i. hasil dan pembahasan 4.1. gambaran umum penelitian...
TRANSCRIPT
19
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian
Desa Batur merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bertani.
Di Desa Batur terdapat 2 golongan petani yaitu petani organik dan petani non organik.
Jumlah penduduk Desa Batur sampai tahun 2014 adalah sebanyak 6.878 jiwa yang
terdiri dari 3.633 laki-laki dan 3.235 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 4.848
KK. Desa Batur secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Batur memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Sumogawe
b. Sebelah Selatan : Gunung Merbabu
c. Sebelah Barat : Desa Kopeng
d. Sebalah Timur : Desa Tajuk
Secara geografis Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat
pemerintahan) adalah sebagai berikut :
a. Jarak dari Pusat Kecamatan Getasan : 3 km
b. Jarak dari Pusat Kabupaten Semarang : 30 km
c. Jarak dari Pusat Provinsi Jawa Tengah : 35 km
d. Jarak dari Pusat Ibu Kota Jakarta : 200 km
Berdasarkan data monografi Desa Batur 2014, luas Desa Batur adalah 1081,750
Ha yang terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri 19 RW, dan 55 RT. Luas tanah tersebut
digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, ladang, pemukiman, bangunan umum,
pemakaman dan peternakan. Desa Batur mempunyai keadaan tanah yang masuk
golongan dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 m2 diatas permukaan laut, sedangkan
suhu rata-rata yang dimiliki adalah 17°C dengan curah hujan sebesar 2.500 mm/th.
20
4.1.2. Keadaan Tanah dan Luas Penggunaan Lahan
Luas keseluruhan Desa Batur adalah 1081,750 Ha. jenis penggunaan lahan desa
Batur dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Luas dan Penggunaan Lahan Desa Batur
Bentuk penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase
Pemukiman, bangunan umum
Jalan, makam
Tegalan
Tanah kritis, Tanah bengkok
Tanah negara
380
173
321
102
105,750
35,13
15,99
29,67
9,43
9,78
Jumlah 1081,750 100%
Sumber: Data Monografi Desa Batur, 2014
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa lahan di Desa Batur pada tahun 2014 masih
banyak yang belum digunakan, masih menjadi milik negara. Namun pada tahun 2016
ini tanah negara tersebut sudah banyak dimiliki oleh penduduk Desa Batur dan
digunakan untuk bercocok tanam menanam sayuran.
4.1.3. Keadaan Pertanian
Lokasi penelitian yaitu Desa Batur, jenis tanaman yang biasanya diusahakan
petani adalah sawi sendok, selada hijau, selada merah, brokoli, seledri, daun bawang,
dan masih ada banyak jenis sayuran lainnya. Para petani di Desa Batur menggunakan
pola tanam tumpangsari agar dapat menghasilkan hasil panen yang berlimpah
meskipun memiliki lahan yang tidak begitu luas. Menurut Paimin (1991) menyatakan
bagi petani yang menanam sayuran sebagai penghasilan keluarga, pola tanam
menggunakan tumpangsari memang menguntungkan. Dengan melakukan tumpangsari
bersama tanaman lain dapat memberikan penghasilan bagi petani selama menunggu
hasil sayuran lainnya. Pertanian di Desa Batur memiliki pola pergiliran usahatani yang
cenderung tetap tiap tahunnya dan tanaman yang biasanya ditumpangsarikan adalah
jagung, cabai, sawi sendok, selada hijau, selada merah dan masih banyak lainnya.
19
21
4.2. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini petani responden adalah petani yang melakukan budidaya
sayuran secara organik yang bergabung di dalam kelompok tani Bangkit Merbabu.
Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik petani responden akan diuraikan
berdasarkan tingkat pendidikan, usia, pendapatan dan luas lahan.
a. Tingkat Pendidikan
Menurut Widiarti (2010), pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pola pikir petani dalam menjalankan usahatani dan pengambilan keputusan
dalam hal membudidayakan sayuran yang diproduksinya. Selain itu, pendidikan juga
akan berpengaruh dalam penyerapan inovasi yang dapat diterapkan dalam kegiatan
usahataninya.
Tabel 4.2 Petani berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan Frekuensi Persentasi
Tidak Sekolah 0 0.0%
SD 4 8.9%
SMP 29 64.4%
SMA 8 17.8%
Perguruan Tinggi 4 8.9%
Jumlah 45 100%
Rata-rata SMP
Sumber: Data Primer (2016)
Tingkat pendidikan yang ditempuh petani akan memberikan pengetahuan yang
lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun penilaian
terhadap suatu masalah yang terjadi. Pada tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
petani memiliki pendidikan SMP sehingga tidaklah sulit bagi mereka untuk menerima
informasi.
b. Usia
Usia akan mempengaruhi keputusan petani. Menurut Kartasapoetra dalam
Nurdin (2011), petani yang berusia 50 tahun ke atas biasanya sulit menerima hal-hal
22
baru. Petani muda biasanya lebih mudah menerima hal-hal baru dari luar dirinya. Pada
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa usia petani rata-rata yaitu 44 - 51th dengan frekuensi
15 petani sehingga kemampuan bekerja dan menerima hal-hal baru diharapkan lebih
baik dengan kriteria umur dibawah 50 th, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
petani yang memiliki usia diatas 50th mereka memiliki pengalaman lebih banyak hanya
saja cara berfikir yang berbeda dalam hal penerimaan inovasi pertanian.
Tabel 4.3 Petani berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentasi
20 – 27 2 4,4%
28 – 35 5 11,1%
36 – 43 8 17,8%
44 – 51 15 33,4%
52 – 59 7 15,5%
60 – 66 8 17,8%
Jumlah 45 100%
Sumber: Data Primer (2016)
c. Luas Lahan
Luas lahan usahatani berpengaruh positif terhadap produksi usahatani. Luas
lahan dapat menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah
tangga petani.
Tabel 4.4 Petani beradasarkan Luas Lahan
Luas lahan (m2 ) Frekuensi Persentasi
200.0 - 1760.0 28 62.2%
1760.0 - 3320.0 10 22.2%
3320.0 - 4880.0 1 2.2%
4880.0 - 6440.0 4 8.9%
6440.0 -8000.0 2 4.4%
Jumlah 45 100%
Rata-rata 1949 m2
Sumber: Data Primer (2016)
23
Pada tabel diatas diketahui kebanyakan petani memiliki luas lahan yang sempit
yaitu 200 m2 – 1760 m2 dengan jumlah responden terbanyak yaitu 28 petani, tetapi hal
ini tidak mengecilkan hasil produksi mereka karena para petani di kelompok tani
Bangkit Merbabu ini menanam sayuran dengan sistem tumpang sari, sehingga
walaupun mereka memiliki lahan yang digolongkan sempit mereka masih dapat
memenuhi kebutuhan pasar.
4.3. Kepuasan Petani dengan Kualitas Pelayanan Penyuluhan
Kelompok tani Bangkit Merbabu merupakan kelompok tani syauran organik
yang mendapatkan penyuluhan serta pembinaan dari Dinas Pertanian. Penyuluhan
yang didapatkan oleh kelompok tani Bangkit Merbabu ini tidak mendapatkan jadwal
yang pasti dari Dinas Pertanian, oleh karena itu kelompok tani Bangkit Merbabu
mengadakan pertemuan kelompok setiap minggunya untuk membahas permasalahan
yang ada baik di lahan maupun mengenai penjualan. Kepuasan petani terhadap suatu
jasa ditentukan oleh kepentingan petani. Pada hal ini kepuasan petani diukur
menggunakan 5 indikator yaitu tangible, reliability, responsiveness, insurance dan
empathy.
4.3.1. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas
Pelayanan Penyuluhan dalam hal bukti fisik/nyata (Tangible)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dilihat dari kepuasan
terhadap bukti fisik/nyata (tangible) dari penyuluh melalui tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Tangible)
No Tangible
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh
menggunakan alat peraga yang
memperjelas materi penyuluhan
5 6 15 13 6 2,8
2 Penyuluh selalu berpakaian rapi (sopan/
sesuai dengan kondisi lokasi penyuluhan) 20 7 8 10 0 3,8
24
3 Kelengkapan ruangan penyuluhan alat bantu
seperti LCD dan proyektor sehingga
penyuluhan lebih menarik.
20 6 10 7 2 3,7
4 Penyuluh memberikan brosur atau materi
kepada petani saat menyampaikan
penyuluhan
22 10 10 3 0 4,1
Rata-rata skor total 3,6
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui petani menilai penyuluhan yang
mereka dapatkan dari segi fisik atau tangiblememiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 3,6.
Hal ini dikarenakan untuk setiap kegiatan penyuluhan, penyuluh selalu memakai
peralatan seperti proyektor, dan brosur sehingga petani tidak bosan ketika kegiatan
penyuluhan berlangsung.
4.3.2. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas
Pelayanan Penyuluhan dalam hal keandalan (Reliability)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari
kepuasan terhadap keandalan (reliability) dari penyuluh melalui tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Reliability)
No Reliability
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Penyuluh memberikan materi dengan jelas
dan mudah dimengerti 14 15 9 6 1 3,1
2 Bahasa yang digunakan penyuluh
merupakan bahasa Indonesia yang jelas dan
mudah dimengerti
15 21 3 5 1 3,4
3 Penyuluh mampu menjawab pertanyaan
dari peserta dengan sabar dan mudah
dimengerti
14 16 13 0 2 3,3
4 Materi yang disampaikan dengan
menggunakan peralatan atau media yang
menarik sehingga tidak membosankan
14 15 12 4 0 3
Rata-rata skor total 3,2
25
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas rata-rata skor untuk kepuasan petani dalam hal
keandalan penyuluh sebesar 3,2 dapat disimpulkan bahwa petani menilai keandalan
penyuluh sudah baik atau sudah cukup puas, menurut hasil wawancara petani
mengakui penyuluh yang hadir sangat membantu mereka karena menambah wawasan
petani semakin luas walaupun sebagian kecil penyuluh yang datang terkadang masih
belum bisa menjawab pertanyaan dari para petani tetapi walaupun demikian petani.
4.3.3. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas
Pelayanan Penyuluhan dalam hal merespon (Responsiveness)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari
kepuasan terhadap respon (responsiveness) dari penyuluh melalui Tabel 4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7 didapat nilai yang tinggi dari hasil respon penyuluh
dengan rata-rata skor 3,9, hal ini sesuai dengan pernyataan petani dari hasil wawancara
dimana mereka sangat puas terhadap respon penyuluh ketika melakukan tanya jawab
karena penyuluh bersikap ramah terbukti dengan rata-rata skor tertinggi ada pada
pernyataan pertama dan kedua selain itu menurut petani informasi yang didapatkan
sesuai dengan kebutuhan petani.
Tabel 4.7 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (responsiveness)
No Responsiveness
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Penyuluh tanggap ketika peserta
mengajukan saran atau pertanyaan 24 6 9 6 0 4
2 Penyuluh berinteraksi secara aktif dengan
peserta sehingga terjadi timbal balik saat
penyuluhan
19 11 11 4 0 4
3 Penyuluh menangani masalah atau
keluhan yang dialami petani secara tepat 18 9 15 3 0 3.9
4 Penyuluh memberikan informasi yang
dibutuhkan petani secara tepat 13 15 13 4 0 3.8
Rata-rata skor total 3.9
26
Sumber: Data Primer (2016)
4.3.4. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas
Pelayanan Penyuluhan dalam hal jaminan (Assurance)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari
kepuasan terhadap jaminan(Assurance) dari penyuluh melalui Tabel 4.8.
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan nilai skor rata-rata yang tinggi yang sebesar
4,06 dapat diartikan bahwa petani puas dengan cara penyampaian yang dilakukan
penyuluh serta penyuluh juga dapat meyakinkan para petani dengan inovasi-inovasi
baru mengenai pertanian organik.
Tabel 4.8 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Assurance)
No Assurance
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Penyuluh mampu meyakinkan peserta
dengan materi mengenai inovasi baru
dalam pertanian
14 18 12 1 0 4
2 Penyuluh yang datang memiliki
kemampuan kompetensi dan professional
dalam melayani peserta
17 15 9 3 1 3.9
3 Penyuluh memberikan rasa percaya
kepada petani untuk menangani masalah
yang dihadapi petani
18 16 9 2 0 4.1
27
4 Penyuluh selalu bersikap sopan dan sabar
kepada petani 24 6 13 2 0 4.1
Rata-rata skor total 4.06
Sumber data primer : 2016
4.3.5. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas
Pelayanan Penyuluhan dalam hal empati (Emphaty)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari
kepuasan terhadap empati (emphaty) penyuluh melalui tabel berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Emphaty)
No Empathy
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Penyuluh memberikan perhatian secara
individu kepada anda 8 13 18 6 0 3.5
2 Penyuluh mampu menjalin hubungan yang
baik dengan peserta 12 18 10 3 2 3.7
3 Penyuluh mampu berkomunikasi dengan
baik dengan petani 13 18 8 4 2 3.8
4 Penyuluh mampu melayani peserta dengan
penuh perhatian 12 20 10 3 0 3.9
Rata-rata skor total 3.7
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai rata-rata skor yang tinggi sebesar 3,7
yang dapat menyatakan bahwa petani di kelompok tani Bangkit Merbabu puas dengan
cara penyampaian penyuluh, hal ini dikarenakan penyuluh yang datang dapat
menyesuaikan cara berkomunikasi dengan petani dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti petani.
4.4. Kapasitas Petani
Dalam hal ini kapasitas petani mencakup kemampuan manajerial petani dan
kemampuan sebagai innovator.
Tabel 4.10 Distribusi Petani berdasarkan Kapasitas Petani
28
No Kapasitas Petani
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Mampu menciptakan inovasi baru
pertanian atau usahatani berupa menciptakan
produk baru atau alat pertanian yang lebih
mudah digunakan dan efektif
6 14 7 7 11 2.9
2 Aktif sebagai pengurus kelompok tani dan
atau kegiatan pertanian tingkat
desa/kecamatan
6 16 9 8 6 3.1
3 Mampu menggunakan media yang ada
sebagai sumber informasi pertanian antara
lain koran, tv, radio, dan internet.
8 6 11 10 10 2.8
4 Mampu mengatasi permasalahan
pertanian secara mandiri antara lain
menghilangkan hama penyakit, irigasi, dan
kesuburan lahan
13 19 3 8 2 3.7
5 Mampu mempertahankan/meningkatkan
produksi 3 musim tanam terakhir 6 16 15 7 1 3.4
6 Mampu menghasilkan produksi diatas
rata-rata desa 4 19 15 4 3 3.3
7 Mampu menghindari kegagalan panen 3
musim tanam terakhir 5 15 15 9 1 3.3
8 Mampu mempertahankan/meningkatkan
rata-rata harga jual hasil sayuran selama 3
musim terakhir
3 29 18 5 2 3.5
Rata-rata skor total 3.2
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa kapasitas petani memiliki nilai rata-
rata 3,2 dan dapat dikatakan sudah cukup baik, tetapi dalam hal menciptakan inovasi
dan pemanfaatan media memiliki nilai yang rendah yaitu 2,8 dan 2,9, hal ini
dikarenakan hanya sedikit petani yang dapat menggunakan internet dan tingkat
kemauan untuk belajar melalui media tidak cukup baik, kebanyakan petani lebih
memilih untuk ikut penyuluhan dibandingkan mencari informasi melalui media seperti
televisi, koran maupun internet. Tetapi untuk kemampuan di lahan para petani sudah
29
dapat diandalkan dimana mereka mampu mengatasi permasalahan seperti hama
penyakit, selain keahlian petani di lahan mereka juga sudah mengerti bagaimana cara
manajemen produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar, untuk memenuhi kebutuhan
pasar kelompok tani ini mensiasati membagi jenis sayuran yang ditanam sehingga
petani yang satu dan yang lainya memiliki tanaman yang berbeda.
4.5. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Ketahanan pangan terdiri dari tiga pilar yaitu ketersediaan, akses, dan
pemanfaatan. (Chung et al, 1997) Dalam penelitian ini ketahanan pangan rumah tangga
petani diukur dengan tigaindikator tersebut.
4.5.1. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
dilihat dari Ketersediaan Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator ketersediaan
pangan sapat dilihat melalui Tabel 4.11.
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa ketersediaan pangan petani memiliki
nilai yang tinggi dengan rata-rata 4,2 dimana setiap keluarga sudah mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari akan ketersediaan pangan seperti beras dan kebutuhan pangan
lainya. Dari hasil wawancara petani mengaku setelah panen mereka akan membeli
beras untuk satu musim panen sehingga mereka tidak kekurangan beras, dan untuk
sayuran mereka mengkonsumsi dari hasil tanam mereka sendiri.
Tabel. 4.11 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
(Ketersediaan Pangan)
No Ketersediaan Pangan
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
30
1 Mampu memenuhi kebutuhan pangan
sayuran keluarga selama selama 1 musim
panen dari hasil tanam sendiri
29 6 4 5 1 4.2
2 Dari hasil panen 1 musim panen dapat dijual
untuk memenuhi kebutuhan makan
minimal 3x sehari
32 3 2 6 2 4.2
3 Mampu memenuhi kebutuhan beras
>11kg/bulan 31 3 6 5 0 4.3
4 Dari hasil panen sayuran 1 musim panen
dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan
beras
31 3 6 4 1 4.3
Rata-rata skor total 4.2
Sumber: Data Primer (2016)
4.5.2. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
dilihat dari Akses Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator akses pangan
dapat dilihat melalui Tabel 4.12.
Berdasarkan Tabel 4.12diketahui untuk akses pangan petani memiliki nilai rata-
rata skor yang tinggi sebesar 4,3 hal ini dikarenakan akses pangan di desa Batur
sangatlah mudah dan terjangkau sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun tidak ada kendaraan umum di sekitar
lingkungan mereka, petani tidak kesulitan untuk menjangkau sumber pangan yang
jaraknya mungkin jauh karena kebanyakan petani sudah memiliki kendaraan pribadi
sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam hal transportasi. Selain itu tersedia
beberapa warung kelontong juga penjual ikan keliling sehingga petani tidak perlu pergi
ke pasar untuk mendapatkan bahan-bahan yang mereka butuhkan.
Tabel. 4.12 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
(Akses Pangan)
31
No Akses Pangan
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-
rata skor
1 Tersedia sarana transportasi untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang jauh dari
rumah
31 4 7 3 0 4.4
2 Sumber pangan yang dibutuhkan selalu
tersedia setiap saat 30 2 10 3 0 4.3
3 Biaya perjalanan ke lokasisumber pangan
(pasar, warung, toko serba ada) tidak
mengeluarkan biaya yang mahal
31 4 6 4 0 4.3
4 Jarak rumah ke lokasi untuk mendapatkan
sumber pangan (pasar, warung, toko serba
ada) mudah dijangkau
34 9 2 0 0 4.4
Rata-rata skor total 4.3
Sumber: Data Primer (2016)
4.5.3. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
dilihat dari Pemanfaatan Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator pemanfaatan
pangan dapat dilihat melalui Tabel 4.13.
Berdasarkan tabel 4.13 mengenai pemanfaatan pangan memiliki nilai rata-rata
yang cukup tinggi yaitu 3,7. Dalam hal pemanfaatan pangan rumah tangga petani di
desa Batur ini sudah cukup bagus dan mereka sudah mengerti bagaimana harus
memenuhi kebutuhan gizi keluarga walaupun tidak selalu membeli ikan mereka
mengganti kebutuhan protein dengan tempe, tahu dan telur hal ini dilakukan petani
untuk menekan pengeluaran kebutuhan rumah tangga tetapi kebutuhan akan gizi tetap
terpenuhi.
32
Tabel. 4.13 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
(Pemanfaatan Pangan)
No Pemanfaatan Pangan
Sangat
Setuju
(Orang)
Setuju
(Orang)
Ragu
(Orang)
Tidak
Setuju
(Orang)
Sangat
Tidak
Setuju
(Orang)
Rata-rata
skor
1 Mampu membeli ikan, daging, telur, tahu,
dan tempe sebagai sumber protein gizi
keluarga dalam kurun waktu minimal 1
minggu sekali
16 13 12 4 0 3.9
2 Mengkonsumsi buah-buahan sebagai
pelengkap gizi minimal 1 minggu sekali 13 8 12 9 3 3.4
3 Mampu menyediakan susu sebagai
pelengkap menu empat sehat lima
sempurna minimal 1 minggu sekali
9 14 11 5 6 3.3
4 Mampu membeli minyak goreng, kacang-
kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber
lemak
33 2 7 3 0 4.1
Rata-rata skor total 3.7
Sumber: Data Primer (2016)
4.6. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Responden dengan Kepuasan,
Kapasitas,dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Menurut Widiarti (2010), usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada keberhasilan suatu usaha. Ditinjau dari segi umur, tenaga kerja produktif
umumnya berada pada selang 25 hingga 50 tahun, sedangkan jika kurang atau lebih
dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai tenaga kerja kurang produktif tetapi
masih termasuk dalam usia kerja.Mayoritas petani berusia produktif, yaitu antara 31-
50 tahun dengan rata-rata 40 tahun. Usia produktif merupakan salah satu faktor
penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif petani lebih
memiliki kesempatan berusaha tani dan kemauan untuk belajar dan menerapkan
teknologi maupun ide-ide baru dalam pengelolaan. Usia produktif merupakan salah
satu faktor penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif
33
petani lebih memiliki kesempatan berusaha tani dan kemauan untuk belajar dan
menerapkan teknologi maupun ide-ide baru dalam pengelolaan.
4.6.1. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kepuasan
Petani (X2)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kepuasan petani melalui tabel
berikut:
Tabel. 4.14 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kepuasan Petani
Usia
Jumlah Sampel Kepuasan (Skor)
Rata-Rata
Kepuasan Orang % Rendah Sedang Tinggi
41 - 59 60 - 79 80 - 99
20 – 27 2 4,4 - 1 1 4.6
28 – 35 5 11,1 - 1 4 4.6
36 – 43 8 17,8 1 1 6 3.5
44 – 51 15 33,4 5 1 9 3.8
52 – 59 8 17,8 4 2 2 3.4
60 – 66 7 15,5 - 3 4 3.8
Jumlah 45 100 10 9 26
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas hasil rata-rata tingkat kepuasan petani yang paling
tinggi terdapat pada usia petani yang masih tergolong muda yaitu 20 – 35 tahun dengan
nilai rata-rata yaitu 4,6. Sedangkan untuk usia di atas 35tahun juga memiliki nilai rata-
rata kepuasan yang tinggi sebesar 3,4 - 3,8 dimana rentanya tergolong jauh dari nilai
rata-rata pada usia petani yang masih tergolong muda. Hal ini dikarenakan petani yang
tergolong muda atau usia produktif lebih mau menerima masukan dan memiliki rasa
ingin tau yang lebih besar dibandingkan petani yang usianya lebih tua. Menurut
Kartasapoetra dalam Nurdin (2011), petani yang berumur 50 tahun ke atas, biasanya
sulit menerima hal baru, mereka akan tetap menggunakan tradisi usaha tani yang sudah
sejak lama mereka jalani. Namun meskipun rentanya tergolong jauh dari nilai tertinggi,
nilai rata-rata tersebut masih didalam kategori yang baik dimana di semua umur petani
puas dengan pelayanan penyuluhan, karena untuk anggota kelompok tani Bangkit
34
Merbabu yang usianya 50 tahun ke atas kebanyakan dari mereka mau mengikuti apa
keputusan yang di ambil oleh kelompok taninya.
4.6.2. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kapasitas
Petani (X3)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kapasitas petani melalui tabel
berikut :
Tabel. 4.15 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kapasitas
Usia
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor) Rata-Rata
Kapasitas Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
20 – 27 2 4,4 - 1 1 3.1
28 – 35 5 11,1 - 3 2 3.7
36 – 43 8 17,8 2 5 1 3.1
44 – 51 15 33,4 4 8 3 3.2
52 – 59 7 15,5 - 4 3 3.3
60 – 66 8 17,8 2 3 3 3.4
Jumlah 45 100 8 24 13
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas kapasitas petani memiliki nilai rata-rata tertinggi pada
usia 28 - 35 tahun dengan nilai rata-rata kapasitas sebesar 3,7. Dimana usia tersebut
dapat dikatakan usia yang tergolong produktif. Menurut Moekijad (1992) dalam
Pandapotan (2013), golongan pelopor umurnya antara 24-40 tahun, golongan pelopor
ciri-cirinya antara lain adalah berpikiran maju, pandai, pengetahuan luas, usaha rata-
rata maju, penghasilan tinggi, kaya dan memiliki produktifitas tinggi. Pada hasil
distribusi ini diketahui petani yang kapasitasnya paling tinggi ada pada umur golongan
pelopor. Dengan pemikiran yang lebih maju dan produktifitas yang masih tinggi dapat
meningkatkan kapasitas petani dalam berusaha tani. Walaupun demikian kapasitas
petani pada usia yang tergolong tidak produktif juga memiliki nilai rata-rata yang
tinggi, hanya saja memang kapasitas petani di usia yang lebih tua tidak sama dengan
kapasitas petani yang masih muda. Dari wawancara yang ada petani mengaku untuk
35
kegiatan di lahan mereka dibantu oleh anak-anaknya sehingga pekerjaan mereka lebih
ringan.
4.6.3. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani (Y)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani melalui Tabel 4.16.
Tabel. 4.16 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Ketahanan Pangan
Usia
Jumlah Sampel Ketahanan Pangan (Skor) Rata-Rata
Ketahanan
Pangan Orang %
Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
20 – 27 2 4,4 - - 2 4.8
28 – 35 5 11,1 - 1 4 4.4
36 – 43 8 17,8 1 - 7 4.0
44 – 51 15 33,4 6 - 9 3.8
52 – 59 7 15,5 1 - 6 4.3
60 – 66 8 17,8 2 - 6 4.2
Jumlah 45 100 10 9 26
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui ketahanan pangan rumah tangga petani
memiliki nilai rata-rata yang tinggi untuk setiap usia, nilai terendah terdapat pada usia
44 – 51 tahun dengan rata-rata 3,8 yang rentanya tidak jauh jika dibandingkan dengan
nilai rata-rata untuk usia yang lainya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia
berapapun tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani.
4.6.4. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Kapasitas
Petani (Y1)
Tabel. 4.17. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Kapasitas
Petani
Pendidikan
Jumlah sampel Kapasitas (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
Tidak Sekolah 4 8,8% 0 2 2
36
SD 28 53,3% 6 16 6
SMP 8 17,7% 0 5 3
SMA 5 11,11% 1 1 3
Perguruan Tinggi 0 0% 0 0 0
Jumlah 45 100% 7 24 14
Sumber: Data Primer (2016)
Dari tabel diatas diketahui kapasitas petani Bangkit Merbabu dominan ada pada
kategori sedang dengan pendidikan SD, tetapi petani yang tidak sekolah juga memiliki
kapasitas yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan disini tidak
mempengaruhi kapasitas petani.
4.6.5. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)
Dari Tabel 4.18 distribusi petani berdasarkan pendidikan dengan ketahanan
pangan, diketahui dari jenjang tidak sekolah hingga SMA memiliki ketahanan pangan
yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan tidak mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga petani.
Tabel. 4.18. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Ketahanan
Pangan
Pendidikan
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
Tidak Sekolah 4 8,8% 1 0 3
SD 29 64,4% 5 1 23
SMP 8 17,7% 4 0 4
SMA 4 8,8% 1 0 3
Perguruan Tinggi 0 0% 0 0 0
Jumlah 45 100% 11 1 33
Sumber: Data Primer (2016)
37
4.6.6. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X2) dengan
Kapasitas Petani (X3)
Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui tingkat kepuasan padakategori tertinggi
dengan skor 80-99 kapasitas petaninya ada pada kategori sedang memiliki jumlah
paling tinggi sebanyak 24 responden. Hal ini dapat dikatakan bahwa kepuasan petani
mempengaruhi kapasitas petani.
Tabel. 4.19. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan dengan Kapasitas
Kepuasan (Skor)
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
Rendah (41 - 59) 8 17,7% 5 3 0
Sedang (60 - 79) 12 26,6% 0 5 7
Tinggi (80 - 100) 25 55,5% 3 16 6
Jumlah 45 100% 8 24 13
Sumber: Data Primer (2016)
4.6.7. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X3) dengan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)
Distribusi kepuasan petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel. 4.20 Distribusi Petani berdasarkan kepuasan dengan ketahanan pangan
Kepuasan (Skor)
Jumlah Sampel Ketahanan Pangan (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
Rendah (41 - 59) 8 17,7% 6 0 2
Sedang (60 - 79) 12 26,6% 2 0 10
Tinggi (80 - 99) 25 55,5% 3 1 21
38
Jumlah 45 100% 11 1 33
Sumber: Data Primer (2016)
Dari tabel distribusi diatas dengan tingkat kepuasan paling tinggi, ketahanan
petani juga ada pada kategori jumlah responden yang tinggi sebanyak 33
responden.Tabel diatas dapat dikatakan bahwa kepuasan petani terhadap pelayanan
penyuluhan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan petani yang menyatakan bahwa penyuluhan yang
mereka dapatkan tidak hanya sekedar informasi mengenai pertanian yang ada tapi
bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup dengan berusaha tani.
4.6.8. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kapasitas Petani (X3) dengan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y)
Distribusi kapasitas petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel. 4.21 Distribusi Petani berdasarkan Kapasitas Petani dengan Ketahanan Pangan
X21 Kapasitas
Jumlah Sampel Ketahanan (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
Rendah (12 - 20) 8 17,7% 6 0 2
Sedang (21 – 30) 21 46,6% 3 1 20
Tinggi (31 – 39) 9 20% 2 0 11
Jumlah 45 100% 11 1 33
Sumber: Data Primer (2016)
Dari Tabel 4.21 kapasitas petani pada kategori sedang memiliki jumlah
responden ketahanan pangan yang paling tinggi dengan jumlah 20 responden dan
kapasitas petani pada kategori tinggi memiliki 11 responden. Dari data tersebut dapat
ditarik kesimpulan dengan kapasitas yang baik maka ketahanan pangan rumah tangga
petani juga baik.
4.7. Analisis Regresi Tahap 1
Analisis regresi tahap satu mengkaji pengaruh usia , pendidikan dan kepuasan
petani terhadap kapasitas petani di kelompok tani Bangkit Merbabu, kecamatan
39
Getasan. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji t. Ringkasan dari
pengaruh usia petani dan kepuasan petani terhadap kapasitas petani di kelompok tani
Bangkit Merbabu, kecamatan Getasan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Regresi Berganda Tahap 1
Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.
A Usia Kapasitas 0.178 1.128 0.266 Tidak Signifikan
B Pendidikan Kapasitas 0.138 0.904 0.371 Tidak Signifikan
C Kepuasan Kapasitas 0.380 2.530 0.015 Signifikan
Uji F Fhitung 2,483
R2 = 15,4 Sig 0,074
Sumber : Analisis Data Primer (2016)
Pada analisis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu melihat pengaruh secara
gabungan dan melihat pengaruh secara parsial. Dari tabel diatas diketahui besarnya
angka R square 15,4 % , angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh
usia,pendidikan dan kepuasan terhadap kapasitas secara gabungan adalah 15,4%,
sedangkan sisanya sebesar 84,6% dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel
diluar model ini.
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi.
Dengan n = 45, k = 4 diperoleh Ftabel= 2,83.dan Fhitung = 2,483dengan sig = 0,074> 5
%.Ini berarti usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas pelayanan
penyuluhan secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel kapasitas petani.
4.7.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel
bebasmempengaruhi variabel terikat secara signifikan atau tidak. Berdasarkan tabel
4.22 diperoleh keterangan untuk variabel usia petani diperoleh nilai thitung= 1,128< ttabel
= 1,682 dan sig 0,266> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak
berpengaruh terhadap kapasitas petani. Hal ini sesuai dengan Tabel 4.15 yang
menggambarkan bahwa dari usia muda sampai usia tua memiliki selisih nilai rata-rata
yang tidak jauh yaitu 0,1 – 0,6 dan terdapat 3 petani berusia muda (20-35 tahun) yang
40
memiliki kapasitas tinggi dan 6 petani berusia tua (52-66 tahun) yang memiliki
kapasitas tinggi. Tidak ditemukan petani muda yang memiliki kapasitas rendah dan
terdapat 2 petani berusia tua yang memiliki kapasitas rendah. Berdasarkan tabel
tersebut, tampak bahwa petani usia muda ataupun tua, dapat memiliki kapasitas yang
tinggi ataupun rendah. Schermerhorn, et al., (1997:4) juga menyatakan bahwa usia
tidak ada hubungannya dengan kinerja seseorang dalam hal ini orang yang lebih tua
tidaklebih unproduktif daripada orang muda, karena tergantung oleh masing-masing
individunya. Dengan demikian pengaruh langsung usia terhadap kapasitas petani
adalah sebesar 0,178 atau 17,8% (Tabel 4.22 pada kolom β) yang selanjutnya akan
digunakan untuk pembentukan analisis jalur:
X1 Y1 = 0,178
4.7.2 Uji Hipotesis Pendidikan Petani (X2) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Nilai yang diperoleh variabel pendidikan petani sebesar thitung= 0,904< ttabel =
1,682 dengan sig 0,371> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain pendidikan petani tidak
berpengaruh terhadap kapasitas petani, hasil tersebut sesuai dengan Tabel 4.17
distribusi pendidikan terhadap kapasitas terdapat 2 petani yang tidak sekolah
kapasitasnya tinggi, 16 petani berpendidikan SD memiliki kapasitas sedang, dan 1
petani berpendidikan SMA kapasitasnya rendah, dari data tersebut diketahui bahwa
petani dari pendidikan rendah sampai tinggi dapat memiliki kapasitas yang tinggi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Tahitu (2013) yang menyatakan bahwa
pendidikan formal berpengaruh terhadap kemampuan individu. Hal ini dikarenakan
proses yang dialami masing-masing individu berbeda sehingga hasil yang didapatkan
juga berbeda, meskipun para petani mengenyam pendidikan yang rata-rata sama yaitu
SD sampai SMP tetapi semua tergantung proses individu dalam menjalani
pendidikannya, selain itu petani mengatakan bahwa kemampuan yang mereka miliki
sekarang mengenai budidaya sayuran organik ini didapatkan dari pendidikan informal
seperti pelatihan, penyuluhan dan pertemuan-pertemuan kelompok serta pembelajaran
turun menurun dari orang tua. Dengan demikian pengaruh langsung pendidikan
41
terhadap kapasitas petani adalah sebesar 0,138 atau 13,8% (tabel 4.20pada kolom β)
yang selanjutnya akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur:
X2 Y1 = 0,138
4.7.3 Pengujian Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Nilai yang diperoleh variabel kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan
penyuluhan sebesar thitung= 2,530> ttabel = 1,682dengan sig 0,015< 0,05 jadi Ha diterima
dengan kata lain kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan berpengaruh
terhadap kapasitas petani. Berdasarkan Tabel 4.19 tampak bahwa kepuasan petani
kategori rendah maka kapasitasnya juga rendah, dan tidak ditemukan petani yang
memiliki kapasitas tinggi. Sedangkan petani kepuasan tinggi memiliki kapasitas
sedang dan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan berpengaruh positif terhadap
kapasitas. Kepuasan petani terhadap suatu jasa ditentukan oleh kepentingan petani
tersebut, dalam hal ini dapat dikatakan kepentingan kelompok tani bangkit Merbabu
sudah terpenuhi sehingga petani puas dan mau menerima serta mencoba inovasi-
inovasi baru yang diberikan oleh penyuluh. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner
pada tabel distribusi kepuasan petani yang memiliki nilai rata-rata tinggi untuk setiap
pernyataan petani contohnya seperti penyuluh memberikan rasa percaya kepada petani
untuk menangani masalah yang dihadapi petani, penyuluh dan petani saling
berinteraksi serta penyuluh memberikan informasi sesuai kebutuhan petani. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Morgan (2004) bahwa kapasitas individu, kelompok
maupun organisasi akan mencapai hasil yang diinginkan dengan adanya pendidikan
dan pelatihan yang efektif. Dengan adanya penyuluhan tersebut, petani di kelompok
tani Bangkit Merbabu mengaku menjadi lebih terbuka dengan hal-hal baru yang
diberikan kepada mereka dan petani cenderung mau mencoba inovasi-inovasi baru
yang ada, dengan terus mencoba maka kapasitas atau kemampuan petani semakin
berkembang. Pengaruh langsung untuk kepuasan petani terhadap kapasitas petani
adalah sebesar 0,380 atau 38% (table 4.20 kolom β) yang selanjutnya akan digunakan
untuk pembentukan analisis jalur.
X3 Y1 = 0,380
42
4.7.4 Uji Korelasi
Tabel 4.23 Uji Korelasi Karakteristik Petani dengan Kepuasan Petani
Variabel Korelasi X1 X2 X3
X1 1 -0,330
1,000
-0,291
X2 -0.330* 0.134
X3 -0.291 0.134 1
Sumber: Analisis Data Primer (2016)
Keterangan: X1 = Usia
X2 = Pendidikan
X3 = Kepuasan
Untuk menafsirkan angka pada tabel diatas digunakan kriteria sebagai berikut
:
0 – 0,25 = korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
>0,25 – 0,5 = korelasi cukup
>0,5 – 0,75 = korelasi kuat
>0,75 – 1 = korelasi sangat kuat
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka korelasi antara variabel usia dan
pendidikan sebesar -0,330 mempunyai maksud bahwa hubungan antara variabel usia
dan pendidikan sangat lemah dan tidak searah (karena hasilnya negative). Tidak searah
artinya jika usia semakin tinggi maka pendidikan semakin rendah atau turun, korelasi
signifikan karena angka signifikansinya 0,027 < 0,05. Korelasi antara pendidikan dan
kepuasan nilainya -0,291 artinya usia dan kepuasan korelasinya sangat lemah dan tidak
searah yaitu jika usia semakin tinggi maka tingkat kepuasan menurun dan tidak
signifikan karena nilai signifikansinya 0,053 > 0,05. Untuk korelasi antara pendidikan
dan kepuasan diperoleh nilai 0,134 yang artinya korelasi antara pendidikan dan
kepuasan sangat lemah dan searah (karena nilainya positif) artinya jika pendidikan
tinggi maka tingkat kepuasan juga semakin tinggi. Korelasi pendidikan dan kepuasan
tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,381 > 0,05.
43
4.8. Analisis Regresi Tahap 2
Analisis regresi tahap dua mengkaji pengaruh usia, pendidikan, kepuasan petani
dengan kualitas pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani
di kelompok tani Bangkit Merbabu, Kecamatan Getasan melalui kapasitas petani
sebagai variabel intervening. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji
t. Ringkasan dari pengaruh usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas
pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani melalui
kapasitas petani sebagai variabel intervening dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.24 Regresi Berganda Tahap 2
Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.
A Usia Ketahanan Pangan 0.053 0.374 0.711 Tidak signifikan
B Pendidikan Ketahanan Pangan -0.088 -0.651 0.519 Tidak Signifikan
C Kepuasan Ketahanan Pangan 0.378 2.657 0.011 Signifikan
D Kapasitas Ketahanan Pangan 0.369 2.682 0.011 Signifikan
Uji F Fhitung 5,643
R2 = 36,1 % Sig .001a
Sumber: Analisis Data Primer (2016)
Dari tabel diatas diketahui besarnya R square adalah 36,1% dengan kata lain
variabel usia, pendidikan, kepuasan petani dan kapasitas petani secara gabungan
mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani, sedangkan sisanya sebesar
63,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel pada model ini. Uji F
dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independent secara simultan
terhadap variabel dependent atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi.
Dengan n = 45, k = 5 diperoleh Ftabel = 2,61 dengan nilai Fhitung = 5,643 dan
sig = 0,001< 5 %. Ini berarti usia, pendidikan, kepuasan petani dengan kualitas
pelayanan penyuluhan, dan kapasitas petani secara simultan benar-benar berpengaruh
signifikan terhadap variabel ketahanan pangan rumah tangga petani.
4.8.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat secara signifikan atau tidak. Berdasarkan Tabel
44
4.22 diperoleh untuk variabel karakteristik petani diperoleh nilai thitung= 0,374 < ttabel =
1,683 dengan sig 0,711 > 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak
berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Pada hal ini usia tidak
mempengaruhi ketahanan pangan petani di kelompok tani Bangkit Merbabu juga bisa
dilihat dari Tabel 4.16 distribusi yang menyatakan dari usia muda sampai yang paling
tua ketahanan pangannya memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Selain itu untuk
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari serta akses yang ditempuh sangatlah mudah
sehingga baik dari segala rentan usia tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pangan atau menjaga ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan Halik (2007) menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor
yang mempengaruhi ketahanan pangan melainkan faktor dominan yang mempengaruhi
tingkat ketahanan pangan adalah luas lahan, tingkat pendapatan perkapita, dan tingkat
pendidikan kepala rumah tangga. Pengaruh langsung variabel usia terhadap ketahanan
pangan rumah tangga petani sebesar 5,3% (tabel 4.22 pada kolom β) yang akan
digunakan untuk pembentukan analisis jalur :
X1 Y2 = 0,053
4.8.2 Uji Hipotesis Pendidikan (X2) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Berdasarkan Tabel 4.22 diperoleh keterangan untuk variabel pendidikan petani
diperoleh nilai thitung = -0,651< ttabel = 1,683 dengan sig 0,519> 0,05 jadi Ho diterima
dengan kata lain pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan
rumah tangga petani, hasil tersebut sesuai dengan analisis Tabel 4.18. yakni terdapat 3
orang petani yang tidak bersekolah memiliki ketahanan pangan tinggi, 23 petani
berpendidikan SD ketahanan pangannya tinggi, 4 petani berpendidikan SMP ketahanan
pangannya tingggi dan 3 petani berpendidikan SMA ketahanan pangannya tinggi
sehingga dapat dikatakan baik dari petani yang tidak berpendidikan ataupun yang
berpendidikan SMA dapat memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Hal ini berbeda
dengan pendapat Khomsan (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan
maka pendapatan rumah tangga juga akan semakin tinggi sehingga mereka memiliki
daya beli pangan yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses memperoleh
45
kebutuhan pangan juga sangat mudah sehingga pendidikan petani tidak mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga petani. Pengaruh langsung variabel usia terhadap
ketahanan pangan rumah tangga petani sebesar -8,8% (Tabel 4.24 pada kolom β) yang
akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur :
X2 Y2 = -0,088
4.8.3 Uji Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Untuk variabel kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan
diperoleh nilai thitung= 2,657 > ttabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima
dengan kata lain kepuasan petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah
tangga petani. Berdasarkan Tabel 4.20. terdapat 10 petani dengan kepuasan sedang
yang memiliki ketahanan pangannya tinggi dan 21 petani dengan kepuasan tinggi
memiliki ketahanan pangan yang tinggi serta 6 petani dengan kepuasan rendah
ketahanan pangannya juga rendah, sehingga dapat dikatakan kepuasan petani
mempengaruhi ketahanan pangan. Hal ini senada dengan Singh (2002 dalam Wesley
2014) “innovative technologies and good practices translate to increased yields and
improved food security only when they properly shared with farmer” artinya teknologi
yang inovativ dan penyampaian yang baik untuk meningkatkan produksi dan
ketahanan pangan adalah hanya dengan ketika mereka membagikan dengan baik
kepada petani, yang dimaksudkan membagikan dengan baik disini adalah penyuluhan
kepada petani sehingga dengan penyuluhan yang baik akan sangat membantu petani
sehingga wawasan petani lebih terbuka. Kepuasan berpengaruh secara langsung
terhadap ketahanan pangan dengan nilai beta sebesar 0,378 atau 37,8%
X3 Y2 = 0,378
4.8.4 Uji Hipotesis Kapasitas (Y1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Nilai yang diperoleh untuk variabel kapasitas petani adalah sebesar thitung=
2,682 > ttabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima dengan katalain
kapasitas petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini
46
terbukti pada tabel distribusi 4.21 yang menggambarkan bahwa dengan kapasitas tinggi
maka ketahanan pangan petani juga tinggi.
Kapasitas petani salah satunya adalah kemampuan petani dalam meningkatkan
produksi usahatani, sehingga ketika kapasitas petani baik maka produktivitas tinggi,
produktivitas yang tinggi dapat meningkatkan hasil pendapatan para petani sehingga
kebutuhan akan pangan terpenuhi dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Aminah (2015) yang menyatakan bahwa jika kapasitas petani kecil atau rendah
berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga petani. Dengan demikian diperoleh
kapasitas berpengaruh langsung terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani
dengan nilai beta sebesar 0,369 atau 36,9%.
Y1 Y2 = 0,369
4.9. Pembentukan Analisis Jalur
Dalam analisis jalur selain terdapat pengaruh langsung juga terdapat pengaruh
tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung suatu variabel terhadap variabel
tertentu dapat dihitung dengan cara mengalikan koefisien-koefisien regresi (beta-β)
dari variabel pemberi efek. Dibawah ini akan ditunjukkan pengaruh tidak langsung :
Perhitungan Pengaruh Tidak Langsung (IE)
X1 Y1 Y2 = 0,178 x 0,369 = 0,065
X2 Y1 Y2 = 0,138 x 0,369 = 0,050
X3 Y1 Y2 = 0,380 x 0,369 = 0,140
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jalur yang sangat berpengaruh terhadap
ketahanan pangan rumah tangga petani adalah jalur kepuasan petani melalui kapasitas
terhadap ketahanan pangan dengan nilai sebesar 0,140. Kepuasan petani
mempengaruhi ketahanan pangan melalui kapasitas ini memperkuat pernyataan Singh
(2002 dalam Wesley 2014) dimana dengan adanya penyuluhan yang baik sesuai
dengan kebutuhan petani akan meningkatkan kapasitas petani dengan begitu
produktifitas akan naik serta pendapatan petani juga meningkat.