hukum donor anggota badan dalam perspektif kaidah syariat
TRANSCRIPT
HUKUM DONOR ANGGOTA BADAN DALAM PERSPEKTIF KAIDAH SYARIAT DAN ILMU
KEDOKTERAN
PENDAHULUANPada dasarnya memanfaatkan anggota badan manusia hukumnya HARAM
Pengecualian dari hukum dasar, kebanyakan berkaitan dengan masalah keterpaksaan/darurat
Permasalahan : pemanfaatan jasad yang hidup dan pemanfaatan jasad yang mati
Hukum pendonoran anggota badan Unsur yang harus dipenuhi
Menolak kerusakan yang lebih besar pada orang didonori
Kerusakan yang terjadi pada pendonor karena diambil anggota badannya
Mendonorkan anggota badan haram hukumnya jika menjadi sebab kematian pendonor walau itu membawa kemaslahatan bagi orang yang didonori
Kaidah umum mendonorkan anggota badan manusia1. Kemungkinan bahaya yang dapat
dicegah secara pasti2. Kemungkinan bahaya yg terjadi jika
dilakukan3. Perbedaan antara bahaya yang dapat
dicegah dan bahaya yang diakibatkan bisa diperbandingkan secara jelas dan pasti
4. Secara realitas, tidak mungkin mencegah kedua bahaya itu bersama-sama
Syarat pembolehan mendonorkan anggota badan manusia 1. kemampuan para ahli kedokteran
memprediksi terhadap kemudaratan yang akan menimpa pendonor akibat pemotongan anggota badannya
2. kemampuan para ahli kedokteran memprediksi kemudaratan yang akan menimpa orang yang akan didonor dengan melihat keadaan sakitnya
3. kemampuan para ahli kedokteran memprediksi kemaslahatan yang akan terjadi pada pendonor setelah dilakukan pemindahan anggota badannya kepada yang didonor
4. Hasil perbandingan antara kemaslahatan dan kerusakan yang diakibatkan oleh praktik pendonoran dan keadaan apabila dibiarkan
5. Pendonoran anggota badan menjadi satu-satunya jalan menyelamatkan orang yang didonor dari kerusakan apabila dibiarkan apa adanya
6. Jangan sampai pendonoran menghilangkan hak Allah atas anggota badan pendonor, misalnya mendonorkan air mani, buah pelir atau indung telur
7. Orang yang didonor haruslah orang yang terjaga darahnya secara syariat yaitu muslim atau kafir dzimmi
8. Pendonoran tidak boleh menyebabkan pelecehan terhadap kehormatan manusia, misalnya dijual untuk mendapatkan keuntungan
9. Pendonor harus orang yang benar-benar mengerti ttg pendonoran baik saat mendonorkan, ketika pendonoran dan ketika amputasi dilakukan
10. Masalah pendonoran harus dibawah pengawasan yayasan resmi untuk mencegah penyelewengan
Pendonoran dari orang hidup1. Mendonorkan anggota badan yang bisa
pulih kembali, ex. Donor darah, sumsum tulang, kulit dibolehkan
2. Mendonorkan anggota badan yang menyebabkan kematian pendonor, ex. Hati, limpa tidak dibolehkan
3. Mandonorkan anggota badahnyang tidak ada duanya di badan namun tidak menyebabkan kematian, ex. Pankreas tidak dibolehkan
4. Mendonorkan anggota badan yang ada pasangannyaKeadaan pertamaDonor anggota tubuh yang menjadi sebab pasti untuk menyelamatkan pengguna dari kematian dan tidak menimbulkan bahaya yang serius dari pendonor, ex. Ginjal dibolehkan
Keadaan keduaPendonoran menjadi sebab menyelamatkan kehidupan pengguna dan tidak menyebabkan kematian pendonor secara langsung tetapi menimbulkan gangguan kesehatan baik bagi pendonor atau pengguna tidak dibolehkan
Keadaan ketigaTidak menjadi sebab menyelamatkan pengguna dari kematian dan tidak pula menyebabkan kematian pendonor, ex.donor kornea
Gambaran pertama : mendonorkan semua pasangan anggota badan tidak dibolehkan
Gambaran kedua : orang yang mempunyai dua mata lalu mendonorkan salah satu mata kepada orang yang cacat salah satu mata tidak dibolehkan
Gambaran ketiga : mendonorkan salah satu matanya kepada orang buta pertimbangan syariat
5. Mendonorkan alat reproduksiMendonorkan rahim orang hidup tidak boleh kecuali wanita yang mendonorkan rahim sudah rusak indung telurnyaMendonorkan batang pelir orang hidup diharamkanMendonorkan air mani diharamkanMendonorkan sel telur wanita diharamkanMendonorkan salah satu buah pelir atau kedua buah pelir diharamkan
Terimakasih