hubungan pengetahuan dan sikap mahasiswa s1 non …digilib.unila.ac.id › 60573 › 3 › 3....
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
MAHASISWA S1 NON KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
SKRIPSI
Oleh:
SALSABILA DZAKIYYAH ZAHRA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
THE ASSOCIATION OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE TOWARD
BEHAVIOUR OF ANTIBIOTIC USAGE ON NON MEDICAL STUDENT IN
LAMPUNG UNIVERSITY
By
SALSABILA DZAKIYYAH ZAHRA
Background Infectious disease is one of the health problems that cause a high risk of
death. One of therapy to resolve the problem of infectious disease is giving antibiotics.
The higher number of resistance in the world indicates if resistance has become a
problem that must be resolved. One of the resistance risk factors is the lack of
antibiotics knowledge. Mistaken knowledge and imprecise using of antibiotics can
cause antibiotic resistance. The research aimed to identify the correlation between
knowledge and characteristic of antibiotic behavior implementation towards non-
medical students at Lampung University.
Methods: An observational research with a cross-sectional study design. Sampling
using probability sampling method with proportional random sampling and
questionnaire as a form of the measurement instrument. Data analysis was performed
by the Kruskal Wallis test and the Mann Whitney test.
Results: The research was conducted towards 140 respondents with a good level of
knowledge 43.6%, good attitude 86.4%, and good behavior 59.3%. Statistical test
results showed there is no significant correlation between the level of knowledge and
antibiotic behavior implementation (p=0,293), but there is a significant correlation
between attitude and antibiotic behavior implementation (p=0.012).
Conclusion: This study does not have a significant correlation between the level of
knowledge and antibiotic behavior implementation, but there is a significant correlation
between attitude and antibiotic behavior implementation in non-medical student in
Lampung University.
Keywords: antibiotics, attitudes, behavior, knowledge, resistance.
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
MAHASISWA S1 NON KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Oleh
SALSABILA DZAKIYYAH ZAHRA
Latar Belakang: Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menyebabkan resiko kematian cukup tinggi. Salah satu terapi untuk mengatasi masalah
penyakit infeksi tersebut adalah dengan memberikan antibiotik Angka resistensi yang
semakin meningkat di dunia menunjukan bahwa resistensi telah menjadi masalah yang
harus segera diselesaikan. Salah satu faktor resiko terjadinya resistensi adalah
kurangnya pengetahuan tentang antibiotik. Pengetahuan yang salah, dan penggunaan
antibiotik yang kurang tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
Metode Penelitian: Penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional
study. Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling dengan jenis
proportional random sampling dan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data dilakukan
dengan uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney.
Hasil Penelitian: Penelitian ini dilakukan terhadap 140 responden dengan tingkat
pengetahuan baik 43,6%, sikap baik 86,4%, dan perilaku baik 59,3%. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap
perilaku penggunaan antibiotik (p=0,293), tetapi terdapat hubungan yang bermakna
antara sikap dengan perilaku penggunaan antibiotik (p=0,012).
Kesimpulan: Penelitian ini tidak memiliki hubungan yang bermakna antara
pengetahuan terhadap perilaku penggunaan antibiotik, namun terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non
kedokteran Universitas Lampung.
Kata Kunci: antibiotik, pengetahuan, perilaku, resistensi, sikap.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
MAHASISWA S1 NON KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Oleh:
SALSABILA DZAKIYYAH ZAHRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
MAHASISWA S1 NON KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP
PERILAKU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Nama Mahasiswa : Salsabila Dzakiyyah Zahra
No. Pokok Mahasiswa : 1618011104
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
dr. Novita Carolia, M.Sc dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, M.Farm
NIP 19831110 200801 2 001 NIP. 19841020 200912 2 005
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan S.R.W., SKM., M. Kes
NIP. 19720628 199702 2 001
MENGESAHKAN
1. Tes Penguji
Ketua : dr. Novita Carolia, M.Sc
Sekretaris : dr. Razmi Zakiah Oktarlina, M.Farm
Penguji
Bukan Pembimbing : dr. Winda Trijayanthi Utama, S.H, MKK
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan SRW., SKM., M.Kes
NIP 19720628 199702 2 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 04 Desember 2019
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
MAHASISWA S1 NON KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK” adalah hasil karya
sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atas karya penulis lain dengan cara tidak
sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat atau yang disebut dengan
plagiarisme .
2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas
Lampung
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ditemukan adanya ketidakbenaran,
saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya
Bandar Lampung, Desember 2019
Pembuat Pernyataan,
Salsabila Dzakiyyah Zahra
NPM 1618011104
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 29 Juli 1997, sebagai anak pertama
dari 2 bersaudara dari Bapak Syafri Rustam dan Ibu Deswita Herlina. Penulis memiliki
satu orang adik perempuan bernama Putri Hanifah
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TKIT AL-IZZAH
Serang, Banten pada tahun 2003. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDIT AL-IZZAH
Serang, Banten pada tahun 2009. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMPI Nurul Fikri Boarding School Banten pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) diselesaikan di SMAI Nurul Fikri Boarding School Banten pada tahun
2015.
Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi
PMPATD PAKIS RESCUE TEAM sebagai anggota tahun 2018-2019.
Dengan Izin Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang ku persembahkan karya ini spesial
untuk Ayah, Ibu, Adik dan Keluarga Besarku Tercinta
serta orang-orang yang tak henti-hentinya mendukung,
mendoakan dan menyayangiku
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia
dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa S1 Non
Kedokteran Universitas Lampung terhadap Perilaku Penggunaan Antibiotik adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. Dyah Wulan SRW S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. dr. Novita Carolia, M.Sc., selaku Pembimbing Utama sekaligus
Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan masukan dan
motivasi kepada penulis selama menuntut ilmu di FK Unila. Kemudian
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan tambahan ilmu, memberi
kritik, saran, dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
4. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm., selaku Pembimbing Kedua
yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama
menyusun skripsi, serta membantu, memberi kritik dan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. dr. Winda Trijayanthi Utama, SH., MKK selaku Pembahas, terimakasih
atas waktu, saran, semangat, nasihat dan evaluasi yang diberikan kepada
penulis selama ini.
6. Semua Dosen Pengajar dan Karyawan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang membantu dalam proses pembelajaran semua kuliah dan
penyelesaian skripsi ini.
7. Kedua orangtuaku, Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang, Bapak Ir.
Syafri Rustam, Ibu Dr. Deswita Herlina, SE., MM yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti-hentinya
kepada penulis. Terimakasih karena selalu tidak menyerah dalam
membesarkan dan mendidik agar menjadi anak yang berbakti. Terimakasih
karena telah menjadi inspirasi dan motivasi terbesar penulis.
8. Adik tersayang, Putri Hanifah yang selalu memberi perhatian, kasih sayang
dan semangat kepada penulis. Semoga selalu diberi kemudahan dan
kelancaran dalam menjalankan perkuliahannya.
9. Sahabatku tercinta Ciwi-Ciwi: Inda, Eca, Mia, Tyas, Annisa, Ayu, Reva,
Nabila, Nadila, Jihan, Vani, yang selalu mendukung, menemani,
mendoakan, dan mendengarkan keluhanku. Terimakasih untuk
persahabatan yang sangat berharga selama ini. Tanpa kalian, perjalanan
studi ku tidak akan seindah ini. Semoga kelak kita akan selalu menjadi
sejawat yang saling bahu-membahu.
10. Kak Marco, kak Iin, kak Ninanu, dan kak Azrie yang telah memberi banyak
nasihat selama masa perkuliahan serta telah membantu dalam doa dan
semangat.
11. Tetangga kompleks terbaik, Martha Sella terimakasih untuk setiap canda
tawa yang dihadirkan setiap kali penulis tidak bersemangat juga yang selalu
memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.
12. Farras, Syiba, Memei, Salipeh, Yumna, Mira yang selalu mendukung,
mendoakan, dan mendengarkan keluhan penulis.
13. Zira, Daris, Intan, dan semua teman-teman kimia di semarang yang selalu
mendukung serta mendoakan untuk kelancaran skripsi ini.
14. Teman-teman bimbingan dr. Novita: Ghale, Joana, Agung, Aziz yang
menjadi teman seperjuangan dalam skripsi ini. Semoga kita bisa wisuda
bersama.
15. Teman-teman bimbingan dr. Okti : Zeni, Atica, Alvira, Jessica, Reqza yang
menjadi teman seperjuangan dalam skripsi ini. Semoga kita bisa wisuda
bersama.
16. Teman-teman KKN : Fifi, Derta, Ayomi, Bang Yobhani, Binsar dan Bang
Sam yang selalu mendukung serta mendoakan untuk kelancaran skripsi ini.
17. Teman-teman satu angkatan FK Unila 2016, TR16EMINUS yang menjadi
teman berjuang dan melangkah bersama dalam meniti cita-cita ini serta
selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.
18. Semua pihak yang telah berjasa membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 04 Desember 2019
Penulis
Salsabila Dzakiyyah Zahra
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………............................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 7
1.4.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 7
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan .................................................................. 8
1.4.3 Bagi Masyarakat ............................................................................... 8 1.4.4 Bagi Tenaga Kesehatan dan Pemerintah ........................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan .............................................................................................. 9
2.1.1 Definisi Pengetahuan ...................................................................... 9
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ................................................................... 9
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................ 10
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan .............................................................. 11
2.2 Sikap ....................................................................................................... 12
2.2.1 Definisi Sikap ............................................................................... 12
2.2.2 Komponen Pokok Sikap ............................................................... 12
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap .................................... 13
2.2.4 Karakteristik Sikap ....................................................................... 15
2.2.5 Fungsi Sikap ................................................................................. 15 2.2.6 Pengukuran Sikap ......................................................................... 17
ii
2.3 Antibiotik ................................................................................................ 17
2.3.1 Definisi Antibiotik ........................................................................ 17
2.3.2 Penggolongan Antibiotik .............................................................. 18
2.3.3 Penggunaan Antibiotik ................................................................. 19
2.3.4 Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak ........................................... 21
2.3.5 Efek Samping Antibiotik .............................................................. 22
2.4 Resistensi Antibiotik ............................................................................... 24
2.4.1 Definisi Resistensi Antibiotik ....................................................... 24
2.4.2 Mekanisme Resistensi Antibiotik ................................................. 24
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Antibiotik ........... 27
2.5 Penggunaan Antibiotik yang Rasional .................................................... 29
2.6 Perilaku Penggunaan Antibiotik ............................................................. 30
2.6.1 Definisi Perilaku ........................................................................... 30
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ........................................... 30
2.6.3 Pengukuran Perilaku Penggunaan Antibiotik ............................... 31
2.7 Kerangka Teori ....................................................................................... 33
2.8 Kerangka Konsep ................................................................................... 34
2.9 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 35
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 35
3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................................... 35
3.2.2 Lokasi Penelitian .......................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 35
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 35
3.3.2 Besar Sampel ................................................................................ 36
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 37
3.3.4 Kriteria Inklusi .............................................................................. 39
3.3.5 Kriteria Eksklusi ........................................................................... 39
3.4 Instrumen penelitian ............................................................................... 40
3.5 Variabel Penelitian .................................................................................. 40
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 41
3.7 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 42
3.7.1 Data Primer ................................................................................... 42
3.8 Alur Penelitian ........................................................................................ 43
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 44
3.9.1 Pengolahan Data ........................................................................... 44
3.9.2 Analisis Data................................................................................. 44
3.10 Etika Penelitian ..................................................................................... 45
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 46
4.1.1 Karakteristik Responden............................................................... 46
4.1.2 Hasil Analisis Univariat ................................................................ 48
4.1.3 Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 54
4.2 Pembahasan Penelitian ........................................................................... 56
4.2.1 Karakteristik Responden............................................................... 56
4.2.2 Analisis Univariat ......................................................................... 57
4.2.3 Analisis Bivariat ........................................................................... 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 77
5.2 Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 79
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional............................................................................................. 41
2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden. ............................................................. 46
3. Karakteristik Fakultas Responden........................................................................ 47
4. Karakteristik Angkatan Responden. ..................................................................... 47
5. Karakteristik Responden berdasarkan Konsumsi Antibiotik. .............................. 48
6. Distribusi Jawaban Kuesioner Pengetahuan Responden...................................... 48
7. Hasil Pengetahuan Mahasiswa S1 Non Kedokteran Universitas Lampung
tentang Antibiotik. ................................................................................................ 49
8. Distribusi Jawaban Kuesioner Sikap Responden. ................................................ 50
9. Hasil Perhitungan Sikap Mahasiswa S1 Non Kedokteran
Universitas Lampung. .......................................................................................... 51
10. Distribusi Jawaban Kuesioner Perilaku Responden ............................................. 52
11. Hasil Perilaku Penggunaan Antibiotik Mahasiswa S1 Non Kedokteran
Universitas Lampung. .......................................................................................... 53
12. Hasil Analisis antara Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Antibiotik
pada Mahasiswa S1 Non Kedokteran Universitas Lampung. .............................. 55
13. Hasil Analisis antara Sikap dengan Perilaku Penggunaan Antibiotik pada
Mahasiswa S1 Non Kedokteran Universitas Lampung. ...................................... 56
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori. ...................................................................................................... 33
2. Kerangka Konsep. .................................................................................................. 34
3. Alur Penelitian. ...................................................................................................... 43
4. Diagram Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden tentang Antibiotik. ...... 58
5. Diagram Distribusi Sikap Responden tentang Antibiotik. ..................................... 60
6. Diagram Distribusi Perilaku Penggunaan Antibiotik Responden. ......................... 64
7. Diagram Perilaku Responden tentang Membeli Antibiotik tanpa
Resep Dokter. ......................................................................................................... 65
8. Diagram Perilaku Responden tentang Menyimpan Antibiotik dan
Menggunakannya Kembali Saat Kambuh. ............................................................... 66
9. Diagram Perilaku Responden dalam Penghentian Penggunaan Antibiotik Meski
Antibiotik Masih Ada. ............................................................................................ 67
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Penelitian ............................................................................................. 85
2. Surat Izin Penelitian .............................................................................................. 93
3. Surat Persetujuan Etik ........................................................................................... 94
4. Hasil Uji Kuesioner ............................................................................................... 95
5. Hasil Uji Normalitas ........................................................................................... 101
6. Data Distribusi Karakteristik Responden ............................................................ 102
7. Data Distribusi Karakteristik Pengetahuan Responden ...................................... 103
8. Data Distribusi Karakteristik Sikap Responden .................................................. 106
9. Data Distribusi Karakteristik Perilaku Penggunaan Antibiotik Responden ........ 108
10. Hasil Analisis Data Responden ........................................................................... 111
vii
DAFTAR SINGKATAN
ABC =ATP-Binding Cassette superfamily
ATC = Anatomical Therapeutic Chemical
DDD = Defined Daily Dose
DNA = Deoxyribo Nucleic Acid
Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia
ESBL = Extended Spectrum β-Lactamases
FEB = Fakultas Ekonomi dan Bisnis
FKIP = Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FISIP = Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ICU = Intensive Care Unit
ISPA = Infeksi Saluran Pernafasan Akut
KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia
KLB = Kejadian Luar Biasa
Kemenkes RI = Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
MATE = Multi Antimicrobial Extrusion Protein family
MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MFS = Major Facilitator Superfamily
OM = Outer Membrane
PBP2 = Penicillin-Binding Protein 2
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
RND = Resistance Nodulation-cell Division superfamily
SMR = Small Multi Drug Resistence family
TB = Tuberkulosis
USU = Universitas Sumatera Utara
WHO = Worl Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi atau penyakit menular sering terjadi di negara berkembang, dan
merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan resiko kematian
cukup tinggi pada anak-anak dan dewasa muda. Di Indonesia, penyakit infeksi
masih menjadi masalah yang ditandai dengan sering terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB), di sisi lain muncul kembali beberapa penyakit menular lama (re-
emerging diseases), serta muncul penyakit-penyakit menular baru (new-
emerging diseases) (Yuningsih, 2015).
Beberapa penyakit yang termasuk ke dalam penyakit infeksi antara lain: diare,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan pneumonia. Data penyakit menular
di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa diare sebagai salah satu penyakit menular dan merupakan penyebab
kematian terbanyak pada anak yang berusia dibawah lima tahun. Jumlah angka
kematian akibat diare pada anak yang berusia dibawah satu tahun sebanyak 31%,
sedangkan anak usia 1-4 tahun sebanyak 25%. Penyakit menular lainnya selain
diare yaitu ISPA. Berdasarkan data Riskesdas 2013, dua kelompok umur yang
paling banyak menderita ISPA yaitu kelompok umur dibawah 1 tahun sebesar
35% dan kelompok umur 1-4 tahun sebesar 42%. Selain diare dan ISPA pada
2
balita, indikator penyakit menular yang penting menjadi perhatian yaitu
pneumonia. Penyakit ini merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru-
paru (alveoli). Periode prevalensi pneumonia untuk seluruh kelompok umur
jumlahnya sekitar 2%. Sedangkan berdasarkan data mortalitas menurut jenis
penyakit (menular dan tidak menular), pneumonia merupakan penyebab
kematian ketiga dengan persentase lebih dari 14% pada semua kelompok umur
setelah tuberkulosis (TB) dan penyakit hati (Dharmayanti dan Tjandararini,
2018).
Salah satu terapi untuk mengatasi masalah penyakit infeksi tersebut adalah
dengan memberikan antimikroba seperti antibakteri/antibiotik, antijamur,
antivirus dan antiprotozoa. Diantara keempat obat tersebut, yang paling banyak
digunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah suatu senyawa kimia yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Zat ini mempunyai kemampuan menghambat
atau membunuh mikroorganisme lain dalam konsentrasi kecil (Kemenkes RI,
2015).
Namun, selama beberapa tahun terakhir ini penggunaan antibiotik mengalami
peningkatan yang luar biasa. The Center for Disease Control and Prevention in
USA menyebutkan bahwa terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak
diperlukan dari 150 juta peresepan setiap tahun. Hasil penelitian Antimicrobial
Resistance, di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP dr. Kariadi Semarang
pada tahun 2000-2004, di temukan adanya penggunaan antibiotik tidak
berdasarkan indikasi sebanyak 30% sampai dengan 80%. Prevalensi resistensi
3
bakteri berbanding lurus dengan jumlah antibiotik yang digunakan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan resistensi antibiotik yang ditemukan di
rumah sakit terutama di Intensive Care Unit (ICU). Pasien-pasien ICU berpotensi
mengalami resistensi antibiotik dikarenakan pasien mengalami penurunan
imunitas, memiliki penyakit komorbid dan selalu kontak dengan alat-alat invasif
beserta petugas kesehatannya. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan
ancaman bagi kesehatan terutama pasien yang resistensi terhadap antibiotik
(Rahman et al., 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) 2015, resistensi bakteri adalah
kondisi dimana bakteri yang awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri tersebut menjadi kebal terhadap antibiotik. Resistensi
bakteri menyebabkan dampak terhadap peningkatan jumlah kematian dan beban
ekonomi. Hal ini mengakibatkan waktu perawatan inap yang diperpanjang dan
penggunaan antibiotik yang lebih mahal serta lebih lama. Berdasarkan data
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) 2017, angka kematian akibat resistensi
antimikroba diperkirakan telah mencapai sekitar 700.000 orang per tahun.
Penyebaran dan perkembangan infeksi akibat mikroorganisme resisten yang
cepat, diperkirakan akan menyebabkan kematian akibat resistensi antibiotik lebih
besar dibanding kematian akibat kanker di tahun 2050 mendatang (Yuliati, 2018).
Salah satu faktor resiko terjadinya resistensi adalah kurangnya pengetahuan
tentang antibiotik. Oleh karena itu dalam penggunaan antibiotik sangat
diperlukan pengetahuan tentang tata cara pemakaiannya yang tepat. Pengetahuan
4
merupakan aspek penting dalam proses terbentuknya tindakan yang nyata.
Pengetahuan yang baik akan merubah sikap menjadi positif sehingga tindakan
yang diambil menjadi lebih terarah. Sosialisasi mengenai antibiotik telah
dilakukan di beberapa negara, berupa pengetahuan penggunaan antibiotik yang
tepat serta mencegah meningkatnya resistensi antibiotik di masyarakat. Beberapa
masalah yang berkaitan dengan kejadian resistensi antibiotik yaitu, infeksi yang
sulit diobati atau tidak terobati, peningkatan penyebaran bakteri resisten
antibiotik secara luas dan biaya kesehatan yang meningkat (Haryanto et al.,
2016).
Pemahaman masyarakat Indonesia mengenai cara penggunaan, manfaat dan
dampak dari penggunaan antibiotik masih rendah. Berdasarkan Riskesdas tahun
2013, tercatat sebanyak 86,1% rumah tangga di seluruh provinsi di Indonesia
menyimpan antibiotik tanpa resep dokter. Penjualan antibiotik yang dilakukan
secara bebas di rumah obat, kios atau warung bahkan apotek menyebabkan
adanya pembelian dan penggunaan obat secara bebas tanpa resep dokter, bahkan
ada yang menyimpan antibiotik cadangan di rumah, hingga meminta dokter
untuk dituliskan resep antibiotik. Hal ini merupakan masalah yang dapat
mendorong terjadinya resistensi antibiotik pada masyarakat (Kemenkes RI,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Widayati dkk tahun 2011 di Yogyakarta,
menyatakan bahwa dari jumlah total 559 responden, terdapat 283 responden yang
dapat menyebutkan nama antibiotik dengan benar dan 276 responden menjawab
5
tidak mengenal antibiotik. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan 85%
responden berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan
resistensi. Sebanyak 76 % responden mampu menjawab dengan benar bahwa
antibiotik dapat mengobati infeksi bakteri, sedangkan 70% responden
menyebutkan seseorang dapat memiliki reaksi alergi terhadap penggunaan
antibiotik. Kemudian sebanyak 50% responden menjawab bahwa antibiotik tidak
harus segera digunakan ketika seseorang mengalami demam. Untuk tingkat
pengetahuan responden mengenai antibiotik, dinyatakan bahwa sebanyak 70%
responden tidak memiliki pengetahuan yang cukup tepat mengenai kegunaan
antibiotik pada infeksi virus. Sehingga, median dari skor keseluruhan
pengetahuan adalah 3 dari range 0-5 (Widayati et al., 2011).
Selanjutnya penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang
antibiotik dan penggunaannya yang dilakukan oleh Pulungan pada tahun 2011 di
kota Medan dengan objek penelitiannya mahasiswa non medis Universitas
Sumatera Utara (USU). Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak
77% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap antibiotik.
Hasil persentase mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan sedang,
sebanyak 18% dan sebanyak 5% mahasiswa memiliki pengetahuan yang rendah
terhadap antibiotik (Pulungan, 2011).
Mahasiswa non kedokteran merupakan salah satu komponen masyarakat yang
memiliki jenjang pendidikan tinggi, namun kurang memahami masalah yang
berhubungan dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak
6
tepat sangat terkait dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang
tentang antibiotik dan penggunaannya. Kesadaran dan pengetahuan yang baik
tentang antibiotik di kalangan mahasiswa akan membuat mereka memiliki sikap
dan praktik positif terhadap penggunaan dari antibiotik. Oleh karena itu perlu
diketahui tingkat pengetahuan mahasiswa salah satunya mahasiswa S1 jurusan
non kedokteran tentang penggunaan antibiotik. Hal ini penting untuk membuat
kebijakan atau anjuran yang tepat dan benar tentang penggunaan antibiotik di
kalangan mahasiswa dan masyarakat. Berdasarkan uraian dari latar belakang,
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mahasiswa
S1 non kedokteran Universitas Lampung terhadap perilaku penggunaan
antibiotik (Atif et al., 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut, Apakah terdapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan antibiotik di kalangan
mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap tentang antibiotik terhadap perilaku penggunaan antibiotik pada
mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik pada
mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
2. Untuk mengetahui sikap penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1
non kedokteran Universitas Lampung.
3. Untuk mengetahui perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1
non kedokteran Universitas Lampung.
4. Mengetahui hubungan pengetahuan (pengertian antibiotik, kegunaan
antibiotik, indikasi, efek samping, dan pengertian resistensi) terhadap
perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non kedokteran
Universitas Lampung.
5. Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku penggunaan antibiotik
pada mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat melatih menulis karya ilmiah,
meningkatkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan peneliti mengenai
penggunaan antibiotik serta mengembangkan kemampuan peneliti dalam
bidang penelitian kesehatan.
8
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan
peneliti selanjutnya terutama tentang cara penggunaan antibiotik yang
benar dan tepat sesuai dengan petunjuk kesehatan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik dengan benar
sehingga mencegah resistensi terhadap antibiotik yang digunakan.
1.4.4 Bagi Tenaga Kesehatan dan Pemerintah
Sebagai referensi bagi tenaga kesehatan dan pemerintah agar dapat
memberikan informasi dan edukasi yang akurat kepada masyarakat tentang
pentingnya penggunaan antibiotik dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan adalah hal-
hal yang mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui dan kepandaian.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar
diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran (Wawan dan Dewi,
2010).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo pengetahuan memiliki enam tingkatan yakni tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know),
diartikan sebagai mengenali suatu materi yang telah dilihat sebelumnya.
Misalnya, mengingat kembali (recall) suatu objek yang spesifik dari materi
yang dipelajari atau diterima. Maka dari itu, tahu termasuk dalam tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Memahami (comprehension), adalah
10
suatu kemampuan dalam menjelaskan dengan benar mengenai objek yang
telah diketahui, dan mampu menjelaskan materi tersebut secara benar.
Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi yang nyata. Analisis
(analysis), adalah suatu kemampuan untuk memecahkan persoalan atau
suatu objek untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sintesis
(synthesis), adalah kemampuan untuk menggabungkan atau
menghubungkan unsur-unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Evaluasi
(evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian
terhadap satu materi atau objek (Notoadmodjo, 2014).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu
pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan
sosial budaya. Faktor yang pertama adalah pengalaman, dapat diperoleh
dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Kedua, tingkat pendidikan
menunjukkan pengetahuan atau wawasan seseorang. Pendidikan yang
lebih tinggi akan membuat seseorang memiliki pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Faktor
yang ketiga yaitu keyakinan, merupakan kepercayaan yang diperoleh
secara turun-temurun dan tanpa dibuktikan terlebih dahulu. Keempat,
fasilitas-fasilitas yang digunakan sebagai sumber informasi sehingga dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya internet, televisi, radio,
11
majalah, koran, dan buku-buku. Kelima yaitu penghasilan, faktor ini tidak
langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Akan tetapi apabila
seseorang memiliki penghasilan yang cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi
tersebut. Dan yang terakhir yaitu sosial budaya. Pengetahuan, persepsi, dan
sikap seseorang terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan
kebudayaan setempat dalam keluarga (Notoadmodjo, 2014).
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara,
diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan
responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan dari responden langsung atau dengan angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin (Notoadmodjo, 2014).
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori tingkatan yang
didasarkan pada nilai persentase. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika
hasil persentasenya ≥ 75%, tingkat pengetahuan dinilai cukup baik jika
hasil persentasenya 56-74% dan dinilai kurang baik jika hasil
persentasenya ≤55% (Budiman, 2013).
12
2.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, objek atau isu. Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat
afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan
Thomas dan Znaniecki menyebutkan bahwa sikap adalah predisposisi
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu,
tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual
(Wawan dan Dewi, 2010).
2.2.2 Komponen Pokok Sikap
Para ahli psikologi sosial menganggap bahwa sikap terdiri dari tiga
komponen. Komponen pertama adalah komponen kognitif (cognitive
component), yaitu pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai sesuatu
yang menjadi objek sikap. Komponen kedua adalah komponen afektif
(affective component). Ini berisikan perasaan terhadap objek sikap.
Sedangkan komponen ketiga adalah komponen konatif (conative
component), yaitu kecenderungan melakukan sesuatu terhadap objek sikap.
Ketiga komponen tersebut berada dalam suatu hubungan yang konsisten
(Simamora, 2008).
13
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri. Menurut Middlebrook, tidak adanya pengalaman pribadi yang
dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah
terbentuk jika seseorang mengalami situasi yang melibatkan faktor
emosional. Sehingga situasi tersebut akan menghasilkan pengalaman yang
lebih mendalam dan lebih lama membekas (Wawan dan Dewi, 2010).
Pengaruh orang lain yang dianggap penting dapat mempengaruhi
pembentukan sikap. Pada dasarnya, individu cenderung untuk memiliki
sikap yang searah atau sesuai dengan sikap orang yang dianggap olehnya
penting. Kecenderungan ini ada karena seseorang ingin membentuk kontak
sosial dan ingin menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut (Simamora, 2008).
Menurut Burrhus Frederic Skinner, pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) sangat berperan dalam membentuk pribadi seseorang.
Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang mencerminkan
apa yang kita alami. Sebagai makhluk sosial, kebudayaan merupakan
keseluruhan pengetahuan yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya dan menjadi pedoman dalam tingkah lakunya.
14
Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Selanjutnya, berbagai bentuk media massa seperti internet,
radio, televisi, surat kabar, majalah dan lain-lain memiliki pengaruh yang
besar dalam pembentukan kepercayaan dan opini individu. Media massa
memberikan pesan-pesan yang membangkitkan ide sehingga mengarahkan
opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika
cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Wawan dan Dewi,
2010).
Lembaga pendidikan serta lembaga agama merupakan suatu sistem yang
memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri seseorang.
Pendidikan dan ajaran-ajaran dari pusat keagamaan, memberikan
pemahaman akan baik dan buruk suatu hal, dan membentuk garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Konsep moral dan
ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut kemudian ikut
berperan dalam menentukan sikap seseorang terhadap suatu hal. Ajaran
moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering
kali menjadi determinan tunggal untuk menentukan sikap. Faktor
emosional berfungsi sebagai pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego
15
atau semacam penyaluran frustrasi. Sikap tersebut bersifat sementara dan
segera berlalu begitu frustrasi telah hilang, namun dapat pula menjadi sikap
yang persisten dan bertahan lama (Azwar, 2010).
2.2.4 Karakteristik Sikap
Sikap memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu objek, arah, resistensi,
persistensi, keyakinan, serta kepemilikan struktur dan sifat. Sikap memang
harus memiliki objek. Objek sikap bisa bersifat abstrak bisa pula nyata.
Objek yang bersifat abstrak misalnya adalah ide. Objek sikap bisa juga
individual bisa juga bersifat spesifik atau umum. Arah atau valuence
berkaitan dengan kecenderungan sikap, apakah positif, netral ataukah
negatif. Resistensi adalah tingkat kekuatan sikap bertahan. Dimana sikap
ada yang sifatnya mudah berubah ada yang sulit berubah. Persistensi
berkaitan dengan perubahan sikap yang disebabkan oleh waktu secara
berangsur-angsur. Seiring perubahan waktu, sikap juga akan berubah.
Tingkat keyakinan berkaitan dengan seberapa yakin seseorang akan
kebenaran sikapnya. Karakteristik ini dekat hubungannya dengan perilaku.
Sikap akan sulit berubah apabila diikuti oleh keyakinan tinggi, juga besar
kemungkinannya diwujudkan dalam perilaku (Simamora, 2008).
2.2.5 Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi untuk seseorang, yaitu fungsi penyesuaian
(adjustment function), fungsi pertahanan ego (ego-defensive function),
16
fungsi ekspresi nilai (value-expressive function) dan fungsi pengetahuan
(knowledge function). Fungsi-fungsi itulah yang mendorong orang untuk
mempertahankan dan meningkatkan citra yang mereka bentuk sendiri.
Dalam konteks yang lebih luas, fungsi-fungsi tersebut merupakan dasar
yang memotivasi pembentukan dan penguatan sikap positif terhadap objek
yang memuaskan kebutuhan atau sikap negatif terhadap objek yang
mendatangkan kerugian, ancaman ataupun hukuman (Wawan dan Dewi,
2010).
Fungsi yang pertama yaitu fungsi penyesuaian. Fungsi ini mengarahkan
kepada objek yang mendatangkan manfaat atau menyenangkan serta
menjauhkan seseorang dari objek yang tidak menarik atau yang tidak
diinginkan. Fungsi yang kedua yaitu fungsi pertahanan ego, sikap yang
terbentuk untuk melindungi ego merupakan wujud dari fungsi pertahanan
ego. Pada kenyataannya, banyak ekspresi sikap yang dicerminkan tidak
sesuai dari apa yang dipersepsikan orang-orang hanya untuk
mempertahankan ego. Fungsi yang ketiga yaitu fungsi ekspresi nilai.
Seseorang mungkin dapat mengekspresikan nilai-nilai yang diyakininya
melalui sikap. Artinya nilai-nilai yang diyakini setiap orang dapat
diterjemahkan ke dalam konteks sikap yang lebih nyata. Fungsi yang
terakhir adalah fungsi pengetahuan. Manusia cenderung memandang
dunianya dari sudut pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa
manusia untuk berpegang pada definisi, konsistensi, stabilitas, dan
17
pemahaman tentang dunianya. Kecenderungan itu pula yang menentukan
apa yang ingin diketahui dan apa yang perlu dipelajari (Simamora, 2008).
2.2.6 Pengukuran Sikap
Teknik dalam pemberian skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian
ini adalah teknik skala Guttman. Tipe skala pengukuran ini adalah jawaban
yang tegas yaitu, “benar-salah, “ya-tidak, “pernah-tidak pernah”, “positif-
negatif”,“setuju-tidak setuju” dan sebagainya. Data ini bisa berupa data
interval atau rasio dikotomi (dua altervatif). Dalam skala Guttman, hanya
ada dua interval yaitu setuju atau tidak setuju. Untuk hasil pengukuran skor
dikonversikan dalam persentase maka dapat dijabarkan untuk skor <50%
hasil pengukuran negatif dan apabila skor ≥50% maka hasil pengukuran
positif (Nazir, 2017).
2.3 Antibiotik
2.3.1 Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
dan bersifat dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik memiliki
kemampuan untuk melukai atau membunuh mikroorganisme penginvasi
tanpa melukai sel inangnnya (Harvey dan Champe, 2013). Antibiotik
merupakan zat yang bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan
replikasi bakteri atau membunuhnya secara langsung (Fuhrmann, 2015).
18
2.3.2 Penggolongan Antibiotik
Secara umum penggolongan antibiotik dapat dibagi dalam beberapa
klasifikasi yaitu berdasarkan struktur kimia, sifat toksisitas selektif, dan
aktivitasnya. Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia terdiri
dari golongan β-laktam, penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, tetrasiklin,
makrolida dan kuinolon. Golongan β-laktam terdiri dari golongan
sefalosporin, golongan monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,
amoksisilin). Antibiotik sefalosporin dibagi ke dalam lima generasi
berdasarkan organisme target masing-masing yaitu generasi pertama
contohnya sefazolin, sefaleksin, dan sefalotin, generasi kedua contohnya
sefuroksim, dan sefoxitin, generasi ketiga contohnya sefoperazon,
sefotaksim, dan seftriakson, generasi keempat contohnya sefepim dan
generasi kelima yaitu seftarolin, fosamil, dan seftobiprol (Khan, 2018).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, penggolongan antibiotik dibagi
menjadi antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bakterisidal. Obat-obat
bakteriostatik bekerja dengan cara menahan pertumbuhan dan replikasi
bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai oleh pasien, sehingga
menghambat penyebaran infeksi saat sistem kekebalan tubuh menyerang,
memindahkan, dan mengeleminasi patogen. Sedangkan obat-obat
bakterisidal membunuh bakteri pada kadar obat dalam serum yang dapat
dicapai pasien (Harvey dan Champe, 2013).
19
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan menjadi antibiotik
spektrum luas dan spektrum sempit. Antibiotik spektrum luas (broad
spectrum) merupakan antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh
bakteri golongan gram positif maupun negatif. Termasuk golongan ini
yaitu tetrasiklin dan derivatnya, ampisilin, kloramfenikol, sefalosporin,
carbapenem dan lain-lain. Antibiotik berspektrum luas digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi yang belum teridentifikasi dengan pembiakan
dan sensitifitas. Sedangkan antibiotik berspektrum sempit (narrow
spectrum) efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya
eritromisin dan penisilin yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif (Pratiwi, 2008).
2.3.3 Penggunaan Antibiotik
Dalam aturan klinis, umumnya ketika ada dugaan infeksi maka tidak ada
waktu untuk menunggu hasil dari sampel mikrobiologis. Untuk itu
perawatan antibiotik dapat dilihat sebagai dua fase, yaitu fase pengobatan
awal atau empiris yang diikuti oleh fase pengobatan yang ditargetkan
setelah patogen penyebab dikonfirmasi. Kedua fase ini berkaitan dengan
waktu, dan pengoptimalan dosis antibiotik yang berfokus pada ketepatan
dan keamanan masing-masing (Donge et al., 2018).
Terapi empiris merupakan terapi awal yang diberikan dalam 1 jam hingga
beberapa hari perawatan, fokus utamanya adalah untuk memberikan
20
pengobatan yang efektif. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris
adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui
jenis bakteri penyebabnya. Karena umumnya organisme penyebab belum
diketahui, maka pemilihan regimen antibiotik perlu mempertimbangkan
keseluruhan epidemiologi infeksi pada kelompok usia pasien (Anwar,
2016).
Pada terapi empiris, antibiotik yang digunakan adalah antibiotik spektrum
luas. Terapi ini harus diberikan tanpa penundaan yaitu dalam jangka waktu
48-72 jam. Namun dalam penggunaannya, tetap harus berdasarkan
pengetahuan tentang tempat infeksi dan organisme penyebab yang
mungkin. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dapat menyebabkan
munculnya kondisi yang buruk, adanya organisme resisten, efek samping
terkait antibiotik dan peningkatan biaya perawatan kesehatan (Malaysian
Society of Intensive Care, 2017).
Setelah dilakukan terapi empiris, ada dua kemungkinan keberhasilan
pengobatan. Pertama, pengobatan dapat dihentikan karena gambaran klinis
dari infeksi patogen tidak dapat dikonfirmasi secara mikrobiologi. Kedua,
penyebab mikrobiologi yang menegaskan diagnosis infeksi dapat
diidentifikasi. Pada terapi ini antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
spektrum sempit yang spesifik terhadap bakteri penyebab. Terapi ini
disebut terapi definitif, dimana antibiotik yang digunakan pada kasus
infeksi sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
21
Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi,
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi (Anwar, 2016).
2.3.4 Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan prinsip penggunaan
antibiotik yang bijak yaitu memperoleh diagnosis penyakit infeksi yang
akurat. Diagnosis penyakit infeksi didapatkan dengan menentukan lokasi
infeksi, menentukan penyebab dan bila memungkinkan, menetapkan
diagnosis mikrobiologis. Setelah penyakit infeksi ditentukan maka dapat
menggunakan antibiotik dengan spektrum sempit, dengan dosis yang
adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat (Anwar, 2016).
Kebijakan penggunaan antibiotik ditandai dengan pembatasan penggunaan
antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama.
Penggunaan antibiotik dapat dibatasi dengan cara menerapkan pedoman
penggunaan antibiotik dan penerapan kewenangan dalam penggunaan
antibiotik tertentu. Agen tunggal harus digunakan sampai ditemukan
adanya bukti bahwa terapi kombinasi diperlukan. Terapi antibiotik
kombinasi dapat digunakan untuk mencapai efek bakterisida, mencegah
munculnya organisme resisten dan mengobati pasien yang sakit kritis
(Dhakal et al., 2018).
22
Penggunaan antibiotik yang bijak dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, tidak membeli antibiotik sendiri (tanpa resep dokter). Kedua,
tidak menggunakan antibiotik untuk selain infeksi bakteri. Antibiotik tidak
diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit
yang dapat sembuh sendiri. Ketiga, tidak menyimpan antibiotik di rumah.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan sebanyak 35.6%
rumah tangga di Indonesia memiliki kebiasaan menyimpan obat. Di antara
jumlah tersebut, 85.6% merupakan obat antibiotik. Keempat, tidak
memberi antibiotik sisa kepada orang lain. Dan yang terakhir adalah
biasakan untuk bertanya kepada dokter maupun apoteker terkait informasi
penggunaan antibiotik yang diberikan. Pemilihan jenis antibiotik harus
berdasarkan pada informasi mengenai spektrum bakteri penyebab infeksi
dan pola kepekaannya terhadap antibiotik. Hasil pemeriksaan mikrobiologi
juga menjadi dasar dalam pemilihan jenis antibiotik. Selain itu perlu
diketahui profil farmakokinetik dan farmakodinamik dari tiap antibiotik.
Kemudian, melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil
mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat. Antibiotik
juga harus dipilih atas dasar biaya yang paling efektif dan aman digunakan
(Anwar, 2016).
2.3.5 Efek Samping Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dan tidak tepat dosis, dapat
menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Efek dari
23
interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti
penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan
efek toksik obat lainnya. Selain itu dapat menimbulkan bahaya seperti efek
toksik, alergi, atau biologis (Anwar, 2016). Efek samping yang disebabkan
oleh antibiotik dapat diklasifikasikan sebagai efek secara langsung dan
tidak langsung. Hipersensitivitas dan toksisitas termasuk dalam efek
samping antibiotik secara langsung. Sedangkan efek samping tidak
langsung yaitu efek pada flora normal dan lingkungan (Dhakal et al.,
2018).
Sebagai contoh, penggunaan gentamisin, neomisin, tobramisin,
streptomisin dan amikasin secara intraperitoneal atau intrapleural dapat
berisiko terjadinya paralisis respiratorik. Selain itu, pemakaian
kloramfenikol yang melebihi batas keamanan akan menekan fungsi
sumsum tulang sehingga menyebabkan neutropenia dan anemia. Demikian
juga penggunaan penisilin dan sepalosporin dapat menyebabkan efek
samping alergi. Keadaan yang paling jarang adalah kejadian syok
anafilaktik. Sedangkan kejadian yang lebih sering timbul adalah ruam dan
urtikaria. Penggunaan antibiotik berspektrum luas dapat menyebabkan efek
samping biologis terhadap flora normal di kulit maupun di selaput-selaput
lendir tubuh (Sudoyo, 2014).
24
2.4 Resistensi Antibiotik
2.4.1 Definisi Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme biasanya spesies
bakteri untuk bertahan hidup setelah terpapar dengan satu atau lebih
antibiotik (Tafa et al., 2017). Resistensi antibiotik dapat didefinisikan
sebagai kemampuan mikroorganisme dalam mengancam efektivitas
pengobatan infeksi yang berhasil. Perlawanan dapat ditransfer secara
genetik dari satu ke mikroorganisme yang lain. Resistensi antibiotik
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang diakui di tingkat lokal,
nasional dan global. Saat ini resistensi antibiotik menjadi perhatian karena
tidak lagi menjadi prediktor dalam menjaga kesehatan di dalam populasi
tetapi ancaman yang meningkat terhadap masa depan kesehatan karena
penyalahgunaan antibiotik (Kandelaki et al., 2015).
2.4.2 Mekanisme Resistensi Antibiotik
Secara mikrobiologik, patogenesis resistensi bakteri terdiri dari dua yaitu
resistensi alami dan resistensi didapat. Resistensi alami adalah suatu
keadaan dimana sejak awal mikroba tidak pernah sensitif terhadap
antibiotik tertentu misalnya, Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap
kloramfenikol, dan sebagainya. Sedangkan resistensi didapat adalah suatu
keadaan dimana mikroba yang awalnya sensitif terhadap antibiotik tertentu
mengalami perubahan sifat menjadi resisten (Depkes RI, 2011).
25
Secara garis besar, terdapat beberapa mekanisme yang mendasari resistensi
antibiotik, yaitu: (1) inaktivasi antibiotik, (2) modifikasi target molekul, (3)
sistem pompa aktif dari dalam keluar sel (efflux pump), dan (4) perubahan
outer membran sel. Antibiotik dapat dinonaktifkan oleh sel bakteri dengan
cara hidrolisis oleh enzim. Hidrolisis oleh enzim menyebabkan perubahan
struktur kimia yang berakibat tidak berfungsinya antibiotik. Bakteri
mensintesis enzim β-laktamase, suatu amidase, untuk menonaktifkan
antibiotik yang memiliki cincin β-laktam, seperti golongan penisilin dan
sefalosporin. Bakteri gram positif maupun negatif mampu membentuk
enzim ini. Lebih dari 200 macam enzim β-laktam setelah diidentifikasi,
baik yang dikode oleh kromosom maupun plasmid (Munita dan Arias,
2016). Menurut Ambler classification, enzim β-laktamase dikelompokkan
berdasarkan homologi asam amino, yaitu: Kelas A serine-lactamase, Kelas
A extended spectrum β-lactamases (ESBL), Kelas A serine
carbapenemases, Kelas B metallo-β–lactamases, Kelas C serine
cephalosporinases, dan Kelas D serine oxacillinases (Drawz dan Robert,
2010).
Perubahan molekul target dapat berakibat pada efisiensi interaksi antara
antibiotik dan molekul target yang berakibat pada resistensi. Perubahan
struktur peptidoglikan dapat menjadi dasar terjadinya resistensi terhadap
antibiotik golongan penisillin, sepalosporin, karbapenem, monobaktam,
dan glikopeptida. Hal ini terjadi oleh karena antibiotik ini bekerja dengan
26
menghambat sintesis dinding sel yang dilakukan oleh β-laktam. Target
molekul dari antibiotik β-laktam adalah Penicillin-binding protein 2
(PBP2) yang dimiliki oleh N. Gonorrhoeae (Munita dan Arias, 2016).
Sistem pompa aktif dari dalam keluar sel (efflux pump) adalah suatu
mekanisme yang berperan terhadap perpindahan bahan toksik, termasuk
antibiotik. Contoh antibiotik yang dapat terjadi melalui mekanisme ini
adalah makrolid, tetrasiklin, dan flurokuinolon. Hal ini terjadi oleh karena
antibiotik golongan ini bekerja dengan menghambat sintesis protein dan
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), sehingga untuk dapat berefek dengan
baik, antibiotik ini harus dapat berada di dalam sel. Untuk dapat bekerja,
sistem pompa aktif membutuhkan energi. Lima macam sistem pompa aktif
pada bakteri terdiri dari: ATP-binding cassette superfamily (ABC), Major
facilitator superfamily (MFS), Small multi drug resistance family (SMR),
Resistance nodulation-cell division superfamily (RND), dan Multi
antimicrobial extrusion protein family (MATE) (Giedraitienë et al., 2011).
Mekanisme yang terakhir yaitu perubahan Outer Membrane (OM) sel.
Bakteri gram negatif memiliki OM yang terdiri dari fosfolipid di bagian
dalam dan lipid A di bagian luar. Komposisi OM bakteri berpengaruh
terhadap masukan dan transportasi antibiotik ke dalam sel. Terdapat 3 cara
molekul antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, yaitu: difusi melalui
27
billayer, difusi melalui porin dan self-promoted uptake (Munita dan Arias,
2016).
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional semakin meningkat di dunia,
baik di negara maju maupun berkembang. Salah satu faktor utama yang
sangat mempengaruhi perkembangan resistensi adalah penggunaan
antibiotik yang tidak rasional. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk penggunaan obat tiap
pasien yang terlalu banyak (polifarmasi), penggunaan obat yang tidak
tepat, dosis yang tidak adekuat serta rute pemberian yang tidak tepat.
Semua faktor ini bukan hanya menyebabkan terapi tidak efektif, tetapi juga
mengakibatkan resistensi terhadap obat oleh bakteri (Mboya et al., 2018).
Pengetahuan, sikap, dan kepercayaan publik tentang antibiotik juga
menjadi penentu terhadap resistensi antibiotik. Beberapa masyarakat masih
memiliki pemahaman yang salah mengenai resistensi obat. Banyak yang
percaya bahwa dirinya tidak berkontribusi pada pengembangan resistensi
antibiotik dan tidak memahami bahwa bakteri dapat menjadi resisten.
Kemudian yang menjadi faktor penyebab resistensi selanjutnya adalah
penggunaan antibiotik tanpa resep. Pembelian antibiotik tanpa resep sudah
menjadi hal yang umum, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah di mana kebijakan dan peraturan sering tidak dilaksanakan
meskipun sudah ada. Masyarakat sudah pandai memperoleh antibiotik
28
melalui internet atau membelinya dari negara lain. Terkadang masyarakat
juga mengkonsumsi sisa antibiotik dari resep sebelumnya, dikarenakan
jumlah antibiotik yang diresepkan melebihi durasi pengobatan. Perawatan
dengan antibiotik yang berulang memberikan tekanan selektif yang lebih
besar pada flora bakteri normal daripada pengobatan antibiotik tunggal.
Sehingga mendukung terjadinya resistensi obat (Machowska dan
Lundborg, 2019).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) 2011,
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi resistensi bakteri terhadap
antibiotik adalah faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen yang
menyebabkan resistensi adalah perubahan sifat bakteri yang terjadi bukan
akibat transfer genetik dari kuman lain. Mutasi genetik terjadi secara
internal, namun hal ini dapat tidak disertai perubahan patogenitas dan
viabilitas mikroorganisme tersebut. Misalnya, pemberian antibiotik
amoksisilin yang tidak adekuat atau tidak sesuai indikasi dapat
menyebabkan perubahan enzim internal bakteri dan perubahan sifat
bakteri. Bakteri yang pada awalnya sensitif terhadap amoksisilin, berubah
menjadi resisten. Faktor eksogen yang menyebabkan resistensi adalah
perubahan sifat bakteri yang terjadi akibat transfer genetik dari kuman lain,
misal melalui plasmid dan transposon yang membawa gen pengkode
tertentu. Faktor eksogen dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat
bakteri yang mendapat transfer gen pengkode tersebut sehingga bakteri
29
yang awalnya sensitif terhadap antibiotik tertentu menjadi resisten (Depkes
RI, 2011).
2.5 Penggunaan Antibiotik yang Rasional
Penggunaan antibiotik secara rasional berhubungan erat dengan penggunaan
antibiotik berspektrum sempit dengan indikasi yang tepat, dosis yang adekuat,
serta tidak lebih lama dari yang dibutuhkan. Dalam penggunaan obat, dapat
menggunakan beberapa instrumen yaitu Anatomical Therapeutic Chemical
(ATC) dan Defined Daily Dose (DDD). Penetapan ATC yaitu berdasarkan pada
organ, lokasi terapi, farmakologi, dan kandungan kimia. Sedangkan pengukuran
dengan DDD merupakan standar dalam pengukuran kuantitas penggunaan dari
antibiotik. Keduanya bertujuan mengembangkan kualitas dalam penggunaan
obat juga dapat mempresentasikan serta membandingkan konsumsi obat pada
level internasional (Sholih et al., 2015). Berikut ini adalah beberapa kriteria
pemakaian obat yang rasional. Pertama, pemakaian sesuai dengan indikasi
penyakit. Pengobatan dilakukan atas keluhan pasien dan hasil pemeriksaan fisik
yang akurat. Setiap obat mempunyai spektrum terapi yang spesifik sehingga
pemberian obat dikatakan tepat indikasi apabila obat yang diberikan telah sesuai
dengan indikasi dan gejala penyakit yang timbul sehingga obat dapat
memberikan efek terbaik. Kedua, diberikan dengan dosis yang tepat melalui
perhitungan usia, berat badan dan kronologis penyakit. Pemberian obat dikatakan
tepat dosis apabila besaran dosis yang diberikan, frekuensi,dan lama pemberian
obat telah tepat untuk pasien. Ketepatan dosis juga sangat berpengaruh pada
30
pengobatan pasien, karena apabila dosis kurang maka efektifitas obat akan
berkurang dan sebaliknya apabila dosis berlebih maka akan dapat menjadi racun
bagi pasien (Depkes RI, 2011).
Ketiga, interval waktu pemberian yang tepat dalam mengkonsumsi obat harus
sesuai dengan aturan yang ada. Keempat, lama pemberian yang tepat. Dalam
beberapa kasus, memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu.
Kelima, obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Dengan cara,
memberikan obat yang sesuai dengan jenis keluhan penyakit dan menghindari
pemberian obat yang kadaluarsa. Keenam, jenis obat harus mudah didapat
dengan harga yang relatif murah serta efek samping minimal (Aulia, 2018).
2.6 Perilaku Penggunaan Antibiotik
2.6.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah hasil dari berbagai macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terlihat dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan (Notoadmodjo, 2014). Perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Aktivitas yang dikerjakan seseorang disebut sebagai
perilaku (Wardiah, 2016).
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor di sejumlah
tingkat. Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan
31
antibiotik. Pertama, tingkat individu yang teridiri dari pengetahuan, sikap,
keyakinan, dan kepribadian, yang diringkas sebagai motivasi individu.
Kedua, tingkat interpersonal yang terdiri dari identitas sosial, dukungan,
peran (peran formal seperti kepala di tempat kerja), atau pemimpin
informal seperti penyedia informasi di lingkungan misalnya hubungan
dokter-pasien dalam situasi yang menentukan. Faktor yang ketiga yaitu
tingkat kelembagaan yang terdiri dari aturan, pedoman, peraturan, dan
struktur informal, di mana satu contoh bisa menjadi pedoman penulisan.
Keempat, tingkat komunitas terdiri dari jaringan sosial dan norma,
misalnya peresepan bebas atau restriktif, dan yang terakhir adalah tingkat
kebijakan publik peraturan dan undang-undang (Wawan dan Dewi, 2010).
2.6.3 Pengukuran Perilaku Penggunaan Antibiotik
Pengukuran perilaku dilakukan dengan cara mengungkapkan perilaku
kelompok responden dalam pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji
reabilitas dan validitasnya. Pengukuran ini menggunakan teknik skala
Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban
responden dikategorikan pada kisaran sangat setuju hingga sangat tidak
setuju. Peneliti menggunakan 4 kategori tingkat persetujuan yaitu Selalu
(SL), Sering (SR), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP) dengan skala nilai 1-4.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik
32
bersifat favorable (positif) maupun bersifat unfavorable (negatif). Semua
yang sifatnya favorable kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu
untuk sangat setuju nilainya 4 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju
nilainya 1. Sebaliknya untuk unfavorable maka nilai sangat setuju adalah
1 dan untuk nilai sangat tidak setuju adalah 4. Hasil dari perilaku dapat
dikategorikan menjadi positif dan negatif. Untuk hasil pengukuran skor
dikonversikan dalam persentase maka dapat dijabarkan untuk skor <60%
hasil pengukuran perilaku dikatakan tidak baik, untuk skor 60-74% hasil
pengukuran dikatakan cukup baik dan apabila skor ≥75% maka hasil
pengukuran perilaku dikatakan baik (Azwar, 2010).
33
2.7 Kerangka Teori
Berdasarkan teori dan penelitian yang ada maka dapat digambarkan kerangka
teori sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Teori.
Kebijakan tentang
penggunaan antibiotik
tidak dilaksanakan
dengan baik
Penyakit yang
disebabkan infeksi
mikroba meningkat
Pembelian antibiotik
tanpa resep
Penggunaan antibiotik
meningkat
Tingkat
pengetahuan
mahasiswa
terhadap
penggunaan
antibiotik secara
tepat masih rendah
Sikap terhadap
penggunaan
antibiotik masih
kurang tepat
Perilaku
penggunaan
antibiotik yang
kurang tepat
meningkat di
mahasiswa
Resistensi
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak
diteliti
Menyimpan antibiotik
di rumah
Menggunakan
antibiotik untuk selain
infeksi bakteri
Memberi antibiotik
sisa kepada orang lain
34
2.8 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep.
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
Ha: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung.
Perilaku penggunaan
antibiotik pada mahasiswa
S1 non kedokteran
Universitas Lampung
Pengetahuan mahasiswa S1 non
kedokteran Universitas Lampung
terhadap penggunaan antibiotik
Sikap mahasiswa S1 non kedokteran
Universitas Lampung terhadap
penggunaan antibiotik
Variabel Independen
Variabel Dependen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah analitik observasional.
Penelitian observasi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap terhadap perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa S1 non
kedokteran Universitas Lampung. Dengan pendekatan desain penelitian cross
sectional study yaitu pengambilan data dilakukan sekali saja dengan kuesioner
sebagai instrumen penelitian (Jasaputra dan Santosa, 2008).
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019.
3.2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Lampung.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif S1 non kedokteran
Universitas Lampung tahun ajaran 2018/2019.
36
3.3.2 Besar Sampel
Dalam menentukan besar sampel, langkah pertama adalah pendataan
jumlah mahasiswa S1 non kedokteran tahun ajaran 2018/2019. Menurut
pangkalan data pendidikan tinggi Kementrian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi jumlah mahasiswa S1 non kedokteran di Universitas
Lampung yaitu 21.009 mahasiswa. Langkah selanjutnya menghitung
jumlah sampel yang akan diambil dari setiap angkatan. Adapun jumlah
sampel (responden) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑛 = [𝑍𝑎√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑃1 − 𝑃2]
n : Sampel
𝑧𝑎 : Koefisien tingkat kesalahan I (pada penelitian ini 1.96)
𝑍𝛽 : Koefisien tingkat kesalahan II (pada penelitian ini 0.84)
P1 : Proporsi yang nilainya merupakan judgedment peneliti (0,8)
P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,6)
(Qodria, 2016).
Q1 : 1 - P1= 0,2
Q2 : 1 – P2 = 0,4
P : P1+P2/2 = 0,7
Q : 1-P = 0,3
P1 – P2 : Perbedaan proporsi minimal antar kelompok yang dianggap
bermakna (0.2)
2
37
𝑛 = [𝑧𝑎 √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑃1 − 𝑃2]
𝑛 = [1,96√2𝑥0,7𝑥0,3 + 0,84 √0,8𝑥0,2 + 0,6𝑥0,4
0,2]
𝑛 = [1,270 + 0,5312
0,2]
𝑛 = [1,8012
0,2]
n = 9,0062
n = 81,10 dibulatkan menjadi 81
Adapun penelitian ini menggunakan rumus analisis kategorik tidak
berpasangan (Dahlan, 2019). Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah 81 responden. Penambahan
sejumlah responden dengan adanya kemungkinan responden yang drop out
sebesar 10% sehingga jumlah responden bertambah menjadi 89 responden.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proportional random sampling. Pada teknik ini pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mengambil subyek dari setiap strata secara
seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata (Dahlan,
2019). Strata dalam penelitian ini dibagi berdasarkan fakultas. Kemudian
dihitung jumlah sampel yang akan diambil dari setiap fakultas.
2
2
2
2
38
Adapun jumlah sampel (responden) untuk masing-masing fakultas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
n = N x Jumlah responden yang diperlukan
Jumlah mahasiswa S1 non kedokteran tahun ajaran 2018/2019
Keterangan:
n: jumlah responden untuk masing-masing fakultas
N: jumlah mahasiswa setiap fakultas
Maka didapat jumlah sampel untuk masing-masing fakultas sebanyak:
a) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
n = 1982 x 89 = 8 mahasiswa
21009
b) Fakultas Hukum
n = 2103 x 89 = 9 mahasiswa
21009
c) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
n= 5134 x 89 = 22 mahasiswa
21009
d) Fakultas Pertanian
n= 3883 x 89 = 16 mahasiswa
21009
39
e) Fakultas Teknik
n= 2470 x 89 = 11 mahasiswa
21009
f) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
n= 2830 x 89 = 12 mahasiswa
21009
g) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
n= 2607 x 89 = 11 mahasiswa
21009
3.3.4 Kriteria Inklusi
a) Mahasiswa aktif S1 non kedokteran Universitas Lampung angkatan
2016, 2017 dan 2018.
b) Bersedia berpartisipasi.
c) Mengisi seluruh isi kuesioner.
3.3.5 Kriteria Eksklusi
a) Mahasiswa yang mengambil cuti kuliah.
b) Mahasiswa yang menolak berpartisipasi.
c) Mahasiswa yang tidak menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner
secara lengkap.
40
3.4 Instrumen penelitian
a) Lembar kuesioner pengetahuan mengenai antibiotik (Pratiwi, 2018).
b) Lembar kuesioner sikap terhadap antibiotik (Pratiwi, 2018).
c) Lembar kuesioner rasionalitas perilaku penggunaan antibiotik (Pratiwi, 2018).
d) Alat tulis.
e) Form isian data responden penelitian.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan
dan sikap Mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung. Sedangkan
variabel dependen berupa perilaku penggunaan antibiotik.
41
3.6 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional.
Variabel Konsep Variabel Dimensi Alat Ukur Skala
Pengukuran
Hasil Ukur
Pengetahuan Pengetahuan
merupakan hasil
dari seseorang
melihat,
mendengar,
mencium, merasa
dan meraba
sehingga menjadi
tahu (Wawan dan
Dewi, 2010)
-Pengalaman
-Pendidikan
-Keyakinan
-Kebudayaan/
kebiasaan
-Persepsi
-Sikap
Kuesioner Ordinal ≥75%: Baik
56-74%: Cukup
≤55%: Kurang Baik
Sikap sikap adalah
ekspresi perasaan
(inner feeling),
yang
mencerminkan
apakah seseorang
senang atau tidak
senang, suka atau
tidak suka, dan
setuju atau tidak
terhadap suatu
objek (Wawan
dan Dewi, 2010).
-Pengalaman
pribadi/orang
lain
-Media massa
-Institusi atau
lembaga
pendidikan
dan lembaga
agama,
-Faktor emosi
dalam diri
Kuesioner Ordinal ≥50%; Baik
<50%: Kurang Baik
Perilaku
Penggunaan
Antibiotik
Perilaku adalah
respon atau reaksi
seseorang
terhadap stimulus
atau rangsangan
dari luar
(Notoadmodjo,
2014).
-Motivasi
individu yaitu
Pengetahuan
sikap,
keyakinan,
dan
kepribadian.
-Interpersonal
terdiri dari
identitas
sosial,
-Kelembagaan
formal dan
struktur
informal,
-Komunitas
terdiri dari
jaringan sosial
dan norma
Kuesioner Ordinal ≥75%: Baik
60-74%: Cukup
<60%: Tidak Baik
42
3.7 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan berbagai jenis data yang dikumpulkan dengan
berbagai cara yaitu:
3.7.1 Data Primer
1) Data identitas responden.
2) Pengetahuan mahasiswa terhadap antibiotik.
3) Sikap mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik.
4) Perilaku mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik.
43
3.8 Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian.
Mengajukan proposal penelitian
Persetujuan Ethical Clearance dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran
Unila
Pencarian subjek penelitian yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan
eklusi
Persetujuan subjek penelitian
(Informed consent)
Penyebaran kuisioner
Melakukan input data
Melakukan analisa dengan Software
statistik
Penyusunan hasil penelitian
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
44
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1 Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah
kedalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan program
software statistik pada komputer. Kemudian, proses pengolahan data terdiri
beberapa langkah :
a. Editing, penyuntingan data meliputi pemeriksaan kelengkapan
jawaban dari kuesioner yang memenuhi kriterian inklusi. Data yang
tidak masuk ketentuan akan di keluarkan (drop out).
b. Coding, untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama
penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
c. Scoring, pada penilaian tentang perilaku penggunaan antibiotik.
d. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.
e. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data
yang telah dimasukkan kedalam komputer.
f. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian
dicetak.
3.9.2 Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada
saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif cenderung
45
menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah
secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dan dilakukan secara
cermat. Penyajian data melalui analisis ini dapat berupa tabel distribusi
frekuensi, tabel histogram, mean dan skor deviasi (Furchan A, 2007).
b. Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif adalah suatu bentuk metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
variabel pengetahuan dan sikap terhadap perilaku antibiotik secara
parsial (univariat). Serta menganalisis pengaruh antara variabel
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku antibiotik secara simultan
(bivariat) (Sugiyono, 2017).
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dan telah mendapat surat keterangan lolos uji
kaji dengan Nomor 2942/UN26.18/PP.05.02.00/2019.
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka simpulan yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
1. Distribusi responden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebesar 24,3%,
pengetahuan yang cukup sebesar 32,1% dan 43,6% memiliki pengetahuan
antibiotik yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman
mengenai pengetahuan antibiotik pada mahasiswa S1 Universitas Lampung
dikatakan baik.
2. Distribusi responden yang memiliki sikap terhadap antibiotik yang baik
sebesar 86,4% dan 13,6% memiliki sikap yang tidak baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung
memiliki sikap yang baik tentang penggunaan antibiotik.
3. Distribusi responden yang memiliki perilaku penggunaan antibiotik dengan
baik sebesar 59.3%, perilaku cukup baik sebesar 37,1% dan 3,6% memiliki
perilaku yang tidak baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S1
non kedokteran Universitas Lampung memiliki perilaku yang baik tentang
penggunaan antibiotik.
78
4. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan antibiotik di
mahasiswa S1 non kedokteran Universitas Lampung (p=0,293).
5. Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat hubungan yang bermakna secara
statistik antara sikap dengan perilaku penggunaan antibiotik pada mahasiswa
S1 non kedokteran Universitas Lampung (p=0,012).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengganti
objek penelitian yaitu menganalisa hubungan antara pengetahuan dan sikap
terhadap perilaku penggunaan antibiotik pada masyarakat atau pada pasien
pengguna antibiotik.
2. Bagi pemerintah dan tenaga kesehatan diharapkan dapat mengadakan upaya
untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan dalam mencari
informasi obat secara tepat, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi
yang telah tersedia di masyarakat.
3. Bagi pemerintah dan tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi masukan
untuk diadakannya sosialisasi mengenai bahaya resistensi antibiotik dan
rasionalitas terapi dalam penggunaan antibiotik untuk mencegah resistensi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Adzitey F. 2015. Antibiotic classes and antibiotic susceptibility of bacterial isolates
from selected poultry. A Mini Review. World’s Vet. J. 5(3): 36–41.
Anwar S. 2016. Panduan umum penggunaan antimikroba. Malang: Komite
pengendalian resistensi antimikroba (kpra) RSUD dr saiful anwar
malang.
Atif M, Asghar S, Mushtaq I, Malik I, Amin A, Babar Z, et al. 2019. What drives
inappropriate use of antibiotics? a mixed methods study from
bahawalpur pakistan. Dovepress. 12: 687-99
Aulia F. 2018. Evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan atas akut (ispa) di puskesmas dirgahayu kabupaten kota baru
kalimantan selatan periode oktober -desember 2017. [Skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Azwar S. 2010. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Budiman. 2013. Pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia
Dahlan MS. 2019. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 5.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman umum penggunan
antibiotik. Departemen Kesehatan RI.
Donge TV, Bielicki JA, Anker JVD, Pfister M. 2018. Key components for antibiotic
dose optimization of sepsis in neonates and infants. Front. Pediatr.
6(325): 1–9.
Dhakal GP, Pedon K, Penjor K, Gurung M, Chuki P, Jamtsho S. 2018. National
antibiotic guidelines. The British Journal of Psychiatry. 112(483): 211–
12.
80
Dharmayanti I, Tjandararini D. 2018. Identifikasi indikator dalam indeks
pembangunan kesehatan masyarakat (ipkm) untuk meningkatkan nilai
sub-indeks penyakit menular. Jurnal Keperawatan Padjadjaran. 5(3):
249–57.
Drawz S, Robert AB. 2010. Three decades of β-lactamase inhibitors. J. Clin. Microbiol.
23(1): 160–01.
Fatmawati I. 2014. Tinjauan pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik
pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fuhrmann J. 2015. Antibiotic resistance: a challenge for the 21st century. Society for
General Microbiology. United Kingdom: education Department,
Microbiology Society
Furchan A. 2007. Pengantar penelitian dalam pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Giedraitienë A, Vitkauskienë A, Naginienë, R, Pavilonis A. 2011. Antibiotic resistance
mechanisms of clinically important bacteria. Medicina (Kaunas). 47(3):
137-46.
Harvey RA, Champe PC. 2013. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi ke-4. Edited by
A. Tjahyanto and C. Salim. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Haryanto A, Priambodo A, Lestari ES. 2016. Kuantitas penggunaan antibiotik pada
pasien bedah ortopedi rsup dr. Kariadi semarang. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. 5(3): 188–98.
Hermawati D, 2012. Pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi pengunjung di dua apotek kecamatan
cimanggis depok. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.
Jasaputra D, Santosa S. 2008. Metodologi penelitan biomedis. Edisi 2. Bandung:
Danamartha Sejahtera Utama.
Kandelaki K, Lundborg CS, Marrone G. 2015. Antibiotic use and resistance: a cross-
sectional study exploring knowledge and attitudes among school and
institution personnel in tbilisi, republic of georgia. BMC Res Notes.
8(1): 1–8.
81
Kurniawati. 2019. Hubungan pengetahuan masyarakat terhadap perilaku penggunan
antibiotik: studi kasus pada konsumen apotek-apotek di kecamatan
glagah kabupaten lamongan. [Skripsi]. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Kurikulum pelatihan penggunaan obat rasional.
Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Penggunaan antibiotik bijak dan rasional kurangi
beban penyakit infeksi. Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Peningkatan pelayanan kefarmasian dalam
pengendalian resistensi antimikroba ''apoteker ikut atasi masalah
resistensi antimikroba''. Kementrian Kesehatan RI. [Online Journal]
[diunduh 11 september 2019]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Data dan informasi profil kesehatan indonesia 2017.
Kementrian Kesehatan RI.
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] [ diakses 06 September
2019]. Tersedia dari: https://kbbi.kemdikbud.go.id.
Khan F. 2018. Antibiotics classification and visual target sites for bacterial inhibition,
advances in pharmacology & clinical trials. 3(3): 1-3.
Machowska A, Lundborg CS. 2019. Drivers of irrational use of antibiotics in europe.
Int. J. Environ. Res. Public Health. 16(27):1-14.
Malaysian Society of Intensive Care. 2017. Guide to antimicrobial therapy in the adult
ICU 2017. Kuala Lumpur: Malaysian Society of Intensive Care.
Mubarak WI. 2012. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.
Munita JM, Arias CA. 2016. Mechanisms of antibiotic resistance, american society for
microbiology. Microbiol spectr. 4(2): 1-36.
Mboya EA, Sanga LA, Ngocho JS. 2018. Irrational use of antibiotics in the moshi
municipality northern tanzania: a cross sectional study. Pan African
Medical Journal. 31(165): 1–10.
Nazir M. 2017. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nisak M, Syarafina A, Shintya P, Miranti A, Fatmawati L, Nilarosa AD, et al. 2016.
Profil penggunaan dan pengetahuan antibiotik pada ibu-ibu. Jurnal
Farmasi Komunitas. 3(1):12–17.
82
Notoadmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo S. 2014. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pulungan S. 2011. Tingkat pengetahuan tentang antibiotika di kalangan mahasiswa non
medis universitas sumatra utara. [Skripsi]. Medan: Univesitas Sumatra
Utara.
Pertiwi R. 2018. Tingkat pengetahuan tentang antibiotik pada mahasiswa universitas
muslim nusantara [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatra Utara
Pratiwi A. 2018. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap rasionalitas perilaku
penggunaan antibiotik pada masyarakat sekampung kabupaten lampung
timur [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
Pratiwi S. 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Erlangga.
Qodria DNL. 2016. Perbedaan tingkat pengetahuan, persepsi, dan pengalaman
penggunaan obat generik di kalangan mahasiswa kesehatan dan non
kesehatan di universitas jember [skripsi]. Jember: Universitas Jember.
Rahman V, Anggraini D, Fauziah D. 2015. Pola resistensi acinetobacter baumannii
yang di isolasi di intensive care unit (icu) rsud arifin achmad provinsi
riau periode 1 januari hingga 31 desember 2014. Jom FK. 2(2): 1–2.
Rahmawati. 2017. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap antibiotik di puskesmas
kota jantho kecamatan kota jantho kabupaten aceh besar. [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Simamora B. 2008. Panduan riset perilaku konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta.
Sholih MG, Muhtadi A, Saidah S. 2015. Rasionalitas penggunaan antibiotik di salah
satu rumah sakit umum di bandung tahun 2010. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia. 4(1) : 63–70.
83
Tafa B, Endale A, Bekele D. 2017. Paramedical staffs knowledge and attitudes towards
antimicrobial resistance in dire dawa, ethiopia: a cross sectional study.
Ann Clin Microbiol Antimicrob. 16(1): 1–14.
Wardiah M. 2016. Teori perilaku dan budaya organisasi. Bandung: Pustaka Setia
Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widayati A, Suryawati S, Crespigny C, Hiller JE. 2011. Self medication with
antibiotics in yogyakarta city indonesia: cross sectional population-
based survey. BMC Res Notes. 4(491): 1-8
Widyastuty FC. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan
antibakteri oral oleh pasien anak dan dewasa di tiga puskesmas
kecamatan kota depok. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia
World Health Organization. 2014. Antimicrobial resistance: bulletin of the World
Health Organization. 61(3): 383–94.
Yarza H L., Yanwirasti Y, Irawati L. 2015. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4(1):151–56.
Yuliati D. 2018. Landasan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba
di indonesia. Simposium Nasional Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Yuningsih R. 2015. Penanggulangan wabah penyakit menular di kabupaten bantul
tahun 2014. Jurnal DPR RI. 20(1): 17–30.