hubungan pendidikan vokasional dengan kemandirian anak

35
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan mengulas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian (research questions), tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian yang didalamnya terdapat antara lain: tipe penelitian, operasionalisasi konsep, lokasi dan pelaksanaan penelitian, teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis serta pengolahan data. 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan tujuan panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), bahwa panti asuhan tidak hanya bertujuan memberikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan fisik semata, namun juga berfungsi sebagai tempat kelangsungan hidup serta tumbuh kembang anak-anak. Diharapkan nantinya mereka dapat hidup secara mandiri atau mampu bersaing dengan anak-anak lain yang notabene masih mempunyai orang tua dan hidup berkecukupan. Dengan demikian pelayanan bagi anak didalam panti asuhan merupakan suatu sistem, karena didalam prakteknya terdapat keterikatan-keterikatan berbagai unsur pelayanan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Unsur-unsur pelayanan yang ada dalam panti asuhan dalam pelaksanaan pengasuhan merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga tidak adanya satu unsur saja dapat mempengaruhi proses pelayanan. ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan mengulas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

masalah penelitian (research questions), tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian yang didalamnya terdapat antara lain:

tipe penelitian, operasionalisasi konsep, lokasi dan pelaksanaan penelitian, teknik

penarikan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis serta pengolahan

data.

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan tujuan panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak (LKSA), bahwa panti asuhan tidak hanya bertujuan memberikan pelayanan

dan pemenuhan kebutuhan fisik semata, namun juga berfungsi sebagai tempat

kelangsungan hidup serta tumbuh kembang anak-anak. Diharapkan nantinya

mereka dapat hidup secara mandiri atau mampu bersaing dengan anak-anak lain

yang notabene masih mempunyai orang tua dan hidup berkecukupan. Dengan

demikian pelayanan bagi anak didalam panti asuhan merupakan suatu sistem,

karena didalam prakteknya terdapat keterikatan-keterikatan berbagai unsur

pelayanan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Unsur-unsur

pelayanan yang ada dalam panti asuhan dalam pelaksanaan pengasuhan

merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga tidak adanya satu unsur saja dapat

mempengaruhi proses pelayanan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

2

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan teknologi yang ada

memunculkan suatu permasalahan bagaimana membina serta mengembangkan

potensi pribadi anak-anak, sehingga nantinya diharapkan mereka mampu bersaing

dan bertahan di dalam masyarakat. Mengingat potensi atau kemampuan yang ada

dalam pribadi anak-anak tersebut sangat besar untuk dapat dijadikan sebagai

modal dalam pelaksanaan pembangunan bangsa.

Perkembangan panti asuhan di Indonesia saat ini cukup dinamis sebagai

salah satu upaya untuk memperbaiki masa depan anak di era globalisasi ini.

Tetapi pilihan anak untuk masuk ke panti asuhan pun menjadi sebuah pertanyaan

besar, karena tidak semua anak berminat untuk tumbuh dan berkembang di sebuah

lingkungan panti asuhan. Karena tidak semua lingkungan panti asuhan

memberikan kenyamanan dan keamanan seperti tinggal di rumah sendiri.

Berbagai kasus kekerasan anak yang terjadi selama ini juga terjadi di panti

asuhan.

Realitasnya, panti asuhan bukannya tanpa masalahnya sendiri. Jarang

sebuah panti asuhan mampu memenuhi persyaratan ideal dalam pemenuhan hak

anak. Studi dari Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Children, dan

UNICEF menemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh panti asuhan, masalah

umum yang dihadapi adalah pendanaan. Di Indonesia, tidak jarang didapati

program sumbangan kepada panti asuhan yang dilakukan dalam berbagai

kesempatan dan berbagai instansi. Hal ini menunjukkan gambaran riil di lapangan

kalau memang menjalankan panti asuhan tidaklah murah1.

1 Lendriyono, Fauzik. “Reorientasi Panti Asuhan: Menggagas Panti Asuhan untukKedaulatan Bangsa”.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

3

Dalam panti asuhan secara umum, keluarga dan kerabat tidak dapat

melakukan kontak dengan anak seperti saat anak berada dalam perawatan

keluarga. Hak anak ini pun akhirnya terlewatkan, bahkan ketika panti asuhan telah

cukup mampu menopang dirinya secara material.

Jumlah anak yatim di Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 3.176.642

anak dengan 157.621 anak diantaranya dari Jawa Timur dan terbanyak ada di

Nusa Tenggara Timur yang mencapai 492.519 anak, kemudian disusul Papua

yang jumlahnya mencapai 399.462 anak. Jumlah panti asuhan di Indonesia sendiri

mencapai 6.000, namun sebagian kecil atau sekitar 800 panti asuhan diantaranya

tidak mempunyai izin2. Sesuai data dari Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat

Daerah Kabupaten Gresik, sampai saat ini jumlah anak yatim piatu di Kabupaten

Gresik tercatat sebesar 14.000 orang3.

Laporan Save the Children pada 2007 tentang Panti Asuhan di Indonesia

dinyatakan bahwa keberadaan panti asuhan di Indonesia sangat memprihatinkan.

Kondisi tersebut hanya didukung oleh fasilitas pelayanan yang kurang manusiawi,

masih sederhananya sistem manajemen administrasi pelayanan dan fungsi

manajerial serta fungsi pelayanan yang masih sebatas pada pendataan. Menurut

temuan Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Children, dan UNICEF

bahwa sebagian besar dari panti asuhan yakni sebesar 99% tersebut dikelola oleh

masyarakat, terutama organisasi masyarakat ataupun keagamaan yang dinilai

2 Antaranews.com, “Manajemen Panti Asuhan Indonesia Memprihatinkan”,diakses dari http://www.antaranews.com/berita/422831/pemerhati--manajemen-panti-asuhan-indonesia-memprihatinkan, pada tanggal 21 September 2014 pukul06.23 WIB3 Gresikkab.go.id, “Harapan dan Cita Anak Yatim”, diakses darihttp://gresikkab.go.id/berita/05072012/600-anak-yatim-layangkan-cita-citanya-dengan-balon-keudara.html, pada tanggal 21 September 2014 pukul 07.28 WIB

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

4

kurang memberikan pengasuhan yang layak dan proporsional4. Karena dalam

program pengembangan organisasi masyarakat maupun keagamaan, panti asuhan

merupakan salah satu bagian penting sebagai sarana untuk mengamalkan nilai-

nilai ajaran agama yang diyakini. Akan tetapi, tidak sedikit panti asuhan yang

dimiliki organisasi masyarakat maupun keagamaan tersebut justru memberikan

fasilitas pelayanan yang kurang manusiawi sehingga berpengaruh buruk secara

sosial, psikologis, dan kesehatan dalam tumbuh kembang anak5.

Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan fakta, bahwa sesungguhnya

panti asuhan tidak memberikan pengasuhan tetapi hanya sebatas menyediakan

akses pendidikan. Hampir tidak ada panti asuhan yang peduli akan adanya

kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun selepas mereka

meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak-anak dan praktek rekrutmen

sangat mirip di hampir semua panti asuhan yang terfokus kepada anak-anak usia

sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung maupun yang terlalu

tua untuk mengasuh sendiri. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari. Sementara

kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak asuh tidak dipertimbangkan6.

Kondisi panti asuhan sekarang berbeda dengan kondisi panti asuhan di

periode 1990-an, dimana terdapat proses penyatuan dengan lingkungan di

sekitarnya. Dampaknya dalam arti positif lebih besar untuk anak-anak yatim yang

tempat tinggalnya sekaligus menjadi tempat bergaul dengan anak-anak luar atau

4 Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Children, dan Unicef, DVD“Seseorang yang Berguna : Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak diIndonesia”.5 Ibid.6 Ibid.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

5

mereka sendiri bergaul dengan anak-anak di luar panti asuhan. Sekarang panti

asuhan cenderung tertutup, anak-anak tidak boleh bergaul diluar atas nama

disiplin7.

Pembenahan panti asuhan dari segi bangunan, perbaikan jaminan makan,

dan sebagainya bukan merupakan ukuran untuk memandirikan anak-anak yatim.

Sebenarnya itu adalah konsep panti asuhan yang dilahirkan oleh negara-negara

Barat. Entah bagaimana mulanya konsep panti asuhan semacam itu bisa

diadaptasi dalam panti asuhan yang ada di Indonesia, termasuk oleh panti asuhan

yang dikelola organisasi masyarakat maupun keagamaan8.

Berbagai kegiatan ekstrakulikuler dilakukan didalam panti asuhan, contoh

yang terjadi pada Panti Asuhan Yatim Nur Hidayah Surakarta. Didalam panti

asuhan tersebut diberikan pembekalan keterampilan atau skill tambahan berupa

pembelajaran komputer, bahasa inggris, setir mobil (bagi yang sudah SLTA),

menjahit, dekorasi, kultum, dan lain-lain9. Contoh lain pada Panti Asuhan Don

Bosco Surabaya yang membekali anak asuhnya dengan berbagai keterampilan

atau skill yang salah satunya berupa pembelajaran berkebun dan pembuatan pupuk

kompos. Tujuannya untuk mengajarkan kepada anak asuh agar selalu peduli pada

7 Inspirasi.com, “Penjara Bernama Panti Asuhan, diakses darihttp://inspirasi.co/forum/post/3713/penjara_bernama_panti_asuhan#sthash.Zwj126tW.dpuf, pada tanggal 20 September 2014 pukul 18.58 WIB.8 Ibid.9 Panti Asuhan Nur Hidayah, “Kegiatan Anak Asuh”, diakses darihttp://pantiasuhan.nurhidayahsolo.com/statis-7-kegiatananakasuh.html, padatanggal 21 September 2014 pukul 19.14 WIB.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

6

lingkungan, mencintai, memelihara dan mejaga serta merawat kebersihan

lingkungan di sekitarnya10.

Melalui panti asuhan anak dididik dengan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan yang dapat mengembangkan diri siswa baik dari segi jasmani dan

rohani seperti ilmu pengetahuan, kreativitas serta akhlakul karimah. Panti asuhan

dapat membentuk pribadi menjadi anak yang mandiri dengan berbagai ilmu

pengetahuan serta ajaran agama yang telah didapat, sehingga menjadi anak yang

memiliki masa depan yang cerah.

Sebagai contoh yang terjadi pada Yayasan Nuruz Zahroh, merupakan

yayasan yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan. Yayasan yang

mengedepankan syariat-syariat Islam dalam setiap baktinya memiliki salah satu

bentuk kegiatan yaitu PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak)11. Jumlah anak Yayasan

Nuruz Zahroh yang telah menyelesaikan masa pengasuhan dari tahun 1985

sampai pada tahun 2007 tidak kurang dari 225 anak, dan rata-rata lulusan per

tahun berjumlah 5 sampai dengan 10 orang. Dari jumlah tersebut yang

mendapatkan pekerjaan sebesar 60%, sedangkan dikembalikan pada keluarga

sebesar 25%, dan sisanya melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya12.

10 Panti Asuhan Don Bosco, “Kegiatan Ekstra”, diakses darihttp://www.pantidonbosco.com/m.php?k=8, pada tanggal 21 September 2014pukul 19.22 WIB.11 Yayasan Nuruz Zahroh, “Sejarah Yayasan Nuruz Zahroh”, diakses darihttp://www.nuruz-zahroh.org/sejarah, pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 12.35WIB.12 Yayasan Nuruz Zahroh, “Data Anak Asuh Yayasan Nuruz Zahroh”, diaksesdari http://www.nuruz-zahroh.org/data-anak-asuh/, pada tanggal 26 Maret 2014pukul 12.45 WIB.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

7

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Amin Thaib BR13, dengan

topik pendidikan life skills berwawasan kemandirian14. Penelitian itu dilakukan di

di Pondok Pesantren Salapiyah Miftahul Huda Al-Musri Cianjur Jawa Barat.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa, untuk mempertahankan kemandirian

dan kelangsungan pendidikan pesantren para kyai umumnya membuka unit usaha

yang sesuai dengan potensi yang ada. Bagi yang memiliki lahan pertanian seperti

di pesantren Al-Misri Cianjur, membuka usaha bidang antara lain sebagai berikut:

pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan koperasi yang semula

dikerjakan oleh buruh tani terkadang dibantu oleh orang tua santri. Dalam

perkembangannya justru dijadikan model pendidikan life skills bagi santri

terutama santri dari keluarga kurang mampu sebagai bentuk partisipasi

pembiayaan hidup dan kelangsungan pendidikan pesantren. Karena sudah

dijadikan model pendidikan life skills bagi santri, maka pihak pengelola

menambah sasarannya bukan hanya bidang pertanian tetapi dikembangkan juga

pada bidang tata busana (bagi santriwati), komputer, dan wirausaha. Pendidikan

dengan kurikulum 15% teori dan 85% praktek pada semua jenis life skill dengan

guru santri senior dan dibantu dari Dinas Pertanian maupun BLK setempat telah

membekali keterampilan sebagian santri dibidang pertanian, peternakan,

perikanan, tata busana, tata boga, toserba, kantin, dan perkoperasian.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah ingin mengungkapkan

13 Peneliti pada Balai Litbang Agama Jakarta.14 Makalah disajikan dalam Seminar Hasil Penelitian Pendidikan Life Skill padaPesantren Salapiyah berwawasan Kemandirian dan Potensi Lokal, Hari Rabu –Kamis, Tanggal 18-19 Juli 2012, di Hotel Horizon Bekasi, oleh Balai LitbangAgama Jakarta.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

8

hubungan pendidikan vokasional dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi

pelayanan panti asuhan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara pemberian pendidikan vokasional dengan

kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan?

2. Apakah ada hubungan antara intensitas belajar pendidikan vokasional

dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan?

3. Apakah ada hubungan antara peminatan jenis pendidikan vokasional yang

dipilih dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti

asuhan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin yang dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian pendidikan

vokasional dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan

panti asuhan.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas belajar

pendidikan vokasional dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi

pelayanan panti asuhan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

9

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara peminatan jenis

pendidikan vokasional yang dipilih anak dengan kemandirian anak yatim

pasca terminasi pelayanan panti asuhan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai sosiologi pendidikan. Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan ilmu pengetahuan yang ada kaitannya dengan pendidikan

vokasional.

1.4.2 Secara Praktis

a. Bagi Pihak Panti Asuhan

Dapat memberikan bahan pertimbangan dan masukan bagi

pihak panti asuhan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan

dengan para alumninya dan sebagai bahan masukan kepada anak

asuh dengan pendidikan vokasional, dapat memberikan bekal

hidup nantinya setelah terjun ke dalam masyarakat.

b. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak

pemerintah untuk mengambil kebijakan guna meningkatkan

pendidikan, kelayakan dan kesejahteraan anak-anak, khususnya

anak-anak yatim yang hidup di panti asuhan. Sebagai bahan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

10

masukan kepada lembaga-lembaga sosial terkait dalam upaya

pengembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada

kehidupan anak asuh kelak.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Landasan Teori

Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) adalah seorang praktisi dan

akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap sebagai bapak

pendidikan kejuruan, terutama di Amerika. Prosser juga adalah seorang

guru Fisika dan Sejarah di New Albany High School dan mendapatkan

gelar PhD dari Columbia University. Di kalangan akademisi pendidikan

vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal sebagai penyusun

16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai 16 Dalil

Prosser15.

Prosser yakin bahwa sekolah harus membantu para siswanya untuk

mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus

maju dalam karir. Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk

publik sebagai alternatif terhadap sekolah umum yang sudah ada. Sekolah

vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran

untuk berbagai jenis pekerjaan yang ada di industri. Prosser percaya bahwa

pendidikan vokasional di jenjang sekolah menengah atas akan mampu

menjadikan para siswa lebih independen.

15 Ismail Madjid, “Landasan Filosofi dan Yuridis Pendidikan TeknologiKejuruan”, diakses dari http://ismailmadjid.wordpress.com/2012/10/08, padatanggal 4 Maret 2015 pukul 12.35 WIB.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

11

Prosser terkenal dengan prinsip-prinsipnya dalam pendidikan

vokasional. Ke-16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut

sebagai 16 Dalil Prosser yang berasal dari buku “Vocational Education in

a Democracy” (Prosser & Quigley, 1950)16. Berikut terjemahan dari 16

Dalil Prosser versi bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa

dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.

2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana

tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang

sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.

3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam

kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam

pekerjaan itu sendiri.

4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap

individu memodali minatnya, pengetahuannya dan

keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.

5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau

pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang

memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat

untung darinya.

6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk

membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar

16 Wardiman Djoyonegoro, Pengembangan Sumber Daya Manusia MelaluiSekolah Menengah Kejuruan, PT. Jayakarta Agung, Jakarta, 1997, h.5.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

12

diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam

pekerjaan nantinya.

7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai

pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan

pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.

8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai

oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.

9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.

10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai

jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman

sarat nilai).

11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada

suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi

tersebut.

12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien

jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan

dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran

kejuruan.

14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang

digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik

mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.

15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

13

16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak

terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan

beroperasi.

David C. McClelland (20 Mei 1917-27 Maret 1998) adalah seorang

ahli teori psikologis Amerika. Ia lahir di kota Mt. Vernon negara Amerika.

Dan beliau mendapatkan penghargaan sebagai sarjana seni dari Wesleyan

University di tahun 1938 dan mendapatkan gelar MA dari University of

Missouri. Serta ia mencapai gelar doktor di bidang psikologi di Yale pada

tahun 1941 dan menjadi profesor di Wesleyan University. Kemudian ia

mengajar dan kuliah. Dimana dengan rekan-rekan selama dua puluh tahun

ia belajar tentang motivasi dan kebutuhan berprestasi. Pada tahun

berikutnya beliau menerima gelar PhD dari Universitas Yale dan mengajar

di Connecticut College dan Wesleyan University sebelum bergabung

dengan fakultas di Universitas Harvard pada tahun 1956, dan ia sudah

bekerja selama 30 tahun dan menjabat sebagai ketua Departemen

Hubungan Sosial. Pada tahun 1961, Guru besar psikologi di Harvard

University bernama David C. McClelland menulis tentang sebuah artikel

berjudul “Dorongan Hati Menuju Modernisasi” dimana merupakan salah

satu inti dari buku yang populer dengan judul “The Achieving Society”.

Artikel yang ditulis David C. McClelland tersebut juga bertujuan sebagai

panduan sebuah negara menuju modernisasi17.

17 Kajian Pustaka, “Motivasi Belajar”, diakses darihttp://www.kajianpustaka.com/2013/04/motivasi-belajar.html, pada tanggal 4Maret 2015 pukul 12.58 WIB.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

14

David McClaland ini terkenal akan karyanya tentang motivasi

berprestasi, namun kepentingan penelitian diperpanjang dengan

kepribadian dan kesadaran. David McClelland memelopori motivasi kerja

berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi,

dan perbaikan dipromosikan dalam metode penilaian karyawan,

mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan alasan mereka

untuk menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian berbasis tes18.

McClelland mengajukan teori motivasi yang didasari oleh

pemenuhan kebutuhan (need achievement theory) di mana salah satu

komponennya adalah kepribadian individu. McClelland mengemukakan

bahwa motif sosial merupakan motif yang kompleks dan merupakan

sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Motif sosial

merupakan hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang

perilaku individu dan kelompok David McClelland dalam teorinya

Mc.Clelland’s “Achievment Motivation Theory” atau teori motivasi

prestasi McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan

energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan

tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi

serta peluang yang tersedia. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan

yaitu kebutuhan akan prestasi (achievement), kebutuhan kekuasaan

(power), dan kebutuhan afiliasi19.

18 AM Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta,1990, h.56.19 Ibid., h.56.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

15

Masing-masing invididu memiliki kebutuhan sendiri-sendiri sesuai

dengan karakter serta pola pikir. Dalam implementasinya, seseorang yang

cenderung memiliki salah satu kebutuhan yang tinggi pada ketiga

kebutuhan diastas akan lebih cocok pada satu posisi tertentu dalam sebuah

pekerjaan. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki need of power

(nPow) tinggi cenderung lebih cocok ditempatkan sebagai pemimpin

sedangkan seseorang yang cenderung memiliki need of affiliation yang

tinggi lebih suka dengan suasana kerja tim yang memiliki banyak interaksi

antar individu. Seseorang yang mampu memahami kebutuhan motivasinya

akan dapat menentukan karir maupun pekerjaan yang cocok sesuai dengan

karakternya20.

McClelland menemukan bahwa individu dengan dorongan prestasi

yang tinggi berbeda dari individu lain dalam keinginan kuat untuk

melakukan hal-hal dengan lebih baik. Individu dengan motivasi

berprestasi yang tinggi mencari kesempatan-kesempatan dimana individu

tersebut memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-

jawaban terhadap masalah-masalah. Individu tersebut lebih menyukai

pekerjaan-pekerjaan dimana terdapat tanggung jawab pribadi, akan

memperoleh balikan, dan tugas pekerjaan memiliki resiko yang sedang

(moderate). Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi

bukan pemain judi (gambler), tidak suka berhasil secara kebetulan.

Tujuan-tujuan yang ditetapkan merupakan tujuan yang tidak terlalu sulit

dicapai dan juga bukan tujuan yang terlalu mudah dicapai. Tujuan yang

20 Ibid., h.57.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

16

harus dicapai merupakan tujuan dengan derajat kesulitan menengah

(moderate). Lebih lanjut McClelland menyatakan karakteristik individu

dengan motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland sebagai

berikut: (1) Keinginan menjadi yang terbaik; (2) Menyukai pekerjaan

dengan tanggung jawab pribadi; (3) Membutuhkan umpan balik setelah

melakukan suatu pekerjaan; (4) Resiko pemilihan tugas moderat; (5)

Kreatif-inovatif dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan21.

1.5.2 Definisi Operasional

Yang dimaksud definisi operasional adalah suatu usaha untuk

menjelaskan mengenai permasalahan pengertian antara konsep yang satu

dengan yang lain. Sedangkan menurut Masri Singarimbun, yang dimaksud

definisi operasional adalah bahwa dalam tahapan ini berusaha menjelaskan

mengenai pembatas pengertian suatu konsep dengan konsep lain yang

merupakan suatu abstraksi hal-hal yang diamati agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Dengan demikian definisi operasional adalah unsur

penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh

peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau

alami.

Definisi operasional yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Vokasional

Pendidikan mempunyai sumbangan yang berarti dalam

perkembangan terbentuknya kemandirian pada diri seseorang.

21 Ibid., h.57.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

17

Pendidikan adalah usaha manusia dengan penuh tanggung jawab

membimbing anak belum mandiri secara pribadi. Semakin

bertambahnya pengetahuan yang dimiliki seseorang kemungkinan

untuk mencoba sesuatu yang baru semakin besar, sehingga

seseorang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan.

Pendidikan vokasional adalah pendidikan yang memberi

bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta

didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang

bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan

kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan

perkembangannya. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih

realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari

akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta

didik dan akan tumbuh subur. Seseorang dikatakan memiliki

kecakapan hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan

terampil dalam menjalankan kehidupan dengan nikmat dan

bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan pribadi,

kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat,

kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-

kehidupan yang lainnya22. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) telah mengamanatkan pendidikan vokasional,

sebagai bagian dan menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang

berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

22 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam JurnalPendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Balitbang Diknas, Jakarta, 2002, h.545.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

18

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”23.

Tujuan utama pendidikan vokasional adalah untuk

meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan

yang nyata, baik nilai yang bersifat preservatif maupun progresif.

Tegasnya, tujuan pendidikan vokasional adalah mempersiapkan

peserta didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan, dan

keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup

dan mengembangkan dirinya. Lebih spesifiknya, pendidikan

vokasional bertujuan untuk: (1) memperdayakan aset kualitas

batiniyah, sikap dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui

pengenalan nilai (logos), penghayatan nilai (etos) dan penerapan

nilai (patos) kehisupan sehari-hari sehingga dapat dipergunakan

untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya; (2)

memberi bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara

benar mengenai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan

peserta didik untuk berfungsi menghadapi masa depan yang sarat

persaingan dan kolaburasi sekaligus; dan (3) memfasilitasi peserta

didik dalam memecahkan permasalahan hidup yang dihadapi

23 Ibid., h.545.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

19

sehari-hari atau yang akan dihadapi, misal menjaga kesehatan

mental dan fisik, mencari nafkah, dan memilih serta

mengembangakan karir24.

b. Perilaku Kemandirian

Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang

mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri),

tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian

identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan

atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak

sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk

menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini

seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia

anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan

bertanggung jawab atas resiko dan konsekuensi yang diakibatkan

dari pilihannya tersebut.

Menurut Bacharuddin Mustafa, kemandirian adalah

kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi

yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak mewujud ketika

mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil

berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin

digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif

lebih rumit dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu

yang lebih serius. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf, kemandirian

24 Ibid., h.545.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

20

merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy

personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir

dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan

mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif

dengan norma yang berlaku di lingkungannya25.

Setiap manusia perlu mengembangkan kemandirian sesuai

dengan kapasitasnya dan tahapan perkembangannya26. Menurut

Reber perilaku kemandirian merupakan suatu perilaku individu

yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana

individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada

akhirnya akan mampu berfikir dan tindakan memilih jalan

hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Individu

yang mempunyai perilaku kemandirian kuat, akan mampu

bertanggung jawab, berani menghadapi masalah dan resiko dan

tidak mudah terpengaruh, serta konsekuen terhadap kata-kata dan

tindakan atau tergantung kepada orang lain27.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku

kemandirian adalah perilaku yang menunujukkan kedewasaan yang

mampu mengembangkan diri, bertanggung jawab, tampil sebagai

25 Ahmad Susanto, “Memahami Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini”, diaksesdari http://fipumj.ac.id/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html, padatanggal 4 Maret 2015 pukul 12.11 WIB.26 Anita Lie & Sarah, 101 Cara Mendidik Kemandirian dan Tanggung JawabAnak, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, h.13.27 Mutadin, Kemandirian Sebagai Psikologi Pada Remaja, diakses darihttp//www.epsikologi.com, pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 13.05 WIB.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

21

totalitas pribadi yang mantap, menyadari apa yang dilakukan dan

alasan melakukannya serta mampu menunjukkan kontrol diri

terhadap perilakunya.

Aspek-aspek kemandirian menurut Havinghurst, antara lain

aspek emosi yaitu ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi

dan tidak tergantungnya emosi pada orangtua. Aspek ekonomi

yaitu ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak

tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua. Aspek sosial

yaitu ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari

orang lain. Aspek intelegensi yaitu ditunjukkan dengan

kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi28.

Menurut Santrock, faktor-faktor yang mempengaruhi dan

membentuk kemandirian adalah Lingkungan kehidupan yang

dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan

kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif.

Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam

bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk

kepribadian seseorang, dalam hal ini adalah kemandirian.

Lingkungan sosial adalah segala faktor ekstern yang

mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari

luar pribadi. Secara konseptual, lingkungan sosial mencakup

unsur-unsur sebagai berikut: (a) proses sosial, (b) struktur sosial,

28 Ibid., h.3.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

22

dan (c) perubahan-perubahan sosial. Proses sosial sebenarnya

merupakan inti dinamika lingkungan sosial. Inti proses sosial

adalah interaksi sosial yang merupakan proses hubungan timbal

balik antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi dengan

kelompok. Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial

karena mencakup aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek

yang merupakan hasil abstraksi proses sosial adalah sebagai

berikut: (a) kelompok sosial, (b) kebudayaan, (c) lembaga-lembaga

sosial, (d) stratifikasi sosial, dan (e) kekuasaan dan wewenang29.

Lingkungan keluarga berperan penting dalam penanaman nilai-

nilai pada diri seorang anak, termasuk nilai kemandirian.

Penanaman nilai kemandirian tersebut tidak terlepas dari peran

orang tua dan pengasuhan yang diberikan orang tua. Kemampuan

seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, serta

mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung

perilaku yang bertanggung jawab mempunyai perasaan aman dan

mampu menyelesaikan segala pemasalahan yang dihadapi dengan

tidak mudah menyerah akan mendukung perilaku mandiri. Faktor

lain yang dianggap penting sebagi tambahan yang diperhatikan

adalah kecerdasan atau intelegensi subjek. Faktor tersebut

diasumsikan akan berpengaruh dalam proses penentuan sikap,

pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan penyesuaian

diri secara mantap. Usaha untuk menentukan sikap memang

29 Soerjono Soekanto, Sosiologi keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja danAnak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, h.80.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

23

diperlukan adanya kemampuan berfikir secara baik supaya

sikapnya diterima oleh masyarakat lingkungannya30.

Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan

diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah

lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain,

biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu

ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat

sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani

orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki

kemandiran, ia berani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat

kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang

baru dikenalnya. Mengembangkan kemandirian pada anak pada

prinsipnya adalah dengan memberikan kesempatan untuk terlibat

dalam berbagai akivitas. Semakin banyak kesempatan yang

diberikan pada anak, maka anak akan semakin terampil

mengembangkan skill-nya sehingga lebih percaya diri.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus di uji kebenarannya.

Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai kesimpulan sementara suatu hubungan

variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya sehingga hipotesis dapat

dikatakan sebagai suatu prediksi yang melekat pada variabel yang bersangkutan.

30 JW Santrock, Adolesence Perkembangan Remaja, Erlangga, Jakarta, 2003,h.145-220.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

24

Meskipun demikian, taraf ketepatan prediksi sangat tergantung pada taraf

kebenaran dan ketepatan landasan teoritis. Secara teknis, hipotesis dapat

didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Pernyataan

tersebut mengindikasi asumsi dasar yang melekat pada populasi yang

bersangkutan.

Dalam penelitian ini, telah dirumuskan hipotesis yang kemudian akan diuji

kebenarannya. Hipotesis kerja dilambangkan H1, dan hipotesis nol dengan H0.

Karena berangkat dari pemahaman obyektivitas atau tanpa prasangka, maka yang

akan diuji kemudian adalah H0. Berikut ini hipotesis yang telah dihimpun:

1. H0: tidak ada hubungan antara pemberian pembelajaran pendidikan

vokasional dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan

panti asuhan.

2. H1: ada hubungan antara pemberian pembelajaran pendidikan vokasional

dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan.

3. H0: tidak ada hubungan antara intensitas belajar pendidikan vokasional

dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan.

4. H1: ada hubungan antara intensitas belajar pendidikan vokasional dengan

kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan.

5. H0: tidak ada hubungan antara peminatan jenis pendidikan vokasional yang

dipilih dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti

asuhan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

25

6. H1: ada hubungan antara peminatan jenis pendidikan vokasional yang

dipilih dengan kemandirian anak yatim pasca terminasi pelayanan panti

asuhan.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif

analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian

diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Tujuan utama penelitian

deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek maupun subjek yang diteliti secara tepat. Artinya,

penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya

pada hubungan antara pendidikan vokasional dengan kemandirian anak

yatim pasca terminasi pelayanan panti asuhan.

1.7.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada;

- Waktu : Bulan September 2014 - selesai

- Tempat : Panti Asuhan Setia Budi, Desa Kedungrukem Kecamatan

Benjeng Kabupaten Gresik

Tempat ini dipilih karena panti asuhan tersebut memiliki banyak

kegiatan sehari-hari yang berorientasi pada pendidikan vokasional, seperti

bercocok tanam di ladang, beternak ayam, bengkel motor, berwirausaha,

dan sebagainya.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

26

1.7.3 Operasionalisasi Konsep

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi 4 (empat)

variabel yang terdiri dari 3 variabel bebas (independent variable) dan 1

variabel terikat (dependent variable), variabel bebas yaitu suatu variabel

yang variasinya mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel terikat

yaitu variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau

pengaruh variabel lain. Variabel bebas dan terikat pada penelitian ini

sebagai berikut:

a. Variabel bebas: Pemberian Pembelajaran Pendidikan Vokasional,

Intensitas Pembelajaran Pendidikan Vokasional, Jenis

Pembelajaran Pendidikan Vokasional yang Diikuti.

b. Variabel terikat: Kemandirian Anak Yatim setelah Lepas dari Panti

Asuhan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

27

Tabel 1.1 Operasionalisasi Konsep

Variabel Konsep Variabel IndikatorP

endi

dika

nV

okas

iona

l

PemberianPendidikanVokasional

Pemberian Pembelajaran PendidikanVokasional meliputi prosespemberian pendidikan vokasionalselama pengasuhan, penyelenggarapendidikan vokasional selamapengasuhan, alasan pesertamengikuti pendidikan vokasional,manfaat yang dihasilkan daripendidikan vokasional, sikap pesertadalam mengikuti pendidikanvokasional.

- Proses PendidikanVokasional

- PenyelenggaraPendidikanVokasional

- Faktor DalamMengikutiPendidikanVokasional

- Tujuan PendidikanVokasional

- Harapan DalamMengikutiPendidikanVokasional

IntensitasPembelajaranPendidikanVokasional

Intensitas Pemberian PembelajaranPendidikan Vokasional meliputiintensitas waktu dalam mengikutipendidikan vokasional, manfaatdalam kurun waktu mengikutipendidikan vokasional, jenis yangdiikuti dalam kurun waktupemberian pendidikan vokasional,proses pembelajaran dalam kurunwaktu pemberian pendidikanvokasional, kepuasan peserta dalamkurun waktu pemberian pendidikanvokasional.

- Intensitas WaktuPembelajaranPendidikanVokasional

- Pengaruh PemberianWaktu TerhadapManfaat, Jenis yangDiikuti, BentukPembelajaran danKepuasan Peserta.

JenisPendidikanVokasional

Jenis Pembelajaran PendidikanVokasional meliputi banyak jenisyang diikuti dalam pembelajaranpendidikan vokasional, jeniskegiatan yang diikuti dalam jenisbercocok tanam, jenis kegiatan yangdiikuti dalam jenis beternak, jeniskegiatan yang diikuti dalam jeniskerajinan tangan, jenis kegiatanyang diikuti dalam jeniskewirausahaan, jenis kegiatan yangdiikuti dalam jenis perbengkelan.

- Banyak JenisPendidikanVokasional yangDiikuti

- Kegiatan JenisBercocok Tanam,Beternak, KerajinanTangan,Kewirausahaan,Perbengkelan yangDiikuti

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

28

Kem

andi

rian

TingkatKemandirian

Kemandirian Anak Yatim meliputikehidupan setelah prosespengasuhan, pekerjaan yang didapatsetelah proses pengasuhan,kesesuaian pekerjaan denganpendidikan vokasional yang pernahdiikuti, proses pemilihan pekerjaansetelah pengasuhan, manfaatpendidikan vokasional dalam usahamencari pekerjaan, manfaatpendidikan vokasional dalamkehidupan bermasyarakat,kelayakan pendidikan vokasional dimasa yang akan datang.

- Kehidupan SetelahPengasuhan

- Kesesuaian Pekerjaan- Pemilihan Pekerjaan- Manfaat Pendidikan

Vokasional dalamPekerjaan,Bermasyarakat

- KelayakanPendidikanVokasional

1.7.4 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi sebenarnya bukan hanya orang tetapi

juga objek atau subjek beserta karakteristik atau sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni panti

asuhan yang pernah mendapat pendidikan vokasional di Panti Asuhan

Setia Budi Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Karena dengan

menempatkan alumni sebagai populasi dalam penelitian ini agar untuk

mengetahui hasil dari adanya pemberian pendidikan vokasional

terhadap anak asuh sewaktu dalam proses pengasuhan, apakah dapat

menjamin kemandirian anak asuh kelak setelah meninggalkan panti

asuhan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

29

Dari data yang berhasil dihimpun dari arsip pengurus jumlah

alumni panti asuhan yang pernah mendapat pendidikan vokasional di

Panti Asuhan Setia Budi sampai dengan tahun 2014 berjumlah ±500

orang, yang pada waktu itu berada didalam asrama panti asuhan

maupun yang berada diluar asrama panti asuhan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik tertentu

yang diambil dari suatu populasi yang diteliti secara rinci. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang berlaku

sehingga betul-betul representatif.

Sampel dari penelitian ini adalah beberapa alumni panti

asuhan yang berjenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan yang

pernah mendapat pendidikan vokasional di Panti Asuhan Setia Budi

Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik yang akan terbagi dalam 5

(lima) tingkatan yang disesuaikan dengan lama tinggal dari anak asuh.

Sehingga dapat disajikan sampel dalam penelitian ini dalam

bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Populasi dan Sampel

Tingkatan Lama Tinggal Anak AsuhA 1-5 tahunB 6-10 tahunC 11-15 tahunD 16-20 tahunE Lebih dari 20 tahun

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

30

1.7.5 Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan teknik Stratified Random

Sampling, yaitu cara mengambil sampel dengan memperhatikan strata

(tingkatan) di dalam populasi. Dalam Stratified Random Sampling, data

sebelumnya dikelompokan kedalam tingkat-tingkatan tertentu, seperti:

tingkatan tinggi, rendah, sedang/baik, jenjang pendidikan kemudian

sampel diambil dari tiap tingkatan tersebut. Karena unsur populasi

berkarakteristik heterogen dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang

signifikan pada pencapaian tujuan penelitian.

Dalam penarikan sampel penelitian ini, terbagi kedalam 5 (lima)

tingkatan menurut lama tinggal alumni panti asuhan saat proses

pengasuhan, yaitu: 1-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, dan

lebih dari 20 tahun. Dari setiap tingkatan tersebut dipilih secara random

dari tiap-tiap tingkatan sebagai representasi dari populasi di alumni panti

asuhan, sehingga nantinya akan terpilih sampel di masing-masing

tingkatan tersebut.

Penyajian sampel dalam penelitian ini, disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3 Teknik Penarikan Sampel

Tingkatan Lama Tinggal Anak Asuh JumlahA 1-5 tahun ±200 orangB 6-10 tahun ±100 orangC 11-15 tahun ±100 orangD 16-20 tahun ±50 orangE Lebih dari 20 tahun ±50 orang

Total ±500 orang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

31

Penarikan sampel pada penelitian ini hanya sampai pada tingkatan

lama tinggal alumni panti asuhan yang ditetapkan, karena data yang

dibutuhkan untuk dijadikan responden tersedia pada tingkatan lama tinggal

alumni panti asuhan tersebut.

Dalam penarikan sampel penelitian ini berpedoman pada Tabel

Persentase Young dengan berdasar pada presentase, antara lain sebagai

berikut:

Tabel 1.4 Teknik Persentase Young

Besarnya Populasi Besarnya Sampel0-100 100%

101-1000 10%1001-5000 5%5001-10000 3%

>10000 1%

Maka jumlah sampel yang diambil sebesar 10% dari jumlah

populasi sebanyak 500 orang. Maka responden yang diambil adalah 50

orang berdasarkan perhitungan 10% x 500 orang = 50 orang, dimana dari

50 responden dibagi kedalam 5 (lima) tingkatan menurut lama tinggal

anak asuh.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendukung penelitian ini agar mendapatkan data yang

akurat dan spesifik, maka peneliti mengumpulkan data dengan cara

sebagai berikut.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

32

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

peneliti secara langsung, seperti data yang diperoleh dari responden

melalui kuesioner.

Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh

responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan

dan kemudian mencatat jawaban yang berikan. Pertanyaan yang akan

diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan

pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta

menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah

alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah mudah diselesaikan,

mudah dianalisis, dan mampu memberikan jangkauan jawaban.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

yang sudah ada, data berupa catatan atau data yang diperoleh dari panti

asuhan yang diteliti. Sumber data yang bersifat sekunder ini,

diharapkan dapat berperan dalam membantu menjelaskan data

penelitian.

1.7.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisis data

sering digunakan proses statistik dimana salah satu fungsi pokok statistik

yaitu menyederhanakan data penelitian yang sangat besar jumlahnya

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

33

hingga menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Selain itu, dalam proses statistik juga dilakukan pembandingan antara hasil

yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan (by change),

sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan

sistematis sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti, atau hanya terjadi

secara kebetulan.

Setelah data dianalisis dan diperoleh data dalam bentuk informasi

yang lebih sederhana, kemudian hasil-hasil ini harus diinterpretasikan

untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil

penelitian. Interpretasi ini, dapat dilakukan melaui dua cara. Pertama,

interpretasi secara terbatas karena peneliti hanya melakukan interpretasi

atas data dan hubungan yang ada dalam penelitiannya. Ini adalah

interpertasi dalam pengertian sempit, tetapi yang paling sering dilakukan.

Peneliti secara otomatis membuat interpretasi sewaktu menganalisis data.

Disini analisis dan interpretasi sangat erat hubungannya karena keduanya

dilakukan hapir secara bersamaan.

Cara kedua, adalah peneliti mencoba mencari pengertian yang

lebih luas tentang hasil-hasil yang didapatkannya dari analisis. Ini

dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan hasil analisisnya dengan

kesimpulan peneliti lain dan dengan menghubungkan kembali

interpretasinya dengan teori. Tahap ini sangat penting, tetapi sering tidak

dilaksanakan oleh banyak peneliti sosial.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

34

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data

secara umum dengan teknik statistik yang bertujuan untuk

mengelompokkan data sesuai dengan kategori yang ditentukan

pada masing-masing variabel. Analisis deskriptif digunakan

untuk menentukan persentase disetiap variabel sesuai dengan

kategorinya, data yang berupa interval dikategorikan sesuai

dengan jumlah kelas interval untuk mendapatkan hasil analisis

deskriptif.

b. Tabel Silang

Sebuah teknik statistik yang menjelaskan dua atau lebih

variabel secara bersamaan dan hasil dalam tabel mencerminkan

distribusi gabungan dua atau lebih variabel yang mempunyai

kategori terbatas atau nilai yang berbeda. Setelah itu untuk

mengetahui hubungan dilakukan Uji Chi-Square. Uji Chi-

Square adalah salah satu uji statistic non-parametik (distibusi

dimana besaran-besaran populasi tidak diketahui) yang cukup

sering digunakan dalam penelitian yang menggunaka dua

variabel, dimana skala data kedua variable adalah nominal atau

untuk menguji perbedaan dua atau lebih proporsi sampel.

1.7.8 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari beberapa tahap, antara lain yaitu:

a. Pemeriksaan data (editing) yang berkaitan dengan kelengkapan

pengisian, kejelasan tulisan, kejelasan makna, konsistensi atau

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI

35

keajegan dari kesesuaian antar jawaban, relevansi jawaban

serta keseragaman kesatuan data pada kuesioner.

b. Pembuatan kode (coding) pada kuesioner dimana hal ini

berfungsi untuk mempermudah dan mempercepat analisis.

Setelah pembuatan kode (coding), kemudian dilakukan

penyederhanaan data dengan cara membuat klasifikasi yaitu

menggolongkan data dari ratusan/puluhan jawaban.

c. Setelah kuesioner diberikan kode, kemudian kuesioner diinput

ke dalam SPSS dan kemudian ditransformasikan ke dalam tabel

frekuensi.

d. Tabel frekuensi kemudian dianalisis untuk mengetahui

penyebaran distribusi dan untuk melihat frekuensi jawaban

responden.

e. Setelah dianalisis menggunakan tabel frekuensi, kemudian

menggunakan Tabel Silang dan Chi-Square.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENDIDIKAN VOKASIONAL..... FAISAL AHMAD FANI