hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan …digilib.unila.ac.id/55495/3/skripsi tanpa bab...

55
i HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KEDATON (Skripsi) Oleh MARIZHA AGUSTINA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 05-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

i

HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN

HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII

SMP SE-KECAMATAN KEDATON

(Skripsi)

Oleh

MARIZHA AGUSTINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ii

ABSTRAK

HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN

HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII

SMP SE-KECAMATAN KEDATON

Oleh

MARIZHA AGUSTINA

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan self-efficacy antar gender,

dan hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA siswa

kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton. Desain yang digunakan adalah

deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP

Tahun Pelajaran 2017/2018 di Kecamatan Kedaton yang dipilih purposive

sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan angket. Analisis

data teknik deskriptif secara statistik menggunakan uji Independent Sample t-test

untuk mengetahui perbedaan self-efficacy antar gender, dan uji korelasi Pearson

untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil

belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Se-Kecamatan

Kedaton Bandar Lampung mempunyai self-efficacy “tinggi” (63,98 ± 0,50) pada

tingkat kekuatan (strength) mencakup gigih dalam belajar, gigih dalam

iii

mengerjakan tugas dan konsistensi dalam mencapai tujuan. Hasil uji-t sampel

independen menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata antara self-

efficacy yang dimiliki siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Hasil uji korelasi

menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy

berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA. Adapun nilai koefisien yang

dihasilkan pada uji korelasi mengindikasikan hubungan yang rendah antara self-

efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA.

Kata kunci : gender, hasil belajar IPA, self-efficacy

iv

HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN

HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII

SMP SE-KECAMATAN KEDATON

Oleh

MARIZHA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

v

Judul Skripsi : Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender

Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA

Kelas VIII SMP Se-Kecamatan Kedaton

Nama Mahasiswa : Marizha Agustina

Nomor Pokok Mahasiswa : 1413024052

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed.

NIP 19611027 198603 2 001 NIP 19571107 198603 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

NIP 19671004 199303 1 004

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. __________

Sekretaris : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd

NIP 19620804 198905 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 24 Januari 2019

vii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Marizha Agustina

NPM : 1413024052

Program studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah

diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima

sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.

Bandarlampung, 24 Januari 2019

Yang Menyatakan

Marizha Agustina

NPM 1413024052

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, 18 Agustus 1996 sebagai

putri pertama dari empat bersaudara yang merupakan buah

hati Bapak Mad Nur dengan Ibu Amalia, S.Pd. Pendidikan

formal diawali di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari pada

tahun 2002 kemudian dilanjutkan di SD Islam Ibnu Rusyd

dan selesai pada tahun 2008, lalu jenjang pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 7 Kotabumi lulus pada tahun 2011, dan jenjang

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kotabumi lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi pendidikan

biologi jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur

SBMPTN. Selama berkuliah di Universitas Lampung, penulis mengikuti lembaga

kemahasiswaan HIMASAKTA. Pada Tahun 2017 mengikuti Kuliah Kerja Nyata

Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Kelurahan Tiuh Balak Pasar, Kecamatan

Baradatu, Kabupaten Way Kanan, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP Negeri 1 Baradatu.

ix

MOTTO

”Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang”

(Albert Einstein)

“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”

(Albert Einstein)

”Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

x

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,

atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dan

kesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku Rasulullah Muhammad

SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada orang-

orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:

Ayahku (Mad Nur) dan Ibuku (Amalia, S.Pd)

Kedua orang tuaku, yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala

usaha dan doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu

menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan

kebahagian.

Keluargaku (Resgiy Septiani, Yoska Okmarinda dan Indah Deswita

Yolanda)

Adik-adikku yang selalu memberikan bantuannya ketika aku dalam

kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku.

Terimakasih atas ilmu, nasihat, arahan, cinta, dan kasih sayang yang telah

diberikan.

Almamater tercinta, Universitas Lampung.

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikian MIPA FKIP UNILA. Skripsi ini berjudul “Hubungan Self-

Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA

Kelas VIII SMP se-Kecamatan Kedaton”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

selesai;

4. Dr. Dewi Lengkana, M.Sc., selaku Pembimbing 1 sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasihat, motivasi,

bimbingan, ilmu pengetahuan, dan saran hingga skripsi ini dapat selesai;

xii

5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing 2 yang telah telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan dan

saran, hingga skripis ini dapat selesai;

6. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, saran perbaikan, dan motivasi yang sangat berharga hingga

skripisi ini dapat selesai;

7. Bapak dan Ibu dosen serta Staff Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman

kepada penulis;

8. Kepala sekolah, guru, staff, dan siswa- siswi kelas VIII SMP se-Kecamatan

Kedaton Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018 atas kerjasama

yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Sahabat yang saling setia mengingatkan dan membersamai dalam petualangan

kampus yaitu sahabat seperjuangan skripsi;

10. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

proses studi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kalian, aamiin.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita

semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 24 Januari 2019

Penulis

Marizha Agustina

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Self-Efficacy .............................................................................................. 7

B. Gender ...................................................................................................... 12

C. Hasil Belajar .............................................................................................. 13

D. Kerangka Pikir ........................................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 23

B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 23

C. Desain Penelitian ....................................................................................... 25

D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 25

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 26

F. Uji Pesyaratan Instrumen .......................................................................... 27

G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 34

B. Pembahasan ............................................................................................... 37

xiv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................... 41

B. Saran ......................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43

xv

LAMPIRAN

1. Kisi-kisi dan rubrik penskoran skala self-efficacy ................................... 46

2. Skala self-efficacy ..................................................................................... 47

3. Lembar Jawaban ....................................................................................... 49

4. Sebaran soal berdasarkan kompetensi dasar dan indikator ...................... 50

5. Lembar soal tes ......................................................................................... 67

6. Skor hasil uji coba instrumen ................................................................... 72

7. Hasil uji coba korelasi butir soal ............................................................. 75

8. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 78

9. Skor skala self-efficacy dan hasil belajar siswa laki-laki SMP

se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ................................................ 79

10. Skor skala self-efficacy dan hasil belajar siswa perempuan SMP

se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ................................................ 83

11. Nilai Aspek Self-efficacy dan Hasil Belajar pada Siswa Laki-Laki

SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ....................................... 86

12. Nilai Aspek Self-efficacy dan Hasil Belajar pada Siswa Perempuan

SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ....................................... 90

13. Hasil uji normalitas ................................................................................. 93

14 Hasil uji independent sample t-Test ........................................................ 95

15. Uji linearitas ............................................................................................. 97

16. Hasil uji korelasi (Pearson) antara self-efficacy dengan hasil belajar ..... 100

17 Foto-foto penelitian ................................................................................. 102

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sampel Penelitain ................................................................................. 24

2. Kriteria penilaian hasil belajar siswa ................................................... 29

3. Kriteria penilaian self-efficacy siswa ................................................... 30

4. Pedoman interpretasi koefisien korelasi ............................................... 33

5. Kategori dan persentase self-efficacy siswa ......................................... 34

6. Skor masing-masing aspek self-efficacy ............................................... 34

7. Hasil uji t-sampel independen self-efficacy siswa ............................... 35

8. Hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar ...... 36

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir peneliti ......................................................................... 22

2. Foto-foto penelitian .............................................................................. 102

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses penemuan diri yang berlangsung

sepanjang hayat untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki seseorang

secara penuh, yang memberikan kepuasan dan makna pada kehidupannya

(BSNP, 2010: 37). Pendidikan mempunyai arti sebagai proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hasan, 2007:

263).

Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa,

yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan

kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global,

melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang

berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk

mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010: 39). Tujuan pendidikan dapat

dinilai pada taksonomi di ranah afektif. Ranah afektif adalah sikap, perasaan,

emosi, dan karakteristik moral, yang semuanya merupakan aspek-aspek

penting untuk perkembangan siswa (Hamalik, 2008: 79).

2

Bandura (dalam Ishtifa, 2011: 25) mengartikan efikasi diri (self-efficacy)

merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi

dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai

suatu hasil yang diinginkan. Self-efficacy dapat ditanamkan di pendidikan

sekolah, salah satunya adalah melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA). Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter dapat

diimplementasikan dengan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran,

salah satunya yaitu pembelajaran IPA. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, dan prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006: 113).

Adanya proses penemuan dalam pembelajaran diharapkan siswa pada

pembelajaran dapat aktif dan terjadinya peningkatan self-efficacy serta hasil

belajar siswa.

Faktanya yang terjadi saat observasi siswa kelas VIII di SMP se-Kecamatan

Kedaton, masih banyak siswa dengan self-efficacy yang masih rendah dilihat

dari hasil ulangan tengah semester tepatnya banyak nilai siswa yang memiliki

nilai dibawah standar dan tidak sesuai dengan harapan guru di sekolah.

Rendahnya self-efficacy sangat mempengaruhi siswa, karena self-efficacy

berperan penting dalam meningkatkan hasil dan kualitas belajar siswa. Hal ini

terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Mahyuddin (2006: 69) yang

menyimpulkan bahwa adanya hubungan self-efficacy dengan hasil belajar

siswa. Siswa dengan self-efficacy tinggi mempunyai penampilan hasil belajar

yang lebih bagus dibandingkan dengan siswa yang mempunyai self-efficacy

rendah.

3

Self-efficacy siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah faktor gender. Hasil penelitian Kuo (dalam Gunawan, 2000: 3)

menemukan adanya hubungan yang moderat antara self-efficacy dengan etika

dalam menjaga informasi pribadi. Perempuan menunjukan tingkat self-efficacy

yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Kepercayan diri siswa dalam sekolah

terlihat saat siswa tersebut ingin melontarkan pendapatnya di depan kelas tanpa

rasa ragu. Kadang kala gejala ketidak percayaan diri muncul tiba-tiba tanpa

disadari oleh seseorang ketika melakukan sesuatu, sehingga orang tersebut

tidak bisa mengeluarkan kemampuannya dengan optimal.

Hasil studi nasional yang dilakukan oleh NAEP (dalam Santrock, 2011: 223)

menyatakan hasil yang sama bahwa anak laki-laki mendapatkan prestasi yang

lebih baik dalam IPA dibandingkan anak perempuan pada kelas empat,

delapan, dan dua belas. Kemudian dalam studi lain yang dilakukan Smerdon

(dalam Santrock, 2011: 223) yang berfokus pada pelajar kelas delapan dan

sepuluh, anak laki-laki mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari anak

perempuan dalam tes IPA, terutama diantara siswa-siswa dengan kemampuan

menengah dan tinggi.

Hasil belajar yang diingingkan pada pembelajaran diperlukan adanya self-

efficacy, sehingga siswa benar-benar dan mengerti mengenai pembelajarannya.

Oleh karena itu, peran guru dan sekolah serta orang tua sangat penting untuk

meningkatkan hasil belajar. Seperti adanya perbedaan hasil belajar di bidang

gender masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti. Studi yang dilakukan

oleh Hyde (dalam Santrock, 2009: 227) menyatakan bahwa laki-laki dan

4

perempuan itu sama dalam sebagian besar faktor psikologis termasuk dalam

kemampuan matematika, komunikasi, dan agresi dimana tidak ditemukan

perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan. Meece dan Scantlebury (dalam

Santrock, 2011: 223) menyatakan banyak ahli gender yakin bahwa adanya

perbedaan gender dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam disebabkan

oleh pengalaman yang dimiliki oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Anak

laki-laki mengambil lebih banyak mata pelajaran matematika dan ilmu

pengetahuan alam daripada anak perempuan. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa self-efficacy yang dilihat berdasarkan gender dengan hasil

belajar mempunyai hubungan yang saling berkaitan yang membuat peneliti

sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Self-

efficacy Berdasarkan Gender dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPA kelas VIII SMP Swasta Se-Kecamatan Kedaton”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimakah self-efficacy berdasarkan gender pada siswa kelas VIII SMP

Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung?

2. Bagaimana hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil

belajar IPA siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar

Lampung?

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengkaji self-efficacy berdasarkan gender pada siswa kelas VIII SMP

Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

2. Mengetahui hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil

belajar IPA siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar

Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan diri serta

acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

2. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk memaksimalkan keyakinan dirinya

agar mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

3. Bagi guru, sebagai tambahan pengetahuan mengenai self-efficacy sehingga

diharapkan guru mampu meningkatkan self-efficacy siswa agar

mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Aspek self-efficacy siswa yaitu kemampuan siswa dalam menguasai situasi

dan memberikan hasil positif pada tiga aspek yang dinilai, yaitu tingkat

kesulitan (level), tingkat kekuaatan (strength), dan generalisasi

(generality).

2. Gender yang dimaksud merupakan istilah dari dua macam jenis kelamin

seseorang, yaitu laki-laki atau perempuan.

3. Hasil belajar yang diambil sebagai data kuantitatif adalah hasil belajar

ranah kognitif yang diperoleh dari tes yang terdiri dari soal-soal ujian

nasional dari tahun 2010 hingga tahun 2017 dan TIMSS tahun 2003 dan

2011 yang disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari siswa.

4. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di lima SMP

Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Self-efficacy

Selama tahun 1980-an, para ahli pendidikan menggeser minat kajian mereka

dalam memandang motivasi dalam proses kognitif dan pemrosesan informasi

pada fungsi manusia. Bersamaan dengan itu, isu-isu penting yang menonjol

dalam psikologi pendidikan telah memberi tanda perubahan dalam fokusnya

seperti fungsi manusia (human functioning), dan self-beliefs pebelajar yang

sekali lagi menjadi subjek penelitian dalam motivasi proses kognitif pada

perilaku di dunia akademik. Dalam beberapa hal, fokus siswa terhadap self

menjadi komponen pokok bagi motivasi akademik yang didasarkan pada

pembenaran asumsi bahwa beliefs yang dibuat, dikembangkan, dan dipegang

oleh siswa menjadi benar tentang diri mereka sendiri sebagai kekuatan yang

sangat penting dalam keberhasilan atau kegagalan mereka di sekolah. Ada dua

jenis self-beliefs yang terutama dominan dalam penelitian motivasi yaitu self-

efficacy dan self-concept beliefs (Mukhid, 2009: 106-107).

Self-efficacy adalah suatu kepercayaan dapat berhasil dalam melakukan

perilaku tertentu; ini terbukti lebih kuat berkaitan dengan hasil akademik

daripada banyaknya karakteristik individu lainnya seperti jenis kelamin siswa,

konsep diri siswa, atau kegunaan yang dirasakan dari pengetahuan nantinya

8

dalam kehidupan siswa. Self-efficacy mempengaruhi perilaku dengan

mengatur pilihan individu, tingkat usaha yang dia keluarkan, dan adanya

respon emosional (Ketelhut, 2007: 100).

Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai judgement seseorang atas

kemampuannya untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang

mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Bandura menggunakan istilah self-

efficacy mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang

untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil.

Dengan kata lain, self-efficacy adalah keyakinan penilaian diri berkenaan

dengan kompetensi seseorang untuk sukses dalam tugas-tugasnya (Mukhid,

2009: 108).

Self-efficacy dapat menimbulkan dampak bagi seseorang sehingga setiap

individu mempunyai pemikiran bagaimana merasakan, berpikir, memotivasi

diri dan berperilaku dalam menghadapi suatu masalah. Bandura (dalam

Marvelya, 2017: 10-12) mengatakan bahwa dampak tersebut dihasilkan

melalui empat proses utama yaitu, proses kognitif, motivasi, afektif dan

seleksi.

1. Proses kognitif

Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan

sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat

untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut

dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi

kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian

9

sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul

pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam

analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan

pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Proses motivasi

Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya

untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi

diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan,

merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.

3. Proses afeksi

Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam

menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan

mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola

pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan

kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap

kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami

ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu

yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak aka membangkitkan

pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan

kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak

mampu mengelola ancaman tersebut.

10

4. Proses seleksi

Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi

tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan

yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi

tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah

menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat

membentuk hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan

lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang

menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu untuk ditangani.

Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan

yang ditentukan.

Self-efficacy memiliki beberapa variasi dalam dimensi yang memberikan

implikasi penting pada kinerja. Feist (dalam Putra, 2016: 9) menyatakan

bahwa self-efficacy bervariasi dari situasi satu ke situasi lain, tergantung pada

kompetensi yang dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda; ada atau tidaknya

orang lain; kompetensi yang dipersepsikan orang lain tersebut, teutama

apabila mereka adalah kompetitor; predisposisi dari orang tersebut yang lebih

condong tehadap kegagalan atas performa daripada keberhasilan; kondisi

psikologis yang mendampinginya, terutama adanya rasa kelelahan,

kecemasan, apatis, dan ketidakberdayaan.

Self-efficacy dalam beberapa hasil studi menunjukkan adanya hubungan

dengan prestasi akademik di sekolah. Siswa yang memiliki self-efficacy

rendah untuk belajar mungkin menghindari tugas, sedang siswa yang menilai

11

keyakinan dirinya tinggi lebih mungkin berpartisipasi. Ketika siswa

mengamati kesuksesan dan menghubungkan kesuksesan dengan kemampuan

mereka sendiri, self-efficacy mereka meningkat. Sedangkan ketika mereka

percaya bahwa mereka kurang mampu, dan mereka merasa tidak dapat

mencapai kemampuan mereka sendiri, mungkin tidak temotivasi untuk

bekerja (belajar) lebih keras (Mukhid, 2009: 115).

Menurut Bandura (dalam Yuniwati, 2013: 193-194) Self-efficacy adalah

penilaian individu terhadap dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang

diinginkan yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Ada 4 (empat)

komponen faktor yang mempengaruhi self-efficacy yaitu:

1. Personal Accomplishments (pencapaian diri) merupakan faktor yang paling

berpengaruh, karena dari pengalaman masa lalu baik

keberhasilan/kegagalan akan menjadi pelajaran bagi seseorang untuk

meraih keberhasilan. Kegagalan yang dialami dapat memicu self-efficacy

menjadi lebih baik karena membuat seseorang mampu mengatasi

rintangan-rintangan yang serupa atau bahkan lebih sulit di masa datang.

2. Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain) yaitu self-efficacy

yang terbentuk dengan melihat pengalaman keberhasilan yang ditunjukkan

oleh orang lain. Jika seseorang melihat orang lain dengan kemampuan

yang sama dengan diri individu dapat berhasil dalam suatu hal melalui

usaha yang gigih, maka seseorang itu akan merasa percaya dan yakin akan

dirinya juga akan berhasil dalam hal tersebut dengan usaha yang sama.

12

3. Verbal Persuasion (persuasi verbal) yaitu self-efficacy yang dibentuk dari

keyakinan seseorang bahwa individu mempunyai kemampuan untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan. Seseorang yang mendapat pengaruh dari

orang lain maka dia akan mengerahkan usaha yang lebih besar dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

4. Physiological State (keadaan dan reaksi fisik) merupakan tanda-tanda

seperti status emosi mempengaruhi seseorang dalam menilai kemampuan

pada diri individu. Kondisi stres dan kecemasan dapat dilihat sebagai tanda

yang mengancam ketidakmampuan diri. Dalam menilai kemampuan orang

lain, seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisik pada diri

individu untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan

keadaan fisiologis yang individu miliki. Situasi emosi yang tidak stabil,

seperti kecemasan dan kekhawatiran akan menentukan keyakinan dan

kepercayaan diri seseorang dalam menilai kemampuan individu.

B. Gender

Istilah gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara

laki-laki dan perempuan, seperti yang dikemukakan oleh Gidden (dalam

Remiswal, 2013: 12). Gender merujuk pada konsep laki-laki atau perempuan

berdasarkan dimensi sosial budaya dan psikologi. Gender dibedakan dari jenis

kelamin, yang melibatkan dimensi biologis dari perempuan atau laki-laki.

National Assessment Of Educational Progress (dalam Santrock, 2011: 223)

mengatakan bahwa dalam sebuah studi nasional terbaru tentang prestasi ilmu

13

pengetahuan alam (IPA), anak laki-laki memang mendapatkan prestasi yang

sedikit lebih baik dalam ilmu pengetahuan alam bila dibandingkan dengan

anak perempuan di kelas empat, delapan, dan dua belas.

Gender apabila dihubungkan dengan bakat atau kemampuan yang di tes

menunjukkan antara lain bahwa dalam kemampuan intelektual sampai dengan

umur 14 tahun nampak bahwa seorang perempuan secara konsisten lebih

tinggi daripada laki-laki. Rata-rata anak perempuan melebihi skor yang

dicapai anak laki-laki dalam berbagai pengukuran kemampuan verbal, jumlah

kosakata, pemahaman bahan tertulis yang sulit, dan kelancaran verbal.

Meskipun siswa laki-laki tebelakang dalam kemampuan verbal, mereka rata-

rata cenderung lebih unggul daripada siswa perempuan dalam tes visual ruang

(Sulistiana, 2013: 103). Sementara, Hyde (dalam Putra, 2016: 16)

menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama dalam sebagian besar

faktor psikologis termasuk dalam kemampuan matematika, komunikasi, dan

agresi dimana tidak ditemukan perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan puncak dari tindakan belajar sedangkan bagi guru

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Hasil belajar,

untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan

pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental

siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3-4).

Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan

14

evaluasi pembelajaran sekaligus. Evaluasi hasil belajar menetapkan baik

buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran

menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran (Dimyati, 2010:

189-190).

Purwasari (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang

yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu,

hasil belajar bukan ukuran tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan

belajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat

dilihat dari hasil belajar siswa tersebut. Gagne (dalam Purwasari, 2013: 5)

menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai meliputi lima kemampuan,

yaitu: (a) Kemampuan intelektual, ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-

operasi intelektual yang dapat dilakukan, misalnya kemampuan

mendiskripsikan, konsep kongkrit dan konsep terdefenisi; (b) informasi verbal

(pengetahuan deklaratif), pengetahuan yang disajikan dalam bentuk gagasan

dan bersifat statis; (c) sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan

dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda dan kejadian-

kejadian atau makhluk hidup lainnya; (d) keterampilan motorik, kemampuan

yang meliputi kegiatan fisik, penggabungan motorik dengan keterampilan

intelektual; (e) strategi kognitif, merupakan suatu proses kontrol dan proses

internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara

memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.

Hasil belajar dapat diketahui dan dinilai dengan cara evaluasi. Prinsip dasar

yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil

15

belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip mana evaluator dalam

melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara

menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap

materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari

segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya (aspek psikomotor).

Mengingat bahwa ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan

tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar

(Sudiyono, 2001: 48).

Gunawan (2016 : 25-26) mengatakan bahwa konsep-konsep hasil belajar yang

berkembang terfokus pada proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif dalam

pembelajaran yang bermakna.Pembelajar diasumsikan sebagai pelaku yang

aktif dalam aktivitas belajar; mereka memilih informasi yang akan mereka

pelajari, dan mengonstruksi makna berdasarkan informasi. Adanya bukti-bukti

empiris bahwa hierarki kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya

yakni pemahaman, aplikasi, dan analisis, tetapi tidak pada dua kategori

terakhir (sintesis dan evaluasi). Penelitian membuktikan sintesis merupakan

kategori yang lebih kompleks daripada evaluasi. Sehingga taksonomi bloom

ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88)

yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan

(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan

(create).

a. Mengingat (remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari

memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan

16

maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang

berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful

learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini

dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih

kompleks.

b. Memahami/mengerti (understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari

berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan

akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang

merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

c. Menerapkan (apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa

dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa

sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti

prosedur apa saja yang harus dilakukan. Mengimplementasikan berkaitan

erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan

menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari

17

siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur

baku/standar yang sudah diketahui.

d. Menganalisis (analyze)

Menganalisis merupakan tindakan memecahkan suatu permasalahan

dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari

keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana

keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis

berkaitan dengan proses kognitif dengan memberi atribut (attributing) dan

mengorganisasikan (organizing).

e. Mengevaluasi (evaluate)

Evaluasi meliputi tindakan mengecek (checking) dan mengkritisi

(critiquing). Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan

penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang

biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar

ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan

sendiri oleh siswa.

Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya memerlukan

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang

digunakan dapat berupa tes atau non-tes (Dimyati, 2010: 210). Tes adalah

sejumlah tugas yang diberikan oleh orang biasanya guru kepada orang

yang dites. Sedangkan non-tes adalah alat ukur selain tes yang lazimnya

sulit diukur pencapaiannya oleh atau dengan tes. Tes dapat dibedakan

melalui beberapa segi menurut Imron (dalam Putra, 2016: 20), yaitu:

18

1. Dari segi waktu pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Tes formatif, yaitu suatu tes yang dilaksanakan setelah selesai

pokok bahasan tetentu

b. Tes sumatif, yaitu suatu tes yang dilaksanakan pada akhir periode

tertentu.

2. Dilihat dari segi bentuknya, tes dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tes subjektif, yaitu suatu tes di mana pebelajar harus mengerjakan

dengan memberikan uraian atas soal-soal yang diteskan.

b. Tes objektif, yaitu suatu tes di mana jawaban atas soal-soal tes

tersebut telah tersedia dan tinggal memilih saja.

Selain dengan teknik tes, untuk mengetahui diri siswa dapat digunakan

teknik non tes, salah satunya adalah angket. Angket merupakan suatu

instrument yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden

dengan maksud agar responden memberikan jawaban, informasi, dan

keterangan. Angket dapat dibedakan menjadi angket tertutup dan terbuka.

Angket tertutup adalah angket yang berisi daftar pertanyaan dan sudah

disediakan jawabannya. Sedangkan angket terbuka adalah angket dengan

daftar pertanyaan tetulis yang diberikan kepada responden dengan maksud

agar responden memberikan jawaban secara bebas.

f. Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

19

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda

dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman

belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Menciptakan meliputi

menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing).

Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya

adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan

menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal

sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan

menghasilkan sesuatu yang baru.

D. Kerangka Pikir

Self-efficacy siswa merupakan keyakinan yang dimiliki oleh siswa dalam

menguasai situasi terutama pada saat pembelajaran. Self-efiicacy dianggap

sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang akan kemampuannya dalam

mengatur serangkaian tindakan yang harus dilakukan guna mencapai

tujuannya. Self-efficacy pada siswa berarti keyakinan atau kepercayaan diri

individu terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

serta kepercayaan dirinya ketika menghadapi ujian tengah semester atau ujian

akhir semester, sehingga mampu menghadapi rintangan dan mampu

mendapatkan nilai yang memuaskan. Tinggi rendahnya self-efficacy juga

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa gender,

usia, dan kemampuan diri. Sedangkan faktor eksternalnya berupa budaya,

ekonomi, kesulitan tugas, latar belakang keluarga dan reward.

20

Faktor internal yang pertama yaitu gender, perbedaan gender dalam

pembelajaran akan mempengaruhi bagaimana siswa berperilaku serta

bagaimana guru memperlakukan siswa selama dalam pembelajaran sehingga

akan memperngaruhi self-efficacy siswa. Faktor internal yang kedua yaitu usia,

usia dalam hal ini dapat dihubungkan dengan pengalaman yang pernah dialami.

Siswa yang memiliki usia lebih (senior) akan lebih banyak memiliki

pengalaman dibandingkan dengan juniornya, sehingga akan mempengaruhi

tingkat self-efficacy. Faktor yang terakhir yaitu kemampuan diri, seseorang

yang mendapat informasi tentang kemampuannya yang rendah maka akan

menurunkan self-efficacy sehingga kinerja yang ditampilkan rendah begitupun

sebaliknya.

Faktor eksternal yang pertama yaitu budaya, individu dapat terpengaruh oleh

hal-hal yang positif maupun negatif dari lingkungan sekitar. Budaya yang ada

di lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan tingkah

laku individu. Faktor eksternal yang kedua yaitu ekonomi, faktor ekonomi akan

mempengaruhi kepercayaan diri siswa dalam bergaul dengan teman-temannya.

Siswa yang berekonomi rendah akan merasa minder dibandingkan siswa yang

berekonomi tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat self-efficacy. Faktor

eksternal selanjutnya yaitu sifat dari tugas yang dihadapi individu. Semakin

sedikit jenis tugas yang dapat dikerjakan dan tingkat kesulitas yang relatif

mudah, maka makin besar kecenderungan individu untuk menilai rendah

kemampuannya sehingga akan menurunkan self-efficacy begitupun sebaliknya.

Faktor ekternal yang selanjutnya yaitu latar belakang keluarga, keluarga

merupakan tempat diperolehnya pendidikan awal dari seorang anak. Latar

21

belakang keluarga yang baik akan mempengaruhi bagaimana cara mendidik

anak sehingga akan berpengaruh pada kecerdasan dan kepercayaan diri anak

dalam bersosialisasi dengan lingkunganya. Faktor eksternal yang terakhir yaitu

reward, reward yang diterima individu dari orang lain. Semakin besar reward

yang diperoleh seseorang dalam penyelesaian tugas, maka semakin tinggi

derajat self-efficacy.

Tinggi rendahnya self-efficacy yang dimiliki seorang siswa akan berpengaruh

dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki self-efficacy rendah

dalam belajar akan lebih menghindari tugas, sedangkan siswa yang mempunyai

keyakinan dirinya tinggi akan lebih berpartisipasi. Perbedaan tingkat self-

efficacy akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki self-

efficacy tinggi cenderung akan memiliki hasil belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memiliki self-efficacy rendah.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika

kompetensi yang ditetapkan dapat dicapai oleh semua siswa yang mengikuti

proses pembelajaran yang artinya ada perubahan perilaku pada diri siswa baik

dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah yang lebih

daripada sebelum siswa memperoleh pembelajaran karena belajar adalah dari

tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi

bisa.

22

Gambar 1. Hubungan antara self-efficacy dan sumber yang mempengaruhinya

dengan hasil belajar.

Faktor Internal:

1. Gender

2. Usia

3. Kemampuan diri

Faktor Eksternal:

1. Budaya

2. Ekonomi

3. Kesulitan tugas

4. Latar belakang keluarga

5. Reward

Self-efficacy siswa

Kegiatan

Pembelajaran

Hasil Belajar

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di Agustus sampai dengan

September 2018. Tempat penelitian ini di SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton

Bandar Lampung, yaitu SMP Al-Azhar 3, SMP Kristen 5, SMP Bina Mulya,

SMP Surya Dharma, dan SMP Sejahtera.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari lima SMP Swasta

se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung. Total populasi adalah sebanyak 374

siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 210 siswa dan siswa

perempuan sebanyak 164 siswa.

Jumlah sampel ditentukan, apabila ukuran populasi lebih dari 100, sampel

dapat diambil dari kisaran 10 – 15%, 20 – 25%, atau lebih dari 25%

(Arikunto, 2006 :134). Berdasarkan teori-teori tersebut, maka sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 205 siswa atau sebesar 55% ,

kemudian diperolehlah 115 siswa laki-laki dan 90 siswa perempuan. Namun

peneliti memutuskan untuk mengambil jumlah sampel lebih yaitu 20 orang

24

dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya sampel error. Sampel

penelitian diambil dari kelas-kelas yang terdapat di 5 SMP Swasta di

Kecamatan Kedaton Bandar Lampung

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik ini dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2014: 85). Kelas sampel yang dipilih dalam penelitian ini

ditentukan dengan mengacu pada daftar hadir siswa. Jadi, semua siswa laki-

laki dan siswa perempuan tiap kelas otomatis diambil sebagai sampel

penelitian. Berikut jumlah rician sampel dari tiap kelas pada masing-masing

sekolah (Tabel 1).

Tabel 1. Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah Kelas Jml Siswa

Total L P

1 SMP Al-Azhar 3

VIII D 19 15 34

VIII E 19 15 34

VIII F 22 15 37

2 SMP Kristen 5 VIII 10 3 13

3 SMP Bina Mulya VIII 15 10 25

4 SMP Surya Dharma VIII 17 20 37

5 SMP Sejahtera VIII 13 12 25

Jumlah Sampel 115 90 205

Keterangan : L = Laki-laki; P = Perempuan

25

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

(Arikunto, 2010: 3). Peneliti mengambil langsung informasi yang ada di

lapangan tentang hubungan self-efficacy berdasarkan gender dan hasil belajar

IPA siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terutama peneliti melakukan persiapan

sebagai berikut:

a. Membuat surat izin pra-penelitian untuk melakukan observasi ke

sekolah.

b. Melakukan observasi pendahuluan di sekolah untuk menetapkan jumlah

siswa di kelas yang dijadikan sampel penelitian dan mengumpulkan

data-data siswa.

c. Membuat soal tes dan angket yang terdiri dari soal-soal IPA kelas VIII

yang berjumlah 30 soal yang dipilih dari kumpulan soal-soal TIMSS

tahun 2003 dan 2011, Ujian Nasional dari tahun 2010 sampai tahun

2017, dan angket self-efficacy siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Dalam pelaksanaannya, pengambilan data dilaksanakan sebanyak satu

kali pertemuan untuk mendistribusikan soal-soal IPA kelas VIII

26

semester I dan II, dengan waktu pelaksanaan tes selama 2 jam

pelajaran.

b. Memberikan lembar kuisioner self-efficacy siswa setelah mengerjakan

tes soal IPA.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif . Data kuantitatif hasil

belajar siswa diperoleh dari nilai tes IPA yang berjumlah 30 soal.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket self-efficacy Siswa

Angket ini diisi oleh siswa untuk mengetahui keyakinan diri siswa.

Angket berisi 26 pertanyaan yang diisi dengan memberi tanda ceklis (√)

pada pilihan jawaban "sangat tidak sesuai", "tidak sesuai", "sesuai",

atau "sangat sesuai".

b. Tes Hasil Belajar Siswa

Nilai hasil belajar siswa diambil dari tes IPA kelas VIII semester I dan

II yang berjumlah 30 soal yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian

Nasional tahun 2010 sampai tahun 2017 dan TIMSS tahun 2003 dan

2011.

27

F. Uji Persyaratan Instrumen

1. Uji Validitas Angket

Validitas instrument dapat diukur dengan menggunakan metode Pearson

Product Moment, kemudian membandingkan rhitung dengan

rtabel bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 170).

Adapun hasil validitas isi berdasarkan hasil review yang dilakukan oleh

ahli di bidang bimbingan konseling dihasilkan beberapa ketentuan

diantaranya membenahi pernyataan yang memiliki makna ambigu,

membenahi penggunaan bahasa agar mudah dipahami siswa, menghapus

pernyataan yang memiliki kemungkinan kecil untuk dipilih siswa.

Uji coba angket pada penelitian ini dilakukan di SMP Al-Kautsar Bandar

Lampung. Hasil uji validitas yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa

dari 34 butir yang diujicobakan terdapat 8 butir yang tidak valid dan

diperoleh indeks korelasi butir berkisar antara -0.199 sampai dengan 0.631

dengan batas gugur (rTabel) 0.211.

2. Uji Reliabilitas Angket

Pengujian reliabilitas instrument angket dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s lalu membandingkan r11

dengan rtabel bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 195-198).

kemungkinan kecil untuk dipilih siswa.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas reliabilitasnya dengan rumus Alpha

Cronbach’s, skala yang ditunjukkan dengan koefisien alpha sebesar 0.746

28

termasuk dalam kategori tinggi, sehingga instrumen skala self-efficacy ini

dinyatakan reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data hasil pengisian angket self-efficacy siswa dan data

hasil pengerjaan 20 soal IPA yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian

Nasional dan TIMSS, tahap pelaksanaan selanjutnya yaitu:

1. Mengolah data yang telah diperoleh untuk mengetahui self-efficacy siswa

berdasarkan gender.

2. Menganalisis hubungan antara self-efficacy dengan gender siswa.

3. Menganalisis hubungan antara self-efficacy berdasarkan gender dengan

hasil belajar siswa berdasarkan data yang telah didapatkan.

Selanjutnya data penelitian ini dianalisis sebagai berikut:

1. Data kuantitatif

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa

menjawab soal-soal ujian nasional dan TIMSS yang dipilih berdasarkan

SKL yang telah dipelajari siswa dengan melakukan penskoran secara

manual menggunakan kunci jawaban. Dan jika jawaban benar maka

mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab diberi skor 0.

Menghitung nilai hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan

menjawab soal-soal ujian nasional yang dipilih berdasarkan SKL yang telah

dipelajari siswa menggunakan rumus menurut Purwanto (2013: 112)

dengan cara:

29

S =

X 100

Keterangan:

S = nilai hasil belajar siswa

n = jumlah skor soal yang dijawab benar

N = skor maksimum dari tes

Sehingga nilai yang diperoleh siswa dikelompokan ke dalam kriteria

sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria penilaian hasil belajar siswa No Interval Kategori

1 81 - 100 Sangat tinggi

2 61 – 80 Tinggi

3 41 – 60 Cukup

4 21 - 40 Rendah

5 0 – 20 Sangat rendah

Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)

2. Data Kualitatif

Data kualitatif tentang self-efficacy yang dimiliki siswa diambil melalui

angket yang diisi sendiri oleh siswa. Langkah-langkah pengolahan data

angket adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket siswa

2. Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus menurut Ali

(2013: 201) sebagai berikut:

% =

X 100

Keterangan:

% = persentase self-efficacy siswa

n = skor yang diperoleh

N = jumlah seluruh skor

30

3. Merangkum persentase jawaban siswa untuk mengetahui termasuk ke

dalam kategori manakah self-efficacy yang dimiliki siswa. Persentase

jawaban dari tiap indikator tersebut dimasukkan dalam tabel kriteria

berikut (Tabel 3).

Tabel 3. Kriteria penilaian self-efficacy siswa

No Interval Kategori

1 81 - 100 Sangat tinggi

2 61 – 80 Tinggi

3 41 – 60 Cukup

4 21 - 40 Rendah

5 0 - 20 Sangat rendah

Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)

Perbedaan self efficacy dengan gender, perbedaan hasil belajar dengan gender,

dan hubungan self efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar, dilakukan uji

sebagai berikut.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Menurut Ghozali (2011: 160) uji normalitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Bila asusmi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas

dilakukan dengan uji Kolmogorof-Swirnov. Data dinyatakan berdistribusi

normal jika nilai Asymp Sig (2-tailed) hasil perhitungan Kolmogorof-

Swirnov lebih besar dari 0,05.

31

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel

mempunyai varian data yang bersifat homogen atau tidak. Uji

homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lavene test

dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan homogen bila hasil

perhitungan menunjukkan Sig > 0,05.

c. Uji linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah garis regresi antar

variabel terikat dan variabel terikat membentuk garis linier atau tidak.

Adapun rumus yang digunakan dalam uji linearitas menurut Hadi (2004:

13) adalah sebagai berikut:

Freg =

Keterangan:

Freg = harga bilangan F untuk garis regresi

= rerata kuadrat garis regresi

= rerata kuadrat residu

Ketentuan dalam uji linearitas ini dapat dilihat dari nilai Sig yang

diperoleh dari perhitungan menggunakan SPSS. Jika nilai signifikasi >

0,05 maka distibusi data yang diteliti tersebut bersifat linier, sebaliknya

jika nilai signifikasi < 0,05 maka distribusi data yang diteliti bersifat tidak

linier.

2. Uji Beda Independent Sample t-test

Uji beda Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang saling independen. Uji

32

Independent Sample t-test merupakan teknik statistik parametrik dimana data

harus berdistribusi normal. Adapun rumus dan langkah-langkah perhitungan

uji-t untuk sampel yang saling independen sebagai berikut (Sudjana, 2005:

243).

thitung=

dengan

S2=

( ) ( )

Keterangan:

= nilai rata-rata kelompok 1

= nilai rata-rata kelompok 2

n 1 = jumlah siswa kelompok 1

n2 = jumlah siswa kelompok 2

s12

= varians pada kelompok 1

s22

= varians pada kelompok 2

s2

= varians gabungan

Kriteria pengujian ini didasarkan pada nilai signifikansi. Jika nilai

signifikansi < 0,05 maka terdapat perbedaan antar variabel, sebaliknya jika

nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat perbedaan antar variabel.

3. Uji Korelasi Pearson Product Moment

Untuk menguji hubungan antara dua variabel yang berdata rasio ataupun data

kuantitatif digunakan korelasi product moment yang dikembangkan oleh Karl

Pearson. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari

nilai signifikan dan seberapa besar hubungannya dapat dilihat dengan nilai r

(Sujarweni, 2015 :139).

33

Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi).

ϰ𝑦=

( ϰ )( )

Dalam hal ini :

ϰ𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.

ϰ = deviasi dari mean untuk nilai variabel X

𝑦 = deviasi dari mean untuk nilai variabel Y

Σϰ.𝑦 = jumlah perkalian antara nilai X dan Y

ϰ = Kuadrat dari nilai ϰ

= Kuadrat dari nilai y

Kriteria pengujian ini didasarkan pada nilai signifikansi. Jika nilai

signifikansi < 0.05 maka terdapat hubungan antar variabel, sebaliknya jika

nilai signifikansi > 0.05 maka tidak terdapat hubungan antar variabel.

Koefisien korelasi diinterpretasikan ke dalam tingkatan hubungan sebagai

berikut (Tabel 4).

Tabel 4. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Sumber: Sugiyono (2014: 184).

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah (tak ada korelasi)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan antara self-efficacy laki-laki dengan self-efficacy

perempuan pada siswa kelas VIII SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton

Bandar Lampung.

2. Terdapat hubungan positif dengan keeratan hubungan rendah antara self-

efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar IPA siswa kelas VIII

SMP Swasta se-Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

B. SARAN

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Peningkatan self-efficacy siswa dapat dilakukan oleh guru dengan

memberikan perhatian khusus pada siswa saat pembelajaran untuk

menumbuhkan kegigihan dalam belajar dan menyelesaikan tugas, serta

konsisten dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, dapat juga

membimbing siswa untuk terus rajin belajar guna meningkatkan hasil

belajar semua siswa

42

2. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk pada saat

pengembilan data, selain menggunakan angket juga dapat dilakukan

dengan wawancara.

3. Siswa dapat memaksimalkan keyakinan dirinya melalui evalusai setiap

ulangan harian ataupun setiap ulangan semester serta terus belajar giat

sehingga mencapai hasil belajar yang lebih baik.

43

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.

Addison Wesley Longman, Inc. New York. 434 hlm.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta. 418 hlm.

Bandura, A. 1999. Self-Efficacy Pathways Childhood Depression (Jornal of

Personality and Social Psychology, Vol 76, No. 2, 258-269).

(www.uky.edu, di akses pada 12 Oktober Juni 2018, 10:46 WIB). 12 hlm.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. (isi-dps.ac.id, diakses

pada 29 September 2017, 10.28 WIB). 59 hlm.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta.

Jakarta. 298 hlm.

Feist, J dan Gregory J. F. 2011. Teori Kepribadian. Salemba Humanika. Jakarta.

376 hlm.

Gunawan, H. 2000. Gender Dalam Perspektif Academic Self-Efficacy dan

Kecurangan Teknologi Informasi. Jurnal, (Online).

(http://p2m.polibatam.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Microsoft-Word-

11-Jurnal-Integrasi-2012.Hendra-Gunawan.pdf.). Diakses pada 1

November 2017 ; pukul 20.12 WIB. 6 hlm.

Gunawan, I., dan Palupi, A.R. 2016. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif:

Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian.

Jurnal, (online).

(http://download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D359751%26va

l%3D8251%26title%3DTAKSONOMI%2520BLOOM.pdf). Diakses pada

28 Desember 2017 ; pukul 21:36 WIB. 20 hlm.

Hairida dan Marhaeny W. A. 2012. Self efficacy dan Prestasi Belajar Siswa

Dalam Pembelajaran IPA Kimia (Jurnal Vol. 3 hlm 26-34).

(jurnal.untan.ac.id, diakses pada 03 Oktober 2018, 06.30 WIB). 8 hlm.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 184 hlm.

Ishtifa, H. 2011. Pengaruh Self-Efficacy Dan Kecemasan Akademis Terhadap

Self-Regulated Learning Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri

Jakarta. Jurnal, (online). (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/-

44

123456789/1790/1/HANNY%20ISHTIFA-FPS.pdf). Diakses pada 02

oktober 2017 ; pukul 11.47 WIB. 90 hlm.

Ketelhut, D.J. 2007. The Impact of Student Self-efficacy on Scientific Inquiry

Skills: An Exploratory Investigation in River City, a Multi-user Virtual

Environment. Journal of Science Education and Technology.16(1):99-111.

15 hlm.

Lloyd, Jennifer. E. V., John W., dan Manizheh S. Y. 2005. Sex Differences in

Performance Attributions, Self Efficacy, and Achievement in Mathematics:

If I’m So Smart, Why Don’t I Know It? (Jurnal hlm 38 -408). (eric.ed.gov,

diakses pada 15 Oktober 2018, 13.07 WIB). 25 hlm.

Mahyuddin, R., Elias, H., Cheong, L.S., Muhammad, M.F., Noordin, N., dan

Abdullah, M.C. 2006. The Relationship Between Students' Self Efficacy

And Their English Language Achievement. Jurnal. Jurnal Pendidik dan

Pendidikan jilid 2, 2006. (Online). (http://web.usm.my/apjee/webtest/ -

APJEE212006/4%20Rahi%20%2861-71%29.pdf, diakses pada 10

November 2017; 21.15 WIB). 11 hlm.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 259

hlm.

Marvelya, F. 2017. Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Se-Kecamatan Tanjung

Karang Barat. (Skripsi).

(http://digilib.unila.ac.id/25605/20/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PE

MBAHASAN.pdf, diakses pada 02 Oktober 2017; 11.47 WIB). 52 hlm.

Mukhid, A. 2009. Self-Efficacy (Jurnal Vol. 4 Hlm 106-122).

(stainpamekasan.ac.id, diakses pada 20 Oktober 2017, 20.32 WIB). 16 hlm.

Muris, P. 2001. A Brief Questionnaire for Measuring Self Efficacy in Youths.

(Journal Vol. 23 Hlm 145-149). (www.academia.edu, diakses pada 2

Oktober 2017, 19.42 WIB). 5 hlm.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 542 hlm.

Nuyami. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

terhadap Self-Efficacy Siswa SMP Ditinjau dari Gender. (Jurnal Vol.4).

(stainpamekasan.ac.id, diakses pada 3 Oktober 2018, 06.17 WIB). 11 hlm.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. (kemdikbud.go.id, diakses pada 12

November 2017, 08.40 WIB). 595 hlm.

Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. UNY Press. Yogyakarta. 228 hlm.

45

Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosda Karya. Bandung. 165 hlm.

Purwasari, Y. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Tentang Perubahan

Kenampakkan Permukaan Bumi Dan Benda Langit Melalui Peta Pikiran

Pada Anak Kesulitan Belajar Kelas Iv Sd 13 Balai-Balai Kota Padang

Panjang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus volume 1 nomor 1. (Online).

(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu, diakses pada 18 November

2017; 20.50 WIB). 13 hlm.

Putra, A.D. 2016. Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Se-Kecamatan Tanjung

Senang. (Skripsi).

(http://digilib.unila.ac.id/23759/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM

BAHASAN.pdf, diakses pada 02 Oktober 2017; 11.47 WIB). 46 hlm.

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas

Lokal. Graha Ilmu. Yogyakarta. 120 hlm.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hlm.

Santrock, J. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. Salemba Humanika.

Jakarta. 530 hlm.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Bandung. 334 hlm.

Sujarweni, V.W. 2015. SPSS untuk Penelitian. Candracoret. Yogyakarta. 254 hlm.

Sulistiana, S., dan Nurhidayati. 2013. Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan

Reinforcement Guru Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA

Negeri Se-Kabupaten Purworejo. (Jurnal Vol. 3 Hlm 102-106).

(portalgaruda.org, diakses pada 19 November 2017, 22.15 WIB). 5 hlm.

Sulistiyo, A. 2013. Perbedaan Gaya Belajar Antara Siswa Laki-Laki Dan

Perempuan Dalam Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP

Kristen Satya Wacana Salatiga.(skripsi).(repository.uksw.edu, diakses pada

15 oktober 2018, 12.30 WIB). 35 hlm.

Yuniarti, R.D. 2013. Pengaruh Sikap dan Gender Terhadap Prestasi Belajar

Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di Kecamatan Sleman

Yogyakarta. (skripsi). (uny.ac.id, diakses pada 19 November 2017, 22.02

WIB). 148 hlm.