hukum pidana

25
Hukum Pidana 1. Jelaskan oleh saudara apa yang menjadi ruang lingkup hukum pidana, dan hukum pidana mengatur apa saja, serta diberlakukan untuk siapa saja? 2. Mengapa hukum pidana dikategorikan sebagai hukum public, dan dalam hal apa saja hukum pidana mengatur mengenai persoalan privasi? 3. Jelaskan oleh saudara pengertian hukum pidana menurut pandangan minoritis dan dualistis? 4. Jelaskan oleh saudara mengapa hukum pidana mempunyai fungsi sebagai “Ultimum Remedium”? 5. Jelaskan oleh saudara masalah-masalah yang diatur dalam Pasal I, Pasal V, Pasal VI, dan Pasal VIII, serta Pasal XVIII, disertai pandangan ahli (Doktrin) dan atau teori? 6. Jelaskan oleh saudara kedudukan KUHP sebagai sumber hukum pidana dalam hukum pidana nasional dalam kerangka pembaharuan hukum pidana? 7. Kemukakan pendapat saudara apa yang menjadi batas-batas, problematic implementasi berlakunya hukum pidana, baik menurut waktu (tempus) maupun menurut tempat (Locus), disertai pula teori, doktrin dan contoh? 8. Jelaskan oleh saudara mengenai tindak pidana: a. Pengertian, pandangan, Doktrin; b. Unsur-unsur dan penerapannya; c. Unsur yang selalu melekat dalam suatu tindak pidana, disertai ajaran/prinsip, teori, doktrin dan yurisprudensi. 9. Jelaskan oleh saudara konsep ajaran melawan hukum dan bagaimana ajaran melawan hukum materil dalam praktik? 10. Jelaskan oleh saudara teori-teori kausalitas dalam praktik dan apa permasalahan-permasalahannya?

Upload: rtzulfa

Post on 20-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hukum Pidana

TRANSCRIPT

Hukum Pidana

1. Jelaskan oleh saudara apa yang menjadi ruang lingkup hukum pidana, dan hukum pidana mengatur apa saja, serta diberlakukan untuk siapa saja?2. Mengapa hukum pidana dikategorikan sebagai hukum public, dan dalam hal apa saja hukum pidana mengatur mengenai persoalan privasi?3. Jelaskan oleh saudara pengertian hukum pidana menurut pandangan minoritis dan dualistis?4. Jelaskan oleh saudara mengapa hukum pidana mempunyai fungsi sebagai Ultimum Remedium?5. Jelaskan oleh saudara masalah-masalah yang diatur dalam Pasal I, Pasal V, Pasal VI, dan Pasal VIII, serta Pasal XVIII, disertai pandangan ahli (Doktrin) dan atau teori?6. Jelaskan oleh saudara kedudukan KUHP sebagai sumber hukum pidana dalam hukum pidana nasional dalam kerangka pembaharuan hukum pidana?7. Kemukakan pendapat saudara apa yang menjadi batas-batas, problematic implementasi berlakunya hukum pidana, baik menurut waktu (tempus) maupun menurut tempat (Locus), disertai pula teori, doktrin dan contoh?8. Jelaskan oleh saudara mengenai tindak pidana:a. Pengertian, pandangan, Doktrin;b. Unsur-unsur dan penerapannya;c. Unsur yang selalu melekat dalam suatu tindak pidana, disertai ajaran/prinsip, teori, doktrin dan yurisprudensi.9. Jelaskan oleh saudara konsep ajaran melawan hukum dan bagaimana ajaran melawan hukum materil dalam praktik?10. Jelaskan oleh saudara teori-teori kausalitas dalam praktik dan apa permasalahan-permasalahannya?11. Uraikan jawaban saudara mengenai subjek tindak pidana menurut KUHP, diluar KUHP dan konsep Rancangan KUHP?12. Jelaskan oleh saudara mengenai pertanggungjawaban pidana :a. Unsur-unsur dan konsekwensinya;b. Bentuk-bentuk kesalahan termasuk teori, doktrin dan permasalahannya.13. Jelaskan oleh saudara mengenai alasan pembenar dan alasan pemaaf dan apa kaitannta dengan pidana dan pemidanaan?14. Jelaskan oleh saudara tujuan, teori pidana dan pemidanaan?15. Berikan komentar saudara kasus dilihat dari perspektif hukum pidana?

Jawaban :1. Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan peristiwa pidana atau delik ataupun tindak pidana, dan Sikap tindak yang dapat dihukum/dikenai sanksi . Menurut Simons peristiwa pidana ialah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab. Hukum pidana merupakan hukum publik yang mengatur tentang perbuatan-perbutan yang dilarang oleh undang-undang beserta ancaman hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap pelanggarnya. Hukum pidana sekalipun memberikan sanksi hukuman yang bersifat pembatasan maupun kenestapaan bagi orang yang melanggarnya, namun pada sisi lain penegakan hukum pidana bertujuan untuk menegakkan nilai kemanusiaan (hak asasi manusia) demi kepentingan yang lebih luas (umum).Orang = Subektidalam bukunya yang berjudulPokok-Pokok Hukum Perdata(hal. 19-21) mengatakan bahwa dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak atau subyek di dalam hukum. Sebagaimana kami sarikan, seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan (seperti misalnya dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam kandungan, asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.Badan Hukum = Subekti (Ibid,hal 21) mengatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia. Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.

2. Van Hamelmellihat hukum pidana termasuk pidana sebagai hukum publik dikarenakan yang menjalankan hukum pidan itu sepenuhnya terletak di tangan pemerintah. SedangkanSimonsberpendapat hukum pidana sebagai hukum publik karena hukum pidana tersebut mengatur hubungan individu dengan masyarakatnya sebagai warga masyarakat. Hukum pidana dijalankan untuk kepentingan masyarakat dan juga dijalankan hanya dalam hal kepentingan masyarakat itu benar-benar memerlukannya.

3. A.Pandangan Monistis

Pandangan monistis adalah suatu pandangan yang melihat keseluruhan syarat untuk adanya pidana itu kesemuanyamerupakan sifat dari perbuatan. Pandangan ini memberikan prinsip-prinsip pemahaman, bahwa didalam pengertian perbuatan atau tindak pidana sudah tercakup didalamnya perbuatan yang dilarang (criminal act) dan pertanggung-jawaban pidana atau kesalahan (Criminal responbility).Pada dasarnya pandangan ini tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai perbuatan dengan unsur-unsur mengenai orangnya. Ada beberapa batasan atau pengertian tidak pidana dari para sarjana yang menganut pandangan Monistis. Misalnya menurut Simon. Dimana menurutnya tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakanya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. Dengan batasan seperti ini, maka menurut Simon, untuk adanya suatu tindak pidana harus dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut:1) Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif (berbuat) maupun perbuatan Negatif (tidak beruat)2) diancam dengan pidana3) melawan hukum4) dilakukan dengan kesalahan5) oleh orang yang mampu bertanggungjawab.Dengan penjelasan seperti tersebut diatas, maka tersimpul, bahwa keseluruhan syarat adanya pidana telah melekat pada perbuatan pidana. Simon tidak memisahkan antara criminal act dan Criminal responbility.

B. Pandangan DualistisBerbeda dengan pandangan Monistis yang melihat kesalahan syarat adanya pidana telah melekat pada perbuatan pidana, pandangan dualistis memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Apabila menurut pandangan Monistis dalam pengertian tindak pidana sudah tercakup di dalamnya baik usur perbuatan maupun unsur orangnya. Menurut pandangan dualistis dalam tindak pidana hanya mencakup perbuatannya saja. Sedangkan pertanggung jawaban pidana tidak menjadi unsur tindak pidana. Menurut pandangan dualistis, untuk adanya pidana tidak cukup hanya apabila telah terjadi perbuatan pidana, tetapi dipersyaratkan juga adanya kesalahan atau pertanggungjawab pidana. Gambaran tentang bagaimana pandangan dualistis dapat terlihat dari pandangan Moeljatno yang menyatakan perbuatan pidana adalah perbuatan yang diancam dengan pidana, barangsiapa melanggar larangan tersebut, Dengan penjelan untuk terjadinya perbuatan atau tindak pidana harus dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut:1) Adanya perbuatan (manusia) yang memenuhi rumusana dalam undang-undang (hal ini merupakan syarat formil, terkait dengan berlakunya pasal 1 (1) KUHP )2) bersifat melawan hukum (hal ini merupakan syarat materiil, terkait dengan ikutnya ajaran sifat melawan hukum materiil dalam fungsinya yang Negatif)Disamping pengertian tersebut, Moelyatno juga menegaskan bahwa untuk adanya pidana tidak cukup hanya dengan telah terjadinya tindak pidana, tanpa mempersoalkan apakah orang yang melakukan perbuatan itu mampu bertanggungjawab atau tidak. Jadi peristiwanya adalah tindak pidana, tetapi apakah orang yang telah melakukan perbuatan itu benar-benar dipidana atau tidak, akan dilihat bagaimana keadaan bathin orang itu dan bagaimana hubungan bathin antara perbuatan yang terjadi dengan orang itu. Apabila perbuatan yang terjadi itu dapat dicelakan kepada orang itu, yang berarti dalam hal ini ada kesalahan dalam diri orang itu, maka orang itu dapat dijatuhi pidana, demikian sebaliknya.

4. Dalam hukum pidana, kita mengenal istilah ultimum remidium. Artinyabahwa sanksi pidana dipergunakan manakalasanksi-sanksi yang lain sudah tidak berdaya. Dengan perkataan lain, dalam suatu undang-undang sanksi pidana dicantumkan sebagai sanksi yang terakhir,setelah sanksi perdata, maupun sanksi administratif.Mengapa mekanisme ini dipergunakan. Agar selain memberikan kepastian hukum juga agar proses hukum pidana yang cukup panjang dapat memberikan keadilan baik terhadap korban maupun terhadap pelaku itu sendiri.Dalam perkembangan ilmu hukum pidana yang sudah jauh maju, upaya ultimum remedium merupakan senjata terakhir dipergunakan. Senjata terakhir (ultimum remedium) merupakan upaya-upaya lain sudah ditempuh. Baik gugatan perdata, sanksi administrasi maupun upaya -upaya lain.Tindak pidana korupsi juga memberikan ruang untuk menerapkan ketentuan ini. Baik diatur didalam Keppres No. 80 Tahun 2003 maupun didalam Perpres No. 54 tahun 2010. Pasal-pasal yang mengatur tentang upaya pidana dilakukan ditandai dengan teguran kepada pejabat, penggantian kerugian negara dalam periode waktu dan kemudian barulah diserahkan kepada penegak hukum.Mekanisme ini didasarkan selain agar tercapainya hukum menciptakan keadilan, memudahkan penagihan kerugian negara maupun menghemat biaya persidangan yang cenderung lama-lama, rumit bahkan ketika akan dijatuhi eksekusi seringkali harus bertete-tele, juga dengan prinsip hukum itu sendiri yaitu memberikan kepastian hukum baik kepada negara maupun kepada pelaku itu sendiri.

5. 6. Kedudukan KUHP NasionalKehadiran Kitab Undang-undang Hukum Pidana Nasional yang ideal sangat ditunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena sebagian dari pasal-pasal KUHP yang dipakai sekarang, tidak cocok dan sesuai lagi dengan kultur dan budaya kita. Oleh karenanya, upaya pembaharuan dan penyempurnaan KUHP tersebut terus dilakukan untuk mengganti KUHP warisan kolonial Belanda. Namun, upaya ini tidaklah mudah dan membutuhkan bahan kajian komperatif yang kritis dan konstruktif.

Menurut sejarahnya, KUHP yang kini berlaku di Indonesia berasal dari Wet Boek van Strafrecht Belanda tahun 1915 dan mulai berlaku sejak 1918. Setelah Indonesia merdeka, buku tersebut tetap berlaku berdasarkan aturan peralihan UUD 1945 dan dikukuhkan dengan UU No. 1 Tahun 1946. Dalam perjalanannya, ia mengalami perubahan, baik penambahan maupun pengurangan. Sejak tahun 1977, pemerintah Indonesia telah membentuk sebuah tim yang bertugas menyusun konsep RUU KUHP Nasional. Konsep RUU KUHP tersebut berasal dari KUHP lama, KUHP negara-negara lain, hasil simposium, seminar, lokakarya, serta masukan dari berbagai kalangan.

7. 8. A. trafbaar feitmerupakan istilah asli bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasaIndonesiadengan berbagai arti diantaranya yaitu, tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana. KataStrafbaar feitterdiri dari 3 kata, yaknistraf, baardanfeit.Berbagai istilah yang digunakan sebagai terjemahan daristrafbaar feititu, ternyatastrafditerjemahkan sebagai pidana dan hukum. Perkataanbaarditerjemahkan dengan dapat dan boleh, sedangkan untuk katafeitditerjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.Menurut Pompe, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bambang Poernomo, pengertianstrafbaar feitdibedakan menjadi :1) Defenisi menurut teori memberikan pengertian strafbaar feitadalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum ;2) Definisimenurut hukum positif, merumuskan pengertian strafbaar feitadalah suatu kejadiaan (feit)yang oleh peraturan perundang-undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.Sejalan dengan definisi atau pengertian menurut teori dan hukum positif di atas, J.E Jonkers juga telah memberikan defenisistrafbaar feitmenjadi dua pengertiaan, sebagaimana yang dikemukakan Bambang Pornomo yaitu :1) Definisi pendek memberikan pengertian strafbaar feitadalah suatu kejadian (feit) yang dapat diancam pidana oleh Undang-Undang.2) Definisipanjang atau lebih dalam memberikan pengertian strafbaar feitadalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau alfa oleh orang yang dapt dipertanggungjawabkan.Menurut definisi pendek pada hakekatnya menyatakan bahwa pastilah untuk setiap delik yang dapat dipidana harus berdasarkan Undang-Undang yang dibuat oleh pembentuk Undang-Undang, dan pendapat umum tidak dapat menentukan lain daripada apa yang telah ditetapkan dalam Undang-undang. Definisi yang panjang lebih menitikberatkan kepada sifat melawan hukum dan pertanggung jawaban yang merupakan unsur-unsur yang telah dirumuskan secara tegas didalam setiap delik, atau unsur yang tersembunyi secara diam-diam dianggap ada.Simonsdalam Roni Wiyantomendefinisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan (handeling) yang diancam dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum (onrechtmatig) dilakukan dengan kesalahan (schuld) oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.

VanHmamel juga sependapat dengan rumusan tindak pidana dari simons, tetapi menambahkan adanya sifat perbuatan yang mempunyai sifat dapat dihukum. Jadi, pengertian tindak pidana menurut Van Hamael meliputi lima unsur, sebagai berikut: 1) Diancam dengan pidana oleh hukum2) Bertentangan dengan hukum3) Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)4) Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.5) Sifat perbuatan yang mempunyai sifat dapat dihukum.

9. Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat objektif adalah sifat melawan hukum. Hal ini dikaitkan pada asas legalitas yang tersirat pada pasal 1 KUHP.Sifat melawan hukum materiilSuatu perbuatan itu melawan hukum atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam undang-undang (yang tertulis) saja, akan tetapis harus dilihat berlakunya azas-azas hukum yang tidak tertulis. Sifat melawan hukumnya perbuatan yang nyata-nyata masuk dalam rumusan delik itu dapat hapus berdasarkan ketentuan undang-undang dan juga berdasarkan aturan-aturan yang tidak tertulis (uber gezetzlich). Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan bertentangan dengan undang-undang (hukum tertulis) dan juga bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis termasuk tata susilaDalam sifat melawan hukum yang materiil itu perlu dibedakan :1. Fungsi negativeAjaran sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsinya yang negatif mengakui kemungkinan adanya hal-hal yang ada di luar undang-undang melawan hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang, jadi hal tersebut sebagai alasan penghapus sifat melawan hukum.Contoh : Kasus pencurian nasi bungkus seharga Rp 1.500,- oleh seorang ibu yang karena keadaan terpaksa melakukan perbuatan tersebut dengan alasan anaknya sudah tidak makan dalam 3 hari dan anaknya itu sedang sakit. Perbuatan ibu tersebut secara formil memenuhi unsur pasal 362 KUHP (WvS) tantang pencurian, namun ibu tersebut dapat dibebaskan dari jeratan pasal tersebut karena adanya alasan pembenaran dari hukum yang tidak tertulis yang bersifat materiil. Karena dalam situasi dan kondisi tersebut, jika ibu tersebut tidak melakukan perbuatan melawan hukum, dapat berakibat hilangnya nyawa anak dari ibu tersebut. Yang berhak menentukan alasan pembenaran diluar peraturan perundang-undangan adalah Hakim, namun aparat penegak hukum lainnya juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan adanya fungsi negatif dari sifat melawan hukum materiil ini.

2. Fungsi positifPengertian sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsinya yang positif menganggap sesuatu perbuatan tetap sebagai sesuatu delik, meskipun tidak nyata diancam dengan pidana dalam undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau ukuran-ukuran lain yang ada di luar undang-undang. Jadi disini diakui hukum yang tak tertulis sebagai sumber hukum yang positif.Contoh : Peristiwa adat carok di Madura, yang merupakan jalan terakhir penyelesaian konflik antar warga Madura dengan cara bertarung saling membunuh dengan menggunakan alat sabit, dianggap sebagai perbuatan yang wajar dilakukan untuk di lingkungan masyarakat Madura. Peristiwa ini pasti akan membawa kematian bagi salah satu pihak yang bersengketa, meski perbuatan membunuh dibenarkan oleh masyarakat setempat, namun orang yang melakukan pembunuhan tersebut tetap dapat dijerat dengan pasal 338 KUHP (WvS). Dilain sisi, hukum carok yang berlaku di masyarakat tersebut hanya dapat sebagai alas an pembenaran untuk mendapatkan keringanan.10. Suatu akibat tertentu terkadang ditimbulkan oleh serangkaian perbuatan yang saling terkait yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya akibat. Yang menjadi permasalahan adalah kepada siapa akan dipertanggungjawabkannya suatu akibat tersebut. Dalam hal ini para ahli hukum berbeda pendapat.Berikut adalah teori-teori kausalitas menurut para sarjana hukum :A. Teori conditio sine qua nonTeori ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1873 olehVon Buri, ahli hukum dari Jerman. Beliau mengatakan bahwa tiap-tiap syarat yang menjadi penyebab suatu akibat yang tidak dapat dihilangkan (weggedacht) )dari rangkaian faktor-faktor yang menimbulkan akibat harus dianggap causa (akibat). Tiap faktor tidak diberi nilai, jika dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta tidak ada hubungan kausal dengan akibat yang timbul. Tiap factor diberi nilai, jika tidak dapat dihilangkan(niet weggedacht)dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta memiliki hubungan kausal dengan timbulnya akibat.Teori conditio sine qua non disebut juga teori equivalen (equivalent theorie), karena tiap factor yang tidak dapat dhilangkan diberi nilai sama dan sederajat, dengan demikianteori Von Buriini menerima beberapa sebab (meervoudige causa).Sebutan lain dariteori Von Buriini adalahbedingungs theorie (teori syarat), disebut demikian karena dalam teori ini antara syarat (bedingung) dengan sebab (causa) tidak ada perbedaan.Dalam perkembanganteori Von Buribanyak menimbulkan kontra dari para ahli hukum, sebab teorinya dianggap kurang memperhatikan hal-hal yang sifatnya kebetulan terjadi ). Selain itu teori ini pun tidak digunakan dalam hukum pidana karena dianggap sangat memperluas dasar pertanggungjawaban(strafrechtelijke aansprakelijheid).Van Hameladalah satu penganutteori Von Buri. MenurutVon Hamelteori conditio sine qua non adalah satu-satunya teori yang secara logis dapat dipertahankan. Teori conditio sine qua non baik untuk digunakan dalam hukum pidana, asal saja didampingi atau dilengkapi dengan teori tentang kesalahan(schuldleer)yang dapat mengkorigir dan meregulirnya).Teori Van Hameldisebut teori sebab akibat yang mutlak(absolute causaliteitsleer)teori yang d ikemukakanVan Hamel yaitu Tindak pidana merupakan kelakuan orang yang dirumuskan dalam undang-undang (wet), yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Jadi perbuatan itu merupakan perbuatan yang bersifat dapat dihukum dan dilakukan dengan kesalahan.

B. Teori der meist wirksame bedingungTeori ini berasal dariBirkmeyer. Teori ini mencari syarat manakah yang dalam keadaan tertentu yang paling banyak berperanuntuk terjadinya akibat (meist wirksame) diantara rangkaian syarat-syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat. Jadi, teori ini mencari syarat yang paling berpengaruh diantara syarat-syarat lain yang diberi nilai.Teori ini mengalami kesulitan untuk menjawab permasalahan yang muncul yakni, bagaiman cara menentukan syarat yang paling berpengaruh itu sendiri atau dengan kata lain bagaimana mengukur kekuatan suatu syarat untuk menentukan mana yang paling kuat, yang paling membantu pada timbulnya akibat). Apalagi jika syarat-syarat itu tidak sejenis).

C. Teori gleichewicht atau uebergewichtTeori ini pertama kali dikemukakan olehKarl Binding, teori ini mengatakan bahwa musabab adalah syarat yang mengadakan ketentuan terhadap syarat positif untuk melebihi syarat-syarat negative). Menurut Binding, semua syarat-syarat yang menimbulkan akibat adalah sebab, ini menunjukkan bahwa ada persamaan antara teori ini dengan teori conditio sine qua non.D. Teori die art des werdenTeori ini dikemukakan olehKohler,yang menyatakan bahwa sebab adalah syarat yang menurut sifatnya (art) menimbulkan akibat. Ajaran ini merupakan variasi dari ajaran Birkmeyer). Syarat-syarat yang menimbulkan akibat tersebut jika memiliki nilai yang hampir sama akan sulit untuk menentukan syarat mana yang menimbulkan akibat.

E. Teori Letze BedingungDikemukakan olehOrtman, menyatakan bahwa factor yang terakhir yang mematahkan keseimbanganlah yang merupakan factor, atau menggunakan istilah Sofyan Sastrawidjaja bahwa sebab adalah syarat penghabisan yang menghilangkan keseimbangan antara syarat positif dengan syarat negative, sehingga akhirnya syarat positiflah yang menentukan.

F. Teori Adequate (keseimbangan)Dikemukakan olehVon Kries. Dilihat dari artinya, jika dihubungkan dengan delik, maka perbuatan harus memiliki keseimbangan dengan akibat yang sebelumnya dapat diketahui, setidak-tidaknya dapat diramalkan dengan pasti oleh pembuat.Teori ini disebutteori generaliserend yang subjektif adaequaat, oleh karenanyaVon Kriesberpendapat bahwa yang menjadi sebab dari rangkaian faktor-faktor yang berhubungan dengan terwujudnya delik, hanya satu sebab saja yang dapat diterima, yakni yang sebelumnya telah dapat diketahui oleh pembuat) .

G. Teori objective nachtraglicher prognose (teori keseimbangan yang objektif)Teori ini dikemukakan olehRumelin,yang menyatakan bahwa yang menjadi sebab atau akibat, ialah factor objektif yang ditentukan dari rangkaian faktor-faktor yang berkaitan dengan terwujudnya delik, setelah delik terjadi.Tolak ukur teori ini adalah menetapkan harus timbul suatu akibat. Jadi, walau bagaimanpun akibat harus tetap terjadi dengan cara mengingat keadaan-keadaan objektif setelah terjadinya delik, ini merupakan tolak ukur logis yang dicapai melalui perhitungan yang normal.H. Teori adequate menurut TraegerMenurutTraeger, akibat delik haruslah in het algemeen voorzienbaar artinya pada umumnya dapat disadari sebagai sesuatu yang mungkin sekali dapat terjadi. Van Bemmelen mengomentari teori ini bahwa yang dimaksud denganin het algemeen voorzienbaarialaheen hoge mate van waarschijnlijkheidyang artinya, disadari sebagai sesuatu yang sangat mungkin dapat terjadi.

I. Teori RelevantieDikemukakan olehMezger. Menurut teori ini dalam menentukan hubungan sebab akibat tidak mengadakan pembedaan antara syarat dengan sebab, melainkan dimulai dengan menafsirkan rumusan tindak pidana yang memuat akibat yang dilarang itu dicoba menemukan perbuatan manakah kiranya yang dimaksud pada waktu undang-undang itu dibuat. Jadi, pemilihan dari syarat-syarat yang relevan itu berdasarkan kepada apa yang dirumuskan dalam undang-undang.

J. Teori perdataTeori ini berdasarkan Pasal 1247 dan 1248 KUHP Perdata (BW),yang menyatakan bahwa pertanggungjawaban hanya ada, apabila akibat yang timbul itu mempunyai akibat yang langsung dan rapat sekali dengan perbuatan-perbuatan yang terdahulu atau dapat dibayangkan lebih dahulu. Teori ini boleh dikatakan sama dengan teori adequate dari Von Kries. Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa teori perdata ini dapat juga dipergunakan dalam hukum pidana.

K. SimonTindak pidana yaitu kelakuan yang dapat diancam dengan pidana, bersifat melawan hukum, behubungan dengan melakukan kesalahan, dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.Straftbar feit berisikan:1) perbuatan bertentangan atau dilarang oleh hukum2) diancam dengan hukuman3) dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan dengan demikian dapat dipersalahkanL. Prof. Moeljatno S.HIa menggunakan istilah perbuatan tindak pidana. Yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan tersebut disertai sanksi atau hukuman, yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. Larangan ditujukan kepada perbuatannya. Suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang. Sedangkan ancaman pidana ditujukan pada orang yang menimbulkan kejadian itu.Memisahkan antara perbuatan dan pertanggung jawaban, perbuatan menunjuk pada adanya kejadian tertentu dan adanya orang yang berbuat yang menimbulkan adanya kejadian itu. Tindak pidana merupakan perbuatan baik yang aktif atau pasif yang dilarang dan diancam hukuman apabila dilanggar.- Contoh perbuatan pasif : pasal 164, 242, 522 KUHP- Perbuatan aktif: pasal 338, 362, 351, 340, 406 KUHP

Dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu pebuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan itu :1) melanggar hukum2) merugikan masyarakat3) dilarang oleh undang-undang4) pelakunya diancam dengan pidana11. a12. A. Menurut Prof. Moeljatno orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau tidak melakukan perbuatan pidana. Agar dapat dimintai pertanggungjawaban pidana harus memenuhi 3 unsur, yaitu :1) Adanya kemampuan bertanggung jawab.2) Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan.3) Tidak adanya alasan penghapus kesalahan (alasan pemaaf).

B. KESALAHAN DALAM HUKUM PIDANAdalam arti luas: memiliki pengertian yang sama dengan pertanggungjawaban dalam hukun pidana. dalam arti sempit: kesalahan berarti ke-alpaan

dalam arti bentuk kesalahan:kesalahn disengaja (dolus/opzet): Prinsip dari kesengajaan dalam MvT adalah mengetahui (weten) dan menghendaki (willen). kesalahan karena ke alpaan: Kealpaan terjadi bila pelaku mengetahui tetapi secara tidak sempurna karena dalam kealpaan seseorang mengalami sifat kekurangan (kurang hati-hati, kurang teliti dsb.)

Bentuk-bentuk kesengajaankesengajaan sebagai tujuan/sebagai maksud, akibatnya memang dikehendaki, atau sebagai tujuan dari pelaku. kesengajaan dengan keinsyafan kepastian (sadar kepastian),pelaku menyadari bahwa perbuatannya pasti akan menimbulkan akibat lain, tapi demi tercapainya tujuan utama pelaku mengambil resiko terjadinya akibat lain itu kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (dolus eventualis), pelaku menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya mungkin akan membawa akibat lain selain akibat utama.

Bentuk-bentuk kealpaankealpaan yang disadari (bewuste), seseorang melakukan sesuatu perbuatan yang sudah dapat di bayangkan akibat buruk akan terjadi, tapi tetap melakukannya, kealpaan yang tidak disadari, bila pelaku tidak dapat membayangkan sama sekali akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya yang seharusnya di bayangkan.

Unsur-unsur kesalahan atau syarat seseorang dapat di ertanggungjawabkan dalam hukum pidana:1) adanya kemampuan bertanggungjawab2) adanya hubungan bathin antara pelaku dengan perbuatannya (dolus atau ulpa)3) tidak adanya alasan-alasan penghapus kesalahan (schuld uitsluitsground)

13. Dalam teori hukum pidana biasanya alasan-alasan yang menghapuskan pidana dibedakan menjadi tiga;A. Alasan pembenaryaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuataan sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwah menjadi perbuatan yang patut dan benar.

B. Alasan pemaafyaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Yakni perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukun dan tetap merupakan perbuatan pidana akan tetapi terdakwa tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.

C. Alasan menghapus penuntutanyang dimaksudkan disini bukan ada alasan pembenar atau pemaaf. Jadi tidak ada pikiran mengenai sifatnya perbuatan maupun sifatnya orang yang melakukan perbuatan, akan tetapi pemerintah menganggap bahwa atas dasar kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak dijadikan penuntutan. Yangmenjadi penimbang disini adalah kepentingan umum.Setelah kita mengetahui secara global tentang bahasan ini marilah kita akan lebih memahami dan membahas secara mendalam berkaitan dengan hal Pembenaran, pemaaf, dan penghapus penuntutan.14. Di indonesia sendiri, hukum positif belum pernah merumuskan tujuan pemidanaan. Selama ini wacana tentang tujuan pemidanaan tersebut masih dalam tataran yang bersifat teoritis. Namun sebagai bahan kajian, Rancangan KUHP Nasional telah menetapkan tujuan pemidanaan pada Buku Kesatu Ketentuan Umum dala Bab II dengan judul Pemidanaan, Pidana dan Tindakan.Tujuan pemidanaan menurut Wirjono Prodjodikoro (1989 : 16), yaitu :a.Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan baik secara menakut-nakuti orang banyak (generals preventif) maupun menakut-nakuti orang tertentu yang sudah melakukan kejahatan agar dikemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (speciale preventif), ataub.Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang melakukan kejahatan agar menjadi orang-orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat.Tujuan pemidanaan itu sendiri diharapkan dapat menjadi sarana perlindungan masyarakat, rehabilitasi dan resosialisasi, pemenuhan pandangan hukum adat, serta aspek psikologi untuk menghilangkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan. Meskipun pidana merupakan suatu nestapa tetapi tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia.Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalamhukum pidana. Kata pidana pada umumnya diartikan sebagai hukum, sedangkan pemidanaan diartikan sebagai penghukuman. Doktrin membedakan hukum pidana materil dan hukum pidana formil. J.M.VanBemmelen (Leden Marpaung, 2005 : 2) menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut :Hukum pidana materil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang diancamkan terhadap perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus diperhatikan pada kesemptan itu.