human dimension

15
CURRICULUM PLANNING: HUMAN DIMENSION Perencaan kurikulum tidak hanya terkait pada multilevel (tingkatan) dan multisektor (wilayah) saja, tetapi juga terkait dengan human (manusia). Dalam pembahasan sebelumnya salah satu axioma dalam pengembangan kurikulum adalah “kurikulum terjadi karena adanya change of people”. Peran manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Sekolah/yayasan yang memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas lengkap belum tentu berhasil dalam mengelola sekolah/yayasan tersebut tanpa adanya manusia/SDM yang berkualitas. Variabel manusia sangat banyak dan kompleks dalam perencanaan kurikulum, yaitu administrator, siswa, guru, pekerja kurikulum, warganegara dewasa dalam masyarkat,dan pemimpin kurikulum. Sukses tidaknya pengembangan kurikulum tergantung pada hubungan antar anggota dan variasi keterampilan memimpin, yaitu: 1. Para orang tua yang mengarahkan studi kurikulum 2. Dewan/panitia kurikulum 3. Sekolah 4. Tiga kesatuan yang saling bekerjasama. Manusia/orang-orang yang berperan dalam perencanaan kurikulum: 1. Administrator (kepala sekolah) 2. Siswa 3. Warganegara dewasa dalam masyarakat 4. Pekerja kurikulum 5. Guru 6. Pemimpin kurikulum A. Administrator Yang disebut administrator dalam Oliva adalah kepala sekolah. Tugas dan wewenang kepala sekolah sebagai administrator adalah: 1. Membuat perencanaan. Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan tahuan yang terkait dengan program kurikulum dan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, serta sarana dan prasarana. 2. Menyusun struktur organisasi

Upload: putri-anjarsari

Post on 08-Feb-2016

63 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

curriculum

TRANSCRIPT

Page 1: Human Dimension

CURRICULUM PLANNING: HUMAN DIMENSION

Perencaan kurikulum tidak hanya terkait pada multilevel (tingkatan) dan multisektor (wilayah) saja, tetapi juga terkait dengan human (manusia). Dalam pembahasan sebelumnya salah satu axioma dalam pengembangan kurikulum adalah “kurikulum terjadi karena adanya change of people”. Peran manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Sekolah/yayasan yang memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas lengkap belum tentu berhasil dalam mengelola sekolah/yayasan tersebut tanpa adanya manusia/SDM yang berkualitas.

Variabel manusia sangat banyak dan kompleks dalam perencanaan kurikulum, yaitu administrator, siswa, guru, pekerja kurikulum, warganegara dewasa dalam masyarkat,dan pemimpin kurikulum. Sukses tidaknya pengembangan kurikulum tergantung pada hubungan antar anggota dan variasi keterampilan memimpin, yaitu:

1. Para orang tua yang mengarahkan studi kurikulum2. Dewan/panitia kurikulum3. Sekolah4. Tiga kesatuan yang saling bekerjasama.

Manusia/orang-orang yang berperan dalam perencanaan kurikulum:1. Administrator (kepala sekolah)2. Siswa3. Warganegara dewasa dalam masyarakat4. Pekerja kurikulum5. Guru6. Pemimpin kurikulum

A. AdministratorYang disebut administrator dalam Oliva adalah kepala sekolah. Tugas dan wewenang

kepala sekolah sebagai administrator adalah:1. Membuat perencanaan.

Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan tahuan yang terkait dengan program kurikulum dan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, serta sarana dan prasarana.

2. Menyusun struktur organisasiStruktur organisasi dibuat untuk menentukan hubungan antar anggota serta tugas dan wewenang masing-masing anggota dalam struktur organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan.

3. Sebagai koordinator dalam organisasi4. Mengatur kepegawaian dan organisasi sekolah

Kepala sekolah memiliki wewenang dalam menetapkan, menerima, mengangkat, dan mempromosikan kepegawaian.Pengelolaan akan berjalan baik apabila kepala sekolah memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dengan kondisi dan kemampuan pelaksanaannya.

Teori X dan teori Y.Sukses tidaknya pengembang kurikulum tergantung teori yang dianut oleh kepala sekolah.Teori X:

1. Rata-rata tidak suka bekerja dan mencoba menghindarinya.

Page 2: Human Dimension

2. Kebanyakan orang harus dipaksa untuk bekerja dan untuk diberi hukuman jika tidak melaksanakannya

3. Rata-rata kurang berambisi dan menghindari tanggung jawab4. Rata-rata harus diatur/diarahkan5. Kebutuhan akan keamanan adalah motivasi utama

Tanggunag jawab, kontrol, tugas, dan orientasi produk merupakan pikiran utama dari teori X.Sedangkan teori Y mengikuti pendekatan hubungan manusia, sehingga mereka memiliki kepercayaan:

1. Rata-rata orang sangat terbuka dalam hal pekerjaan2. Rata-rata orang mencari tanggung jawab3. Kebanyakan orang memiliki kepercayaan terhadap orang lain ketika mereka membagi

komitmen untuk mewujudkan tujuan4. Rata-rata mereka akan berkomitmen terhadap tujuan organisasi apabila mereka

mendapatkan hadiah dari komitmen mereka5. Kreativitas dalam pemecahan masalah merupakan ciri utama yang membedakan

dengan kebanyakan orang

Teori Z menekankan pada pengambilan keputusan secara kolektif dan pengambilan keputusan individual yang dapat dipertangungjawabkan. Teori Z terkait dengan lingkaran kontrol kualitas.

Bagaimananpun juga, tanpa menghiraukan pendekatan yang mereka pakai, dan digeneralisasikan dalam berbagai level dalam sistem sekolah-administrator dan asisten nya harus memiliki tanggung jawab kepemimpinan dalam berbagai area. Mereka harus menyusun kerangka organisasi, berusaha mengkoordinasikan berbagai variasi grup, menawarkan bantuan konsultasi, menjaga grup agar tetap menjalankan tugasnya, menyelesaikan konflik, menjamin pengumpulan data, menjaga iklim keharmonisan, memberi masukan terhadap hasil alkhir pengembangan kurikulum, dan membuat keputusan sebagai peran khususnya.

B. Peran siswa

Penerima program (kurikulum) yaitu siswa merupakan posisi terbaik dalam memberikan umpan balik terhadap produk yaitu kurikulum. Masukan dari siswa dapat dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan terkait kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum, keterlibatan siswa yaitu dengan menerima program dan mengevaluasi. Bentuk evaluasi berupa masukan, kritik dan saran terhadap guru yang mengajar.

Keterlibatan siswa dalam pengembangan kurikulum sangat jarang terjadi walupun siswa terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran. Seberapa besar dan seberapa banyak siswa yang terlibat berhubungan dengan kemampuan kecerdasan, pengetahuan, motivasi dan yang terpenting adalah kedewasaan. Oleh karena itu, siswa SMA dan siswa dengan pendidikan lebih tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam perencanaan kurikulum.

Page 3: Human Dimension

C. Warga masyarakat dewasaPeran orang tua dan anggota lainnya dalam masyarakat di sekolah berubah selama

beberapa tahun. Pada dasarnya, masyarakat adalah sekolah. Orang tua mengajar anaknya sendiri di rumah karena kurangnya sekolah formal, orang tua mendatangkan tutor dari eropa untuk mengajar anaknya di rumah, gereja menyediakan pengajaran agama, anak muda belajar perdagangan sebagai bekal magang dalam pekerjaan.

Sekolah formal berkembang, dan anggota masyarakat mulai menyekolahkan anaknya ke sekolah formal sehingga terjadi kesenjangan antara sekolah formal dengan masyarakat.

1. Pengikis dinding sekolah dengan masyarakatPengikisan dinding antara sekolah dan masyarakat berjalan lambat dan mulai

cepat pada beberapa tahun terakhir ini. Keterlibatan orang tua dan anggota masyarakat lainnya dapat terlihat di sekolah saat ini. Literatur pendidikan mendiskusikan kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan.

Pada abad ke-20 keterlibatan anggota masyarakat masih terbilang pasif.sekolah mengirimkan buletin untuk menginformasikan isu-isu dan aktivitas di sekolah kepada orang tua. PTA (Parent-teacher assosiation) bertemu untuk mendiskusikan ketercapaian di sekolah. Dalam periode ini warga masyarakat jarang yang terlibat dalam pengambilan keputusan di sekolah, dan hanya sebagai penasehat serta mendukung apapun keputusan yang dihasilkan oleh sekolah.

Pengikisan dipercepat ketika administrator dan guru menyadari bahwa anggota masyarakat dapat memberikan informasi sehingga penting dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Masih dengan keterlibatan yang pasif, pihak sekolah mengirimkan kuisoner ke masyarkat. Mulai saat itu, tidak ada batas antara sekolah dengan masyarakat.

2. Permasalahan sosialpeperangan, permasalahan ekonomi, perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan permasalahan di sekolah dan sekolah tidak dapat memecahkan sendiri permasalahan tersebut. Karena permasalahan sosial dan ekonomi di amerika, memunculkan kekecewaan pada program sekolah dan pencapaian siswa. Karena adanya permasalahan tersebut, kemudian muncul konsep pertanggungajwaban pihak sekolah atas keberhasilaan dan kesuksesan siswanya.Kepala sekolah mencari pembuat keputusan dari pihak masyarakat yang akan membantu menyelesaikan masalah.

3. Inisiatif negara bagian dan nasional/prakarsa negara dan nasional/inisiatif pemerintah dan negaraPada tahun 1967 pemerintah florida tidak hanya membentuk badan penasehat saja, namun juga meminta kepala sekolah untuk melaporkan kemajuan sekolah setiap tahun yang diberikan kepada orang tua dan wali murid.

4. Keterlibatan masyarakatHarapannya, anggota masyarakat membantu perencanaan kurikulum dalam 4 tingkatan.kelas, yaitu:a. Penetapan tujuan

Peran anggota masyarakat dalam penentuan tujuan adalah memberikan masukan dalam penentuan tujuan.

b. DesainAnggota masyarakat ikut merancang dalam program pengalaman kerja

c. Implementasi

Page 4: Human Dimension

Anggota masyarakat diminta menjadi bagian dalam implementasi kurikulum baik itu menjadi tutor volunter, maupun membantu di sekolah

d. EvaluasiDengan bimbingan dari sekolah, orang tua menemani anaknya untuk belajar sehingga mereka dapat mengetahui pengaruh program baru yang dilaksanakan dan dapat memberikan masukan kepada guruterkait permasalahan yang menjadi kendala anak dalam belajar.

D. Peran pekerja kurikulumPekerja kurikulum berasal dari guru dan mereka dipilih sebagai pemimpin.

Produktivitas akan sukses apabila kelompok:1. Menetapkan tujuan pada awal pekerjaan2. Anggotanya memiliki keahlian, pengetahuan, dan kemampuan teknik.3. Terdiri ats anggota yang memiliki motivasi dan bersedia memberikan energi dan

waktunya4. Menerima kepemimpinan yang sesuai dan peran yang sesuai5. Orang-orang dapat berkomunikasi satu sama lain6. Memiliki keahlian dalam pengambian keputusan7. Memilikki anggota-anggota yang menjaga agenda pribadi dalam relasi yang sesuai

dengan tujuan kelompok.

E. Guru

F. Pemimpin kurikulum

Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru dan organisasi professional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite sekolah atau dewan sekolah, pihak industry dan bisnis, lembaga social masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsur-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan. [6]Dalam proses pengembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersebut sangat penting, karena keberhasilan suatu system dan tujuan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama pada semua tahapan kurikulum. Berikut ini adalah deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum.

1. Pakar-pakar ilmu pendidikan

Spesialis para pengembang kurikulum bertugas untuk:

1. Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor.

2. Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum.

3. Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum.

Page 5: Human Dimension

4. Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.

5. Memberikan pelatihan dan konsultasi bagi para pengembang kurikulum.

Administrator pendidikan

Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berada pada tingkat pusat, propinsi, kota atau kabupaten dan juga kepala sekolah.

1. Administrator di tingkat pusat memiliki wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuan yaitu dalam penyusunan kerangka kurikulum, dasar hokum dan program inti yang selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator di tingkat pusat bekerja sama dengan para pakar dari perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

2. Administrator di tingkat daerah bertugas berdasarkan kerangka dasar dan program inti dari tingkat pusat. Mereka kemudian melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhannya. Administrator tingkat daerah memiliki wewenang merumuskan system operasional pendidikan bagi sekolahnya. Mereka berkewajiban mendorong dan mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah. Selanjutnya bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi dan melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut.

1. Kepala sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaitan langsung dengan implementasi kurikulum.

2. Guru

Guru merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya sebagai fase penting dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.

1. Orang tua

Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya beberapa saja dari orang tua yang dilibatkan yaitu mereka yang memiliki latar belakang memadai. Mengingat sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, maka sangat diperlukan adanya kerjasama yang erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa.1. Siswa

Page 6: Human Dimension

Siswa sebagai obyek dari penerapan kurikulum hendaknya selalu diberi motivasi dalam belajar dan dibimbing dalam berpartisipasi melalui kegiatan ekstra di sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa.

E. Peranan Guru dalam Pengembangan KurikulumKurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.

Murray Printr mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut[7] :Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan

Page 7: Human Dimension

model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dalam Sumardi, 2009).Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral[8] :1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat SentralisasiDalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum  makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.

Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk  satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.

Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan.

Page 8: Human Dimension

2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasikurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.

Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain :pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- DesentralUntuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.

Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

Page 9: Human Dimension

Empat faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kurikulum: 1.      The Change Process (Proses Perubahan)

       Seorang pemimpin harus mengetahui apa yang dapat membawa perubahan dan dapat menerapkannya dalam kelompok. Ia harus dapat mengambil keputusan secara efektif. Lembaga-lembaga perlu berubah jika ingin berkembang.       Ada beberapa variable dalam organisasi yang berpengaruh terhadap proses perubahan:

a.       Tugas-tugasb.      Manusiac.       Strukturd.      Teknologi

Menurut Warren G. Bennis tugas sebagai agen atau pelopor perubahan meliputi :-          Meningkatkan kompetensi antar pribadi pelaksana-          Mengintroduksi nilai perubahan sehingga dirasakan perlu-          Meningkatkan saling pengertian di antara anggota kelompok kerja untuk mengurangi

ketegangan-          Mengembangkan manajemen tim-          Mengatasi konflik bukan menekannya-          Menumbuhkan kebersamaan, rasa saling percaya, saling membutuhkan dan membagi

tanggung jawab bersama.

2.      Interpersonal Relations         Seorang pemimpin harus berusaha menggugah kelompok, membangkitkan kebanggaan dan meningkatkan moral yang dapat membantu mereka untuk merasa puas atas prestasi bersama. Kelompok akan mantap bila:

-          Interaksi antar anggota kelompok meningkat, harmonis, bersahabat, professional sifatnya.-          Kepemimpinan dari dalam kelompok, bersumber dari kekuatan anggota-          Adanya usaha yang konstruktif-          Kelompok menyadari adanya kemajuan dalam mencapai tujuan dan perlu memperinci

tujuan-          Kelompok merasa mendapat penghargaan, rasa puas atas keberhasilan

3.      Leadership Skills            Raip B. Kimbrough dan Michael Y. Nunnery menawarkan empat generalisasi tentang pemimpin dan kepemimpinan yang mereka anggap rasional :

1.      Pemimpin cenderung punya intelegensi yang lebih tinggi dari yang lain, punya kemampuan administrasi dan kompetensi teknik dalam menghadapi situasi.

2.      Pemimpin cenderung bersifat dewasa, punya kepercayaan diri, berorientasi pada tujuan, bisa menyelesaikan masalah, dan punya semangat untuk maju.

3.      Pemimpin harus sadar bahwa rakyat sangat penting dalam mewujudkan prestasi tujuan. Karena itu hendaknya pemimpin harus berkomunikasi dengan rakyat, bersosialisasi, ramah dan kooperatif.

Page 10: Human Dimension

4.      Adanya sifat-sifat ini tidak menjamin performa pemimpin, begitu juga tanpa sifat-sifat tersebut tidak akan menghalangi performa pemimpin, tetapi sifat-sifat tersebut tentu akan melahirkan performa efektif pemimpin.              

Dalam hubungannya dengan kurikulum seorang pemimpin harus memenuhi syarat :1.         Mengembangkan pendekatan demokratis2.         Mengembangkan hubungan manusiawi3.         Memadukan orientasi tugas dan hubungan manusiawi4.         Mempertahankan kelompok jangan terlalu menyimpang5.         Mengusahakan keterbukaan6.         Mengusahakan kepemimpinan ditunjang dari dalam.7.         Menghindari laissez-faire                                  

5        Communication Skills                 Pemimpin harus mempunyai tingkat ketrampilan komunikasi yang tinggi dan             harus mampu menolong anggota kelompoknya dalam meningkatkan kemampuan             komunikasinya.  Tiga masalah yang dijumpai dalam keterampilan komunikasi :

              a.  Kesulitan dalam komunikasi lisan bisa berasal dari situasi-situasi berikut :1.      Anggota kelompok baik sengaja maupun tidak gagal menciptakan suatu topik

pembicaraan.2.      Anggota kelompok menggunakan bahasa yang tidak tepat dan tidak jelas.3.      Anggota kelompok memilih materi diskusi yang pernah mereka dengar4.      Anggota gagal mengekspresikan dirinya sendiri, terutama apabila mereka tidak setuju

dengan apa yang dikatakan5.      Anggota gagal mengikuti jalannya diskusi secara teratur6.      Diskusi ditutup dan kelompok memaksa untuk melakukan voting sebelum waktunya7.      Sesi selesai tanpa keputusan8.      Arus komunikasi utamanya mengalir dari pimpinan ke anggota9.      Kedengkian, permusuhan dan ketidakharmonisan muncul dalam kelompok

b.  Kesulitan yang akan muncul pada bentuk komunikasi tertulis ketika terjadi situasi                   seperti berikut :

1.      Penulis tidak bisa merasakan dampak dari kata-kata dalam komunikasi tulis2.      Komunikasi tulis dalam jumlah berlebihan3.      Penggunaan bahasa yang kurang baik

c.  Dalam tingkah laku non verbal, ketua kelompok tidak mampu mendeteksi :Kepenatan, kebosanan, permusuhan dan sensitivitas  anggota dalam kelompok.

Page 11: Human Dimension

        Akhirnya  bagi  pengembangan  kurikulum yang  baik,  pimpinan maupun anggota  kelompok harus menujukkan tingkat kemampuan yang tinggi dalam semua cara berkomunikasi, sehingga kesulitan yang mungkin timbul dapat segera diatasi.