hukum pemilu di indonesia

Upload: asep-bagja-nugraha

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Hukum Pemilu Di Indonesia

    1/4

    Hukum Syara tentang

    Pemilihan Umum Di Indonesia

    Pemilu di IndonesiaPemilu di Indonesia akan memilih anggota DPR dan DPD dimana keduanya akan secara

    bersama membentuk MPR. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 3 hasil amandemenditetapkan bahwa wewenang MPR adalah mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar,melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden, dan memberhentikan Presiden dan/atau WakilPresiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. Pasal 11 ayat 2 menegaskanDPR melakukan persetujuan bersama Presiden dalam membuat perjanjian internasional,keuangan negara, dan perubahan atau pembentukan undang-undang. Jadi, DPR memegangkekuasaan membentuk undang-undang, membahas bersama Presiden setiap rancangan undang-

    undang untuk mendapat persetujuan bersama (Pasal 20); memiliki fungsi legislasi, fungsianggaran, dan fungsi pengawasan; memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakanpendapat; hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas(Pasal 20A). Sedangkan, secara umum tugas Presiden melaksanakan Undang-Undang Dasar,menjalankan segala undang-undang dan peraturan yang dibuat tersebut.

    Dengan demikian, wakil rakyat memiliki tiga fungsipokok, yaitu (1) fungsi legislasi untukmembuat UUD dan UU, (2) melantik presiden/wakil presiden, dan (3) fungsi pengawasan,koreksi dan kontrol terhadap pemerintah.

    Hukum Syara Tentang PemiluPemilu merupakan perwakilan (wakalah). Hukum asal wakalah adalah mubah (boleh). Dalil

    yang membolehkan wakalah diantaranya adalah:

    : :

    .) (

    Dari jabir bin Abdillah radliyallhu anhum, dia berkata: Aku hendak berangkat ke Khaibar, lantasaku menemui Nabi SAW. Seraya beliau bersabda: Jika engkau menemui wakilku di Khaibar makaambillah olehmu darinya lima belas wasaq(HR. Abu Dawud yang menurutnya shahih).

    Begitu juga, dalam Baiatul Aqobah II, Rasulullah SAW meminta 12 orang sebagai wakildari 75 orang Madinah yang menghadap beliau saat itu yang dipilih oleh mereka sendiri. Kedua

    hadits di atas menunjukkan bahwa hukum asal wakalah dalam syariat Islam adalah boleh.Wakalah yang hukum asalnya boleh tersebut akan sah apabila semua rukun-rukunnya dipenuhi.Sebaliknya, bila ada rukun yang tidak terpenuhi maka akad wakalah tersebut menjadi tidak sah,dan karenanya menjadi tidak boleh. Rukun-rukun tersebut adalah adanya akad atau ijab qabul;dua pihak yang berakad, yaitu pihak yang mewakilkan (muwakkil) dan pihak yang mewakili(wakl); perkara yang diwakilkan; serta bentuk redaksi akad perwakilannya ( shigat taukl). Semuarukun tersebut harus sesuai dengan syariat Islam.

    Menyangkut pemilu, bila ada muwakkil, wakl dan shighat taukl, maka yang menjadisorotan utama adalah perkara yang diwakilkan, yakni dalam rangka untuk melakukan aktivitasapa akad perwakilan itu dilaksanakan. Apakah aktivitas itu sesuai dengan syariat Islam atautidak. Bila sesuai, maka wakalah tersebut boleh dilakukan, sebaliknya bila tidak sesuai dengan

    syariat Islam maka wakalah tersebut batil yang karenanya tidak boleh dilakukan.Berkaitan dengan fungsi legislasi di atas perlu diingatkan bahwa setiap muslim yang

    beriman kepada Allah SWT, wajib taat kepada syariat yang telah ditetapkan oleh Allah dalam al-Quran dan As Sunnah, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun dalam kehidupanbermasyarakat dan bernegara. Tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim dalam mengaturkehidupan pribadinya, masyarakat, dan negaranya kecuali dengan menggunakan syariat AllahSWT. Firman Allah SWT:

  • 7/29/2019 Hukum Pemilu Di Indonesia

    2/4

    Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. (QS. Yusuf [12]: 40)Firman Allah Swt lainnya:

    Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamuhakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalamhati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS.an-Nisa [4]: 65)

    Juga firman-Nya:

    Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min,apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telahsesat, sesat yang nyata (TQS. Al Ahzab[33]:36).

    Untuk perkara yang hukumnya belum ditetapkan secara terang (sharaahah) dalam al-Quran dan As Sunnah, seorang muslim (yang berkualifikasi mujtahid) dengan menggunakansegenap kemampuannya berijtihad guna mendapatkan keputusan hukum atas perkara ituberdasarkan wahyu dan menggunakan metode yang benar. Tidak boleh ia menggunakan sumberlain selain wahyu Allah (al-Quran dan As Sunnah) atau menggunakan metode yang tidak benardalam menetapkan hukum. Penggunaan sumber selain wahyu dalam penetapan hukum tidakakan menghasilkan kesimpulan hukum yang sesuai dengan syariat Allah. Ini bertentangandengan perintah Allah dan bertentangan pula dengan keimanan seorang muslim kepada AllahSWT. Firman Allah SWT:

    Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta inihalal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.(QS. an-Nahl [16]:116)

    Begitu pula pertanyaan Rasulullah saw kepada Adi bin Hatim:

    Bukankah mereka (para pendeta dan rahib,pen) telah menghalalkan yang haram buat mereka danmengharamkan yang halal atas mereka?

    :Adi bin Hatim menjawab: Ya.

    Maka Rasul saw bersabda:

    Itulah ibadah mereka (masyarakat ahlul kitab) kepada mereka (para rahib dan pendeta mereka)

    Hal itu dikatakan tatkala beliau membaca firman Allah SWT:

    Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.(QS.

    at-Taubah [9]: 31)

    Oleh karena itu, menetapkan hukum yang bukan bersumber dari wahyu adalah perbuatanyang dilarang oleh syara. Seorang muslim sejak awal wajib terikat kepada syariat Allah, wajib

  • 7/29/2019 Hukum Pemilu Di Indonesia

    3/4

    mengambil hukum dari wahyu Allah semata, dan menolak undang-undang buatan manusia yangbertentangan dengan hukum syariat Islam. Berdasarkan hal itu kita paham secara pasti bahwasatu-satunya yang berhak mengeluarkan undang-undang hanyalah Allah Dzat Maha Mengetahuilagi Maha Bijaksana. Dan, setiap aktivitas pembuatan perundang-undangan dari selain Al Kitabdan As Sunnah merupakan aktivitas menyekutukan Allah Taala.

    Bila menetapkan hukum yang tidak bersumber dari wahyu Allah dilarang, maka meridlai

    aktivitas seperti itu juga dilarang oleh syara. Kaedah syara menyatakan: ()Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan kepada perbuatan haram adalah juga haram

    Jadi, menetapkan hukum dari selain Allah, yakni selain Al Quran dan As Sunnah, adalahharam. Karenanya, kedaulatan dalam Islam adalah milik syara bukan milik rakyat sebagaimanayang terdapat dalam sistem demokrasi sekuler Barat.

    Maka, terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara sistem politik Islam yangmenyatakan bahwa kedaulatan di tangan syariat Islam dengan sistem politik lain, yakni sistemsekuler demokratis, yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat. Kaum muslim

    menerapkan syariat Islam pada sistem politik Islam dalam kedudukannya sebagai hukum syara,dan sumbernya adalah wahyu dari Allah SWT. Halal dan haram, baik dan buruk, haq dan batil,serta terpuji dan tercela dalam sistem Islam berasal dari Allah saja. Sementara, semua itu dalamsistem demokrasi berasal dari manusia.

    Kenyataan menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia manapun, muslim ataukah kafir,tidak mampu membedakan hakikat kebaikan dan keburukan dalam berbagai urusan tadi,betapapun besar kemampuan dan pengalamannya. Sebab, akalnya serba terbatas dan kurang,serta dipengaruhi oleh keinginan dan hawanafsunya. Sungguh Allah SWT telah menjelaskan haltersebut dalam seruannya kepada kaum Mukmin:

    Telah diwajibkan kepada kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Bolehjadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (TQS. AlBaqarah[2]:216).

    Karenanya, menyerahkan urusan tersebut kepada pemerintah hukumnya haram menurutIslam, khususnya kepada pemerintahan sekuler yang tidak menghukumi dengan apa yangditurunkan Allah, untuk menentukan kepala negara, menandatangani perjanjian dan persetujuan,dan membuat perundang-undangan dari luar Al Kitab dan As Sunnah.

    Berdasarkan hal tersebut, aktivitas memilih penguasa dan wakil rakyat untukmelaksanakan hukum sekuler tidaklah dibolehkan. Karenanya, akad wakalah untuk melakukan

    aktivitas-aktivitas tersebut juga tidak dibolehkan. Sebab, ada rukun wakalah yang tidak sahmenurut syariat Islam, yakni adanya perbuatan yang melanggar syariat berupa ijab qabul untukmenerapkan sistem pemerintahan sekuler. Allah SWT menegaskan hal ini:

    Barangsiapa yang tidak menghukumi dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-

    orang kafir(Al Midah[5]:44)

    Barangsiapa yang tidak menghukumi dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-

    orang zhalim (Al Midah[5]:45)

    Barangsiapa yang tidak menghukumi dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-

    orang fasik (Al Midah[5]:47)

    Adapun fungsi pengawasan berupa koreksi dan kritik (muhasabah) terhadap pemerintahdan para penguasa diwajibkan secara syariy. Dalam syariat Islam ini disebut amar maruf nahimunkar, yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, apalagi oleh para wakil rakyat. Oleh karenaitu, pencalonan dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan termasuk perkara yang

  • 7/29/2019 Hukum Pemilu Di Indonesia

    4/4

    dibolehkan. Hanya saja pencalonan tersebut terikat dengan syarat-syarat syariy, bukandibolehkan secara mutlak. Syarat-syarat tersebut adalah:

    1. Tidak menjadi calon partai sekuler dan tidak menempuh cara haram seperti penipuan,pemalsuan dan penyuapan, serta tidak bersekutu dengan orang sekuler.

    2. Harus menyuarakan secara terbuka targetnya menegakkan sistem Islam, mengubah sistemsekuler menjadi sistem Islam, serta mengumumkan perjuangannya untuk melawan

    dominasi asing dan membebaskan negerinya dari pengaruh asing. Dengan kata lain, calonwakil rakyat itu mengumumkan bahwa dia menjadikan parlemen sebagai mimbar(sarana) untuk mendakwahkan Islam dan mengoreksi penguasa.

    3. Dalam kampanye pemilu dia harus menyampaikan ide-ide dan program-program yangbersumber dari syariat Islam.

    Sikap Muslim Menghadapi Pemilu

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka sikap yang harus ditunjukkan oleh setiap muslim adalah:1. Tidak memilih calon manapun yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, tidak

    mendukung kampanyenya, dan tidak mengucapkan selamat saat ia berhasil

    memenangkan suara pemilihan.2. Berjuang secara serius untuk penerapan syariat Islam dan mengubah sistem sekuler ini

    menjadi sistem Islam dengan menempuh thariqah dakwah Rasulullah saw melaluipergulatan pemikiran (as-shirul fikriy) dan perjuangan politik (al-kifh as-siysi).Perjuangannya itu diwujudkan dengan mendukung individu, kelompok, jamaah, danpartai politik yang nyata dan konsisten berjuang demi tegaknya Khilafah danditerapkannya syariat Islam; serta sebaliknya menjauhi individu, kelompok, jamaah danpartai politik yang justru berjuang untuk mengokohkan sistem sekuler. Hal ini harus dialakukan dengan sungguh-sungguh.

    3. Secara sendiri-sendiri atau bersama melakukan kritik dan koreksi terhadap para penguasaatas setiap aktivitas dan kebijakan mereka yang bertentangan dengan Islam.

    4. Tidak terpengaruh oleh propaganda orang-orang atau kelompok tertentu yangmenyatakan bahwa mengubah sistem sekuler dan mewujudkan sistem Islam mustahildilakukan. Tidak boleh ada rasa putus asa dan berhenti berjuang, sebab kaum musliminbisa melakukan perubahan bila berusaha keras, sungguh-sungguh, dan ikhlas karena Allahdalam berjuang. Sebab,Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya.Termasuk merealisasikan tegaknya Khilafah Islamiyah bagi kaum Muslim untukmelanjutkan kembali kehidupan Islam (istinfu al-hayah al- Islmiyah) melalui penerapansyariat Islam di dalam negeri dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia dibawahpanji Islam, dan dengan kepemimpinan seorang Khalifah menyatukan umat Islam untukkembali menjadi umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia, serta memenangkan dinulIslam di atas semua agama dan ideologi sekalipun orang-orang kafir benci.

    Allah SWT berfirman:

    Dan di hari itu bergembiralah orang-orang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapayang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (sebagai) janji yangsebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusiatidak mengetahui.(QS. ar-Ruum [30]: 4-6)