hukum tata negara

25
Hukum Tata Negara Istilah Hukum Administrasi Negara Hukum Administrasi Negara di Belanda disebut Administratifrecht atau Bestuursrecht yang berarti Lingkungan Kekuasaan/Administratif diluar dari legislatif dan yudisil. Di Perancis disebut Droit Administrative. Di Inggris disebut Administrative Law. Di Jerman disebut Verwaltung recht. Definisi Hukum Administrasi Negara 1. Oppenheim mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.” 2. J.H.P. Belefroid mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat- alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis- majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.” 3. Logemann mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.” 4. De La Bascecoir Anan mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/bereaksi dan peraturan- peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga Negara dengan pemerintah.” 5. L.J. Van Apeldoorn mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu.” Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara Oppenheim mengatakan bahwa pokok bahasan Hukum Tata Negara adalah Negara dalam keadaan diam (Strats in rust) dimana Hukum Tata Negara membentuk alat-alat perlengkapan Negara dan

Upload: nha-donapriemayanti

Post on 15-Apr-2016

33 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hukum tata negara

TRANSCRIPT

Hukum Tata NegaraIstilah Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara di Belanda disebut Administratifrecht atau Bestuursrecht yang berarti Lingkungan Kekuasaan/Administratif diluar dari legislatif dan yudisil.Di Perancis disebut Droit Administrative.Di Inggris disebut Administrative Law.Di Jerman disebut Verwaltung recht.Definisi Hukum Administrasi Negara1.    Oppenheim mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”2.    J.H.P. Belefroid mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.”3.    Logemann mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.”4.    De La Bascecoir Anan mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/bereaksi dan peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga Negara dengan pemerintah.”5.    L.J. Van Apeldoorn mengatakan: “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu.”Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata NegaraOppenheim mengatakan bahwa pokok bahasan Hukum Tata Negara adalah Negara dalam keadaan diam (Strats in rust) dimana Hukum Tata Negara membentuk alat-alat perlengkapan Negara dan memberikan kepadanya wewenang serta membagi bagikan tugas pekerjaan kepada alat-alat perlengkapan Negara ditingkat tinggi dan tingkat rendah. Sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah Negara dalam keadaan bergerak (Staats ini beveging) dimana Hukum Administrasi Negara melaksanakan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara baik ditingkat tinggi maupun ditingkat rendah.

1.    Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu NegaraKeduanya mempunyai hubungan yang sangat dekatIlmu Negara mempelajari :

•    Negara dalam pengertian abstrak artinya tidak terikat waktu dan tempat.•    Ilmu Negara mempelajari konsep-konsep dan teori-teori mengenai negara, serta hakekat negara.•    Hukum Tata Negara mempelajari :

•    Negara dalam keadaan konkrit artinya negara yang sudah terikat waktu dan tempat.•    Hukum Tata Negara mempelajari Hukum Positif yang berlaku dalam suatu negara.•    Hukum Tata Negara mempelajari negara dari segi struktur.

Dengan demikian hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara adalah Ilmu Negara merupakan dasar dalam penyelenggaraan praktek ketatanegaraan yang diatur dalam Hukum Tata Negara lebih lanjut dengan kata lain Ilmu Negara yang mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan dasar dalam mempelajari Hukum Tata Negara.

 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik.Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang mengatur organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut. Setiap produk Undang-Undang merupakan hasil dari proses politik atau keputusan politik karena setiap Undang-Undang pada hakekatnya disusun dan dibentuk oleh Lembaga-Lembaga politik, sedangkan Hukum Tata Negara melihat Undang-Undang adalah produk hukum yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapanNegara yang diberi wewenang melalui prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara.Dengan kata lain Ilmu Politik melahirkan manusia-manusia Hukum Tata Negara sebaliknya Hukum Tata Negara merumuskan dasar dari perilaku politik/kekuasaan. Menurut Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai daging yang membalut kerangka tersebut.

 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata Negara dalam arti luas, sedangkan dalam arti sempit Hukum Administrasi Negara adalah sisanya setelah dikurangi oleh Hukum Tata Negara. Hukum Tata Negara adalah hukum yang meliputi hak dan kewajiban manusia, personifikasi, tanggung jawab, lahir dan hilangnya hak serta kewajiban tersebut hak-hak organisasi batasan-batasan dan wewenang.Hukum Administrasi Negara adalah yang mempelajari jenis bentuk serta akibat hukum yang dilakukan pejabat dalam melakukan tugasnya.Menurut Budiman Sinaga, mengenai perbedaan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara terdapat banyak pendapat. Secara sederhana, Hukum Tata Negara membahas negara dalam keadaan diam sedangkan Hukum Administrasi Negara membahas negara dalam keadaan bergerak. Pengertian bergerak di sini memang betul-betul bergerak, misalnya mengenai sebuah Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan itu harus diserahkan/dikirimkan dari Pejabat Tata Usaha Negara kepada seseorang.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu NegaraKeduanya mempunyai hubungan yang sangat dekatIlmu Negara mempelajari :Negara dalam pengertian abstrak artinya tidak terikat waktu dan tempat.

Ilmu Negara mempelajari konsep-konsep dan teori-teori mengenai negara, serta hakekat negara.Hukum Tata Negara mempelajari :Negara dalam keadaan konkrit artinya negara yang sudah terikat waktu dan tempat.Hukum Tata Negara mempelajari Hukum Positif yang berlaku dalam suatu negara.Hukum Tata Negara mempelajari negara dari segi struktur.Dengan demikian hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara adalah Ilmu Negara merupakan dasar dalam penyelenggaraan praktek ketatanegaraan yang diatur dalam Hukum Tata Negara lebih lanjut dengan kata lain Ilmu Negara yang mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan dasar dalam mempelajari Hukum Tata Negara.Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik.Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang mengatur organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut. Setiap produk Undang-Undang merupakan hasil dari proses politik atau keputusan politik karena setiap Undang-Undang pada hakekatnya disusun dan dibentuk oleh Lembaga-Lembaga politik, sedangkan Hukum Tata Negara melihat Undang-Undang adalah produk hukum yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapanNegara yang diberi wewenang melalui prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara.Dengan kata lain Ilmu Politik melahirkan manusia-manusia Hukum Tata Negara sebaliknya Hukum Tata Negara merumuskan dasar dari perilaku politik/kekuasaan. Menurut Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai daging yang membalut kerangka tersebut.Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata Negara dalam arti luas, sedangkan dalam arti sempit Hukum Administrasi Negara adalah sisanya setelah dikurangi oleh Hukum Tata Negara. Hukum Tata Negara adalah hukum yang meliputi hak dan kewajiban manusia, personifikasi, tanggung jawab, lahir dan hilangnya hak serta kewajiban tersebut hak-hak organisasi batasan-batasan dan wewenang.Hukum Administrasi Negara adalah yang mempelajari jenis bentuk serta akibat hukum yang dilakukan pejabat dalam melakukan tugasnya.Menurut Budiman Sinaga, mengenai perbedaan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara terdapat banyak pendapat. Secara sederhana, Hukum Tata Negara membahas negara dalam keadaan diam sedangkan Hukum Administrasi Negara membahas negara dalam keadaan bergerak. Pengertian bergerak di sini memang betul-betul bergerak, misalnya mengenai sebuah Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan itu harus diserahkan/dikirimkan dari Pejabat Tata Usaha Negara kepada seseorang.

Pendapat para ahli tentang Definisi Hukum Tata Negara1. Van Vallenhoven : Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukumatasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masingmasingitu menentukan wilayah lingkungan rakyatnya, dan akhirnya menentukanbadan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkunganmasyarakat hukum itu serta menentukan sususnan dan wewenang badan-badan

tersebut.2. Scholten : Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi daripadaNegara3. Van der Pot : Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukanbadan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungannyadengan yang lainnya dan hubungannya dengan individu-individu.4. Longemann : Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasiorganisasiNegara.5. Apeldoorn : Hukum Negara dalam arti sempit menunjukkan organisasi-organisasiyang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekuasaannya., HukumNegara dalama arti luas meliputi Hukum Tata Negara dan Hukum AdministrasiNegara.6. Wade and Philips : Hukum Tata Negara mengatur alat-alat perlengkapan Negara,tugas, dan hubungannya antar perlengkapan Negara itu7. Paton : Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai alat-alat, tugas danwewenang alat-alat perlengkapan Negara.8. R. Kranenburg : Hukum Tata Negara meliputi hukum mengenai susunan hukumdari Negara- terdapat dalam UUD.9. UTRECHT : Hukum Tata Negara mempelajari kewajiban sosial dan kekuasaanpejabat-pejabat Negara..10. J.R. Stellinga :Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur wewenang dan kewajibankeawajibanalat-alat perlengkapan Negara, mengatur hak, dan kewajiban wargaNegara.11. Oppen Heim ( Belanda )Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang membentukalat-alat perlengkapan Negara dan memberikan kepadanya wewenang danmembagi-bagikan tugas pemerintahan dari tingkat tinggi sampai tingkatrendahan.12 Romeyn berpendapat :Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari Negara, sedangkanHukum Tata Pemerintahan mengenai pelaksanaan teknis.Jadi Hukum Tata Pemerintahan adalah hukum yang melaksanakan apayang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara.13. Donner mengatakan :Hukum Tata Negara menetapkan tugfas dan wewenang Hukum TataPemerintahan melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum TataNegara.14. Prins mengatakan :Hukum Tata Negara mempelajari yang fundamental yang merupakandasar-dasar dari Negara dan menyangkut langsung tiap-tiap warga Negara.Hukum Tata Pemerintahan menitikberatkan kepada hal-hal yang teknissaja, yang selama ini kita tidak berkepentingan dan hanya penting bagipara spesialis saja.

15. Prof. Djokosutono, SHmemandang Hukum Tata Negara sebagai hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan negara didalam rangka pandangan mereka terhadap “negara sebagai organisasi”16. Pendapat G. Pringgodigdo, SH :Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai konstitusi negara dan konstelasi dari negara, dan karena itu Hukum Tata Negara disebut juga Hukum (mengenai) Konstitusi Negara17.Kusumadi Pudjosewojo dalam buku “Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia”:HTN adalah Hukum yang mengatur bentuk negara (kesatuan atau federal), dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), yang menunjukan masyarakat hukum yang atasan maupun yang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya (hierarchy), yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum itu, beserta susunan (terdiri dari seseorang atau sejumlah orang) wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat perlengkapan itu.18. Pendapat R. BonardHukum Tata Negara : mempelajari ketentuan mengenai alat-alat perlengkapan negara yang tertinggi.19..V Dicey. Hukum tata negara baginya merupakan hukum tertinggi pada suatu negara. Karena hukum ini mengatur pembagiaan kekuasaan dan tugas yang harus diemban masing-masing individu untuk meninggikan sebuah negara.20.Maurice Duverger. Hukum Tata Negara adalah salah satu cabang dari hukum privat yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi politik suatu lembaga nagara.21. Harmaily Ibrahim dalam bukunya “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia” mendefinisikan: “Hukum Tata Negara adalah sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertical dan horisontal serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya”.22. M. Soli Lubis (Indonesia) dalam bukunya “Azas-azas hukum Tata Negara” merumuskan: “Hukum Tata Negara adalah seperangkat peraturan mengenai bentuk susunan negara, alat perlengkapannya, tugas-tugas dan hubungan di antara alat-alat perlengkapan”.23. Mac IverMenurut Mac Iver bahwa Negara itu sebagai suatu political orgaization,harus di bedakan dari ”masyarakat”.Negara itu suatu Organisasi politik yang ada di dalam masyarakat, tetapi negara itu bukan bentuk dari masyarakat.Negara itu organisasi dalam masyarakat, yaitu organisatie-kapstok.24. AustinMengatakan bahwa Constitutional Law menentukan orang – orang tertentu atau golongan – golongan tertentudari masyarakat yang memegang kekuasaan istimewatertentu (Souvereign power) dalam negara.25. Prof. Mr. Ph Kleintjets Hukum Tata Negara Hindia Belanda terdiri dari kaedah-kaedah hukum mengenai tata (Inrichting Hindia Belanda), alat perlengkapan kekuasaan negara (Demet Overheadsgezag), tata, wewenang (Bevoegdheden) dan perhubungan kekuasaan (Onderlinge Machtsverhouding) diantara alat-alat perlengkapan.

Definisi Hukum Tata Negara Menurut Para Ahlia.   Christian Van VollenhovenHukum Tata Negara Adalah Hukum Tata Negara yang mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat Hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya. Fungsi Masing-masing yang berkuasa di dalam lingkungan masyarakat hukum itu berhak menentukan susunan dan wewenang dari badan-badan tersebut

b.   Paul ScholtenHukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada Negara.Kesimpulan Bahwa dalam organisasi negara itu telah dicakup bagaimana kedudukan organ-organ dalam negara itu, hubungan, hak dan kewajiban, serta tugasnya masing-masing.

c.   Van der PotHukum Tata Negara Adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenang masing-masing, hubungannya satu dengan yang lain dan hubungan dengan individu yang lain.

d.   J.H.A. LogemannHukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur organisasi negara.Jabatan merupakan pengertian Yuridis sedangkan fungsi adalah pengertian yang bersifat sosiologis. Karena negar merupakan organisasi yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungannya satu dengan yang lain. Secara Yuridis Maka negara merupakan organisasi dari jabatan-jabatan.

e.   Van ApeldoornHukum Tata Negara Dalam arti sempit yang sama artinya dengan istilah hukum tata negara dalam arti sempit, adalah untuk membedakannya dengan hukum negara dalam arti luas , yang meliputi hukum tata negara dan hukum administrasi negara itu sendiri.

f.    Mac-IverHukum Tata Negara (Constitutional Law) adalah hukum yang mengatur Negara atau memerintah Negara, sedangkan hukum yang oleh Negara dipergunakan untuk mengatur sesuatu selain Negara disebut hukum biasa (Ordinary Law)

g.   Wade and PhillipsHukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugasnya dan hubungan antara alat pelengkap negara itu. Dalam bukunya yang berjudul “ Constitusional law “ yang terbit pada tahun 1936 .

h.   Paton George whitecrossHukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugasnya ,wewenang dan hubungan antara alat pelengkap negara itu. Dalam bukunya “

textbook of Jurisprudence “ yang merumuskan bahwa Constutional Law deals with the ultimate question of distribution of legal power and the fungcions of the organ of the state.

i.    A.V. DiceyHukum Tata Negara Adalah hukum yang terletak pada pembagian kekuasaan dalam negara dan pelaksanaan yang tertinggi dalam suatu negara. Dalam bukunya “ An introduction the study of the law of the consrtitution “

j.    Maurice DuvergerHukum Tata Negara Adalah salah satu cabang dari hukum privat yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi politik suatu lembaga nagara.

k.   A.W. Bradley dan K.D. EwingMenurut kedua sarjana ini tidak ada jawaban yang dapat di berikan dengan mudah dan segera atas pernyataan mengenai definisi Hukum Tata Negara. Pengertian Hukum Tata Negara yang paling luas mencangkup bagian dari hukum nasional yang mengatur system administrasi publik (Negara) dan hubungan antara individu dengan Negara.

l.    Kusumadi PudjosewojoHukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur bentuk negara ( kesatuan atau federal ), dan bentuk pemerintahan ( kerajaan atau republik ), yang menunjukan masyarakat Hukum yang atasan maupunyang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya (hierarchie), yang selanjutnya mengesahkan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukan alat-alat perlengkapan ( yang memegang kekuasaan penguasa ) dari  asyarakat hukum itu,beserta susunan ( terdiri dari seorang atau sejumlah orang ), wewenang, tingkatan imbang dari dan antara alat perlengkapan itu.

m.  Moh. Kusnardi dan Harmaily IbrahimHukum Tata Negara dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari pada Negara, hubungan antara alat perlengkapan Negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan warga Negara dan hak azasinya.

Definisi Menurut saya:Hukum Tata Negara berkaitan dengan fungsi badan pemerintahan yang berhubungan dengan individu dan terminologi untuk menuntut hak/kebenaran dan kebebasan individu dan perlindungan yang dapat melindungi warga negaranya

UUD RI 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

A.           Pengertian Hukum DasarHukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal UUD nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana  prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD itu.Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan

pemerintah suatu negara dalam menentukan mekanisme kerja badan-badan tersebut seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif. Undang-Undang Dasar RI 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, kedudukan dan fungsi dari UUD RI 1945 merupakan pengikat bagi pemerintah, lembaga negara, maupun lembaga masyarakat, sebagai warga negara Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 memuat normat-norma atau aturan-aturan yang harus diataati dan dilaksanakan.Istilah konstitusi mempunyai 2 ( dua ) pengertian yaitu :1.    Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis.2.    Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, UUD mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-mena.

B.            UUD RI 1945 Sebagai Landasan Konstitusional, Struktural, dan OperasionalLandasan Formil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan adalah dimaksudkan untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dicantumkan dalam dasar hukum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan. Sedangkan Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicantumkan juga dalam dasar hukum “mengingat” suatu Peraturan Perundang-undangan yang (akan) dibentuk. Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan ini kemudian diuraikan secara ringkas dalam konsiderans “menimbang” dan dituangkan dalam norma-norma dalam pasal dan/atau ayat dalam Batang Tubuh dan dijelaskan lebih lanjut dalam Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan kalau kurang jelas.Sebelum dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di Era Reformasi, undang-undang juga dapat diuji terhadap Undang-Undang Dasar. Namun pengujiannya bukanlah pengujian secara judicial melainkan pengujian secara legislatif atau secara politis (legislative/Political Review) karena yang mengujinya adalah lembaga politik atau lembaga legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana dimuat dalam Pasal 5 ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. TAP MPR ini sebagai pengganti TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.Dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang diberikan kewenangan konstitusional menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan kewenangan Mahkamah Agung yang semula didasarkan kepada undang-undang sekarang diangkat ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi kewenangan konstitusional untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, pemahaman landasan formil dan materiil konstitusional peraturan perundang-undangan menjadi suatu conditio sine quanon bagi para Perancang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun/membuat peraturan perundang-undangan agar peraturan perundang-

undangan tersebut tidak mudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung.Landasan konstitusional pembangunan adalah  UUD 1945. UUD 1945 merupakan arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional sebagai suatu visi pembangunan nasional guna dijadikan  landasan dalam Keputusan/Ketetatapan MPR. Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan empat pokok tujuan pembangunan nasional mencakup: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh  tumpah darah Indonesia, dan berperanserta dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian abadi.Landasan operasional pembangunan adalah Keputusan/Ketetapan MPR. Keputusan/Ketetapan MPR terutama Ketetapan tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)1 merupakan arahan paling dasar sebagai  misi pembangunan nasional lima tahunan guna dijadikan landasan dalam penyusunan pembangunan nasional-lima tahunan. GBHN disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN adalah UUD 1945.

C.           Sifat UUD RI 1945UUD RI 1945 memiliki sifat sebagai berikut :1.             Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memuat sendi – sendi pokok hukum dasar Negara Indonesia, yang hanya terdiri dari 37 Pasal. Sedangkan UUD lain memiliki jumlah pasal yang lebih banyak, misalnya :–          UUD S 1950 jumlah pasalnya sebanyak 146–          UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197–          UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234–          UUD Panama jumlah pasalnya sebanyak 291–          UUD India jumlah pasalnya sebanyak 3952.             Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, karena hanya memuat aturan-aturan yang bersifat pokok, sedangkan aturan-aturan penyelenggaraan (yang lebih teknis) diserahkan pada peraturan-peraturan yang tingkatannya lebih rendah seperti undang-undang, PP dan lain-lain yang lebih mudah dari segi cara pembuatan atau perubahannya.D.           Ciri Khas Negara HukumNegara Indonesia berdasarkan atas hokum (rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat)1.      Adanya pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hokum, ekonomi dan kebudayaan.2.      Tegaknya peradilan yang bebas dan tidak memihak atau tidak dipengaruhi oleh suatu kekuatan atau kekuasaan apapun.3.      Adanya legalitas dalam segala bentuknya atau jaminan kepastian hokum artinya ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan serta aman dalam pelaksanaannya.UUD RI 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

A.           Pengertian Hukum DasarHukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya

menyelidiki pasal-pasal UUD nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana  prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD itu.Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dalam menentukan mekanisme kerja badan-badan tersebut seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif. Undang-Undang Dasar RI 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, kedudukan dan fungsi dari UUD RI 1945 merupakan pengikat bagi pemerintah, lembaga negara, maupun lembaga masyarakat, sebagai warga negara Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 memuat normat-norma atau aturan-aturan yang harus diataati dan dilaksanakan.Istilah konstitusi mempunyai 2 ( dua ) pengertian yaitu :1.    Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis.2.    Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, UUD mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-mena.

B.            UUD RI 1945 Sebagai Landasan Konstitusional, Struktural, dan OperasionalLandasan Formil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan adalah dimaksudkan untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dicantumkan dalam dasar hukum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan. Sedangkan Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicantumkan juga dalam dasar hukum “mengingat” suatu Peraturan Perundang-undangan yang (akan) dibentuk. Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan ini kemudian diuraikan secara ringkas dalam konsiderans “menimbang” dan dituangkan dalam norma-norma dalam pasal dan/atau ayat dalam Batang Tubuh dan dijelaskan lebih lanjut dalam Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan kalau kurang jelas.Sebelum dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di Era Reformasi, undang-undang juga dapat diuji terhadap Undang-Undang Dasar. Namun pengujiannya bukanlah pengujian secara judicial melainkan pengujian secara legislatif atau secara politis (legislative/Political Review) karena yang mengujinya adalah lembaga politik atau lembaga legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana dimuat dalam Pasal 5 ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. TAP MPR ini sebagai pengganti TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.Dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang diberikan kewenangan konstitusional menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan kewenangan Mahkamah Agung yang semula didasarkan kepada undang-undang sekarang diangkat ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi kewenangan konstitusional untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,

pemahaman landasan formil dan materiil konstitusional peraturan perundang-undangan menjadi suatu conditio sine quanon bagi para Perancang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun/membuat peraturan perundang-undangan agar peraturan perundang-undangan tersebut tidak mudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung.Landasan konstitusional pembangunan adalah  UUD 1945. UUD 1945 merupakan arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional sebagai suatu visi pembangunan nasional guna dijadikan  landasan dalam Keputusan/Ketetatapan MPR. Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan empat pokok tujuan pembangunan nasional mencakup: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh  tumpah darah Indonesia, dan berperanserta dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian abadi.Landasan operasional pembangunan adalah Keputusan/Ketetapan MPR. Keputusan/Ketetapan MPR terutama Ketetapan tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)1 merupakan arahan paling dasar sebagai  misi pembangunan nasional lima tahunan guna dijadikan landasan dalam penyusunan pembangunan nasional-lima tahunan. GBHN disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN adalah UUD 1945.

C.           Sifat UUD RI 1945UUD RI 1945 memiliki sifat sebagai berikut :1.             Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memuat sendi – sendi pokok hukum dasar Negara Indonesia, yang hanya terdiri dari 37 Pasal. Sedangkan UUD lain memiliki jumlah pasal yang lebih banyak, misalnya :–          UUD S 1950 jumlah pasalnya sebanyak 146–          UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197–          UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234–          UUD Panama jumlah pasalnya sebanyak 291–          UUD India jumlah pasalnya sebanyak 3952.             Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, karena hanya memuat aturan-aturan yang bersifat pokok, sedangkan aturan-aturan penyelenggaraan (yang lebih teknis) diserahkan pada peraturan-peraturan yang tingkatannya lebih rendah seperti undang-undang, PP dan lain-lain yang lebih mudah dari segi cara pembuatan atau perubahannya.D.           Ciri Khas Negara HukumNegara Indonesia berdasarkan atas hokum (rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat)1.      Adanya pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hokum, ekonomi dan kebudayaan.2.      Tegaknya peradilan yang bebas dan tidak memihak atau tidak dipengaruhi oleh suatu kekuatan atau kekuasaan apapun.3.      Adanya legalitas dalam segala bentuknya atau jaminan kepastian hokum artinya ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan serta aman dalam pelaksanaannya.

Inilah Alasan Mengapa Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 Tidak Dapat Diubah” Beberapa pihak secara tegas menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 sudah menjadi harga mati, tidak dapat diubah ataupun diamandemen, dengan megemukakan alasan, pertama ; akan membuka luka lama dalam perdebatan ideologi negara yang pada awalnya dulu rame diperdebatkan, kedua ; dapat membubarkan negara, bersandar pada teorynya Hans Kelsen yang dimuat juga dalam Ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966 yang telah dicabut dengan Tap MPR No III/MPR/2000 dan tidak berlaku lagi namun masih sering dirujuk, dan ketiga ; dalam sejarah, Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak pernah diganti sehingga terkesan sakral.

Lalu Apakah benar Pembukaan UUD 1945 tidak pernah berubah? dan apakah negara akan bubar jika pembukaan UUD 1945 diubah? ada fakta menarik sejarah sbb :Sejarah ketatanegaraan justru menunjukkan sebaliknya. UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950 masing-masing memiliki pembukaan atau mukadimah sendiri-sendiri. Ini jelas berbeda dengan klaim sebagian pihak. Dengan melihat Keppres RIS No 48, 31 Januari 1950, yang tercantum dalam Lembaran Negara 50-3 dan diumumkan 6 Februari 1950, dan UU No 7/1950 kita akan terkejut mendapati fakta sejarah bahwa Pembukaan UUD 1945 tidak digunakan dalam UUD RIS dan UUDS 1950.Sejarah juga menampilkan fakta yang menarik mengenai kalimat ‘Atas berkat rahmat Allah’ di alinea ketiga Pembukaan UUD 1945. Disebutkan dalam Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI yang diterbitkan Sekneg RI (cetakan pertama, edisi ketiga, 1995, hlm 419-420) bahwa I Gusti Ktut Pudja pada sidang pertama 18 Agustus 1945 berkata ‘Ayat 3 atas berkat rahmat Allah diganti saja dengan ‘Tuhan’, Tuhan Yang Maha Kuasa’.Soekarno berkata ‘Diusulkan supaya perkataan Allah Yang Maha Esa diganti dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian Soekarno membaca teks Pembukaan dan pada awal alinea ketiga ia membaca ‘Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa … dst’. Selesai membaca, Soekarno berkata ‘Setuju, tuan-tuan? (suara: setuju). Dengan ini sahlah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.” Jadi, sebenarnya yang disahkan adalah kalimat ‘Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa’. Ini berbeda dengan Pembukaan UUD 1945 yang kita kenal selama ini.Fakta sejarah perubahan Pembukaan UUD 1945 ini semakin kontroversial ketika buku Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945 (Departemen Penerangan RI, cet III, tanpa tahun hal 11-29), mencantumkan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 berbunyi ‘Atas berkat Rachmat Tuhan Yang Maha Kuasa’. Ini artinya sesuai dengan Berita Repoeblik Indonesia (BRI) 1946 dan berbeda dengan naskah lain yang beredar selama ini. Naskah manakah yang benar dan sejak kapan negara kita menjadi bubar karena perubahan ini?Perubahan kata Allah dan Tuhan secara teologis bisa diperdebatkan maknanya. Namun, dalam konteks hukum tata negara perubahan ini menunjukkan bahwa disadari atau tidak, Pembukaan UUD 1945 sudah mengalami perubahan dan ternyata negara kita belum juga bubar. ya tho”

1. Tinjauan terhadap Sistem Pemerintahan Presidensial IndonesiaDiketahui bersama bahwa secara teori sistem pemerintahan  terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem pemerintahan parlementer (parliamentary system) dan sistem pemerintahan

presidensial (presidential system ). Walaupun dalam tatanan implementasinya ada sistem pemerintahan yang bersifat campuran (hybrid system). Pada prinsipnya sistem pemerintahan itu mengacu pada bentuk hubungan antara lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif.[1]Pemberlakuan sistem pemerintahan terhadap suatu negara tergantung pada kebutuhan, faktor sejarah dan kondisi sosio-politik suatu negara.[2] Sistem parlementer adalah sistem yang menekankan parlemen sebagai subjek pemerintahan, sementara sistem presidensial menekankan peran presiden (eksekutif) sebagai subjek pemerintahan.[3]Keduanya memiliki latar belakang berbeda yang menyebabkan berbeda pula dalam norma dan tatacara penyelenggaraan pemerintahannya. Karakter pemerintahan parlementer adalah pada dasarnya dominannya posisi parlemen terhadap eksekutif. sementara karakter sistem presidensial adalah pada dominannya peran presiden dalam sistem ketatanegaraan. Sistem parlementer dan sistem presidensial adalah dua hal yang berbeda, bukan merupakan tesis ataupun antitesa yang melahirkan sintesa.[4]Terkhusus untuk indonesia sendiri, menjadi suatu perdebatan sampai sekarang dikalangan para pakar hukum tata negara dan politik bahwa sistem pemerintahan indonesia menganut sistem pemerintahan yang berbentuk apa. Hanta yuda, mengemukakan bahwa ketika UUD 1945 belum diamandemen, corak pemerintahan indonesia sering dikatakan sebagai sistem semipresidensial. Namun dalam prakteknya sistem pemerintahan indonesia justru lebih mendekati corak parlementer.[5] Dan setelah amandemen UUD 1945 sistem pemerintahan indonesia menjadi sistem presidnesial murni.[6] Sedangkan Bagir manan menyebutkan bahwa sistem pemerintahan indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial karena berpendapat pertanggungjawaban presiden kepada MPR bukan merupakan pertanggungjawaban kepada badan legeslatif. dalam hal ini menambahkan, petanggungjawaban Presiden kepada MPR tidak boleh disamakan dengan pertanggungjawaban kabinet  kepada parlemen (dalam sistem parlementer).[7]Berbeda pendapat dengan apa yang dijelaskan Sri Soemantri bahwa sistem pemerintahan indonesia menganut sistem campuran. Karasteristik campuran didasarkan pada kesimpulan yang ditarik dari penjelasan UUD 1945, yaitu (1) presiden dipilih dan diangkat oleh MPR, (2) Presiden mandataris MPR, (3) MPR pemegang kekuasaan negara tertinggi, (4) Presiden tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR, dan (5) Presiden untergroentet kepada MPR. jadi esensi dari kelima hal itu, presiden sebagai badan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legeslatif. apabila eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legeslatif, maka hal itu menunjukkan adanya segi pemerintahan parlementer.[8] Disamping sistem pemerintahan parlementer,  UUD 1945 juga mengandung anasir sistem presidensial. Anasir itu dapat dilihat dari adanya ketentuan bahwa presiden merupakan pemegang kekuasaan pemrintahan. Dengan posisi seperti begitu, UUD 1945 menyatakan bahwa menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Selain kedua hal itu, dalam sistem ketatanegaraan indonesia, di samping sebagai kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan riil, presiden juga sebagai kepala negara (nominal head of state).[9]Sedangkan Jimly asshiddiqie, mengemukakan bahwa setelah UUD 1945 diubah maka dalam hal ini, yang lebih dekat dengan sistem yang dipakai di indonesia  adalah sistem Amerika Serikat, yaitu sistem presidensial murni.[10] Sedangkan ditambahkan lagi bahwa sistem pemerintahan Republik Indonesia bersadarkan UUD 1945 yang disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945, juga menganut sistem campuran.[11] Tetapi pada pokoknya, sistem yang

dianut adalah sistem presidensial, tetapi presiden ditentukan tunduk dan bertanggungjawab kepada lembaga MPR yang terdiri atas anggota DPR dan ditambah utusan-utusan golongan fungsional.[12]Perdebatan dikalangan akademisi terhadap sistem pemerintahan indonesia itu terjadi diakibatkan bapak pendiri bangsa ini yang mengiingkan memakai sistem pemerintahan yang bersifat “Sistem sendiri” sesuai dengan usul Dr. Soekiman, BPUPK dari Yogyakarta, dan Prof. Soepomo Ketuan Panitia Kecil BPUPK. Pada rapat panitia hukum dasar, bentukan BPUPKI, tanggal 11 Juni 1945 dicapai kesepakatan bahwa indonesia tidak akan menggunakan sistem parlementer seperti inggris karena karena merupakan penerapan dari pandangan individualisme. Sistem tersebut juga tidak mengenal pemisahan kekuasaan yang tegas. Antara cabang legisltatif dan eksekutif terdapat fusion of power karena kekuasaan eksekutif sebenarnya adalah „bagian“ dari kekuasaan legislatif. Perdana Menteri dan para menteri sebagai kabinet yang kolektif adalah anggota parlemen.  Sebaliknya, sistem Presidensial dipandang  tidak cocok untuk Indonesia yang baru merdeka karena sistem tersebut mempunyai tiga kelemahan. Pertama, sistem presidensial mengandung resiko konflik berkepanjangan antara legislatif – eksekutif. Kedua, sangat kaku karena presiden tidak dapat diturunkan sebelum masa jabatannya berahir. Ketiga, cara pemilihan “winner takes all” seperti dipraktekkan di Amerika Serikat bertentangan dengan semangat bemokrasi.[13]Hemat penulis, bahwa sistem pemerintahan indonesia setelah reformasi telah mengalami purifikasi sangat menonjol. Saat ini sistem pemerintahan indonesia cenderong kepada sistem pemerintahan yang bersifat presidensial. Ini dapat dilihat dari beberapa ketentuan didalam UUD NRI 1945 yang telah mengalami purifikasi. Ada 2 (dua) Pasal dalam UUD NRI 1945 yang mejadi dasar  (basic) sehingga indonesia dapat dikatakan telah menganut sistem presidensial. Pertama, akibat diubahya sistem kedaulatan MPR mejadi sistem Kedaulatan Rakyat, dimana sesuai Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 (Pasca amandemen)[14] menyebabkan sistem demokratisasi dinegara ini lebih baik. Terbukti pada tahun 2004 menjadi sejarah dalam sistem ketatanegaraan indonesia dimana dilangsungkannya pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat. Ini akibat dari hasil amandemen UUD NRI Tahun 1945 Pasal 6A ayat (1) “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.” SBY-JK merupakan Presiden pertama yang merasakan hasil amanedem tersebut dengan berhasil menjadi Presiden Periode 2004-2009 dan kembali terpilih SBY-Boediono sebagai Presiden 2009-2014. Kedua, kita dapat melihat indonesia menganut sistem presidensial pada Pasal 4 ayat (1) “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar 1945.” Sebenarnya Pasal ini bersifat tetap. Baik sebelum amandemen UUD NRI Tahun 1945 Pasal ini tidak mengalami perubahan. Tetapi menurut hemat penulis, Pasal ini tetap memberikan sebuah pengertian bahwa di indonesia hanya mengenal sistem eksekutif tunggal (single executive), yaitu antara kepala pemerintahan (chief executive) dan kepala negara (head of State) sama yaitu seorang Presiden sehingga sistem pemerintahan indonesia cenderong kepada sistem pemerintahan yang bersifat Presidensial[15]Sebenarnya masih banyak Pasal-pasal didalam UUD NRI 1945 yang membenarkan bahwa sistem pemerintahan indonesia lebih cenderong kepada sistem pemerintahan presidensial setelah amandemen UUD NRI 1945. Seperti bagaimana jabatan presiden bersifat tetap (position is fixed). Pasal 7 “ Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima

tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, untuk satu kali masa jabatan.” Perlu dipahami bahwa dalam sistem presidensial dimana presidennya dipilih secara langsung oleh rakyat, secara tidak langsung legitimasi yang diberikan juga sangat kuat (strong legitimacy), sehingga dalam proses penjatuhannya juga harus didasarkan pada keinginan rakyat semata atau diasarkan pada masa jabatan presiden telah berakhir sesuai amanat konstitusi atau praktek ketatanegaraannya. Tetapi dalam praktek sistem pemerintahan presidensial juga membenarkan adanya penjatuhan presiden dalam masa jabatan, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, yaitu apabila Presiden dan Wakil Presiden tersebut melakukan sebuah pelanggaran hukum yang secara tegas diatur dalam konstitusi dan inilah dikenal dengan nama Pemakzulan (impechment)[16]Khusus diindonesia sebelum dan setelah amandemen UUD 1945 ada sebuah praktek ketatanegaraan yang berbeda dalam proses pemberhentian Presiden dalam masa jabatan. Ketika Orde baru, kedudukan Presiden sebagai presiden sangatlah kuat dan sangat sulit untuk dijatuhkan.[17] Ini dapat dilihat dari bunyi UUD 1945 “Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya,ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya”. Dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 angka VII Alinea ketiga, menentukan : “ Jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya bisa meminta pertanggungjawaban Presiden.” Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Sidang Istimewa ini diatur dalam ketetapan Majelis Permuswaratan Rakyat Nomor III Tahun 1978 Jo. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.VII Tahun 1973. Jadi, berdasarkan ketentuan tersbut, Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena alasan “Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Tetapi persoalannya apakah tindak pidana dapat dianggap sebagai salah satu pelanggaran terhadap haluan negara sebagaimana dimaksud dalam penjelasan UUD 1945 dan Majelis Permusyawaratan rakyat.[18]Ini berbeda setelah Amandemen UUD 1945 dimana sistem Pemberhentian Presiden dalam masa jabatannya telah diubah dan diperbaruhi.[19] Saat ini untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sangatlah sulit karena harus melalui beberapa tahap yaitu melalui Usul Dewam Perwakilan Rakyat (DPR) apabila menganggap Presidan dan/Wakil Presiden Melakukan Pelanggaran Hukum yang berupa Penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana  berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/Wakil Presiden, maka dapat mengajukan usul kepada MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) untuk diputus apakah Presiden Melanggar haluan negara ataukah tidak. Tetapi sebelum itu DPR harus meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus DPR tersebut.[20] Tetapi menurut penulis bahwa pemberhentian Presiden dan/Wakil Presiden saat ini untuk dipraktekkan diindonesia sangatlah sulit walaupun didalam Konstitusi ada yang mengaturnya. Ada beberapa alasan saya. Pertama, Penafsiran terhadap makna pelanggaran hukum tersebut yang diatur dalam UUD NRI 1945 masihlah abstrak. Kedua, Sistem pemberhentian presiden yang dikehendaki oleh konstitusi yang rumit sehingga sangat sulit terjadi pemberhentian Presiden dalam masa jabatan. Ketiga, konstitusi telah mengamanahkan dengan jabatan  tetap 5 (lima) tahun untuk Presiden dan/Wakil Presiden. Keempat, dipilihnya sistem pemerintahan yang

lebih cenderong kepada Presidensial sebagai sistem pemerintahan indonesia dimana Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, maka secara tidak langsung maka tidak lembaga yang dapat menjatuhkan Presiden secara langsung kecuali rakyat yang memilihnya.Kembali kepada sistem pemerintahan. Dibandingkan dalam sistem pemerintahan parlementer, kepala pemerintahan (chief executive) cenderung mendapat tekanan politis dari Parlemen, sehingga apabila kepala pemerintahan (chief excecutive) berbeda pendapat dengan Parlemen maka ancaman Mosi tidak percaya selalu dilontarkan oleh parlemen terhadap kepala pemerintahan yaitu perdana menteri, sehingga jalannya roda pemerintahan dalam sistem parlementer relatif terganggu akibat seringnya ganti-ganti kepala pemerintahan akibat perdana menterinya berbeda pendapat dengan parlemen.Selanjutnya dalam Sistem Presidensial  Presiden yang menentukan sendiri Kabinet yang dipimpinnya. Dalam sistem pemerintahan indonesia demikian juga dimana dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 17 ayat (2) “ Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.” Sama halnya dengan beberapa Pasal dalam UUD 1945 bahwa Pasal ini bersifat tetap, tidak ada perubahan dari sebelum amandemen sampai sekarang. Dibawah ini akan dapat dilihat sejauhmana perbandingan Kewenangan dan Kedudukan yang menguatkan Posisi Presiden sebagai Pemegang kekuasaan Eksekutif dan Posisi DPR Sebagai Pemegang Kekuasaan Legeslasi diindonesia.