hubungan motivasi intrinsik menjadi perawat dengan...
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Kesehatan menjadi salah satu faktor yang terpenting
dalam kehidupan manusia saat ini. Banyak orang rela melakukan
berbagai macam cara supaya mereka dapat mempertahankan
kesehatan mereka, mulai dari mengkonsumsi makanan sehat
sampai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Terdapat 4 faktor yang dapat memengaruhi status kesehatan
masyarakat atau perorangan. Keempat faktor tersebut adalah
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan (Blum
dalam Nasution, 2004).
Pelayanan kesehatan juga merupakan faktor penting yang
menunjang kesehatan masyarakat dalam hal ini pelayanan
kesehatan tersebut disediakan oleh rumah sakit. Rumah sakit
memiliki dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya
sebagai penunjang kegiatan operasional. Ketiganya sangat
berperan dalam pemulihan kesehatan seorang pasien. Akan tetapi,
dibandingkan dokter dan tenaga ahli kesehatan, perawatlah yang
lebih berperan penting bagi Rumah Sakit, karena perawatlah yang
lebih banyak berinteraksi dengan pasien secara langsung, itulah
mengapa terkadang penilaian masyarakat tentang baik atau
buruknya pelayanan sebuah Rumah Sakit didasarkan pada
pelayanan yang diberikan perawat kepada pasiennya.
Kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sangat
ditentukan oleh keadaan tenaga perawat baik dalam aspek
kuantitas maupun kualitasnya. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien menggunakan manajemen
asuhan keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses
keperawatan. Proses keperawatan merupakan dasar dari praktek
keperawatan yang mengaplikasikan pengetahuan dan teori dalam
prakteknya (Craven dalam Agustin, 2002).
Pelayanan yang diberikan perawat atau lebih dikenal
dengan istilah caring perawat tersebut dalam asuhan keperawatan
merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat
pasien. Cossette (2008) menjelaskan bahwa caring mencakup
upaya perawat untuk meningkatkan proses pembelajaran
interpersonal, menanamkan konsep self care, menumbuhkan
hubungan saling membantu, menggunakan metode penyelesaian
masalah dengan lebih kreatif, menghargai kekuatan – kekuatan
yang ada dalam kehidupan, terbuka pada dimensi spiritual caring
serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah,
bertindak berdasarkan sistem nilai yang manusiawi, menanamkan
harapan dan kepekaan terhadap diri sendiri atau orang lain serta
memberikan kenyamanan kepada pasien dalam bentuk memenuhi
kebutuhan dasar pasien dengan penuh penghargaan.
Hal ini sangat sesuai dengan tuntutan masyarakat pada
saat ini yaitu mengharapkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas (Muhlisin, 2008). Morse (dalam Rafii, 2007)
mengatakan bahwa tindakan caring sebagai intervensi
keperawatan profesional dan menyimpulkan bahwa hasil yang
diharapkan dari intervensi perawat – pasien tersebut adalah
peningkatan kesejahteraan pasien. Caring juga telah dikaitkan
dengan perawatan yang berkualitas tinggi (Scharf dalam Rafii,
2007). Selain itu caring diarahkan untuk kesejahteraan pasien dan
hal itu hanya akan terjadi ketika perawat menanggapi pasien
dalam situasi yang penuh perhatian (Wolf dalam Rafii, 2007).
Sebagai rumah sakit yang memiliki visi menjadi rumah
sakit pilihan pertama di propinsi Lampung dan misi memberi
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, unggul, aman, holistik
dengan sentuhan kasih dan terjangkau oleh masyarakat tentunya
Rumah Sakit Mardi Waluyo sangat memperhatikan kualitas
pelayanannya. Adanya program pendukung pelayanan seperti
program home care dimana para perawat dan beberapa staf
mengunjungi mantan pasien untuk memantau kondisi kesehatan
mereka serta proses perawatan yang tidak hanya menyembuhkan
fisik dari pasien tetapi juga mencakup pemulihan relasi dengan
keluarga atau orang – orang terdekat dan relasi terhadap Tuhan
sehingga pasien akan sembuh dan dipulihkan secara utuh
menunjukkan keseriusan Rumah Sakit Mardi Waluyo dalam
menangani pasiennya. Selain itu Rumah Sakit Mardi Waluyo
juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap masyarakat luas
dengan cara mengadakan bakti sosial setiap 4 bulan sekali serta
tidak memungut biaya atau memperbolehkan mencicil biaya
perawatan bagi mereka yang tidak mampu. Hal inilah yang
membedakan Rumah Sakit Mardi Waluyo dengan rumah sakit
lainnya di Lampung.
Akan tetapi dalam kenyataannya, visi dan misi serta
caring terhadap pasien belum sepenuhnya ditunjukkan oleh para
perawat di Rumah Sakit Mardi Waluyo termasuk, padahal
kehadiran Rumah Sakit Mardi Waluyo yang merupakan salah
satu unit kerja dari Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum
(YAKKUM) di Lampung yang berpusat di Surakarta sangat
dibutuhkan oleh masyarakat di Metro, Lampung Tengah,
Lampung Timur, dan sekitarnya. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak Rumah Sakit Mardi Waluyo diketahui sejumlah 64
kritik dan saran telah diterima pihak rumah sakit mulai bulan Mei
sampai Juli 2011 berkaitan dengan pelayanan yang diberikan
perawat disana, kurang ramahnya perawat – perawat dalam
menjawab pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat ketika
diminta menjelaskan informasi kesehatan pasien yang
bersangkutan, kurang tanggap dan jarang tersenyum menjadi
beberapa hal yang dikeluhkan oleh pasien. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa caring masih kurang ditunjukkan oleh
perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi caring perawat.
Salah satunya yang tampak adalah motivasi intrinsik. Motivasi
intrinsik menurut Nawawi (2004) diartikan sebagai kondisi yang
mendorong terjadinya suatu perbuatan atau kegiatan yang berada
dalam di dalam kegiatan itu sendiri. Kondisi itu berbentuk
kesadaran mengenai arti dan manfaat suatu perbuatan atau
kegiatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain dan masyarakat
luas. Raatikainen (1997) dalam penelitiannya yang berjudul “
Nursing care as a calling “ mendapati bahwa seseorang yang
mendapat panggilan untuk menjadi perawat, memiliki
pengetahuan profesional dan motivasi serta mengerti tentang
tindakan keperawatan memiliki pengetahuan yang baik tentang
perasaan sakit dan ketidakmampuan pasien mereka dan juga
dapat menjadi sumber yang baik untuk memberi dukungan bagi
pasien. Sementara itu Newton (2009) dalam penelitiannya yang
berjudul “ The motivation to nurse : an exploration of factors
amongst under graduate student, registered nurse and nurse
managers “ menyimpulkan bahwa motivasi menjadi perawat
didasari oleh faktor intrinsik seperti keinginan untuk membantu
atau peduli kepada orang lain dan berkontribusi pada masyarakat.
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian di atas, maka
peneliti ingin meninjau lebih jauh “Hubungan Motivasi Intrinsik
Menjadi Perawat Dengan Caring Perawat Di Rumah Sakit Mardi
Waluyo Kota Metro Lampung Tengah”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas timbul suatu pertanyaan yaitu
“Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi intrinsik menjadi perawat dengan caring perawat di
Rumah Sakit Mardi Waluyo kota Metro Lampung Tengah.”
LANDASAN TEORI
A. Caring Perawat
Watson (2011) mendefinisikan caring sebagai ideal moral
dari keperawatan. Lebih lanjut Watson mengatakan caring
merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan, tindakan
dan kosekuensi. Griffin (dalam Burnard, 1997) menggambarkan
caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal
esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran
yang spesifik dalam sebuah cara menyampaikan ekspresi emosi –
emosi tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin
meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang
mempunyai kebutuhan khusus. Caring menurut Cossette (2007)
didefinisikan sebagai inti dan dasar moral dari keperawatan serta
telah menjadi bagian integral dari proses penyembuhan. Lebih
lanjut Philips dan Benner (dalam Clarke, 2007) memberikan
definisi yang lebih luas mengenai caring, menurut mereka caring
membutuhkan keterampilan, pengetahuan dan dalam kaitanya
dengan orang lain mendorong mutualitas, pemberdayaan serta
pertumbuhan pribadi.
Sobirin (2006) mendefinisikan caring sebagai sifat dasar
perawat sebagai manusia untuk membantu, memperhatikan,
mengurus dan menyediakan bantuan serta dukungan untuk
kemandirian pasien melalui hubungan profesional perawat –
pasien dan melalui intervensi keperawatan dalam rangka
mencapai derajat kesejahteraan yang lebih tinggi dengan penuh
perasaan berdasarkan kemanusiaan dan aspek moral.
Tidak jauh berbeda, Sujana (dalam Sulistyanto, 2009)
mendefinisikan caring sebagai perwujudan dari semua faktor
yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien, caring juga menekankan harga diri individu, artinya
dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai pasien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan pasien. Christensen (2009) mengatakan bahwa proses
caring terdiri atas komitmen untuk melindungi, meningkatkan,
dan memulihkan humanitas dengan mengembalikan martabat,
serta keselarasan batin, dan memfasilitasi penyembuhan.
B. Motivasi Intrinsik
Salah satu sumber motivasi menurut Suwatno (2011)
adalah sumber motivasi dalam diri (intrinsik). Motivasi intrinsik
adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Lebih lanjut
Suwatno mengatakan bahwa motivasi intrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dalam dari
dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.
Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu adalah : a) minat, seseorang akan merasa
terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan kalau kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya ; b)
Sikap positif, seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap
suatu kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang
bersangkutan dengan sebaik – baiknya ; dan c) kebutuhan, setiap
orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha
melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi
kebutuhannya.
Secara terpisah Amabile (1994) mendefinisikan motivasi
intrinsik sebagai suatu kecenderungan yang ada secara alamiah
dalam diri seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan
menunjukkan kemampuannya karena pekerjaan itu diminati dan
menimbulkan suatu kepuasan tertentu. Sedangkan Handoko
(2001) menjelaskan motivasi intrinsik sebagai tenaga pendorong
yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga
didalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak.
Berbagai kebutuhan, keinginan dan harapan yang timbul didalam
pribadi seseorang yang secara internal melekat pada diri pribadi
meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung
jawab, dan kesempatan untuk tumbuh atau pengembangan
motivasi individu. Lebih lanjut Ryan dan Deci (dalam Engin,
2009) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai tindakan yang
digerakkan oleh ketertarikan yang berasal dari dalam diri dan
dilakukan secara sukarela.
C. Hubungan Motivasi Intrinsik Dengan Caring Perawat
Secara umum, Ratnawati (2004) mengatakan bahwa
motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari
dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran akan
pentingnya atau makna dari pekerjaan yang dilakukan. Utamanya
dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berkaitan pekerjaan itu
sendiri yang memberi motivasi dan kepuasan, baik karena
mampu memenuhi kebutuhan, atau menyenangkan, atau
memungkinkan mencapai suatu tujuan, maupun karena
memberikan harapan tertentu yang positif di masa depan. Hal
yang hampir serupa diungkapkan oleh Stipek (dalam Saragih,
2009) dimana motivasi intrinsik dapat memicu munculnya
kreativitas, pemahaman konsep, dan pencarian tantangan.
Lebih spesifik Sobirin (2006) dari hasil penelitiannya
menemukan hubungan yang signifikan antara motivasi perawat
dengan penerapan caring pada perawat pelaksana di Ruang
Rawat Inap BRSUD Unit Swadana Kabupaten Subang. Hal yang
hampir serupa diungkapkan oleh Raatikainen (1997) yang
mendapati bahwa seseorang yang mendapat panggilan untuk
menjadi perawat, memiliki pengetahuan profesional dan motivasi
serta mengerti tentang tindakan keperawatan memiliki
pengetahuan yang baik tentang perasaan sakit dan
ketidakmampuan pasien mereka dan juga dapat menjadi sumber
yang baik untuk memberi dukungan bagi pasien.
McCabe (2005) berdasarkan hasil penelitiannya
menemukan bahwa faktor daya tarik intinsik seperti pekerjaan
yang menarik dan menantang, kemampuan untuk membantu
orang lain dan kemampuan untuk seseorang bekerjasama dengan
orang lain menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong
seseorang memilih profesi sebagai perawat. Mengacu pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh McCabe tersebut dapat dikatakan
bahwa motivasi intrinsik yang muncul dari dalam diri individu
membuat seseorang akan lebih tertarik dengan pekerjaannya. Hal
tersebut sesuai dengan Dave (2011) yang mengatakan bahwa
individu dengan motivasi intrinsik yang tinggi ditandai dengan
munculnya kegembiraan, ketertarikan dengan pekerjaan,
kebahagiaan, determinasi, kompetensi, rasa ingin tahu, dan
tingkat keterlibatan yang tingi dalam penyelesaian tugas. Dalam
kaitanya dengan profesi perawat, seorang perawat yang memiliki
motivasi intrinsik yang tinggi seperti keinginan dan kemampuan
untuk membantu orang lain atau peduli kepada orang lain dan
berkontribusi pada masyarakat diharapkan akan memunculkan
caring yang memuaskan seperti mendengarkan dengan penuh
perhatian, memberi rasa nyaman, berkata jujur, mempunyai
kesabaran, tanggap, menyediakan informasi sehingga pasien
dapat menentukan keputusan berdasarkan informasi yang
diperoleh, memberikan sentuhan, memperlihatkan sensitifitas,
memperlihatkan rasa hormat, memanggil pasien dengan namanya
(Rahayu dalam Sartika, 2007).
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi intrinsik menjadi perawat dengan caring perawat.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu:
Variabel tergantung : Caring perawat
Variabel bebas : Motivasi intrinsik
F. Definisi Operasional Variabel
1. Caring Perawat
Caring perawat adalah sebuah proses interpersonal yang
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik
dalam menyampaikan ekspresi emosi – emosi tertentu kepada
pasien. Aktivitas tersebut menurut meliputi membantu, menolong
dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Caring
perawat akan diungkap dengan Skala Caring Perawat yang
disusun oleh penulis berdasarkan aspek caring yang diungkapkan
oleh Cossete (2005), yaitu relational care, clinical care,
humanistic care dan comforting care.
2. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah suatu kecenderungan yang ada
secara alamiah dalam diri seseorang untuk mengerjakan suatu
pekerjaan dan menunjukkan kemampuannya karena pekerjaan itu
diminati dan menimbulkan suatu kepuasan tertentu.
Motivasi intrinsik akan diungkap dengan skala motivasi
intrinsik yang disusun penulis berdasarkan aspek motivasi
intrinsik yang diungkapkan oleh Amabile (1994), yaitu self
determination, competence, task involvement, curiosity, dan
interest.
METODOLOGI PENELITIAN
Istijanto (2006) mengatakan bahwa populasi merupakan
jumlah keseluruhan anggota yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota
Metro lampung Tengah yang berjumlah 100 perawat. Sedangkan
sampel penelitian sebanyak 100 perawat. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh
dimana sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan populasi.
Akan tetapi 4 partisipan diantaranya tidak mengisi skala psikologi
yang diberikan sesuai dengan petunjuk pengisian, sehingga
diputuskan hanya 96 partisipan yang layak menjadi responden.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan kuesioner. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah berupa skala. Skala adalah suatu cara
pengumpulan data dengan jalan memberikan sejumlah pertanyaan
tertulis mengenai suatu hal yang harus dijawab dan dikerjakan
oleh responden yang menjadi subjek penelitian. Model skala yang
digunakan adalah modifikasi dari Skala Likert dengan empat
alternatif jawaban yang harus dijawab salah satu yang sesuai
dengan keadaan subjek, yaitu STS = Sangat Tidak Sesuai ; TS =
Tidak Sesuai ; S = Sesuai dan SS = Sangat Sesuai.
Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara
ke dua variabel penelitian adalah korelasi product moment
Pearson namun bila sebaran data tidak memenuhi syarat
normalitas maka akan digunakan Spearman Rank, dengan
menggunakan program komputer SPSS version 17.0 for windows.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyusunan alat ukur
Persiapan selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah
membuat alat ukur berupa skala yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara motivasi intrinsik menjadi perawat dengan
caring perawat di Rumah Sakit Mardi Waluyo kota Metro
Lampung Tengah.
Ada dua skala yang digunakan di dalam penelitian ini,
yaitu : skala caring perawat dan motivasi intrinsik.
1. Skala Caring Perawat
Skala Caring Perawat ini disusun oleh penulis
berdasarkan modifikasi dari Caring Nurse – Patient Interaction
Short – Scale dengan empat aspek yang dikembangkan Cossette
(2008).
Jumlah butir pernyataan pada skala caring perawat yang
akan diuji sebanyak 31 butir pernyataan, dan semuanya bersifat
favourable. Respon yang digunakan pada skala caring perawat
dalam penelitian ini adalah kesesuaian dan ketidaksesuaian,
dengan variasi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS) berdasarkan skala likert.
Pemberian skor untuk butir pernyataan favourabel diurutkan dari
angka 4 sampai dengan 1.
2. Skala Motivasi Intrinsik
Skala ini bertujuan untuk mengukur motivasi intrinsik.
Skala Motivasi Intrinsik disusun oleh penulis berdasarkan
modifikasi dari The Work Preference Inventory yang
dikembangkan oleh Amabile (1994).
Jumlah item pada skala motivasi intrinsik yang akan diuji
sebanyak 22 butir pernyataan, terdiri dari 18 butir pernyataan
bersifat favourable dan 4 butir pernyataan bersifat unfavourable.
Respon yang digunakan pada skala motivasi intrinsik dalam
penelitian ini adalah kesesuaian dan ketidaksesuaian, dengan
variasi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS) berdasarkan skala likert. Pemberian
skor untuk butir pernyataan favourabel diurutkan dari angka 4
sampai dengan 1, sedangkan untuk unfavorable diurutkan dari
angka 1 sampai dengan 4.
SELEKSI ITEM DAN RELIABILITAS
Pada pengujian dengan menggunakan seleksi item,
terdapat 25 item valid dalam skala caring perawat dan 15 item
valid dalam skala motivasi intrinsik. Setelah uji validitas, maka
dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan program
SPSS for Windows Versi 17.0. Perhitungan reliabilitas ini
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis alpha cronbach.
Setelah perhitungan diperoleh koefisien α = 0,891 pada caring
perawat dan α = 0,822 pada motivasi intrinsik .
UJI NORMALITAS DAN LINEARITAS
Uji normalitas perlu dilakukan karena data yang akan
dianalisis menggunakan statistik non parametik yang
mensyaratkan data yang normal. Pada penelitian ini normalitas
diuji lewat uji Kolmogorov Smirnov test. Hasil uji Kolmogorov
Smirnov test menunjukkan signifikansi variabel caring perawat
yaitu sebesar 0,447 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti
distribusi data variabel caring perawat tergolong normal dan
untuk variabel motivasi intrinsik yaitu sebesar 0,008 atau lebih
kecil dari 0,05 yang berarti distribusi data variabel motivasi
intrinsik tergolong tidak normal.
Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan
SPSS for windows release versi 17. Dari hasil perhitungan
diperoleh F hitung = 0,917 dengan p = 0,548 (p > 0,05) dengan
demikian hal tersebut berarti bahwa hubungan motivasi intrinsik
dengan caring perawat adalah linear atau kedua variabel tersebut
membentuk garis lurus.
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil deskriptif demografi reponden
diketahui bahwa jenis kelamin paling banyak adalah responden
perempuan (72,9%), dan untuk lama bekerja responden paling
banyak sudah bekerja selama 2 sampai dengan 5 tahun (46,87%).
Responden memiliki tingkat caring yang tergolong sangat
tinggi sebesar 52,1% dan yang tergolong tinggi sebesar 46,9,%.
Sementara itu, 1 responden menunjukkan tingkat caring yang
rendah atau sebesar 1%. Maka, dikatakan bahwa mayoritas
responden memiliki tingkat caring yang tinggi terhadap pasien.
Sedangkan untuk penghitungan motivasi intrinsik, dapat dilihat
43 orang responden memiliki motivasi intrinsik sangat tinggi,
atau sebesar 44,8 % sedangkan 53 responden sisanya memiliki
motivasi intrinsik yang tinggi atau sebesar 55,2%. Maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi
intrinsik yang tinggi untuk menjadi perawat.
Hasil pengujian menggunakan teknik Spearman Rank
didapatkan r = 0,560 dengan signifikansi sebesar 0,00 atau lebih
kecil dari 0,05 (P < 0,05) yang berarti ada hubungan positif dan
signifikan antara motivasi intrinsik menjadi perawat dengan
caring perawat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai
motivasi intrinsik menjadi perawat dengan caring perawat di
Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Lampung Tengah, dengan
menggunakan program SPSS versi 17 for windows, diperoleh r
sebesar 0,560 dengan p = 0,00 < 0,05. Ini berarti hipotesis dapat
diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara motivasi intrinsik menjadi perawat
dengan caring perawat di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro
Lampung Tengah. Newton (2009) mengatakan bahwa salah satu
faktor pendorong yang mendorong seseorang memilih perawat
sebagai pilihan pekerjaannya adalah keinginan untuk peduli atau
membantu orang lain. Dengan keinginan untuk membantu orang
lain tersebut, seorang perawat akan lebih memahami keterbatasan
dan ketidakmampuan pasien serta kondisi yang dialami pasien.
Raatikainen (1997) dari hasil penelitiannya mendapati bahwa
seseorang yang mendapat panggilan untuk menjadi perawat,
memiliki pengetahuan profesional dan motivasi serta mengerti
tentang tindakan keperawatan memiliki pengetahuan yang baik
tentang perasaan sakit dan ketidakmampuan pasien mereka dan
juga dapat menjadi sumber yang baik untuk memberi dukungan
bagi pasien.
Dengan keinginan untuk peduli atau membantu orang lain,
adanya pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai
keterbatasan, ketidakmampuan serta kondisi yang dialami pasien,
seorang perawat akan memperlihatkan caring yang tinggi
terhadap pasiennya. Caring tersebut menurut Larson (dalam
Agustin, 2002) dapat terlihat dari beberapa indikator, diantaranya
adalah ; 1) perilaku perawat yang menunjukkan kesediaan dan
kesiapan untuk selalu membantu pasien dan keluarganya dalam
mengatasi masalah kesehatan / keperawatan. 2) kemampuan
perawat untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan
perawatan pasien dan keluarga, membantu pasien dalam proses
pengambilan keputusan atas tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien, melindungi pasien dari praktek yang merugikan
pasien, menjadi mediator antara pasien dengan anggota tim
kesehatan lainnya. 3) kemampuan perawat untuk memenuhi
kebutuhan dasar klien meliputi fisik dan emosional dengan penuh
penghargaan. 4) kemampuan perawat untuk melakukan tindakan
pencegahan komplikasi dan mengantisipasi perubahan –
perubahan yang tidak diinginkan dari kondisi pasien, dengan
demikian perawat dapat menyiapkan apa yang mungkin
dibutuhkan bila hal yang tidak diinginkan terjadi. 5) kemampuan
perawat membina hubungan interpersonal dengan pasien,
menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap pasien dan selalu
memahami pasien sesuai kondisinya. 6) kemampuan perawat
dalam menunjukkan kemampuan profesional dan menjamin
keamanan tindakan keperawatan yang didelegasikan kepada
orang lain dengan bimbingan dan pengawasan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi
intrinsik menjadi perawat dengan caring perawat Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro Lampung Tengah. Hal ini
menjelaskan semakin tinggi motivasi intrinsik seseorang
untuk menjadi perawat, maka semakin tinggi pula caring
perawat tersebut terhadap pasien.
2. Sebagian besar perawat yang menjadi subjek penelitian
mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi untuk menjadi
perawat, dan memiliki caring yang sangat tinggi terhadap
pasiennya.
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini, disesuaikan dengan
manfaat dari penelitian itu sendiri. Karena itu, saran penelitian ini
ditujukkan kepada beberapa pihak yaitu:
1. Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Lampung Tengah
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi menjadi perawat dengan caring perawat di Rumah
Sakit Mardi Waluyo. Dengan kata lain bahwa semakin tinggi
motivasi intrinsik seorang perawat maka semakin baik pula
caring yang ditunjukkannya kepada pasien. Mengacu pada
hasil penelitian tersebut, pihak rumah sakit perlu
memberikan perhatian khusus terhadap motivasi intrinsik
perawat, beberapa cara dapat dilakukan untuk menumbuhkan
motivasi intrinsik seperti menciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan, mengurangi atau menghindarkan perawat
dari pekerjaan yang bersifat monoton dan membosankan,
memberikan penghargaan atau reward kepada perawat yang
dinilai berkinerja baik, memberikan pelatihan, seminar atau
workshop kepada para perawat, selain untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan, pelatihan, seminar atau
workshop dapat berfungsi sebagai penyegaran bagi para
perawat serta menghindarkan perawat dari kejenuhan.
2. Perawat
Selama periode satu tahun terakhir, pihak Rumah Sakit
Mardi Waluyo terus menerima kritik dan saran yang
berkaitan dengan pelayanan yang diberikan perawat disana,
dan setiap kritik dan saran yang masuk akan ditanggapi
dengan serius oleh pihak rumah sakit. Walaupun begitu hal
ini harus menjadi perhatian, terutama untuk para perawat
sebagai ujung tombak sebuah rumah sakit agar lebih
memperhatikan pelayanan yang diberikan dalam hal ini
termasuk caring terhadap pasien. Proses pembelajaran caring
sebenarnya sudah dimulai sejak individu bersosialisasi, dan
perawat dapat mengembangkan melalui budaya profesi.
Dengan kata lain perawat yang memiliki tingkat caring
sangat tinggi dapat menjadi role model bagi teman sejawat
dalam penerapan caring terhadap pasien. Dengan demikian
diharapkan perawat dapat menerapakan caring kepada pasien
dengan baik dan caring dapat pula menjadi budaya profesi
bagi seluruh perawat di Rumah Sakit Mardi Waluyo.
3. Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara motivasi intrinsik menjadi
perawat dengan caring perawat, untuk itu bagi peneliti yang
akan mengadakan penelitian dengan topik yang serupa,
disarankan untuk melakukan penelitian terhadap variabel –
variabel lain yang dapat mempengaruhi caring perawat serta
lebih memperhatikan langkah – langkah pembuatan skala
psikologi yang benar. Perlu pula dipertimbangkan untuk
menggunakan desain yang berbeda seperti studi komparasi,
eksperimen atau metode kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I. (2002). Perilaku caring perawat dan hubungannya
dengan kepuasan klien di instalasi rawat inap bedah
dewasa rumah sakit dokter Mohammad Hoesin palembang
tahun 2002. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Amabile, M. (1994). The work preference inventory : assessing
intrinsic and extrinsic motivational orientation. Journal of
Personality and Social Psychology, 66(5), 950 – 967.
Burnard, P. (1997). Caring communicating : The interpersonal
relationshiop in nursing 2nd edition. New York: Palgrave.
Burtson, L. P. (2010). Nursing work environment and nurse
caring : relationship among motivational factor. Journal of
advance nursing, 66(8), 1819–1831. doi: 10.1111/j.1365-
2648.2010.05336.x
Christensen, J. (2009). Proses keperawatan : Aplikasi model
konseptual. Jakarta: EGC.
Clarke, A. (2007). The professional development of nursing
through different aspects of the caring practices of nurses:
Nursing the patient person in a geriatric assessment unit.
Scandinavian Journal Caring Science, 21, 362–370.
Cossette, S. (2008). The multidimensionality of caring: A
confirmatory factor analysis of the caring nurse – patient
interaction short scale. Journal of Advance Nursing, 61(6),
699–710 doi: 10.1111/j.1365-2648.2007.04566.x
Dave, D. (2011). The impact of intrinsic motivation on
satisfaction with extrinsic rewards in a nursing
environment. Journal of Management & Marketing in
Healthcare, 4(2), 101 – 107 doi:
10.1179/175330311X12943314049493.
Engine, E. (2009). Validity and reliability study of the turkish
psychiatric nurse of job motivation scale. Journal of
Psychiatric and Mental Health Nursing, 16, 462 – 472.
Handoko T. (2001). Manajemen personalia dan sumber daya
manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Istijanto, M. (2006). Riset sumber daya manusia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Malini, H & Sartika, D. (2009). Hubungan kecerdasan spiritual
dengan perilaku caring perawat di RS. M. Djamil
Padang. Artikel Ilmiah. Diunduh pada 12 Juli 2011 dari
http://repository.unand.ac.id/687/.
McCabe, R. (2005). Nursing careers: What motivated nurse to
choose their profession?. Australian Bulletin of Labour,
31(4), 384 – 406.
Muhlisin, A. (2008). Aplikasi model konseptual caring dari Jean
Watson dalam asuhan keperawatan. Berita Ilmu
Keperawatan, 1(3) ,147 – 150.
Nawawi, H. (2004). Kepemimpinan yang efektif. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nasution, S. K. (2004). Meningkatkan status kesehatan melalui
pendidikan kesehatan dan penerapan pola hidup sehat.
Artikel Ilmiah. Diunduh Pada 2 Februari 2012 dari
library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-siti%20khadijah.pdf.
Natan, B. M. (2010). Israelis’ perceived motivation for choosing
a nursing career. Nurse Education Today, 30(4), 308-313.
Newton J .M. (2009). The motivations to nurse: An exploration
of factors amongst undergraduate students, registered
nurses and nurse managers. Journal of Nursing
Management, 17, 392 – 400 doi: 10.1111/j.1365-
2834.2008.00945.x.
Raatikainen, R. (1997). Nursing care as a calling. Journal Of
Advanced Nursing, 25, 1111 – 1115.
Rafii, F. (2007). Nurse caring in Iran and its relationship with
patient satisfaction. Australian Journal Of Advanced
Nursing, 26(2), 75 – 84.
Rosalina, W. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional perawat
terhadap perilaku melayani konsumen dan kinerja perawat
rumah sakit umum daerah kabupaten Indramayu. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 2(3), 195 – 216.
Saragih, S. (2009). Penggunaan strategi belajar bahasa inggris
ditinjau dari motivasi intrinsik dan gaya belajar. Jurnal
Psikobuana, 1(2), 110 – 127.
Suwatno, H. (2011). Manajemen SDM dalam organisasi publik
dan bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sulistyanto, D. (2009). Hubungan antara persepsi klien tentang
perilaku caring perawat dengan kecemasan klien
kemoterapi pada kanker payudara di RSUD dr. Moewardi
Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sobirin, C. (2006). Hubungan beban kerja dan motivasi dengan
penerapan perilaku caring perawat pelaksana di BRSUD
unit swadana kabupaten Subang. Tesis . Tidak diterbitkan.
Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Watson, J. (2011). Measuring caring : International research on
caritas as healing. New York: Springer Publishing
Company.
Wulan, K. (2011). Pengantar etika keperawatan. Jakarta: Prestasi
Pustaka.