hubungan pajanan kebisingan dengan tekanan …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH
TINGGI PADA TEKNISI LOKOMOTIF
DI DIPO LOKOMOTIF JATINEGARA TAHUN 2017
Fahreza Mohamad Aditama dan Sri Tjahyani Budi Utami
Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Dipo Lokomotif Jatinegara merupakan tempat perawatan lokomotif kereta api yang menghasilkan bising dalam pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Dipo Lokomotif Jatinegara dan mencari faktor-faktor seperti usia, masa kerja, perilaku merokok, konsumsi alkohol, riwayat keturunan, obesitas serta pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan terjadinya penyakit tekanan darah tinggi. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 51 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tingkat kebisingan pada area Monthly Check dan Daily Check Dipo Lokomotif serta pajanan bising harian secara langsung di lapangan. Penyakit tekanan darah tinggi diukur melalui alat Spyhgmomanomter. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di area Daily Check dipo lokomotif diketahui berada diatas Nilai Ambang Batas. Hasil pengukuran tekanan darah tinggi dari 51 responden diperoleh teknisi yang menderita tekanan darah tinggi sebanyak 13 orang (25,5%). Analisis pajanan bising efektif dengan terjadinya hipertensi menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Namun, analisis antara masa kerja dan tingkat obesitas dengan terjadinya hipertensi mendapatkan hasil hubungan yang signifikan. Sedangkan analisis antara variabel umur, riwayat keturunan, penggunaan APT, konsumsi alkohol dan merokok dengan terjadinya hipertensi diperoleh hubungan yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan gangguan hipertensi yang dialami teknisi lebih disebabkan oleh masa kerja dan obesitas. Rekomendasi yang diberikan yaitu penggunaan alat pelindung telinga yang sesuai secara konsisten dan rotasi pekerja per area baik DC atau MC dilakukan dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama. Kata kunci: teknisi perawatan lokomotif, hipertensi, kebisingan area, pajanan bising efektif
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Association Between Noise Exposure with Hypertension in Locomotive Technician at
Jatinegara Locomotive Depot 2017
Abstract
Jatinegara Locomotive Depot is a place of locomotive maintanance where produce noise in daily basis. The purpose of this research is to describe noise level at Dipo Lokomotif and determine factors between age, duration of work, smoking habit, alcohol consumption, heredity, obesity and use of hearing protective equipment with hypertension . This research using cross sectional study with total sample 51 people. Collecting data is done by noise level meter at daily check and monthly check area. Hypertension is measured with Spyhgmomanomter. The result is noise level at Daily Check above threshold value. 13 out of 51 respondens (25,5 %) suffered hypertension. Based on statistic analysis done with chi square test showed no significant relationship between noise dose effective, age, heredity, use of hearing protective equipment, alcohol consumption and smoke with hypertension. However, duration of work and obesity found significally associated with hypertension. Recommendation for this problem to utilization of hearing personal protective equipment consistently and rotating between technician in DC or MC with a period of not too long.
Keywords: Locomotive Technician, hyperetension, noise area, noise dose effective
Pendahuluan
Kereta api adalah salah satu transportasi umum yang banyak digunakan dalam
kehidupan modern. Salah satu kegiatan pengelolaan kereta api adalah melakukan kegiatan
perawatan lokomotif atau gerbong. Kegiatan perawatan lokomotif dan gerbong akan
menghasilkan bahaya kesehatan kerja yang memajan para teknisi yang ada di lingkungan
kerja dipo perawatan. Salah satu bahaya tersebut berasal dari lingkungan fisik yaitu
kebisingan. Menurut Permenaker No 13 Tahun 2011 kebisingan diartikan sebagai semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat alat produksi dan/atau alat alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Tekanan darah atau hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat di negara maju
dengan prevalensi global sebesar 30-40% di populasi usia dewasa (Hajjar,2008). Dengan
prevalensi terbesar berada di Benua Afrika sebesar 46% dan terendah di Benua Eropa sebesar
35 %(WHO, 2008). Di Indonesia sendiri, penderita hipertensi dengan umur diatas 18 tahun
sebesar 26,5% dengan prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta mencapai 20 %
(Riskedas,2013). ). Di lingkungan Daop 1 Jakarta PT Kereta Api Indonesia(Persero) jumlah
pegawai yang menderita hipertensi menduduki peringkat teratas dalam data penyakit Top 10
di Klinik Manggarai .
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Kegiatan Perawatan lokomotif di area Monthly Check (MC) dan Daily Check (DC) di
Dipo Lokomotif Jatinegara menimbulkan kebisingan yang tinggi dan dalam waktu yang lama.
Kebisingan dengan intensitas tinggi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan non
auditory salah satunya adalah gangguan sistem endokrin yang terjadi terhadap para teknisi.
Salah satu tanda gangguan endokrin seseorang terganggu adalah adanya kenaikan tekanan
darah, jika terus menerus akan menyebabkan tekanan darah tinggi/hipertensi.
Oleh karena itu, adanya bahaya bising pada proses kerja perawatan lokomotif yang
memajan teknisi inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui hubungan antara tekanan
darah tinggi dengan intensitas kebisingan yang diukur pada teknisi kereta api Dipo Lokomotif
Jatinegara Tahun 2017.
Tinjauan Teoritis
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 46 Tahun 1996 , kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Menurut
World Health Organization (1999) terdapat berbagai macam sumber kebisingan yang dapat
memberi dampak bagi masyarakat, yaitu kebisingan dari industri, transportasi dan dari
pemukiman dan area hiburan. Sementara untuk jenis jenis sumber, menurut Buchari (2007),
bising dikelompokkan menjadi Irritating noise atau bising yang mengganggu,
Damaging/injurious noise atau bising yang merusak, dan Masking noise atau bising yang
menutupi.
Bising yang dianggap merusak atau mengganggu ketika melewati suatu nilai ambang
batas. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi (Permenkertrans) nomor 13
Tahun 2011, Nilai ambang batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebgai
kadar/intensitas rata rata tertimbang waktu( time weighed average ) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam perbulan (Permenakertrans,2011).
Bising memiliki dampak terhadap semua aspek khususnya pada kesehatan.
Kebisingan memiliki banyak efek kesehatan sehingga kebisingan dijadikan sebagai fokus
kesehatan masyarakat meskipun belum ditangani secara serius. Beberapa dari efek kesehatan
dari kebisingan adalah Noise Induced Heading Loss (NIHL), gangguan ketika tidur,
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
perubahan tekanan darah, iritasi dan penurunan performa di tempat kerja dan sekolah(Goines
and Hagler, 2007). Konsep model kebisingan mempengaruhi kesehatan bisa dilihat dalam
gambar.
Gambar 1 Konsep model kebisingan mempengaruhi kesehatan
Sumber: (Transportation noise exposure and children’s health and cognition,2008)
Salah satu gangguan akibat kebisingan adalah gangguan kardiovaskular, termasuk
gangguan tekanan darah tinggi /Hiperrtensi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥90mmHg. Menurut banyak
penelitian, hipertensi berasosiasi dengan penyakit kardiovaskular, obesitas, atherosclerosis,
hyperuricacidema (Yeh et al, 2009). Hipertensi juga dapat mempengaruhi struktur dan fungsi
dari pembuluh arteri kecil, arterioles da pembuluh darah lainnya dan dapat menyebabkan
kerusakan pada suatu tingkat tertentu kepada organ target seperti ginjal, mata dan otak, dan
penyebab dari stroke (Hock et al, 1995; Lee et al, 2010).
Pada umumnya, penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun.
Gejala akan muncul jika terjadi kerusakan organ yang bermakna. Apabila hipertensi tidak
diketahui dan tidak pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan, maka hipertensi akan langsung
mengakibatkan kematian akibat gagal jantung, stroke, atau kerusakan ginjal. Untuk itu,
diperlukan deteksi dini berupa pemeriksaan tekanan darah secara teratur yang penting dalam
perawatan hipertensi (Price and Wilson, 2012).
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Penyakit Tekanan darah tinggi akibat kebsingan dapat dipengaruhi oleh faktor faktor
lainnya, berupa:
Karakteristik dan Perilaku
1. Riwayat Genetis 2. Umur dan Jenis Kelamin 3. Detak Jantung Istirahat 4. Indeks Massa Tubuh 5. Konsumsi Alkohol 6. Merokok 7. Emosi 8. Masa Kerja 9. Penggunaan Alat Pelindung Telinga
Hipotesis kebisingan dapat memepengaruhi tekanan darah muncul karena kebisingan
dapat memicu respon sistem saraf otonomi dan endrokrin yang mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan mungkin menjadi faktor resiko kardiovaskular (Berglund et all 1995).
Efek ini bisa terlihat dalam pajanan jangka panjang dengan intensitas bising lebih dari
65 dB atau pajanan akut dengan intensitas bising lebih dari 80-85 dB(Berglund et all 1995).
Pajanan akut kebisingan akan menyebabkan koklea akan langsung meneruskan kebisingan ke
otak bagian samping (pusat pendengaran). Otak akan mengaktifkan respon hormonal dan
saraf menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas syaraf simpatis, dalam bahasa
umum kita kenal dengan stress. Rangsangan juga dapat mempengaruhi fungsi kelenjar
adrenal, membuat peningkatan sementara dalam tekanan darah, denyut jantung dan
vasoconstriction sebagaimana ditinjukkan gambar .
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Gambar 2 Skema reaksi kebisingan dapat menyebabkan pertumbuhan penyakit kardiovaskular, sebagai contoh
hipertensi sebagai respon dari reaksi stress yang menyebabkan kebisingan (Modifikasi dari Munzel, et al)
Sumber: (European Heart Journal (2016) 37, 934)
Rangsangan dan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang terjadi secara berulang-
ulang dalam jangka waktu yang cukup lama akan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
yang menetap, hal ini dianggap merupakan hipotesa terjadinya hipertensi esensial.
Kebisingan akan menstimulasi, melalui saraf simpatis akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah dengan meningkatkan resistansi peripheral total dan kontraksi myocardial.
Stimulasi bising berulang akan mempercepat perubahan struktur vaskular di pembuluh darah
peripheral resistance dan mekanisme ini akan membuat kenaikan tekanan darah secara
permanen hingga ke tingkat hipertensi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Waktu penyusunan penelitian
ini dimulai dari bulan Februari sampai bulan Mei. Sedangkan, waktu pengambilan data
dilakukan pada akhir Bulan April – Awal Mei 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di Dipo
Lokomotif PT Kereta Api Indonesia (Persero) Jatinegara, Jakarta Timur, DKI Jakarta..
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pegawai Dipo Lokomotif Jatinegara yang
berjumlah 84 orang. Sedangkan, sampel dari penelitian ini adalah teknisi lokomotif di area
Daily Check dan Monthly Check dengan jumlah 51 orang, dengan kriteria inklusi adalah
teknisi usia 20 s/d 55 tahun dan bekerja di Dipo Lokomotif Jatinegara unit Monthly Check
dan Daily Check minimal 1 tahun.
Penelitian ini mengumpulkan data melalui pengukuran primer dan sekunde.
Pengukuran langsung kebisingan area menggunakan alat Sound Level Meter, pajanan bising
personal dengan alat Noise Dose Meter, pengukuran tekanan darah menggunakan
Spyhgmomanometer serta kuesioner. Data sekunder menggunakan data Medical Check Up PT
KAI (Persero) bulan April 2017.
Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan informasi mengenai variabel dependen
yaitu gambaran tekanan darah yang ada di teknisi Dipo Lokomotif Jatinegara lalu melihat
seberapa besar penderita tekanan darah tinggi yang ada. Lalu, variabel independennya yaitu
gambaran kebisingan yang ada di Dipo Lokomotif jatinegara baik dalam bentuk area dan
masing masing individu yang terpajan. Dapat dilihat gambaran variabel lainnya juga seperti
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
usia, masa kerja, tingkat obesitas, riwayat keturunan, konsumsi alkohol, merokok, dan
penggunaan Alat Pelindung Telinga.
Pengukuran kebisingan personal dilakukan dengan membagi teknisi di Dipo
Lokomotif Jatinegara menjadi kelompok dengan pajanan yang sama berdasarkan jenis
pekerjaan yang disebut dengan Similar Exposure Group (SEG) dan menggunakan Noise Dose
Meter.
Terdapat 6 SEG yang dijadikan sebagai acuan dalam penentuan pajanan kebisingan
personal, yaitu
1. SEG 1 merupakan teknisi bagian angin di area Monthly Check
2. SEG 2 merupakan teknisi bagian diesel di area Monthly Check
3. SEG 3 merupakan teknisi bagian elektrik di area Monthly Check
4. SEG 4 merupakan teknisi bagian mekanik di area Monthly Check
5. SEG 5 merupakan teknisi bagian Rangka Atas di area Daily Check
6. SEG 6 merupakan teknisi bagian Rangka Bawah di area Daily Check
Hasil Penelitian
A. Analisis Univariat
Dari hasil pengukuran kebisingan dengan menggunakan Noise Dose Meter diperoleh
data yang dijabarkan dalam tabel berikut
Tabel 1 Gambaran Kategori Kebisingan Efektif
Kebisingan Jumlah Persentase (%)
≤ 85 dbA 27 52,9
> 85 dbA 24 47,1
Berdasarkan Tabel 1, jumlah teknisi yang memiliki pajanan kebisingan efektif (Leq
efektif) ≤85 dbA adalah 27 orang (52,9%) dan > 85 dbA adalah 24 Orang (47,1%).
Pengukuran Tekanan darah dilakukan bersamaan dengan kebisingan untuk
mengurangi bias. Pengukuran tekanan darah dilakukan ketika responden bersiap-siap sebelum
bekerja. Kategori didasarkan atas Infodatin Kemenkes Tahun 2015.
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Tabel 2 Gambaran Hasil Pengukuran Tekanan Darah Teknisi Dipo Lokomotif
Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)
Normal 38 74,5
Hipertensi 13 25,5
Pada tabel 2 dari 51 responden yang diukur tekanan darahnya, ditemukan 13
responden (25,5%) yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi dan 38 responden
(74,5 %) yang memiliki tekanan darah normal
Pada tabel 3 Dapat dilihat distribusi variabel umur dan masa kerja pada teknisi Dipo
Lokomotof Jatinegara. Dapat dilihat dalam penelitian ini bahwa umur minimal yang
ditemukan ialah berusia 20 tahun dan maksimal pada usia 55 tahun. Sedangkan rata-ratanya
berada pada umur 29,14 tahun dan standar deviasi 7,518.. Dapat dilihat dalam penelitian ini
bahwa masa kerja minimal yang ditemukan ialah berusia 1 tahun dan maksimal pada usia 35
tahun. Sedangkan rata-ratanya berada pada umur 6,51 tahun dan standar deviasi 6,703.
Table 2 Distribusi Variabel Umur dan Masa Kerja Pada Pengungsi Korban Banjir
Kabupaten Bandung tahun 2016
Karakteristik n=51
Min Max Mean SD
Umur 20 55 29,14 7,518
Masa Kerja 1 35 6,51 6,703
Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan melalui variabel obesitas,
status merokok, riwayat keturunan darah tinggi, status alkohol, dan penggunaan alat
pelindung telinga.
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Tabel 3 Diskripsi obesitas, status merokok, alkohol,
dan riwayat penyakit responden
Obesitas Jumlah Persentase (%) Tidak Obesitas 40 78,4 Obesitas 11 21,6 Status Merokok Jumlah Persentase (%) Tidak Merokok 28 54,9 Merokok 23 45,1 Konsumsi Alkohol Jumlah Persentase (%) Tidak Ada 51 100 Ada 0 0 Riwayat Penyakit Jumlah Persentase (%) Tidak Ada 41 80,4 Ada 10 19,6 Total 51 100
Dari tabel 3, berdasarkan status obesitas responden, dari 51 responden, sebanyak 40
responden (78,4%) berstatus tidak obesitas dan responden yang berstatus obesitas sebanyak
11 orang (21,6%). Untuk variabel status merokok, didapatkan hasil bahwa mayoritas
responden tidak merokok dengan jumlah 28 orang (54,9%).. Untuk variabel riwayat penyakit,
mayoritas responden tidak memiliki riwayat keturunan darah tinggi sebesar 41 orang (80,4%)
dan responden yang memiliki riwayat keturunan darah tinggi sebanyak 10 orang (19,6%).
Variabel konsumsi alkohol semua responden dengan jumlah 51 orang (100%) menyatakan
bahwa tidak mengonsumsi alkohol.
Tabel 4 Diskripsi penyediaan dan pemakaian alat pelindung telinga
Penyediaan APT Jumlah Persentase (%) Tidak Disediakan 5 9,8 Disediakan 46 91,2 Frekuensi Pemakaian Jumlah Persentase (%) Selalu 17 33,33 Kadang-kadang 28 54,91 Tidak Pernah 6 11,77 Total 51 100
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Dari tabel 4 pada penyediaan Alat Pelindung Telinga, dari 51 responden, sebagian
besar responden dengan jumlah 46 orang (91,2%) berpendapat Alat Pelindung Telinga
mereka telah disediakan oleh Tempat Kerja. Jumlah responden yang berpendapat tidak
disediakan APT dalam bekerja sebanyak 5 orang (9,8%). Untuk penggunaan Alat Pelindung
Telinga, 28 responden (60,9 %) memakai dalam frekuensi kadang kadang ,17 responden
(33,3%), dan 6 orang (11,8%) yang tidak pernah menggunakan alat pelindung telinga yang
disediakan.
B. Analisis Bivariat
Pada bagian ini akan dibahas hubungan antara variabel independen dengan dependen
yaitu kebisingan dengan tekanan darah tinggi, serta variabel lain dengan independen yaitu
usia, masa kerja, tingkat obesitas, riwayat keturunan, konsumsi alkohol, merokok, dan
penggunaan Alat Pelindung Telinga dengan tekanna darah tinggi
. Analisis menggunakan menggunakan Chi Square dan regresi logistik karena
penggunaan data kategorik-kategorik. Hasil analisis bivariat akan disajikan dalm bentuk
analisis bivariat dan Odds Ratio (OR) dan untuk mengetahui hubungan antar variable
digunakan chi square.
Pada tabel 5 dari 27 responden dengan pajanan kebisingan selama 8 jam kurang dari
85 dbA yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 22 orang (81,5 %) dan yang
mengalami tekanan darah tinggi sebanyak 5 orang 18,5%). Sedangkan dari 16 responden
dengan pajanan kebisingan lebih dari 85 dbA memiliki tekanan darah normal sebanyak 16
orang (66,6%) dan yang mengalami tekanan darah tinggi sebanyak 8 orang (33,3 %).
Pada tabel 5 dari 45 responden teknisi berusia kurang dari 40 tahun yang memiliki
tekanan darah normal sebanyak 34 orang (75,3%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak
11 orang (24,4%). Sedangkan dari 6 responden teknisi yang memiliki usia lebih dari dan sama
dengan 40 tahun memiliki tekanan darah normal sebanyak 4 orang (66,7%) dan yang
mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (33,3%). Dari 22 responden teknisi memiliki masa
kerja kurang dari 5 tahun yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 20 orang (90,9%)
dan yang mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (9,1 %). Sedangkan dari 29 responden
teknisi yang memiliki masa kerja lebih dari dan sama dengan 5 tahun memiliki tekanan darah
normal sebanyak 18 orang (62,1%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak 11 orang
(37,9%).
Pada tabel 5 dari 40 responden teknisi tidak mengalami obesitas yang memiliki
tekanan darah normal sebanyak 33 orang (82,5%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak 7
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
orang (17,5%). Sedangkan dari 11 responden teknisi yang memiliki mengalami obesitas
memiliki tekanan darah normal sebanyak 5 orang (45,5%) dan yang mengalami hipertensi
sebanyak 6 orang (54,5%). Dari 28 responden teknisi dengan status tidak merokok yang
memiliki tekanan darah normal sebanyak 22 orang (78,6%) dan yang mengalami hipertensi
sebanyak 6 orang (21,4 %). Sedangkan dari 23 responden dengan status merokok aktif
memiliki tekanan darah normal sebanyak 16 orang (69,6%) dan yang mengalami hipertensi
sebanyak 7 orang (30,4%).
Pada tabel 5.15 dari 41 responden teknisi dengan status tidak memiliki riwayat
keturunan yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 31 orang (75,6%) dan yang
mengalami hipertensi sebanyak 10 orang (24,4 %). Sedangkan dari 10 responden dengan
status merokok aktif memiliki tekanan darah normal sebanyak 7 orang (70 %) dan yang
mengalami hipertensi sebanyak 3 orang (30 %).
Tabel 5 Rangkuman analisis Chi-Square jumlah pajanan kebisingan efektif, usia, masa kerja, obesitas, status emrokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keturunan dengan
tekanan darah tinggi
Variabel
Tekanan Darah Total OR
(95% CI)
Nilai
P Normal Hipertensi
N % n % N %
Kebisingan ≤ 85 dbA 22 81,5 5 18,5 27 100 2,2 0,336
> 85 dbA 16 66,7 8 33,3 24 100 0,606-7,989
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Usia Teknisi < 40 tahun 34 75,6 11 24,4 45 100 1,545 0,638
≥ 40 tahun 4 66,7 2 33,3 6 100 0,248-9,619
Total 38 74,5 14 25,5 51 100
Masa kerja < 5 tahun 21 95,5 1 4,5 22 100 14,824 0,003
≥ 5 tahun 17 58,6 12 41,4 29 100 1,748-125,723
Total 38 74,5 13 25,5 24 100
Obesitas Tidak Obesitas 33 82,5 7 17,5 40 100 5,657
1,340-
23,878
0,021 Obesitas 5 45,5 6 54,5 11 100
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Status
Merokok
Tidak Merokok 22 78,6 6 21,4 28 100 1,604 0,529
Merokok 16 69,6 7 30,4 23 100 0.452-5,692
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Konsumsi
Alkohol
Tidak 38 74,5 13 25,5 51 100 - -
Iya 0 0 0 0 0 0
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Riwayat Keturunan
Tidak 31 75,6 10 24,4 41 100 1,329 0,288-6,128
0,701 Iya 7 70 3 30 10 100
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Tabel 6 analisis Regresi Logistik jumlah pajanan kebisingan efektif, usia, masa kerja, obesitas, status emrokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keturunan dengan tekanan
darah tinggi
Frekuensi
Pemakaian Alat
Pelindung Telinga
Tekanan Darah Total OR
(95% CI) Nilai P Normal Hipertensi
N % N % N %
Tidak pernah 4 66,7 2 33,3 6 100 1,200 0,855
Kadang-kadang 22 78,6 6 21,4 28 100 0,655 0,547
Selalu 12 70,6 5 29,4 17 100
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Pembahasan
Penelitian ini menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara
kebisingan dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05 (p=0,298). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aldy Dharma (2014) dimana tidak terdapat
hubungan signifikan antara kebisingan pada 60 pekerja di laki laki unit produksi PT X dengan
terjadinya tekanan darah tidak normal (p value 0,387; OR 1,825). Berdasarkan pada
pengukuran dan observasi, nilai hasil pengukuran kebisingan personal semua kelompok
pekerja menunjukkan nilai melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetapkan. Meski, nilai
tersebut akan dikurangi penggunaan Alat Pelindung Telinga, yang pemakaiannya sulit untuk
ditentukan disebabkan ketidakkonsistenan teknisi
Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan
tekanan darah tinggi dimana signifikan dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,638). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mashallah Aghilinejad dkk (2008) dimana tidak
ada hubungan secara signifikan antara usia dengan kejadian hipertensi pada 218 pekerja di
bengkel usaha kecil di Iran.
Berdasarkan hasil observasi, keadaan sumber daya manusia saat ini di Dipo Lokomotif
Jatinegara baru mengalami proses perekrutan teknisi 3 tahun yang lalu, sehingga banyak usia
teknisi yang masih berada dikisaran usia 20 tahunan. Namun, struktur usia pekerja yang
banyak merupakan pekerja dengan kisaran usia sekitar 30 tahun dengan rata rata usia 29,14
tahun.
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan
tekanan darah tinggi dimana nilai p value kurang dari 0,05(p=0,003). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Indah Kurniawati tahun 2015 bahwa terdapat hubungan
signifikan antara lama masa kerja lebih dari 6 tahun dengan kejadian hipertensi pada petugas
pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok (p=0,002;OR:2,76). Hubungan signifikan antara masa
kerja dengan tekanan darah tinggi ini kemungkinan dipengaruhi akibat faktor lain yaitu
kewajiban penggunaan Alat Pelindung Telinga dari pihak perusahaan sudah dimulai dari
tahun 2014.
Penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih kecil dari 0,05(p=0,021). Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Imas Latifah dkk (2013) dimana ada hubungan secara
signifikan antara kegemukan dengan kejadian hipertensi pada pekerja perusahaan catering
ACS (p value=0,5, PR=1,138). Berdasarkan hasil observasi dan wawancarai, rata rata pekerja
yang mengalami obesitas terjadi ketika mereka sudah bekerja di Dipo Lokomotif Jatinegara.
Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara status
merokok dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,529). Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rega Larosa (2015) dimana ada hubungan
secara signifikan antara status merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja pabrik gula
Tasikmadu (p value=0,002).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancarai, pekerja yang mempunyai status
merokok iya, mempunyai rentang rokok yang dihisap per harinya antara 10-16 batang.
Mereka rata rata telah menjadi perokok selama 11,48 tahun dengan paling minimal 2 tahun
dan paling maksimal 35 tahun.
Pada variabel konsumsi alkohol, hasil uji statistik seluruh responden bersifat homogen
yaitu seluruh teknisi tidak mengkonsumsi alkohol sehingga tidak dapat dilihat hubungan
antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada teknisi dipo lokomotif.
Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat
keturunan dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,071). Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Paskah R. Situmorang (2014) dimana ada
hubungan secara signifikan antara riwayat keturunan dengan kejadian hipertensi pada pekerja
pabrik gula Tasikmadu (p value=0,000).
Berdasarkan hasil wawancara, umumnya responden tidak tahu persis apakah orang
tuanya mempunyai hipertensi atau tidak. Hal ini karena responden merasa orang tua nya
sehat. Menurut Kaplan (2002), orang tua yang menderita hipertensi memilliki resiko lebih
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
besar anaknya untuk mengalami hipertensi, karena ada beberapa gen yang berhubungan
dengan hipertensi.
Penggunaan Alat Pelindung Telinga dengan frekuensi pemakaian kadang kadang
memiliki resiko (OR 1,200) dan pemakaian selalu merupakan faktor protektif terhadap
adanya tekanan darah tinggi pada teknisi (OR=0,655). Hal ini menunjukkan bahwa teknisi
dengan pemakaian alat pelindung telinga kadang kadang memiliki resiko terkena tekanan
darah tinggi 1,2 kali dibandingkan teknisi yang memakai alat pelindung telinga secara tidak
pernah. Hasil analisis menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dimana nilai p
value lebih dari 0,05 (p=0,855 dan 0.547). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dr Sigit Nugraha (2005) dimana ada hubungan secara signifikan antara penggunaan Alat
Pelindung Diri terhadap kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja pabrik gula
Tasikmadu (p value=0,02; OR=3,6).
Hasil dari observasi dan wawancara, penggunaan Alat Pelindung Telinga beberapa
Teknisi Dipo Lokomotif Jatinegara mengalami perbedaan. Ada yang menjawab selalu, namun
dalam observasi tidak selalu memakai. Ketidakdisiplin ini disebabkan oleh beberapa alasan
seperti lupa atau khilaf karena mereka merasa lingkungan kerja tidak bising sehingga hanya
memakai APT jika terlalu bising, juga APT yang digunakan kurang nyaman sehingga
mengganggu proses kerja perawatan.
Kesimpulan
Nilai kebisingan area kerja Dipo Lokomotif Jatinegara yang masih dibawah Nilai
Ambang Batas sesuai Permenakertrans No 13 tahun 2011 adalah area kerja Monthly Check
dengan nilai kebisingan 83,98 dbA. Untuk area kerja Daily Check ditemukan pengukuran
melebihi Nilai Ambang Batas yaitu 87,38 dbA. Sementara, pengukuran pajanan kebisingan
personal dari alat Noise Dose Meter menunjukkan sebanyak 16 teknisi (31,4%) terpapar
kebisingan selama 8 jam melebihi angka NAB yang ditetapkan sebesar 85 dbA.
Hasil uji statistik dan analisis menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara
kebisingan dengan tekanan darah tinggi (p=0,336; OR=2,2) pada teknisi dipo lokomotif
Jatinegara Tahun 2017.
Hasil uji statistik dan analisis menyatakan diantara variabel pendukung, hanya
variabel obesitas dan masa kerja teknisi yang berhubungan signifikan terhadap variabel
dependen (p<0.05). Sehingga faktor yang mempengaruhi hubungan paparan kebisingan
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
dnegan kejadian tekanan darah tinggi/hipertensi pada teknisi dipo lokomotif Jatinegara Tahun
2017 adalah obesitas dan masa kerja teknisi dipo Lokomotif Jatinegara tahun 2017.
Saran
1. Untuk Perusahaan rutin melakukan pengukuran kebisingan pada area yang berpotensi
menimbulkan kebisingan tinggi
2. Memberikan pelatihan penggunaan alat pelindung telinga baik penggunaan
earplug/earmuff serta informasi mengenai efek buruk dari kebisingan kepada teknisi dipo
lokomotif Jatinegara
3. Rutin melakukan pengecekan terhadap kualitas dan kuantitas earmuff dan earplug yang
ada di Dipo Lokomotif Jatinegara
4. Rutin melakukan rotasi kerja terutama pada teknisi di unit Daily Check karena
keterpaparan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas.
5. Melakukan Fit Test sebelum melakukan pengadaan Alat Pelindung Telinga, untuk
membuat teknisi nyaman menggunakan APT.
6. Untuk penelitian selanjutnya , perlu ditambahkan faktor stress atau emosi sehingga bisa
membuat penelitian bahaya bising menjadi lebih fokus
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017
Universitas Indonesia 17
Daftar Pustaka
Anon, (2017). [online] Canadian Centre for Occupational Health & Safety. Available at:
https://www.ccohs.ca/oshanswers/phys_agents/noise_measurement.html [Accessed 17
Feb. 2017].
Barman, S., Barrett, K., Boitano, S. and Brooks, H. (2010). Ganong's review of medical
physiology. 23rd ed. McGraw-Hill Companies, pp.203-207.
Basha, A.1994.Obesitas Pada Hipertensi Regulasi Sistem Krdiovaskular. Jakarta:Kardiologi
Indonesia
Berglund B, Lindvall T.Schewala DH.1999.Guidelines for Community Noise.Geneva.World
Health Organizations
Bodin et al (2009). Road Traffic Noise and Hypertension : Result from a cross sectional
public health survey in Southern Sweden. Environmental Health, 8,38
Departemen Kesehatan.2006.Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta:Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Departemen
Kesehatan RI.
Dharma Putra, Aldy.2014. Analisis Hubungan Dosis Pajanan Kebisingan Dengan Tekanan
Darah Pada Teknisi di Unit Produksi PT X Tahun 2014(Skripsi).FKM UI:Dipok
Griefahn B, Schuemer-Kohrs A, Schuemer R, Moehler U, Mahnert P.2000.Physiological,
subjective, and behavioral responses during sleep to noise from rail and road traffic.
Noise Health 3(9):59-71
Goines, L, Hagler, L. Noise Pollution: A Modern Plague. Southern Medical Journal.March
2007; 100(3):287-293
Méline, J., Van Hulst, A., Thomas, F. and Chaix, B. (2015). Road, rail, and air transportation
noise in residential and workplace neighborhoods and blood pressure (RECORD
Study). Noise and Health, 17(78), pp.308-310.
Miller, J.D. Effects of noise on people. Journal of the Acoustical Society of America, 1974,
56i, 729-764.
NIDC Fact Sheet. Noise-Induced Hearing Loss. U.S. Department of Health and Human
Services, National Institute of Health, National Institute of Deafness and other
Communication Disorders.
Pedoman Pengendalian Hipertensi. (2015). Jakarta: Kementerian Kesehatan, pp.23-26.
Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017