hubungan negara dan agama di mesir
DESCRIPTION
Penjelasan hubungan negara dan agama di Mesir berdasarkan konstitusi dan kehidupan nyata di tengah masyarakatnya.TRANSCRIPT
Negara, Agama, dan Demokrasi
HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA DI MESIR
Meyrza Ashrie Tristyana
070913042
Departemen Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011
1. Bagaimana pola hubungan negara dan agama di Mesir berdasarkan konstitusinya?
Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, adalah sebuah negara yang
sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut.
Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung
Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya
terletak di Afrika Utara.1 Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan,
jalur Gaza dan Israeldi utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut
Tengah di utara dan Laut Merah di timur.
Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²).
Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.
Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di
dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor,
sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65%
artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan
politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.
Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang.
Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo,
dan sepanjang Delta Nil dan dekat Terusan Suez. Hampir 90% dari populasinya adalah
pemeluk Islam dan sisanya Kristen (terutama denominasi Koptik). Karena dikepung gurun
pasir yang luas, sejak dulu bangsa Mesir terbiasa menutup diri dari peristiwa luar dan
pembaruan agama.
Berdasarkan pasal II dari konstitusi Mesir, Islam adalah agama negara dan bahasa
Arab merupakan bahasa resmi, dan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah sumber utama
legislasi.. Konstitusinya sendiri pun dibuat dari syariat islam. Syariat Islam adalah hukum dan
aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan
aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh
sebagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna
seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir diakses Rabu, 5 Oktober 2011 pukul 19.23 WIB
2. Mengapa Mesir menganut pola hubungan negara dan agama tersebut?
Berdasarkan sejarah politiknya sendiri, Mesir berbentuk republik sejak 18 Juni. Mesir
adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan indonesia 1953. Mohamed Hosni Mubarak
telah menjabat sebagai Presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah
pembunuhan Presiden Mohammed Anwar el-Sadat. Selain itu, ia juga pemimpin Partai
Demokrat Nasional. Perdana Menteri Mesir, Dr. Ahmed Nazif dilantik pada 9
Juli 2004 untuk menggantikan Dr. Atef Ebeid.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai. Secara teoritis,
kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya
kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dengan kandidat
tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan
pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952,
rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai kandidat.
Namun, aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh,
seperti Ayman Nour, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang
dalam pemilu.
Pada akhir Januari 2011 rakyat Mesir menuntut Presiden yang sekarang Berkuasa
Hosni Mubarak untuk meletakan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran
menuntut Presiden Hosni Mubarak Mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni
Mubarak resmi mengundurkan diri. Pengunduran diri Hosni Mubarak ini disambut baik oleh
rakyatnya, dan disambut baik oleh dunia Internasional. Dan saat ini kepala Negara dipegang
oleh Mohamed Hussein Tantawi yang merupakan Ketua Dewan Agung Angkatan
Bersenjata Mesir.
Dengan turunnya Hosni Mubarak, Mesir saat ini sedang dalam pencarian jati diri
untuk membentuk system politik baru. Merka masih mencari sistem politik mana yang pas
dengan negaranya. Isu amandemen konstitusi pun menyebar.
Konstitusi negara Mesir sendiri berlandaskan hukum islam, karena Mesir merupakan
negara islam. Namun dengan seiring waktu, hukum islam yang diterapkan bukanlah hukum
islam yang murni. Mesir dikenal sebagai negara yang warga negara memiliki rasa
nasionalisme yang kuat. Tidak jarang, rasa nasionalisme ini justru mengenyapingkan unsur
keagamaan yang telah melekat kuat di negara tersebut.
Buktinya, pasal II dari konstitusi Mesir menyatakan bahwa Islam adalah agama
negara dan bahasa Arab merupakan bahasa resmi, dan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah
sumber utama legislasi. Namun saat ini, kebingungan mesir dalam mencari sistem politik
yang tepat juga mempengaruhi hubungan negara dan agamanya. Banyak isu yang beredar,
Mesir akan mejadi negara sekuler. Padahal islam begitu melekat di Timur Tengah. Tak heran
bila komentar bernada sekuler, langsung menjadi kontroversi. Terutama Mesir, yang sedang
menata ulang pemerintahannya. Seperti yang dilansir dalam berita berikut ini.2
Organiasi Ikhwanul Muslimin (IM) atau lebih dikenal sebagai Muslim Brotherhood oleh
Barat, memprotes pernyataan Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan kepada
Mesir, bahwa negara tersebut tak perlu takut membangun negara sekular.
“Jangan takut dengan sekularisme, semoga hal ini ada di Mesir. Sekular bukan berarti tak
beragama, tapi menghormati semua agama dan kebebasan menganutnya. Misalnya, saya
tidak sekular tapi menjadi PM negara sekular,” ujar Erdogan.
Hal ini dinilai media Barat sebagai sesuatu yang langka dan memperlihatkan jurang pemisah
antara apa yang disebut model demokrasi Islam Turki dengan apa yang dibangun Islamis di
kawasan tersebut. IM pun memprotes habis-habisan apa yang disampaikan Erdogan saat di
Mesir.
Prinsip utama saat Partai AKP, tempat Erdogan bernaung, terbentuk pada 2001 adalah
penerimaan mereka terhadap sekularisme Turki. Hal ini mengecilkan segala kemungkinan
untuk menerapkan hukum Islam atau Syariah menjadi undang-undang negara.
Keputusan tersebut membantu AKP mendapatkan posisi yang lebih kuat ketimbang partai
Islam di Turki. Selain menciptakan gelombang politik di dalam negeri, pernyataan Erdogan
mengenai Mesir akan bertumbukan dengan konsep pemerintah Islam oleh kalangan Islamis
Mesir.
“Sekularisme mendapatkan persepsi yang amat buruk di kalangan penduduk Mesir. Kami tak
butuh ideologi ini,” ujar Wakil Ketua IM di Mesir yang baru saja menjadi partai, Essam El
Erian. Kritik serupa pun terjadi, seiring kekhawatiran Barat akan ikut campur di pemerintah
baru Mesir.
2 http://www.inilah.com/read/detail/1775171/mesir-baru-tak-boleh-sekular diakses Sabtu, 8 Oktober 2011 pukul 19.58 WIB
Jubir IM Mahmoud Ghazlan menyatakan, selain warga Mesir tak boleh ikut campur dengan
undang-undang negara itu. “Kalo saya bisa melakukannya, saya ingin menyatakan kepada
Turki untuk menyingkirkan sekularisme dari undang-undang mereka. Tapi, saya tak berhak,”
katanya.
Sejak mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak yang sekular ditumbangkan oleh rakyatnya,
negara Arab yang paling banyak penduduknya itu menjadi sebuah medan perebutan bagi
sekularisme dan islamis. IM yang bermarkas di Mesir, jelas-jelas menolak saran Erdogan.
Revolusi Islam mendorong Mesir ke gerbang politik yang baru. IM yang tadinya sebuah
organisasi terlarang, kini memiliki hak untuk langsung terjun ke dunia politik sebagai partai.
Mereka tak ingin bergaya seperti Turki, menghindari Mesir yang sekular dan terpengaruh
Barat.
“Mereka akan menunjuk Iran, Afghanistan, Sudan, Irak dan Turki sebagai para pemimpin
Islam. Namun sebenarnya, hanya ada satu contoh yang otomatis dilihat, yakni Turki,” kata
Shadi Hamid, pakar IM dan Direktur Riset Brookings Institution di Doha Center, Qatar.
Tentunya ini bertentangan dengan misi awal IM sejak Mesir bergolak awal tahun ini. Mereka
memimpin kampanye amandemen undang-undang dasar dalam sebuah referendum yang
dilansir Maret lalu. Beberapa kelompok Islam secara tak langsung menyatakan akan
menentangnya.
Sebab meski tak ada referensi mengenai agama tertentu atau sekularisme, amandemen itu
dianggap membahayakan Ayat 2 undang-undang Mesir. Yakni, segala aktivitas legislatif di
parlemen Mesir harus bersumber pada hukum Syariah.
“Sejak saat itulah IM menentang habis-habisan segala upaya politisi sekular untuk
menerapkan sejumlah tambahan di undang-undang negara yang masih mereka susun.
Terutama bagian yang membatasi pengaruh Islam dalam proses penciptaan RUU itu sendiri,”
lanjut Hamid.
Konstitusi Mesir saat ini tunduk kepada amandemen yang ditangani oleh komite yang
dibentuk oleh Dewan Tertinggi Militer yang memerintah negara selama masa transisi, setelah
pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak pada tanggal 11 Februari ini, namun amandemen
yang sedang berlangsung difokuskan pada kewenangan Presiden Republik dan aturan
pemilihannya.
Pada awalnya Mesir menganut pola hubungan ini karena Mesir merupakan negara
timur tengah yang kental dengan islam. Namun di Mesir, ada kristen koptik yang merupakan
kelompok minoritas dan pinggiran. Kristen koptik ini berkembang di wilayahnya sendiri.
Ada yang menarik dari pola interaksi umat Muslim dan umat Koptik di Mesir. Koptik
merupakan salah satu sekte Kristen kuno yang sampai di Mesir pada abad pertama masehi di
bawah tangan rasul Marcus.
Contoh kecilnya, yaitu simpati yang kerap kali disampaikan oleh keduanya saat salah
satu dari mereka sedang merayakan hari suci. Ketika umat Muslim merayakan Idul Fitri,
banyak dari kalangan umat Koptik yang memberikan simpati, baik sekedar memberikan
ucapan, memberikan kartu dan karangan bunga tanda selamat, memberikan hadiah, hingga
ikut serta hadir dalam perayaan tersebut. Pun ketika umat Koptik merayakan hari raya Natal,
tak sedikit dari umat Muslim yang memberikan simpati serupa. Justru yang lebih
menjadikannya menarik adalah para pembesar agama kedua belah pihak yang melakukan hal-
hal simpatik tersebut. Dr. Sayyed Thanthawi, Grand Syeikh Al-Azhar, kerap kali bersimpati
dan menziarahi gereja-gereja Koptik, sama halnya seperti Poppe Sanouda, pucuk pemimpin
spiritual umat Koptik Mesir, yang sering berkunjung ke lembaga Al-Azhar dan masjid-
masjid.
Bahkan, Syeikh Thanthawi membolehkan shalat di dalam gereja. Hal ini beliau
lakukan berulang kali bersama para ulama Al-Azhar lainnya pada waktu-waktu dewan Al-
Azhar diundang berbuka puasa bersama di gereja-gereja Koptik. Dewan ulama Al-Azhar
berbuka puasa di gereja tersebut, sekaligus shalat berjama'ah di sana. Tidak bersama para
Babawât tentunya.
Dalam salah satu petikan wawancaranya di mingguan Nehdat Misr, Syeikh Thanthawi
mengatakan bahwa nahnu ka abna al-wathan al-wahid, fa 'alayna an nahfazha wathanana
(kita bersama adalah anak bangsa yang satu, maka wajib bagi kita untuk bersama-sama
menjaganya). Syeikh Azhar yang dikenal moderat ini juga menegaskan bahwa perbedaan
agama bukan menjadi alasan untuk sebuah perselisihan. Lana ma lana wa lahum ma lahum,
nahnu abna min al-abb al-wahid Ibrahim (bagi kita agama kita dan bagi mereka agama
mereka, kita adalah anak-anak dari ayah yang satu, Nabi Ibrahim).
Fenomena saling bersimpati ini rupanya sudah mengakar tradisi. Bahkan semenjak
zaman nabi Muhammad dan masa penaklukan Mesiryang waktu itu menjadi anak peradaban
Romawidi bawah komandan Amru bin Ash. Ketika Nabi Muhammad tiba di Mesir untuk
pertama kalinya, pihak Mesir menghadiahkan seorang gadis Koptik bernama Morrient (Maria
al-Qibthiyyah) yang kelak dinikahi oleh Nabi. Pun pada masa penaklukan Mesir, Amru bin
Ash dengan keras melarang pasukannya untuk menganiaya penduduk setempat, merusak
rumah-rumah serta sarana sosial yang ada.
Maka hingga sekarang, situs-situs peninggalan orang Yunani, Yahudi dan Koptik
sebelum masa penaklukan Islam sebagian masih terawat dengan baik. Beberapa synagog
Yahudi, gereja-gereja kuno dan situs-situs Yunani-Romawi masih utuh, hal yang
menandakan jika pada masa pendudukan Islam hampir tidak ada pengrusakan.
Sewaktu Al-Mu'tashim, salah satu pucuk pemimpin dinasti Abbasiyyah (8 M) yang
terkenal dengan ashr al-tarjamah al-ilmiyyah (masa penerjemahan besar-besaran), hendak
mendirikan perpustakaan Bayt al-Hikmah di Baghdad, beliau mengundang ilmuwan-ilmuwan
Yahudi, Kristen dan Zoroast untuk menerjemahkan literatur-literatur berbahasa Yunani,
Ibrani, Suryani, Romawi dan Persia. Tak ketinggalan diundangnya juga ilmuwan Koptik
Mesir untuk menerjemahkan beberapa literatur Neo-Platonis (Hellenistyc) yang dahulu
berkembang di Alexandria.
Pada masa dinasti Shalahuddin al-Ayyubi (11 M), orang-orang Koptik dan Yahudi
Mesir ikut serta memerdekakan Palestine yang waktu itu diduduki tentara Salib. Hal ini,
menurut novelis Irlandia Lorenz Deriell, dalam salah satu novelnya yang berjudul
Alexandria, adalah karena orang-orang Romawi melarang orang-orang Koptik untuk
memasuki kota suci Palestina, sebab mereka memandang orang Koptik sama kafirnya dengan
orang Muslim dan Yahudi.
Saat dinasti Muhammad Ali Pasya memimpin Mesir (18 M), ia menyerahkan urusan
administrasi keuangan pada orang Koptik. Begitu juga pula penerusnya, Cadeve Ismail Pasya
dan Cadeve Fuad Pasya yang banyak mengangkat orang-orang Koptik menjadi menteri
kerajaannya.
Keharmonisan Muslim-Koptik justeru semakin menghangat sewaktu revolusi 1952
meledak dan menggulingkan raja Farauq II yang korup. Dalam film monumental Tsawrah
Yuliu (Revolusi Juli) digambarkan ribuan orang Mesir (umat Muslim memakai pakaian
identitas kemuslimannya dan umat Koptik memakai pakaian identitas mereka) berjibun
memenuhi jalanan sambil bergandengantangan antar satu sama lain. Saat itu semboyan yang
terkenal adalah misr awwalan, islam wa masihiyyah fi ma ba'd (bangsa Mesir utama, identitas
agama Islam dan Kristen selanjutnya) dengan simbol bulan sabit dan salib Koptik yang
menyatu.
Saat teori Clash of Civilization yang digulirkan Samuel Huntington menggegerkan
dunia, para cendikiawan Mesir dari unsur Muslim dan Koptik bersama-sama meraksinya.
Adalah Milad Hanna yang kemudian menurunkan buku dengan tajuk Qabul al-Akhar
(Attachment the Other/ Menerima yang Lain) yang kemudian mendapat nobel perdamaian.
Pun, adalah Morad Wahbah, Lweiss Owd, Ramses Owd, Ghali Syukri, Samuel Sabri,
Phillip Gallab, Yunan Labib dan sederet filosof Koptik-Mesir lainnya yang bersama-sama
filosof Muslim-Mesir (semisal Zaki Naguib Mahmoud, Athef Iraqi, Hassan Hanafi, Abd al-
Halim Atheyya, Saleh Qanswu dll) merancang bangun proyek al-falsafah al-arabiyyah al-
haditsah (filsafat Arab modern).
Itulah sedikit potret pola interaksi antara Muslim dengan Koptik di Mesir yang sangat
harmonis. Sebuah pola yang mengedepankan kebersamaan dan menghargai yang lain,
menjadikan perbedaan sebagai sebuah peluang untuk sama-sama saling belajar. Sejak jauh
hari orang Mesir sadar betul bahwa sebuah bangsa tidak akan berdiri kokoh tanpa ditopang
oleh asas saling menghargai.
Sayang, pola interaksi yang harmonis di atas, yang telah turun temurun selama
berabad-abad lamanya, tiba-tiba terguncang oleh ledakan bom di tiga gereja Koptik di
Alexandria. Selama berabad-abad puak nenek moyang bangsa Mesir telah membangun
"rumah laba-laba" Muslim-Koptik dengan sangat susah payah, tiba-tiba rumah sulaman itu
sekarang harus terkoyak.