hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik bagan deli11977

39
1. LATAR BELAKANG Reformasi di Indonesia yang telah berlangsung selama hampir 15 tahun lamanya telah membawa banyak perubahan dalam demokrasi di Indonesia. Proses yang dialami Indonesia mulai sejak diterapkannya demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, sampai kepada demokrasi pancasila merupakan suatu perjalanan dalam rangka mencapai demokratisasi yang ideal bagi bangsa Indonesia. Demokrasi menurut asal katanya berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani, demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan). 1 Maka dalam pemerintahan demokrasi, rakyat memiliki peranan penting di dalam urusan negara. Hal ini memberikan suatu keleluasaan bagi rakyat Indonesia untuk memberikan partisipasinya dalam kegiatan politik. Seperti terwujud dalam UUD 1945 pasal 28, bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan oleh Undang – Undang.” 2 Artinya negara menjamin hak kolektifitas (hak bersama-sama) dalam melakukan kegiatan kolektif termasuk kegiatan politik. Namun pada kenyataannya 1 Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Umum, 2008, hal 105. 2 Perpustakaan Nasional; UUD 1945 Negara Republik Indonesia Dalam Satu Naskah (Amandemen I-IV),Jakarta ;Pustaka Nasional, 2010.Hal.26 1

Upload: lovelyochie

Post on 08-Apr-2016

404 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

1. LATAR BELAKANG

Reformasi di Indonesia yang telah berlangsung selama hampir 15 tahun lamanya telah

membawa banyak perubahan dalam demokrasi di Indonesia. Proses yang dialami Indonesia

mulai sejak diterapkannya demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, sampai kepada

demokrasi pancasila merupakan suatu perjalanan dalam rangka mencapai demokratisasi yang

ideal bagi bangsa Indonesia. Demokrasi menurut asal katanya berarti rakyat berkuasa atau

government by the people (kata Yunani, demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti

kekuasaan).1 Maka dalam pemerintahan demokrasi, rakyat memiliki peranan penting di dalam

urusan negara. Hal ini memberikan suatu keleluasaan bagi rakyat Indonesia untuk

memberikan partisipasinya dalam kegiatan politik. Seperti terwujud dalam UUD 1945 pasal

28, bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagaimana ditetapkan oleh Undang – Undang.”2 Artinya negara menjamin hak

kolektifitas (hak bersama-sama) dalam melakukan kegiatan kolektif termasuk kegiatan

politik. Namun pada kenyataannya untuk mencapai suatu negara yang demokratis, masih

terasa tidak mudah untuk diwujudkan di Indonesia, dimana demokrasi menuntut banyak

aspek untuk mencapai suatu demokrasi yang ideal bagi suatu bangsa.

Kriteria untuk mencapai suatu pemerintahan yang demokratis dan ideal selalu

menuntut berbagai hal. Salah satu yang menjadi indikator suatu pemerintahan yang

demokratis mampu kita lihat dari partisipasi politik masyarakat tersebut. Partisipasi politik

adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang

menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya.3 Partisipasi politik masyarakat adalah aspek

penting dari demokratisasi di dalam sebuah negara, dimana unsur demokrasi ditentukan oleh

1 Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Umum, 2008, hal 105. 2 Perpustakaan Nasional; UUD 1945 Negara Republik Indonesia Dalam Satu Naskah (Amandemen I-IV),Jakarta ;Pustaka Nasional, 2010.Hal.263 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widya Sarana, 1992. Hal.140

1

Page 2: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

bagaimana kesadaran dari warga negara untuk berpartisipasi di dalam politik dan

pemerintahan. Hal ini menjadi suatu yang penting di dalam konteks pemerintahan demokrasi

karena rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam pemerintahan adalah aktor yang paling

mengetahui apa yang dibutuhkan bagi dirinya. Kesadaran inilah yang perlu diwujudkan

dalam rangka mewujudkan partisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan dalam

pemerintahan.

Partisipasi berhubungan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat, sehingga apa

yang dilakukan rakyat dalam partisipasi politiknya menunjukkan derajat kepentingan mereka.

Kepentingan-kepentingan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh sikap politik masyarakat,

dimana sikap politik merupakan reaksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik, sebagai

hasil penghayatan terhadap objek tertentu. Dengan munculnya sikap politik tertentu akan

dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan muncul.4 Misalnya,

ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah menaikkan pajak merupakan suatu sikap

politik. Dengan adanya ketidaksetujuan tersebut, perilaku yang diperkirakan akan muncul

adalah pernyataan keberatan, protes, ataupun unjuk rasa.

Perilaku politik merupakan hasil dari manifestasi sikap politik. Salah satu faktor yang

mempengaruhi sikap politik masayarakat adalah tingkat status sosial ekonominya. Di

samping faktor tersebut adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya adalah

faktor komunikasi politik, tingkat kesadaran politik,tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

proses pengambilan keputusan, kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik, lingkungan,

dan nilai budaya. Status sosial ekonomi ialah kedudukan seseorang warga negara dalam

pelapisan sosial yang disebabkan kekayaan. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi

diperkirakan seseorang akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada

politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. Status sosial ekonomi

4 Sudjino, Sastroatmodjo, Perilaku Politik:IKIP Semarang Press, 1995.Hal.4.

2

Page 3: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

memiliki pengaruh dalam membentuk sikap politik yang mendorong pandangan perilaku

politik seseorang.5 Pada gilirannya perilaku politik akan menentukan bagaimana tindakan-

tindakan masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan masyarakat itulah yang disebut dengan

partisipasi politik. Maka, berangkat dari status sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap

politik masyarakat dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, bila status sosial ekonomi

masyarakat tinggi akan berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat tersebut.

Seperti diungkapkan dalam penelitian oleh Frank Linderfeld menemukan bahwa

faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah

kepuasan finansial. Dalam studinya ia juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang

rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang

bersangkutan pun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki

kemapanan ekonomi. 6 Sebaliknya, dalam penelitian yang dilakukan oleh Lipset dan Deustch

di Amerika Serikat dengan kajian perilaku warga negara dalam pemilihan umum ditemukan

suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan faktor penting dalam

proses partisipasi. Dengan kata lain, tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi,

dan status sosial yang tinggi, cenderung memepengaruhi tingginya partisipasi politik

masyarakat tersebut.7

Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu penyeleksian rakyat

terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil

Gubernur maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota.8 Pemilihan kepala

daerah merupakan bentuk dari partisipasi politik yang memberikan kesempatan bagi

masyarakat untuk dapat ambil bagian dalam menentukan wakil-wakil mereka yang akan

5 Ramlan, Surbakti, Op Cit., hal.232.6 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 156. 7 Miriam, Budiarjo, Op Cit., hal.98 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2005, hal.203

3

Page 4: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

melaksanakan fungsi pemerintahan. Bila partisipasi politik bertujuan untuk mencapai

kepentingan dan tujuan masyarakat maka Pilkada sendiri juga hendaknya menjadi wadah

yang mampu menampung partisipasi politik masyarakat agar tercapainya kepentingan dan

tujuan masyarakat tadi. Bermaknanya Pilkada dalam rangka sebagai wadah partisipasi politik

masyarakat menjadi indikator demokratisnya suatu bangsa.

Pilkada SUMUT 2013 telah berlangsung 7 Maret 2013. Hasil rekapiltulasi KPU

menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemilih sebesar 48,50 persen, dan yang tidak ikut

memilih atau golput mencapai 51,50 persen.9 Dengan tingkat partisipasi pemilih yang belum

mencapai lebih dari 50% maka rendahnya partisipasi politik di SUMUT menunjukkan bahwa

PILKADA SUMUT 2013 belum mampu menjadi wadah bagi masyarakat untuk

mengaspirasikan kepentingan mereka. Namun disamping rendahnya tingkat partisipasi politik

tersebut banyak faktor yang mempengaruhi sehingga partisipasi politik belum mencapai

seperti yang diharapkan. Sebab tindakan-tindakan politik masyarakat dipengaruhi oleh motif-

motif politik yang terbentuk dalam menyuarakan hak pilihnya.10

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi

partisipasi politik masyarakat salah satunya adalah tingkat status ekonomi masyarakat

tersebut. Maka dengan rendahnya tingkat partisipasi politik maysarakat di SUMUT, apakah

faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi politik di SUMUT disebabkan oleh

rendahnya tingkat ekonomi? Untuk itulah penelitian ini akan menjadi studi yang

membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat?

Dalam studi ini, peneliti mengambil salah satu objek penelitian yang berada di Lingkungan V

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Daerah ini merupakan daerah dengan

rata-rata masyarakatnya adalah tingkat ekonomi menengah ke bawah. Seperti kita ketahui

9 http://news.detik.com/read/2013/03/15/203521/2195547/10/tingkat-golput-dalam-pilgub-sumut-lebih-dari-50-persen10 Sudjino, Sastroatmodjo, Op Cit.,hal.82

4

Page 5: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

juga bahwa daerah yang timpang secara ekonomi juga daerah yang sarat dengan tujuan-

tujuaan politik demi kepentingan daerah tersebut. Maka berdasarkan atas pemaparan yang

telah diuraikan di atas, peneliti mengangkat permasalahn penelitian ini dengan judul :

Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pada PILKADA SUMUT

2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan”.

2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.11 Berdasarakan latar

belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengangkat objek penelltian yang berlokasi

di daerah Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan untuk

membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi berkorelasi dengan partisipasi politik

masyarakat. Daerah tersebut merupakan daerah yang mayoritas dengan tingkat ekonomi

menengah ke bawah. Hal ini berdasarkan sumber yang diperoleh dari data kelurahan bahwa

jumlah masyarakat di daerah masih berada di kategori masyarakat “prasejahtera” (keluarga

yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan

akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang, ataupun kesehatan) adalah lebih dari 50 %

jumlah masyarakat disana.12 Salah satu faktor penyebabnya adalah sumber terbesar

matapencaharian masyarakat Kelurahan Bagan Deli adalah nelayan dan buruh nelayan,

dimana penghasilan yang diperoleh dari hasil perikanan tidaklah menentu dan sangat

ditentukan oleh kondisi alam.

Tingkat partisipasi politik masyarakat di daerah Lingkungan V sendiri tercatat bahwa

hanya 36 % dari jumlah pemilih tetap yang memberikan hak suaranya pada PILKADA

11 Consuelo, G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI-Press,1993, hal.3. 12 Anonim 1, Data Kelurahan Bagan Deli, Medan, 2013

5

Page 6: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

SUMUT 2013.13 Apakah hubungan tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi politik

masyarakat di daerah tersebut? Untuk itulah, berdasarkan permasalahan ini, peneliti

merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : “ apakah ada hubungan tingkat

ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli

Kecamatan Medan Belawan?”

3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1 Tujuan Penelitian

Untuk memberi kegunaan dari penelitian ini, dimana penulis membuat suatu tujuan

dari penelitian ini yang tentunya adalah untuk menjawab dari rumusan masalah di atas yaitu:

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat status sosial ekonomi masyarakat

terhadap partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli

Kecamatan Medan Belawan pada PILKADA SUMUT 2013.

b. Untuk mengetahui masalah partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan pada PILKADA SUMUT 2013.

3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi di bidang ilmu

politik dan dapat memberikan informasi mengenai perilaku pemilih masyarakat,

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

macam – macam perilaku pemilih pada saat kegiatan politik (Pilkada).

13 Anonim 2, Data Kelurahan Bagan Deli, Medan, 2013

6

Page 7: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

3. Bagi peneliti, sebagai penelitian dan memperluas khasanah dan pengetahuan di bidang

ilmu politik, khususnya mengenai perilaku pemilih masyarakat dalam pemilihan kepala

daerah.

4 Kerangka Teori

4.1 Pengertian Ekonomi

Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran–ukuran di dalam

pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan

istilah stratifikasi sosial. Diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan

seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi. Ekonomi sendiri adalah

sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat, secara estimologis

dapat diartikan ekonomi teridiri dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu, oikos dan nomos

yang berarti tata laksana rumah tangga.14 Untuk melihat defenisi ekonomi sendiri secara utuh

yang dijelaskan oleh Rosyidi, ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala

masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya atau untuk mencapai kemakmuran.15 Dari defenisi tersebut dapat dikatakan

bahwa ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan

kemakmuran manusia. Dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut yaitu kebutuhan

dan pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial

masyarakat bila dihubungkan dengan permasalahan mikro tingkat ekonomi masyarakat,

dengan kata lain semakin makmur seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi

14 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1996, hal.5.15 Ibid, hal.7

7

Page 8: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

kebutuhannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi seseorang di dalam struktur sosial

kemasyarakatan.

Selanjutnya, kita dapat melihat defenisi yang diungkap Silk, dimana ilmu ekonomi

adalah suatu studi tentang kekayaan dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi

tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya

sehari-hari, serta sumber-sumber material yang mereka dapatkan.16 Dari defenisi di atas,

terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi

tersebut dimana unsur kekayaan dan sumber-sumbernya merupakan akses di dalam

pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan

akan tercapai di mana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya

untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan

masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat yang

terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan masyaraakat, dimana konsep dari

uraian di atas menghasilkan beberapa unsur untuk mendukung konsep tersebut namun

kesemuanya itu apabila ditelaah tetap mengacu pada satu konsep yaitu kemampuan akses

terhadap pemenuhan tingkat-tingkat kebutuhan dan keinginan manusia yang bermuara

kepada kemakmuran seseorang, kemampuan akses tersebut diwujudkan melalui pendapatan

seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan

dan keinginannya tersebut. Aspek-aspek yang mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut

tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang.

16 Ibid, hal.27

8

Page 9: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

4.2 Status Sosial Ekonomi

Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau pelapisan

status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang

terjadinya stratifikasi (pengelompokan) sosial di dalam masyarakat. Konsep ini diperlukan

dalam penelitian ini, dimana konsep ini menjelaskan tetang dasar terjadinya tingkatan-

tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian stratifikasi sosial itu adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas

rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk indikator dalam penentuan kelas tinggi dan

rendah tersebut.17 Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat di manapun

masyarakat itu berada, artinya setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau pelapisan-

pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan posisi atau kedudukan

individu di dalam masyarakat tersebut, yang didasarkan atas adanya sesuatu yang dihargai di

masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat tersebut itulah yang tentunya sebagai

sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis di dalam masayarakat. Sesuatu yang dihargai di

dalam masyarakat itu mungkin sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda

bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, atau mungkin juga

keturunan dari keluarga yang terhormat.

Sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang

hidup teratur. Barang yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak

dianggap masyarakat yang berkedudukan dalam lapisan atas begitu juga sebaliknya.18 Maka,

bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut sangat beragam tetapi tetap

menjurus kepada sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat.

17 Soerjono Soekatno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.RafaGrafindo Persada,2001, hal.252 18 Ibid, hal.251

9

Page 10: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Yang dimaksud status ekonomi adalah kedudukan seseorang di dalam pelapisan

masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan.19 Faktor kekayaan tersebut dasar penentuan

pelapisan seseorang di dalam masyarakat berdasarkan status ekonominya dan sebagai dasar

di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat. Unsur-

unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang

individu di dalam masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat

dijadikan indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.

Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalam menggolong-golongkan anggota

masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai dasar di

dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan seseorang. Berdasarkan yang diungkapkan

oleh Soekanto, bahwa yang termasuk di dalam ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari

bentuk rumah bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian, kebiasaan

untuk belanja barang-barang mahal.20 Lalu Surbakti sendiri mengungkapkan bahwa ukuran

status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan

benda-benda berharga dari orang tersebut.21

Dari penjelasan yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa seseorang itu

termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah dalam lapisan masyarakat adalah

berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari

kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan dan

keinginan seseorang tersebut dalam masyarakat. Maka ukuran yang dipakai dalam penelitian

ini untuk melihat tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran, pemilikan

terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/matapencaharian, dan pemenuhan

19 Ramlan Surbakti, Op Cit., hal.144. 20 Soerjono Soekanto, Op Cit., hal.263.21 Ramlan Surbakti, Op.Cit.,hal.144.

10

Page 11: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

tingkatan kebutuhan. Bedasarkan ukuran ini, maka dapat ditetapkan seseorang berada dalam

kedudukan status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah.

Semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka semakin tinggi

tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Adanya status ekonomi yang berbeda akan

sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap politiknya dan tingkah laku

politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik yang dilakukan pada pemilihan kepala

daerah.

4.3 Pengertian Partisipasi Politik

Secara umum definisi Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok

orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih

pimpinan Negara dan secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan

pemerintah. Berikut beberapa definisi Partisipasi politik dari beberapa ahli. Adapun

pengertian partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althoft yakni:

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut serta menentukan

pemimpin pemerintahan”.22

Segala kegiatan warga negara yang mempengaruhi proses pembuatan serta

pelaksanaan kebijakan umum termasuk dalam memilih pemimpin pemerintahan dapat

digolongkan sebagai kegiatan partisipasi politik. Dalam hubungan dengan negara – negara

baru Samuel P. Hunington dan Joan Nelson dalam bukunya yang berjudul Pembangunan

Politik di Negara-Negara Berkembang memberi tafsiran yang lebih luas dengan memasukan

secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan. Menurut mereka partisipasi politik adalah:

“Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi – pribadi, yang dimaksud

untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, karena Partisipasi bisa 22 Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003, hal. 121.

11

Page 12: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis,

secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.23

Kemudian Ramlan Surbakti juga memberikan pengertian yang sejalan dengan

pengertian partisipasi politik diatas, yakni:

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warganegara biasa dalam mempengaruhi proses

pembuata dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut serta menentukan

pemimpin pemerintahan”.24

Partisipasi politik tersebut didefinisikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik yang dilakukan oleh warga negara biasa. Lalu

kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut sebagai berikut:

“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif

dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara, secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan negara. Kegiatan ini

mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan umum, menghadiri rapat umum,

menjadi salah satu anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan

(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.25

Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik tersebut sebagai

kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat tersebut ikut aktif dalam

kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.

Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang dikemukakan di

atas, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi politik yang dilakukan oleh

23 Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),

hal. 16-18.

24 Ramlan Surbakti, Op Cit., hal.118. 25 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia, 1998, hal. 1.

12

Page 13: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang nyata dilakukan, atau tidak

menekankan pada sikap-sikap. Kegiatan partisipasi politik dilakukan oleh warga negara

preman atau masyarakat biasa, sehingga seolah-olah menutup kemungkinan bagi tindakan-

tindakan serupa yang dilakukan oleh warga negara asing yang tinggal di negara yang

dimaksud. Selain itu dalam partisipasi politik berarti dimungkinkan terdapat hubungan antara

pemerintah dan masyarakatnya. Kita ketahui bahwa yang berperan melakukan kegiatan

politik itu adalah warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga

negara biasa yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan,

yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah, akan

tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan

keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.26

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi dua yakni:

partisipasi otonom (dilakukan pribadi secara sadar) dan partisipasi yang dimobilisasi

(digerakkan).27 Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh pelakunya sendiri, maka

partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan

tersebut digerakkan oleh orang lain maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi.

Masyarakat Indonesia yang memiliki karakteristik, seperti pendidikan rendah, ekonomi

kurang baik dan kurang memiliki akses informasi membuat pola partisipasinya cenderung

dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk membangun suatu

pola partisipasi yang mandiri. Sejak merdeka, elite-elite partai cenderung menggunakan cara-

cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat untuk mendukung partai politik tertentu.

Demokrasi parlementer yang dinilai memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang

memadai juga ditandai dengan intervensi elite lokal maupun pusat untuk mendapatkan

dukungan dari masyarakat.

26 Sudijono, Sastroatmodjo, Op. Cit., hal. 5-627 Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 9-12

13

Page 14: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan oleh

Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis, penyesuaian diri,

mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan psikologis.28 Bagi pemerintah,

partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Fungsi yang Pertama:

partisipasi politik masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti

bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program

pembangunan. Fungsi yang Kedua: partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang

menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan

dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan , saran,

dan kritik terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan

pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) dan organisasi sosial

politik (orsospol) merupakan contoh dari fungsi politik ini.29

Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan

atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang

dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau keikutsertaan masyarakat

pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Bagan Deli Pada PILKADA

SUMUT 2013, maka disini yang akan dilihat adalah menyangkut:

a. Keikutsertaan seseorang dalam kampanye oleh salah satu partai

b. Keanggotaan seseorang dalam salah satu organisasi peserta pemilu

c. Pemberian suara kepada kekuatan politik tersebut

4.4 Bentuk Partisipasi Politik

28 Michael Rush dan Philip Althoff, Op. Cit., hal. 181-182.

29 Sudjono, Sastroatmodjo, Op. Cit., hal.86.

14

Page 15: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua,

yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya

diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian

suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam

kelompok kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.

Kedua, partisipasi secara non-konvensional. Artinya, prosedur dan waktu partisipasi

ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri. Dapat

dilihat dari tindakan pengajuan petissi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan

politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), serta perang gerilya dan revolusi.30

Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Phillip Althoff juga

mengidentifikasikan bentuk-bentuk partisipasi politik yang mungkin, yakni sebagai berikut:

• Mencari jabatan politik / administratif,

• Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik,

• Menjadi anggota pasif organisasi politik,

• Menjadi anggota aktif organisasi semi-politik ( quasi-political ),

• Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik,

• Menjadi partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya,

• Menjadi partisipan dalam diskusi politik informal,

• Menjadi partisipan dalam pemungutan suara ( voting )31

30 Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, (Yogyakarta: IRCISOD,

2007), hal. 133-134.

31 Michael Rush dan Philip Althoff, Op. Cit., hal. 124.

15

Page 16: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Sedangkan Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk

partisipasi politik tersebut menjadi:

1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari

dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau

tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;

2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan

maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;

3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota

maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;

4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan

pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan

5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna

mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau

harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik

(assassination), revolusi dan pemberontakan.32

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi

bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah tindakan

individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal. Sebab itu,

penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalah

masuk ke dalam kajian ini. Di negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi

politik masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung.

Perilaku warga negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah melalui perhitungan

32 Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 16-18.

16

Page 17: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

persentase orang yang menggunakan hak pilihnya ( voter turnout ) dibanding dengan warga

negara yang berhak memilih seluruhnya.

4.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat

Bagi sebuah negara yang demokrasi untuk mencapai suatu demokratisasi yang tinggi

maka hal ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan partisipasi politik warga negara

tersebut. Namun, pada kenyataannya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi

pada negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan

demokrasi khususnya dibanding dengan negara-negara maju lainnya. Dari berbagai penelitian

yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan rendahnya wujud

demokratisasi, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah

negara-negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat ekonominya cenderung lebih rendah

dibanding dengan negara-negara maju. Hal ini diperjelas lagi oleh pendapat Lipset dan

Lerner dimana adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi

juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik.33

Tingkat ekonomi suatu negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam

mewujudkan sebuah negara yang demokratis. Dalam konteks mikro perwujudan demokrasi di

dalam sebuah negara ditentukan oleh bagaimana keterlibatan rakyat di dalam pemerintahan

sebuah negara, hal ini akan mengacu pada partisipasi politik masyarakat, dimana semakin

tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan semakin baik wujud demokratisasi di negara

tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sastroatmodjo, bahwa partisipasi politik merupakan

aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi.34 Maka dapat diartikan bahwa faktor

utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya di dalam

proses politik di negara tersebut. Pada gilirannya tingkat kemakmuran sebuah negara akan

33 Samuel P. Hutington & Nelson, Op.Cit., hal.2734 Sudjino, Sastroatmodjo, Op.Cit.,hal.67

17

Page 18: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

mempengaruhi warga negaranya untuk berpartisipasi di dalam proses politik yang akan

berdampak demi terwujudnya demokratisasi.

Dalam konteks mikro, tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi tingkat

partisipasi politik masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Samuel P. Huntington

yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara pembangunan sosial dengan partisipasi

politik, dan tingkat status sosial ekonomi masyarakat. Mereka yang berpendikan lebih tinggi,

berpenghasilan lebih besar, dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih

partisipatif daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan.35 Selain itu ditegaskan

juga oleh Surbakti, bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang

tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat

dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan pada pemerintah. Sebaliknya

masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk

memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya yang akan menyebabkan timbulnya frustasi

dan keresahan yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.36 Maka dari ungkapan tersebut

dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang berkorelasi dan sebagai salah satu variabel

yang menentukan terwujudnya partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses politik.

5. Hipotesa

Hipotesa adalah kesimpulan sementara atau preposisi tentative tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih. Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama

hipotesis harus menggambarkan hubungan antara variabel. Kedua hipotesis harus

memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.37 Maka penulis merumuskan

hipotesa dalam penelitian ini bahwa: Tingkat ekonomi berkorelasi terhadap partisipasi politik

masyarakat.

35 Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 60-66. 36 Ramlan, Surbakti, Op.Cit., hal.144,23237 Masri dan Effendi, Singarimbun, Motede Penelitian Survai, Yogyakarta: LP3ES, 1981, hal.21-22

18

Page 19: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Maka penulis juga merumuskan secara statistik, dua alternative hipotesa untuk

memahami pengujian hubungan kedua variabel diatas yaitu sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubugan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarkat

Ha : Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.

6. Metodologi Penelitian

6.1 Bentuk dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dengan format penelitian

eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat.38 Sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan

variabel terikat adalah partisipasi politik yang akan diuji dengan rumus statistik.

6.2 Lokasi Penelitian

Dalam menganalisis penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian di tempat yang

berlokasi di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.

7. Populasi dan Sampel Penelitian

7.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

38 Burhan, Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal.51

19

Page 20: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

kesimpulannya.39 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Pemilih yang terdaftar dalam

PILKADA SUMUT 2013 yang berdomisili di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli,

Kecamatan Medan Belawan.

7.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.40 Untuk menentukan jumlah sample dalam penelitian ini, penulis menggunakan

rumus Taro Yamane, yaitu:

N = N

N.d2 + 1 ……………41

Keterangan:

n= Jumlah Sampel

N= Jumlah populasi

d2= Presisi (tingkat kesalahan penarikan sample ditetapkan 10% dengan tingkat

kepercayaan 90%)

Adapun jumlah populasi pemilih yang terdaftar dalam PILKADA SUMUT 2013 di

Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 1151 orang.

Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:

1151

N = = 92,0063

1151 × (0,01)2 + 1

Dengan demikian jumlah responden yang dijadikan obejek penelitian ini digenapkan

menjadi 92 orang.

39 Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2006, hal. 55. 40 Ibid,41 Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rodaskarya, 1995), hal. 82.

20

Page 21: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data guna dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan

metode, yaitu :

1. Observasi : Mengadakan pengamatan langsung unutk memperoleh gambaran nyata

mengenai situasi kondisi social dari lokasi yang diteliti.

2. Wawancara : melakukan tanya jawab dengan beberapa orang yang menguasai lokasi

atau daerah yang akan diteliti

3. Studi Dokumentasi : meneliti bahan-bahan tulisan dan dokumen kelurahan

4. Kuesioner tertutup (penyebaran angket) : menyebarkan daftar pertanyaan yang akan

ditanyakan kepada responden.

9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, seluruh data ataupun informasi yang sudah terkumpul akan disusun

sedemikian rupa secara sederhana dan sistematis yang lalu kemudian diuraikan dengan cara

menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pengumpulan data tersebut.

Setelah data-data dan informasi tersebut terkumpul dan disusun dengan teratur, maka akan

dilakukan analisis data. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ekonomi masyarakat

berpengaruh terhadap Partisipasi politik di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan

Medan Belawan yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan analisa

dengan alat uji statistik menggunakan analisis regresi linier dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + bX………..42

Keterangan:

Y = Variabel dependen (Tingkat Partisipasi Politik)

X = Variabel independen (Tingkat Ekonomi )

a = Konstanta yang merupakan nilai Y bila X = 0

42 Sugiyono, Op.Cit., hal.204

21

Page 22: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

b = Koefesien arah regresi, berupa pertambahan / pengurangan Y

10. Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai

oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena

alami. Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang

dipergunakan, maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini.

Adapun defenisi konsep yang dikemukakan disini adalah sebagai berikut:

10.1 Status ekonomi atau Tingkat ekonomi

Tingkatan stratifikasi social atau pelapisan social kemasyarakatan yang didasarkan pada

penghargaan kepada seseorang di dalam masyarakat dilihat dari kekayaan seseorang tersebut

sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia

yang dipandang di dalam masyarakat, artinya semakin tinggi penghargaan masyarakat terhadap

seseorang dilihat dari kekayaan seseorang tersebut, maka akan semakin tinggi pula tingkat

ekonomi atau status ekonominya di dalam masyarakat tersebut.

10.2 Partisipasi Politik

Kegiatan, keterlibatan, keikutsertaan seseorang warga Negara biasa secara sukarela yang

dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu yang diantaranya bertujuan untuk

melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun

daerah (lokal) secara langsung maupun tidak langsung.

11. Defenisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan

karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Karakteristik-karakteristk

22

Page 23: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

tersebut dapat dideskripsikan melalui indicator-indikator yang dapat diukur. Dalam penelitian ini

yang menjadi defenisi operasional adalah :

1. Variabel X (Variabel Bebas) atau variabel pengaruh (independent variable) adalah variabel

penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu. Tingkat status sosial ekonomi masyarakat

(individu) yang diukur dari indikator berikut:

a. Tingkat Pendapatan

b. Tingkat Pengeluaran (pemenuhan kebutuhan)

c. Tingkat Kekayaan (pemilikan benda berharga)

d. mata pencaharian/pekerjaan

2. Variabel Y (Variabel Terikat) atau variabel terpengaruh (dependent variable) adalah variabel

akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi Politik yang mereka lakukan dapat

diukur dengan indicator-indikator, yaitu:

a. Keterlibatan dalam proses PILKADA

b. Keikutsertaan dalam kampanye

c. Keikutsertaan dalam menyuarakan hak pilihnya pada PILKADA SUMUT 2013

d. Dukungan terhadap kandidat Gubernur/Wakil Gubernur.

12. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggambarkan susunan dan dijabarkan tetapi rencaan

penulisan atau bentuk fisik hasil penelitian. Sehingga dapat mempermudah isi dan skripsi ini,

maka penulis membagi ke dalam 4 (empat) bab. Untuk itu disusun sistematika sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

23

Page 24: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini membahas gambaran secara umum kecamatan Medan Belawan seperti letak

geografis, batas wilayahm, dan mengenai demografis.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini memuat penyajian data dan analisa data yang diperoleh dari kuesioner yang telah

diberikan kepada responden. Data tersebut disajikan dan dianalisa sesuai dengan karakteristik

responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi politik masyarakat.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

24

Page 25: Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Bagan Deli11977

25