomasi sebagai suatu profesi/pekerjaan atau Dinas Luar Negeri

4. Diplomasi sebagai kiasan yang ditujukan kepada orang-orang yang

pandai bersilat lidah

Ruang Lingkup Diplomasi adalah hubungan antar negara atau pihak asing

dan hubungan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang damai melalui

perundingan dan pertemuan. Alat atau instrument diplomasi terdiri dari empat (4)

menurut Kautilya’s Book of Diplomacy yaitu: Sama (negosiasi), Dana (memberi

hadiah atau konsesi), Danda (menciptakan perselisihan) dan Bedha (mengancam

atau menggunakan kekuatan. Pada zaman sekarang, diplomasi menurut para ahli

merupakan Co-operations (kerjasama), Konflik dan Penyesuaian. Tujuan dari

diplomasi adalah mengamankan kepentingan negara secara khusus di luar negeri,

serta menjaga posisi dan martabat negara dalam dunia internasional khususnya

kawasan.30

Fungsi Diplomat

Diplomat adalah orang atau perwakilan dari Negara yang bertanggung

jawab atas Negara yang memiliki fungsi sebagai berikut:31

1. Mewakili Negara pengirim di Negara penerima (Representing the Sending

State in the Receiving State);

30

Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi. (Jakarta: STIH ABLAM, 2004, 12 31

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 9

Page 30: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

17

2. Melindungi di Negara penerima, kepentingan Negara pengirim dan warga

negaranya, sesuai dengan batasan yang diizinkan oleh hukum internasional

(Protecting in the receiving state the interests of the sending state and of its

nationals, within the limits permitted by International Law);

3. Melakukan negosiasi dengan Pemerintah Negara penerima (Negotiating with

the Government of the Receiving State);

4. Memperoleh kepastian dengan semua cara yang sah tentang keadaan dan

perkembangan negara penerima dan melaporkannya kepada pemerintah

negara pengirim (Ascertaining by all lawful means conditions and

developments in the receiving state , and Reporting thereon to the Government

of the sending state. In short; Observing and Reporting);

5. Mempromosikan hubungan persahabatan antara Negara pengirim dan negara

penerima, dan mengembangkan hubungan ekonomi, budaya dan sains mereka

(Promoting friendly relations between the sending state and the receiving

state, and developing their Economics, Cultural and Scientific relations)

Dalam pelaksanaan kepentingan nasional suatu Negara, diplomasi

merupakan salah satu intrumen yang penting. Alat utama dalam hubungan

internasional yaitu diplomasi, dan dalam mencapai sebuah kepentingan nasional

yang terkait dengan antar Negara ataupun dengan organisasi internasional juga

merupakan aspek diplomasi. Dengan diplomasi, suatu Negara dapat membangun

penilaian atau citra tentang dirinya dalam perpolitikan internasional.32

32

S.L , Roy, Diplomasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1995). 1

Page 31: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

18

Pada hubungan antar Negara, diplomasi sudah harus dilakukan pada

tingkat hubungan luar negeri yang paling awal. Dari tingkat yang awal ini sebuah

Negara dengan Negara lainnya diharapkan dapat membangun kerjasama satu

sama lain, dan saling mengembangkan hubungan keduanya dalam hal yang

positif.33

Pada kasus Australia dan Indonesia ini, dimana terjadinya sebuah konflik

dua Negara, konsep diplomasi akan mencoba untuk menganalisis kejadian dalam

perbaikan hubungan luar negeri kedua Negara. Dalam penelitian ini diplomasi

yang digunakan adalah diplomasi bilateral, yang berfokus pada bidang politik dan

ekonomi. Dalam prosesnya konsep ini membahas cara dan jalan yang ditempuh

oleh kedua Negara untuk menyelesaikan kasus ini dan menjawab pertanyaan

penelitian.

2. Democratic Peace Theory

Salah satu tokoh Liberalisme Immanuel Kant pada tahun 1795 menulis

buku yang berjudul Perpetual Peace, dalam buku tersebut ia memperkenalkan

sebuah teori yang bernama democratic peace. Immanuel Kant mengatakan bahwa

perdamaian berkesinambungan akan terwujud jika Negara-negara di dunia

menerapkan republican constitution. Republican Constitution tersebut yaitu

memiliki nilai-nilai kebebasan, reperesentative government serta pemisahan

33

S.L , Roy, Diplomasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1995). 2

Page 32: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

19

kekuasaan dalam pemerintahan, dan juga adanya perjanjian-perjanjian

internasional.34

Pandangan Immanuel Kant mengenai hal tersebut biasa dikenal dalam

dunia hubungan internasional dengan nama Kantian Triangle. Kantian Triangle

menegaskan bahwa perdamaian yang berkesinambungan akan terwujud bilamana

memenuhi tiga faktor, yaitu demokrasi, Interdependent State atau Negara yang

saling ketergantungan, dan Negara-negara terlibat dalam institusi-institusi

internasional.35

Pada pembahasan skripsi ini hanya fokus pada salah satu elemen

tersebut yaitu democratic peace theory.

Gagasan utama dari democratic peace theory menyatakan bahwa negara-

negara demokrasi mendorong terciptanya interaksi dunia yang lebih damai. Dalam

democratic peace theory terdapat tiga level analisis, analisis pertama yaitu analisis

nasional dimana mempertanyakan apakah dengan demokrasi lebih damai, level

analisis kedua yaitu dyadic yang mempertanyakan apakah hubungan sesama

Negara demokrasi bersifat damai, dan level ketiga analisis sistem yang

mempertanyakan apakah sistem internasional dengan jumlah Negara penganut

demokrasi yang banyak dunia lebih damai.36

Level analisis pertama yaitu nasional membahas pada unit Negara, untuk

memberi bukti apakah memang benar-benar damai ataupun lebih damai dengan

demokrasi dibanding Negara non-demokrasi. Pada level analisis kedua yaitu

34

Immanuel Kant. Perpetual Peace. (New York: Liberal Arts Press 1903) 24 35

Immanuel Kant. Perpetual Peace.(New York: Liberal Arts Press 1903) 27 36

Michael Tomz, et., al. “Public Opinion and Democratic Peace”. American Political

Review 107, No 4. Mei 2013 850

Page 33: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

20

dyadic, analisis menggunakan interaksi dua Negara yang sama-sama menganut

demokrasi, yang memiliki tujuan untuk membuktikan interaksi yang terjadi benar-

benar damai atau minimal tidak saling berperang. Lalu level analisis sistem ingin

memberi bukti bahwa sistem internasional membawa perdamaian dengan berisi

Negara-negara demokrasi, dapat dikatakan bahwa semakin banyak negara

demokrasi di sistem tersebut makan semakin damai sistem internasional itu.37

Pada skripsi ini, difokuskan pada pembahasan level analisis dyadic. Level

analisis dyadic dipilih karena sesuai dengan kasus yang menimpa dua Negara

Australia dan Indonesia, yang keduanya menganut demokrasi. Asumsi dasar

democratic peace theory adalah membuktikan bahwa Negara yang menganut

demokrasi berinteraksi lebih damai setidaknya dibanding Negara non-demokrasi.

Hal ini sejalan dengan skripsi ini yang dimana kasus yang menimpa kedua Negara

adalah konflik yang sering terjadi dalam sejarah hubungan luar negeri kedua

Negara.38

Democratic peace theory dan konsep diplomasi menurut penulis tepat

digunakan untuk melihat fenomena dalam peristiwa internasional saat ini.

Liberalisme menurut penulis bertanggung jawab atas hubungan antar negara saat

ini karena lebih banyak negara yang menjalin kerjasama, termasuk Indonesia dan

Australia. Dan juga dengan adanya konsep diplomasi dalam Liberalisme makin

menguatkan bahwa kerjasama pada saat ini adalah hal yang penting. Akan tetapi

37

Scott Gates, Torbjorn L. Knutsen dan Jonathan W. Moses. 1996. Democracy and

Peace: A More Skeptical View. Journal of Peace Research 33, No 1. Hlm 1-10 38

Bruce Russet. 1993. Grasping The Democratic Peace. New Jersey: Princeton

University Press. hlm 21

Page 34: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

21

kejadian penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia

merupakan suatu permasalahan yang timbul akibat jalinan persahabatan antara

Indonesia dan Australia. Karenanya, melihat permasalahan ini democratic peace

theory dan konsep diplomasi tepat digunakan karena hal ini bertujuan

menciptakan perdamaian kembali diantara keduanya.

Oleh karena itu, Australia, sebagai pihak yang bersalah atas kejadian ini

sudah sepatutnya melakukan beberapa perbaikan hubungan kepada Indonesia

karena seperti yang diketahui Indonesia merupakan salah satu mitra terbaik

Australia di kawasan Asia Tenggara. Dengan memperbaiki hubungan luar

negerinya dengan Indonesia maka otomatis jalinan persahabatan diantara

keduanya pun akan membaik.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif digunakan penulis pada penelitian ini.

Dekriptif dan analitis adalah salah satu sifat dari metode kualitatif ini. Maksud

dari deksriptif dan analitis adalah dimana penelitian menggambarkan dengan apa

adanya dan juga memperdalam penyelidikan masalah. Buku dan jurnal ilmiah

digunakan sebagai sumber data pada metode ini. Berdasarkan sifatnya,

metodologi kualitatif berbeda dengan metodologi kuantitatif.

Penelitian yang menggunakan cara deskriptif untuk memahami fenomena

yang dialami oleh subjek penelitian adalah penelitian kualitatif, dimana penelitian

Page 35: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

22

ini sesuai dengan metode ilmiah yang baik dan benar dalam bentuk kata dan

bahasa yang sesuai.39

Metode kualitatif ini menggunakan sumber data dalam bentuk buku dan

jurnal ilmiah, untuk jenis sumber data. Sumber data yang diambil dijadikan acuan

dalam penelitian ini, yang bersumber dari jurnal ilmiah, buku, artikel dan data-

data sekunder yang didapat dari internet. Penulis mengambil dari sumber internet

yang terpercaya seperti situs resmi lembaga internasional, situs resmi media

online, dan situs resmi pemerintahan.

Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data dan menjadikannya

sumber adalah melakukan studi pustaka tentang penelitan yang telah dilakukan

sebelum ini. Lalu alat analisis yaitu landasan teori dimasukkan, landasan teori ini

juga berasal dari buku dan jurnal. Pada langkah selanjutnya, kerangka teori

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahap akhir, penelitian ini

memberi kesimpulan dan jawaban pada pertanyaan penelitian yang didasarkan

pada teori yang telat digunakan pada level analisis ini.

Pada metode ini terdapat kelebihan, yaitu dapat memperdalam kajian

secara deskriptif karena didapatkannya sumber dari segala macam bentuk

sehingga dasar penelitian dapat diperkaya. Akan tetapi terdapat kelemahan juga

pada penelitian ini, dimana subjek sampel di dalam penelitian hanya sedikit

dikarenakan hanya berfokus pada beberapa subjek.

39

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Risdakarya.

1991

Page 36: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

23

Penulis mengikuti buku panduan penyusunan proposal dan penulisan

skripsi sebagai acuan teknik penulisan, buku ini dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017. Lalu teknik

analisis yang dipakai penulis adalah teknis analisis data kualitatif dan teknik

pengambilan kesimpulan yang penulis pakai yaitu secara deduktif.

H. Sistematika Penulisan

Bab I

Pada penelitian ini membahas mengenai pernyataan masalah yang di

dalamnya tertera latar belakang dari permasalahan penelitian, pertanyaan

peneliian dan signifikasinnya. Selain itu tujuan dan manfaat penelitian serta

landasan teori dari analisa masalah untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian

ini, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan ada dalam

bab ini. Bab ini bertujuan untuk mendasari penelitian yang ada agar tidak keluar

dari pembahasan penelitian ini.

Bab II

Pada bab ini dipaparkan permasalahan tentang penyadapan, kasus-kasus

penyadapan yang terjadi antar Negara, kasus penyadapan Australia terhadap

Indonesia. Penyadapan yang dibahas yaitu tentang dibongkarnya kasus

penyadapan yang menimpa Amerika Serikat dan Australia pada 2013. Bab ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana asal mula terbongkarnya penyadapan

sehingga terlihat pola penyadapan yang terjadi saat itu.

Page 37: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

24

Bab III

Pada bab ini dijelaskan mengenai dinamika hubungan luar negeri antara

Australia dengan Indonesia, khususnya hubungan luar negeri sebelum dan

sesudah referendum Timor-Timur. Bab ini memiliki tujuan untuk mengenal profil

kedua Negara dan hubungan keduanya serta momen-momen penting yang pernah

terjadi diantara keduanya.

Bab IV

Pada bab ini di uraikan hasil analisa dari proses perbaikan hubungan luar

negeri Australia terhadap Indonesia pasca terungkapnya kasus penyadapan Negara

Australia, serta bagaimana hubungan luar negeri Australia dan Indonesia pasca

kasus penyadapan ini, dan juga teori perdamaian demokrasi melihat hubungan

kedua Negara. Bab ini bertujuan sebagai hasil analisis dari kasus yang terjadi

dengan menggunakan teori hubungan internasional yang ada, sehingga penelitian

ini bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian.

Bab V

Pada bab akhir ini berisi penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bab

terakhir ini bertujuan untuk menjelaskan secara keseluruhan hasil dari penelitian

yang sudah dilakukan.

Page 38: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

25

BAB II

PENYADAPAN AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA

Sebelum menganalisis hubungan luar negeri antara Australia dan

Indonesia pasca terjadinya kasus penyadapan bab ini membahas tentang

penyadapan yang terjadi dalam dunia internasional dan juga kasus penyadapan

Australia terhadap Indonesia. Bab ini secara umum membahas mengenai

penyadapan, kejadian-kejadian yang diketahui publik, dasar hukum internasional,

alasan Negara melakukan penyadapan dan respon apa yang terjadi jika

penyadapan terkuak. Secara singkat pada bab ini pembahasan yang pertama

mengenai penyadapan dalam dunia internasional, lalu setelahnya yaitu kasus

penyadapan Australia terhadap Indonesia.

A. Penyadapan dalam Dunia Internasional

Dalam kemajuan teknologi serta globalisasi sejauh ini telah menghasilkan

dampak positif dan dampak negatif.40

Dampak positif yang timbul salah satunya

adalah ketika orang bisa berhubungan dengan orang lain dari tempat yang sangat

jauh dalam waktu yang singkat. Adapun dampak negatif yang timbul akibat

kemajuan teknologi dan globalisasi adalah ditemukannya penyalahgunaan dan

kejahatan dalam teknologi, salah satunya teknologi komunikasi. Telah

40

Rofi‟a Zulkarnain, “Tindakan Spionase Melalui Penyadapan Antar Negara Sebagai

Cybercrime” JOM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Mei 2014) 1

Page 39: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

26

berkembangnya teknologi di era globalisasi turut membawa pengaruh munculnya

banyak bentuk kejahatan yang bersifat baru.41

Kejahatan dalam dunia teknologi memanfaatkan jaringan internet atau

borderless, jaringan ini dipakai sebagai alat untuk melakukan perbuatan-perbuatan

yang melanggar hukum. Pada umumnya macam kejahatan yang merupakan

kejahatan teknologi atau biasa disebut cybercrime mengincar harta benda ataupun

kekayaan intelektual. Cybercrime digunakan sebagai istilah dalam kejahatan yang

menggunakan dunia maya sebagai wadah, dan biasanya menggunakan gadget

ataupun komputer dengan koneksi internet.42

Setiap individu dipastikan memiliki privasi dan hak-hak yang bersifat

pribadi berdampingan dengan hak dalam sektor publik, salah satu hak pribadi itu

adalah hak untuk berkomunikasi secara personal dengan orang lain. Akan tetapi

pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab kerap kali melanggar hak privasi

tersebut, yaitu dengan melakukan penyadapan.43

Penyadapan bisa menjadi legal atau sah apabila ada kewenangan yang

telah diberikan oleh penegak hukum ataupun sudah tertulis di undang-undang.

Namun apabila hal itu terjadi sebaliknya, dengan sembunyi-sembunyi dan tidak

ada amanat dari penegak hukum dan undang-undang apalagi hal itu dilakukan

kepada kepala Negara sahabat yang sudah menjalin hubungan sangat lama akan

41

Rofi‟a Zulkarnain, “Tindakan Spionase Melalui Penyadapan Antar Negara Sebagai

Cybercrime” JOM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Mei 2014) 2 42

Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi

Informasi (Bandung: Refka Aditama, 2005) 7 43

Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi

Informasi (Bandung: Refka Aditama, 2005) 10

Page 40: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

27

sangat mengganggu hubungan bilateral dan juga mengurangi rasa percaya antar

kedua Negara. Oleh sebab itu, kegiatan penyadapan seharusnya memiliki izin dari

penegak hukum sehingga dapat sah dilakukan, jika itu terjadi dalam dunia

internasional penyadapan sudah seharusnya memiliki undang-undang tersendiri

yang diatur oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga jelas pembatasan

antara penyadapan yang sah dengan yang tidak sah.44

Kedua Negara yang dimaksud disini adalah Negara Australia dan

Indonesia dimana intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap kepala

pemerintahan Indonesia serta istrinya dan para menteri serta pejabat tinggi.

Perbuatan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia bukanlah bentuk

perwujudan dari fungsi-fungsi misi diplomatik dalam perwakilan negaranya,

namun telah menjadi sebuah pelanggaran, yang sebelumya juga hal ini telat diatur

dalam Lombok Treaty. Penyadapan telepon adalah bentuk penyadapan yang

dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia.45

1. Penyadapan dalam Hukum Internasional

Dalam hukum internasional, terdapat sumber hukum internasional, salah

satu sumber hukum internasional adalah kebiasaan internasional (customary

international law). Kebiasaan internasional merupakan kebiasaan para Negara di

44

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 166 45

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 167

Page 41: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

28

dunia yang telah diakui untuk praktik hukum internasional. Tertuang dalam Pasal

38(1)(b) Piagam Mahkamah Internasional, dan juga telah diakui sebagai sumber

hukum internasional dalam Mahkamah Internasional yang tertuang dalam pasal

92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).46

Asal dari kebiasaan internasional adalah dari keyakinan Negara-negara

dunia yang konsisten bahwa tindakan-tindakan itu adalah diwajibkan oleh hukum

yang menjadi aturan-aturan hukum. Oleh karena itu, terdapat dua unsur yang

menjadi syarat suatu tindakan menjadi hukum kebiasaan internasional. Unsur

pertama, adanya praktik dan kebiasaan yang dilakukan oleh para Negara dunia,

unsur kedua, adanya keyakinan dari para Negara bahwa kebiasaan tersebut

merupakan kewajiban hukum.47

Walaupun tidak ditemukan dalam konvensi internasional yang secara

tertulis mengatur masalah penyadapan. Namun dapat dilakukan perwujudan

dalam berbagai konvensi lainnya seperti konvensi Wina 1961 tentang hubungan

diplomatik, kovenan internasional yang mengatur tentang hak sipil dan politik

1966.48

Tindakan penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia dapat

dikatakan telah mencederai beberapa pasal dalam konvensi Wina 1961 yakni

46

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer,

(Bandung: Refika Aditama, 2006) 15 47

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer,

(Bandung: Refika Aditama, 2006) 16 48

Teguh Arifiyadi, “Langkah Hukum Jika Disadap Negara Tetangga” Indonesia Cyber

Law Community hukum online, Telekomunikasi dan Teknologi, 22 November 2013 tersedia di

www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5276f8bec3f65/langkah-hukum-jika-disadap-negara-

tetangga diakses 24 Oktober 2017

Page 42: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

29

Pasal 3 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 41 ayat (1) dan ayat (3). Isi dari Pasal

3 konvensi Wina yaitu mengenai fungsi-fungsi atau tugas utusan diplomatik

selama berada di negara yang diamanatkan kepadanya.49

Salah satu tugas perwakilan diplomatik adalah memperoleh kepastian

dengan semua cara yang sah tentang keadaan dan perkembangan negara penerima

dan melaporkannya kepada pemerintah negara pengirim hal ini tertuang dalam

Pasal 3 ayat (1) poin d konvensi Wina 1961. Lalu jika dikaitkan dengan kasus

penyadapan pemerintah Australia, apabila penyadapan tersebut juga melibatkan

para perwakilan diplomatik dari Australia untuk Indonesia, maka bisa dipastikan

Australia telah melanggar Pasal 3 ayat (1) poin d konvensi Wina 1961, yang

dimana kegiatan penyadapan melalui pengambilan informasi secara diam-diam

atau bisa disebut dengan cara yang tidak sah.50

Berdasarkan pada Pasal 3 ayat (1) poin d konvensi Wina 1961 fungsi dan

misi yang dimaksud oleh pasal diatas. Secara keseluruhan perwujudan dari

konvensi Wina 1961 tentang kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia

adalah hal-hal yang berkaitan dengan perwakilan atau utusan diplomatik masing-

masing Negara di dunia.51

Selanjutnya Pasal 27 ayat (1) konvensi Wina 1961 yang mengatakan;

49

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 37 50

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 38 51

Sumaryo Suryokusumo, Teori dan Kasus Hukum Diplomatik, (Bandung: Alumni

Press, 2005) 56

Page 43: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

30

The receiving state shall permit and protect comunication on the part of the

mission for sll official purposes. In communicating with the government and

other missions and consulates of the sending states, wherever situated, the

mission may employ all appropriate means, including diplomatik couriers and

messages in code and cipher. However, the mission may install and use a

wireless transmitter only with the consent of the receiving state. (Konvensi Wina

1961 27:1)

Dalam ketentuan diatas, dikatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya

para pejabat diplomatik mempunyai kebebasan penuh dalam kerahasiaan

berkomunikasi dengan pemerintahnya. Jika dikaitkan terhadap penyadapan yang

dilakukan oleh Australia, kebebasan berkomunikasi itu telah dicederai dengan

melakukan intersepsi dan juga mengabaikan isi pasal tersebut.52

Pada Pasal 41 ayat (1) konvensi Wina 1961 yang mengatakan;

“Without prejudice to their privileges and immunities, it is the duty of all

persons enjoying such privileges and immunities to respect the laws and

regulations of the receiving State. They also have a duty not to interfere in

the internal affairs of that State” (Konvensi Wina 1961 41:1).

Pasal diatas bisa diartikan sebagai “Tanpa mengurangi hak istimewa dan

kekebalan mereka, itu adalah tugas semua orang yang menikmati hak istimewa

dan kekebalan untuk menghormati hukum dan peraturan dari negara penerima.

52

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 170

Page 44: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

31

Mereka juga memiliki tugas tidak ikut campur dalam urusan internal negara

tersebut”. Dalam pasal ini secara tegas disebutkan bahwa seorang utusan

diplomatik tidak boleh ikut campur dalam urusan internal Negara penerima.53

Penyadapan yang dilakukan Australia juga mencederai ketentuan ayat (3)

pada Pasal 41, yang berbunyi;

”The premises of the mission must not be used in any manner

incompatible with the functions of the mission as laid down in the present

Convention or by other rules of general international law or by any special

agreements in force between the sending and the receiving

State”(Konvensi Wina 1961 41:3).

Pasal ini dapat diartikan dengan, “Tempat misi tidak boleh digunakan

dengan cara apapun yang tidak sesuai dengan fungsi misi sebagaimana tercantum

dalam Konvensi ini atau dengan aturan lain dari hukum internasional umum atau

oleh perjanjian khusus yang berlaku antara pengirim dan negara penerima”. Isi

pasal ini juga tidak berbeda dari yang sebelumnya dimana tempat perwakilan

diplomatik melakukan misi diplomatik tidak boleh disalahgunakan dengan cara

apapun yang tidak sesuai ketentuan fungsi diplomat.54

Penyadapan tersebut juga bisa melukai prinsip privasi yang tertulis dalam

Pasal 17 konvenan internasional tentang hak sipil dan politik atau dalam bahasa

53

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 171 54

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 39

Page 45: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

32

Inggris disebut International Convenant on Civil and Political Rights yang bisa

disingkat ICCPR. Pasal 17 konvenan internasional tentang hak sipil dan politik ini

berbunyi:55

1. No one shall be subjected to arbitrary or unlawful interference with his

privacy, family, home or correspondence, nor to unlawful attacks on

his honour and reputation.

2. Everyone has the right to the protection of the law against such

interference or attacks.

Gagasan utama dalam pasal diatas adalah tentang perlindungan akan

privasi seseorang dalam berkeluarga dan melakukan komunikasi dengan siapapun.

Dalam kasus ini, privasi yang harus dilindungi adalah privasi dari Presiden

Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono beserta istrinya dan para pejabat tinggi

serta menteri. Maka dari itu penydapan ini secara jelas telah mencederai ketentuan

dari konvenan ini, yang dimana hak-hak seorang Presiden sebagai individu yang

bebas telah di ambil terutama hak dalam kebebasan berkomunikasi.56

Padahal dalam kasus ini Australia bisa saja dituntut oleh Indonesia dalam

peradilan internasional. Akan tetapi hal itu akan sulit dilakukan, dikarenakan antar

Negara yang juga berdaulat tidak bisa duduk satu kursi di pengadilan dan saling

mengadili satu sama lain. Hal ini disebut prinsip par in parem non habet

55

Setyo Widagdo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008) 78 56

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 173

Page 46: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

33

jurisdictionum yang berarti antara pihak yang sama ratanya tidak bisa saling

mengadili satu sama lain.57

Terkait dengan tindakan penyadapan dan spionase yang dilakukan oleh

Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia kebiasaan internasionalnya

adalah dengan cara memutus hubungan diplomatik, mempersona non gratakan

pihak Australia ataupun hanya sekedar menarik kembali duta besar/utusan

diplomatiknya. Indonesia melakukan hal kedua, yaitu menarik pulang duta

besarnya untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.

2. Kegiatan Penyadapan sebagai Bentuk dari Spionase

Pada umumnya ilustrasi dari teknik penyadapan melalui saluran telepon

pada kasus ini sebagai berikut:

Gambar 2.A.1 Teknik Penyadapan melalui Telepon

57

Kristian S.H., Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia,

(Bandung: Nuansa Aulia, 2013) 25

Page 47: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

34

Sumber: www.indiatoday.in/india/north/story/phone-tapping-spying-private-

companies-telecom-department-122726-2012-11-28 diakses pada 31 Oktober

2018

Dalam praktiknya, penyadapan yang terjadi adalah salah satu tindakan

spionase. Penyadapan dan spionase tak lepas dari kegiatan intelijen. Penyadapan

dapat diartikan sebagai kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau

penyidikan dengan cara menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau

jaringan komunikasi yang dilakukan melalui telepon dan/atau alat komunikasi

elektronik lainnya. Intersepsi atau penyadapan adalah kegiatan untuk

mendengarkan, merekam, membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau

mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak

Page 48: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

35

bersifat publik, baik menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun jaringan

nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atau radio frekuensi.58

Penyadapan Informasi adalah mendengarkan, mencatat, atau merekam

suatu pembicaraan yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum dengan

memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi tanpa

sepengetahuan orang yang melakukan pembicaraan atau komunikasi tersebut.

Penyadapan berfungsi untuk mencegah dan mendeteksi dalam hal kejahatan-

kejahatan yang sangat serius, dan juga sebagai dasar kepentingan khusus bagi

keamanan negara (interest of national security), penegakan hukum dan stabilitas

ekonomi di sebuah negara. Penyadapan bersifat khusus dilakukan sebagai

tindakan spionase sebuah kegiatan intelijen.59

Spionase merupakan penyelidikan secara rahasia terhadap data kemiliteran

dan data ekonomi negara lain.60

Fungsi spionase adalah menjadi bagian dari upaya

konstitusional biasanya dilakukan untuk tujuan militer. Pembatasan dalam

spionase yaitu mengumpulkan informasi dengan mengakses tempat dimana

informasi tersebut disimpan atau orang yang mengetahui mengenai informasi

tersebut serta akan membocorkan melalui berbagai dalih. Spionase bersifat umum

dilakukan oleh para badan intelijen Negara dalam dunia internasional. Antisipasi

58

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page= diakses pada 24 Oktober 2017 35

59 Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 36 60

Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/spionase diakses

pada 24 Oktober 2017

Page 49: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

36

terjadinya strategic surprise atau biasa disebut strategi dadakan maka menjadi

alasan mengapa sebuah badan intelijen dibentuk. Intelijen sendiri memiliki

banyak definisi, di bawah ini beberapa definisi dari intelijen:61

Istilah intelijen secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu

intelligence yang memiliki arti kecerdasan, oleh karena itu bisa diketahui bahwa

seorang intelijen adahal orang yang ahli dalam menganalisis sebuah keadaan dan

mengolah serta mencari kesimpulan dari informasi yang didapatkan karena ia

memiliki kecerdasan tersebut.62

Dalam buku yang ditulis oleh Ali A. Wibosono

bersama Faisal Idris mereka mengatakan bahwa ”intelijen merupakan produk

yang dihasilkan dari pengumpulan, perangkaian, evaluasi, analisis, integrasi, dan

interpretasi dari seluruh informasi yang berhasil dikumpulkan tentang keamanan

nasional”. Bisa dikatakan bahwa intelijen merupakan sebuah hasil dari pemikiran

dan pengetahuan yang dilakukan oleh manusia.63

“Inteligence refers to information relevant to a government‟s formulation

and implementation of a policy to further its national security interests and

to a deal with threats from actual or potential adversaries” (Aleksius

Jemadu 2008:59)

61

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 37 62

Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/intelijen diakses

pada 24 Oktober 2017 63

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 38

Page 50: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

37

Dari definisi yang diutarakan oleh Aleksius Jemadu di atas dalam bukunya

Politik Global dalam teori dan praktik, intelijen bisa dipahami sebagai sebuah

informasi yang telah diolah sedemikian rupa sehingga dibutuhkan oleh para

pembuat kebijakan keamanan nasional untuk mengatasi sebuah ancaman. Unsur-

unsur yang terdiri dari sebuah rangkaian kegiatan yang memiliki hubungan satu

dengan yang lainnya bisa dipahami sebagai dasar dari intelijen.64

Pengertian intelijen secara universal meliputi:65

1. Informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan, yaitu disebut sebagai pengetahuan.

2. Suatu badan yang digunakan sebagai wadah yang diberi tugas dan

kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas intelijen, yaitu

menjadi sebuah organisasi.

3. Semua usaha, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan penyelenggaraan fungsi

penyelidikan, pengamanan dan penggalangan, yang merupakan aktivitasnya.

Dengan cara yang beragam dan kreatif intelijen melakukan pengumpulan

data. Salah satu cara lama yaitu dengan secara langsung menyusupi beberapa

sumber data penting yang dibutuhkan. Kegiatan ini adalah kegiatan spionase

dengan langsung melakukan kontak fisik. Sumber-sumber terbuka seperti radio

64

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 39 65

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=18&id=&page=

diakses pada 24 Oktober 2017 40

Page 51: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

38

dan televisi serta media-media lokal juga dimanfaatkan untuk kegiatan spionase,

karena media selalu mengabarkan perkembangan suatu Negara. Adapun cara lain

adalah dengan suap, menyuap orang-orang yang dekat dengan suatu informasi dan

juga berkompeten untuk menggali infomasi yang akurat sebanyak mungkin. Dari

segala cara di atas, terdapat cara yang paling mutakhir yaitu dengan menggunakan

teknologi tinggi yang dipegang oleh para ahli dalam bidang penyadapan dan

spionase, serta dalam hacking.66

Cyber space merupakan lingkungan dari kegiatan hacking dan penyadapan

dapat dilakukan. Dunia komunikasi berbasis komputer adalah dunia cyber space

ini sendiri. Sarana pengumpulan data memanfaatkan ruang ini. Dalam

memecahkan permasalahan kode-kode rahasia tertentu dan mengakses data yang

dibutuhkan tentu butuh orang yang memadai dan berkompeten dalam bidang ini

dan juga teknologi yang canggih serta jaringan internet yang bagus untuk

mengumpulkan data-data itu.67

3. Contoh Kasus Penyadapan dalam Dunia Internasional

Dari beberapa kasus spionase yang terjadi dalam dunia internasional,

mendorong terciptanya pasal 9 konvensi Wina 1961 tentang persona non grata.

Terdapat beberapa contoh kasusnya:68

66

Rofi’a Zulkarnain, “Tindakan Spionase Melalui Penyadapan Antar Negara Sebagai Cybercrime” JOM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Mei 2014) 4

67 Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi

Informasi (Bandung: Refka Aditama, 2005) 12 68

Sumaryo Suryokusumo, Teori dan Kasus Hukum Diplomatik, (Bandung: Alumni

Press, 2005) 20

Page 52: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

39

1. Pada 1971, akibat dugaan tindakan spionase yang dilakukan oleh staf

Kedutaan Besar Uni Soviet, 105 staf diminta untuk kembali ke negaranya.

2. Pada 1988, Israel diminta oleh Inggris untuk memulangkan salah satu atase

yang diduga bekerjasama dengan dinas intelijen Israel.

3. Pada 1996, giliran Inggris yang diduga melakukan tindakan spionase terhadap

Rusia, dan Inggris diminta untuk menarik 4 orang yang terlibat dari Moscow.

4. Pada 2001, 51 orang diplomat Rusia diusir dari Amerika Serikat terkait

tindakan spionase.

5. Pada 2003, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengusir 2 orang diplomat senior

Iraq terkait spionase

Dari contoh kasus di atas maka diketahui bahwa tindakan spionase dapat

menimbulkan persona non grata bagi pelakunya. Dengan memulangkan

perwakilan diplomatik yang terbukti melakukan spionase di negara penerima

maka negara penerima berharap agar pelaku spionase dapat jera dan tidak

melakukannya lagi. Langkah persona non grata dianggap sebagai tindakan tegas

bagi para pelaku spionase.

Selain kasus-kasus diatas, terdapat kasus penyadapan terbaru yaitu kasus

penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat ke banyak Negara. Amerika Serikat

melalui National Security Agency (NSA) dituduh melakukan penyadapan

komunikasi kepada para kepala pemerintahan Negara-negara yang masih

Page 53: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

40

sahabatnya. Hal itu terungkap setelah dokumen rahasia dibocorkan oleh mantan

agen National Security Agency (NSA) Edward Snowden pada 2013.69

Negara-negara yang disadap oleh Amerika Serikat antara lain seperti

Jerman, Prancis, Brasil, dan Meksiko. Kegiatan penyadapan ini menimbulkan

kemarahan pada pihak Negara yang disadap. Jerman yang awalnya tidak

memberikan kritik akhirnya melakukan protes diplomatik dengan memanggil

Duta Besar Amerika Serikat John B. Emerson yang berada di Berlin untuk

melakukan klarifikasi.70

Protes keras Jerman diikuti oleh Prancis dengan memanggil Duta Besar

Amerika Serikat di Paris Charles Rivkin untuk memberikan keterangan. Presiden

Perancis Francois Hollande menuntut kegiatan penyadapan itu agar segera

berhenti, tercatat dalam laporan Snowden ada lebih 70 juta hubungan telepon

yang disadap di Prancis periode 2012-2013. Protes keras juga dilakukan oleh

Presiden Brasil Dilma Rouseff, ia membatalkan rencananya berkunjung ke

Amerika Serikat. Penyadapan itu menurutnya telah memperburuk hubungan

bilateral antara Amerika Serikat dan Brasil. Namun hal yang berbeda dilakukan

oleh Pemerintah Meksiko. Walaupun isu penyadapan membuat hubungan AS-

Meksiko menjadi sensitif, Presiden Enrique Pena Nieto tidak melakukan kritik

69

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 5 70

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 6

Page 54: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

41

tajam. Pemerintah Meksiko berusaha agar tidak bereaksi terlalu keras sehinga

dapat meredakan situasi.71

Tidak hanya protes keras, Pemerintah Jerman dan Brasil telah membawa

isu penyadapan ini ke tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka

mendukung agar spionase dibatasi, kedua Negara juga telah memberikan usul

untuk membuat draf resolusi Majelis Umum PBB. Kedua Negara menganggap

pengawasan khusus yang bisa menjamin transparansi dan akuntabilitas

pengintaian Negara perlu dibuat agar adanya garis batas yang jelas antara hak

individu dan juga isu keamanan yang sah.72

Alasan penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat seperti yang terlihat

di laporan yang dibocorkan adalah agar mendapatkan terlebih dahulu informasi-

informasi dalam bidang politik, keamanan, diplomasi dan ekonomi. Sehingga

dapat membuat kebijakan yang sesuai dan mengantisipasi kebijakan yang akan

dibuat oleh Negara lainnya. Pada laporan itu, Amerika Serikat disebut memiliki

90 fasilitas penyadapan dan lokasinya tersebar di seluruh dunia. Lokasi fasilitas

penyadapan juga tersedia di Negara-negara sahabatnya seperti Inggris, Australia,

Jepang, Selandia Baru, dan Singapura. Selain kasus yang menimpa AS adapula

71

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 6 72

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 6

Page 55: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

42

kasus seperti wikileaks dan juga Panama Paper, yang menimpa beberapa Negara

dunia beserta orang-orang besarnya.73

Desakan Jerman dan Brasil menuntut adanya resolusi atas kasus

penyadapan ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya membuahkan

hasil. Resolusi anti-penyadapan atau „Hak Privasi‟ telah disahkan oleh Komisi

Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Resolusi ini merupakan

resolusi pertama yang membahas tentang pelanggaran hak asasi di dunia maya.

Setelah adanya resolusi ini, maka semakin jelas antara kegiatan penyadapan yang

sah dengan yang tidak sah.74

B. Kasus Penyadapan Australia terhadap Indonesia

Melalui kerjasama pembangunan, Australia dan Indonesia memiliki

hubungan bilateral yang erat. Lewat keinginan yang sama dan letak geografis

yang berdekatan kedua Negara bisa mewujudkan kawasan yang stabil, damai dan

makmur. Kerjasama yang telah terjadi antara lain adalah kerjasama dalam bidang

yang terkait dengan masalah bencana alam serta ancaman-ancaman kejahatan

lintas global dan juga kesehatan.75

73

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 5 74

PBB sahkan resolusii anti-penyadapan. Tempo, tersedia di

https://dunia.tempo.co/read/532874/pbb-sahkan-resolusi-anti-penyadapan/full&view=ok diakses

pada 20 Mei 2019 75

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 122

Page 56: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

43

Walaupun banyaknya kerjasama yang dilakukan antar kedua Negara,

hubungan keduanya tidak selalu berjalan harmonis. Banyak kasus-kasus yang

membuat hubungan kedua Negara menjadi buruk, contoh beberapa kasusnya

seperti kasus lepasnya Timor Leste dari Indonesia, kasus Organisasi Papua

Merdeka, kasus pengusiran para pencari suaka ke Indonesia, lalu ada kasus

intervensi masalah Ambalat. Kemudian isu baru muncul yang memperburuk

hubungan harmonis yang sudah terjalin, yaitu tindakan penyadapan alat

telekomunikasi yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia oleh

Pemerintah Australia melalui badan intelijennya yaitu Australian Signal

Directorate (DSD) tahun 2009 dan tersebar ke media pada 2013. Isi dugaan

penyadapan adalah slide-slide briefing anggota Australian Signal Directorate

(ASD) yang menunjukkan target orang-orang penting Indonesia yang disadap, dan

juga beberapa system yang menunjukkan percakapan-percakapannya.76

Isu penyadapan tersebut langsung direspon oleh Presiden Republik

Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan Australia

adalah respon dari Presiden Indonesia ini, yang jelas terlihat adalah ditariknya

duta besar Indonesia untuk Australia dari Canberra. Oleh karena itu, hal seperti

dapat menunjukkan bahwa Indonesia mengurangi rasa percayanya terhadap

Australia. Penarikan duta besar Negara pengirim dari Negara penerima

merupakan sebuah sinyal keras dalam praktik hubungan internasional.

Dikarenakan hal tersebut menggambarkan sebuah pilihan atau praduga putusnya

76

Michael Brissenden, “Australia Spied On Indonesian President Susilo Bambang

Yudhoyono, Leaked Edward Snowden Documents Reveal” Australia Broadcasting Corporation, 5

Desember 2014, tersedia di https://www.abc.net.au/news/2013-11-18/australia-spied-on-

indonesian-president,-leaked-documents-reveal/5098860 diakses pada 29 Oktober 2017

Page 57: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

44

sebuah hubungan kedua Negara. Walaupun maksud sebenarnya dari tindakan

penarikan tersebut sebagai sebuah teguran keras bagi pemerintah Australia, agar

bisa memperbaiki hubungan luar negerinya, dan juga tidak mengulangi perbuatan

tersebut.77

Tidak hanya dampak diplomatik, isu penyadapan ini berdampak pada

diberhentikannya beberapa kerjasama dalam bidang intelijen dan militer dan juga

kerjasama dalam menangani pencari suaka. Hal-hal tersebut langsung

disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia dalam pernyataan responnya atas

isu tersebut di istana Negara pada 20 November 2013.78

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan 6 langkah yang

ditempuh dalam menanggapi kasus ini. Dari enam langkah tersebut antara lain

memberhentikan sementara beberapa kerjasama di bidang terkait, lalu

menyelesaikan permasalahan ini dengan mengutus Menteri Luar Negeri dengan

cara menyusun protokol dan kode etik bersama atas Lombok Treaty. Hal ini

membawa dampak positif pula dikarenakan adanya itikad baik dari Australia dan

Indonesia untuk berdamai kembali melanjutkan hubungan harmonis yang sudah

ada.79

77

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 7 78

Prihandoko, “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-respons-sby-terhadap-

surat-balasan-abbott diakses pada 29 Oktober 2017 79

Prihandoko, “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-respons-sby-terhadap-

surat-balasan-abbott diakses pada 29 Oktober 2017

Page 58: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

45

Hubungan Australia dan Indonesia nyatanya memang membawa

manfaat bagi kedua Negara. Hal itu tersirat dari pidato pernyataan Presiden

Indonesia, yang menyatakan jika hubungan bilateral membawa manfaat bersama.

Maka dari itu isu penyadapan ini hanyak akan memberikan banyak kerugian

dalam hubungan diplomatik kedua nagara yang sudah terjalin lama.80

Kerugian yang besar bisa jadi menimpa Australia. Dikarenakan

banyak kepentingan nasional Australia yang bergantung pada Indonesia, seperti

mengatasi para pencari suaka, mengatasi terorisme, dan juga Indonesia sebagai

salah satu pasar utama bagi komoditi sapi Australia. Sudah jelas putusnya

hubungan bilateral hanya akan memberi banyak dampak buruk bagi kedua

Negara, oleh karena diharapkan hubungan bilateral kedua Negara membaik

kembali dana bisa melanjutkan kerjasama-kerjasama yang saling menguntungkan

kedua Negara.81

Setiap Negara pasti memiliki suatu lembaga sandi Negara. Suatu lembaga

sandi Negara punya beberapa tugas pokok salah satunya adalah mengamankan

rahasia Negara dan informasi-informasi Negara yang bersifat rahasia lainnya, dan

juga memiliki tugas lainnya yaitu mendapatkan informasi Negara lain dengan cara

analisis intelijen melalui kegiatan sinyal. Oleh karena itu, tindakan penyadapan

dan spionase yang dilakukan oleh Australia tidak perlu dilakukan karena

80

Prihandoko, “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-respons-sby-terhadap-

surat-balasan-abbott diakses pada 29 Oktober 2017 81

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 8

Page 59: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

46

Indonesia dan Australia memiliki kerjasama dalam bidang intelijen berdasarkan

dalam kerjasama Lombok Treaty.82

82

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 7

Page 60: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

47

BAB III

DINAMIKA HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DAN

INDONESIA

Setelah bab sebelumnya dibahas mengenai penyadapan dalam dunia

internasional dan juga mengenai kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia,

pada bab ini membahas secara khusus mengenai dinamika hubungan luar negeri

Australia dan Indonesia. Bab ini membahas tentang hubungan luar negeri kedua

Negara dengan alur momen-momen penting yang terjadi diantara kedua Negara,

momen-momen penting tersebut nantinya dibagi dalam dua sub-bab. Lebih

spesifiknya adalah hubungan Australia dan Indonesia sebelum dan sesudah

referendum Timor-Timur, melihat dimana pada referendum Timor-Timur

Indonesia dan Australia menghadapi masa sulit dalam hubungan bilateralnya.

Secara singkat, bagian pertama pada bab ini membahas hubungan luar negeri

kedua Negara sebelum referendum Timor-Timur, lalu bagian kedua membahas

mengenai hubungan luar negeri kedua Negara pasca referendum Timor-Timur.

A. Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia sebelum Referendum

Timor-Timur

Negara Australia adalah sebuah benua yang berbentuk pulau letaknya

diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, kepulauan Asia Tenggara dan

Daratan Kutub Selatan juga mengapitnya, posisi Australia terisolasi secara

Page 61: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

48

geografis, tetangga terdekatnya adalah Indonesia sejak 1949, lalu kemudian Papua

Nugini dan Timor Leste yang merdeka. Jika Australia dan Negara tetangganya

seperti Indonesia mampu untuk membangun hubungan dengan baik maka kedua

Negara dapat menstabilkan kawasan. Hubungan Australia dan Indonesia dalam

perkembangannya diwarnai oleh keadaan dan nuansa yang dapat memperburuk

hubungan keduanya. Budaya serta kebijakan politik dalam dan luar negeri kedua

Negara yang berbeda sangat mempengaruhi hubungan kedua belah pihak.83

Pada Oktober 1945, Pemerintah Indonesia mulai memulangkan orang-

orang Indonesia ke beberapa daerah di Indonesia yang telah dikuasai oleh tentara

Republik, walaupun usaha ini ditentang oleh Belanda. Australia membantu para

pejuang nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka mencapai kemerdekaan.

Pada 1947, Indonesia meminta Australia untuk mewakili Indonesia dalam Komisi

Tiga Negara yang diusahakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Australia

mewakili Indonesia dalam perundingan-perundingan yang akhirnya menuju

kepada pengakuan Belanda terhadap Kemerdekaan Indonesia pada 1949.

Australia pula yang mensponsori masuknya Indonesia ke Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) pada 1950.84

Sejak masuknya Indonesia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

Australia dan Indonesia masih menjaga hubungan dengan baik. Namun, terdapat

beberapa perbedaan pendapat salah satunya perselisihan Australia dan Indonesia

83

Peter Chalk “Australia and Indonesia: Rebuilding Realtions After East Timor”

Contemporary Southeast Asia 23:2 Agustus 2001 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25798544 diunduh pada 26 Oktober 2017 233 84

Ikrar Nusa Bhakti, “Kilas Balik Hubungan Indonesia-Australia dan Prospeknya di

Masa Akan Datang” Profil Indonesia: Jurnal Tahunan CIDES 15:2 (Mei 1996) 297

Page 62: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

49

tentang konflik Papua Barat yang saat itu diperebutkan antara Indonesia dan

Belanda, ketika itu Pemerintah Australia berpihak kepada pemerintah Belanda

pada 1959 hingga 1962. Australia khawatir atas pengaruh Partai Komunis

Indonesia yang mulai berpengaruh saat itu, Australia khawatir komunisme

memperluas pengaruhnya ke Papua Barat apabila Indonesia berhasil mendapatkan

wilayah itu.85

Pada periode 1963-1965, setelah isu Papua Barat, terjadi konfrontasi

antara Indonesia dengan Malaysia. Australia mempunyai pandangan tersendiri

mengenai pembentukan Negara Malaysia, berbeda pandangan dengan Indonesia.

Malaysia mempunyai kaitan yang penting dalam hubungan militer dan pendidikan

dengan Australia sebagai sebuah Negara Persemakmuran. Sebelumnya Tentara

Australia telah membantu tentara Malaysia dan Inggris dalam melawan pasukan

gerilya komunis yang aktif di wilayah Malaysia. Sedangkan pemerintah Indonesia

menganggap Malaysia adalah ciptaan neo-kolonialis dan merupakan ancaman

bagi Indonesia.86

Australia terus mendukung Malaysia waktu itu dan semakin

mengkhawatirkan akan perkembangan komunisme di Indonesia. Akhirnya

pertempuran pun pecah antara tentara Australia yang mendukung Pemerintah

Malaysia dengan tentara Indonesia di Borneo atau yang sekarang disebut

Kalimantan. Konfrontasi Indonesia-Malaysia pun akhirnya mereda pada 1965

85

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 49 86

Ikrar Nusa Bhakti, “Kilas Balik Hubungan Indonesia-Australia dan Prospeknya di

Masa Akan Datang” Profil Indonesia: Jurnal Tahunan CIDES 15:2 (Mei 1996) 298

Page 63: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

50

ketika presiden Soeharto menggantikan presiden Soekarno, serta gagalnya

komunis di Indonesia yang sudah dikhawatirkan Australia sejak lama. Sesudah itu

hubungan Australia-Indonesia mulai berkembang kembali dan menjelang 1967

dana bantuan dari Australia untuk membangun kembali ekonomi Indonesia mulai

masuk.87

Pada 1970-an, Indonesia telah menjadi tujuan utama parawisata bagi turis

asing terutama Australia. Wisatawan Australia menjadi salah satu sumber

pemasukan yang penting dari sektor pariwisata bagi Indonesia. Bali merupakan

provinsi yang paling banyak dituju, lalu turis Australia mulai tertarik

mengunjungi daerah-daerah lain di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta,

Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang. Pariwisata merupakan cara yang penting

agar Australia memiliki pengetahuan akan budaya dan bahasa Indonesia.88

Peristiwa Integrasi Timor-Timur pada 1976 menjadi salah satu isu yang

memegang peranan penting dalam hubungan Australia-Indonesia. Setelah

Portugis meninggalkan bekas daerah jajahannya itu pada 1975, perselisihan antar

berbagai kelompok politik di Timor-Timur pun terjadi. Pada Desember 1975

Tentara Indonesia memasuki Timor-Timur lalu setelahnya kawasan ini menyatu

dengan Republik Indonesia pada 1976. Perdebatan terjadi di Australia, ditambah

lagi dengan kematian lima wartawan Australia disana pada 1975 telah menjadi

87

Neil Dias Karunaratne “Prospects for Stronger Australia-Inonesia Economic Ties”

Asian Survey 22:3 Maret 1982 Los Angeles: University of California Press [jurnal online];

tersedia di www.jstor.org/stable/2644031?seq=1&cid=pdf-reference#references_tab_contents

diunduh pada 25 Oktober 2017 292 88

Hal Hill “Australia and Indonesia: Challenges and Opportunities in a „small‟ Economic

Relationship” ASEAN Bulletin 6:3 Maret 1990 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25770266 diunduh pada 25 Oktober 2017 283

Page 64: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

51

perhatian masyarakat Australia dan juga media. Pada 1979 secara de jure

Australia mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor-Timur, dengan melakukan

negosiasi dan penandatanganan perjanjian yaitu Perjanjian Celah Timor.

Perjanjian Celah Timor adalah perjanjian yang dibuat oleh Australia dan

Indonesia, yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans

dan Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas pada 11 Desember 1989. Perjanjian

ini membahas tentang sumber daya alam di dasar Laut Timor yang diklaim oleh

Australia dan Indonesia.89

Pembangunan nasional Indonesia juga tak luput dari dukungan Australia.

Dukungan Australia diwujudkan dalam bentuk bantuan Australian International

Development Assistance Bureau (AIDAB) atau yang dikenal sejak 1995 bernama

Australian Agency For International Development (AusAID). AIDAB/AusAID

berdiri sejak 1974 pada masa pemerintahan Perdana Menteri Withlam dengan

nama Australian Development Assistance Regency (ADAA) dan pada 1976

berganti nama menjadi Australian Development Assistance Bureau (ADAB), lalu

pada 1987 berganti nama menjadi AIDAB hingga tahun 2005 menjadi AusAID

sampai sekarang.90

Pasca terjadinya Tsunami Aceh, Australia memberikan bantuan total

sebesar $34,4 juta dari $1 milliar yang dijanjikan untuk pembangunan kembali

daerah terdampak tsunami. Hal inilah yang menjadi polemik dimana saat

89

Peter Chalk “Australia and Indonesia: Rebuilding Realtions After East Timor”

Contemporary Southeast Asia 23:2 Agustus 2001 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25798544 diunduh pada 26 Oktober 2017 234 90

B. A. Santamaria “Australia‟s Foreign Policy” Asian Affairs 4:3 Januari-Februari 1977

Oxford: Taylor and Francis, Ltd. [jurnal online] tersedia di www.jstor.org/stable/30171468

diunduh pada 25 Oktober 2017 141-150

Page 65: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

52

hukuman mati yang dijatuhkan kepada Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

warga negara Australia terdakwa kasus narkoba di Indonesia, Perdana Menteri

Tony Abbott menyinggung masalah bantuan yang diberikan Australia untuk

Indonesia pasca bencana Tsunami Aceh.91

Setiap tahunnya, melalui Department

of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia memberikan bantuan untuk

Indonesia untuk berbagai bidang dalam hubungan bilateral sebesar A$323,0

juta.92

AusAID adalah sebuah organisasi yang memiliki tujuan untuk

mewujudkan kepentingan nasional Australia dengan mengurangi angka

kemiskinan, memberikan bantuan untuk Negara berkembang dengan memajukan

pelayanan dalam bidang pendidikan serta memelihara keamanan. Indonesia

sendiri sudah mendapatkan bantuan dari AusAID dari tahun 1987 yang pada masa

itu bernama AIDAB.93

Pada akhir era 1970-an sampai awal 1980-an, TNI (Tentara Nasional

Indonesia) dan Angkatan Bersenjata Australia melakukan latihan bersama, yang

sebelumnya diawali dengan pertemuan antara panglima TNI Jenderal Endriartono

Sutarto dengan Menteri Pertahanan Australia Robert Hill, hal ini menunjukkan

91

Lisbet Sihombing “Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia-Australia pasca Hukuman

Mati Chan dan Sukumaran” Info Singkat; Hubungan Internasional 7:9 Mei 2015 Jakarta: Pusat

Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia

di www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 7 92

Ikhtisar Program Bantuan Australia untuk Indonesia tersedia di

https://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/cooperation-programs.html diakses pada 30

November 2018 93

Hal Hill “Australia and Indonesia: Challenges and Opportunities in a „small‟ Economic

Relationship” ASEAN Bulletin 6:3 Maret 1990 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25770266 diunduh pada 25 Oktober 2017 284

Page 66: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

53

bahwa kerjasama dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Australia dalam

rangka menciptakan keamanan wilayah (regional).94

Pada mulanya latihan gabungan bersama ini masih terbatas pada latihan di

bidang maritim di perairan laut jawa yang bernama New Horizon, latihan bersama

ini biasanya terjadi secara bergantian lokasinya dua kali dalam setahun.

Kerjasama dalam bidang pertahanan ini guna menciptakan standarisasi masalah

perbatasan perairan yang terkadang menimbulkan masalah, setelah maraknya

ancaman terorisme hal ini berkembang lalu ditindaklanjuti oleh angkatan

bersenjata kedua Negara untuk membangun zona keamanan sejauh 1000 mil

laut.95

Bidang pertahanan merupakan salah satu bidang yang penting bagi

Australia, Indonesia adalah Negara tetangga terdekat bersama Papua Nugini yang

bisa menjadi penyangga dari serbuan Negara-negara kuat Asia. Hal ini terbukti

saat kedua Negara itu menjadi penyangga serbuan tentara Jepang kearah selatan

selama Perang Pasifik (Perang Dunia II) berlangsung. Australia terkadang

memandang Indonesia sebagai Negara yang dari dan melalui mana serangan

terhadap Australia bisa dilakukan oleh karena pengalaman perang itu.96

94

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 49

95

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 112 96

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 50

Page 67: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

54

Pasca Perang Dingin diikuti dengan perkembangan politik serta keamanan

regional dan internasional menyebabkan Australia ingin membangun “Kemitraan

Strategis” (Strategic Partnership) dengan para Negara Asia umumnya, terkhusus

dengan Indonesia. Australia memandang bahwa masa depan bidang keamanan

dan ekonominya akan sangat bergantung pada Asia, termasuk kepada Indonesia,

hal itu tercantum dalam “Buku Putih Pertahanan Australia 1994”.97

Dari persepsi ekonomi, Indonesia merupakan negara yang cukup penting

bagi pembangunan ekonomi Australia. Selain sumber daya alam yang melimpah,

Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk yang banyak sehingga bisa dijadikan

pasar bagi komoditi Australia. Australia tentunya harus membantu pembangunan

ekonomi dan sumber daya manusia untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar

komoditi Australia.98

Gambar 3.A.2 Angka ekspor sapi Australia dan tujuannya

97

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 51 98

Hal Hill “Australia and Indonesia: Challenges and Opportunities in a „small‟ Economic

Relationship” ASEAN Bulletin 6:3 Maret 1990 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25770266 diunduh pada 25 Oktober 2017 285

Page 68: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

55

Sumber: Top Ten Australian Beef Export Destinations, teresedia di www.abc.net.au

diakses pada 29 November 2018

Bantuan luar negeri yang diberikan Australia dilihat sebagai “motif politik

dan ekonomi”. Lebih jelasnya, dari segi ekonomi, Australia membantu Indonesia

tidak lain hanya untuk membantu dirinya sendiri. Indonesia dipandang oleh

Australia sebagai mitra terdekat juga di dalam keberhasilan program-program

Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik “Asia-Pacific Economic Corporation(APEC)”

Page 69: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

56

yang dicanangkan mantan PM Bob Hawke pada 1989. Oleh sebab itu, tidak heran

jika PM Paul Keating selalu aktif melakukan kontak secara pribadi dengan

Presiden Soeharto saat itu baik menjelang pertemuan para pemimpin ekonomi

APEC (APEC- Economic Leader‟s Meeting-AELM) di Seattle, Amerika Serika,

pada November 1993, menjelang AELM II di Bogor bulan November 1994, dan

AELM III di Osaka 1995.99

Dari sisi Indonesia, antara pasca pengakuan kedaulatan (1949) sampai

pertengahan 1980an, selalu menilai Australia sebagai negara yang tidak terlalu

penting. Pemerintah, pers, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Australia

tidak jarang dilihat sebagai penghalang kebijakan-kebijakan politik, ekonomi, dan

juga pertahanan domestik Indonesia. Hubungan luar negeri kedua negara bahkan

pernah mencapai titik panas antara 1986-1988, sebagai akibat dari kasus “David

Jenkins”, yaitu wartawan Australia yang menulis di harian The Sydney Morning

Herald, April 1986, mengenai bisnis keluarga istana, ketika presiden Soeharto

memimpin.100

Walaupun di dalam artikel tersebut tidak seluruhnya berisi hal-hal negatif

terhadap Presiden Soeharto, bahkan program pembangunan pedesaan dipuji di

tingkat nasional yang dilakukan Indonesia dibawah Presiden Soeharto, namun

waktu penerbitan yang kurang tepat dan judul yang terlalu provokatif. Bisa

dikatakan bahwa masa kritis 1986-1988 adalah hikmah tersembuyi dalam

99

Ikrar Nusa Bhakti, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri Dan

Pertahanan Australia, Dalam Kebijakan Luar Negeri Dan Pertahanan Australia (Jakarta:LIPI,

2001) 12 100

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian

Quarterly 68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]:

tersedia di www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 52

Page 70: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

57

hubungan kedua Negara dan dapat dijadikan acuan tentang masa kritis tahun

2013-2014 ini dimana kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap

Indonesia menjadi isu panas era ini.101

Terjalinnya hubungan kedua Negara yang telah terbina dengan baik ini

dapat disebabkan beberapa faktor. Pertama, hubungan pribadi yang akrab di

antara para pemangku kebijakan di kedua negara dan adanya hasrat untuk

membina politik kedua pemerintahan agar meningkatnya hubungan bilateral

Australia-Indonesia.102

Pada 1988 terjadi pergantian menlu di Australia dan Indonesia, Menteri

luar negeri Gareth Evans menggantikan Bill Hayden yang diangkat sebagai

Gubernur Jenderal Australia, sedangkan Menteri luar negeri Ali Alatas

menggantikan Mochtar Kusumaatmadja. Kedua menlu memiliki visi yang searah

untuk membina hubungan bilateral dengan lebih baik dan berkerjasama dalam

memainkan peran positif di dalam mempromosikan perdamaian di kawasan Asia

Tenggara, seperti dalam hal penyelesaian masalah Kamboja, peningkatan ASEAN

Regional Forum, dan memakmurkan Asia Pasifik melalui APEC.103

101

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 115 102

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

2 103

Greta Nabbs-Keller “Reforming Indonesia‟s Foreign Ministry: Ideas, Organization

and Leadership” Contemporary Southeast Asia 35:1 April 2013 Singapura: Institute of Southeast

Asian Studies [jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/43281239 diunduh pada 25 Oktober

2017 56

Page 71: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

58

Namun, hal ini bukan berarti bahwa para pendahulu mereka, Menlu

Australia Bill Hayden dan Menlu Indonesia Mochtar Kusumaatmadja, tidak

berupaya untuk membina hubungan baik Canberra-Jakarta. Hanya saja waktu itu

faktor-faktor politik domestik di kedua negara lebih dominan memperkeruh

hubungan bilateral kedua negara, daripada faktor-faktor politik dan ekonomi

internasional saat itu.104

Dalam bidang militer, komandan militer Australia saat itu, Jenderal Peter

Gration juga menjalin hubungan pribadi dengan komandan militer RI saat itu

Jenderal TNI Try Sutrisno. Jenderal Gration mendatangi Indonesia pada

November 1988 lalu dibalas oleh Jenderal TNI Try Sutrisno pada Juli 1989. Pada

Maret 1990, Jenderal Gration dan wakilnya, Laksamana Madya Alan Beaumont

(komandan militer Australia pengganti Jenderal Gration), dengan terpisah juga

mengunjungi Indonesia.105

Sedangkan dari Indonesia, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI saat

itu, Jenderal TNI Edi Sudrajat mengunjungi Australia Agustus 1991. Edi Sudrajat

kembali mengunjungi Australia dalam kapasitasnya sebagai Menteri pertahanan

dan keamanan pada September 1993. Kunjungan Ini merupakan yang pertama

104

Greta Nabbs-Keller “Reforming Indonesia‟s Foreign Ministry: Ideas, Organization

and Leadership” Contemporary Southeast Asia 35:1 April 2013 Singapura: Institute of Southeast

Asian Studies [jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/43281239 diunduh pada 25 Oktober

2017 57 105

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 116

Page 72: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

59

kali seorang Menhankam Indonesia mengunjungi Australia, oleh sebab itu

Menhankam Australia, Senator Robert Ray menyambutnya dengan baik.106

Intinya, saling mengunjungi di antara perwira tinggi dan perwira

menengah kedua negara adalah bagian dari upaya membina rasa saling percaya,

menghilangkan persepsi yang buruk, dan upaya untuk meningkatkan kerjasama

militer kedua negara. Saling kunjung ini dilakukan pula oleh para menteri

ekonomi dan industri kedua negara.107

Selain hubungan tingkatan pejabat tinggi, hubungan pada tingkat

masyarakat juga ditingkatkan khususnya melalui Lembaga Australia-Indonesia

(Australia-Indonesia Institute). Hal ini menunjukkan adanya keseriusan antara

kedua negara untuk membina hubungan baik dan kerjasama baik untuk

kepentingan bersama maupun regional dan internasional.108

Faktor kedua, perubahan kebijakan Australia terhadap Asia. Sebelumnya,

Australia selalu “mencari keamanan dari Asia”, oleh karena itu sejak 1989

Australia berusaha untuk “keamanan dalam Asia”. Pendekatan terhadap Asia juga

tidak lagi didasarkan pada diplomasi politik maupun hanya pertahanan, melainkan

106

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 54 107

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy: The

View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010, [jurnal

online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 29 Oktober 2017 120 108

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010,

[jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 29 Oktober 2017 125

Page 73: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

60

tingkatan multi-dimensional. Australia ingin menjadi bagian integrasi Asia dan

berkerjasama dengan Asia melalui pendekatan politik. Ekonomi, sosial, budaya

dan keamanan (poleksosbudkam). Kebijakan Australia terhadap Asia muncul

sebagai akibat masuknya Inggris saat itu dengan Masyarakat Ekonomi Eropa

(MEE) pada 1972 yang kini telah berubah menjadi Uni Eropa. Australia merasa

tertinggal oleh induknya dan karena itu memastikan bahwa Asia adalah masa

depan mereka bukanlah eropa.109

Faktor ketiga, perubahan konstelasi politik dan pertahanan di kawasan

Asia Pasifik, pasca perang dingin. Telah berakhirnya perang dingin telah

menimbulkan suatu situasi politik dan pertahanan yang tidak menentu di kawasan

Asia Pasifik secara khusus dan internasional pada umumnya.110

Dalam bidang militer, Australia mencanangkan “Kemitraan Strategis”

dengan Asia pada 1993. Strategi pertahanan Australia ini adalah untuk

melebarkan sayap kerjasama keamanan dengan negara-negara tetangga utaranya

di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.111

Bagi Australia, Indonesia dipandang sebagai kekuatan menengah di Asia

Tenggara yang bisa diajak untuk menyatukan kekuatan dan berkerjasama dalam

menjaga serta menginisiasi stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara.

109

B. A. Santamaria “Australia‟s Foreign Policy” Asian Affairs 4:3 Januari-Februari

1977 Oxford: Taylor and Francis, Ltd. [jurnal online] tersedia di www.jstor.org/stable/30171468

diunduh pada 25 Oktober 2017 145 110

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 55 111

Alexander Downer, “Australia‟s Foreign Policy: Advancing Our National Interest”,

Speech To The Joint Services Staff College, Canberra, 5 Maret 1988, tersedia di

www.dfat.gov.au/media/speeches/foreign/1988/jscc5mar98.html diakses pada 28 Oktober 2017 1

Page 74: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

61

Sebaliknya bagi Indonesia, Australia juga bisa menjadi mitra yang alamiah untuk

meningkatkan pertahanan Indonesia. Kebijakan Amerika Serikat untuk

menghentikan penjualan senjata, mengurangi bantuan militer, dan mengurangi

penerimaan siswa militer Indonesia untuk berlatih di Amerika Serikat menjadi

alasan Indonesia untuk berpaling ke Australia. Sejak 1994, sekitar 300 personil

militer Indonesia mulai kursus dan berlatih milter di Australia, sangat berbeda

pada tahun-tahun sebelumnya yang jumlahnya hanya berjumlah belasan orang.112

Indonesia juga membutuhkan diversifikasi pasokan alutsista, agar tidak

terlalu tergantung pada pasokan dari Amerika Serikat, seperti pembelian pesawat

tempur HS Hawke dari Inggris, karena Inggris merupakan induk semang negara-

negara persemakmuran dan sekutu Australia di dalam Five Power Defence

Arrangement (FPDA), maka kerjasama Australia-Indonesia perlu diperkuat.113

Faktor yang keempat, berubahnya kebijakan dan militer Amerika Serikat

pada kawasan Asia Pasifik. Walau AS merupakan sekutu alamiah Australia sejak

1939, namun Australia telah menyiapkan opsi untuk berkerjasama dengan negara-

negara Asia jika Amerika Serikat benar-benar menarik diri dari kawasan Asia

Timur. Pemerintah Australia, khususnya pemerintah Partai Buruh, walaupun tetap

ingin menjaga hubungan dengan Amerika Serikat, namun juga mempunyai

112

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 118 113

Alan DuPont “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian Quarterly

68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and Science [jurnal online]: tersedia di

www.jstor.org/stable/20634725 diunduh pada 26 Oktober 2017 57

Page 75: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

62

pandangan bahwa dominasi militer dan ekonomi Amerika Serikat bisa

mengurangi kemerdekaan Australia.114

Untuk melawan kebijakan subsidi pertanian Amerika Serikat Australia dan

Indonesia menggalang kekuatan dengan cara berkerjasama dalam Negara-negara

Produsen Pertanian (Kelompok Cairns). Selain itu kedua Negara meningkatkan

investasi, perdagangan serta pertukaran jasa dan mempermudahnya dengan

melakukan deregulasi.115

Ketika Canberra dikuasai oleh Partai Buruh Australia, terdapat beberapa

perjanjian-perjanjian strategis yang sudah diratifikasi oleh kedua Negara, antara

lain yaitu perjanjian celah timor, penghapusan pajak berganda, dibentuknya

Australia-Indonesia Institute tahun 1989, perjanjian pertahanan dan perjanjian

pengembangan industri strategis pada 1995, dan perjanjian dalam pembentukan

forum Menteri Australia dan Indonesia pada November 1992. Perjanjian-

perjanjian di atas adalah interpretasi dari diperdalamnya hubungan kedua Negara

serta bagian dari proses perluasannya.116

Pada 21-24 April 1992, Perdana Menteri Australia Paul Keating

melakukan kunjungan kenegaraannya yang pertama ke Indonesia, hal ini tentu

menjadikan hubungan kedua Negara semakin kokoh. Dengan 6 kali kunjungannya

114

Alexander Downer, “Australia‟s Foreign Policy: Advancing Our National Interest”,

Speech To The Joint Services Staff College, Canberra, 5 Maret 1988, tersedia di

www.dfat.gov.au/media/speeches/foreign/1988/jscc5mar98.html diakses pada 28 Oktober 2017 2 115

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 119 116

T.M Hamzah Thayeb, “Hubungan Indonesia-Australia Pasca Kemenagan Partai

Buruh”, Jurnal Luar Negeri 25:1 November 2008, 32.

Page 76: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

63

ke Jakarta semasa 4 tahun pemerintahannya di Australia menjadi Perdana

Menteri, Paul Keating menunjukkan bahwa dirinya sangat ingin membangun

keakraban dengan Presiden Indonesia Soeharto. Hal ini menunjukkan bahwa

kunjungan kenegaraan merupakan faktor yang penting dalam membina hubungan

luar negeri, pertemuan kenegaraan ataupun dalam kunjungan informal seringkali

dipakai untuk membahas isu-isu penting seperti ekonomi, politik, dan keamanan

kawasan. Dalam praktiknya, dirahasiakannya perjanjian antara Australia dan

Indonesia dalam kurun waktu 18 bulan dan resmi ditandatangani pada 18

Desember 1995, merupakan wujud dari pentingnya faktor hubungan antara kedua

kepala pemerintahan dalam hubungan luar negeri kedua Negara.117

Ketika kedua Negara sedang aktif dalam mempererat kerjasama dan

hubungan luar negeri sedang berjalan baik, masalah datang menerpa hubungan

bilateral Australia dan Indonesia. Pada 1995, setidaknya ada tiga peristiwa penting

yang menjadi isu sensitif menerpa hubungan baik kedua Negara. Peristiwa

pertama yaitu tentang pembatalan pengangkatan Letnan Jenderal TNI AD Herman

Bernhard Leopold Mantiri Juli 1995, lalu peristiwa kedua tentang diberikannya

visa sementara bagi 18 imigran asal Timor Timur dari Australia sehingga

melarikan diri kesana dari Indonesia Mei 1995, peristiwa ketiga yaitu tentang

pembakaran bendera merah putih di Australia yang dilakukan oleh para

demonstran Timor Timur yang menolak integrasi. Atas semua kejadian tersebut,

pemerintah Indonesia terus berupaya keras dalam menenangkan publik Indonesia

117

T.M Hamzah Thayeb, “Hubungan Indonesia-Australia Pasca Kemenagan Partai

Buruh”, Jurnal Luar Negeri 25:1 November 2008. 33.

Page 77: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

64

yang geram akan aksi-aksi tersebut, dengan terus melakukan diplomasi agar

menstabilisasi hubungan yang ada dan menyelesaikan masalah tersebut.118

B. Hubungan Luar Negeri Australia dan Indonesia Pasca Referendum

Timor-Timur

Krisis Timor Leste merupakan momen dimana hubungan Australia dan

Indonesia mengalami perubahan yang sangat drastis sejak periode 1945.

Ditambah lagi dengan mendinginnya hubungan bilateral Australia dan Indonesia

membuat peninjauan kembali dalam parameter utama hubungan kedua Negara

yaitu Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas dan Menteri Luar Negeri

Australia Gareth Evans. Intervensi Australia dalam Referendum Timor Timur

menjadi kondisi dasar dalam perubahan drastis tersebut, sehingga tidaklah

mengejutkan apabila hubungan bilateral Australia dan Indonesia hampir putus

karena beratnya krisis Timor Leste.119

Selain krisis Timor Leste hubungan luar negeri Australia dan Indonesia

tetap mengalami pasang surut pasca reformasi di Indonesia pada 1998, yang

menandakan jatuhnya rezim Presiden Soeharto. Demokratisasi di Indonesia pasca

reformasi 1998 juga mengalami perkembangan yang menghasilkan banyak

masalah sehingga membuat politik dalam negeri Indonesia yang tidak kondusif,

serta permasalahan Timor Timur yang berpisah dengan Indonesia dan

118

Ikrar Nusa Bhakti, “Kilas Balik Hubungan Indonesia-Australia dan Prospeknya di

Masa Akan Datang” Profil Indonesia: Jurnal Tahunan CIDES 15:2 (Mei 1996) 299 119

Richard Chauvel, “Hubungan Bertetangga Dua Negara Demokratis: Indonesia dan

Australia” kolaborasi dengan Chusnul Mar‟iyah, ed, Indonesia-Australia: Tantangan dan

Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral (Jakarta: Granit, 2005) 2

Page 78: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

65

memerdekakan diri sebagai Negara yang berdaulat menjadikan pemerintah

Australia meningkatkan hubungan bilateralnya dengan Indonesia.120

Permasalahan antara Australia dan Indonesia tak berhenti sampai disitu,

pasca 1998 juga terjadi beberapa kasus besar yang berdampak pada kedua Negara,

peristiwa Bom Bali pada 12 Oktober 2002 contohnya, yang telah merenggut 88

nyawa warga Australia di Bali. Oleh karena itu, Australia dan Indonesia terus

memperkuat kerjasama khususnya dalam bidang keamanan dan militer, guna

melawan ancaman terorisme yang muncul pada awal dekade tersebut. Pasca Bom

Bali, fokus kedua Negara melawan musuh bersama yaitu terorisme menjadi fokus

utama kedua Negara dalam kerjasama War On Terror yang dicanangkan oleh

Presiden Amerika Serikat George W. Bush Jr. yang telah terwujud dalam bentuk

kerjasama militer Australia dan Indonesia.121

Pada 2004, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden

Indonesia, semenjak dirinya terpilih hubungan luar negeri Australia dan Indonesia

dapat dikatakan kembali mengalami peningkatan yang pesat. Pasalnya, ketika

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilantik pada Oktober 2004 Perdana

Menteri Australia John Howard menghadiri pelantikannya di Jakarta serta

diberikannya bantuan kemanusiaan sebesar 34, 4 juta Dollar AS pasca peristiwa

Tsunami Aceh pada Desember 2004 guna membangun kembali wilayah

120

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010,

[jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 30 Oktober 2017 121 121

Peter Chalk “Australia and Indonesia: Rebuilding Realtions After East Timor”

Contemporary Southeast Asia 23:2 Agustus 2001 Singapura: Institute of Southeast Asian Studies

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/25798544 diunduh pada 26 Oktober 2017 238

Page 79: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

66

terdampak tsunami melalui koordinasi AIPRD (Australia-Indonesia Partnership

for Reconstruction and Development).122

Peningkatan hubungan luar negeri Australia dan Indonesia juga terlihat

dari kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Australia pada 3-6 April

2005 yang akhirnya menghasilkan “Joint Declaration on a Comprehensive

Partnership” yang menjadi tonggak penting dalam pengaturan kerjasama

Australia dan Indonesia dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial dan

budaya. Joint Declaration ini juga mengatur kerjasama kejahatan transnasional,

yang membuat Australia dan Indonesia mengembangkan kerjasama yang lebih

kuat antara instansi kepolisian, imigrasi dan bea cukai serta dengan agen intelijen

dan keamanan.123

Gambar 3.B.3 Angka pencari suaka menuju Negara Australia

122

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 120

123

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 6

Page 80: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

67

Sumber: https://www.abc.net.au/news/2013-12-10/scott-morrison-not-telling-full-

story-asylum-seeker-arrivals/5119380 diakses pada 28 November 2018

Gambar 3.B.4 Angka manusia perahu illegal yang tiba di Australia

Page 81: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

68

Sumber:www.aph.gov.au/About_Parliament/Parlementary_Departments/Parlimen

tary_Library/pubs/BN/2012-2013/BoatArrivals diakses pada 28 November 2018

Dalam hubungan diplomatik antara Australia dan Indonesia, pemutusan

hubungan di segala bidang dapat membuat kerugian yang sama. Kedua Negara

memiliki kepentingan nasional masing-masing dan saling ketergantungan sama

lain. Pihak Indonesia akan dirugikan tentang masalah ekspor dan impor, invests,

pendidikan serta tenaga kerja. Sedangkan pihak Australia akan mengalami

kerugian dalam kebijakan para pencari suaka (asylum seeker) atau para manusia

Page 82: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

69

dalam perahu yang melewati perairan Indonesia sebelum masuk ke tujuan akhir

Australia.124

Dalam konteks kawasan, terutama kawasan Asia Pasifik, Indonesia

dianggap sebagai strategic partner dan Negara yang secara geopolitik sangat

penting bagi Australia. Terkait ASEAN, kedua pemerintah Negara juga sudah

banyak melakukan konsep-konsep kerjasama dalam berbagai bidang, hal ini

dikarenakan akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, hal ini

mempengaruhi postur ekonomi ASEAN bagi Australia dan Indonesia. Semua hal

ini hanya dikarenakan pemutusan hubungan diplomatik kedua Negara.125

Kemajuan pesat dalam hubungan bilateral Australia dan Indonesia bukan

berarti tak ada masalah yang menerpa kedua Negara. Pemberian temporary

protection visa untuk 42 Warga Negara Indonesia asal Papua pencari suaka oleh

pemerintah Australia menngakibatkan kemunduran dalam hubungan kedua

Negara, yang dimana Comprehensive Partnership yang telah disepakati mungkin

akan direview kembali. Pada 2005 pula, tahun sama dengan Joint Declaration,

permasalahan antara kedua Negara tak kunjung redup, hal ini menyangkut

ditangkapnya 277 nelayan Indonesia yang diduga menangkap ikan di wilayah

perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) secara tidak sah. Pada penghujung tahun

2005 ini, masalah yang terus sama yaitu tentang dominasi Australia di perairan

124

James Jupp “Ethnic Voting and Asylum Issues” dalam [buku online]: Carol Johnson,

John Wanna and Hsu-Ann Lee, ed. Abbott‟s Gambit: The 2013 Australian Federal Election,

(Canberra: ANU Press, 2015) tersedia di www.jstor.org/stable/j.ctt13wwvm6.24 diunduh pada 26

Oktober 2017 324 125

Ridho Fauzi Situmorang. “Pemutusan Sementara Hubungan Bilateral Antara

Indonesia-Australia Terkait Penyadapan oleh Pemerintah Australia Ditinjau dari Hukum

Internasional”. JOM Fakultas Hukum 2:1 Februari 2015 4

Page 83: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

70

Laut Timor selalu muncul baik tentang melalui batas ZEE ataupun landasan

kontinen, dampak dari masalah tersebut adalah banyaknya nelayan Indonesia yang

ditangkap otoritas Australia dan juga konflik migas di kawasan Celah Timor.126

Perbaikan hubungan bilateral yang sempat merenggang antara Australia

dan Indonesia selalu saja berdampingan dengan masalah-masalah yang

menggoyahkan kepercayaan antar kedua Negara. Kasus penyelendupan narkoba

antar Negara Australia dan Indonesia menjadi isu penting karena termasuk dalam

bahasan Joint Declaration dimana memprioritaskan pada penumpasan

transnasional crimes. Contohnya yaitu saat warga Australia, Schapelle Leigh

Corby ditangkap pada Oktober 2004 di bandara Ngurah Rai Bali oleh petugas bea

cukai karena kedapatan membawa 4,2 kg mariyuana, sehingga ia divonis 20 tahun

penjara di Indonesia, dengan beberapa kali menerima remisi dan pemberian grasi

5 tahun untuk dirinya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2012

yang memicu kontroversi.127

Titik terendah dalam hubungan bilateral Australia dan Indonesia adalah di

penghujung tahun 2013. Penyadapan telepon yang menargetkan para pejabat

tinggi pemerintah Indonesia yang dilakukan melalui Kedutaan Besar Australia

126

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010,

[jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 30 Oktober 2017 122 127

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010,

[jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 30 Oktober 2017 123

Page 84: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

71

yang berada di Jakarta adalah sebuah pelanggaran serius dalam ketentuan hukum

diplomatik pada Konvensi Vienna 1961, dimana Australia dan Indonesia ikut

meratifikasi Konvensi tersebut. Tindakan spionase ini juga mencederai kedaulatan

Indonesia, dan juga merusak kepercayaan Indonesia terhadap Australia, sehingga

peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang menjadi tak berarti banyak

mempengaruhi hubungan bilateral kedua Negara.128

Tindakan penyadapan telepon ini bisa dikategorikan sebagai sebuah

campur tangan Australia pada urusan dalam negeri Indonesia, serta telah

mengingkari prinsip kesamaan derajat (perfect equality states) yang sangat

dijunjung tinggi dalam hubungan internasional. Atas perbuatan Australia,

Pemerintah Indonesia menyampaikan protes keras dan menarik pulang Duta Besar

Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema dari Canberra yang merupakan

langkah normal dalam hubungan antar Negara di saat sebuah Negara merasa

dirugikan Negara lain.129

Tabel 3.B.1 Kunjungan kepala Negara Australia dan Indonesia

128

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 166 129

Ridho Fauzi Situmorang. “Pemutusan Sementara Hubungan Bilateral Antara

Indonesia-Australia Terkait Penyadapan oleh Pemerintah Australia Ditinjau dari Hukum

Internasional”. JOM Fakultas Hukum 2:1 Februari 2015 2

Page 86: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

73

2003 Howard ke Jakarta

2004 Howard ke Jakarta

2005 Howard ke Aceh

2006 Howard ke Batam

2007 Rudd ke Bali

2008 Rudd ke Jakarta dan Aceh

2010 SBY ke Canberra Gillard ke Jakarta

2012 SBY ke Darwin Gillard ke Bali

2013

Rudd ke Jakarta, Bogor Abbott to Jakarta dan Bali

2014 Jokowi ke Brisbane

(pertemuan G20)

Abbott ke Batam Abbott ke Jakarta

2015

Turnbull ke Jakarta

2017 Jokowi ke Sydney

2018 Jokowi ke Sydney

(Pertemuan ASEAN) Morrison ke Jakarta

Sumber: Official visits Indonesia-Australia, tersedia di www.abc.net.au diakses 30

November 2018

Page 87: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

74

BAB IV

ANALISA HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN

INDONESIA PASCA KASUS PENYADAPAN

Pada bab-4 ini, dijelaskan secara menyeluruh mengenai analisis data dan

fakta yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Di dalam bab-bab

sebelumnya dijabarkan data-data yang dapat dijadikan dasar dan dikaitkan satu

sama lain. Lalu fakta-fakta tersebut dikaitkan dengan teori Hubungan

Internasional yang digunakan untuk menganalisis yaitu konsep diplomasi dan

democratic peace theory.

Setelah menelaah sejarah hubungan luar negeri Australia dan Indonesia

serta kejadian penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia dan

juga dampak kejadian tersebut bagi hubungan luar negeri kedua Negara, maka

selanjutnya adalah mengetahui proses normalisasi hubungan luar negeri atas

kejadian penyadapan serta kebijakan luar negeri kedua Negara dalam menyikapi

hal tersebut.

A. Respon Australia dan Indonesia Pasca Kasus Penyadapan

Dalam konsep diplomasi, terdapat salah satu proses atau cara yang sering

dilakukan oleh suatu Negara yaitu negosiasi. Cara ini lebih sering dipakai

daripada bentuk kegiatan diplomasi lainnya, seperti pertemuan-pertemuan,

kunjungan-kunjungan, dan perjanjian-perjanjian. Oleh sebab itu, negosiasi adalah

salah satu teknik dalam konsep diplomasi untuk menyelesaikan konflik serta

Page 88: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

75

perbedaan dalam sebuah hubungan antar Negara dan juga menjaga kepentingan

suatu Negara itu sendiri. Teknik inilah yang digunakan oleh para pemangku

kebijakan dari Negara Australia dan Indonesia dalam menyelesaikan

permasalahan dalam hubungan luar negeri kedua Negara pasca terungkapnya

kasus penyadapan, sebelum berlanjut dengan teknik-teknik diplomasi lainnya.

Pada kasus ini, Indonesia melakukan middle diplomacy dimana Indonesia

walaupun menarik duta besar dari Canberra dan memutus sementara beberapa

kerjasama akan tetapi sekaligus mengajukan perbaikan hubungan luar negeri

dengan Australia.130

Penandatanganan Joint Declaration on Comprehensive Partnership oleh

pemimpin pemerintahan Australia dan Indonesia, yaitu Perdana Menteri John

Howard dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 April 2005 merupakan

langkah yang penting dalam hubungan bilateral Australia-Indonesia, khususnya

dalam bidang keamanan. Dengan diratifikasinya Joint Declaration ini kedua

Negara telah sepakat untuk berkerjasama di seluruh lini, termasuk dalam bidang

keamanan serta intelijen. Dilanjutkan dalam Agreement Between Australia And

The Republic Of Indonesia On The Framework For Security Cooperation yang

disahkan pada 13 November 2006 di Lombok. Hal ini merupakan perwujudan dari

praktik diplomasi melalui teknik perjanjian bilateral.131

130

S.L , Roy, Diplomasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1995). 3 131

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 5

Page 89: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

76

Pasca perjanjian kedua Negara di Lombok, praktik diplomasi lainnya yaitu

kegiatan kunjungan para pemimpin kedua Negara atau tingkatan pejabat tinggi

semakin intensif, berbagai pertemuan tingkat bilateral, regional maupun

internasional sering dilakukan, hal ini berimbas positif pada hubungan bilateral

Australia-Indonesia. Setidaknya hingga 7 tahun setelah Joint Declaration tersebut

disetujui kedua Negara. Pada 2013, muncullah isu jika Presiden, Ibu Negara dan

para pejabat tinggi Indonesia telah disadap oleh intelijen Australia. Oleh karena

itu, citra positif hubungan luar negeri yang telah dibangun kedua Negara itu luntur

karena isu negatif ini.132

Isu penyadapan ini mendapat reaksi keras dalam pemerintah dan juga

masyarakat Indonesia, begitupun reaksi dari masyarakat Australia, karena pula

yang membeberkan isu ini adalah media Australia. Bagaimanapun juga warga

Australia banyak yang berada di Indonesia dan juga sebaliknya. Pemerintah

Indonesia menanggapi isu ini dengan meninjau kembali sejumlah agenda

kerjasama bilateral dengan Australia, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

menginstrusikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa agar menarik Duta Besar

Indonesia untuk Australia yaitu Nadjib Riphat Kesoema kembali ke Jakarta.

Sementara itu Perdana Menteri Australia Tony Abbott menanggapi isu ini dengan

132

Kanupriya Kapoor, “Indonesia's Ties With Australia Turn To Ice Over Phone

Tapping” Reuters 20 November 2013, tersedia di www.reuters.com/article/us-indonesia-

australia/indonesias-ties-with-australia-turn-to-ice-over-phone-tapping-

idUSBRE9AJ08L20131120 diakses pada 29 Oktober 2017

Page 90: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

77

sikap dingin, pasalnya kejadian penyadapan ini terjadi pada 2009, bukan di masa

Tony Abbott memimpin.133

Langkah-langkah diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia nyatanya lebih

agresif dibandingkan Australia. Indonesia dan Australia melakukan langkah-

langkah diplomasi agar perbaikan hubungan luar negeri dilakukan secara bertahap

dan dapat dilakukan secara serius, agar pada masa mendatang kejadian serupa

tidak terulang kembali. Terdapat tiga langkah awal yang ditempuh Indonesia

untuk kasus ini. Langkah pertama, Indonesia menantikan klarifikasi serta

tanggung jawab Australia. Langkah yang kedua, pengkajian ulang agenda

bersama dan diberhentikannya sementara kerjasama dalam pertukaran informasi,

intelijen dan latihan bersama angakatan bersenjata kedua Negara. Langkah yang

ketiga, Indonesia menginginkan adanya semacam kode etik (code of conduct) dan

juga guiding principle dalam kelanjutan hubungan kedua Negara di berbagai

bidang.134

Pada langkah pertama, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

menyurati Perdana Menteri Australia Tony Abbott perihal kasus penyadapan ini,

lalu dibalas oleh Perdana Menteri Tony Abbott dengan jawaban yang sebenarnya

bukan jawaban yang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harapkan. Menurut

PM Tony Abbott, dirinya merasa bahwa tidak memerlukan klarifikasi dan

133

Oliver Laughland, “Indonesia Recalls Canberra Ambassador As Phone-Tapping

Diplomatic Row Grows” The Guardian 18 November 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/nov/18/indonesia-recalls-canberra-ambassador-phone-australia

diakses pada 29 Oktober 2017 134

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

diunduh pada 31 Oktober 2017 2

Page 91: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

78

meminta maaf pada Indonesia, dirinya memandang jika penyadapan itu adalah

untuk kepentingan Negara Australia dan umum dilakukan oleh badan intelijen

Negara-negara lainnya, hanya saja penyadapan ini terungkap ke publik. Kegiatan

diplomasi yang dilakukan antar pemimpin kedua Negara ini merupakan awal dari

penyelesaian kasus yang menimpa hubungan luar negeri kedua Negara.135

Dampak dari kegiatan pada langkah pertama ini berlanjut pada langkah

kedua, yaitu tindakan tegas Presiden Indonesia untuk Pemerintah Australia.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat menyesalkan respon yang diberikan

Perdana Menteri Tony Abbott. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa

bahwa pemerintah Australia sangat meremehkan kasus penyadapan ini, bahkan

enggan untuk mengklarifikasi dan meminta maaf. Setelah berdiskusi dengan wakil

presiden Boediono, para menteri dan pejabat tinggi terkait, Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono menyatakan enam (6) jalan yang akan ditempuh Indonesia

mengenai kasus penyadapan ini, enam (6) jalan itu antara lain;136

1. Presiden menugasi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan utusan khusus

untuk berdiskusi secara mendalam atas kasus ini dengan Menteri Luar Negeri

atau utusan khusus Australia, dan juga mengenai kelanjutan hubungan

bilateral Australia-Indonesia.

135

Kanupriya Kapoor, “Indonesia's Ties With Australia Turn To Ice Over Phone

Tapping” Reuters 20 November 2013, tersedia di www.reuters.com/article/us-indonesia-

australia/indonesias-ties-with-australia-turn-to-ice-over-phone-tapping-

idUSBRE9AJ08L20131120 diakses pada 29 Oktober 2017 136

Prihandoko, “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-respons-sby-terhadap-

surat-balasan-abbott diakses 29 Oktober 2017

Page 92: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

79

2. Setelah terjadi mutual understanding dan mutual agreement kedua belah

pihak, Presiden berharap dilanjutkan kepada pembahasan protokol dan kode

etik kerjasama kedua negara secara lengkap dan mendalam.

3. Presiden memeriksa sendiri draf protokol dan kode etik kerjasama itu akan

kelengkapan dan isinya.

4. Setelah disahkannya draf protokol kode etik ini, Presiden ingin kepala

pemerintahan yang mengesahkannya:Presiden Indonesia Susilo Bambang

Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott.

5. Observasi dan evaluasi harus dilakukan kedua Negara untuk pembuktian

bahwa protocol kode etik itu dijalankan dengn baik.

6. Kerjasama-kerjasama yang sempat terhenti akibat kasus ini dapat dilanjutkan

kembali menyusul telah kembalinya rasa saling percaya diantara Australia dan

Indonesia, berharap di masa yang akan datang tidak terulang kembali kasus

penyadapan ini.

Sementara itu, kegiatan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah

Australia dimulai saat Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop berkunjung ke

Indonesia, kunjungan ini adalah respon atas tuntutan pemerintah Indonesia untuk

menyelesaikan kasus penyadapan ini. Julie Bishop juga telah menyatakan bahwa

menyetujui enam (6) roadmap yang telah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

usulkan, dan akan melakukannya.137

137

Prihandoko, “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-respons-sby-terhadap-

surat-balasan-abbott diakses 29 Oktober 2017

Page 93: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

80

Diplomasi merupakan sebuah praktek perundingan antar Negara di dunia

internasional yang dilaksanakan oleh perwakilan resmi Negara. Dalam kasus

penyelesaian masalah penyadapan ini, Australia dan Indonesia masing-masing

mengirim perwakilannya yaitu Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Keduanya secara intensif bertemu serta

berkomunikasi dan melanjutkan kegiatan diplomasi secara bersama-sama dalam

menyusun rancangan draf kesepahaman Code Of Conduct yang diminta oleh

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua perwakilan ini secara resmi

ditunjuk oleh kepala Negara langsung tanpa gangguan Negara lainnya khusus

untuk merundingkan perbaikan hubungan bilateral setelah menurunnya rasa saling

percaya kedua Negara akibat kasus penyadapan.138

Penyusunan draf Code Of Conduct ini dilakukan oleh kedua Menteri Luar

Negeri bahkan saat pertemuan tingkat multilateral, seperti pertemuan keamanan

nuklir di Hiroshima, Jepang, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) nuklir di Den

Haag, Belanda, dan pertemuan para Menteri Luar Negeri di Meksiko City,

Meksiko. Hal ini menunjukkan bahwa kedua Negara sangat serius dalam

perbaikan hubungan luar negerinya, mengingat kegiatan diplomasi yang sangat

intensif ini.139

138

Teguh Arifiyadi, “Langkah Hukum Jika Disadap Negara Tetangga” Indonesia Cyber

Law Community hukum online, Telekomunikasi dan Teknologi, 22 November 2013 tersedia di

www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5276f8bec3f65/langkah-hukum-jika-disadap-negara-

tetangga diakses 24 Oktober 2017 139

Teguh Arifiyadi, “Langkah Hukum Jika Disadap Negara Tetangga” Indonesia Cyber

Law Community hukum online, Telekomunikasi dan Teknologi, 22 November 2013 tersedia di

www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5276f8bec3f65/langkah-hukum-jika-disadap-negara

tetangga diakses 24 Oktober 2017

Page 94: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

81

Segala kegiatan diplomasi dalam perbaikan hubungan luar negeri Australia

dan Indonesia akhirnya menuai hasil yang positif. Perdana Menteri Tony Abbott

pada akhirnya menanggapi isu ini dengan serius, dalam suratnya yang ia kirim ke

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dirinya menyatakan komitmen jika

Australia di masa depan tidak akan lagi melakukan hal-hal yang dapat merugikan

dan mengganggu stabilitas hubungan bilateral. Langkah ketiga negosiasi yang

telah direncanakan pemerintah Indonesia pun bersambut seiring dengan tanggapan

reaktif dari pemerintah Australia.140

Negosiasi pada pemerintah kedua Negara berjalan lancar, hal ini

diwujudkan dengan setujunya Perdana Menteri Tony Abbott atas usulan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyusun protokol Code Of Conduct yang

baik dan jelas. Perdana Menteri Tony Abbott menyatakan akan menata kembali

hubungan bilateral yang sempat rapuh, termasuk memperbaiki kerjasama bilateral

khususnya dalam bidang intelijen. Keinginan untuk menjaga serta melanjutkan

hubungan bilateral yang sudah terbina sekian lama dengan baik serta kuat dan

juga sedang berkembang kearah yang positif adalah alasan Perdana Menteri Tony

Abbott menanggapi positif perbaikan hubungan ini.141

Salah satu solusi terpenting dalam penyelesaian permasalahan secara

damai adalah jalan diplomasi. Setelah sebelumnya teknik negosiasi yang menjadi

140

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

2 141

R. A. Rizka F. Prabaningtys, “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta: Institute of

International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]: tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id

2

Page 95: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

82

topik utama, kini pertemuan-pertemuan menjadi sangat penting dalam konsep

diplomasi. Dalam penyelesaian isu penyadapan telepon yang sempat mengganggu

hubungan luar negeri Australia dan Indonesia, diharuskan adanya komitmen yang

kuat antara pemimpin kedua Negara. Hal ini yang menjadi topik penting dalam

pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri

Tony Abbott di Batam, Kepulauan Riau. Dalam keterangan pers, pemimpin kedua

Negara menyatakan bahwa langkah-langkah bersama yang telah disepakati

diharapkan agar berjalan dengan baik, serta protokol dan Code Of Conduct dapat

dirampungkan dalam waktu dekat, agar perbaikan hubungan luar negeri dapat

berlangsung secepat mungkin.142

Diplomasi dalam buku Kautilya’s concept of diplomacy : a new

interpretation mengatakan bahwa diplomasi bertujuan untuk mencapai suatu

kepentingan nasional suatu Negara. Pernyataan ini merujuk pada alasan kedua

pemerintah Negara dalam perbaikan hubungan luar negeri pasca kasus ini, dimana

keduanya berharap bahwa peningkatan kerjasama bilateral kedua Negara dapat

berjalan dengan baik. Pada pertemuan kedua pemimpin Negara dibahas juga

selain penyelesaian permasalahan penyadapan yaitu membahas langkah-langkah

kerjasama yang lebih berimbas positif bagi kedua Negara pada bidang-bidang

strategis, seperti ekonomi, perdagangan, pendidikan, investasi dan ketahanan

pangan sampai pembahasan kawasan bersama, perkembangan dan dinamikanya.

Adanya peluang baru untuk meningkatkan kerjasama perlahan segera menutupi

142

Oliver Laughland dan Karima Anjani, “Indonesia and Australia to set up hotline to

contain phone-tapping fallout” The Guardian 5 Desember 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/dec/05/indonesia-australia-hotline-phone-tapping-nsa diakses

pada 29 Oktober 2017

Page 96: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

83

isu penyadapan yang sempat menganggu hubungan bilateral Australia dan

Indonesia, dan kedua pemimpin kedua Negara pun menyepakatinya.143

Diplomasi dapat juga diartikan sebagai sebuah proses interaktif dua arah

antar dua Negara yang mana dilakukan agar mencapai politik luar negeri kedua

Negara. Dalam kasus ini, dua Negara yang dimaksud adalah Negara Australia dan

Indonesia, berusaha agar mencapai politik luar negeri mereka, yaitu dengan

memperbaiki hubungan luar negeri dalam permasalahan penyadapan yang

melibatkan kedua belah pihak. Karena dengan pulihnya rasa saling percaya kedua

Negara, diharapkan adanya peningkatan dalam kerjasama bilateral kedua Negara,

dengan meningkatnya kerjasama kedua Negara maka akan berdampak positif

pada banyak sektor seperti ekonomi, keamanan, budaya, pendidikan dan

teknologi. Oleh karena itu, proses negosiasi dalam kasus ini akan berdampak

besar dalam hubungan luar negeri.144

Politik luar negeri adalah sebuah pokok pikiran dari kebijakan luar negeri

dan diplomasi adalah pelaksanaan dari politik luar negeri, oleh sebab itu politik

luar negeri dan diplomasi berjalan berdampingan. Kegiatan perbaikan hubungan

luar negeri Australia dan Indonesia pasca kasus penyadapan ini adalah sebuah

proses diplomasi yang menjadi perwujudan dari politik luar negeri kedua Negara

dan bermuara pada kebijakan luar negeri Australia dan Indonesia. Nantinya, hasil

dari diplomasi ini yaitu Protokol dan Code Of Conduct menjadi acuan dasar untuk

143

S.L , Roy, Diplomasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1995). 4 144

Watson Adam, The Dialogues Between States, (London: Methuem, 1984) 2

Page 97: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

84

kedua Negara dalam membuat beberapa kebijakan luar negerinya, khususnya

dalam bidang keamanan dan intelijen.145

Diplomasi diantara Negara-negara dalam dunia internasional dapat

mencakup seluruh aspek pada hubungan luar negeri, baik dalam pembuatan

kebijakan luar negeri maupun dalam pelaksanaannya. Usaha Australia untuk

mendapatkan kembali rasa kepercayaan Indonesia yang telah luntur dampak dari

terungkapnya kasus penyadapan adalah sebuah pelaksanaan dari diplomasi, itupun

pula yang dilakukan Indonesia dalam menuntut Australia untuk bertanggungjawab

dalam kasus ini, bahkan pemerintah Indonesia telah membuat langkah-langkah

untuk menyelesaikan kasus ini, sedangkan Australia hanya tinggal menyetujui dan

menjalankan usulan langkah-langkah tersebut yang dikemukakan oleh Presiden

Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Walaupun begitu, tindakan menyetujui

dan menyanggupi dari Perdana Menteri Tony Abbott juga bisa dikatakan sebagai

sebuah proses diplomasi yang positif karena jika terjadi penolakan dari pihak

pemerintah Australia, diplomasi yang positif ini akan berubah menjadi diplomasi

yang negatif, dan tidak berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan.146

Kegiatan diplomasi yang dilakukan kedua Negara dalam normalisasi

hubungan luar negeri ini dapat dikatakan sebagai diplomasi yang aktif. Usulan

dari Presiden Indonesia dan persetujuan serta penyanggupan dari Perdana Menteri

Australia adalah awal dari diplomasi yang aktif ini, artinya kedua Negara memang

benar-benar berkeinginan untuk memperbaiki hubungan luar negeri. Selanjutnya

praktek-praktek diplomasi yaitu negosiasi, pertemuan-pertemuan, dan akhirnya

145

Watson Adam, The Dialogues Between States, (London: Methuem, 1984) 3 146

Shoelhi Mohammad, DIPLOMASI: Praktek Komunikasi Internasional, (Bandung:

Sembiosa Rekatama Media 2011) 7.

Page 98: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

85

terwujud dalam perjanjian perannya tak lepas dari perwakilan resmi yang secara

khusus ditunjuk untuk menyelesaikan kasus ini yaitu kedua Menteri Luar

Negeri.147

Pada akhirnya, tata perilaku untuk kerangka kerjasama keamanan atau

disebut Code Of Conduct on Framework for Security Cooperation telah selesai

disusun dan ditandatangani. Perwujudan ini adalah hasil dari sebuah diplomasi,

yang aktif dilakukan oleh Australia dan Indonesia. Selanjutnya, hubungan luar

negeri antara Australia dan Indonesia diharapkan terbina dengan baik serta kuat

kembali dengan adanya peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang.148

Diplomasi terus berkembang dalam hubungan luar negeri, seiring adanya

ketergantungan suatu Negara terhadap Negara lainnya, dalam hal ini saling

ketergantungan pada Negara Australia dan Indonesia. Ketergantungan suatu

Negara pada Negara lainnya yang semakin tinggi berimbas pada sering terjadinya

konferensi internasional dan pertemuan resmi Negara-negara di kawasan maupun

di tingkat dunia internasional.149

Berkaca dari kasus ini, kedua Negara yang menganut sistem demokrasi

dimana konflik tidak lebih penting dari sebuah kerjasama dalam berbagai bidang,

adanya saling ketergantungan dalam banyak bidang membuat sistem demokrasi

dipandang sebagai sistem yang cocok untuk mencegah perang dari eskalasi

147

Shoelhi Mohammad, DIPLOMASI: Praktek Komunikasi Internasional, (Bandung:

Sembiosa Rekatama Media 2011) 8 148

Lisbet Sihombing “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013 Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di

www.dpr.go.id diunduh pada 26 Oktober 2013 8 149

Shoelhi Mohammad, DIPLOMASI: Praktek Komunikasi Internasional, (Bandung:

Sembiosa Rekatama Media 2011) 10

Page 99: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

86

konflik. Selanjutnya, pada skripsi akan dibahas bagaimana democratic peace

theory berjalan diantara kedua Negara yang mengutamakan jalan damai daripada

eskalasi konflik.

B. Democratic Peace Theory dalam Hubungan Luar Negeri Australia dan

Indonesia

Bagi pendekatan teori liberalisme, democratic peace theory merupakan

salah satu konsep yang sudah terkenal dalam dunia hubungan internasional.

Australia memiliki sistem pemerintahan yang berbasis demokrasi liberal, yang

didasarkan kepada nilai-nilai kebebasan berbicara dan berserikat, toleransi

beragama dan supremasi hukum. Praktik-praktik demokrasi Australia berafiliasi

pada model Inggris dan Amerika Utara dan pada saat yang bersamaan memiliki

ciri khas Australia.150

Indonesia telah menganut demokrasi sejak merdeka, tertuang dalam teks

proklamasi yang mengatasnamakan bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu

demokrasi yang dianut Indonesia berubah-ubah pada praktik dan namanya,

demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, hingga yang

terakhir pasca reformasi 1998 Indonesia menganut demokrasi yang benar-benar

bercermin pada demokrasi yang sudah lama terjadi di Amerika Utara dan Inggris.

Sama seperti Australia, pasca reformasi, nilai-nilai kebebasan berbicara dan

berserikat serta supremasi hukum sudah dianut pada demokrasi di Indonesia,

dengan ciri khas Indonesia.151

150

Dunne, T., Liberalismee. In J. Baylis, & S. Smith, The Globalization of World Politcs:

an Introduction to International Relations (New York: Oxford University Press, 2005) 183 151

Priyambudi Sulistiyanto. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science , 45 (1) Juli 2010,

Page 100: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

87

Nilai-nilai utama liberalisme tentang keadilan, kebebasan, norma-norma,

dan order menghadirkan suasana yang berbanding terbalik, jika dibandingkan

dengan pandangan realisme tentang interaksi antar aktor dunia internasional.

Gagasan utama realisme yaitu Negara selalu identik dengan konflik, perang dan

struktur yang anarki. Nilai utama liberalisme tertuang dalam demokrasi yang

dianut oleh Negara Australia dan Negara Indonesia, dimana democratic peace

theory menurut para ahli liberalisme berpandangan bahwa sesama Negara

demokrasi memiliki kemungkinan kecil akan berperang diantara kedua Negara.152

Dalam buku “Perpetual Peace” karangan Immanuel Kant, dirinya

mengatakan bahwa hanya liberalisme yang bisa menciptakan kedamaian di antara

Negara-negara dunia. Hal ini lanjutnya ia menjelaskan, karena Negara-negara

yang menganut liberal khususnya dengan sistem demokrasi lebih pasif dengan

sesama Negara liberal lainnya mengenai konflik dan perang. Hal ini yang

mendasari democratic peace theory berpengaruh pada kasus penyadapan yang

dilakukan Australia terhdap Indonesia, dimana konflik yang terjadi tidak

mengalami eskalasi dan juga perang.153

Dalam liberalisme, persatuan Negara-negara yang terikat pada perjanjian

internasional cenderung lebih efektif agar bisa menciptakan perdamaian. Apabila

dibandingkan dengan adanya sebuah institusi suprastate dan pemerintahan dunia

yang secara superpower mengawasi perdamaian antar Negara. Dalam hal ini,

[jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&needAccess=true

diunduh pada 30 Oktober 2017 120 152

M. Doyle .”Liberalismee and World Politics”. The American Political Science Review,

Januari 1986 1151 153

Immanuel Kant. Perpetual Peace.(New York: Liberal Arts Press 1903) 30

Page 101: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

88

Australia dan Indonesia sebelumnya sudah memiliki sebuah traktat atau perjanjian

yang biasa disebut Traktat Lombok. Dalam perjanjian ini diatur mengenai

kerjasama dalam berbagai bidang, diantaranya intelijen dan militer. Dikarenakan

intelijen Australia yang secara jelas melanggar traktat ini dengan melakukan

penyadapan, otomatis perjanjian yang telah dibuat harus di-review kembali karena

mengalami kegagalan di bidang ini.154

Immanuel Kant mengatakan bahwa dalam hubungan internasional, Negara

liberal pasifis akan konflik dengan Negara liberal lainnya. Dirinya juga

menganggap bahwa Negara liberal lebih makmur jika dibandingkan dengan para

Negara yang menganut sistem otoritarian.155

Dalam hal ini sistem demokrasi

mempunyai pengaruh besar dalam hubungan Australia dan Indonesia, dimana

sudah kerap kali Australia dan Indonesia terlibat dalam konflik namun selalu

diakhiri dengan jalan damai, terbukti dengan hubungan yang cukup harmonis

diantara kedua Negara yang berdekatan secara geografis ini. Walaupun

mengalami pasang surut hubungan kedua Negara positif setelah berakhirnya

sebuah konflik, dibuktikan dengan beberapa perjanjian-perjanjian dan kerjasama

dalam berbagai bidang.156

Pemikiran Immanuel Kant mengenai demokrasi liberal yang dicetuskan

dua abad silam kemudian seperti lahir kembali pada 1980-an. Pemikiran Kant

154

Noor Fatimah Mediawati. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal Directorate)”., JOM

UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee

diunduh pada 26 Oktober 2017 173 155

Immanuel Kant. Perpetual Peace.(New York: Liberal Arts Press 1903) 35 156

M. Doyle. .”Liberalismee and World Politics”. The American Political Science

Review, Januari 1986 1153

Page 102: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

89

cukup banyak mempengaruhi sejumlah pakar dalam hubungan internasional, yang

biasa disebut sebagai Kantian. Dari para pemikir yang mengikuti jalan pemikiran

liberal dan Immanuel Kant lahirlah konsep democratic peace theory.157

Democratic peace theory bertanggung jawab atas kasus yang menimpa Australia

dan Indonesia, dengan jalan diplomasinya Australia dan Indonesia mampu

meredakan suatu konflik yang ada dan mencegah eskalasi konflik. Meredanya

konflik diantara kedua Negara dikarenakan kedua Negara yang menganut sistem

demokrasi, karena kerugian akibat putusnya hubungan kedua Negara lebih banyak

dibandingkan hanya mengatasnamakan sebuah kedaulatan sehingga menimbulkan

perang yang dipastikan sangat merugikan kedua Negara.158

Salah satu „Kantian‟ yaitu Michael Doyle menyatakan bahwa Negara-

negara liberal telah membentuk perdamaian yang terpisah satu dengan yang

lainnya. Berkaca dari kasus penyadapan yang menimpa Indonesia, dengan

tindakan Australia, maka Negara penganut demokrasi memang tidak bisa terlepas

dari sebuah konflik. Doyle membagi Negara-negara demokrasi menjadi dua

macam yaitu peace-prone dan war-prone. Peace-prone merupakan istilah dari

Negara yang memiliki kecenderungan untuk berdamai, sedangkan war-prone

adalah sebaliknya, memiliki kecenderungan untuk berperang. Dari penjelasan

Michael Doyle, demokrasi yang dianut Australia dan Indonesia dapat

157

M. Doyle. .”Liberalismee and World Politics”. The American Political Science

Review, Januari 1986 1155 158

Michael Tomz, et., al. “Public Opinion and Democratic Peace”. American Political

Review 107, No 4. Mei 2013 851

Page 103: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

90

dikategorikan sebagai peace-prone, karena kedua Negara memilih untuk

mengakhiri konflik dengan jalan perdamaian.159

Sejumlah fenomena yang terjadi pasca Perang Dingin menjadi sumber dari

democratic peace theory bagi pendekatan liberalisme terutama mengenai isu

keamanan internasional. Australia dan Indonesia akhirnya setelah kasus

penyadapan menandatangani Tata Perilaku untuk Kerangka Kerjasama Keamanan

atau Code of Conduct on Framework for Security Cooperation. Pada kesepakatan

tersebut dimana isu keamanan menjadi isu utama, berisi antara lain untuk tidak

melakukan hal-hal yang dapat merugikan kedua Negara termasuk penyadapan.

Dengan ditandatanganinya Code of Conduct, dengan demikian menjadi sebuah

langkah maju dalam proses perbaikan secara menyeluruh hubungan bilateral

Australia dan Indonesia pasca terjadinya kasus penyadapan.160

Menurut para penggagas democratic peace theory, kekerasan dan perang

antarnegara demokratis bisa diminimalisir bahkan tidak dapat terjadi. Democratic

peace theory melahirkan pemikiran bahwa demokrasi bisa menciptakan

perdamaian bagi sesama Negara yang demokratis pula. Oleh karena itu, dengan

penandatanganan Code of Conduct perdamaian kembali antara Australia dan

Indonesia terwujudkan. Maka komunikasi antara angkatan bersenjata kedua

Negara bisa pulih seperti semula dan kerjasama yang sempat berhenti bisa

dilanjutkan kembali. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan

159

M Doyle. .”Liberalismee and World Politics”. The American Political Science

Review, Januari 1986 1157 160

J. Bayliss. International and Global Security in The Post-Cold War Era. In J. Baylis,

& S. Smith, The Globalization of World Politics: an Introduction to International Relations . New

York: Oxford University Press. 2005 297

Page 104: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

91

bahwa protokol ini merupakan perwujudan dari bentuk rasa saling menghormati

atas kepentingan nasional masing-masing.161

Perang dan kekerasan dapat diminimalisir atau bahkan tidak terjadi antara

Negara demokratis, dikarenakan negara-negara demokratis telah terikat oleh nilai-

nilai, serta adanya perjanjian-perjanjian internasional yang harus dipatuhi.

Bahkan dalam kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia,

Australia masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan

Indonesia. Hal itu tak lepas dari prinsip-prinsip dalam Traktat Lombok yang telah

menjadi prinsip kerjasama bagi Indonesia dan Australia. Prinsip-prinsip itu antara

lain:162

1. Kesetaraan dan saling menguntungkan.

2. Saling menghargai dan mendukung kedaulatan, integritas wilayah, kesatuan

nasional, dan kemerdekaan politik.

3. Tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.

4. Tidak mendukung oleh orang dan/atau lembaga, yang mengancam stabilitas,

kedaulatan dan/atau integritas wilayah pihak lain, termasuk menggunakan

wilayahnya untuk melakukan kegiatan separatisme.

5. Menyelesaikan sengketa secara damai.

6. Tidak menggunakan ancaman atau menggunakan tindakan kekerasan.

161

Pugh, J. Democratic Peace Theory: A Review and Evaluation., from Center for

Mediation, Peace, and Resolution of Conflict, International: April 2005 2 tersedia di

https://www.cemproc.org/democraticpeaceCWPS.pdf diunduh 2 November 2017 162

Retno Ayu Debora Marsaulina. Jurnal Analisis Hubungan Internasional: Signifikasi

Lombok Treaty Terhadap Kerjasama Pertahanan Indonesia-Australia. Tersedia di

http://journal.unair.ac.id/article_4360_media131_category8.html diunduh 2 Novemer 2017 3

Page 105: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

92

Dapat dilihat dari poin (5) bahwa jika ada sengketa atau konflik maka

harus diselesaikan secara damai.

Dalam kasus di atas, negara-negara yang demokratis yaitu Australia dan

Indonesia akan cenderung menggunakan jalur non militer. Untuk mencapai suatu

kepentingannya ataupun ketidaksetujuannya dengan cara negosiasi dan diplomasi.

Dengan jalan diplomasi dan negosiasi, perbaikan hubungan luar negeri berjalan

lancar dan berakhir dengan damai kembali antara Australia dan Indonesia. Oleh

karena itu, berdasarkan dari kedua konsep dan teori yaitu konsep diplomasi dan

democratic peace theory maka kebijakan luar negeri Australia dan Indonesia

adalah memperbaiki hubungan luar negeri dan mengembalikan rasa saling

percaya melalui jalan diplomasi yang berakhir pada hasil yaitu ditandatanganinya

Code Of Conduct (COC).

Code Of Conduct yang dimaksud berisi antara lain:163

1. Indonesia dan Australia tidak akan menggunakan setiap intelijen mereka

termasuk kapasitas penyadapan atau sumber-sumber daya lainnya dengan

cara-cara yang dapat merugikan kepentingan dari pihak.

2. Para pihak akan mendorong kerjasama intelijen antara lembaga-lembaga dan

badan-badan relevan sesuai dengan hukum dan peraturan internasional

masing-masing.

163

“Kesepahaman Bersama Mengenai Suatu Tata Perilaku antara RI dan Australia dalam

Pelaksaan Perjanjian antara RI dan Australia tentang Kerangka Kerjasama Keamanan (Lombok

Traktat).” tersedia di http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/5554_AUS-2014-0212.pdf 1

Page 106: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

93

Sebagai penjagaan atas kode etik ini, maka kedua Menteri Luar Negeri,

pada kepala badan intelijen dan para pihak terkait bertemu secara berkala secara

tahunan dan berkonsultasi mengenai hal ini.164

164

“Kesepahaman Bersama Mengenai Suatu Tata Perilaku antara RI dan Australia dalam

Pelaksaan Perjanjian antara RI dan Australia tentang Kerangka Kerjasama Keamanan (Lombok

Traktat).” http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/5554_AUS-2014-0212.pdf 2

Page 107: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

94

BAB V

KESIMPULAN

Hubungan luar negeri Australia dengan Indonesia pasca kasus penyadapan

berjalan normal kembali setelah ditandatanganinya Code of Conduct dengan

mengacu pada Lombok Treaty/Traktat Lombok. Hal ini tak terlepas dari peran

diplomasi dalam perbaikan hubungan luar negeri antara Australia dan Indonesia,

yang mengutamakan pemecahan konflik secara damai dan juga pengaruh dari

sistem politik demokrasi yang dianut oleh kedua Negara yang lebih

mengedepankan kerjasama.

Peran diplomasi sangat terlihat dalam upaya Australia dan Indonesia untuk

kembali dalam jalur kerjasama yang sudah dilakukan sejak dahulu. Dengan

negosiasi yang tepat dan juga aktifnya para pemimpin pemerintahan dalam kasus

ini membuat diplomasi berjalan lancar, dan peran para Menteri Luar Negeri dan

juga para diplomat dalam kasus ini patut untuk dibanggakan.

Kegiatan diplomasi yang dilakukan kedua Negara dalam normalisasi

hubungan luar negeri ini dapat dikatakan sebagai diplomasi yang aktif. Usulan

dari Presiden Indonesia dan persetujuan serta penyanggupan dari Perdana Menteri

Australia adalah awal dari diplomasi yang aktif ini, artinya kedua Negara memang

benar-benar berkeinginan untuk memperbaiki hubungan luar negeri. Selanjutnya

praktek-praktek diplomasi yaitu negosiasi, pertemuan-pertemuan, dan akhirnya

Page 108: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

95

terwujud dalam perjanjian perannya tak lepas dari perwakilan resmi yang secara

khusus ditunjuk untuk menyelesaikan kasus ini yaitu kedua Menteri Luar Negeri.

Demokrasi sangat berpengaruh pada hubungan kedua Negara. Dari

banyaknya konflik antar kedua Negara yaitu Australia dan Indonesia, dapat

dipastikan akan kembali normal hubungan luar negerinya. Hal itu tak terlepas dari

asumsi democratic peace theory yang mengatakan bahwa kedua Negara yang

menganut demokrasi sulit untuk berkonflik dan berperang, oleh karena itu

hubungan Australia dan Indonesia bisa dianggap sebagai love-hate relationship.

Dalam kasus ini, negara-negara yang demokratis yaitu Australia dan

Indonesia memilih menggunakan jalur non militer. Untuk mencapai suatu

kepentingannya ataupun ketidaksetujuannya dengan cara negosiasi dan diplomasi.

Dengan jalan diplomasi dan negoisasi, perbaikan hubungan luar negeri berjalan

lancar dan berakhir dengan damai kembali antara Australia dan Indonesia. Oleh

karena itu, berdasarkan dari kedua konsep dan teori yaitu konsep diplomasi dan

democratic peace theory maka kebijakan luar negeri Australia dan Indonesia

adalah memperbaiki hubungan luar negeri dan mengembalikan rasa saling

percaya melalui jalan diplomasi yang berakhir pada hasil yaitu ditandatanganinya

Code Of Conduct (COC).

Page 109: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adolf, Huala. Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, (Jakarta: Rajawali

Press, 1990)

Bhakti, Ikrar Nusa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri Dan

Pertahanan Australia, Dalam Kebijakan Luar Negeri Dan Pertahanan

Australia (Jakarta:LIPI, 2001)

Evans, Gareth. Australia’s Foreign Relations (Melbourne: Melbourne University

Press, 1991)

Kristian. Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia,

(Bandung: Nuansa Aulia, 2013)

Malhotra, Vinay Kumar. International Relations. (New Delhi: Anmol Publications

Pvt. Limited, 2002)

Mansur, Didik M. Arief dan Elisatris Gultom. Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi

Informasi (Bandung: Refka Aditama, 2005)

Snow, D.M., Cases in International Relations: Portraits of The Future, (New York:

Longman, 2003)

Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasiona,l (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)

Suryokusumo, Sumaryo. Teori dan Kasus Hukum Diplomatik, (Bandung: Alumni

Press, 2005)

Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar. Hukum Internasional Kontemporer,

(Bandung: Refika Aditama, 2006)

Widagdo, Setyo dan Hanif Nur W., Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2008)

Jurnal:

Adinsa, Dima. “Penyadapan Alat Telekomunikasi Presiden Republik Indonesia Oleh

Pemerintah Australia Ditinjau Dari Hukum Internasional”. Jurusan Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar. 2014

Page 110: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xv

Bhakti, Ikrar Nusa. “Kilas Balik Hubungan Indonesia-Australia dan Prospeknya di

Masa Akan Datang” Profil Indonesia: Jurnal Tahunan CIDES 15:2 (Mei

1996)

Birahayu, Dita. “Penyelesaian Yuridis Tentang Penyadapan Sebagai Bagian Dari

Kegiatan Spionase Yang Dikategorikan Dalam Pelanggaran Kekebalan

Diplomatik” Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya. 2015

Saputra, Dodi. “Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menyikapi Tindakan

Penyadapan Oleh Australia” JOM FISIP 1:2 Oktober 2014 Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Riau. 2014 1-13

Setyawati, Siti Muti‟ah dan Dafri Agussalim, “Security Complex Indonesia-Australia

dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara” Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik FISIPOL UGM 19:2 (November 2015): 111-124

Situmorang, Ridho Fauzi. “Pemutusan Sementara Hubungan Bilateral Antara

Indonesia-Australia Terkait Penyadapan oleh Pemerintah Australia Ditinjau

dari Hukum Internasional”. JOM Fakultas Hukum 2:1 Februari 2015

Zulkarnain, Rofi‟a. “Tindakan Spionase Melalui Penyadapan Antar Negara Sebagai

Cybercrime” JOM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Mei 2014) 1-12

Dokumen Elektronik:

Arifiyadi, Teguh “Langkah Hukum Jika Disadap Negara Tetangga” Indonesia Cyber

Law Community hukum online, Telekomunikasi dan Teknologi, 22 November

2013 tersedia di

www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5276f8bec3f65/langkah-hukum-

jika-disadap-negara-tetangga diakses 24 Oktober 2017

Ball, Desmond. “Chapter 6: An Australian Cyber-Warfare Centre,” dalam [buku on-

line]:, ” Gary Waters, Desmond Ball dan Ian Dudgeon Australia and Cyber-

warfare. (Canberra: ANU Press, 2008) tersedia di

www.jstor.org/stable/j.ctt24h2tt.12 diunduh pada 25 Oktober 2017 119-148

Brissenden, Michael. “Australia Spied On Indonesian President Susilo Bambang

Yudhoyono, Leaked Edward Snowden Documents Reveal” Australia

Broadcasting Corporation, 5 Desember 2014, tersedia di

https://www.abc.net.au/news/2013-11-18/australia-spied-on-indonesian-

president,-leaked-documents-reveal/5098860 diakses pada 29 Oktober 2017

Page 111: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xvi

Chalk, Peter. “Australia and Indonesia: Rebuilding Realtions After East Timor”

Contemporary Southeast Asia 23:2 Agustus 2001 Singapura: Institute of

Southeast Asian Studies [jurnal online]; tersedia di

www.jstor.org/stable/25798544 diunduh pada 26 Oktober 2017 233-253

Demarest, Lt. Col. Geoffrey B. “Espionage in International Law” 24 Denv. Journal

International Law & Policy 321 (1995-1996) [jurnal online]: tersedia di

www.heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/denilp24&div=

18&id=&page= diakses pada 24 Oktober 2017

Downer, Alexander. “Australia‟s Foreign Policy: Advancing Our National Interest”,

Speech To The Joint Services Staff College, Canberra, 5 Maret 1988, tersedia

di www.dfat.gov.au/media/speeches/foreign/1988/jscc5mar98.html diakses

pada 28 Oktober 2017

DuPont, Alan. “The Australia-Indonesia Security Agreement” The Australian

Quarterly 68:2 Desember 1996 Sydney: Australian Institute of Policy and

Science [jurnal online]: tersedia di www.jstor.org/stable/20634725 diunduh

pada 26 Oktober 2017 49-62

Evans, Gareth. “The Stayle of Australian Foreign Policy” address to the Fabian

Society Remembrance Day Dinner by Senator Gareth Evans, Minister for

Foreign Affairs and Trade, tersedia di

www.members.aol.com/garethmp/STAYLE.html diakses pada 28 Oktober

2017

Financial Times.com, “Foreign Policy: Uncertainly Over Regional Role”, Australia

2000 tersedia di www.ft.com/tsurveys/country/sced16htm diakses pada 28

Oktober 2017

Hill, Hal. “Australia and Indonesia: Challenges and Opportunities in a „small‟

Economic Relationship” ASEAN Bulletin 6:3 Maret 1990 Singapura: Institute

of Southeast Asian Studies [jurnal online]; tersedia di

www.jstor.org/stable/25770266 diunduh pada 25 Oktober 2017 283-306

Jupp, James. “Ethnic Voting and Asylum Issues” dalam [buku online]: Carol

Johnson, John Wanna and Hsu-Ann Lee, ed. Abbott’s Gambit: The 2013

Australian Federal Election, (Canberra: ANU Press, 2015) tersedia di

www.jstor.org/stable/j.ctt13wwvm6.24 diunduh pada 26 Oktober 2017 323-

339

Page 112: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xvii

Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/spionase diakses

pada 24 Oktober 2017

Kapoor, Kanupriya. “Indonesia's Ties With Australia Turn To Ice Over Phone

Tapping” Reuters 20 November 2013, tersedia di www.reuters.com/article/us-

indonesia-australia/indonesias-ties-with-australia-turn-to-ice-over-phone-

tapping-idUSBRE9AJ08L20131120 diakses pada 29 Oktober 2017

Karunaratne, Neil Dias. “Prospects for Stronger Australia-Inonesia Economic Ties”

Asian Survey 22:3 Maret 1982 Los Angeles: University of California Press

[jurnal online]; tersedia di www.jstor.org/stable/2644031?seq=1&cid=pdf-

reference#references_tab_contents diunduh pada 25 Oktober 2017 292-303

Laughland, Oliver dan Karima Anjani, “Indonesia and Australia to set up hotline to

contain phone-tapping fallout” The Guardian 5 Desember 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/dec/05/indonesia-australia-hotline-phone-

tapping-nsa diakses pada 29 Oktober 2017

Laughland, Oliver. “Indonesia Recalls Canberra Ambassador As Phone-Tapping

Diplomatic Row Grows” The Guardian 18 November 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/nov/18/indonesia-recalls-canberra-

ambassador-phone-australia diakses pada 29 Oktober 2017

Mediawati, Noor Fatimah. “Penyadapan : Delik Politik Yang Menciderai Negara

Hukum Modern (Studi Kasus Penyadapan Sby Oleh Asd/Australian Signal

Directorate)”., JOM UMSIDA 1:2 Juni 2014 [jurnal online]: tersedia di

www.ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee diunduh pada 26 Oktober 2017

163-174

Nabbs-Keller, Greta. “Reforming Indonesia‟s Foreign Ministry: Ideas, Organization

and Leadership” Contemporary Southeast Asia 35:1 April 2013 Singapura:

Institute of Southeast Asian Studies [jurnal online]; tersedia di

www.jstor.org/stable/43281239 diunduh pada 25 Oktober 2017 56-82

Oliver, Laughland. “Indonesia Stops People-Smuggling Help Over Australian Phone-

Tap Revelations” The Guardian 20 November 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/nov/20/australia-promises-to-stop-tapping-

indonesian-politicians-phones diakses pada 29 Oktober 2017

Prabaningtyas, R. A. Rizka F. “Indonesia-Australia: Menguji Persahabatan di Tengah

Konflik Penyadapan”, Commentaries Issues 20:1 Desember 2013 Yogyakarta:

Page 113: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xviii

Institute of International Studies Universitas Gajah Mada [Jurnal online]:

tersedia di www.iis.fisipol.ugm.ac.id 1-2

Prihandoko. “6 Respon SBY terhadap Surat Balasan Abbot”. Tempo 26 November

2013 tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2013/11/26/118532664/6-

respons-sby-terhadap-surat-balasan-abbott diakses pada 29 Oktober 2017

Pugh, Jeffrey. Democratic Peace Theory: A Review and Evaluation. from Center for

Mediation, Peace, and Resolution of Conflict, International, April 2005:

https://www.cemproc.org/democraticpeaceCWPS.pdf diunduh pada 2

November 2017

Santamaria, B. A. “Australia‟s Foreign Policy” Asian Affairs 4:3 Januari Februari

1977 Oxford: Taylor and Francis, Ltd. [jurnal online] tersedia di

www.jstor.org/stable/30171468 diunduh pada 25 Oktober 2017 141-150

Sihombing, Lisbet. “Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia-Australia pasca

Hukuman Mati Chan dan Sukumaran” Info Singkat; Hubungan Internasional

7:9 Mei 2015 Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi

Sekretariat Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di www.dpr.go.id

diunduh pada 26 Oktober 2013 5-8

Sihombing, Lisbet. “Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan

Australia” Info Singkat; Hubungan Internasional 5:21 November 2013

Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat

Jenderal DPR-RI [jurnal online]; tersedia di www.dpr.go.id diunduh pada 26

Oktober 2013 5-8

Sulistyanto, Priyambudi. “Indonesia-Australia Relations in the Era of Democracy:

The View from the Indonesian Side”. Australian Journal of Political Science ,

45 (1) Juli 2010, [jurnal online]: tersedia di

www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10361140903517742?scroll=top&nee

dAccess=true 117-132.

Taylor, Lenore. “Anger In Indonesia Over 'Illegal' Australian Phone Tapping

Attempt”, The Guardian 18 November 2013, tersedia di

www.theguardian.com/world/2013/nov/18/angry-reaction-in-indonesia-to-

news-of-illegal-australian-phone-tapping diakses pada 29 Oktober 2017

Page 114: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xix

Joint Understanding on a code of conduct between the Republic of Indonesia and Australia in implementation of the agreement between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation ("The Lombok Treaty")165

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia (hereinafter referred to as the "Parties");

Reaffirming and pursuant to the Agreement Between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation of 13 November 2006 ("The Lombok Treaty");

Building upon the purposes and principles enshrined in Articles 1 and 2 of the Lombok Treaty;

Reaffirming also the purposes and principles of the Charter of the United Nations;

Reaffirming further the human rights and fundamental freedoms enshrined in the Universal Declaration of Human Rights and relevant international human rights treaties;

Have agreed on the following Joint Understanding on a code of conduct:

1. The Parties will not use any of their intelligence, including surveillance capacities, or other resources, in ways that would harm the interests of the Parties.

2. The Parties will promote intelligence cooperation between relevant institutions and agencies in accordance with their respective national laws and regulations.

In implementation of the above and within the framework of the annual meeting of the Ministers for Foreign Affairs of the Parties, the Heads of intelligence agencies of the Parties shall meet and consult on a regular basis.

This Joint Understanding on a code of conduct will come into effect upon signing.

Done at Bali on 28th of August 2014 in 2 (two) original copies in both Indonesian and English languages, each text being equally authentic. In case of divergence in the interpretation, the English text shall prevail.

165

https://dfat.gov.au/geo/indonesia/Pages/code-of-conduct-indonesia-and-australia-on-the-

framework-for-security-cooperation.aspx diakses pada 18 Mei 2019

Page 115: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xx

FOR THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

[SIGNED]

R.M. MARTY M. NATALEGAWA

MINISTER FOR FOREIGN AFFAIRS

FOR THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

[SIGNED]

THE HON JULIE BISHOP MP

MINISTER FOR FOREIGN AFFAIRS

Page 116: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xxi

UN Draft on Privacy166

The General Assembly,

Reaffirming the purposes and principles of the Charter of the United Nations,

Reaffirming the human rights and fundamental freedoms enshrined in the Universal Declaration of Human Rights and relevant international human rights treaties, including the International Covenant on Civil and Political Rights and the International Covenant on Economic,Social and Cultural rights,

Reaffirming also the Vienna Declaration and Programme of Action,

Noting that the exercise of human rights, in particular the right to privacy on the Internet, is an issue of increasing interest and importance as the rapid pace of technological developmentenables individuals in all regions to use new information and communications technologies [A/HRC/RES/20/8], and at the same time enhances the capacity of Governments, companies and individuals for surveillance, decryption and mass data collection, which may severely intrudewith a person’s right to privacy,

Welcoming the report of the Special Rapporteur on the promotion and protection of the right to freedom of opinion and expression submitted to the Human Rights Council at its twenty third session, on the implications of the surveillance of private communications and the indiscriminate interception of the personal data of citizens on the exercise of the human right to privacy,

Reaffirming the human right of individuals to privacy and not to be subjected to arbitrary or unlawful interference with their privacy, family, home or correspondence, and the right to enjoy protection of the law against such interferences and attacks [new, based on article 17 of theICCPR] , and recognizing that the exercise of the right to privacy is an essential requirement for the realization of the right to freedom of expression and to hold opinions without interference, and one of the foundations of a democratic society [new, based on the report A/HRC/23/40 (para24) of the Special Rapporteur],

Noting that while concerns about national security and criminal activity may justify the gathering and protection of certain sensitive information, States

166

UN draft resolution against US espionage, tersedia di https://www.voltairenet.org/article180783.html diakses 20 Mei 2019

Page 117: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xxii

must ensure full compliance with international human rights [statement of the High Commissioner for Human Rights, NaviPillay, on September 20th, 2013],

Emphasizing that illegal surveillance of private communications and the indiscriminate interception of personal data of citizens constitutes a highly intrusive act that violates the rights to freedom of expression and privacy and threatens the foundations of a democratic society [new,based on the report A/HRC/23/40 (para 81) of the Special Rapporteur],

Deeply concerned at human rights violations and abuses that may result from the conduct of extra-territorial surveillance or interception of communications in foreign jurisdictions [new,based on the report A/HRC/23/40 (para 87) of the Special Rapporteur],

Recalling that States must ensure that measures taken to counter terrorism comply with international law, in particular international human rights, refugee and humanitarian law [A/HRC/RES/19/19, OP1],

Stressing also the importance of the full respect for the freedom to seek, receive and impart information, including the fundamental importance of access to information and democratic participation [PP6 of A/HRC/RES/12/16, Freedom of opinion and expression],

1. Reaffirms the rights contained in the International Covenant on Civil and Political Rights, inparticular the right to privacy and not to be subjected to arbitrary or unlawful interference with privacy, family, home or correspondence, and the right to enjoy protection of the law against such interference or attacks, in accordance with article 12 of the Universal Declaration of Human Rights and article 17 of the International Covenant on Civil and Political Rights [new] ;

2. Recognizes the global and open nature of the Internet as a driving force in acceleratingprogress towards development in its various forms [OP2 of A/HRC/RES/20/8] ;

3. Affirms that the same rights that people have offline must also be protected online, in particular the right to privacy, including in the context of the surveillance of communications [based onOP1 of A/HRC/RES/20/8] ;

4. Calls upon all States : (a) To respect and ensure the respect for the rights referred to in paragraph 1 above [new, based on OP4a) of A/HRC/RES/12/16] ; (b) To take measures to put an end to violations of these rights and to create the conditions to prevent such violations, including by ensuring that relevant national legislation complies with their international human rights obligations

Page 118: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

xxiii

and is effectively implemented [new, based onOP4b) of A/HRC/RES/12/16] ; (c) To review their procedures, practices and legislation regarding the extra-territorial surveillance of private communications and interception of personal data of citizens in foreign jurisdictions with a view towards upholding the right to privacy and ensuring the full and effective implementation of all their obligations under international human rights law [based on the reportA/HRC/23/40 (paras 64 and 83) of the Special Rapporteur] ; (d) To establish independent oversight mechanisms capable to ensure transparency and accountability of State surveillance of communications [based on the report A/HRC/23/40 (para93) of the Special Rapporteur] ;

5. Requests the United Nations High Commissioner for Human Rights to present an interim report on the issue of human rights and indiscriminate surveillance, including on extra-territorial surveillance, to the General Assembly at its sixty-ninth session, and a final report at its seventieth session, with views and recommendations, to be considered by Member States, with the purpose of identifying and clarifying principles, standards and best practices on the implications for human rights of indiscriminate surveillance [new] ;

6. Decides to examine the question on a priority basis at its sixty-ninth session, under the sub-item entitled "Human rights questions, including alternative approaches for improving the effective enjoyment of human rights and fundamental freedoms" of the item entitled "Promotion and protection of human rights" [new] ."

Page 119: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

AGREEMENT BETWEEN

AUSTRALIA

AND

THE REPUBLIC OF INDONESIA

ON THE FRAMEWORK FOR SECURITY COOPERATION

Mataram, Lombok: 13 November 2006

Entered into force: 7 February 2008

AUSTRALIAN TREATY SERIES [2008] ATS 3

National Interest Analysis reference: [2006] ATNIA 43

Page 120: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

AGREEMENT

BETWEEN AUSTRALIA AND THE REPUBLIC OF INDONESIA ON THE FRAMEWORK FOR SECURITY COOPERATION

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia (hereinafter referred to as the ‘Parties’) Reaffirming the sovereign equality of the Parties, their faith in the purposes and principles of the Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all peoples and all governments; Reaffirming the commitment to the sovereignty, unity, independence and territorial integrity of both Parties, and the importance of the principles of good neighbourliness and non-interference in the internal affairs of one another, consistent with the Charter of the United Nations; Recognising that both Parties are democratic, dynamic and outward-looking members of the region and the international community; Recognising also the new global challenges, notably from international terrorism, traditional and non-traditional security threats; Recognising further the importance of continued and enhanced cooperation in meeting the challenges posed by international terrorism and transnational crime; Determined to work together to respond to these new challenges and threats; Determined also to maintain and strengthen bilateral cooperation and regular dialogue including established regular discussions on strategic, defence, intelligence, law enforcement and other matters; Determined further to maintain and strengthen the long-standing political, economic, social and security cooperation which exist between the two Parties, and their common regional interests and ties, including the stability, progress and prosperity of the Asia-Pacific region; Recognising the value of bilateral agreements and arrangements between the two countries since 1959 including the major bilateral instruments on security that have provided a strong legal framework for both countries in dealing with various security threats and issues as well as the importance of existing dialogues and cooperation through the Indonesia Australia Ministerial Forum (IAMF); Emphasizing also the importance of working together through regional and international fora on security matters to contribute to the maintenance of international peace and security; Determined to comply in good faith with their obligations under generally recognized principles and rules of international law;

Page 121: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

Adhering to their respective laws and regulations; Have agreed as follows:

ARTICLE 1 PURPOSES

The main objectives of this Agreement are: 1. to provide a framework for deepening and expanding bilateral cooperation

and exchanges as well as to intensify cooperation and consultation between the Parties in areas of mutual interest and concern on matters affecting their common security as well as their respective national security.

2. to establish a bilateral consultative mechanism with a view to encouraging

intensive dialogue, exchanges and implementation of co-operative activities as well as strengthening institutional relationships pursuant to this Agreement.

ARTICLE 2 PRINCIPLES

In their relations with one another, the Parties shall be guided by the following fundamental principles, consistent with the Charter of the United Nations, 1. Equality, mutual benefit and recognition of enduring interests each Party has

in the stability, security and prosperity of the other; 2. Mutual respect and support for the sovereignty, territorial integrity, national

unity and political independence of each other, and also non-interference in the internal affairs of one another;

3. The Parties, consistent with their respective domestic laws and international

obligations, shall not in any manner support or participate in activities by any person or entity which constitutes a threat to the stability, sovereignty or territorial integrity of the other Party, including by those who seek to use its territory for encouraging or committing such activities, including separatism, in the territory of the other Party;

4. The Parties undertake, consistent with the Charter of the United Nations, to

settle any disputes that might arise between them by peaceful means in such a manner that international peace, security and justice are not endangered;

5. The Parties shall refrain from the threat or use of force against the territorial

integrity or political independence of the other, in accordance with the UN Charter;

Page 122: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

6. Nothing in this Agreement shall affect in any way the existing rights and obligations of either Party under international law.

ARTICLE 3 AREAS AND FORMS OF COOPERATION

The scope of cooperation of this Agreement shall include: Defence Cooperation In recognition of the long-term mutual benefit of the closest professional cooperation between their Defence Forces, 1. Regular consultation on defence and security issues of common concern; and

on their respective defence policies; 2. Promotion of development and capacity building of defence institutions and

armed forces of both Parties including through military education and training, exercises, study visits and exchanges, application of scientific methods to support capacity building and management and other related mutually beneficial activities;

3. Facilitating cooperation in the field of mutually beneficial defence technologies

and capabilities, including joint design, development, production, marketing and transfer of technology as well as developing mutually agreed joint projects.

Law Enforcement Cooperation

In recognition of the importance of effective cooperation to combat transnational crime that impacts upon the security of both Parties, 4. Regular consultation and dialogue aimed at strengthening the links between

institutions and officials at all levels; 5. Cooperation to build capacity of law enforcement officials to prevent, respond

to and investigate transnational crime; 6. Strengthening and intensifying police to police cooperation including through

joint and coordinated operations; 7. Cooperation between relevant institutions and agencies, including prosecuting

authorities, in preventing and combating transnational crimes, in particular crimes related to:

a. People smuggling and trafficking in persons; b. Money laundering; c. Financing of terrorism; d. Corruption; e. Illegal fishing;

Page 123: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

f. Cyber-crimes; g. Illicit trafficking in narcotics drugs and psychotropic substances and its

precursors; h. Illicit trafficking in arms, ammunition, explosives and other dangerous

materials and the illegal production thereof; and i. Other types of crime if deemed necessary by both Parties.

Counter-terrorism Cooperation

In recognition of the importance of close and continuing cooperation to combat and eliminate international terrorism through communication, cooperation and action at all levels, 8. Doing everything possible individually and jointly to eradicate international

terrorism and extremism and its roots and causes and to bring those who support or engage in violent criminal acts to justice in accordance with international law and their respective national laws;

9. Further strengthening cooperation to combat international terrorism including

through rapid, practical and effective responses to terrorist threats and attacks; intelligence and information sharing; assistance to transport security, immigration and border control; and effective counter-terrorism policies and regulatory frameworks;

10. Strengthening cooperation in capacity building in law enforcement, defence,

intelligence and national security in order to respond to terrorist threats; 11. Cooperation, when requested and where possible, in facilitating effective and

rapid responses in the event of a terrorist attack. In this regard, the requesting Party shall have primary responsibility for the overall direction, organization and coordination for such situation.

Intelligence Cooperation 12. Cooperation and exchange of information and intelligence on security issues

between relevant institutions and agencies, in compliance with their respective national legislation and within the limits of their responsibility.

Maritime Security 13. Strengthening bilateral cooperation to enhance maritime safety and to

implement maritime security measures, consistent with international law; 14. Enhancing existing Defence and other cooperation activities and capacity

building in the area of aerial and naval maritime security in accordance with international law.

Aviation Safety and Security

Page 124: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

15. Strengthening bilateral cooperation in the field of capacity building to enhance civil aviation safety and security.

Proliferation of Weapons of Mass Destruction

In recognition of the Parties’ shared commitment not to develop, produce, otherwise acquire, stockpile, retain or use nuclear weapons or other weapons of mass destruction, 16. Co-operate to enhance measures for preventing the proliferation of weapons of

mass destruction and their means of delivery including through strengthened national export controls in accordance with their respective national laws as well as international law;

17. Strengthening bilateral nuclear cooperation for peaceful purposes, including to

further the objective of non-proliferation of weapons of mass destruction and strengthen international nuclear safety and security through enhanced standards, in accordance with international law.

Emergency Cooperation 18. Cooperation, as appropriate and as requested, in facilitating effective and rapid

coordination of responses and relief measures in the event of a natural disaster or other such emergency. The Party requesting the assistance shall have primary responsibility for determining the overall direction for emergency response and relief operation;

19. Cooperation in capacity building for disaster preparedness and response. Cooperation in International Organizations on Security-Related Issues 20. Consultation and cooperation on matters of shared interest on security related

issues in the United Nations, other international and regional bodies. Community Understanding and People-to-People Cooperation 21. Endeavoring to foster contacts and interaction between their respective

institutions and communities with a view to improving mutual understanding of security challenges and responses to them.

Page 125: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

ARTICLE 4 CONFIDENTIALITY

1. The Parties shall protect confidential and classified information received

pursuant to the framework of this Agreement in accordance with their respective national laws, regulations and policies.

2. Notwithstanding Article 10, should this Agreement terminate, each Party shall

continue to comply with the obligation set out in paragraph 1 to information to which it had access under the Agreement.

ARTICLE 5 INTELLECTUAL PROPERTY

The Parties agree that any intellectual property arising under the implementation of this Agreement shall be regulated under separate arrangement.

ARTICLE 6 IMPLEMENTING MECHANISM

1. The Parties shall take any necessary steps to ensure effective implementation

of this Agreement, including through conclusion of separate arrangements on specific areas of cooperation.

2. For the purpose of this Article, the Parties shall meet on a regular basis under

the existing mechanism of the Indonesia-Australia Ministerial Forum (IAMF) to review and give direction to the activities under this Agreement.

ARTICLE 7 FINANCIAL ARRANGEMENT

Any expenses incurred in the implementation of this Agreement will be met by the Party incurring the expense, unless otherwise mutually decided.

ARTICLE 8 SETTLEMENT OF DISPUTES

Disputes arising in relation to the interpretation on implementation of this Agreement shall be settled amicably by mutual consultation or negotiation between the Parties.

ARTICLE 9 AMENDMENT

Page 126: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

This Agreement may be amended in writing by mutual consent by both Parties. Any amendment to this Agreement shall come into force on the date of later notification by either Party of the completion of its ratification procedure for the amendment.

ARTICLE 10 ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION

1. The Agreement shall enter into force on the date of receipt of the last

notification by which the Parties notify each other that their internal requirements for the entry into force of this Agreement have been fulfilled.

2. This Agreement shall remain in force until one Party gives written notice of its

intention to terminate it, in which case this Agreement shall terminate six months after receipt of the notice of termination.

3. Termination of this Agreement shall not affect the validity or the duration of any

arrangement made under the present Agreement until the completion of such arrangement, unless otherwise decided by mutual consent.

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorized thereto by their respective Governments, have signed this Agreement. Done at Lombok on this thirteenth day of November in the year of two thousand and six, in 2 (two) original copies in both English and Indonesian languages, all texts being equally authentic. In case of divergence in the interpretation, the English text shall prevail. For the Government of Australia:

For the Government of the Republic of Indonesia:

Alexander Downer

Minister for Foreign Affairs

Dr Hassan Wiryuda

Minister for Foreign Affairs

Page 127: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

PERJANJIAN ANTARA AUSTRALIA DAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERANGKA KERJASAMA KEAMANAN

Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut sebagai ‘Para Pihak’) Menegaskan kesetaraan berdaulat Para Pihak, keyakinan mereka pada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan keinginan untuk hidup dalam perdamaian dengan semua bangsa dan pemerintahan; Menegaskan komitmen terhadap kedaulatan, kesatuan, kemerdekaan dan integritas teritorial Para Pihak, dan pentingnya prinsip bertetangga baik dan tidak campur tangan terhadap urusan dalam negeri masing-masing, sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; Mengakui bahwa kedua Pihak adalah anggota yang demokratis, dinamis dan berpandangan ke depan dari masyarakat regional dan internasional; Mengakui juga tantangan-tantangan global baru, terutama terorisme internasional, ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional; Mengakui pula pentingnya kelanjutan dan peningkatan kerjasama guna menghadapi tantangan dari terorisme internasional dan kejahatan transnasional; Berketetapan untuk bekerja bersama dalam menghadapi tantangan dan ancaman-ancaman baru tersebut; Berketetapan juga untuk memelihara dan memperkuat kerjasama bilateral dan dialog berkala termasuk diskusi berkala yang telah ada di bidang strategis, pertahanan, intelijen, penegakan hukum dan bidang lainnya; Berketetapan pula untuk memelihara dan memperkuat kerjasama yang telah lama terjalin di bidang politik, ekonomi, sosial dan keamanan yang ada di antara kedua Pihak, dan kepentingan serta ikatan regional mereka bersama, termasuk stabilitas, kemajuan dan kemakmuran kawasan Asia-Pasifik; Mengakui nilai dari perjanjian dan pengaturan bilateral antara kedua negara sejak 1959 termasuk instrumen bilateral utama di bidang keamanan yang telah menciptakan kerangka hukum yang kuat bagi kedua negara dalam menghadapi berbagai ancaman dan masalah keamanan serta pentingnya dialog dan kerjasama yang telah ada melalui Forum Tingkat Menteri Indonesia Australia / Indonesia Australia Ministerial Forum (IAMF);

Page 128: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

9

Menekankan juga pentingnya bekerja bersama melalui forum regional dan internasional di bidang keamanan untuk turut serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional; Berketetapan untuk mematuhi, dengan niat baik, kewajiban-kewajiban terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum internasional yang diterima secara umum; Mematuhi hukum dan peraturan masing-masing; Menyetujui hal-hal sebagai berikut:

PASAL 1 TUJUAN-TUJUAN

Tujuan utama dari Perjanjian ini adalah 1. untuk menciptakan suatu kerangka guna memperdalam dan memperluas

kerjasama dan pertukaran bilateral serta untuk meningkatkan kerjasama dan konsultasi antara Para Pihak dalam bidang yang menjadi kepentingan dan perhatian bersama mengenai permasalahan yang mempengaruhi keamanan bersama serta keamanan nasional masing-masing.

2. untuk membentuk suatu mekanisme konsultasi bilateral dengan tujuan

untuk memajukan dialog dan pertukaran intensif serta penerapan kegiatan kerjasama dan sekaligus juga memperkuat hubungan antar-lembaga sesuai dengan Perjanjian ini.

PASAL 2 PRINSIP-PRINSIP

Dalam hubungannya satu sama lain, Para Pihak akan berpedoman kepada prinsip-prinsip dasar, sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai berikut: 1. Kesetaraan, saling menguntungkan dan pengakuan terhadap kepentingan

masing-masing Pihak dalam stabilitas, keamanan dan kemakmuran dari Pihak lainnya;

2. Saling menghormati dan mendukung kedaulatan, integritas teritorial,

kesatuan bangsa dan kemerdekaan politik setiap Pihak, serta tidak campur tangan urusan dalam negeri masing-masing;

3. Para Pihak, sejalan dengan hukum nasional dan kewajiban internasional

mereka, tidak akan dalam bentuk apapun, mendukung atau turut serta dalam kegiatan-kegiatan oleh setiap orang atau lembaga yang merupakan ancaman terhadap stabilitas, kedaulatan atau intergitas teritorial Pihak lain, termasuk oleh mereka yang berupaya untuk menggunakan

Page 129: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

10

wilayahnya untuk mendorong atau melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk separatisme, di wilayah Pihak lainnya;

4. Para Pihak sepakat, sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-

Bangsa, untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang mungkin timbul di antara mereka dengan cara-cara damai dengan sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan perdamaian, keamanan dan keadilan dunia;

5. Para Pihak wajib menahan diri untuk melakukan ancaman atau

menggunakan kekerasan yang menentang integritas teritorial atau kemerdekaan politik Pihak lainnya, sesuai dengan Piagam PBB;

6. Tidak ada dari Perjanjian ini yang mempengaruhi, dalam bentuk apapun,

hak-hak dan kewajian-kewajiban setiap Pihak berdasarkan hukum internasional.

PASAL 3 RUANG LINGKUP DAN BENTUK KERJASAMA

Ruang lingkup kerjasama Perjanjian ini meliputi: Kerjasama Pertahanan Dengan mengakui kepentingan bersama jangka panjang dari kerjasama profesional yang erat antara Angkatan Pertahanan Para Pihak, 1. Konsultasi berkala mengenai masalah-masalah pertahanan dan

keamanan yang menjadi kepentingan bersama; dan mengenai kebijakan pertahanan Para Pihak;

2. Pemajuan pengembangan dan pembangunan kapasitas lembaga-

lembaga pertahanan dan angkatan bersenjata kedua Pihak termasuk melalui pendidikan dan pelatihan militer, latihan, kunjungan dan pertukaran pendidikan, penerapan metode ilmiah untuk mendukung pembangunan kapasitas dan manajemen serta kegiatan terkait lain yang saling menguntungkan;

3. Memfasilitasi kerjasama di bidang teknologi dan kemampuan pertahanan

yang saling menguntungkan, termasuk disain bersama, pengembangan, produksi, pemasaran dan alih teknologi serta pengembangan proyek-proyek bersama yang disepakati bersama.

Kerjasama Penegakan Hukum Dengan mengakui pentingnya kerjasama efektif untuk memberantas kejahatan transnasional yang berdampak terhadap keamanan kedua Pihak,

Page 130: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

11

4. Konsultasi dan dialog berkala yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar institusi dan pejabat di semua tingkat;

5. Kerjasama untuk membangun kapasitas para penegak hukum untuk

mencegah, menangani dan menyelidiki kejahatan transnasional; 6. Memperkuat dan mengintensifkan kerjasama antar kepolisian termasuk

melalui operasi bersama dan terkoordinasi; 7. Kerjasama antar lembaga dan badan terkait, termasuk penuntut umum,

dalam mencegah dan melawan kejahatan transnasional, khususnya kejahatan menyangkut:

a. Penyelundupan dan perdagangan orang; b. Pencucian uang; c. Pendanaan terorisme; d. Korupsi; e. Penangkapan ikan ilegal; f. Kejahatan dunia maya; g. Perdagangan gelap narkotika dan bahan-bahan psikotropika serta

prekursornya; h. Perdagangan gelap senjata, amunisi, peledak dan material

berbahaya lainnya dan produksi ilegal daripadanya; dan i. Jenis kejahatan lain yang dianggap perlu oleh Para Pihak.

Kerjasama Pemberantasan Terorisme Dengan mengakui pentingnya kerjasama yang erat dan terus-menerus untuk melawan dan memberantas terorisme internasional melalui komunikasi, kerjasama dan tindakan di semua tingkat, 8. Melakukan segalanya yang mungkin secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama untuk memberantas terorisme dan ekstrimisme internasional beserta akar-akar dan penyebabnya serta untuk mengadili orang-orang yang mendukung atau terlibat dalam tindakan kriminal yang kejam sesuai dengan hukum internasional dan hukum nasional yang berlaku pada masing-masing negara;

9. Semakin memperkuat kerjasama untuk melawan terorisme internasional,

termasuk melalui penanganan yang cepat, praktis dan efektif terhadap ancaman dan serangan teroris; berbagi informasi dan intelijen; bantuan terhadap keamanan transportasi, imigrasi dan pengawasan perbatasan; dan kebijakan penanggulangan terorisme dan kerangka pengaturan yang efektif;

10. Memperkuat kerjasama pembangunan kapasitas dalam penegakan

hukum, pertahanan, intelijen dan kemanan nasional dalam rangka menangani ancaman terorisme;

Page 131: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

12

11. Kerjasama, apabila diminta dan dimungkinkan, dalam memfasilitasi tanggapan yang cepat dan efektif dalam kejadian serangan teroris. Dalam hal ini, Pihak yang meminta memiliki tanggung jawab utama terhadap arah, pengorganisasian, dan koordinasi secara keseluruhan dalam situasi tersebut.

Kerjasama Intelijen 12. Kerjasama dan pertukaran informasi dan intelijen dalam masalah

keamanan antara lembaga dan badan terkait, dengan menaati peraturan nasional dan dalam batasan tanggung jawab masing-masing.

Keamanan Maritim 13. Memperkuat kerjasama bilateral untuk meningkatkan keselamatan maritim

dan untuk menerapkan langkah-langkah keamanan maritim, secara konsisten dengan hukum internasional;

14. Meningkatkan kegiatan kerjasama pertahanan dan kerjasama lainnya

yang telah ada dan pembangunan kapasitas dalam bidang keamanan udara dan maritim sesuai dengan hukum internasional.

Keselamatan dan Keamanan Penerbangan 15. Memperkuat kerjasama bilateral dalam lingkup pembangunan kapasitas

untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil. Proliferasi Senjata Pemusnah Masal Dengan mengakui komitmen bersama Para Pihak untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atau mendapatkan, menyimpan, memiliki atau menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah masal lainnya, 16. Bekerjasama untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan

proliferasi senjata pemusnah masal dan sarana pengirimannya termasuk dengan memperkuat pengendalian eksport nasional sesuai dengan hukum nasional yang berlaku masing-masing dan hukum internasional;

17. Memperkuat kerjasama nuklir bilateral untuk tujuan damai, termasuk

dengan memajukan tujuan non-proliferasi senjata pemusnah masal dan memperkuat keselamatan dan keamanan nuklir internasional melalui standar-standar yang telah diperkuat, sesuai dengan hukum internasional.

Kerjasama dalam Tanggap Darurat 18. Kerjasama, apabila diperlukan dan diminta, dalam memfasilitasi

koordinasi yang efektif dan cepat dalam langkah-langkah tanggap darurat dan pemulihan bencana alam atau keadaan darurat yang serupa. Pihak yang meminta bantuan memiliki tanggung jawab utama dalam

Page 132: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

13

menentukan arah kebijakan secara keseluruhan operasi tanggap darurat dan pemulihan kondisi darurat.

19. Kerjasama dalam pembangunan kapasitas untuk kesiapan dan tanggap

bencana. Kerjasama di Organisasi Internasional yang terkait dengan Masalah-Masalah Keamanan 20. Konsultasi dan kerjasama dalam hal yang merupakan kepentingan

bersama mengenai isu-isu keamanan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan internasional dan regional lainnya.

Kerjasama Pengertian Antara Masyarakat dan Antar Orang 21. Berupaya meningkatkan hubungan dan interaksi antara lembaga-lembaga

dan masyarakat masing-masing dengan tujuan untuk meningkatkan saling pengertian tentang berbagai tantangan dan tanggapan di bidang keamanan.

PASAL 4 KERAHASIAAN

1. Para Pihak wajib melindungi informasi yang dilindungi dan rahasia yang

diterima berdasarkan kerangka Perjanjian ini sesuai dengan hukum, peraturan dan kebijakan nasional masing-masing yang berlaku.

2. Dengan tidak mengesampingkan Pasal 10, apabila Perjanjian ini berakhir,

tiap Pihak wajib melanjutkan kewajibannya sebagaimana tercantum pada ayat 1 untuk informasi yang didapatkan berdasarkan Perjanjian ini.

PASAL 5 KEKAYAAN INTELEKTUAL

Para Pihak sepakat bahwa setiap kekayaan intelektual yang timbul dalam pelaksanaan Perjanjian ini akan diatur secara terpisah dalam pengaturan tersendiri.

PASAL 6 MEKANISME PELAKSANAAN

1. Para Pihak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

memastikan pelaksanaan yang efektif dari Perjanjian ini, termasuk melalui pembuatan pengaturan terpisah pada bidang-bidang kerjasama tertentu.

Page 133: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

14

2. Untuk tujuan Pasal ini, Para Pihak bertemu secara berkala di bawah mekanisme yang telah ada yaitu Forum Tingkat Menteri Indonesia Australia / Indonesia Australia Ministerial Forum (IAMF) untuk mengkaji dan memberi arahan pada kegiatan-kegiatan dalam Perjanjian ini.

PASAL 7 PENGATURAN KEUANGAN

Biaya yang timbul dalam pelaksanaan Perjanjian ini akan ditanggung oleh Pihak yang mengeluarkannya, kecuali diputuskan lain secara bersama.

PASAL 8 PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Perselisihan yang timbul karena penafsiran pelaksanaan Perjanjian ini diselesaikan secara bersahabat melalui konsultasi bersama atau perundingan antara Para Pihak.

PASAL 9 PERUBAHAN

Perjanjian ini dapat diubah secara tertulis melalui kesepakatan bersama kedua Pihak. Setiap perubahan Perjanjian ini mulai berlaku pada saat tanggal pemberitahuan oleh Pihak yang terakhir menyelesaikan prosedur pensahan untuk perubahan tersebut.

PASAL 10 PEMBERLAKUAN, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN

1. Perjanjian ini berlaku pada tanggal penerimaan pemberitahuan yang

terakhir dimana Para Pihak saling memberitahukan bahwa persyaratan internal mereka untuk pemberlakuan Perjanjian ini telah dipenuhi.

2. Perjanjian ini akan tetap berlaku hingga salah satu Pihak memberikan

pemberitahuan akan keinginannya untuk mengakhiri Perjanjian ini, dimana Perjanjian ini akan berakhir enam bulan sejak penerimaan pemberitahuan pengakhiran.

3. Pengakhiran Perjanjian ini tidak mempengaruhi keberlakuan atau jangka

waktu setiap pengaturan lain yang dibuat berdasarkan Perjanjian ini hingga penyelesaian pengaturan tersebut, kecuali diputuskan lain secara bersama.

Page 134: HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DENGAN INDONESIA …

15

SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, telah menandatangani Perjanjian ini. DIBUAT di Mataram, Lombok pada tanggal tiga belas bulan Nopember tahun dua ribu enam dalam rangkap dua, masing-masing dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, seluruh naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah dalam Bahasa Inggris yang berlaku. Untuk Pemerintah Australia .................................................. Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer

Untuk Pemerintah Republik Indonesia ................................................................... Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan Wirajuda