hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan …digilib.unila.ac.id/55495/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII
SMP SE-KECAMATAN KEDATON
(Skripsi)
Oleh
MARIZHA AGUSTINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII
SMP SE-KECAMATAN KEDATON
Oleh
MARIZHA AGUSTINA
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan self-efficacy antar gender,
dan hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA siswa
kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton. Desain yang digunakan adalah
deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Tahun Pelajaran 2017/2018 di Kecamatan Kedaton yang dipilih purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan angket. Analisis
data teknik deskriptif secara statistik menggunakan uji Independent Sample t-test
untuk mengetahui perbedaan self-efficacy antar gender, dan uji korelasi Pearson
untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Se-Kecamatan
Kedaton Bandar Lampung mempunyai self-efficacy “tinggi” (63,98 ± 0,50) pada
tingkat kekuatan (strength) mencakup gigih dalam belajar, gigih dalam
iii
mengerjakan tugas dan konsistensi dalam mencapai tujuan. Hasil uji-t sampel
independen menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata antara self-
efficacy yang dimiliki siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Hasil uji korelasi
menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy
berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA. Adapun nilai koefisien yang
dihasilkan pada uji korelasi mengindikasikan hubungan yang rendah antara self-
efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA.
Kata kunci : gender, hasil belajar IPA, self-efficacy
iv
HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII
SMP SE-KECAMATAN KEDATON
Oleh
MARIZHA AGUSTINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
v
Judul Skripsi : Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender
Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas VIII SMP Se-Kecamatan Kedaton
Nama Mahasiswa : Marizha Agustina
Nomor Pokok Mahasiswa : 1413024052
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed.
NIP 19611027 198603 2 001 NIP 19571107 198603 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. __________
Sekretaris : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd
NIP 19620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 24 Januari 2019
vii
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Marizha Agustina
NPM : 1413024052
Program studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah
diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.
Bandarlampung, 24 Januari 2019
Yang Menyatakan
Marizha Agustina
NPM 1413024052
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, 18 Agustus 1996 sebagai
putri pertama dari empat bersaudara yang merupakan buah
hati Bapak Mad Nur dengan Ibu Amalia, S.Pd. Pendidikan
formal diawali di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari pada
tahun 2002 kemudian dilanjutkan di SD Islam Ibnu Rusyd
dan selesai pada tahun 2008, lalu jenjang pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 7 Kotabumi lulus pada tahun 2011, dan jenjang
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kotabumi lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi pendidikan
biologi jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur
SBMPTN. Selama berkuliah di Universitas Lampung, penulis mengikuti lembaga
kemahasiswaan HIMASAKTA. Pada Tahun 2017 mengikuti Kuliah Kerja Nyata
Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Kelurahan Tiuh Balak Pasar, Kecamatan
Baradatu, Kabupaten Way Kanan, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 1 Baradatu.
ix
MOTTO
”Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang”
(Albert Einstein)
“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”
(Albert Einstein)
”Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
x
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirrobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,
atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dan
kesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku Rasulullah Muhammad
SAW
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada orang-
orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:
Ayahku (Mad Nur) dan Ibuku (Amalia, S.Pd)
Kedua orang tuaku, yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala
usaha dan doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu
menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan
kebahagian.
Keluargaku (Resgiy Septiani, Yoska Okmarinda dan Indah Deswita
Yolanda)
Adik-adikku yang selalu memberikan bantuannya ketika aku dalam
kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku.
Terimakasih atas ilmu, nasihat, arahan, cinta, dan kasih sayang yang telah
diberikan.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikian MIPA FKIP UNILA. Skripsi ini berjudul “Hubungan Self-
Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas VIII SMP se-Kecamatan Kedaton”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
selesai;
4. Dr. Dewi Lengkana, M.Sc., selaku Pembimbing 1 sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasihat, motivasi,
bimbingan, ilmu pengetahuan, dan saran hingga skripsi ini dapat selesai;
xii
5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing 2 yang telah telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan dan
saran, hingga skripis ini dapat selesai;
6. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, saran perbaikan, dan motivasi yang sangat berharga hingga
skripisi ini dapat selesai;
7. Bapak dan Ibu dosen serta Staff Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman
kepada penulis;
8. Kepala sekolah, guru, staff, dan siswa- siswi kelas VIII SMP se-Kecamatan
Kedaton Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018 atas kerjasama
yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Sahabat yang saling setia mengingatkan dan membersamai dalam petualangan
kampus yaitu sahabat seperjuangan skripsi;
10. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
proses studi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kalian, aamiin.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 24 Januari 2019
Penulis
Marizha Agustina
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-Efficacy .............................................................................................. 7
B. Gender ...................................................................................................... 12
C. Hasil Belajar .............................................................................................. 13
D. Kerangka Pikir ........................................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 23
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 23
C. Desain Penelitian ....................................................................................... 25
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 25
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 26
F. Uji Pesyaratan Instrumen .......................................................................... 27
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 34
B. Pembahasan ............................................................................................... 37
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................... 41
B. Saran ......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43
xv
LAMPIRAN
1. Kisi-kisi dan rubrik penskoran skala self-efficacy ................................... 46
2. Skala self-efficacy ..................................................................................... 47
3. Lembar Jawaban ....................................................................................... 49
4. Sebaran soal berdasarkan kompetensi dasar dan indikator ...................... 50
5. Lembar soal tes ......................................................................................... 67
6. Skor hasil uji coba instrumen ................................................................... 72
7. Hasil uji coba korelasi butir soal ............................................................. 75
8. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 78
9. Skor skala self-efficacy dan hasil belajar siswa laki-laki SMP
se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ................................................ 79
10. Skor skala self-efficacy dan hasil belajar siswa perempuan SMP
se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ................................................ 83
11. Nilai Aspek Self-efficacy dan Hasil Belajar pada Siswa Laki-Laki
SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ....................................... 86
12. Nilai Aspek Self-efficacy dan Hasil Belajar pada Siswa Perempuan
SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ....................................... 90
13. Hasil uji normalitas ................................................................................. 93
14 Hasil uji independent sample t-Test ........................................................ 95
15. Uji linearitas ............................................................................................. 97
16. Hasil uji korelasi (Pearson) antara self-efficacy dengan hasil belajar ..... 100
17 Foto-foto penelitian ................................................................................. 102
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sampel Penelitain ................................................................................. 24
2. Kriteria penilaian hasil belajar siswa ................................................... 29
3. Kriteria penilaian self-efficacy siswa ................................................... 30
4. Pedoman interpretasi koefisien korelasi ............................................... 33
5. Kategori dan persentase self-efficacy siswa ......................................... 34
6. Skor masing-masing aspek self-efficacy ............................................... 34
7. Hasil uji t-sampel independen self-efficacy siswa ............................... 35
8. Hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar ...... 36
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir peneliti ......................................................................... 22
2. Foto-foto penelitian .............................................................................. 102
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah proses penemuan diri yang berlangsung
sepanjang hayat untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki seseorang
secara penuh, yang memberikan kepuasan dan makna pada kehidupannya
(BSNP, 2010: 37). Pendidikan mempunyai arti sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hasan, 2007:
263).
Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan
kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global,
melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010: 39). Tujuan pendidikan dapat
dinilai pada taksonomi di ranah afektif. Ranah afektif adalah sikap, perasaan,
emosi, dan karakteristik moral, yang semuanya merupakan aspek-aspek
penting untuk perkembangan siswa (Hamalik, 2008: 79).
2
Bandura (dalam Ishtifa, 2011: 25) mengartikan efikasi diri (self-efficacy)
merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi
dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan. Self-efficacy dapat ditanamkan di pendidikan
sekolah, salah satunya adalah melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter dapat
diimplementasikan dengan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran,
salah satunya yaitu pembelajaran IPA. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, dan prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006: 113).
Adanya proses penemuan dalam pembelajaran diharapkan siswa pada
pembelajaran dapat aktif dan terjadinya peningkatan self-efficacy serta hasil
belajar siswa.
Faktanya yang terjadi saat observasi siswa kelas VIII di SMP se-Kecamatan
Kedaton, masih banyak siswa dengan self-efficacy yang masih rendah dilihat
dari hasil ulangan tengah semester tepatnya banyak nilai siswa yang memiliki
nilai dibawah standar dan tidak sesuai dengan harapan guru di sekolah.
Rendahnya self-efficacy sangat mempengaruhi siswa, karena self-efficacy
berperan penting dalam meningkatkan hasil dan kualitas belajar siswa. Hal ini
terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Mahyuddin (2006: 69) yang
menyimpulkan bahwa adanya hubungan self-efficacy dengan hasil belajar
siswa. Siswa dengan self-efficacy tinggi mempunyai penampilan hasil belajar
yang lebih bagus dibandingkan dengan siswa yang mempunyai self-efficacy
rendah.
3
Self-efficacy siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah faktor gender. Hasil penelitian Kuo (dalam Gunawan, 2000: 3)
menemukan adanya hubungan yang moderat antara self-efficacy dengan etika
dalam menjaga informasi pribadi. Perempuan menunjukan tingkat self-efficacy
yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Kepercayan diri siswa dalam sekolah
terlihat saat siswa tersebut ingin melontarkan pendapatnya di depan kelas tanpa
rasa ragu. Kadang kala gejala ketidak percayaan diri muncul tiba-tiba tanpa
disadari oleh seseorang ketika melakukan sesuatu, sehingga orang tersebut
tidak bisa mengeluarkan kemampuannya dengan optimal.
Hasil studi nasional yang dilakukan oleh NAEP (dalam Santrock, 2011: 223)
menyatakan hasil yang sama bahwa anak laki-laki mendapatkan prestasi yang
lebih baik dalam IPA dibandingkan anak perempuan pada kelas empat,
delapan, dan dua belas. Kemudian dalam studi lain yang dilakukan Smerdon
(dalam Santrock, 2011: 223) yang berfokus pada pelajar kelas delapan dan
sepuluh, anak laki-laki mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari anak
perempuan dalam tes IPA, terutama diantara siswa-siswa dengan kemampuan
menengah dan tinggi.
Hasil belajar yang diingingkan pada pembelajaran diperlukan adanya self-
efficacy, sehingga siswa benar-benar dan mengerti mengenai pembelajarannya.
Oleh karena itu, peran guru dan sekolah serta orang tua sangat penting untuk
meningkatkan hasil belajar. Seperti adanya perbedaan hasil belajar di bidang
gender masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti. Studi yang dilakukan
oleh Hyde (dalam Santrock, 2009: 227) menyatakan bahwa laki-laki dan
4
perempuan itu sama dalam sebagian besar faktor psikologis termasuk dalam
kemampuan matematika, komunikasi, dan agresi dimana tidak ditemukan
perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan. Meece dan Scantlebury (dalam
Santrock, 2011: 223) menyatakan banyak ahli gender yakin bahwa adanya
perbedaan gender dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam disebabkan
oleh pengalaman yang dimiliki oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Anak
laki-laki mengambil lebih banyak mata pelajaran matematika dan ilmu
pengetahuan alam daripada anak perempuan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa self-efficacy yang dilihat berdasarkan gender dengan hasil
belajar mempunyai hubungan yang saling berkaitan yang membuat peneliti
sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Self-
efficacy Berdasarkan Gender dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA kelas VIII SMP Swasta Se-Kecamatan Kedaton”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimakah self-efficacy berdasarkan gender pada siswa kelas VIII SMP
Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung?
2. Bagaimana hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar
Lampung?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengkaji self-efficacy berdasarkan gender pada siswa kelas VIII SMP
Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
2. Mengetahui hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan diri serta
acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk memaksimalkan keyakinan dirinya
agar mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
3. Bagi guru, sebagai tambahan pengetahuan mengenai self-efficacy sehingga
diharapkan guru mampu meningkatkan self-efficacy siswa agar
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Aspek self-efficacy siswa yaitu kemampuan siswa dalam menguasai situasi
dan memberikan hasil positif pada tiga aspek yang dinilai, yaitu tingkat
kesulitan (level), tingkat kekuaatan (strength), dan generalisasi
(generality).
2. Gender yang dimaksud merupakan istilah dari dua macam jenis kelamin
seseorang, yaitu laki-laki atau perempuan.
3. Hasil belajar yang diambil sebagai data kuantitatif adalah hasil belajar
ranah kognitif yang diperoleh dari tes yang terdiri dari soal-soal ujian
nasional dari tahun 2010 hingga tahun 2017 dan TIMSS tahun 2003 dan
2011 yang disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari siswa.
4. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di lima SMP
Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-efficacy
Selama tahun 1980-an, para ahli pendidikan menggeser minat kajian mereka
dalam memandang motivasi dalam proses kognitif dan pemrosesan informasi
pada fungsi manusia. Bersamaan dengan itu, isu-isu penting yang menonjol
dalam psikologi pendidikan telah memberi tanda perubahan dalam fokusnya
seperti fungsi manusia (human functioning), dan self-beliefs pebelajar yang
sekali lagi menjadi subjek penelitian dalam motivasi proses kognitif pada
perilaku di dunia akademik. Dalam beberapa hal, fokus siswa terhadap self
menjadi komponen pokok bagi motivasi akademik yang didasarkan pada
pembenaran asumsi bahwa beliefs yang dibuat, dikembangkan, dan dipegang
oleh siswa menjadi benar tentang diri mereka sendiri sebagai kekuatan yang
sangat penting dalam keberhasilan atau kegagalan mereka di sekolah. Ada dua
jenis self-beliefs yang terutama dominan dalam penelitian motivasi yaitu self-
efficacy dan self-concept beliefs (Mukhid, 2009: 106-107).
Self-efficacy adalah suatu kepercayaan dapat berhasil dalam melakukan
perilaku tertentu; ini terbukti lebih kuat berkaitan dengan hasil akademik
daripada banyaknya karakteristik individu lainnya seperti jenis kelamin siswa,
konsep diri siswa, atau kegunaan yang dirasakan dari pengetahuan nantinya
8
dalam kehidupan siswa. Self-efficacy mempengaruhi perilaku dengan
mengatur pilihan individu, tingkat usaha yang dia keluarkan, dan adanya
respon emosional (Ketelhut, 2007: 100).
Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai judgement seseorang atas
kemampuannya untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang
mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Bandura menggunakan istilah self-
efficacy mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang
untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil.
Dengan kata lain, self-efficacy adalah keyakinan penilaian diri berkenaan
dengan kompetensi seseorang untuk sukses dalam tugas-tugasnya (Mukhid,
2009: 108).
Self-efficacy dapat menimbulkan dampak bagi seseorang sehingga setiap
individu mempunyai pemikiran bagaimana merasakan, berpikir, memotivasi
diri dan berperilaku dalam menghadapi suatu masalah. Bandura (dalam
Marvelya, 2017: 10-12) mengatakan bahwa dampak tersebut dihasilkan
melalui empat proses utama yaitu, proses kognitif, motivasi, afektif dan
seleksi.
1. Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan
sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat
untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut
dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi
kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian
9
sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul
pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam
analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan
pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi
diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan,
merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
3. Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan
mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola
pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan
kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap
kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami
ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu
yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak aka membangkitkan
pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan
kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak
mampu mengelola ancaman tersebut.
10
4. Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi
tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi
tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah
menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat
membentuk hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan
lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang
menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu untuk ditangani.
Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan
yang ditentukan.
Self-efficacy memiliki beberapa variasi dalam dimensi yang memberikan
implikasi penting pada kinerja. Feist (dalam Putra, 2016: 9) menyatakan
bahwa self-efficacy bervariasi dari situasi satu ke situasi lain, tergantung pada
kompetensi yang dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda; ada atau tidaknya
orang lain; kompetensi yang dipersepsikan orang lain tersebut, teutama
apabila mereka adalah kompetitor; predisposisi dari orang tersebut yang lebih
condong tehadap kegagalan atas performa daripada keberhasilan; kondisi
psikologis yang mendampinginya, terutama adanya rasa kelelahan,
kecemasan, apatis, dan ketidakberdayaan.
Self-efficacy dalam beberapa hasil studi menunjukkan adanya hubungan
dengan prestasi akademik di sekolah. Siswa yang memiliki self-efficacy
rendah untuk belajar mungkin menghindari tugas, sedang siswa yang menilai
11
keyakinan dirinya tinggi lebih mungkin berpartisipasi. Ketika siswa
mengamati kesuksesan dan menghubungkan kesuksesan dengan kemampuan
mereka sendiri, self-efficacy mereka meningkat. Sedangkan ketika mereka
percaya bahwa mereka kurang mampu, dan mereka merasa tidak dapat
mencapai kemampuan mereka sendiri, mungkin tidak temotivasi untuk
bekerja (belajar) lebih keras (Mukhid, 2009: 115).
Menurut Bandura (dalam Yuniwati, 2013: 193-194) Self-efficacy adalah
penilaian individu terhadap dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang
diinginkan yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Ada 4 (empat)
komponen faktor yang mempengaruhi self-efficacy yaitu:
1. Personal Accomplishments (pencapaian diri) merupakan faktor yang paling
berpengaruh, karena dari pengalaman masa lalu baik
keberhasilan/kegagalan akan menjadi pelajaran bagi seseorang untuk
meraih keberhasilan. Kegagalan yang dialami dapat memicu self-efficacy
menjadi lebih baik karena membuat seseorang mampu mengatasi
rintangan-rintangan yang serupa atau bahkan lebih sulit di masa datang.
2. Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain) yaitu self-efficacy
yang terbentuk dengan melihat pengalaman keberhasilan yang ditunjukkan
oleh orang lain. Jika seseorang melihat orang lain dengan kemampuan
yang sama dengan diri individu dapat berhasil dalam suatu hal melalui
usaha yang gigih, maka seseorang itu akan merasa percaya dan yakin akan
dirinya juga akan berhasil dalam hal tersebut dengan usaha yang sama.
12
3. Verbal Persuasion (persuasi verbal) yaitu self-efficacy yang dibentuk dari
keyakinan seseorang bahwa individu mempunyai kemampuan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Seseorang yang mendapat pengaruh dari
orang lain maka dia akan mengerahkan usaha yang lebih besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
4. Physiological State (keadaan dan reaksi fisik) merupakan tanda-tanda
seperti status emosi mempengaruhi seseorang dalam menilai kemampuan
pada diri individu. Kondisi stres dan kecemasan dapat dilihat sebagai tanda
yang mengancam ketidakmampuan diri. Dalam menilai kemampuan orang
lain, seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisik pada diri
individu untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan
keadaan fisiologis yang individu miliki. Situasi emosi yang tidak stabil,
seperti kecemasan dan kekhawatiran akan menentukan keyakinan dan
kepercayaan diri seseorang dalam menilai kemampuan individu.
B. Gender
Istilah gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara
laki-laki dan perempuan, seperti yang dikemukakan oleh Gidden (dalam
Remiswal, 2013: 12). Gender merujuk pada konsep laki-laki atau perempuan
berdasarkan dimensi sosial budaya dan psikologi. Gender dibedakan dari jenis
kelamin, yang melibatkan dimensi biologis dari perempuan atau laki-laki.
National Assessment Of Educational Progress (dalam Santrock, 2011: 223)
mengatakan bahwa dalam sebuah studi nasional terbaru tentang prestasi ilmu
13
pengetahuan alam (IPA), anak laki-laki memang mendapatkan prestasi yang
sedikit lebih baik dalam ilmu pengetahuan alam bila dibandingkan dengan
anak perempuan di kelas empat, delapan, dan dua belas.
Gender apabila dihubungkan dengan bakat atau kemampuan yang di tes
menunjukkan antara lain bahwa dalam kemampuan intelektual sampai dengan
umur 14 tahun nampak bahwa seorang perempuan secara konsisten lebih
tinggi daripada laki-laki. Rata-rata anak perempuan melebihi skor yang
dicapai anak laki-laki dalam berbagai pengukuran kemampuan verbal, jumlah
kosakata, pemahaman bahan tertulis yang sulit, dan kelancaran verbal.
Meskipun siswa laki-laki tebelakang dalam kemampuan verbal, mereka rata-
rata cenderung lebih unggul daripada siswa perempuan dalam tes visual ruang
(Sulistiana, 2013: 103). Sementara, Hyde (dalam Putra, 2016: 16)
menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama dalam sebagian besar
faktor psikologis termasuk dalam kemampuan matematika, komunikasi, dan
agresi dimana tidak ditemukan perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan puncak dari tindakan belajar sedangkan bagi guru
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan
pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental
siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3-4).
Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan
14
evaluasi pembelajaran sekaligus. Evaluasi hasil belajar menetapkan baik
buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran
menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran (Dimyati, 2010:
189-190).
Purwasari (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu,
hasil belajar bukan ukuran tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan
belajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat
dilihat dari hasil belajar siswa tersebut. Gagne (dalam Purwasari, 2013: 5)
menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai meliputi lima kemampuan,
yaitu: (a) Kemampuan intelektual, ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-
operasi intelektual yang dapat dilakukan, misalnya kemampuan
mendiskripsikan, konsep kongkrit dan konsep terdefenisi; (b) informasi verbal
(pengetahuan deklaratif), pengetahuan yang disajikan dalam bentuk gagasan
dan bersifat statis; (c) sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda dan kejadian-
kejadian atau makhluk hidup lainnya; (d) keterampilan motorik, kemampuan
yang meliputi kegiatan fisik, penggabungan motorik dengan keterampilan
intelektual; (e) strategi kognitif, merupakan suatu proses kontrol dan proses
internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara
memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.
Hasil belajar dapat diketahui dan dinilai dengan cara evaluasi. Prinsip dasar
yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil
15
belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip mana evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap
materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari
segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Mengingat bahwa ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan
tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar
(Sudiyono, 2001: 48).
Gunawan (2016 : 25-26) mengatakan bahwa konsep-konsep hasil belajar yang
berkembang terfokus pada proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif dalam
pembelajaran yang bermakna.Pembelajar diasumsikan sebagai pelaku yang
aktif dalam aktivitas belajar; mereka memilih informasi yang akan mereka
pelajari, dan mengonstruksi makna berdasarkan informasi. Adanya bukti-bukti
empiris bahwa hierarki kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya
yakni pemahaman, aplikasi, dan analisis, tetapi tidak pada dua kategori
terakhir (sintesis dan evaluasi). Penelitian membuktikan sintesis merupakan
kategori yang lebih kompleks daripada evaluasi. Sehingga taksonomi bloom
ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88)
yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan
(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan
(create).
a. Mengingat (remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan
16
maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang
berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini
dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih
kompleks.
b. Memahami/mengerti (understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
c. Menerapkan (apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa
dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa
sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti
prosedur apa saja yang harus dilakukan. Mengimplementasikan berkaitan
erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan
menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari
17
siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar yang sudah diketahui.
d. Menganalisis (analyze)
Menganalisis merupakan tindakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis
berkaitan dengan proses kognitif dengan memberi atribut (attributing) dan
mengorganisasikan (organizing).
e. Mengevaluasi (evaluate)
Evaluasi meliputi tindakan mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar
ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan
sendiri oleh siswa.
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya memerlukan
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
digunakan dapat berupa tes atau non-tes (Dimyati, 2010: 210). Tes adalah
sejumlah tugas yang diberikan oleh orang biasanya guru kepada orang
yang dites. Sedangkan non-tes adalah alat ukur selain tes yang lazimnya
sulit diukur pencapaiannya oleh atau dengan tes. Tes dapat dibedakan
melalui beberapa segi menurut Imron (dalam Putra, 2016: 20), yaitu:
18
1. Dari segi waktu pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tes formatif, yaitu suatu tes yang dilaksanakan setelah selesai
pokok bahasan tetentu
b. Tes sumatif, yaitu suatu tes yang dilaksanakan pada akhir periode
tertentu.
2. Dilihat dari segi bentuknya, tes dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes subjektif, yaitu suatu tes di mana pebelajar harus mengerjakan
dengan memberikan uraian atas soal-soal yang diteskan.
b. Tes objektif, yaitu suatu tes di mana jawaban atas soal-soal tes
tersebut telah tersedia dan tinggal memilih saja.
Selain dengan teknik tes, untuk mengetahui diri siswa dapat digunakan
teknik non tes, salah satunya adalah angket. Angket merupakan suatu
instrument yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden
dengan maksud agar responden memberikan jawaban, informasi, dan
keterangan. Angket dapat dibedakan menjadi angket tertutup dan terbuka.
Angket tertutup adalah angket yang berisi daftar pertanyaan dan sudah
disediakan jawabannya. Sedangkan angket terbuka adalah angket dengan
daftar pertanyaan tetulis yang diberikan kepada responden dengan maksud
agar responden memberikan jawaban secara bebas.
f. Menciptakan (create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
19
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda
dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman
belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Menciptakan meliputi
menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing).
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan
menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal
sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
D. Kerangka Pikir
Self-efficacy siswa merupakan keyakinan yang dimiliki oleh siswa dalam
menguasai situasi terutama pada saat pembelajaran. Self-efiicacy dianggap
sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang akan kemampuannya dalam
mengatur serangkaian tindakan yang harus dilakukan guna mencapai
tujuannya. Self-efficacy pada siswa berarti keyakinan atau kepercayaan diri
individu terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
serta kepercayaan dirinya ketika menghadapi ujian tengah semester atau ujian
akhir semester, sehingga mampu menghadapi rintangan dan mampu
mendapatkan nilai yang memuaskan. Tinggi rendahnya self-efficacy juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa gender,
usia, dan kemampuan diri. Sedangkan faktor eksternalnya berupa budaya,
ekonomi, kesulitan tugas, latar belakang keluarga dan reward.
20
Faktor internal yang pertama yaitu gender, perbedaan gender dalam
pembelajaran akan mempengaruhi bagaimana siswa berperilaku serta
bagaimana guru memperlakukan siswa selama dalam pembelajaran sehingga
akan memperngaruhi self-efficacy siswa. Faktor internal yang kedua yaitu usia,
usia dalam hal ini dapat dihubungkan dengan pengalaman yang pernah dialami.
Siswa yang memiliki usia lebih (senior) akan lebih banyak memiliki
pengalaman dibandingkan dengan juniornya, sehingga akan mempengaruhi
tingkat self-efficacy. Faktor yang terakhir yaitu kemampuan diri, seseorang
yang mendapat informasi tentang kemampuannya yang rendah maka akan
menurunkan self-efficacy sehingga kinerja yang ditampilkan rendah begitupun
sebaliknya.
Faktor eksternal yang pertama yaitu budaya, individu dapat terpengaruh oleh
hal-hal yang positif maupun negatif dari lingkungan sekitar. Budaya yang ada
di lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan tingkah
laku individu. Faktor eksternal yang kedua yaitu ekonomi, faktor ekonomi akan
mempengaruhi kepercayaan diri siswa dalam bergaul dengan teman-temannya.
Siswa yang berekonomi rendah akan merasa minder dibandingkan siswa yang
berekonomi tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat self-efficacy. Faktor
eksternal selanjutnya yaitu sifat dari tugas yang dihadapi individu. Semakin
sedikit jenis tugas yang dapat dikerjakan dan tingkat kesulitas yang relatif
mudah, maka makin besar kecenderungan individu untuk menilai rendah
kemampuannya sehingga akan menurunkan self-efficacy begitupun sebaliknya.
Faktor ekternal yang selanjutnya yaitu latar belakang keluarga, keluarga
merupakan tempat diperolehnya pendidikan awal dari seorang anak. Latar
21
belakang keluarga yang baik akan mempengaruhi bagaimana cara mendidik
anak sehingga akan berpengaruh pada kecerdasan dan kepercayaan diri anak
dalam bersosialisasi dengan lingkunganya. Faktor eksternal yang terakhir yaitu
reward, reward yang diterima individu dari orang lain. Semakin besar reward
yang diperoleh seseorang dalam penyelesaian tugas, maka semakin tinggi
derajat self-efficacy.
Tinggi rendahnya self-efficacy yang dimiliki seorang siswa akan berpengaruh
dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki self-efficacy rendah
dalam belajar akan lebih menghindari tugas, sedangkan siswa yang mempunyai
keyakinan dirinya tinggi akan lebih berpartisipasi. Perbedaan tingkat self-
efficacy akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki self-
efficacy tinggi cenderung akan memiliki hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki self-efficacy rendah.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika
kompetensi yang ditetapkan dapat dicapai oleh semua siswa yang mengikuti
proses pembelajaran yang artinya ada perubahan perilaku pada diri siswa baik
dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah yang lebih
daripada sebelum siswa memperoleh pembelajaran karena belajar adalah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi
bisa.
22
Gambar 1. Hubungan antara self-efficacy dan sumber yang mempengaruhinya
dengan hasil belajar.
Faktor Internal:
1. Gender
2. Usia
3. Kemampuan diri
Faktor Eksternal:
1. Budaya
2. Ekonomi
3. Kesulitan tugas
4. Latar belakang keluarga
5. Reward
Self-efficacy siswa
Kegiatan
Pembelajaran
Hasil Belajar
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di Agustus sampai dengan
September 2018. Tempat penelitian ini di SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton
Bandar Lampung, yaitu SMP Al-Azhar 3, SMP Kristen 5, SMP Bina Mulya,
SMP Surya Dharma, dan SMP Sejahtera.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari lima SMP Swasta
se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung. Total populasi adalah sebanyak 374
siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 210 siswa dan siswa
perempuan sebanyak 164 siswa.
Jumlah sampel ditentukan, apabila ukuran populasi lebih dari 100, sampel
dapat diambil dari kisaran 10 – 15%, 20 – 25%, atau lebih dari 25%
(Arikunto, 2006 :134). Berdasarkan teori-teori tersebut, maka sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 205 siswa atau sebesar 55% ,
kemudian diperolehlah 115 siswa laki-laki dan 90 siswa perempuan. Namun
peneliti memutuskan untuk mengambil jumlah sampel lebih yaitu 20 orang
24
dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya sampel error. Sampel
penelitian diambil dari kelas-kelas yang terdapat di 5 SMP Swasta di
Kecamatan Kedaton Bandar Lampung
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014: 85). Kelas sampel yang dipilih dalam penelitian ini
ditentukan dengan mengacu pada daftar hadir siswa. Jadi, semua siswa laki-
laki dan siswa perempuan tiap kelas otomatis diambil sebagai sampel
penelitian. Berikut jumlah rician sampel dari tiap kelas pada masing-masing
sekolah (Tabel 1).
Tabel 1. Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah Kelas Jml Siswa
Total L P
1 SMP Al-Azhar 3
VIII D 19 15 34
VIII E 19 15 34
VIII F 22 15 37
2 SMP Kristen 5 VIII 10 3 13
3 SMP Bina Mulya VIII 15 10 25
4 SMP Surya Dharma VIII 17 20 37
5 SMP Sejahtera VIII 13 12 25
Jumlah Sampel 115 90 205
Keterangan : L = Laki-laki; P = Perempuan
25
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif
(Arikunto, 2010: 3). Peneliti mengambil langsung informasi yang ada di
lapangan tentang hubungan self-efficacy berdasarkan gender dan hasil belajar
IPA siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, terutama peneliti melakukan persiapan
sebagai berikut:
a. Membuat surat izin pra-penelitian untuk melakukan observasi ke
sekolah.
b. Melakukan observasi pendahuluan di sekolah untuk menetapkan jumlah
siswa di kelas yang dijadikan sampel penelitian dan mengumpulkan
data-data siswa.
c. Membuat soal tes dan angket yang terdiri dari soal-soal IPA kelas VIII
yang berjumlah 30 soal yang dipilih dari kumpulan soal-soal TIMSS
tahun 2003 dan 2011, Ujian Nasional dari tahun 2010 sampai tahun
2017, dan angket self-efficacy siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaannya, pengambilan data dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan untuk mendistribusikan soal-soal IPA kelas VIII
26
semester I dan II, dengan waktu pelaksanaan tes selama 2 jam
pelajaran.
b. Memberikan lembar kuisioner self-efficacy siswa setelah mengerjakan
tes soal IPA.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif . Data kuantitatif hasil
belajar siswa diperoleh dari nilai tes IPA yang berjumlah 30 soal.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket self-efficacy Siswa
Angket ini diisi oleh siswa untuk mengetahui keyakinan diri siswa.
Angket berisi 26 pertanyaan yang diisi dengan memberi tanda ceklis (√)
pada pilihan jawaban "sangat tidak sesuai", "tidak sesuai", "sesuai",
atau "sangat sesuai".
b. Tes Hasil Belajar Siswa
Nilai hasil belajar siswa diambil dari tes IPA kelas VIII semester I dan
II yang berjumlah 30 soal yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian
Nasional tahun 2010 sampai tahun 2017 dan TIMSS tahun 2003 dan
2011.
27
F. Uji Persyaratan Instrumen
1. Uji Validitas Angket
Validitas instrument dapat diukur dengan menggunakan metode Pearson
Product Moment, kemudian membandingkan rhitung dengan
rtabel bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 170).
Adapun hasil validitas isi berdasarkan hasil review yang dilakukan oleh
ahli di bidang bimbingan konseling dihasilkan beberapa ketentuan
diantaranya membenahi pernyataan yang memiliki makna ambigu,
membenahi penggunaan bahasa agar mudah dipahami siswa, menghapus
pernyataan yang memiliki kemungkinan kecil untuk dipilih siswa.
Uji coba angket pada penelitian ini dilakukan di SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung. Hasil uji validitas yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa
dari 34 butir yang diujicobakan terdapat 8 butir yang tidak valid dan
diperoleh indeks korelasi butir berkisar antara -0.199 sampai dengan 0.631
dengan batas gugur (rTabel) 0.211.
2. Uji Reliabilitas Angket
Pengujian reliabilitas instrument angket dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s lalu membandingkan r11
dengan rtabel bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 195-198).
kemungkinan kecil untuk dipilih siswa.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas reliabilitasnya dengan rumus Alpha
Cronbach’s, skala yang ditunjukkan dengan koefisien alpha sebesar 0.746
28
termasuk dalam kategori tinggi, sehingga instrumen skala self-efficacy ini
dinyatakan reliabel.
G. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data hasil pengisian angket self-efficacy siswa dan data
hasil pengerjaan 20 soal IPA yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian
Nasional dan TIMSS, tahap pelaksanaan selanjutnya yaitu:
1. Mengolah data yang telah diperoleh untuk mengetahui self-efficacy siswa
berdasarkan gender.
2. Menganalisis hubungan antara self-efficacy dengan gender siswa.
3. Menganalisis hubungan antara self-efficacy berdasarkan gender dengan
hasil belajar siswa berdasarkan data yang telah didapatkan.
Selanjutnya data penelitian ini dianalisis sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
menjawab soal-soal ujian nasional dan TIMSS yang dipilih berdasarkan
SKL yang telah dipelajari siswa dengan melakukan penskoran secara
manual menggunakan kunci jawaban. Dan jika jawaban benar maka
mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab diberi skor 0.
Menghitung nilai hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan
menjawab soal-soal ujian nasional yang dipilih berdasarkan SKL yang telah
dipelajari siswa menggunakan rumus menurut Purwanto (2013: 112)
dengan cara:
29
S =
X 100
Keterangan:
S = nilai hasil belajar siswa
n = jumlah skor soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes
Sehingga nilai yang diperoleh siswa dikelompokan ke dalam kriteria
sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria penilaian hasil belajar siswa No Interval Kategori
1 81 - 100 Sangat tinggi
2 61 – 80 Tinggi
3 41 – 60 Cukup
4 21 - 40 Rendah
5 0 – 20 Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)
2. Data Kualitatif
Data kualitatif tentang self-efficacy yang dimiliki siswa diambil melalui
angket yang diisi sendiri oleh siswa. Langkah-langkah pengolahan data
angket adalah sebagai berikut:
1. Menghitung skor angket siswa
2. Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus menurut Ali
(2013: 201) sebagai berikut:
% =
X 100
Keterangan:
% = persentase self-efficacy siswa
n = skor yang diperoleh
N = jumlah seluruh skor
30
3. Merangkum persentase jawaban siswa untuk mengetahui termasuk ke
dalam kategori manakah self-efficacy yang dimiliki siswa. Persentase
jawaban dari tiap indikator tersebut dimasukkan dalam tabel kriteria
berikut (Tabel 3).
Tabel 3. Kriteria penilaian self-efficacy siswa
No Interval Kategori
1 81 - 100 Sangat tinggi
2 61 – 80 Tinggi
3 41 – 60 Cukup
4 21 - 40 Rendah
5 0 - 20 Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)
Perbedaan self efficacy dengan gender, perbedaan hasil belajar dengan gender,
dan hubungan self efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar, dilakukan uji
sebagai berikut.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Menurut Ghozali (2011: 160) uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Bila asusmi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas
dilakukan dengan uji Kolmogorof-Swirnov. Data dinyatakan berdistribusi
normal jika nilai Asymp Sig (2-tailed) hasil perhitungan Kolmogorof-
Swirnov lebih besar dari 0,05.
31
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel
mempunyai varian data yang bersifat homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lavene test
dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan homogen bila hasil
perhitungan menunjukkan Sig > 0,05.
c. Uji linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah garis regresi antar
variabel terikat dan variabel terikat membentuk garis linier atau tidak.
Adapun rumus yang digunakan dalam uji linearitas menurut Hadi (2004:
13) adalah sebagai berikut:
Freg =
Keterangan:
Freg = harga bilangan F untuk garis regresi
= rerata kuadrat garis regresi
= rerata kuadrat residu
Ketentuan dalam uji linearitas ini dapat dilihat dari nilai Sig yang
diperoleh dari perhitungan menggunakan SPSS. Jika nilai signifikasi >
0,05 maka distibusi data yang diteliti tersebut bersifat linier, sebaliknya
jika nilai signifikasi < 0,05 maka distribusi data yang diteliti bersifat tidak
linier.
2. Uji Beda Independent Sample t-test
Uji beda Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang saling independen. Uji
32
Independent Sample t-test merupakan teknik statistik parametrik dimana data
harus berdistribusi normal. Adapun rumus dan langkah-langkah perhitungan
uji-t untuk sampel yang saling independen sebagai berikut (Sudjana, 2005:
243).
thitung=
√
dengan
S2=
( ) ( )
Keterangan:
= nilai rata-rata kelompok 1
= nilai rata-rata kelompok 2
n 1 = jumlah siswa kelompok 1
n2 = jumlah siswa kelompok 2
s12
= varians pada kelompok 1
s22
= varians pada kelompok 2
s2
= varians gabungan
Kriteria pengujian ini didasarkan pada nilai signifikansi. Jika nilai
signifikansi < 0,05 maka terdapat perbedaan antar variabel, sebaliknya jika
nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat perbedaan antar variabel.
3. Uji Korelasi Pearson Product Moment
Untuk menguji hubungan antara dua variabel yang berdata rasio ataupun data
kuantitatif digunakan korelasi product moment yang dikembangkan oleh Karl
Pearson. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari
nilai signifikan dan seberapa besar hubungannya dapat dilihat dengan nilai r
(Sujarweni, 2015 :139).
33
Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi).
ϰ𝑦=
( ϰ )( )
Dalam hal ini :
ϰ𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
ϰ = deviasi dari mean untuk nilai variabel X
𝑦 = deviasi dari mean untuk nilai variabel Y
Σϰ.𝑦 = jumlah perkalian antara nilai X dan Y
ϰ = Kuadrat dari nilai ϰ
= Kuadrat dari nilai y
Kriteria pengujian ini didasarkan pada nilai signifikansi. Jika nilai
signifikansi < 0.05 maka terdapat hubungan antar variabel, sebaliknya jika
nilai signifikansi > 0.05 maka tidak terdapat hubungan antar variabel.
Koefisien korelasi diinterpretasikan ke dalam tingkatan hubungan sebagai
berikut (Tabel 4).
Tabel 4. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Sumber: Sugiyono (2014: 184).
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah (tak ada korelasi)
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
41
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Tidak terdapat perbedaan antara self-efficacy laki-laki dengan self-efficacy
perempuan pada siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton
Bandar Lampung.
2. Terdapat hubungan positif dengan keeratan hubungan rendah antara self-
efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA siswa kelas VIII
SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
B. SARAN
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Peningkatan self-efficacy siswa dapat dilakukan oleh guru dengan
memberikan perhatian khusus pada siswa saat pembelajaran untuk
menumbuhkan kegigihan dalam belajar dan menyelesaikan tugas, serta
konsisten dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, dapat juga
membimbing siswa untuk terus rajin belajar guna meningkatkan hasil
belajar semua siswa
42
2. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk pada saat
pengembilan data, selain menggunakan angket juga dapat dilakukan
dengan wawancara.
3. Siswa dapat memaksimalkan keyakinan dirinya melalui evalusai setiap
ulangan harian ataupun setiap ulangan semester serta terus belajar giat
sehingga mencapai hasil belajar yang lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.
Addison Wesley Longman, Inc. New York. 434 hlm.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta. 418 hlm.
Bandura, A. 1999. Self-Efficacy Pathways Childhood Depression (Jornal of
Personality and Social Psychology, Vol 76, No. 2, 258-269).
(www.uky.edu, di akses pada 12 Oktober Juni 2018, 10:46 WIB). 12 hlm.
BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. (isi-dps.ac.id, diakses
pada 29 September 2017, 10.28 WIB). 59 hlm.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta.
Jakarta. 298 hlm.
Feist, J dan Gregory J. F. 2011. Teori Kepribadian. Salemba Humanika. Jakarta.
376 hlm.
Gunawan, H. 2000. Gender Dalam Perspektif Academic Self-Efficacy dan
Kecurangan Teknologi Informasi. Jurnal, (Online).
(http://p2m.polibatam.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Microsoft-Word-
11-Jurnal-Integrasi-2012.Hendra-Gunawan.pdf.). Diakses pada 1
November 2017 ; pukul 20.12 WIB. 6 hlm.
Gunawan, I., dan Palupi, A.R. 2016. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif:
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian.
Jurnal, (online).
(http://download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D359751%26va
l%3D8251%26title%3DTAKSONOMI%2520BLOOM.pdf). Diakses pada
28 Desember 2017 ; pukul 21:36 WIB. 20 hlm.
Hairida dan Marhaeny W. A. 2012. Self efficacy dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran IPA Kimia (Jurnal Vol. 3 hlm 26-34).
(jurnal.untan.ac.id, diakses pada 03 Oktober 2018, 06.30 WIB). 8 hlm.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 184 hlm.
Ishtifa, H. 2011. Pengaruh Self-Efficacy Dan Kecemasan Akademis Terhadap
Self-Regulated Learning Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri
Jakarta. Jurnal, (online). (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/-
44
123456789/1790/1/HANNY%20ISHTIFA-FPS.pdf). Diakses pada 02
oktober 2017 ; pukul 11.47 WIB. 90 hlm.
Ketelhut, D.J. 2007. The Impact of Student Self-efficacy on Scientific Inquiry
Skills: An Exploratory Investigation in River City, a Multi-user Virtual
Environment. Journal of Science Education and Technology.16(1):99-111.
15 hlm.
Lloyd, Jennifer. E. V., John W., dan Manizheh S. Y. 2005. Sex Differences in
Performance Attributions, Self Efficacy, and Achievement in Mathematics:
If I’m So Smart, Why Don’t I Know It? (Jurnal hlm 38 -408). (eric.ed.gov,
diakses pada 15 Oktober 2018, 13.07 WIB). 25 hlm.
Mahyuddin, R., Elias, H., Cheong, L.S., Muhammad, M.F., Noordin, N., dan
Abdullah, M.C. 2006. The Relationship Between Students' Self Efficacy
And Their English Language Achievement. Jurnal. Jurnal Pendidik dan
Pendidikan jilid 2, 2006. (Online). (http://web.usm.my/apjee/webtest/ -
APJEE212006/4%20Rahi%20%2861-71%29.pdf, diakses pada 10
November 2017; 21.15 WIB). 11 hlm.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 259
hlm.
Marvelya, F. 2017. Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Se-Kecamatan Tanjung
Karang Barat. (Skripsi).
(http://digilib.unila.ac.id/25605/20/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PE
MBAHASAN.pdf, diakses pada 02 Oktober 2017; 11.47 WIB). 52 hlm.
Mukhid, A. 2009. Self-Efficacy (Jurnal Vol. 4 Hlm 106-122).
(stainpamekasan.ac.id, diakses pada 20 Oktober 2017, 20.32 WIB). 16 hlm.
Muris, P. 2001. A Brief Questionnaire for Measuring Self Efficacy in Youths.
(Journal Vol. 23 Hlm 145-149). (www.academia.edu, diakses pada 2
Oktober 2017, 19.42 WIB). 5 hlm.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 542 hlm.
Nuyami. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
terhadap Self-Efficacy Siswa SMP Ditinjau dari Gender. (Jurnal Vol.4).
(stainpamekasan.ac.id, diakses pada 3 Oktober 2018, 06.17 WIB). 11 hlm.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. (kemdikbud.go.id, diakses pada 12
November 2017, 08.40 WIB). 595 hlm.
Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. UNY Press. Yogyakarta. 228 hlm.
45
Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosda Karya. Bandung. 165 hlm.
Purwasari, Y. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Tentang Perubahan
Kenampakkan Permukaan Bumi Dan Benda Langit Melalui Peta Pikiran
Pada Anak Kesulitan Belajar Kelas Iv Sd 13 Balai-Balai Kota Padang
Panjang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus volume 1 nomor 1. (Online).
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu, diakses pada 18 November
2017; 20.50 WIB). 13 hlm.
Putra, A.D. 2016. Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Se-Kecamatan Tanjung
Senang. (Skripsi).
(http://digilib.unila.ac.id/23759/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM
BAHASAN.pdf, diakses pada 02 Oktober 2017; 11.47 WIB). 46 hlm.
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas
Lokal. Graha Ilmu. Yogyakarta. 120 hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hlm.
Santrock, J. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. Salemba Humanika.
Jakarta. 530 hlm.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung. 334 hlm.
Sujarweni, V.W. 2015. SPSS untuk Penelitian. Candracoret. Yogyakarta. 254 hlm.
Sulistiana, S., dan Nurhidayati. 2013. Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan
Reinforcement Guru Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA
Negeri Se-Kabupaten Purworejo. (Jurnal Vol. 3 Hlm 102-106).
(portalgaruda.org, diakses pada 19 November 2017, 22.15 WIB). 5 hlm.
Sulistiyo, A. 2013. Perbedaan Gaya Belajar Antara Siswa Laki-Laki Dan
Perempuan Dalam Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP
Kristen Satya Wacana Salatiga.(skripsi).(repository.uksw.edu, diakses pada
15 oktober 2018, 12.30 WIB). 35 hlm.
Yuniarti, R.D. 2013. Pengaruh Sikap dan Gender Terhadap Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di Kecamatan Sleman
Yogyakarta. (skripsi). (uny.ac.id, diakses pada 19 November 2017, 22.02
WIB). 148 hlm.