i karya muk a rencana -...
TRANSCRIPT
RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM
PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJASekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.Tahun 2013
RENCANATENAGA KERJA NASIONALTAHUN 2013-2014
ISBN : 978-602-7536-16-6
RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM
PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJASekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.Tahun 2013
ISBN : 978-979-19291-1-0
PERENCANAANTENAGA KERJA NASIONALTAHUN 2013-2014
PERENCANAAN TENAGA KERJA NASIONAL TAHUN 2013-2014
ISBN : 978-979-19291-1-0
Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
Website : http://www.nakertrans.go.id
SAMBUTAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
Tujuan pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah, untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja dan keluarganya, hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlunya Perencanaan Tenaga Kerja
sebagai pedoman penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan
sebagaimana diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Tantangan ketenagakerjaan ke depan tidak semakin ringan, selain
masih tingginya jumlah penganggur terbuka, kualitas angkatan kerja yang
relatif rendah, produktivitas tenaga kerja yang rendah, banyaknya
pemogokan kerja dan perselisihan kerja, pemutusan hubungan kerja,
kesejahteraan pekerja yang masih relatif rendah serta permasalahan
ketenagakerjaan lainnya. Dengan diterbitkannya Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 akan
berdampak terhadap penciptaan kesempatan kerja serta akan
diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 akan menjadi
peluang dan tantangan bagi dunia ketenagakerjaan.
Untuk itu, perlunya disusun suatu rencana tenaga kerja yang
sistematis dan komprehenship. Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN)
iv Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tahun 2013 – 2014, merupakan track strategy pro-job pembangunan
ketenagakerjaan yang akan datang, yang akan memberikan arah
penyelesaian permasalahan dan tantangan ketenagakerjaan di masa yang
akan datang, seperti menyelesaikan masalah pengangguran, penciptaan
kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja.
Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan
permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada, khususnya instansi
pembina sektor dengan melalui penyusunan regulasi serta formulasi
berbagai kebijakan dan program yang berorientasi kepada perluasan dan
penciptaan kesempatan kerja.
Saya mengharapkan Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN)
Tahun 2013-2014 yang telah tersusun ini dapat dijadikan acuan oleh setiap
instansi sektoral, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam
merumuskan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan, strategi, dan
programnya, sehingga selaras dengan pembangunan ketenagakerjaan dan
pada gilirannya dapat mewujudkan akselerasi pencapaian tujuan
pembangunan ketenagakerjaan berupa perluasan dan penciptaan
kesempatan kerja yang produktif dan remuneratif, peningkatan kualitas
angkatan kerja, serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Akhirnya, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas
terbitnya buku Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) Tahun 2013-2014.
Jakarta, Desember 2012
Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si.
SEKRETARIAT
JENDERAL Paraf Tanggal
Pembuat Draft
(Eselon II)
Penanggung
Jawab Materi
(Eselon I)
KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
Penyusunan Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) Tahun 2013-
2014 merupakan amanat dan implementasi dari Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah RI
Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi
Ketenagakerjaan, Penyusunan dan Pelaksanaan Perencanaan Tenaga
Kerja yang mengamanatkan agar Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI melakukan penyusunan Rencana Tenaga Kerja Nasional.
Buku RTKN Tahun 2013-2014 memuat data dan informasi dari
kecenderungan pertumbuhan selama 2008-2011, data Tahun 2012 dan
perkiraan tahun 2013-2014 dari penduduk usia kerja, angkatan kerja,
kesempatan kerja sektoral, produktivitas tenaga kerja, penganggur
terbuka, pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, perlindungan
tenaga kerja, hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja. Angka-
angka dalam buku ini telah disesuaikan dengan data dan informasi terkini,
dengan menggunakan berbagai asumsi termasuk perkiraan pertumbuhan
ekonomi nasional. RTKN 2013-2014 ini merupakan rencana indikatif yang
digunakan untuk pembinaan ketenagakerjaan di seluruh sektor ekonomi
dan unit teknis ketenagakerjaan. Oleh karena itu, variabel, koefisien, dan
angka-angka yang terdapat di dalamnya dapat dievaluasi dan disesuaikan
dengan perkembangan yang terjadi.
RTKN Tahun 2013-2014 diharapkan dapat menjadi
pedoman/acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan di seluruh sektor ekonomi baik di
pusat maupun daerah. Juga RTKN ini diharapkan dapat menjembatani
kerjasama lintas sektor perekonomian pusat dan daerah untuk
vi Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
menanggulangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Buku ini juga
dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan ketenagakerjaan
umum dan bidang pelatihan, penempatan, perlindungan, hubungan
industrial serta jaminan sosial tenaga kerja.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam buku ini,
yang disebabkan oleh keterbatasan yang ada. Untuk itu, kami
mengharapkan saran konstruktif dari seluruh pihak untuk penyempurnaan
buku ini di masa datang. Dalam kesempatan ini, kami juga menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada Pimpinan dan Staf Pusat
Perencanaan Tenaga Kerja dan anggota Tim RTKN serta seluruh pihak
yang terlibat dalam proses penyusunan RTKN Tahun 2013-2014 ini.
Jakarta, Desember 2012
Sekretaris Jenderal,
Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA
NIP 19541204 198212 1 001
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I vii
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
(EXECUTIVE SUMMARY)
Kondisi ketenagakerjaan pada tahun 2012, terus menunjukan
kearah perbaikan. Berdasarkan data Sakernas Februari 2012 tercatat
jumlah penganggur di Indonesia sebanyak 7,24 juta orang atau sebesar
6,14 persen terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan bulan Agustus
2011 yaitu sebanyak 7,70 juta orang atau sebesar 6,56 persen. Untuk
jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu (setengah
penganggur) juga terjadi penurunan yaitu dari bulan Agustus 2011 ke
bulan Agustus 2012 dari 34,59 juta orang menurun menjadi sebanyak
34,29 juta orang.
Berdasarkan sumber yang sama, jumlah angkatan kerja
berdasarkan Sakernas Agustus 2012 mencapai 118,04 juta orang
bertambah sebanyak 0,67 juta orang dibandingkan angkatan kerja Agustus
2011. Sementara itu kesempatan kerja yang tercipta cukup signifikan
jumlahnya, yakni dari 109,67 juta orang pada Agustus 2011 meningkat
menjadi 110,80 juta orang pada Februari 2012 atau bertambah sebanyak
1,13 juta orang.
Penduduk Usia Kerja (PUK) pada periode tahun 2010-2011
berkurang sebanyak 0,31 juta orang yakni dari 172,07 juta orang pada
tahun 2010 menjadi 171,76 juta orang pada tahun 2011. Sedangkan
Angkatan Kerja (AK) mengalami penambahan sebanyak 0,84 juta orang
pada periode tahun tersebut. Pada tahun 2010 jumlah AK sebanyak
116,53 juta orang dan pada tahun 2011 meningkat menjadi sebanyak
117,37 juta orang. Dari data tersebut, terdapat peningkatan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2010-2011 yakni dari yang
sebesar 67,72 persen meningkat menjadi sebesar 68,34 persen.
Kualitas PUK dan AK pada tahun 2010-2011 masih didominasi
yang berpendidikan rendah. Pada tahun 2010, PUK yang berpendidikan
Maksimum SD sebanyak 84 juta (48,82%), berkurang menjadi sebanyak
82,01 juta (47,75%) pada tahun 2011. Untuk angkatan kerja, yang
berpendidikan Maksimum SD pada tahun 2010 sebanyak 56,67 juta
viii Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
(48,63%), menurun menjadi 56,17 juta (47,86%) pada tahun 2011.
Sedangkan PUK untuk yang berpendidikan SMTP keatas jumlahnya
mengalami kenaikan kecuali pada tingkat pendidikan SMTA Kejuruan
mengalami penurunan sebanyak 0,11 juta orang. Pada periode 2010-2011
jumlah kenaikan terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SMTA Umum
sebanyak 1,12 juta orang yakni dari 26,26 juta orang pada tahun 2010
meningkat menjadi sebanyak 27,38 juta orang pada tahun 2011. Begitu
juga dengan angkatan kerja, SMTA Umum penambahannya merupakan
yang terbanyak. Pada tahun 2010 jumlah AK yang berpendidikan SMTA
Umum sebanyak 18,06 juta orang meningkat menjadi sebanyak 19,16 juta
orang pada tahun 2011.
Jumlah penduduk yang bekerja pada periode 2010-2011
bertambah sebanyak 1,46 juta orang. Sektor pertanian masih merupakan
penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 41,49 juta orang pada
tahun 2010 dan menurun menjadi 39,33 juta orang pada tahun 2011.
Sektor perdagagan, jasa dan industri merupakan tiga sektor penyerap
tenaga kerja terbanyak selanjutnya setelah sektor pertanian. Sektor
perdagangan menyerap tenaga kerja sebanyak 22,49 juta orang pada
tahun 2010 meningkat menjadi 23,4 juta orang pada tahun 2011. Sektor
jasa menyerap tenaga kerja sebanyak 15,96 juta orang pada tahun 2010
dan meningkat menjadi 16,65 juta orang pada tahun 2011. Dan sektor
industri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 13,82 juta orang pada
tahun 2010 kemudian meningkat menjadi 14,54 juta orang pada tahun
2011. Pada tahun 2010, penduduk yang bekerja di sektor formal sebanyak
35,78 juta orang (33,07%), meningkat pada tahun 2011 menjadi 41,49 juta
orang (37,83%). Pada tahun 2010-2011, jumlah yang bekerja penuh
mengalami penurunan sebanyak 0,01 juta orang yakni dari 72,46 juta pada
tahun 2010 menurun menjadi 72,45 juta pada tahun 2011. Sementara itu,
jumlah penganggur juga mengalami penurunan dari yang sebanyak 8,32
juta orang (7,14%) pada tahun 2010 menurun menjadi 7,70 juta orang
(6,56%) pada tahun 2011.
Berdasar hasil perkiraan Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN)
Tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa jumlah PUK dan AK pada periode
tersebut diperkirakan bertambah berturut-turut sebanyak 2,60 juta orang
dan 2,25 juta orang. Secara kualitas, PUK dan AK pada periode 2013-2014
diperkirakan masih didominasi oleh yang berpendidikan Maksimum SD.
Jumlah PUK pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak 81,14 juta orang,
menurun menjadi sebanyak 80,74 juta orang pada tahun 2014. Jumlah AK,
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I ix
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak 55,38 juta orang, menurun
menjadi 54,80 juta orang pada tahun 2014. Dari tambahan jumlah PUK
dan AK pada periode 2013-2014, tingkat pendidikan SMTA Kejuruan
diperkirakan memiliki jumlah tambahan terbanyak. Jumlah PUK dengan
tingkat pendidikan SMTA Kejuruan diperkirakan bertambah sebanyak 980
ribu orang dan jumlah penambahan AK-nya diperkirakan bertambah
sebanyak 880 ribu orang.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 dan 2014 diperkirakan
mampu tumbuh sebesar 6,8 persen dan 7,2 persen. Pertumbuhan ekonomi
yang positif tersebut diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan
kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada tahun 2013 diperkirakan
akan bertambah sebanyak 2,5 juta orang menjadi 113,3 juta orang dan
pada tahun 2014 diperkirakan akan bertambah sebanyak 2,56 juta orang
menjadi 115,86 juta orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini
juga berdampak positif terhadap penurunan tingkat dan jumlah
pengangguran terbuka. Pada tahun 2013, Tingkat Penganggur Terbuka
(TPT) nasional diperkirakan menurun menjadi 5,78 persen atau sebanyak
6,96 juta orang. Sedangkan pada tahun 2014, Tingkat Penganggur
Terbuka (TPT) nasional diperkirakan juga menurun menjadi 5,43 persen
atau sebanyak 6,65 juta orang.
Agar angkatan kerja yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal
dan mempunyai kemampuan, maka diperlukan kebijakan, program dan
strategi yang sesuai dengan perkiraan persediaan dan kebutuhan tenaga
kerja. Kebijakan, strategi dan program yang akan dilaksanakan meliputi
perekonomian, ketenagakerjaan, penciptaan kesempatan kerja,
pengendalian tambahan angkatan kerja, pelatihan tenaga kerja,
penempatan tenaga kerja dan perlindungan tenaga kerja. Kebijakan,
strategi dan program pelatihan tenaga kerja difokuskan pada dua jenis
pelatihan, yaitu kewirausahaan untuk mengisi kesempatan kerja dengan
status berusaha sendiri tanpa bantuan serta berusaha dengan dibantu dan
pekerja/buruh/karyawan. Jumlah angkatan kerja yang perlu dilatih pada
tahun 2013 dan 2014 dengan fokus kewirausahaan adalah sebanyak 378
ribu orang dan 389 ribu orang. Untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan
sebanyak 818 ribu orang dan 866 ribu orang. Di bidang penempatan
tenaga kerja, diprioritaskan lima lapangan usaha yang menjadi sektor
prioritas dan ditetapkan sebagai target utama penempatan tenaga kerja
pada tahun 2013-2014 yakni Sektor Industri, Sektor Konstruksi, Sektor
Perdagangan, Sektor Jasa, dan Sektor Keuangan.
x Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Kebijakan strategi dan program pemerataan kesempatan kerja
meliputi kebijakan sektoral yang berisi berbagai kebijakan dari sembilan
sektor dalam penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya.
Kebijakan perlindungan tenaga kerja meliputi bidang pengawasan dan
hubungan industrial. Pada tahun 2013 ditargetkan jumlah perusahaan yang
melapor sebanyak 231.665 perusahaan dan pada tahun 2013 sebanyak
252.117 perusahaan. Sementara jumlah pegawai pengawas
ketenagakerjaan ditargetkan pada tahun 2013-2014 sebanyak 2.451
orang. Di bidang hubungan industrial pada tahun 2013-2014 ditargetkan
terdapat penambahan jumlah Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja
Bersama, dan Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit. Untuk itu, jumlah
tenaga Mediator pada tahun 2013-2014 ditargetkan bertambah sebanyak
1.178 orang. Kebijakan kesejahteraan pekerja meliputi peningkatan
kepesertaan jamsostek aktif baik perusahaan maupun tenaga kerja. Pada
tahun 2013 ditargetkan jumlah perusahaan yang aktif menjadi peserta
jamsostek sebanyak 176.253 perusahaan dan pada tahun 2014
ditargetkan meningkat menjadi 189.667 perusahaan. Dan untuk
kepesertaan tenaga kerja aktif ditargetkan pada tahun 2013 berjumlah
11.348.501 orang dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 11.866.901
orang. Demikian juga dengan tingkat upah diharapkan setiap tahunnya
meningkat disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xi
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I ..................................................... ............ iii
KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMNAKERTRANS ..................................................................... v
EXECUTIVE SUMMARY ................................... ......................... vii
DAFTAR ISI .............................................. ................................. xi
DAFTAR TABEL ............................ ............................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .................................. ................................. xxi
Bab I PENDAHULUAN ................................. ....................... 1
1.1. Latar Belakang .......................... .......................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .............. ................................ 4
1.3. Hasil yang Diharapkan ............ .............................. 4
1.4. Kerangka Pikir Perencanaan Tenaga Kerja Nasional ............................. ................................... 5
1.4.1. Permintaan dan Penawaran ........................ 5
1.4.2. Kebijakan Tenaga Kerja............................... 7
1.5. Metodologi dan Sumber Data ................................. 11
1.5.1. Metodologi ................................................... 11
1.5.2. Sumber Data ................................................ 11
1.6. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi ................ 11
1.7. Kerangka Isi ............................. ............................. 13
Bab II KONDISI KETENAGAKERJAAN .................................. 15
2.1 Kondisi Ekonomi .…………………………………… 15
2.2. Penduduk Usia Kerja …………………………………. 17
2.2.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan
Umur ................................................................ 18
xii Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ................................................. 19
2.2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis
Kelamin ....................................................... 20
2.2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi ..... 21
2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .......... 23
2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur ............................................ 23
2.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan .................................... 24
2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin ............................................. 26
2.3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Provinsi ...................................................... 27
2.4. Angkatan Kerja ..................................................... 29
2.4.1. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur .... 29
2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ................................................... 30
2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin ....... 32
2.4.4. Angkatan Kerja Menurut Provinsi ................. 33
2.5. Penduduk yang Bekerja ....................................... 35
2.5.1. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha .......................................................... 35
2.5.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Golongan
Umur ............................................................ 36
2.5.3. Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan ................................................... 37
2.5.4. Penduduk yang Bekerja Jenis Kelamin ....... 39
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xiii
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.5.5. Penduduk yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama ......................................... 40
2.5.6. Penduduk yang Bekerja Menurut Jabatan ... 41
2.5.7. Penduduk yang Bekerja Menurut Jam Kerja 42
2.5.8. Penduduk yang Bekerja Menurut Provinsi ... 43
2.6. Penganggur Terbuka ............................................ 45
2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan
Umur ............................................................ 45
2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan ................................................... 47
2.6.3. Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin ........................................................ 49
2.6.4. Penganggur Terbuka Menurut Provinsi ...... 51
2.7. Produktivitas Tenaga Kerja .................................. 54
Bab III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
AKAN TENAGA KERJA …………….............................. 57
3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Tahun 2013-2014 57
3.1.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Golongan Umur ........................................... 58
3.1.2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan ..................................... 59
3.1.3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Jenis Kelamin ............................................ 60
3.1.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Provinsi ...................................................... 61
3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ....... 63
3.2.1. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Menurut Golongan Umur .................... 63
xiv Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.2.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ............. 64
3.2.3. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Menurut Jenis Kelamin .................... 66
3.2.4. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Menurut Provinsi ............................... 67
3.3. Perkiraan Angkatan Kerja ....................................... 69
3.3.1. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur ............................................ 69
3.3.2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ................................................. 70
3.3.3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin ...................................................... 71
3.3.4. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Provinsi 71
Bab IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN
AKAN TENAGA KERJA…………… 75
4.1. Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013 .......... 76
4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja ................................. 81
4.2.1. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Lapangan Usaha .......................................... 82
4.2.2. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Golongan Umur .......................................... 83
4.2.3. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan .................................... 83
4.2.4. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin ........................................................ 84
4.2.5. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan ........................................ 85
4.2.6. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Jabatan ........................................................ 86
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xv
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4.2.7. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam
Kerja .......................................................... 87
4.2.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Provinsi ...................................................... 88
4.3. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja .................... 90
Bab V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN
KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA ……………...... 91
5.1. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Golongan Umur ...................................................... 92
5.2. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan ............................................................. 93
5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin ................................................................ 95
5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Provinsi .. 96
Bab VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN ..................... 101
6.1. Kebijakan, Strategi dan Program Perekonomian .... 102
6.2. Kebijakan, Strategi dan Program Umum
Ketenagakerjaan .................................................... 108
6.3. Kebijakan, Strategi dan Program Penciptaan
Kesempatan Kerja .................................................. 111
6.3.1. Sektor Pertanian .......................................... 111
6.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ........ 112
6.3.3. Sektor Industri Pengolahan ........................ 113
6.3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ................ 115
6.3.5. Sektor Bangunan ....................................... 116
6.3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .. 117
6.3.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi .............. 120
xvi Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.3.8. Sektor Lembaga Keuangan, Sewa
Bangunan, Jasa Persewaan dan Jasa
Perusahaan ................................................ 122
6.3.9. Sektor Pemerintah, Pertahanan dan Jasa &
Kemasyarakatan ........................................ 123
6.4. Kebijakan, Strategi dan Program Pengendalian
Tambahan Angkatan Kerja ..................................... 123
6.5. Kebijakan, Strategi dan Program Pelatihan
Tenaga Kerja .......................................................... 127
6.5.1. Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan
Utama ........................................................ 131
6.5.2. Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...... 133
6.6. Kebijakan, Strategi dan Program Penempatan
Tenaga Kerja .......................................................... 135
6.7. Kebijakan, Strategi dan Program Perlindungan
Tenaga Kerja .......................................................... 141
6.7.1. Pengawas Ketenagakerjaan ...................... 142
6.7.2. Hubungan Industrial ..................................... 146
Bab VII PENUTUP ………….....................................................… 155
DAFTAR PUSTAKA
TIM PENYUSUN
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xvii
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Dalam Triliun Rupiah). .................................................................. 17
Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .................................................... 18
Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ......................................... 20
Tabel 2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .................................................... 20
Tabel 2.5. Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ............................................................. 22
Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Persen) ...................................... 24
Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011 (Persen) ............................. 25
Tabel 2.8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Persen) .................................. 26
Tabel 2.9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Persen) ................................................ 28
Tabel 2.10. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ............................................................. 30
Tabel 2.11. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .................................................... 32
Tabel 2.12. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ............................................................. 33
Tabel 2.13. Angkatan Kerja Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ...................................................................... 34
Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ......................................... 36
Tabel 2.15. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ......................................... 37
Tabel 2.16. Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ......................................... 39
Tabel 2.17. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .................................................... 40
xviii Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.18. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .............................. 41
Tabel 2.19. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ..................................................... 42
Tabel 2.20. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ..................................................... 43
Tabel 2.21. Penduduk Yang Bekerja Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ..................................................... 44
Tabel 2.22. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ..................................................... 46
Tabel 2.23. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2009-2011 (Persen) ...................................... 47
Tabel 2.24. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .......................................... 48
Tabel 2.25. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2011(Persen) ............................... 49
Tabel 2.26. Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Juta Orang) ..................................................... 50
Tabel 2.27. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2011 (Persen) ................................................ 50
Tabel 2.28. Penganggur Terbuka Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Juta Orang) .............................................................. 52
Tabel 2.29. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Provinsi Tahun 2009-2011 (Persen) ........................................................... 53
Tabel 2.30. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Juta.Rp/Tenaga Kerja) ......................... 54
Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ................................ 58
Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ....................... 60
Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .......................................... 60
Tabel 3.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .......................................... 62
Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2013-2014 (Persen) ...................... 64
Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2014 (Persen) ................. 65
Tabel 3.7 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 (Persen) ......................... 66
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xix
Tabel 3.8 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 (Persen) .................................. 68
Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 69
Tabel 3.10 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 70
Tabel 3.11 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 71
Tabel 3.12 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .................................................... 72
Tabel 4.1 Perkiraan Kontribusi dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 2013-2014 (Persen) ....................... 78
Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Bruto Tahun 2013-2014 (Miliar Rupiah) ................................................................... 80
Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .............................. 82
Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 83
Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ....................... 84
Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 85
Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................... 86
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .................................................... 87
Tabel 4.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 87
Tabel 4.10 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 (Juta Orang) .................................................... 89
Tabel 4.11 Perkiraan produktivitas Tahun 2013-2014 (Juta Rp./Tenaga Kerja) ............................................................. 90
Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ................................ 93
Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ....................... 95
Tabel 5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 96
Tabel 5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 (Juta Orang) ......................................... 98
xx Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 6.1 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ........................................................................ 129
Tabel 6.2 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 ........................................................................ 130
Tabel 6.3 Perkiraan Tambahan Instruktur Menurut di Lembaga Latihan Pemerintah Tahun 2013-2014 ............................... 131
Tabel 6.4 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013................................................................................... 137
Tabel 6.5 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2014................................................................................... 138
Tabel 6.6 Perusahaan, Tenaga Kerja, Audit SMK3 dan Pengurangan Pekerja Anak Secara Nasional Tahun 2010-2014.......................................................................... 142
Tabel 6.7 Kondisi dan Perkiraan Kebutuhan Pengawas Ketenagakerjaan Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 ..... 143
Tabel 6.8 Perangkat Hubungan Industrial .......................................... 147
Tabel 6.9 Kondisi dan Perkiraan Kebutuhan Tenaga Mediator Menurut Provinsi Tahun 2013-2014 ................................... 149
Tabel 6.10 Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif Jamsostek Secara Nasional Tahun 2006-2011 ................. 151
Tabel 6.11 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Menurut Provinsi Tahun 2011-2012 ................................... 152
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I xxi
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Struktur Ketenagakerjaan............. ................................... 5
Gambar 1.2 Arus pergerakan Angkatan Kerja di Pasar Kerja. ............. 6
Gambar 1.3 Konsep Pasar Kerja. ........................................................ 7
Gambar 1.4 Kebijakan Pengembangan Pasar Kerja. .......................... 8
Gambar 6.1 Pengendalian Angkatan Kerja. ........................................ 124
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 1
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2011 menunjukan daya
tahan yang sangat kuat pada situasi ketidakpastian perekonomian global,
karena adanya dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan dan
Eropa dan Amerika serikat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai
6,50 persen, besarnya angka pertumbuhan ekonomi sebesar itu
merupakan terbesar selama 10 tahun terakhir dan merupakan terbesar di
kawasan ASEAN. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu, mampu mendorong
penciptaan keserja sebanyak 1,46 juta orang, yakni dari 108,21 juta pada
ahun 2010 menjadi 109,67 juta pada tahun 2011, sehingga jumlah
penganggur terbuka juga mengalami penurunan, yakni dari 8,32 juta (7,14
%) menurun menjadi 7,70 juta ( 6,56 %) pada periode yang sama.
Kondisi ketenagakerjaan pada tahun 2012, terus menunjukan
kearah perbaikan. Berdasarkan data Sakernas Februari 2012 tercatat
jumlah penganggur di Indonesia sebanyak 7,24 juta orang atau sebesar
6,14 persen terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan bulan Agustus
2011 yaitu sebanyak 7,70 juta orang atau sebesar 6,56 persen. Untuk
jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu (setengah
penganggur) juga terjadi penurunan yaitu dari bulan Agustus 2011 ke
bulan Agustus 2012 dari 34,59 juta orang menurun menjadi sebanyak
34,29 juta orang.
2 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Berdasarkan sumber yang sama, jumlah angkatan kerja
berdasarkan Sakernas Agustus 2012 mencapai 118,04 juta orang
bertambah sebanyak 0,67 juta orang dibandingkan angkatan kerja Agustus
2011. Sementara itu kesempatan kerja yang tercipta cukup signifikan
jumlahnya, yakni dari 109,67 juta orang pada Agustus 2011 meningkat
menjadi 110,80 juta orang pada Februari 2012 atau bertambah sebanyak
1,13 juta orang.
Secara kualitas, penduduk yang bekerja di Indonesia juga masih
rendah. Ini terlihat dari data Sakernas Agustus 2012 yang menunjukan
penduduk yang bekerja dengan latar belakang pendidikan SD ke bawah
masih cukup tinggi yaitu sebanyak 53,88 juta orang atau sebesar 48,59
persen. Selain itu sebanyak 44,16 juta orang (39,86%) bekerja pada
kegiatan formal dan 66,64 juta orang (60,14%) bekerja pada kegiatan
informal, dan penduduk dengan status pekerja tidak dibayar mencapai
17,90 juta orang (16,16%). Kondisi ini tentu saja sangat memperihatinkan
karena akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan tenaga kerja itu
sendiri.
Selain permasalahan ketenagakerjaan diatas, permasalahan
ketenagakerjaan masih banyak, seperti kualitas angkatan kerja yang
rendah, produktivitas tenaga kerja yang rendah, masih tingginya
perselisian hubungan industrial, tingkat kecelakaan kerja yang relatif tinggi,
kurangnya kesejahteraan para pekerja, banyaknya lembaga latihan yang
kurang difungsikan secara maksimal, banyaknya bursa kerja kurang
mampu menempatkan tenaga kerja serta permasalahan ketenagakerjaan
lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan penganggur terbuka dan
rendahnya kualitas tenaga kerja diperlukan berbagai upaya dari berbagai
pihak baik itu pemerintah, swasta dan berbagai elemen masyarakat. Peran
serta sektor mempunyai peran besar dalam penciptaan kesempatan kerja
untuk mengurangi penganggur serta meningkatkan kualitas tenaga kerja
kita. Khusus di bidang pendidikan perlu dibuka peluang yang seluas-
luasnya bagi penduduk usia kerja untuk melanjutkan pendidikan dengan
menerapkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah berjalan dan
apabila memungkinkan ditambah menjadi wajib belajar 12 tahun. Wajib
belajar 12 tahun sudah menjadi program beberapa pemerintah daerah,
sepert Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 3
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Salah satu upaya pemerintah dalam mempercepat dan memperluas
perekonomian dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025. MP3EI ini merupakan terobosan
pemerintah untuk mengajak semua pemangku kepentingan, mulai dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, hingga
BUMN untuk bersama-sama terlibat aktif dalam mempercepat dan
memperluas perekonomian nasional.
Kebijakan baru ini adalah langkah terobosan strategis, untuk
melengkapi strategi pembangunan yang bersifat sektoral dan regional,
yang kita jalankan selama ini. Dalam rancang bangun MP3EI itu kita
gunakan tiga strategi besar, yaitu: Pertama, mengembangkan enam
koridor ekonomi Indonesia, yang meliputi: koridor Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan koridor Papua-Maluku;
Kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal
dan terhubung secara internasional; dan Ketiga, mempercepat
kemampuan SDM dan IPTEK, untuk mendukung pengembangan program
utama, dengan meningkatkan nilai tambah di setiap koridor ekonomi.
Pengembangan keenam koridor ekonomi itu diharapkan mampu
menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan
kerja, sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah. Untuk itu,
maka pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8
persen (dalam pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono penyampaian
keterangan Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN 2013 beserta Nota
Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis (16/08))
Dalam mendukung kebijakan baru serta mendukung pertumbuhan
ekonomi yang relatif besar, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam jumlah yang relatif banyak dan berkwalitas untuk mewujudkan
percepatan dan perluasan perekonomian sebagaimana yang diamanatkan
Presiden melalui Perpres MP3EI tersebut. Untuk menyediakan SDM yang
berkwalitas dalam jumlah yang besar diperlukan suatu rencana yang
konfrehenship baik dari dunia pendidikan, dan pelatihan, serta penempatan
tenaga kerja. Selain itu, guna menjamin kelangsungan usaha, diperlukan
hubungan industrial yang kondusif serta terjaminnya keselamatan dan
kesejahteraan pekerja. Hal ini semua bisa berjalan dengan baik bila
4 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
tersedianya Perencanaan Tenaga Kerja yang dapat dijadikan pedoman
seluruh pemangku kepentingan.
Rencana Tenaga Kerja merupakan salah satunya pedoman
Pemerintah dalam menyelaraskan antara pertumbuhan dan pemerataan,
atau Growth with Equity dengan mempertimbangkan pelestarian,
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
secara berkelanjutan sesuai dengan fokus pembangunan nasional yaitu
Progrowth, Pro-poor, Pro-Job serta Pro-environment, terutama pro-job.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-
2014 ini adalah memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang
diperlukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi,
kebijakan dan program ketenagakerjaan.
Secara rinci tujuan dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja
Nasional 2013-2014 ini adalah :
1. Memperkirakan ketersediaan secara kuantitatif jumlah tenaga kerja
dengan berbagai karakteristiknya tahun 2013-2014.
2. Memprediksi kebutuhan tenaga kerja tahun 2013-2014 yang diturunkan
berdasarkan permintaan output nasional dan sektoral.
3. Memprediksi angka pengangguran yang dihitung berdasarkan
perbedaan antara kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja
pada periode yang sama.
4. Menyusun rekomendasi kebijakan dan program terkait masalah
ketenagakerjaan secara nasional dan sektoral.
1.3. Hasil Yang Diharapkan
RTKN 2013-2014 ini menjadi signal bagi semua sektor dalam
perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan yang berbasis
empiris, program pembangunan nasional, serta sebagai acuan bagi
penyusunan rencana tenaga kerja daerah dan sektoral.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 5
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
1.4. Kerangka Pikir Rencana Tenaga Kerja Nasional
1.4.1. Pemintaan dan Penawaran
Meskipun dalam beberapa literatur, ekonom seringkali
mengganggap bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi
(production factor). Namun pengertian ini sedikit berbeda dengan
International Labour Organization (ILO) yang menegaskan bahwa tenaga
kerja bukanlah suatu komoditi. Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk
yang tergolong dalam usia kerja. Berdasarkan klasifikasi ILO ini, kelompok
pendudukan usia kerja terdiri dari mereka yang bekerja (working) dan tidak
bekerja (not working). Mereka yang tidak bekerja terdiri dari mereka yang
sedang mencari pekerjaan dan yang tidak sedang mencari pekerjaan.
Secara diagramatis, struktur ketenagakerjaan dapat dilihat pada Gambar
1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Struktur Ketenagakerjaan
6 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Dinamika kependudukan (kelahiran, kematian, dan perpindahan)
menyebabkan statistik jumlah angkatan kerja (Labour Force) akan
mengalami perubahan. Hal ini tercermin dari statistik penduduk usia kerja
yang bekerja dan atau sedang mencari pekerjaan. Pertumbuhan penduduk
yang cepat selama periode (t0 – t+1) akan menambah stok dan flow
jumlah angkatan kerja pada t0 menjadi t+1. Selama periode t t+1,
sebagian dari angkatan kerja selanjutnya memasuki pasar kerja (entering),
namun sebagian lagi meninggalkan pasar kerja (leaving), dan sebagian
masih tetap berada di dalam pasar kerja (staying).
Gambar 1.2
Arus pergerakan Angkatan Kerja di Pasar Kerja
Gambar segitiga dalam gambar di atas menunjukkan pasar kerja.
Pasar kerja merupakan pertemuan antara penawaran (supply) dan
permintaan (demand) tenaga kerja. Dalam pasar kerja, pekerja (worker
dan potential worker) bersedia menawarkan jasa tenaga kerja (dalam unit
waktu atau jumlah pekerja) pada tingkat upah tertentu. Sementara dari sisi
permintaan, pengusaha (employer atau employment opportunitiy)
membutuhkan jasa tenaga kerja (dalam unit waktu dan jumlah pekerja)
pada tingkat upah tertentu.
Interaksi antara permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam
pasar kerja meliputi terjadinya tiga proses yaitu : produksi (production),
pertukaran (exchange) dan penggunaan (utilisation).
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 7
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Gambar 1.3 Konsep Pasar Kerja
Di Negara berkembang termasuk Indonesia, pasar kerja ditandai
oleh rendahnya jumlah permintaan tenaga sementara pasokan tenaga
kerja tersedia dalam jumlah besar dengan beragam kualitas pendidikan.
Selain itu, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, tenaga kerja di
Indonesia tersegmentasi menurut berbagai karakteristik seperti gender,
jenis, sektor/lapangan usaha, geografis, formal dan informal, dll.
1.4.2. Kebijakan Tenaga Kerja
Secara konseptual kebijakan tenaga kerja secara umum dibutuhkan
untuk mengurangi terjadinya distorsi (penyimpangan) dalam pasar kerja
yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah secara nasional.
Perumusan kebijakan ketenagakerjaan tersebut umumnya
mempertimbangkan tiga masalah utama yakni (1) kepada siapa suatu
kebijakan ketenagakerjaan ditujukan, (2) siapa yang memperoleh
keuntungan dari kebijakan tersebut, dan (3) kelompok mana yang akan
diintervensi.
Melalui model perencanaan ketenagakerjaan, salah satu alternatif
pendekatan untuk merumuskan kebijakan ketenagakerjaan terkait dengan
pengembangan pasar kerja adalah dengan mengindentifikasi masalah
ketenagakerjaan baik dari sisi kebutuhan maupun dari persediaan. Seperti
telah dijelaskan di seksi sebelum ini, terdapat 3 (tiga) jenis kebijakan terkait
dengan pengembangan pasar tenaga kerja di Indonesia yaitu kebijakan
8 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
yang berhubungan dengan sisi penawaran (sisi supply atau disebut juga
sebagai sisi produksi), kebijakan terkait dengan pertukaran (exchange),
dan terakhir adalah kebijakan pemerintah terkait dengan sisi pengunaan
tenaga kerja.
Gambar 1.4
Kebijakan Pengembangan Pasar Kerja
Terdapat 3 instrument kebijakan yang dapat dilaksanakan untuk
mencapai tujuan diatas yaitu :
a. Pelayanan umum terkait bidang ketenagakerjaan
b. Program Pelatihan tenaga kerja
c. Program Penciptaan lapangan kerja langsung.
Contoh :
Memfasilitasi kontak (komunikasi) antara pekerja dan
pengusaha (employer) misalnya : memberikan bantuan
informasi kepada pencari kerja, memberikan insentif agar
pekerja bersedia bekerja di daerah-daerah yang terpencil atau
kurang disukai;
Meningkatkan keahlian atau keterampilan pekerja sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh pasar kerja (pengusaha)
sehingga memperbesar pekerja yang bersangkutan bisa
diterima di pasar kerja (contoh : memberikan pelatihan khusus
produksi penggunaanpertukaran
permintaanpersediaan
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 9
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
kepada para pencari kerja/penganggur dengan keahlian
tertentu);
Meningkatkan kebutuhan kerja melalui program penciptaan
lapangan kerja secara langsung (bekerja sama dengan
pengusaha dengan memberikan insentif kepada pengusaha
agar bersedia membuka lapangan kerja);
a. Kebijakan Pelayanan umum terkait bidang ketenagakerjaan
1. Mengembangkan database pencari kerja dengan
terstruktur dan terus menerus diperbaharui sehingga
mudah digunakan baik bagi pencari kerja maupun
pengusaha untuk mencari pekerja dengan keahlian sesuai
dengan kebutuhan;
2. Memfasilitasi dengan sebaik-baiknya agar apa yang
dibutuhkan oleh pengusaha dan kebutuhan pencari kerja
dapat terpenuhi;
3. Membuat database/mencatat para pencari kerja
(penganggur) beserta fasilitas yang mereka peroleh (bila
ada – misal penerima BLT, PKH, bantuan-bantuan
pemerintah yang lain, beasiswa, dll).
b. Kebijakan terkait dengan Program Pelatihan tenaga kerja
1. Meningkatkan produktivitas pekerja (mereka yang telah
bekerja);
2. Meningkatkan kesempatan kerja bagi para penganggur
(pencari kerja), dengan memperhatikan sasaran prioritas,
misalnya :
Usia muda (angkatan kerja muda)
Perempuan
Penganggur, terutama yang telah lama menjadi
penganggur
Pekerja yang memiliki keterbatasan fisik (cacat, dst)
10 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Bantuan kepada para pekerja antara lain dapat berupa:
1. Penciptaan kesempatan kerja di sektor swasta
2. Penciptaan Kesempatan kerja di sektor pemerintah
3. Bantuan kepada pekerja mandiri
Bantuan kepada kelompok yang dianggap rentan (misal
pekerja anak, wanita, penyandang cacat, dst)
c. Kebijakan Program Penciptaan lapangan kerja langsung.
Di sektor swasta, dapat berupa :
1. Memberikan insentif kepada pihak - pihak yang telah
mengadakan proses perekrutan;
2. Memberikan subsidi kepada sektor swasta yang bersedia
melakukan atau membuka lapangan kerja dengan upah
yang disubsidi oleh pemerintah;
3. Memberikan insentif dalam pengurangan pajak
perusahan yang bersedia membuka/lapangan kerja;
Di sektor Pemerintah, misal, dapat dilakukan dengan cara
membangkitkan perekonomian agar dapat berkembang atau
tumbuh. Dalam bentuk yang lebih kongkrit misalnya :
1. Memelihara infrastruktur publik (jalan, pasar, penerangan,
komunikasi, ditingkat lokal)
2. Meneruskan program pekerja sosial untuk memelihara
fasilitas publik.
3. Memberikan bantuan kredit kepada kelompok pekerja
mandiri bekerja sama dengan UKM yang telah terbukti
berhasil mengembangankan usahanya. Seperti Grameen
bank di Bangladesh, atau kredit-kredit yang telah
dilakukan oleh sejumlah bank untuk mengembangkan
pertanian rakyat.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 11
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
1.5. Metodologi dan Sumber Data
1.5.1. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam menyusun Rencana Tenaga
Kerja Nasional 2013-2014 ini adalah dengan menggunakan model
ekonometrika persamaan simultan untuk tiap-tiap sektor. Parameter
persamaan simultan selanjutnya diestimasi dengan TSLS. Hasil estimasi
parameter persamaan simultan untuk tiap-tiap sektor selanjutnya
digunakan untuk mengestimasi parameter persamaan kebutuhan tenaga
kerja.
1.5.2. Sumber Data
Data kependudukan dan statistik ketenagakerjaan yang digunakan
dalam penelitian ini bersumber dari publikasi hasil survei yang telah
dilakukan oleh BPS. Data tersebut antara lain: sakernas, susenas, supas
dan sensus. Data upah bersumber dari data statistik pengupahan nasional
yang telah dipublikasi BPS. Selain data kependudukan dan
ketenagakerjaan, penelitian ini juga menggunakan beberapa data
keuangan dan moneter sumber SEKI Bank Indonesia, CEIC, dan beberapa
publikasi internasional terutama untuk data harga minyak.
1.6. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi
1. Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah
lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh
seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti
yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut
jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau
keahliannya).
2. Persediaan Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah
siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang
dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.
12 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3. Penduduk Usia Kerja (PUK)
Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
ke atas.
4. Angkatan Kerja (AK)
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun
ke atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja
atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan
mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
5. Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam
(tidak terputus) dalam seminggu yang lalu
6. Penganggur Terbuka (PT)
Penganggur Terbuka terdiri dari :
a. Mereka yang mencari pekerjaan
b. Mereka yang mempersiapkan usaha
c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin dapat pekerjaan
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja.
7. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)
Tingkat Penganggur Terbuka merupakan rasio jumlah
Penganggur Terbuka terhadap jumlah Angkatan Kerja.
8. Setengah Penganggur
Setengah Penganggur adalah kegiatan seseorang yang
bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia
kerja
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 13
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
10. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha
Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang
bekerja seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia(KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLUI).
11. Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Menurut Pendekatan Produksi, PDB adalah jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya 1 tahun)
b. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDB merupakan jumlah
balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka
waktu tertentu.
1.7. Kerangka Isi
Penulisan Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014 ini dibagi
dalam 7 (tujuh) bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN NASIONAL
BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
TENAGA KERJA
BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN
AKAN TENAGA KERJA
BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN
KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA
BAB VI : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
BAB VII : PENUTUP
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 15
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB II
KONDISI KETENAGAKERJAAN
2.1 Kondisi Ekonomi
Pada tahun 2011 pemerintah Indonesia menunjukkan kinerja
perekonomian yang lebih baik dari tahun 2010, hal tersebut terlihat dari
pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6.50 persen dibanding tahun
sebelumnya yang mencapai sebesar 6.10 persen.
Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, Produk Domestik Bruto
tahun 2011 naik sebesar Rp 990,8 triliun, yaitu dari Rp6.436,3 triliun pada
tahun 2010 menjadi sebesar Rp 7.427,1 triliun pada tahun 2011.
Peningkatan tersebut didukung oleh semua sektor ekonomi yang
mengalami pertumbuhan selama tahun 2011. Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada Sektor pengangkutan dan komunikasi, yang diikuti oleh pertumbuhan
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Kinerja sektor industri pengolahan berada dalam trend yang
meningkat Sektor industri pengolahan tumbuh 6,2 persen. Perkembangan
tersebut cukup menggembirakan mengingat pada tahun sebelumnya
sektor ini hanya tumbuh sebesar 4,48 persen. Pada sektor yang tidak
diperdagangkan (non-tradable), perbaikan pertumbuhan terjadi pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh sebesar 9,2 persen; serta sektor
keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh sebesar 6,8 persen. Peningkatan
pertumbuhan sektor perdagangan terkait dengan aktivitas perekonomian
domestik yang diiringi oleh peningkatan impor. Sementara itu, perbaikan
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
16 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
sektor keuangan lebih terkait dengan peningkatan pemberian kredit, baik
dari bank maupun lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Perbaikan
kinerja ketiga sektor tersebut cukup berperan besar terhadap aktivitas
ekonomi keseluruhan karena memiliki pangsa yang besar. Di sektor
pertanian, permasalahan seperti penurunan produktivitas dan luas lahan,
disertai anomali cuaca yang terjadi sepanjang tahun 2011 menyebabkan
capaian pertumbuhan di sektor ini lebih rendah dibandingkan dengan
sektor lainnya, yakni hanya tumbuh sebesar 3,0 persen. Demikian halnya
dengan kinerja sektor pertambangan yang relatif terhambat akibat
terjadinya berbagai gangguan produksi minyak seperti kerusakan
beberapa kilang, selain juga faktor cuaca yang kurang mendukung bagi
aktivitas kegiatan produksi, sehingga sektor ini tumbuh sebesar 1,4
persen. Sedangkan sektor lainnya seperti; sektor bangunan tumbuh
sebesar 6,7 persen, sektor angkutan tumbuh sebesar 10,7 persen dan
sektor jasa tumbuh sebesar 6,7 persen.
Membaiknya kondisi perekonomian domestik memberi dampak
yang positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir
menunjukkan tingkat pengangguran berada dalam trend menurun, disertai
adanya pergeseran struktur tenaga kerja yang kembali kepada sektor
formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka
pengangguran terbuka tahun 2011 tercatat sebesar 6,56 persen, lebih
rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 7,14 persen.
Sementara itu, komposisi partisipasi angkatan kerja pada sektor formal
meningkat dari 33.07 persen pada tahun 2010 menjadi 37.83 persen pada
tahun 2011. Peningkatan pada sektor formal dalam penyerapan tenaga
kerja diharapkan berdampak positif pada kesinambungan konsumsi rumah
tangga, terutama dengan lebih terjaminnya tingkat pendapatan yang
memadai. Perkembangan positif lainnya juga terlihat pada kualitas tenaga
kerja yang membaik. Pada tahun 2011 komposisi tenaga kerja yang
berlatar belakang pendidikan dasar berada dalam trend yang menurun,
sebaliknya komposisi tenaga kerja dengan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi mengalami peningkatan. Program wajib belajar 9 tahun merupakan
salah satu faktor yang turut mempengaruhi perbaikan kualitas pendidikan
tenaga kerja tersebut. Secara keseluruhan kondisi ketenagakerjaan terlihat
berada dalam trend yang membaik, namun persoalan terkait tingginya
pengangguran yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan daya serap
perekonomian terhadap tenaga kerja tetap perlu menjadi perhatian.
Sementara itu, persoalan tingginya angka pengangguran pada jenjang
pendidikan diploma dan perguruan tinggi juga menjadi salah satu agenda
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 17
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
penting yang perlu memperoleh prioritas penanganan. Gejala ini di satu
sisi merupakan indikasi dari kurangnya ketersediaan lapangan kerja di
sektor formal untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja berlatar belakang
pendidikan tinggi. Di sisi lain, hal ini juga menggambarkan adanya
pandangan tenaga kerja berpendidikan tinggi yang lebih mementingkan
bekerja di sektor formal. Meskipun perkembangan lapangan kerja sektor
formal sudah membaik namun masih perlu dipacu lebih cepat agar
pengangguran yang berpendidikan tinggi ini dapat berkurang disertai
upaya meningkatkan paradigma kewirausahaan.
Tabel 2.1
Produk Domestik Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2011 (Dalam Triliun Rupiah)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 295.88 304.74 313.73
2. Pertambangan & Penggalian 180.20 186.64 189.18
3. Industri Pengolahan 570.10 597.14 634.25
4. Listrik, Gas, Air Bersih 17.14 18.05 18.92
5. Bangunan 140.27 150.02 160.09
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 368.46 400.48 437.25
7. Pengangkutan & Komunikasi 192.20 217.98 241.29
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 209.16 221.02 236.08
9. Jasa-jasa 205.43 217.78 232.47
Jumlah 2,178.9 2,313.8 2,463.2
Sumber : BPS
2.2 Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja (PUK) tahun 2009-2011 mengalami
pertumbuhan sebesar 0,71 persen, yakni dari 169,33 juta orang pada
tahun 2009 menjadi sebanyak 171.76 juta orang pada tahun 2011.
Sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan PUK sebesar 1,62 persen
sehingga menjadi sebanyak 172.07 juta orang. Pada tahun 2010 ke tahun
2011 mengalami pertumbuhan sebesar -0,18 persen, yakni dari sebanyak
172,07 juta orang pada tahun 2010 turun menjadi 171,76 juta orang, hal
tersebut terjadi karena adanya perubahan faktor-faktor demografis seperti
tingkat kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Pertambahan penduduk
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
18 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
usia kerja dengan berbagai karakteristik seperti pada jenis kelamin,
golongan umur, tingkat pendidikan diuraikan sebagai berikut :
2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Penduduk usia kerja pada tahun 2009-2011 dilihat dari
golongan umur terlihat mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Pada tahun 2010 sebagian besar masing-masing kelompok umur
mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2011 mayoritas
kelompok umur mengalami penurunan.
Tabel 2.2
Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 23.67 22.77 22.44
20-24 19.49 18.29 19.02
25-29 20.76 20.97 20.78
30-34 19.99 20.75 21.06
35-39 17.92 18.56 18.56
40-44 16.30 17.12 17.04
45-49 13.67 14.17 14.00
50-54 11.38 12.05 11.99
55-59 8.19 8.72 8.57
60+ 17.95 18.68 18.29
Jumlah 169.33 172.07 171.76
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pada tahun 2010 PUK yang paling besar pertumbuhannya
pada golongan umur 55-59 tahun yaitu mencapai 6,41 persen,
disusul golongan umur 50-54 tahun yaitu sebesar 5,90 persen,
sedangkan yang mengalami pertumbuhan paling minus pada
golongan umur 20-24 tahun mencapai -6,20 persen dan disusul
golongan umur 15-19 tahun mencapai sebesar -3,78 persen.
Sedangkan untuk proporsi PUK yang terbesar pada golongan
umur 15-19 tahun yaitu mencapai sebesar 13,23 persen, disusul
golongan umur 25-29 tahun yaitu mencapai sebesar 12.19
persen. Sedangkan pada tahun 2011 pertumbuhan PUK rata-rata
mengalami penurunan, kecuali golongan umur 20-24 tahun
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 19
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
mengalami pertumbuhan sebesar 4.01 persen dan golongan umur
30-34 tahun sebesar 1.52 persen. Adapun golongan umur lainnya
mengalami pertumbuhan negatif antara -0.02 s.d -2,06 persen.
Sedangkan proporsi yang terbesar pada golongan umur 15-19
tahun sebesar 22.44 juta orang atau 13,06 persen dan disusul
umur 30-34 tahun sebesar 21.06 juta orang atau 12,26 persen,
sedangkan yang terkecil proporsinya adalah usia 55-59 tahun
sebesar 8.57 juta orang atau 4.99 persen.
2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun
2009-2011 secara nasional sebagian besar masih didominasi
yang berpendidikan Sekolah Dasar. Proporsi penduduk yang
berpendidikan maksimum SD sebesar 50,09 persen pada tahun
2009, menurun menjadi sebesar 48,82 persen pada tahun 2010,
dan menurun lagi menjadi 47,75 persen pada tahun 2011.
Penurunan proporsi PUK yang berpendidikan maksimum SD ini
mendorong peningkatan proporsi PUK yang berpendidikan di
atasnya (SMTP s/d Universitas). Dengan masih besarnya proporsi
PUK yang berpendidikan maksimum SD ini menunjukkan tingkat
kualitas penduduk usia kerja masih sangat rendah.
Untuk tahun 2010 maupun 2011 PUK yang berpendidikan
SMTP ke atas semuanya mengalami kenaikan, kecuali pada
tahun 2011 untuk PUK yang berpendidikan SMTA Kejuruan
mengalami sedikit penurunan sebanyak 0,11 juta menjadi 12.63
juta orang, yang pada tahun sebelumnya sebesar 12.74 juta
orang. Sedangkan untuk Maksimum SD mengalami penurunan
sebesar -1,99 persen. Adapun PUK yang mengalami
pertumbuhan terbesar pada tahun 2011 adalah yang
berpendidikan SMTA Umum sebesar 4,28 persen sehingga
jumlahnya mencapai 27,38 juta orang, sedangkan yang
berpendidikan universitas tumbuh sebesar 3,94 persen menjadi
6,93 juta orang.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
20 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.3
Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 84.82 84.00 82.01
SMTP 37.08 38.30 38.67
SMTA Umum 25.13 26.26 27.38
SMTA Kejuruan 12.38 12.74 12.63
Diploma 3.88 4.11 4.14
Universitas 6.04 6.66 6.93
Jumlah 169.33 172.07 171.76 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Pertumbuhan penduduk usia kerja menurut jenis kelamin
pada tahun 2009-2011 terlihat fluktuatif dan jumlahnya lebih
didominasi oleh perempuan. Pada tahun 2009 penduduk usia kerja
laki-laki sebanyak 84.17 juta orang dan perempuan sebanyak 85,15
juta orang, tahun 2010 penduduk usia kerja laki-laki meningkat
menjadi sebanyak 85,82 juta orang atau naik sebesar 1.96 persen
dan kelompok perempuan menjadi sebanyak 86,25 juta orang atau
naik sebesar 1,29%. Sedangkan tahun 2011 penduduk usia kerja
yang berjenis kelamin laki-laki menurun menjadi sebanyak 85,71
juta orang atau berkurang sebesar 0,11 juta orang, begitu pula yang
berjenis kelamin perempuan menurun menjadi sebanyak 86,05 juta
orang atau turun 0,20 juta orang.
Tabel 2.4
Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 84.17 85.82 85.71
Perempuan 85.15 86.25 86.05
Jumlah 169.33 172.07 171.76 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 21
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.2.4 Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi
Penduduk usia kerja menurut provinsi pada tahun 2009-
2011 secara nasional sebagian besar terdapat pada provinsi Jawa
Barat. Proporsi penduduk usia kerja di provinsi Jawa Barat sebesar
17,82 persen pada tahun 2009, menurun menjadi sebesar 17,60
persen pada tahun 2010, dan mengalami peningkatan menjadi
sebesar 18,10 persen pada tahun 2011. Disusul oleh provinsi Jawa
Timur yang mempunyai proporsi penduduk usia kerja terbesar
kedua yakni sebesar 17,35 persen pada tahun 2009, menurun
menjadi sebesar 16,43 persen pada tahun 2010, dan pada tahun
2011 mengalami peningkatan sehingga menjadi sebesar 16,56
persen.
Penduduk usia kerja yang terendah selama tahun 2009-
2011 terdapat pada provinsi Papua Barat yakni sebanyak 0,51 juta
orang pada tahun 2009, menurun menjadi 0,49 juta orang pada
tahun 2010, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan
sehingga menjadi sebanyak 0,52 juta orang. Provinsi Maluku Utara
merupakan provinsi yang mempunyai penduduk usia kerja terendah
kedua setelah provinsi Papua Barat yakni sebanyak 0,66 juta orang
pada tahun 2009, meningkat menjadi 0,67 juta orang pada tahun
2010 dan terus meningkat lagi sehingga menjadi sebanyak 0,69
juta orang pada tahun 2011.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
22 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.5
Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 3.04 3.07 3.14
Sumatera Utara 9.11 9.52 8.76
Sumatera Barat 3.38 3.31 3.34
R I A U 3.64 3.73 3.86
J A M B I 2.00 2.35 2.21
Sumatera Selatan 5.07 5.22 5.30
Bengkulu 1.18 1.19 1.21
Lampung 5.35 5.82 5.44
Bangka Belitung 0.83 0.93 0.89
Kepulauan Riau 1.06 1.20 1.26
DKI Jakarta 7.04 7.77 7.42
Jawa Barat 30.18 30.29 31.08
Jawa Tengah 24.67 23.87 23.91
D.I. Yogyakarta 2.87 2.70 2.72
Jawa Timur 29.37 28.27 28.44
B A N T E N 6.84 8.13 7.69
B A L I 2.73 2.90 2.95
Nusa Tenggara Barat 3.06 3.38 3.13
Nusa Tenggara Timur 3.12 2.93 3.00
Kalimantan Barat 3.00 3.00 3.02
Kalimantan Tengah 1.47 1.53 1.56
Kalimantan Selatan 2.54 2.58 2.63
Kalimantan Timur 2.27 2.48 2.58
Sulawesi Utara 1.69 1.64 1.66
Sulawesi Tengah 1.75 1.76 1.80
Sulawesi Selatan 5.66 5.57 5.62
Sulawesi Tenggara 1.42 1.46 1.48
GORONTALO 0.70 0.71 0.73
Sulawesi Barat 0.75 0.74 0.76
Maluku 0.91 0.98 1.01
Maluku Utara 0.66 0.67 0.69
Papua Barat 0.51 0.49 0.52
Papua 1.45 1.86 1.96
Jumlah 169.33 172.07 171.76 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 23
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2009 sebesar 67.23
persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi 67.72 persen dan pada tahun
2011 meningkat menjadi 68.34 persen. Besarnya TPAK secara umum
menunjukkan adanya kenaikan setiap tahun, namun apabila dilihat
menurut golongan umur maka terjadi penurunan yang signifikan khusus
pada usia muda.
2.3.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut golongan umur
dari tahun 2009-2011 untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24
tahun terlihat cenderung menurun. Penurunan tersebut karena
berhasilnya sistem pendidikan yang diprogramkan pemerintah yaitu
pendidikan 9 tahun wajib belajar bagi anak-anak untuk memasuki
dunia pendidikan. Selain itu juga adanya kesadaran masyarakat
untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan meningkatnya
kemampuan untuk membiayai pendidikan anak. Hal tersebut
tampaknya memberikan pengaruh cukup berarti terhadap
melambatnya laju pertumbuhan angkatan kerja untuk golongan
umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pertambahan jumlah angkatan kerja untuk golongan
umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun tersebut pada tahun-tahun
berikutnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan pertambahan
jumlah penduduk usia kerja. Dengan adanya program wajib belajar
tersebut maka pertambahan jumlah angkatan kerja untuk tahun
berikutnya diharapkan akan relatif menurun.
Dilihat perkembangan tahun 2009-2011 TPAK menurut
golongan umur 25-29 tahun mengalami kenaikan, kondisi tersebut
tidak berbeda jauh dengan rentang golongan umur 30-49 tahun.
Dari data ini menggambarkan bahwa golongan umur antara 25-49
tahun merupakan kelompok usia produktif untuk melakukan
pekerjaan yang mempunyai hubungan kerja atau berstatus formal.
Sedangkan untuk golongan umur 15-19 tahun, masih merupakan
usia sekolah sehingga diarahkan agar TPAK nya selalu menurun
dan mempunyai dampak mengurangi angkatan kerja memasuki
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
24 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
pasar kerja. Sedangkan untuk golongan umur 50 tahun keatas,
kenaikkan TPAK cukup berfluktuasi.
Tabel 2.6
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Persen)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 35.33 33.69 35.29
20-24 68.55 68.28 68.22
25-29 74.05 75.50 75.72
30-34 75.69 76.68 77.12
35-39 77.80 78.45 79.53
40-44 80.27 80.65 81.76
45-49 80.39 80.60 81.37
50-54 79.02 78.53 78.99
55-59 73.28 73.67 73.85
60+ 47.85 47.95 47.07
Jumlah 67.23 67.72 68.34 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan
Kondisi pendidikan angkatan kerja secara umum
menggambarkan relatif sangat rendah karena masih didominasi
tamatan sekolah dasar. Untuk mengupayakan meningkatkan agar
kualitas pendidikan angkatan kerja dapat meningkat maka
pemerintah mengeluarkan kebijakan program pendidikan wajib
belajar 9 tahun agar penduduk usia kerja 15-19 tahun dapat
berkurang untuk memasuki dunia kerja. Mereka diharapkan dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Apabila dilihat
dari program pendidikan wajib belajar tersebut memberikan dampak
positif terhadap meningkatnya kualitas mutu pendidikan angkatan
kerja secara keseluruhan yaitu terjadinya pergeseran dari
pendidikan sekolah dasar yang meningkat pada pendidikan SMTP
ke atas, yang diharapkan siap untuk memasuki lapangan kerja.
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis
pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2009-2011 menunjukkan
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 25
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
angkanya cukup berfluktuasi, seperti pada tahun 2009 dimana
TPAK lulusan pendidikan maksimum SD sebesar 67,64 persen
serta pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar
67,47 persen dan pada tahun 2011 menjadi 68,49 persen terjadi
kenaikan dari tahun sebelumnya. Sementara pada TPAK lulusan
pendidikan SMTP dalam tahun yang sama menunjukkan
peningkatan, dimana terlihat pada tahun 2009 sebesar 57,08
persen dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 58,21 persen serta
pada tahun 2010 berikutnya mengalami kenaikkan menjadi 58,42
persen. Sedangkan untuk TPAK tingkat pendidikan SMTA Umum
pada tahun 2009 sebesar 67,86 persen, namun pada tahun 2010
mengalami penurunan menjadi sebesar 68,80 persen serta pada
tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi sebesar 69,99 persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan angkatan kerja, maka semakin tinggi pula partisipasi
terhadap dunia kerja yang dibutuhkan. Sementara apabila dilihat
dari TPAK lulusan SMTA Kejuruan,
Diploma dan Universitas pada tahun 2009, 2010 dan 2011
kondisinya menggambarkan bahwa terjadi fluktuasi. Pada tahun
2009 TPAK lulusan Universitas sebesar 88,81 persen dan tahun
2010 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 89,39 persen dan
tahun 2011 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi
sebesar 88,68 persen.
Tabel 2.7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Persen)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 67.64 67.47 68.49
SMTP 57.08 58.21 58.42
SMTA Umum 67.86 68.80 69.99
SMTA Kejuruan 77.95 79.07 78.26
Diploma 83.26 84.28 82.59
Universitas 88.81 89.39 88.68
Jumlah 67.23 67.72 68.34
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
26 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.3.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin
pada jenis kelamin perempuan menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan yaitu pada tahun 2009 sebesar 50,99 persen dan pada
tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi sebesar 51,76 persen serta
pada tahun 2011 naik menjadi sebesar 52,44 persen, sedangkan
untuk TPAK jenis kelamin laki-laki pada tahun 2009 sebesar 83,65
persen dan pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 83,76 persen
dan selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi
sebesar 84,30 persen.
Bila dilihat perkembangan TPAK jenis kelamin perempuan
lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki, hal
tersebut dikarenakan laki-laki mempunyai kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun demikian TPAK
perempuan terlihat mengalami kenaikan tiap tahun. Hal tersebut
disebabkan oleh keinginan kaum perempuan untuk berperan
ganda, yaitu sebagai pekerja rumah tangga dan juga aktif di pasar
kerja untuk menambah penghasilan kebutuhan keluarga. Di sisi
lain, kesempatan kerja bagi perempuan terbuka sangat besar untuk
memenuhi berbagai sektor lapangan usaha. Di samping itu
didukung juga oleh adanya jaminan kerja, perlindungan, pelayanan
dan hak perempuan yang semakin diperhatikan.
Tabel 2.8
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Persen)
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 83.65 83.76 84.30
Perempuan 50.99 51.76 52.44
Jumlah 67.23 67.72 68.34 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 27
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.3.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut provinsi pada
provinsi Riau menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yaitu
pada tahun 2009 sebesar 62,08 persen dan pada tahun 2010
terjadi peningkatan menjadi sebesar 63,66 persen serta pada tahun
2011 naik menjadi sebesar 66,38 persen. Untuk provinsi yang
mempunyai peningkatan TPAK terbesar kedua adalah provinsi
Sulawesi Barat yaitu sebesar 4,20 persen selama tahun 2009-2011,
yakni dari sebesar 68,07 persen pada tahun 2009 meningkat
menjadi sebesar 72,27 persen pada tahun 2011.
Pada Tahun 2009 TPAK terendah terdapat pada provinsi
Sulawesi Utara yakni sebesar 62,05 persen, kemudian disusul
dengan provinsi Riau yakni sebesar 62,08 persen, sedangkan pada
tahun 2010 dan 2011 TPAK terendah terdapat pada provinsi Jawa
Barat yakni sebesar 62,38 persen dan 62,27 persen kemudian
disusul oleh provinsi NAD yakni sebesar 63,17 persen dan 63,78
persen.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
28 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.9
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Persen)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 62.50 63.17 63.78
Sumatera Utara 69.14 69.51 72.09
Sumatera Barat 64.19 66.36 66.19
R I A U 62.08 63.66 66.38
J A M B I 66.65 65.78 67.67
Sumatera Selatan 68.31 70.23 71.15
Bengkulu 70.18 71.86 73.83
Lampung 67.77 67.95 68.00
Bangka Belitung 65.06 66.53 68.43
Kepulauan Riau 64.58 68.85 67.48
DKI Jakarta 66.60 67.83 69.36
Jawa Barat 62.89 62.38 62.27
Jawa Tengah 69.27 70.60 70.77
D.I. Yogyakarta 70.23 69.76 68.77
Jawa Timur 69.25 69.08 69.49
B A N T E N 63.74 65.34 67.79
B A L I 77.82 77.38 76.45
Nusa Tenggara Barat 68.66 66.63 66.12
Nusa Tenggara Timur 72.09 72.77 71.72
Kalimantan Barat 73.45 73.17 73.93
Kalimantan Tengah 71.22 69.86 72.89
Kalimantan Selatan 71.61 71.26 73.31
Kalimantan Timur 64.41 66.41 68.51
Sulawesi Utara 62.05 63.31 65.32
Sulawesi Tengah 69.27 69.22 73.11
Sulawesi Selatan 62.48 64.14 64.32
Sulawesi Tenggara 70.39 71.86 71.42
GORONTALO 63.77 64.42 64.12
Sulawesi Barat 68.07 71.46 72.27
Maluku 65.44 66.48 69.47
Maluku Utara 64.19 65.11 67.45
Papua Barat 68.52 69.29 70.78
Papua 77.75 80.99 78.45
Jumlah 67.23 67.72 68.34 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 29
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.4 Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja
berumur 15 tahun keatas yang dapat dilhat dari beberapa klasifikasi seperti
golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan lain sebagainya.
Apabila dilihat dari kondisi angkatan kerja dari tahun 2009-2011,
menunjukkan angka yang terus mengalami kenaikan cukup berarti, baik
menurut golongan umur, tingkat pendidikan maupun dari jenis kelamin.
Secara nasional dapat dilihat kondisi angkatan kerja mulai tahun 2009
sebesar 113,84 juta orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 116,53
juta orang serta tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 117,37
juta orang. Kondisi tersebut mengambarkan bahwa jumlah angkatan kerja
secara nasional yang memasuki pasar kerja terus mengalami peningkatan.
Selanjutnya akan dijelaskan secara rinci kondisi angkatan kerja menurut
klasifikasinya.
2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Angkatan kerja menurut golongan umur dari tahun 2009-
2011 secara nasional hampir sebagian besar mengalami kenaikan
yang cukup signifikan. Kenaikan tersebut terlihat pada kelompok
umur angkatan kerja produktif antara 25-29 tahun sampai dengan
umur 45-49 tahun. Pada tahun 2009 angkatan kerja menurut
golongan umur 25-29 tahun sebanyak 15,37 juta orang, pada tahun
2010 meningkat menjadi sebanyak 15,83 juta orang, pada tahun
2011 sedikit mengalami penurunan menjadi sebanyak 15,74 juta
orang. Untuk kelompok umur 35-39 tahun mengalami kenaikan
yang signifikan yaitu 13,94 juta pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 sebanyak 14,56 juta orang dan pada tahun 2011 terjadi
kenaikan menjadi sebanyak 14,76 juta orang. Sedangkan untuk
kelompok usia muda yaitu usia 15-24 tahun mengalami fluktuasi.
Kelompok usia 15-19 tahun mengalami laju pertumbuhan minus
sebesar -2,69 persen, pada tahun 2009 jumlahnya 8,36 juta, tahun
2010 menurun menjadi sebanyak 7,67 dan pada tahun 2011
sejumlah 7,92 persen. Demikian juga untuk kelompok umur 20-24
tahun pada tahun 2009-2011 laju pertumbuhan mengalami
pertumbuhan minus sebesar -1,46 persen. Pada tahun 2009
sebanyak 13,36 juta, tahun 2010 mengalami penurunan sehingga
jumlahnya menjadi 12,49 juta dan tahun 2011 meningkat menjadi
sebanyak 12,98 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
30 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
yang terjadi diakibatkan oleh banyaknya penduduk usia kerja
dengan pendidikan SMTA melanjutkan ke Universitas, sehingga
penduduk yang berusia 20-24 tahun semakin sedikit yang
memasuki pasar kerja. Untuk angkatan kerja pada kelompok umur
55+ menunjukkan adanya sedikit fluktuasi, keadaan tersebut
menggambarkan bahwa sesudah memasuki usia pensiun masih
ada keinginan untuk tetap bekerja agar dapat mempertahankan
penghasilan rumah tangga yang dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tabel 2.10
Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 8.36 7.67 7.92
20-24 13.36 12.48 12.98
25-29 15.37 15.83 15.74
30-34 15.13 15.91 16.25
35-39 13.94 14.56 14.76
40-44 13.09 13.80 13.93
45-49 10.99 11.42 11.40
50-54 8.99 9.46 9.47
55-59 6.01 6.42 6.33
60+ 8.59 8.96 8.61
Jumlah 113.83 116.53 117.37 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.4.2 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Secara umum persebaran komposisi angkatan kerja
menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2009
sebesar 113,83 juta orang, dan pada tahun 2010 meningkat
menjadi 116,53 juta orang dan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan lagi sehingga menjadi sebanyak 117.37 juta orang.
Bila dilihat menurut pendidikan, pada tahun 2009-2011 masih
didominasi oleh mereka yang berpendidikan maksimum sekolah
dasar, namun perkembangan dari tahun 2009 sampai tahun 2011
angkatan kerja pendidikan SD secara keseluruhan mengalami
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 31
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
penurunan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2009
terdapat sebanyak 57,38 juta orang dan pada tahun 2010 terjadi
penurunan menjadi sebanyak 56,67 juta orang, serta pada tahun
2011 berkurang menjadi sebanyak 56,17 juta orang. Dilihat dari
pengurangan angkatan kerja berpendidikan sekolah dasar
menggambarkan bahwa pemerintah berhasil melaksanakan
program wajib belajar sembilan tahun, sehingga kelompok umur
tersebut berkurang untuk memasuki lapangan kerja. Sedangkan
pada angkatan kerja yang berpendidikan SMTP setiap tahun
mengalami kenaikkan yang cukup signifikan, dimana pada tahun
2009 terdapat sebanyak 21,16 juta orang, dan tahun 2010
meningkat menjadi sebanyak 22,30 juta orang atau naik sebanyak
1,13 juta orang, serta pada tahun 2011 bertambah menjadi
sebanyak 22.59 juta orang, kondisi tersebut terlihat bahwa
angkatan kerja berpendidikan sekolah dasar semakin menurun
sedangkan yang berpendidikan di atasnya semakin meningkat.
Komposisi angkatan kerja berpendidikan SMTA Umum
terlihat setiap tahunnya mengalami kenaikkan, seperti pada tahun
2009 terdapat sebanyak 17,05 juta orang dan pada tahun 2010
terjadi peningkatan menjadi sebanyak 18,06 juta orang atau tumbuh
sebesar 5,92 persen, serta pada tahun 2011 mengalami
pertambahan yang cukup besar menjadi 19.16 juta orang atau
tumbuh sebesar 6.09 persen. Sementara dari sisi angkatan kerja
berpendidikan SMTA Kejuruan terlihat adanya kenaikkan setiap
tahunnya, dimana pada tahun 2009 sebanyak 9,65 juta orang, dan
pada tahun 2010 mengalami kenaikkan menjadi sebanyak 10,07
juta orang, serta pada tahun 2011 terjadi penurunan menjadi
sebanyak 9.88 juta orang. Dari kondisi tersebut menunjukkan
bahwa angkatan kerja yang berpendidikan SMTA Kejuruan
mengalami fluktuasi. Angkatan kerja pendidikan yang lebih tinggi
yaitu Diploma dan Universitas terlihat selama tiga tahun
kenaikkannya belum terlalu signifikan.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
32 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.11
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 57.38 56.67 56.17
SMTP 21.16 22.30 22.59
SMTA Umum 17.05 18.06 19.16
SMTA Kejuruan 9.65 10.07 9.88
Diploma 3.23 3.47 3.42
Universitas 5.36 5.96 6.14
Jumlah 113.83 116.53 117.37
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.4.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Komposisi angkatan kerja menurut jenis kelamin dilihat dari
tahun 2009-2011 didominasi oleh angkatan kerja yang berjenis
kelamin laki-laki. Pada tahun 2009 angkatan kerja berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 70,41 juta orang dan perempuan berjumlah
sebesar 43,42 juta orang, pada tahun 2010 untuk angkatan kerja
berjenis kelamin laki-laki meningkat menjadi sebanyak 71,88 juta
orang, dan jumlah angkatan kerja perempuan meningkat menjadi
sebanyak 44,65 juta orang, selanjutnya pada tahun 2011
mengalami peningkatan untuk angkatan kerja jenis kelamin laki-laki
sebanyak 72,25 juta orang, sedangkan angkatan kerja jenis kelamin
perempuan terjadi peningkatan menjadi sebesar 45,12 juta orang.
Dilihat dari komposisi jenis kelamin angkatan kerja
perempuan setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, hal tersebut secara umum dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain meningkatnya tingkat pendidikan perempuan,
perubahan gaya hidup keluarga yang sebelumnya banyak anak
sekarang menjadi sedikit, sehingga dengan demikian sedikitnya
jumlah anak serta berkembangnya teknologi peralatan rumah
tangga maka akan mendorong perempuan untuk bersaing dengan
laki-laki dipasar kerja.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 33
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.12
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 70.41 71.88 72.25
Perempuan 43.42 44.65 45.12
Jumlah 113.83 116.53 117.37
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.4.4 Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Sebaran angkatan kerja menurut provinsi selama tahun
2009-2011, terlihat bahwa angkatan kerja di Provinsi Jawa Timur
merupakan jumlah yang terbesar jika dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja di provinsi-provinsi lainnya. Selama periode tersebut
jumlah angkatan kerja mengalami perubahan yang cenderung terus
fluktuatif. Secara kuantitas pada tahun 2009 jumlah angkatan kerja
di Provinsi Jawa Timur sebanyak 20,34 juta orang menurun menjadi
19,53 juta orang pada tahun 2010 dan mengalami kenaikan
menjadi sebanyak 19,76 juta orang pada tahun 2011. Pola
perubahan jumlah angkatan kerja yang sama, juga terjadi di
beberapa provinsi lainnya seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Papua Barat.
Jumlah angkatan kerja terbesar kedua dalam periode yang
sama, berada di provinsi Jawa Barat dan jumlahnya cenderung
fluktuatif, yakni dari 18,98 juta orang pada tahun 2009 menurun
menjadi 18,89 juta pada tahun 2010 dan kembali meningkat
menjadi sebanyak 19,36 juta orang pada tahun 2011. Sedangkan
jumlah angkatan kerja terendah terdapat di provinsi Papua Barat,
yang dalam periode tersebut menunjukkan perubahan yang tidak
signifikan yakni dari 0,35 juta orang pada tahun 2009 menurun
menjadi 0,34 juta orang pada tahun 2010 dan kembali meningkat
menjadi sebanyak 0,37 juta orang pada tahun 2011.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
34 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.13
Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 1.90 1.94 2.00
Sumatera Utara 6.30 6.62 6.31
Sumatera Barat 2.17 2.19 2.21
R I A U 2.26 2.38 2.56
J A M B I 1.33 1.55 1.50
Sumatera Selatan 3.46 3.67 3.77
Bengkulu 0.83 0.86 0.89
Lampung 3.63 3.96 3.70
Bangka Belitung 0.54 0.62 0.61
Kepulauan Riau 0.68 0.83 0.85
DKI Jakarta 4.69 5.27 5.14
Jawa Barat 18.98 18.89 19.36
Jawa Tengah 17.09 16.86 16.92
D.I. Yogyakarta 2.02 1.88 1.87
Jawa Timur 20.34 19.53 19.76
B A N T E N 4.36 5.31 5.21
B A L I 2.12 2.25 2.26
Nusa Tenggara Barat 2.10 2.25 2.07
Nusa Tenggara Timur 2.25 2.13 2.15
Kalimantan Barat 2.20 2.20 2.23
Kalimantan Tengah 1.05 1.07 1.13
Kalimantan Selatan 1.82 1.84 1.93
Kalimantan Timur 1.46 1.65 1.76
Sulawesi Utara 1.05 1.04 1.08
Sulawesi Tengah 1.22 1.22 1.31
Sulawesi Selatan 3.54 3.57 3.61
Sulawesi Tenggara 1.00 1.05 1.06
GORONTALO 0.45 0.46 0.47
Sulawesi Barat 0.51 0.53 0.55
Maluku 0.60 0.65 0.70
Maluku Utara 0.42 0.44 0.46
Papua Barat 0.35 0.34 0.37
Papua 1.13 1.51 1.54
Jumlah 113.83 116.53 117.37 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 35
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.5 Penduduk Yang Bekerja
Penduduk yang bekerja selama tahun 2009-2011 mengalami
peningkatan yang signifikan, pada tahun 2009 penduduk yang bekerja
mengalami pertumbuhan sebesar 3,18 persen, yakni dari sebanyak 104,87
juta orang pada tahun 2010 meningkat menjadi sebanyak 108,21 juta
orang. Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja mengalami pertumbuhan
sebesar 1,35 persen atau mengalami pertambahan sebanyak 1,46 juta
orang sehingga menjadi 109,67 juta orang. Untuk mengetahui
perkembangan penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan usaha
selama tahun 2009-2011 dari berbagai karakteristiknya akan dijelaskan
lebih rinci dibawah ini.
2.5.1 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Situasi perekonomian secara nasional tahun 2009-2011
menunjukkan adanya perbaikan yang cukup signifikan, sehingga
mempunyai dampak terhadap peningkatan didalam penyerapan
tenaga kerja diberbagai sektor lapangan usaha. Penyerapan tenaga
kerja masih didominasi sektor pertanian, perdagangan, industri dan
sektor jasa kemasyarakatan. Pada tahun 2009 terlihat bahwa
penyerapan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebanyak
41,61 juta orang dan pada tahun 2010 menurun menjadi sebanyak
41,49 juta orang atau tumbuh sebesar (-0.28) persen, tahun 2011
menurun menjadi 39,33 juta orang atau tumbuh minus sebesar (-
5.22) persen.
Sektor perdagangan pada tahun 2009-2011 masih
mendominasi di dalam penyerapan tenaga kerja yang terus
meningkat. Hal ini terlihat pada tahun 2009 penduduk yang bekerja
di sektor perdagangan sebanyak 21,95 juta orang, dan pada tahun
2010 mengalami peningkatan sehingga menjadi sebanyak 22,49
juta orang atau tumbuh sebesar 2.48 persen, tahun 2011 berikutnya
mengalami peningkatan didalam penyerapan tenaga kerja
sebanyak 23,40 juta orang atau sebesar 4,02 persen. Sektor Jasa
pada tahun 2009-2011 juga banyak berperan di dalam penyerapan
tenaga kerja yang terus meningkat, yaitu dari sebanyak 14,00 juta
orang pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 15,96 juta
orang pada tahun 2010 atau tumbuh sebesar 13,96 persen, pada
tahun 2011 meningkat kembali sehingga menjadi sebanyak 16,65
juta orang atau tumbuh sebesar 4,32 persen. Demikian juga Sektor
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
36 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
industri masih cukup berkontribusi di dalam penyerapan tenaga
kerja yang terus meningkat, yaitu dari sebanyak 12,84 juta orang
pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 13,82 juta orang
pada tahun 2010 atau tumbuh sebesar 7,67 persen, pada tahun
2011 meningkat kembali sehingga menjadi sebanyak 14,54 juta
orang atau tumbuh sebesar 5,19 persen. Dilihat dari perkembangan
minat para pencari kerja telah mengalami perubahan dari sektor
pertanian ke sektor lainnya, hal tersebut disebabkan adanya
peningkatan dari sisi pendidikan sehingga pola pencari kerja
bergeser dari berbasis tradisional beralih pada cara kerja yang lebih
modern, sesuai dengan perkembangan perekonomian global.
Tabel 2.14
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1. Pertanian 41.61 41.49 39.33
2. Pertambangan 1.16 1.25 1.47
3. Industri 12.84 13.82 14.54
4. Listrik, Gas & Air 0.22 0.23 0.24
5. Bangunan 5.49 5.59 6.34
6. Perdagangan 21.95 22.49 23.40
7. Angkutan 6.12 5.62 5.08
8. Keuangan 1.49 1.74 2.63
9. Jasa 14.00 15.96 16.65
Jumlah 104.87 108.21 109.67 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.2 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Penduduk yang bekerja menurut golongan umur tahun
2009-2011 yang paling besar pada golongan umur 30-34 tahun.
Pada tahun 2009 sebanyak 14,31 juta orang dan pada tahun 2010
mengalami kenaikan menjadi sebanyak 15,12 juta orang atau
mengalami pertumbuhan 5,71 persen, pada tahun 2011 meningkat
menjadi sebanyak 15,60 juta orang atau tumbuh sebesar 3,17
persen. Sedangkan golongan umur 25-29 tahun pada tahun 2010
mengalami pertumbuhan sebesar 4,09 persen, yakni dari 13,84 juta
orang pada tahun 2009 menjadi 14,40 juta orang pada tahun 2010.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 37
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja menurut golongan
umur rata-rata mengalami peningkatan, kecuali untuk golongan
umur 50 tahun keatas tumbuh minus, yaitu golongan umur 50-54
tahun tumbuh minus sebesar -0,18 persen. Untuk golongan umur
55-59 tahun mengalami pertumbuhan minus (-1,67) persen
sehingga mencapai 6,16 juta orang pada tahun 2011, yang pada
tahun 2010 sebesar 6.26 juta orang. Demikian juga golongan umur
60+ mengalami pertumbuhan minus (-4,32) persen sehingga
mencapai 8,31 juta orang pada tahun 2011, yang pada tahun 2010
sebesar 8,68 juta orang. Turunnya laju pertumbuhan golongan
umur ini, merupakan indikasi bahwa mereka yang memasuki usia
pensiun, mulai memilih untuk meninggalkan dunia kerja karena
mereka sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tabel 2.15
Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 6.06 5.53 5.61
20-24 10.84 10.31 11.11
25-29 13.84 14.40 14.58
30-34 14.31 15.12 15.60
35-39 13.38 14.07 14.35
40-44 12.66 13.43 13.57
45-49 10.65 11.15 11.15
50-54 8.76 9.26 9.25
55-59 5.86 6.26 6.16
60+ 8.52 8.68 8.31
Jumlah 104.87 108.21 109.67
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan ditamatkan merupakan gambaran
kualitas penduduk yang bekerja. Melihat kualitas sumber daya
manusia yang bekerja menurut pendidikan ditamatkan dari tahun
2009-2011 sebagian besar masih didominasi yang berpendidikan
maksimum Sekolah Dasar, walaupun setiap tahunnya sudah
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
38 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja
dengan pendidikan maksimum SD sebanyak 55,21 juta orang, pada
tahun 2010 mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak
54,51 juta orang atau tumbuh -1,26 persen, pada tahun 2011 turun
lagi menjadi sebanyak 54,18 juta orang atau mengalami
pertumbuhan minus -0,62 persen, kondisi tersebut disebabkan
adanya program pemerintah wajib belajar sembilan tahun, sehingga
memperlambat tamatan pendidikan SD memasuki pasar kerja maka
terjadi pergeseran ke tamatan SMTP atau pendidikan lebih tinggi
untuk memasuki kepasar kerja.
Pada tahun 2010 dan 2011 penduduk yang bekerja yang
berpendidikan di atas SD, semua tingkat mengalami peningkatan.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kualitas penduduk yang
bekerja semakin meningkat. Pada tahun 2010, penduduk yang
bekerja dengan pendidikan universitas mengalami pertumbuhan
yang paling besar, yakni mencapai sebesar 12,55 persen, disusul
yang berpendidikan SMTA Umum, yakni mencapai sebesar 9,14
persen. Besarnya laju pertumbuhan yang berpendidikan universitas
ini, karena semakin sadarnya masyarakat untuk mengikuti
pendidikan yang tinggi untuk memudahkan dalam mendapatkan
pekerjaan. Selain itu, juga karena semakin terbuka lebar
kesempatan kerja bagi golongan yang berpendidikan tinggi, seperti
banyak terjadi pada negara-negara industri (maju).
Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja dengan
pendidikan Universitas mengalami pertumbuhan yang paling besar,
yakni mencapai 7,70 persen, dari sebanyak 5,25 juta orang pada
tahun 2010 meningkat menjadi sebanyak 5,65 juta orang pada
tahun 2011. Besarnya laju pertumbuhan penduduk yang bekerja
dengan pendidikan Universitas ini menandakan semakin
meningkatnya kualitas pekerja Indonesia, dengan demikian
diharapkan produktivitas nasional meningkat sehingga dapat
berdampak pada kesejahteraan penduduk.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 39
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.16
Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 55.21 54.51 54.18
SMTP 19.39 20.63 20.70
SMTA Umum 14.58 15.91 17.12
SMTA Kejuruan 8.24 8.88 8.85
Diploma 2.79 3.02 3.17
Universitas 4.66 5.25 5.65
Jumlah 104.87 108.21 109.67
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin didominasi
oleh jenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2009 penduduk bekerja
jenis kelamin laki-laki sebanyak 65,12 juta orang dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 39,75 juta orang. Pada tahun 2010 jumlah
penduduk bekerja yang berjenis kelamin laki-laki meningkat
menjadi sebanyak 67,46 juta orang atau tumbuh sebesar 3,59
persen, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan meningkat
menjadi sebanyak 40,75 juta orang atau tumbuh sebesar 2,51
persen, pada tahun 2011 jumlah penduduk bekerja yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 67,99 juta orang atau mengalami
pertumbuhan sebesar 0,78 persen, sedangkan pekerja yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 41,68 juta orang atau
mengalami pertumbuhan sebesar 2,29 persen.
Kenaikkan jumlah pekerja perempuan yang bekerja sangat
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, semakin
terbukanya lapangan pekerjaan bagi perempuan, semakin
meningkatnya tingkat pendidikan perempuan serta adanya
keleluasaan perempuan untuk berkiprah di luar rumah tangga untuk
dapat menambah penghasilan.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
40 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.17
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 65.12 67.46 67.99
Perempuan 39.75 40.75 41.68
Jumlah 104.87 108.21 109.67 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama
Penduduk yang bekerja menurut satus pekerjaan utama
dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok besar yaitu status
pekerjaan utama disektor formal (kegiatan ekonomi formal) dan
sektor informal (kegiatan ekonomi informal). Pada tahun 2009 yang
bekerja disektor formal sebagian besar bekerja sebagai
pekerja/buruh/karyawan 29,11 juta orang, dan selebihnya bekerja
dengan buruh tetap sebanyak 3,03 juta orang, sedangkan yang
termasuk pekerja informal yaitu berusaha sendiri sebanyak 21,05
juta orang,dan berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap sebesar
21,93 juta orang serta berikutnya yang cukup banyak menyerap
tenaga kerja terdapat pada pekerja tidak dibayar atau termasuk
didalam pekerja keluarga sebanyak 18,19 juta orang. Pada tahun
2010 pada pekerja formal mengalami kenaikkan sangat signifikan,
di sektor formal pada pekerja/buruh/karyawan naik menjadi 32,52
juta orang atau laju pertumbuhan sebesar 11,70 persen dan bekerja
dengan menggunakan buruh tetap naik menjadi sebesar 3,26 juta
orang atau sebesar 7,54 persen. Sementara pada pekerja informal
yang berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain ada penurunan
sehingga menjadi sebanyak 21,03 juta orang atau tumbuh minus
sebesar (-0,07) persen, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap
menurun menjadi sebanyak 21,68 juta orang atau tumbuh minus
sebesar (-1,15) persen, dan sebagai pekerja tidak dibayar naik
menjadi 18,76 juta orang atau tumbuh sebesar 3,14 persen. Tahun
2011 penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama disektor
formal sebagai pekerja/buruh/karyawan jumlahnya naik menjadi
37,77 juta orang atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 16,14
persen, yang berusaha dengan buruh tetap mengalami
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 41
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
pertambahan menjadi sebesar 3,72 juta orang atau tumbuh
sebesar 13,98 persen.
Bila diperinci dalam tiga tahun terakhir 2009-2011,
penduduk yang bekerja masih lebih besar pada sektor informal,
yaitu mereka yang bekerja tidak dibayar, berusaha sendiri tanpa
bantuan orang lain dan berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap,
padahal kondisi tersebut tidak memberikan pendapatan yang stabil.
Kondisi tersebut menggambarkan masih rendahnya produktivitas
kerja, rendahnya kemampuan perekonomian dalam menyerap
tenaga kerja sehingga berdampak pada banyaknya setengah
pengangguran serta meningkatnya pekerja paruh waktu, walaupun
secara umum bahwa pekerja informal tersebut merupakan jaring
pengaman dalam penyerapan tenaga kerja nasional.
Tabel 2.18
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Status Pekerjaan Utama 2009 2010 2011
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 21.05 21.03 19.42
2. Brsh Dengan Dibantu 21.93 21.68 19.66
3. Brsh. Dengan Buruh 3.03 3.26 3.72
4. Pekerja/Buruh/karyawan 29.11 32.52 37.77
5. Pkj. Bebas di Pertanian 5.88 5.82 5.48
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 5.67 5.13 5.64
7. Pekerja tak dibayar 18.19 18.76 17.99
Jumlah 104.87 108.21 109.67 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Penduduk yang bekerja menurut jabatan tahun 2009-2011
masih didominasi pada jabatan Tenaga Produksi, Pertanian, dan
Tenaga Usaha Penjualan. Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang
bekerja pada tenaga produksi dan lainnya sebesar 38,74 juta
orang, menurun menjadi 34,55 juta orang pada tahun 2010 atau
laju pertumbuhan minus (-10,82 %), dan menurun lagi menjadi
30,55 juta orang pada tahun 2011 atau tumbuh minus (-11,58%).
Pada tahun 2009 jabatan tenaga usaha pertanian juga cukup
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
42 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
dominan yaitu sebanyak 35,36 juta orang, disusul jabatan tenaga
usaha penjualan sebanyak 15,76 juta orang. Perkembangan pada
tahun 2010 untuk tenaga usaha pertanian menunjukkan adanya
pertumbuhan sebesar 12.28 persen sehingga menjadi 39,70 juta
orang dan pada tahun 2011 mengalami laju pertumbuhan minus
sebesar (-2,54) persen sehingga menurun menjadi 38,70 juta
orang. Sementara untuk jabatan tenaga professional, tenaga
kepemimpinan, tenaga tata usaha, tenaga usaha jasa dalam tiga
tahun terakhir terlihat jumlahnya masih relatif kecil.
Tabel 2.19
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jabatan 2009 2010 2011
0/1. Tenaga Profesional 5.91 7.63 7.10
2. Tenaga Kepemimpinan 1.57 1.66 1.12
3. Tenaga Tata Usaha 3.86 4.94 5.78
4. Tenaga Usaha Penjualan 15.76 16.10 20.34
5. Tenaga Usaha Jasa 3.66 3.62 6.08
6. Tenaga Usaha Pertanian 35.36 39.70 38.70
7/8/9. Tenaga Produksi & lainnya 38.74 34.55 30.55
Jumlah 104.87 108.21 109.67
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Perekonomian nasional yang membaik biasanya tercermin
dari meningkatnya berbagai kegiatan produksi barang dan jasa
diberbagai sektor lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat
dicapai jika penduduk yang bekerja melaksanakannya diatas jam
kerja normal (lebih 35 jam seminggu). Dilihat dari penduduk yang
bekerja menurut jam kerja selama tahun 2009-2011
menggambarkan adanya pertumbuhan yang berfluktuasi. Pada
tahun 2009 penduduk yang bekerja antara 15-24 jam kerja
sebanyak 11,64 juta orang, 25-34 jam kerja sebanyak 14,06 juta
orang, dan 35-44 jam kerja sebanyak 26,28 juta orang, pada jam
kerja 45-59 jam terdapat sebanyak 30,89 juta orang. Pada tahun
2010 penduduk yang bekerja 45-59 jam dibandingkan dengan
tahun lalu terdapat kenaikan yang signifikan, yaitu tumbuh sebesar
13,37 persen sehingga menjadi sebanyak 35,02 juta orang dan
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 43
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
ditahun 2011 pada jam kerja yang sama mengalami penurunan
sehingga menjadi sebanyak 32,97 juta orang. Sedangkan untuk
penduduk yang bekerja 60+ jam kerja jumlahnya mengalami
fluktuasi, yaitu pada tahun 2009 sejumlah 13,74 juta orang dan
mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 13,64 juta orang
dan pada tahun 2011 terus mengalami penurunan sehingga
menjadi sebanyak 13,16 juta orang.
Pada tahun 2011 meningkatnya proporsi penduduk yang
bekerja 35-44 jam kerja kemungkinan disebabkan karena
membaiknya berbagai indikator perekonomian nasional yang
memberikan dampak langsung terhadap perkembangan kegiatan
produksi dan kesejahteraan pekerja dibeberapa sektor lapangan
usaha tertentu. Demikian juga penduduk yang bekerja dibawah jam
kerja normal yang disebut bekerja tidak penuh atau setengah
penganggur mengalami peningkatan, yakni mereka yang bekerja 1-
9 jam dan 10-24 jam kerja.
Tabel 2.20 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jam Kerja 2009 2010 2011
0** 2.40 2.49 2.63
1-9 2.25 2.12 2.47
10-14 3.62 3.67 4.17
15-24 11.64 12.48 12.89
25-34 14.06 15.01 15.07
35-44 26.28 23.80 26.32
45-59 30.89 35.02 32.97
≥ 60 13.74 13.64 13.16
Jumlah 104.87 108.21 109.67 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.5.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Provinsi
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia ditandai adanya
kekurang seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan
dengan sumber alam yang tersedia. Sebagian besar tenaga
kerja Indonesia berada di Pulau Jawa yang merupakan bagian
yang kecil dari seluruh wilayah Indonesia.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
44 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.21
Penduduk Yang Bekerja Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 1.73 1.78 1.85
Sumatera Utara 5.77 6.13 5.91
Sumatera Barat 2.00 2.04 2.07
R I A U 2.07 2.17 2.42
J A M B I 1.26 1.46 1.43
Sumatera Selatan 3.20 3.42 3.55
Bengkulu 0.79 0.82 0.87
Lampung 3.39 3.74 3.48
Bangka Belitung 0.51 0.59 0.59
Kepulauan Riau 0.63 0.77 0.78
DKI Jakarta 4.12 4.69 4.59
Jawa Barat 16.90 16.94 17.45
Jawa Tengah 15.84 15.81 15.92
D.I. Yogyakarta 1.90 1.78 1.80
Jawa Timur 19.31 18.70 18.94
B A N T E N 3.70 4.58 4.53
B A L I 2.06 2.18 2.20
Nusa Tenggara Barat 1.97 2.13 1.96
Nusa Tenggara Timur 2.16 2.06 2.10
Kalimantan Barat 2.08 2.10 2.15
Kalimantan Tengah 1.00 1.02 1.11
Kalimantan Selatan 1.71 1.74 1.82
Kalimantan Timur 1.30 1.48 1.59
Sulawesi Utara 0.94 0.94 0.99
Sulawesi Tengah 1.15 1.16 1.26
Sulawesi Selatan 3.22 3.27 3.38
Sulawesi Tenggara 0.95 1.00 1.03
GORONTALO 0.42 0.43 0.45
Sulawesi Barat 0.49 0.51 0.54
Maluku 0.53 0.59 0.65
Maluku Utara 0.39 0.41 0.44
Papua Barat 0.33 0.32 0.34
Papua 1.08 1.46 1.48
Jumlah 104.87 108.21 109.67 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 45
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Penduduk yang bekerja selama tahun 2009-2011
berdasarkan provinsi yang terbesar terdapat pada provinsi
Jawa Timur yakni mencapai 19,31 juta pada tahun 2009 dan
terus mengalami penurunan sehingga menjadi 18,94 juta pada
tahun 2011. Kemudian disusul dengan provinsi Jawa Barat
yang merupakan provinsi yang mempunyai penduduk yang
bekerja terbesar kedua yakni sebanyak 16,90 juta orang dan
mengalami peningkatan sehingga menjadi sebanyak 17,45 juta
orang pada tahun 2011.
Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang
mempunyai penduduk yang bekerja terendah yakni sebanyak
0,33 juta orang pada tahun 2009 dan hanya mengalami sedikit
peningkatan pada tahun 2011 yaitu menjadi sebanyak 0,34 juta
orang. Disusul oleh provinsi Maluku Utara yang mempunyai
penduduk yang bekerja sebanyak 0,39 juta orang pada tahun
2009 dan mengalami peningkatan sehingga menjadi sebanyak
0,44 juta orang pada tahun 2011.
2.6 Penganggur Terbuka
Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak
mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan
mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat
dari tahun 2009-2011 jumlah pengangguran terbuka secara nasional
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dimana pada tahun 2009
jumlah pengangguran sebanyak 8,96 juta orang dengan Tingkat
Penganggur Terbuka (TPT) sebesar 7,87 persen dan pada tahun 2010
terjadi penurunan menjadi sebanyak 8,32 juta orang atau dengan TPT
sebesar 7,14 persen serta jumlah pengangguran ditahun 2011 turun
menjadi sebesar 7,70 juta orang atau dengan TPT sebesar 6,56 persen.
2.6.1 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Bila dilihat secara nasional jumlah pengangguran menurut
golongan umur tahun 2009-2011 secara keseluruhan menunjukkan
penurunan terutama pada golongan umur 20-24 tahun sampai 45-
49 tahun. Penurunan jumlah pengangguran tersebut pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, makin membaiknya
perekonomian secara nasional sehingga terbukanya perluasan
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
46 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
kesempatan kerja diberbagai sektor lapangan usaha yang dapat
mengurangi jumlah tingkat pengangguran. Pada tahun 2009 jumlah
pengangguran terbuka menurut golongan umur 20-24 tahun
sebanyak 2,52 juta orang, pada golongan umur 25-29 tahun
sebanyak 1,54 juta orang dan pada kelompok 30-34 tahun
sebanyak 0,83 juta orang, sedangkan untuk golongan umur 35-39
tahun sebanyak 0,56 juta orang. Pada tahun 2010 jumlah golongan
umur 20-24 tahun mengalami penurunan sehingga jumlahnya
menjadi 2,18 juta orang dan kelompok usia 25-29 tahun mengalami
penurunan sehingga menjadi sebanyak 1,43 juta orang. Sedangkan
pada golongan umur 30-34 tahun dan 35-39 tahun juga mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 penganggur
terbuka untuk golongan umur 20-24 tahun mengalami penurunan
kembali yang signifikan yaitu menjadi 1,87 juta orang. Demikian
juga untuk golongan umur 25-29 tahun jiuga mengalami penurunan
yaitu menjadi 1,16 juta orang. Menurunnya jumlah pengangguran
menggambarkan karena penambahan perluasan kesempatan kerja
dibeberapa sektor lapangan usaha seperti perdagangan, jasa dan
industri serta disektor formal yang cenderung juga mengalami
kenaikkan.
Tabel 2.22 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 2.30 2.15 2.31
20-24 2.52 2.18 1.87
25-29 1.54 1.43 1.16
30-34 0.83 0.79 0.64
35-39 0.56 0.49 0.41
40-44 0.43 0.37 0.37
45-49 0.33 0.27 0.25
50-54 0.23 0.20 0.22
55-59 0.15 0.16 0.17
60+ 0.07 0.27 0.31
Jumlah 8.96 8.32 7.70
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 47
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Berdasarkan kelompok umur, kecenderungannya adalah
semakin tinggi umur angkatan kerja semakin rendah pula tingkat
penganggurannya. Dilihat dari tingkat pengangguran terbuka
secara nasional dari tahun 2009-2011 pada kelompok umur 15-24
tahun merupakan penduduk usia sekolah yang selayaknya
melakukan kegiatan pendidikan menengah sampai pendidikan
tinggi, serta pada dasarnya bahwa golongan umur tersebut
memang masih harus menempuh dunia pendidikan yang belum
siap untuk memasuki pasar kerja.
Tingkat penganggur terbuka menurut golongan umur 15-19
tahun mengalami kenaikan, sedangkan golongan umur 20-49 tahun
rata-rata mengalami penurunan setiap tahun. Adapun pada
golongan umur antara 55-60+ tahun rata-rata mengalami
kenaikkan.
Tabel 2.23
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 (Persen)
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 27.54 27.97 29.13
20-24 18.85 17.44 14.40
25-29 10.00 9.04 7.37
30-34 5.46 4.95 3.96
35-39 4.00 3.39 2.76
40-44 3.31 2.69 2.64
45-49 3.03 2.40 2.16
50-54 2.58 2.15 2.36
55-59 2.49 2.53 2.71
60+ 0.86 3.06 3.54
Jumlah 7.87 7.14 6.56
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.6.2 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan tahun 2009
menunjukkan adanya penurunan pada hampir semua jenis
pendidikan maksimum SD, SMTA Umum dan SMTA Kejuruan,
Diploma dan Universitas, kecuali pendidikan SMTP mengalami
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
48 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
fluktuasi. Penurunan penganggur pada jenis pendidikan maksimum
SD tersebut disebabkan adanya keberhasilan program wajib belajar
bagi angkatan kerja muda yang harus melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengangguran dipasar kerja. Kondisi tersebut terlihat pada tahun
2009 pengangguran terbuka pada jenis pendidikan maksimum SD
sebanyak 2,17 juta orang, dan berpendidikan SMTA umum
sebanyak 2,47 juta orang serta yang berpendidikan SMTA Kejuruan
sebanyak 1,41 juta orang, namun pada tahun 2010 jumlah
pengangguran yang berpendidikan maksimum SD menurun
menjadi sebanyak 2,16 juta orang berarti mengalami penurunan
sebanyak -0,01 juta orang, sedangkan pada jenis pendidikan SMTP
menjadi sebesar 1,66 juta orang atau menurun sebanyak - 0,11 juta
orang. Adapun yang berpendidikan SMTA Kejuruan juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu menjadi 1,2 juta orang. Pada tahun 2011 jumlah
pengangguran menurut jenis pendidikan maksimum SD sebanyak
2,00 juta orang atau berkurang sebanyak 0,16 juta orang, yang
berpendidikan SMTP menjadi sebanyak 1,89 juta orang atau
bertambah sebanyak 0,23 juta orang. Untuk pendidikan SMTA
Kejuruan jumlah pengangguran sebanyak 1,03 juta orang atau
turun sebanyak -0,17 juta orang. Untuk yang berpendidikan SMTA
Umum, Diploma dan Universitas juga mengalami penurunan.
Tabel 2.24
Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 2.17 2.16 2.00
SMTP 1.77 1.66 1.89
SMTA Umum 2.47 2.15 2.04
SMTA Kejuruan 1.41 1.20 1.03
Diploma 0.44 0.44 0.24
Universitas 0.70 0.71 0.49
Jumlah 8.96 8.32 7.70
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 49
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pada tahun 2009 tingkat penganggur terbuka yang
berpendidikan SD sebesar 3,78 persen, meningkat pada tahun
2010 menjadi sebesar 3,81 persen. Pada tahun 2010 tingkat
penganggur terbuka pada pendidikan SMTP, SMTA Umum, SMTA
Kejuruan, Diploma maupun Universitas mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya. Adapun yang mengalami penurunan yang
cukup besar terdapat pada pendidikan SMTA Umum dan SMTA
Kejuruan. Penurunan tingkat pengangguran pada kedua jenis
pendidikan tersebut disebabkan terbukanya peluang kesempatan
kerja untuk kedua pendidikan tersebut. Sedangkan tahun 2011
tingkat pengangguran terbuka pada jenjang pendidikan lebih tinggi
menunjukkan angka penurunan dari tahun sebelumnya, namun
masih menunjukkan jumlah tingkat pengangguran yang cukup
besar, kendala tersebut dikarenakan terbatasnya ketersediaan
lapangan pekerjaan sehingga membuat kompetisi semakin ketat
antar pencari kerja dan sering kali mereka melamar dan memerima
pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.25
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 (Persen)
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011
SD 3.78 3.81 3.56
SMTP 8.37 7.45 8.37
SMTA Umum 14.50 11.90 10.66
SMTA Kejuruan 14.59 11.87 10.44
Diploma 13.66 12.78 7.16
Universitas 13.08 11.92 8.02
Jumlah 7.87 7.14 6.56 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Penganggur terbuka apabila dilihat menurut jenis kelamin
laki-laki, pada tahun 2009 pada jenis kelamin laki-laki sebanyak
5,29 juta orang dan perempuan sebanyak 3,68 juta orang, dan
pada tahun 2010 penganggur laki-laki sedikit mengalami penurunan
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
50 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
sehingga menjadi sebanyak 4,42 juta orang, sedangkan
penganggur terbuka perempuan mengalami kenaikan sehingga
menjadi sebanyak 3,90 juta orang atau naik sebesar 6,10 persen.
Pada tahun 2011 jumlah penganggur terbuka laki-laki mengalami
penurunan sehingga menjadi sebanyak 4,26 juta orang, turun
sebesar -3,57 persen, sedangkan penganggur terbuka perempuan
menurun sehingga menjadi sebanyak 3,44 juta orang atau
mengalami penurunan sebesar -11,84 persen.
Tabel 2.26
Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 5.29 4.42 4.26
Perempuan 3.68 3.90 3.44
Jumlah 8.96 8.32 7.70
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Tingkat penganggur terbuka menurut jenis kelamin, terlihat
untuk jenis laki-laki rata-rata mengalami penurunan setiap tahun.
Sedangkan tingkat penganggur terbuka pada jenis kelamin
perempuan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 tingkat
penganggur terbuka jenis kelamin laki-laki sebesar 7,51 persen
dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 8,47 persen. Pada
tahun 2010 kelompok laki-laki mengalami penurunan menjadi 6,15
persen dan kelompok perempuan mengalami kenaikan menjadi
8,74 persen. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan
untuk kedua jenis kelamin, yaitu untuk laki-laki menjadi 5,90 persen
dan perempuan menjadi 7,62 persen.
Tabel 2.27 Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 (Persen)
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-Laki 7.51 6.15 5.90
Perempuan 8.47 8.74 7.62
Jumlah 7.87 7.14 6.56
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 51
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.6.4 Penganggur Terbuka Menurut Provinsi
Pada tahun 2009-2011 penganggur terbesar terdapat pada
provinsi Jawa Barat yakni mencapai sebanyak 2,08 juta orang pada
tahun 2009 dengan TPT sebesar 10,96 persen dan terus
mengalami penurunan baik absout maupun TPTnya, sehingga pada
tahun 2011 menjadi sebanyak 1,90 juta orang dengan TPT sebesar
9,83 persen. Disusul oleh provinsi Jawa Tengah dengan
penganggur sebanyak 1,25 juta pada tahun 2009 dan terus
mengalami penurunan sebanyak 0,25 juta orang sehingga pada
tahun 2011 menjadi sebanyak 1 juta orang dengan TPT sebesar
5,93 persen.
Tingkat penganggur terbuka menurut provinsi pada tahun
2009-2011, terlihat hampir semua provinsi di Indonesia mengalami
penurunan kecuali provinsi Papua Barat yang mengalami
peningkatan pada periode yang sama yakni dari sebesar 7,56
persen pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,38 persen sehingga
menjadi 8,94 persen pada tahun 2011.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
52 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.28
Penganggur Terbuka Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Juta Orang)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 0.17 0.16 0.15
Sumatera Utara 0.53 0.49 0.40
Sumatera Barat 0.17 0.15 0.14
R I A U 0.19 0.21 0.14
J A M B I 0.07 0.08 0.06
Sumatera Selatan 0.26 0.24 0.22
Bengkulu 0.04 0.04 0.02
Lampung 0.24 0.22 0.21
Bangka Belitung 0.03 0.03 0.02
Kepulauan Riau 0.06 0.06 0.07
DKI Jakarta 0.57 0.58 0.56
Jawa Barat 2.08 1.95 1.90
Jawa Tengah 1.25 1.05 1.00
D.I. Yogyakarta 0.12 0.11 0.07
Jawa Timur 1.03 0.83 0.82
B A N T E N 0.65 0.73 0.68
B A L I 0.07 0.07 0.05
Nusa Tenggara Barat 0.13 0.12 0.11
Nusa Tenggara Timur 0.09 0.07 0.06
Kalimantan Barat 0.12 0.10 0.09
Kalimantan Tengah 0.05 0.04 0.03
Kalimantan Selatan 0.12 0.10 0.10
Kalimantan Timur 0.16 0.17 0.17
Sulawesi Utara 0.11 0.10 0.09
Sulawesi Tengah 0.07 0.06 0.05
Sulawesi Selatan 0.31 0.30 0.24
Sulawesi Tenggara 0.05 0.05 0.03
GORONTALO 0.03 0.02 0.02
Sulawesi Barat 0.02 0.02 0.02
Maluku 0.06 0.06 0.05
Maluku Utara 0.03 0.03 0.03
Papua Barat 0.03 0.03 0.03
Papua 0.05 0.05 0.06
Jumlah 8.96 8.32 7.70 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 53
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 2.29
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Provinsi
Tahun 2009-2011 (Persen)
Provinsi 2009 2010 2011
NAD 8.71 8.37 7.43
Sumatera Utara 8.45 7.43 6.37
Sumatera Barat 7.97 6.95 6.45
R I A U 8.56 8.72 5.32
J A M B I 5.54 5.39 4.02
Sumatera Selatan 7.61 6.65 5.77
Bengkulu 5.08 4.59 2.37
Lampung 6.62 5.57 5.78
Bangka Belitung 6.14 5.63 3.61
Kepulauan Riau 8.11 6.90 7.80
DKI Jakarta 12.15 11.05 10.80
Jawa Barat 10.96 10.33 9.83
Jawa Tengah 7.33 6.21 5.93
D.I. Yogyakarta 6.00 5.69 3.97
Jawa Timur 5.08 4.25 4.16
B A N T E N 14.97 13.68 13.06
B A L I 3.13 3.06 2.32
Nusa Tenggara Barat 6.25 5.29 5.33
Nusa Tenggara Timur 3.97 3.34 2.69
Kalimantan Barat 5.44 4.62 3.88
Kalimantan Tengah 4.62 4.14 2.55
Kalimantan Selatan 6.36 5.25 5.23
Kalimantan Timur 10.83 10.10 9.84
Sulawesi Utara 10.56 9.61 8.62
Sulawesi Tengah 5.43 4.61 4.01
Sulawesi Selatan 8.90 8.37 6.56
Sulawesi Tenggara 4.74 4.61 3.06
GORONTALO 5.89 5.16 4.26
Sulawesi Barat 4.51 3.25 2.82
Maluku 10.57 9.97 7.38
Maluku Utara 6.76 6.03 5.55
Papua Barat 7.56 7.68 8.94
Papua 4.08 3.55 3.94
Jumlah 7.87 7.14 6.56 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2009,2010,2011
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
54 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2.7 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam
proses pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional
maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan
keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2011 nilai
tambah setiap tenaga kerja di Indonesia masih rendah.
Tabel 2.30
Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2011 (Juta.Rp/Tenaga Kerja)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1. Pertanian 7.11 7.34 7.98
2. Pertambangan 155.99 148.77 129.10
3. Industri 44.40 43.19 43.61
4. Listrik, Gas & Air 76.83 77.11 78.96
5. Bangunan 25.56 26.82 25.25
6. Perdagangan 16.79 17.81 18.69
7. Angkutan 31.42 38.79 47.51
8. Keuangan 140.70 127.06 89.65
9. Jasa 14.67 13.65 13.97
Jumlah 20.77 21.35 22.46
Sumber : Sakernas, data diolah
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sektor pertambangan
merupakan sektor yang mempunyai nilai produktivitas tertinggi, namun
selama tiga tahun terakhir nilai produktivitas pada sektor tersebut terus
mengalami penurunan yaitu Rp. 155,95 juta/tenaga kerja pada tahun 2009
menurun menjadi Rp. 148,77 juta/tenaga kerja pada tahun 2010 dan pada
tahun 2011 turun kembali menjadi 129,10 juta/tenaga kerja. Sektor
keuangan merupakan sektor kedua yang mempunyai nilai produktivitas
tinggi. Perkembangan produktivitas tenaga kerja sektor keuangan pada
periode tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan yaitu dari
Rp. 140,70 juta/tenaga kerja pada tahun 2009 menurun menjadi Rp.
127,06 juta/tenaga kerja pada tahun 2010 dan kembali menurun pada
tahun 2011 menjadi 89,65 juta/tenaga kerja.
Berdasarkan data sakernas tahun 2009-2011 dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja untuk sektor
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 55
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pengangkutan & Komunikasi, Sektor Listrik, Gas, Air Bersih serta sektor
Pertanian mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pada tahun 2009
pertumbuhan produktivitas Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
31.42 juta/tenaga kerja dan pada tahun 2010 bertambah menjadi 38.79
juta/tenaga kerja, kemudian pada tahun 2011 mengalami kenaikan kembali
menjadi 47.51juta/tenaga kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Nasional
2013 - 2014
BAB IIIPERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN AKAN TENAGA KERJA
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 57
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB III
PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
PERSEDIAAN AKAN TENAGA KERJA
Perkiraan persediaan tenaga kerja merupakan salah satu unsur
penting dalam perencanaan tenaga kerja, baik di tingkat nasional maupun
regional. Secara substansi perkiraan tersebut meliputi perkiraan penduduk
usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), dan
perkiraan angkatan kerja. Perkiraan pertumbuhan penduduk, tingkat
kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar dan lainnya
memiliki keterkaitan erat dengan perkiraan persediaan tenaga kerja.
3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Tahun 2013 – 2014
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi,
menyebabkan perkiraan penduduk usia kerja pada tahun 2013-2014
jumlahnya akan terus mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan
jumlah penduduk usia kerja selama periode tersebut, salah satunya
disebabkan karena terdapat kecenderungan menurunnya pelaksanaan
program keluarga berencana. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia
pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak 176,46 juta orang pada meningkat
tahun 2013 menjadi sebanyak 179,06 juta orang, yang berarti terdapat
pertambahan penduduk usia kerja sebanyak 2,60 juta orang atau
58 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
meningkat 1,47 persen. Secara teknis, penduduk usia kerja dapat dilihat
menurut berbagai karakteristiknya, sebagaimana berikut ini.
3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Dilihat menurut golongan umur, selama tahun 2013-2014
terlihat bahwa penduduk usia kerja pada golongan umur 15-19
tahun merupakan jumlah yang paling besar. Secara konseptual
ketenagakerjaan pada golongan umur tersebut, terdapat
penduduk usia kerja yang termasuk kategori anak (penduduk
berumur 15–17 tahun). Pada tahun 2013 diperkirakan penduduk
usia kerja pada golongan umur tersebut jumlahnya mencapai
22,81 juta orang, dan diperkirakan meningkat menjadi 23,05 juta
orang pada tahun 2014, yang berarti terdapat pertambahan
penduduk usia kerja pada golongan umur tersebut sebanyak 0,24
juta orang atau meningkat 1,05 persen. Sebaliknya penduduk usia
kerja pada golongan umur 55-59 tahun merupakan jumlah yang
paling kecil. Pada tahun 2013 diperkirakan penduduk usia kerja
pada golongan umur tersebut jumlahnya mencapai 9,04 juta
orang, diperkirakan meningkat menjadi 9,30 juta orang pada tahun
2014, yang berarti terdapat pertambahan penduduk usia kerja
pada golongan umur tersebut sebanyak 0,26 juta orang atau
meningkat 2,88 persen.
Tabel 3.1
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Golongan Umur 2013 2014 Tambahan
2013-2014
15-19 22.81 23.05 0.24
20-24 19.41 19.63 0.22
25-29 21.15 21.33 0.19
30-34 21.61 21.90 0.29
35-39 19.09 19.37 0.28
40-44 17.59 17.88 0.29
45-49 14.54 14.84 0.30
50-54 12.53 12.82 0.29
55-59 9.04 9.30 0.26
60+ 18.69 18.94 0.25
Jumlah 176.46 179.06 2.60
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 59
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan
Penduduk usia kerja dilihat menurut tingkat pendidikan,
selama tahun 2013-2014 terlihat bahwa penduduk usia kerja
dengan tingkat pendidikan maksimum SD merupakan jumlah yang
paling besar. Pada tahun 2013 penduduk usia kerja dengan
tingkat pendidikan SD kebawah jumlahnya mencapai 81,14 juta
orang, diperkirakan menurun menjadi 80,74 juta orang pada tahun
2014, yang berarti terdapat penurunan jumlah penduduk usia
kerja pada tingkat pendidikan tersebut sebanyak 0,40 juta orang
atau menurun 0,49 persen. Penurunan jumlah penduduk usia
kerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah mencerminkan
bahwa program wajib belajar 9 tahun yang telah berjalan selama
ini memiliki pengaruh yang positif.
Sebaliknya penduduk usia kerja dengan tingkat pendidikan
Diploma merupakan jumlah yang paling kecil. Pada tahun 2013
penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan tersebut diperkirakan
jumlahnya mencapai 4,39 juta orang, meningkat menjadi 4,52 juta
orang pada tahun 2014, yang berarti terdapat pertambahan
penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan tersebut sebanyak
0,14 juta orang atau meningkat 3,12 persen. Akan tetapi,
penduduk usia kerja dengan tingkat pendidikan Universitas
selama tahun 2013-2014 jumlahnya lebih besar jika dibandingkan
dengan mereka yang berpendidikan Diploma. Pada tahun 2013
penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan Universitas
diperkirakan jumlahnya mencapai 8,12 juta orang, diperkirakan
meningkat menjadi 8,74 juta orang pada tahun 2014, yang berarti
terdapat pertambahan penduduk usia kerja pada tingkat
pendidikan tersebut sebanyak 0,62 juta orang atau meningkat
7,59 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa dalam
perkembangannya, sebagian masayarakat Indonesia tidak
merasa puas dengan tingkat pendidikan Diploma saja, sehingga
melanjutkan pada jenjang Universitas. Hal tersebut salah satu
kemungkinan dimaksudkan dalam upaya mengantisipasi
persaingan pasar kerja global yang semakin kompetitif.
60 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 3.2
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Maksimum SD 81.14 80.74 (0.40)
SMTP 39.45 39.89 0.44
SMTA Umum 28.96 29.78 0.83
SMTA Kejuruan 14.41 15.38 0.98
Diploma 4.39 4.52 0.14
Universitas 8.12 8.74 0.62
Jumlah 176.46 179.06 2.60
3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Secara umum, jika dilihat menurut jenis kelamin terlihat
bahwa selama periode 2013-2014 penduduk usia kerja perempuan
jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada
tahun 2013 penduduk usia kerja perempuan jumlahnya mencapai
88,31 juta orang, diperkirakan meningkat menjadi 89,57 juta orang
pada tahun 2014, yang berarti terdapat peningkatan jumlah
penduduk usia kerja perempuan sebanyak 1,25 juta orang atau
meningkat 1,42 persen. Sedangkan penduduk usia kerja laki-laki
pada tahun 2013 diperkirakan jumlahnya mencapai 88,15 juta
orang, meningkat menjadi 89,49 juta orang pada tahun 2014, yang
berarti terdapat peningkatan sebanyak 1,34 juta orang atau
meningkat 1,52 persen.
Tabel 3.3
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Laki-Laki 88.15 89.49 1.34
Perempuan 88.31 89.57 1.25
Jumlah 176.46 179.06 2.60
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 61
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Meskipun demikian, bukan berarti besaran tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan berbanding lurus
dengan jumlah penduduk usia kerja perempuan. Karena TPAK
tersebut selain tergantung terhadap jumlah penduduk usia kerja,
juga tergantung terhadap jumlah angkatan kerja.
3.1.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi
Sebaran penduduk usia kerja menurut provinsi selama
tahun 2013-2014, terlihat bahwa penduduk usia kerja di Provinsi
Jawa Barat merupakan jumlah yang terbesar jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia kerja di provinsi-provinsi lainnya.
Selama periode tersebut jumlah penduduk usia kerja mengalami
perubahan yang cenderung terus meningkat. Secara kuantitas pada
tahun 2013 jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 32,03 juta orang meningkat menjadi 32,52 juta pada
tahun 2014. Pola perubahan jumlah penduduk usia kerja yang
sama, juga terjadi di beberapa provinsi lainnya seperti Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bali, Banten,
Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur, dan sebagainya.
62 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 3.4
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Provinsi 2013 2014 Tambahan
2013-2014
NAD 3.13 3.13 (0.00)
Sumatera Utara 9.01 9.16 0.15
Sumatera Barat 3.57 3.69 0.12
R I A U 4.44 4.76 0.32
J A M B I 2.36 2.45 0.09
Sumatera Selatan 6.27 6.78 0.51
Bengkulu 1.24 1.26 0.02
Lampung 5.52 5.57 0.05
Bangka Belitung 0.96 1.00 0.04
Kepulauan Riau 1.50 1.63 0.14
DKI Jakarta 7.82 8.03 0.21
Jawa Barat 32.03 32.52 0.49
Jawa Tengah 23.18 22.83 (0.35)
D.I. Yogyakarta 2.58 2.52 (0.07)
Jawa Timur 27.56 27.13 (0.43)
B A N T E N 8.65 9.17 0.53
B A L I 3.20 3.33 0.13
Nusa Tenggara Barat 3.22 3.26 0.04
Nusa Tenggara Timur 2.89 2.84 (0.05)
Kalimantan Barat 3.05 3.06 0.01
Kalimantan Tengah 1.65 1.70 0.05
Kalimantan Selatan 2.71 2.76 0.05
Kalimantan Timur 2.93 3.12 0.19
Sulawesi Utara 1.63 1.61 (0.02)
Sulawesi Tengah 1.84 1.86 0.02
Sulawesi Selatan 5.58 5.56 (0.02)
Sulawesi Tenggara 1.55 1.59 0.04
GORONTALO 0.75 0.76 0.01
Sulawesi Barat 0.78 0.78 0.01
Maluku 1.12 1.18 0.06
Maluku Utara 0.72 0.73 0.02
Papua Barat 0.53 0.53 0.00
Papua 2.49 2.74 0.25
Jumlah 176.46 179.06 2.60
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 63
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Jumlah penduduk usia kerja terbesar kedua dalam periode
yang sama, berada di provinsi Jawa Timur dan jumlahnya
cenderung terus menurun, yakni dari 27,56 juta orang pada tahun
2013 menurun menjadi 27,13 juta pada tahun 2014. Perubahan
jumlah penduduk usia kerja selama tahun 2013-2014 yang
cenderung menurun juga terjadi di beberapa provinsi lainnya seperti
provinsi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan. Sedangkan jumlah penduduk usia kerja terendah
terdapat di provinsi Papua Barat, yang dalam periode tersebut
menunjukkan perubahan yang tidak signifikan yakni dari 0,53 juta
orang pada tahun 2013 dan 2014.
3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tahun
2013 – 2014
Secara umum tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Indonesia
selama tahun 2013-2014 cenderung terus meningkat. Secara kuantitas,
tingkat partisipasi angkatan kerja selama periode tersebut masing-masing
68,15 persen dan 68,42 persen. Meningkatnya TPAK tersebut
kemungkinan disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang masuk
ke pasar kerja khususnya penduduk perempuan. Hal tersebut tampaknya
memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap melajunya
pertumbuhan angkatan kerja, sehingga pertambahan jumlah angkatan
kerja pada tahun-tahun berikutnya akan menjadi lebih besar dibandingkan
dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja.
3.2.1 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur
Secara umum semakin tinggi golongan umur, akan
berbanding lurus dengan tingginya tingkat partisipasi angkatan
kerja. Kondisi tersebut tercipta, sejalan dengan bertambahnya
tuntutan untuk bekerja dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup
dan mulai pada golongan umur tertentu mulai menurun. Kondisi
tersebut terlihat pada golongan umur 25-59, TPAK selama tahun
2013-2014 menunjukkan peningkatan, sedangkan mulai golongan
umur 60 tahun keatas dalam periode yang sama menunjukan
penurunan. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa semakin
berkurangnya jumlah penduduk pada golongan umur tersebut yang
memasuki angkatan kerja.
64 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
TPAK pada golongan umur muda yakni 15-19 tahun,
diperkirakan selama tahun 2013-2014 menunjukan penurunan yang
masing-masing dari 32,58 persen pada tahun 2013, menurun
menjadi 31,23 persen pada tahun. Demikian halnya dengan TPAK
pada golongan umur 20-24 tahun dalam periode yang sama juga
cenderung menurun, dari 66,92 persen pada tahun 2013 menjadi
66,77 persen pada tahun 2014. Selain itu, TPAK pada golongan
umur 60 tahun keatas juga cenderung menurun.
Tabel 3.5
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2014 (Persen)
Golongan Umur 2013 2014 Tambahan
2013-2014
15-19 32.58 31.23 (1.36)
20-24 66.92 66.77 (0.15)
25-29 76.88 78.21 1.33
30-34 78.10 79.23 1.13
35-39 79.92 80.53 0.60
40-44 82.09 82.60 0.51
45-49 81.61 82.06 0.45
50-54 79.22 79.66 0.44
55-59 74.44 75.22 0.78
60+ 45.35 44.45 (0.90)
Jumlah 68.15 68.42 0.27
3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan
Secara umum, salah satu indikator yang dapat menunjukan
kualitas tenaga kerja Indonesia, adalah tinggi rendahnya tingkat
pendidikan. Sejalan diimplementasikan program wajib belajar 9
tahun serta semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menyebabkan kualitas
angkatan kerja Indonesia menunjukan peningkatan dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Program tersebut telah
memberikan dampak positif terhadap meningkatnya kualitas
angkatan kerja Indonesia. Sehingga, angkatan kerja mengalami
pergeseran yakni semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 65
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
yang berpendidikan SMTP ke atas disatu sisi, sedangkan disisi lain
semakin menurunnya jumlah angkatan kerja berpendidikan SD
kebawah. Selain itu, secara umum juga akan menurunkan jumlah
tambahan angkatan kerja baru. Sehubungan dengan hal tersebut,
diharapkan TPAK lulusan pendidikan SD kebawah dari tahun ke
tahun semakin menurun, sedangkan TPAK lulusan pendidikan
SMTP keatas meningkat.
Tabel 3.6
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2014 (Persen)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 Tambahan
2013-2014
SD 68.26 67.88 (0.38)
SMTP 56.63 57.04 0.42
SMTA Umum 68.43 69.07 0.64
SMTA Kejuruan 78.86 79.59 0.73
Diploma 74.89 75.26 0.38
Universitas 99.39 99.97 0.57
Jumlah 68.15 68.42 0.27
Pada tahun 2013 diperkirakan TPAK lulusan pendidikan
maksimum SD sebesar 68,26 persen mengalami penurunan
menjadi 67,88 persen pada tahun 2014, sedangkan TPAK lulusan
pendidikan SMTP keatas dalam periode yang sama menunjukan
peningkatan. Disisi lain, terlihat bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka tingkat partisipasi angkatan kerjanya
cenderung semakin tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa sebagian
besar lulusan pada setiap jenjang pendidikan melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, sehinga lulusan
pendidikan dasar yang memasuki ke pasar kerja jumlahnya menjadi
semakin kecil. Seperti pada tahun 2013, TPAK dengan tingkat
pendidikan SMTP hanya 56,63 persen sedangkan pada tingkat
Pendidikan Tinggi/ Universitas mencapai 99,39 persen. Pola seperti
tersebut, juga terlihat pada tahun 2014.
66 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.2.3 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin
Jika dilihat menurut jenis kelamin, selama tahun 2013 -
2014 secara umum TPAK laki-laki jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan TPAK perempuan, dan disisi lain terlihat
cenderung terus meningkat. Dalam periode yang sama TPAK laki-
laki meningkat dari 83,94 persen pada tahun 2013 menjadi 84,19
persen pada tahun 2014. Sedangkan TPAK perempuan meningkat
dari 52,39 persen pada tahun 2013 menjadi 52,66 persen pada
tahun 2014.
Kondisi tersebut sangat dimungkinkan, karena pada
umumnya laki-laki disatu sisi sebagai andalan anggota rumah
tangganya, sedangkan disisi lain setelah masa pensiun masih
mencari pekerjaan lainnya untuk mendapatkan tambahan
penghasilan. Sejalan dengan program peningkatan kesetaraan
gender, yang dikembangkan melalui program/kegiatan yang
dicanangkan oleh berbagai lembaga/instansi yang terkait, maka
kontribusi perempuan di pasar kerja menjadi lebih dinamis. Dengan
demikian, maka paradigma yang menyatakan bahwa kodrat wanita
sebagai ibu rumah tangga, menjadi tidak konsisten lagi. Terlebih
lagi dalam kondisi perekonomian yang menunjukkan
perkembangan kurang signifikan, menuntut ibu rumah tangga untuk
bekerja guna menambah penghasilan rumah tangganya.
Tabel 3.7
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Persen)
Jenis Kelamin 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Laki-Laki 83.94 84.19 0.25
Perempuan 52.39 52.66 0.27
Jumlah 68.15 68.42 0.27
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 67
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.2.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Provinsi
Provinsi-provinsi yang potensial dalam membangun dan
mengembangkan daerahnya melalui berbagai kegiatan ekonomi
seperti di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa, dan sektor-
sektor lainnya, diharapkan dapat memberikan peluang bagi para
angkatan kerja di daerahnya maupun dari berbagai provinsi lainnya.
Kondisi tersebut, dapat membuka peluang kesempatan kerja
sehingga akan terjadi mobilitas penduduk antar provinsi yang
semakin tinggi. Oleh karena itu, TPAK di provinsi-provinsi tertentu
diharapkan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan
sebaliknya TPAK di provinsi-provinsi tertentu lainnya akan
mengalami penurunan.
Selama tahun 2013-2014 TPAK pemerintah Aceh terus
mengalami peningkatan, dari 63,75 persen tahun 2013 menjadi
64,02 persen pada tahun 2014. Pola yang sama juga terjadi di
beberapa provinsi lainnya kecuali Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Gorontalo, Papua, Lampung,
Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, dan Bali. Kondisi tersebut ternyata
diluar dugaan, karena di provinsi tersebut terlihat cukup potensial
dalam membangun dan mengembangkan wilayahnya melalui
berbagai kegiatan ekonominya, namun TPAKnya justru mengalami
penurunan dalam periode yang sama.
68 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 3.8
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2013-2014 (Persen)
Provinsi 2013 2014 Tambahan
2013-2014
NAD 63.75 64.02 0.27
Sumatera Utara 73.45 74.49 1.03
Sumatera Barat 66.83 67.46 0.63
R I A U 69.51 71.45 1.94
J A M B I 67.29 67.40 0.12
Sumatera Selatan 72.56 73.62 1.05
Bengkulu 76.07 77.57 1.50
Lampung 66.81 66.53 (0.28)
Bangka Belitung 70.49 71.86 1.38
Kepulauan Riau 69.05 70.17 1.12
DKI Jakarta 70.75 71.78 1.03
Jawa Barat 60.38 59.73 (0.65)
Jawa Tengah 70.82 71.16 0.34
D.I. Yogyakarta 65.94 64.87 (1.07)
Jawa Timur 68.28 68.00 (0.29)
B A N T E N 70.60 72.38 1.78
B A L I 73.55 72.47 (1.08)
Nusa Tenggara Barat 62.35 60.83 (1.53)
Nusa Tenggara Timur 69.89 69.30 (0.59)
Kalimantan Barat 72.87 72.68 (0.19)
Kalimantan Tengah 73.05 73.47 0.42
Kalimantan Selatan 73.50 73.92 0.43
Kalimantan Timur 71.35 73.15 1.80
Sulawesi Utara 67.34 68.69 1.35
Sulawesi Tengah 75.57 77.17 1.61
Sulawesi Selatan 64.83 65.39 0.56
Sulawesi Tenggara 70.96 71.05 0.09
GORONTALO 63.14 62.94 (0.20)
Sulawesi Barat 75.14 76.97 1.83
Maluku 72.23 73.99 1.76
Maluku Utara 69.41 70.73 1.32
Papua Barat 71.60 72.34 0.74
Papua 77.51 77.40 (0.11)
Jumlah 68.15 68.42 0.27
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 69
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Tahun 2013 – 2014
Secara teoritis angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk
usia kerja, sehingga jumlah angkatan kerja sangat tergantung pada jumlah
penduduk usia kerja yang masuk ke dalam angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja setiap tahunnya terus mengalami peningkatan sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja. Pada tahun 2013
secara umum jumlah angkatan kerja sebanyak 120,26 juta meningkat
menjadi 122,51 juta pada tahun 2014. Angkatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa karekteristik yang secara rinci dapat
dilihat pada uraian berikut.
3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Komposisi angkatan kerja menurut golongan umur selama
tahun 2013-2014 secara umum didominasi oleh golongan umur 30-
34 tahun, yakni sebesar 16,87 juta orang pada tahun 2013,
meningkat menjadi 17,35 juta orang pada tahun 2014.
Tabel 3.9
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Golongan Umur 2013 2014 Tambahan
2013-2014
15-19 7.43 7.20 (0.24)
20-24 12.99 13.10 0.12
25-29 16.26 16.69 0.43
30-34 16.87 17.35 0.48
35-39 15.26 15.60 0.34
40-44 14.44 14.77 0.33
45-49 11.87 12.18 0.31
50-54 9.93 10.21 0.28
55-59 6.73 7.00 0.27
60+ 8.48 8.42 (0.06)
Jumlah 120.26 122.51 2.25
Selama tahun 2013-2014, menunjukan bahwa jumlah
angkatan kerja pada golongan umur 15-19 tahun, dan golongan
umur 60 tahun ke atas cenderung menurun. Seperti jumlah
angkatan kerja pada golongan umur 15-19 tahun pada tahun 2013
sebanyak 7,43 juta orang, sedikit menurun menjadi 7,20 juta pada
70 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
tahun 2014. Berbeda dengan angkatan kerja pada golongan umur
20-24 tahun sampai dengan 55-59 tahun terdapat kecenderungan
terus meningkat.
3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Secara umum jumlah angkatan kerja menurut tingkat
pendidikan selama tahun 2013-2014 masih didominasi oleh mereka
yang berpendidikan maksimum SD dan cenderung terus menurun,
yakni dari 55,38 juta orang pada tahun 2013, menurun menjadi
54,80 juta pada tahun 2014.
Tabel 3.10
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Sejalan dengan diterapkan sistem pendidikan melalui
program pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun, diharapkan jumlah
angkatan kerja berpendidikan SD dari tahun ke tahun cenderung
terus menurun. Sebaliknya angkatan kerja berpendidikan SMTP ke
atas diharapkan akan terus mengalami peningkatan, sehingga
struktur angkatan kerja beberapa tahun ke depan diperkirakan akan
mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Ini berarti bahwa dengan diterapkannya program
pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun, serta adanya dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang telah bergulir sejak beberapa
tahun yang lalu, memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam
menurunkan jumlah angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah.
Tingkat Pendidikan 2013 2014 Tambahan
2013-2014
SD 55.38 54.80 (0.58)
SMTP 22.34 22.75 0.42
SMTA Umum 19.82 20.57 0.76
SMTA Kejuruan 11.36 12.24 0.88
Diploma 3.29 3.40 0.12
Universitas 8.07 8.73 0.66
Jumlah 120.26 122.51 2.25
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 71
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Jika dilihat menurut jenis kelamin, selama tahun 2013 -
2014 secara umum jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja perempuan, dan
cenderung terus meningkat. Dalam periode yang sama jumlah
angkatan kerja laki-laki meningkat dari 73,99 juta orang pada tahun
2013 menjadi 75,35 juta pada tahun 2014. Sedangkan jumlah
angkatan kerja perempuan meningkat dari 46,26 juta orang pada
tahun 2013 menjadi 47,16 juta pada tahun 2014.
Kondisi tersebut sangat dimungkinkan, karena pada
umumnya laki-laki disatu sisi memiliki tanggung jawab terhadap
anggota rumah tangganya, sedangkan disisi lain setelah masa
pensiun masih aktif mencari pekerjaan dalam upaya mencari
tambahan penghasilan.
Tabel 3.11 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
3.3.4 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Sebaran angkatan kerja menurut provinsi selama tahun
2013-2014, terlihat bahwa angkatan kerja di Provinsi Jawa Barat
merupakan jumlah yang terbesar jika dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja di provinsi-provinsi lainnya. Selama periode tersebut
jumlah angkatan kerja mengalami perubahan yang cenderung terus
meningkat. Secara kuantitas pada tahun 2013 jumlah angkatan
kerja di Provinsi Jawa Barat sebanyak 19,34 juta orang meningkat
menjadi 19,43 juta pada tahun 2014. Pola perubahan jumlah
angkatan kerja yang sama, juga terjadi di beberapa provinsi lainnya
seperti Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bali,
Banten, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur, dan sebagainya.
Jenis Kelamin 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Laki-Laki 73.99 75.35 1.36
Perempuan 46.26 47.16 0.90
Jumlah 120.26 122.51 2.25
72 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 3.12
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Provinsi 2013 2014 Tambahan
2013-2014
NAD 2.00 2.00 0.01
Sumatera Utara 6.62 6.82 0.20
Sumatera Barat 2.38 2.49 0.10
R I A U 3.09 3.40 0.32
J A M B I 1.59 1.65 0.06
Sumatera Selatan 4.55 4.99 0.44
Bengkulu 0.95 0.98 0.03
Lampung 3.69 3.71 0.01
Bangka Belitung 0.68 0.72 0.04
Kepulauan Riau 1.03 1.15 0.11
DKI Jakarta 5.53 5.76 0.23
Jawa Barat 19.34 19.43 0.08
Jawa Tengah 16.42 16.25 (0.17)
D.I. Yogyakarta 1.70 1.63 (0.07)
Jawa Timur 18.82 18.45 (0.37)
B A N T E N 6.11 6.64 0.53
B A L I 2.35 2.41 0.06
Nusa Tenggara Barat 2.01 1.98 (0.02)
Nusa Tenggara Timur 2.02 1.97 (0.05)
Kalimantan Barat 2.22 2.22 0.00
Kalimantan Tengah 1.20 1.25 0.04
Kalimantan Selatan 1.99 2.04 0.04
Kalimantan Timur 2.09 2.28 0.19
Sulawesi Utara 1.10 1.11 0.01
Sulawesi Tengah 1.39 1.44 0.05
Sulawesi Selatan 3.62 3.63 0.02
Sulawesi Tenggara 1.10 1.13 0.03
GORONTALO 0.47 0.48 0.01
Sulawesi Barat 0.58 0.60 0.02
Maluku 0.81 0.87 0.06
Maluku Utara 0.50 0.52 0.02
Papua Barat 0.38 0.39 0.01
Papua 1.93 2.12 0.19
Jumlah 120.26 122.51 2.25
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 73
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Jumlah angkatan kerja terbesar kedua dalam periode yang
sama, berada di provinsi Jawa Timur dan jumlahnya cenderung
terus menurun, yakni dari 18,82 juta orang pada tahun 2013
menurun menjadi 18,45 juta pada tahun 2014. Perubahan jumlah
angkatan kerja selama tahun 2013-2014 yang cenderung menurun
juga terjadi di beberapa provinsi lainnya seperti provinsi Jawa
Tengah, D.I. Yogyakarta, NTB, dan NTT. Sedangkan jumlah
angkatan kerja terendah terdapat di provinsi Papua Barat, yang
dalam periode tersebut menunjukkan perubahan yang tidak
signifikan yakni dari 0,38 juta orang pada tahun 2013 meningkat
masing-masing menjadi 0,39 juta pada tahun 2014.
Perencanaan
2013 - 2014
BAB IVPERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA
Tenaga Kerja Nasional
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 75
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB IV
PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA
Dalam pelaksanaan penyusunan perencanaan tenaga kerja sangat
memerlukan data informasi akurat serta sumber data dari lembaga yang
dapat dipertanggungjawabkan sehingga data yang diperkirakan maupun
diproyeksikan mempunyai hasil yang dapat digunakan. Untuk penyusunan
perencanaan tenaga kerja dibutuhkan beberapa jenis data sebagai bahan
perkiraan untuk masa beberapa tahun mendatang seperti, data penduduk
usia kerja menurut jenis pendidikan, umur maupun jenis kelamin, perkiraan
tingkat partisipasi angkatan kerja serta perkiraan angkatan kerja. Dari data
penduduk usia kerja maupun kesempatan kerja diperkirakan akan terus
meningkat dari tahun 2013-2014, hal tersebut menggambarkan
membaiknya sistem perekonomian Indonesia, dimana terlihat perkiraan
pertumbuhan ekonomi Indonesia secara makro pada tahun 2013 mampu
tumbuh mencapai sebesar 6,80 persen dan pada tahun 2014 naik menjadi
7,30 persen. Kondisi perekonomian yang membaik sangat dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah terhadap mendorong meningkatnya investasi
dimasing-masing sektor lapangan usaha dan mempunyai dampak
terhadap bertumbuhnya perluasan kesempatan kerja. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi tahun 2013-2014 akan dijelaskan dari masing-
masing sektor lapangan usaha melalui pertumbuhan nilai produk domestik
bruto.
76 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2013 – 2014
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian
usaha dan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan nasional melalui investasi diseluruh sektor lapangan usaha,
serta meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara memperluas
penciptaan kesempatan kerja. Untuk mengetahui peningkatan
pertumbuhan ekonomi terlihat pada perkembangan Produk Domestik
Bruto (PDB), upaya mencapai keberhasilan tersebut pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan maupun regulasi pembangunan perekonomian
yang memberikan suatu kemudahan bagi investasi dalam kepastian
berusaha dimasing-masing sektor lapangan usaha. Adapun untuk
mengukur suatu keberhasilan pertumbuhan ekonomi atau nilai tambah
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor produksi, kebijakan
moneter termasuk inflasi serta adanya pengaruh perekonomian
internasional seperti naiknya harga minyak mentah, sementara
pertumbuhan perekonomian Indonesia dipengaruhi dari beberapa faktor
tersebut dapat dilihat melalui perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
atas dasar harga konstan 2000 mencakup seluruh aktivitas ekonomi
menurut sektor lapangan usaha yang akan diuraikan lebih rinci.
Kecenderungan perkembangan perdagangan dunia yang semakin
terbuka maka akan menimbulkan persaingan diantara negara untuk dapat
menguasai perdagangan pasar dunia terutama bagi negara-negara maju,
sedangkan dalam hal ini Indonesia termasuk negara berkembang tetap
berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan
kebijakan dan regulasi terhadap kemudahan bagi para investor agar
menanamkan modal usaha di Indonesia. Dengan demikian pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan meningkat serta aktivitas perekonomian
berkembang dapat menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat
melalui penciptaan perluasan kesempatan kerja.
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan alat atau sarana
utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
memperhatikan faktor-faktor mempengaruhi, sehingga perencanaan
pembangunan ekonomi melalui kebijakan pemerintah akan dapat
menentukan serangkaian sasaran ekonomi dengan memobilisasi sumber
daya alam dan sumber daya manusia secara kuantitatif. Pada tahun 2013
pertumbuhan ekonomi diperkirakan menjadi sebesar 6,8 persen serta
pada tahun 2014 diperkirakan naik mencapai sebesar 7,2 persen,
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 77
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus mengalami peningkatan
apabila tidak terjadi goncangan ekonomi secara global. Optimisme
perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas kinerja
perekonomian Indonesia pada tahun 2012-2013 dapat mencapai tumbuh
rata-rata sebesar 0,40 persen, kondisi tersebut harus ada koordinasi yang
baik bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang cepat dan tepat
serta tetap mewaspadai perkembangan perekonomian global.
Peningkatan pertumbuhan perekonomian secara nasional terlihat
dari perkembangan sektor lapangan usaha ekonomi melalui Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000, bila dilihat hasil
perkiraan pada tahun 2013 PDB tertinggi terdapat pada tiga sektor
lapangan usaha yaitu sektor industri sebesar 25,55 persen, sektor
perdagangan 18,49 persen dan sektor pertanian sebesar 12,00 persen.
Pada tahun 2014 hampir sebagian besar sektor mengalami penurunan
proporsi kecuali sektor perdagangan dan sektor angkutan yang mengalami
peningkatan yaitu sebesar 0,35 persen pada sektor perdagangan dan
sebesar 0,51 persen pada sektor angkutan.
Apabila dilihat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 diperkirakan
laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat menjadi 6,8 persen dari tahun
sebelumnya, dengan rata-rata peningkatan pada semua sektor sebesar
0,34 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai
peningkatan laju pertumbuhan terendah yaitu hanya sebesar 0,20 ya
berarti masih dibawah rata-rata, kemudian disusul dengan sektor angkutan
yang merupakan terendah kedua yaitu hanya sebesar 0,29 persen pada
periode tahun yang sama.
Bila dilihat laju pertumbuhan dari empat sektor lapangan usaha
pada tahun 2013-2014 menggambarkan adanya peningkatan kegiatan
konsumsi, industri dan rumah tangga terhadap penggunaan sektor listrik,
gas dan air, begitu juga terhadap peningkatan alokasi sektor bangunan
terhadap pembangunan infrastruktur diberbagai bidang yang dikerjakan
pihak pemerintah maupun swasta dalam pembangunan jalan dan
jembatan, pembuatan irigasi, pembangunan perumahan yang ditujukan
bagi masyarakat golongan menengah seperti pembangunan perumahan
sederhana maupun terhadap kawasan perumahan mewah. Sementara dari
sisi pertumbuhan sektor angkutan menunjukkan aktivitas yang cukup
berkembang terutama dengan adanya pemekaran wilayah pemerintahan
menjadi otonomi daerah, sehingga mempunyai dampak positif terhadap
78 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
meningkatnya transportasi secara nasional terutama distribusi angkutan
barang dan penumpang dari satu daerah kedaerah lainnya baik melalui
angkutan darat, laut dan udara.
Tabel 4.1
Perkiraan Kontribusi dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 2013 – 2014 (%)
Lapangan Usaha 2013 2014
Kontribusi Laju pert Kontribusi Laju pert
1. Pertanian 12.00 3.7 11.63 3.9
2. Pertambangan 7.08 2.8 6.81 3.2
3. Industri Pengolahan 25.55 6.5 25.46 6.9
4. Listrik, Gas dan Air 0.76 6.6 0.76 7.0
5. Bangunan 6.57 7.5 6.60 7.9
6. Perdagangan 18.49 8.9 18.83 9.3
7. Angkutan 10.72 12.1 11.24 12.4
8. Keuangan 9.49 6.1 9.42 6.5
9. Jasa Kemasyarakatan 9.33 6.0 9.25 6.4
Jumlah 100.00 6.8 100.00 7.2
Sumber : RKP Tahun 2013
Pada tahun 2013 diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen sedangkan pada tahun 2014 sebesar 7,2 persen, berarti mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut berarti membawa pengaruh positif terhadap perkiraan peningkatan perluasan penciptaan kesempatan kerja diseluruh sektor lapangan usaha. Pada tahun 2013 perluasan kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 113,30 juta orang sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan menjadi 115,86 juta orang, berarti perluasan kesempatan kerja diperkirakan mengalami pertambahan sebanyak 2,56 juta orang. Hasil perkiraan perluasan kesempatan kerja menurut sektor lapangan usaha pada tahun 2013 sebanyak 113.30 juta orang, terlihat masih didominasi pada sektor pertanian sebanyak 38.90 juta orang, dengan laju pertumbuhan pada sektor tersebut sebesar 3,7 persen, berikutnya terdapat pada sektor perdagangan perluasan kesempatan kerja sebesar 23.65 juta orang dengan laju pertumbuhannya sebesar 8,9 persen, sektor jasa perluasan kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 17.40 juta orang sedangkan laju pertumbuhannya sebesar 6 persen dan untuk sektor industri pengolahan perlusan kesempatan kerja dapat tercipta sebanyak 16.30 juta orang sedangkan untuk laju pertumbuhannya sebesar 6,5 persen. Sedangkan perkiraan perluasan kesempatan kerja tercipta pada
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 79
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
tahun 2014 masih terlihat kondisi yang sama pada tahun sebelumnya, namun dari sisi perluasan kesempatan kerja mengalami peningkatan. Untuk sektor pertanian pertumbuhan perluasan kesempatan kerja sebanyak 38.92 juta orang berarti mengalami peningkatan sebanyak 0,02 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 3,90 persen, pada sektor perdagangan perkiraan perluasan kesempatan kerja sebanyak 24.15 juta orang, kondisi tersebut menunjukkan adanya penambahan sebanyak 0.51 juta orang, sementara laju pertumbuhannya sebesar 9,3 persen, berikutnya pada sektor industri pengolahan penciptaan perluasan kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 17.24 juta orang mengalami pertambahan sebanyak 0.94 juta orang, sedangkan pada sektor jasa kemasyarakatan kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 17.72 juta orang mengalami pertambahan sebanyak 0.31 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 6,40 persen. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan produk domestik bruto pada sektor pertanian masih cukup kecil bila dibandingkan dengan sektor lainnya, namun dari sisi penyerapan tenaga kerjanya cukup besar apabila dibandingkan dengan sektor lainnya, kondisi tersebut diperkirakan akan tetap menjadi terbesar dalam perluasan kesempatan kerja, karena sektor ini dijadikan sumber penghasilan bagi mayoritas masyarakat Indonesia hal tersebut disebabkan tidak terlalu memperhatikan pada jenis pendidikan, serta sektor pertanian telah terbukti ketangguhannya dalam menghadapi krisis ekonomi pada saat melanda perekonomian global, maka dalam hal itu pemerintah menetapkan beberapa jenis komoditi pertanian andalan untuk dikembangkan secara terpadu melalui perluasan lahan pertanian maka hasil produksi pertanian dapat untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun dijadikan komoditi eksport. Disamping sektor pertanian merupakan tempat perluasan kesempatan kerja yang cukup besar dan yang tidak dapat ditinggalkan adalah sektor perdagangan, kondisi tersebut terlihat bahwa sektor perdagangan masih merupakan lapangan usaha diminati masyarakat terutama pada golongan perdagangan kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga pemerintah diupayakan dapat mempermudah memberikan jaminan pinjaman bagi pedagang kecil dan menengah berupa kredit modal usaha kecil dan menengah dan lokasi untuk berusaha.
Sementara laju pertumbuhan lapangan usaha sektor bangunan pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 7,5 persen, serta dapat membuka peluang kesempatan kerja sebanyak 7.30 juta orang dan kontribusi produk domestik bruto pada sektor bangunan sebesar 6,57 persen, sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan pertumbuhan sektor bangunan sama dengan tahun sebelumnya, namun dari sisi perkiraan perluasan kesempatan kerja meningkat menjadi sebanyak 7,84 juta orang, sedangkan kontribusi PDB dari sektor bangunan naik menjadi 6,60 persen, kondisi tersebut menggambarkan bahwa sektor bangunan masih merupakan perhatian pemerintah maupun kalangan swasta untuk
80 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
melaksanakan pembangunan sarana jalan, jembatan, irigasi dan pembangunan perumahan baik di pusat maupun daerah.
Tabel 4.2
Perkiraan Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014
(Milyar rupiah)
Lapangan Usaha 2013 2014
1. Pertanian 336,560 349,518
2. Pertambangan 198,404 204,654
3. Industri Pengolahan 716,340 765,410
4. Listrik, Gas dan Air 21,419 22,908
5. Bangunan 184,126 198,580
6. Perdagangan 518,307 566,250
7. Angkutan 300,667 337,799
8. Keuangan 266,132 283,298
9. Jasa Kemasyarakatan 261,567 278,177
Jumlah 2,803,524 3,006,594
Aktivitas perkiraan laju pertumbuhan ekonomi (PDB) menurut lapangan usaha tahun 2013-2014 menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen, dimana terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor lapangan usaha angkutan dan komunikasi pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 12,1 persen dan pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 persen. Adapun perkiraan peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tersebut disebabkan membaiknya perekonomian Indonesia serta meningkatnya pendapatan masyarakat, kondisi tersebut disebabkan adanya perubahan bentuk sistem pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, sehingga membawa dampak positif terhadap sektor angkutan dan komunikasi, hal tersebut terlihat meningkatnya kegiatan angkutan darat, laut dan udara maupun komunikasi dari satu daerah kedaerah lainnya dalam bentuk angkutan barang maupun penumpang dimana volumenya terus berkembang, begitu juga hampir sebagian besar kepulauan di Indonesia sudah memiliki sambungan jaringan komunikasi.
Sementara dari laju pertumbuhan produk domestik bruto sektor industri tahun 2013-2014 diperkirakan terus meningkat, hal tersebut terlihat dari aktivitas industri yang menggunakan bahan baku industri untuk industri lanjutan cenderung meningkat, dari aktivitas industri tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan pada sektor industri pengolahan, terutama pada industri makanan, minuman dan tembakau, industri tekstil dan produk tekstil, industri komponen kendaraan bermotor
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 81
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
dan industri petro kimia yang memiliki bahan baku import dalam struktur inputnya. Kondisi tersebut diharapkan pertumbuhan perekonomian domestik maupun global akan membaik, sehingga permintaan akan produk industri dalam negeri maupun eksport akan mengalami peningkatan.
Selanjutnya pada sektor pertanian menunjukkan dalam penyerapan tenaga kerja cukup banyak bila dibandingkan dengan sektor lainnya, maka diperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto sektor pertanian tahun 2013 sebesar 3,7 persen, sedangkan pada tahun 2014 sektor pertanian diperkirakan meningkat menjadi sebesar 3,9 persen, peningkatan perkiraan sektor pertanian disebabkan bertambahnya kebutuhan pupuk pertanian serta pertambahan perluasan areal lahan pertanian sehingga hasil produksi pertanian terus mengalami peningkatan, terutama pada pertanian holtikultura atau tanaman kebutuhan pangan sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan program ketahanan pangan nasional dan mengurangi produk import pertanian.
Pada tahun 2013 sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan laju pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 8,9 persen, sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan laju pertumbuhan produk domestik bruto naik menjadi 9,3 persen. Peningkatan perkiraan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2013-2014, didominasi pada perdagangan usaha kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja, sementara dari sisi untuk membuka usaha perdagangan kecil dan menengah pada dasarnya tidak membutuhkan modal awal yang cukup besar maupun jenis pendidikan tertentu ditamatkan, maka banyak tenaga kerja terserap untuk melakukan usaha tersebut.
4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja
Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk
penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang
tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran.
Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha
sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk
bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2013-2014 merupakan
perkiraan besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud.
Kesempatan kerja pada tahun 2013 – 2014 diperkirakan akan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 yakni dari 113,30 juta orang
meningkat menjadi 115,86 juta orang pada tahun 2013, atau mengalami
peningkatan sebanyak 2,56 juta orang.
82 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Untuk tahun 2013-2014, perkiraan kesempatan kerja
menurut lapangan usaha masih didominasi oleh 3 lapangan usaha
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa
kemasyarakatan. Untuk sektor pertanian diperkirakan memiliki
kesempatan kerja sebanyak 38,90 juta orang pada tahun 2013
meningkat sebanyak 0,02 juta orang menjadi 38,92 juta orang pada
tahun 2014. Sektor perdagangan berada pada urutan kedua
dengan 20,87 persen atau 23,65 juta orang pada tahun 2013 dan
24,15 juta orang atau 20,85 persen di tahun 2014. Sektor ini
diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan semakin
besarnya sektor informal. Sektor jasa kemasyarakatan menempati
urutan ketiga dengan kesempatan kerja pada tahun 2013 sebanyak
17,40 juta dan 17,72 juta pada tahun 2014, sektor ini memiliki
pertambahan terbesar keempat yaitu sebanyak 0,31 juta.
Meningkatnya dunia jasa menyebabkan sektor ini semakin terbuka
kesempatan kerjanya. Untuk sektor industri memiliki tambahan
kesempatan kerja selama tahun 2013-2014 sebanyak 0,94 juta dan
merupakan sektor yang mempunyai tambahan kesempatan kerja
terbanyak.
Tabel 4.3
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Lapangan Usaha 2013 2014 Tambahan
2013-2014
1. Pertanian 38.90 38.92 0.02
2. Pertambangan 1.70 1.75 0.05
3. Industri 16.30 17.24 0.94
4. Listrik, Gas & Air 0.20 0.22 0.01
5. Bangunan 7.30 7.84 0.54
6. Perdagangan 23.65 24.15 0.51
7. Angkutan 5.02 5.03 0.02
8. Keuangan 2.82 2.99 0.16
9. Jasa 17.40 17.72 0.31
Jumlah 113.30 115.86 2.56
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 83
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Kesempatan kerja tahun 2013-2014 untuk golongan umur
15-19 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak
0,18 juta orang dari 5,19 juta orang menjadi 5,01 juta orang,
golongan umur tersebut termasuk dalam usia sekolah. Menurunnya
kesempatan kerja untuk golongan umur ini, diperkirakan karena
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan meningkatnya
peranan pemerintah terhadap peningkatan partisipasi sekolah.
Kesempatan kerja untuk usia produktif (golongan umur 25-54
tahun) diperkirakan akan mengalami peningkatan sebanyak 2,35
juta orang. Peningkatan paling besar pada golongan umur 30-34
tahun yaitu sebanyak 0,49 juta orang, disusul golongan umur 40-44
tahun yaitu sebanyak 0,37 juta orang.
Tabel 4.4
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Golongan Umur 2013 2014 Tambahan
2013-2014
15-19 5.19 5.01 (0.18)
20-24 11.22 11.36 0.14
25-29 15.19 15.65 0.46
30-34 16.32 16.81 0.49
35-39 14.90 15.26 0.36
40-44 14.19 14.56 0.37
45-49 11.70 12.05 0.35
50-54 9.76 10.08 0.32
55-59 6.63 6.91 0.28
60+ 8.21 8.18 (0.03)
Jumlah 113.30 115.86 2.56
4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada
saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi
sebuah kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat
pendidikan Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan
84 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
sebanyak 0,54 juta orang selama tahun 2013-2014, pada tahun
2013 diperkirakan jumlah kesempatan kerja yang tercipta sebanyak
53,46 juta orang dan pada tahun 2014 sebanyak 52,92 juta orang.
Sedangkan untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang
pendidikan Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan
walaupun secara keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang
tersedia masih sedikit sebanyak 7,66 juta orang pada tahun 2013
dan 8,34 juta orang pada tahun 2014. Sedangkan perkiraan jumlah
kesempatan kerja yang dapat dikatakan relatif masih kecil terdapat
pada jenjang pendidikan Diploma, yakni sebanyak 3,09 juta orang
pada tahun 2013 dan 3,22 juta orang pada tahun 2014.
Tabel 4.5
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 Tambahan
2013-2014
SD 53.46 52.92 (0.54)
SMTP 20.70 21.18 0.47
SMTA Umum 18.04 18.86 0.82
SMTA Kejuruan 10.34 11.34 1.00
Diploma 3.09 3.22 0.13
Universitas 7.66 8.34 0.68
Jumlah 113.30 115.86 2.56
4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Kesempatan kerja menurut jenis kelamin diperkirakan masih
di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah
kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 70,12 juta
orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 1,51 juta orang
sehingga menjadi 71,64 juta orang di tahun 2014. Kesempatan
kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan juga mengalami
kenaikan sebanyak 1,05 juta orang dari tahun 2013 yang sebanyak
43,18 juta orang menjadi sebanyak 44,22 juta orang pada tahun
2014. Perkiraan kesempatan kerja laki-laki lebih banyak daripada
perempuan dikarenakan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga
sehingga harus mencari nafkah.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 85
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 4.6
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Jenis Kelamin 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Laki-Laki 70.12 71.64 1.51
Perempuan 43.18 44.22 1.05
Jumlah 113.30 115.86 2.56
4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua)
kategori yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki
presentase yang cukup besar dibandingkan dengan kategori formal.
Hal ini terlihat pada tabel di bawah yang termasuk dalam kategori
informal sebesar 59,49 persen pada tahun 2013 dan 58,83 persen
pada tahun 2014. Yang termasuk ke dalam kategori informal adalah
berusaha sendiri, berusaha dibantu, pekerja bebas di pertanian,
pekerja bebas di non pertanian serta pekerja keluarga/tidak dibayar.
Yang termasuk kedalam kategori formal adalah berusaha dibantu
buruh tetap (pengusaha/majikan) sebesar 3,53 persen pada tahun
2013 meningkat menjadi 3,58 persen pada tahun 2014 dan
buruh/karyawan/pekerja diperkirakan memiliki tambahan selama
tahun 2013-2014 sebanyak 1,66 juta orang atau 64,80 persen dari
total tambahan. Pada kategori informal ada beberapa status
pekerjaan utama yang mengalami penurunan proporsi selama
tahun 2013-2014 yaitu berusaha sendiri tanpa bantuan, berusaha
dengan dibantu, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja tak
dibayar, sedangkan pekerja bebas di pertanian memiliki proporsi
4,83 persen pada tahun 2013 dan mengalami kenaikan menjadi
4,84 persen pada tahun 2014.
86 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 4.7
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Status Pekerjaan Utama 2013 2014 Tambahan
2013-2014
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 18.82 19.20 0.38
2. Brsh Dengan Dibantu 19.12 19.48 0.37
3. Brsh. Dengan Buruh 4.00 4.14 0.14
4. Pekerja/Buruh/karyawan 41.89 43.55 1.66
5. Pkj. Bebas di Pertanian 5.47 5.61 0.14
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 6.27 6.35 0.07
7. Pekerja tak dibayar 17.72 17.52 (0.20)
Jumlah 113.30 115.86 2.56
4.2.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Perkembangan perekonomian dunia yang mengalami
perubahan berimbas juga terhadap Indonesia sebagai salah satu
Negara yang berkembang. Perkiraan kesempatan kerja menurut
jabatan yang ada saat ini dapat berubah dimasa depan dikarenakan
perubahan yang terjadi di dunia global.
Perkiraan kesempatan kerja menurut pekerjaan utama pada
tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa kesempatan kerja untuk
tenaga usaha pertanian diperkirakan proporsinya mencapai
sebesar 34,19 persen ditahun 2013 dan pada tahun 2014
mengalami penurunan sebesar 0,74 persen sehingga menjadi
33,45 persen. Untuk kesempatan kerja tenaga usaha penjualan
juga mengalami penurunan proporsinya yaitu pada tahun 2013
sebesar 18,47 persen dan menurun menjadi 18,38 persen pada
tahun 2013.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 87
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Jenis Pekerjaan Utama 2013 2014 Tambahan
2013-2014
0/1. Tenaga Profesional 7.56 7.88 0.32
2. Tenaga Kepemimpinan 1.29 1.39 0.11
3. Tenaga Tata Usaha 6.24 6.55 0.31
4. Tenaga Usaha Penjualan 20.93 21.29 0.36
5. Tenaga Usaha Jasa 6.40 6.64 0.24
6. Tenaga Usaha Pertanian 38.74 38.76 0.02
7/8/9. Tenaga Produksi & lainnya 32.15 33.34 1.19
Jumlah 113.30 115.86 2.56
4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan
oleh tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2
kategori yaitu bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35
jam seminggu) dan setengah penganggur (penduduk yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu).
Tabel 4.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Jam Kerja 2013 2014 Tambahan
2013-2014
0** 2.74 2.83 0.09
1-9 2.55 2.61 0.06
10-14 4.58 4.61 0.03
15-24 12.93 12.99 0.06
25-34 15.45 15.47 0.02
35-44 27.31 28.06 0.76
45-59 34.24 35.13 0.89
≥ 60 13.50 14.15 0.65
Jumlah 113.30 115.86 2.56
Keterangan **) Sementara tidak bekerja (sakit, cacat, dll)
88 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Kesempatan kerja menurut jam kerja diatas 35 jam pada tahun 2013-2014 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 2,30 juta orang. Peningkatan ini untuk semua jam kerja, peningkatan terbesar terjadi pada jam kerja 45-59 jam yaitu mencapai sebesar 0,89 juta orang. Untuk jam kerja 35-44 jam merupakan jam kerja yang memiliki proporsi terbesar kedua setelah jam kerja 45-49 jam yaitu sebesar 24,10 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 24,22 persen. peningkatan jam kerja ini diperkirakan semakin meningkatnya produksi perusahaan yang mengakibatkan para kerja membutuhkan waktu kerja lebih lama dibandingkan dengan waktu kerja normal.
4.2.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Provinsi
Keberhasilan pembangunan tidak hanya dinilai dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga diukur dari upaya menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja dan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai dengan masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan angkatan kerja. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia ditandai adanya kekurang seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumber alam yang tersedia. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada di Pulau Jawa yang merupakan bagian yang kecil dari seluruh wilayah Indonesia. Di lain pihak pasar kerja belum berfungsi dengan baik dalam menyebarkan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja. Adanya kelebihan tenaga kerja secara umum dan belum terserapnya seluruh tenaga kerja yang tersedia, menimbulkan masalah lain pada bidang perburuhan seperti kurang layaknya syarat kerja dan kondisi kerja.
Berdasarkan tabel di bawah ini diperkirakan tambahan kesempatan kerja terbesar selama tahun 2013-2014 terdapat pada provinsi Sumatera Selatan yakni sebanyak 0,45 juta orang. Kemudian disusul provinsi Riau yakni sebanyak 0,33 juta orang, yaitu dari 2,98 juta pada tahun 2013 meningkat menjadi 3,30 orang pada tahun 2014. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang mengalami penurunan penciptaan kerja terbesar yakni mencapai sebanyak 0,34 juta orang, yaitu dari 18,03 juta orang pada tahun 2013 menurun menjadi sebanyak 17,70 juta orang pada tahun 2014. Disusul oleh provinsi Jawa Tengah yang mengalami penurunan penciptaan kesempatan kerja terbesar kedua yakni sebanyak 0,15 juta orang.
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 89
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 4.10 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Provinsi
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Lapangan Usaha 2013 2014 Tambahan
2013-2014
NAD 1.87 1.89 0.02
Sumatera Utara 6.25 6.46 0.21
Sumatera Barat 2.26 2.37 0.11
R I A U 2.98 3.30 0.33
J A M B I 1.54 1.61 0.07
Sumatera Selatan 4.35 4.81 0.45
Bengkulu 0.93 0.96 0.03
Lampung 3.51 3.53 0.03
Bangka Belitung 0.67 0.71 0.04
Kepulauan Riau 0.97 1.09 0.12
DKI Jakarta 5.01 5.25 0.25
Jawa Barat 17.48 17.58 0.10
Jawa Tengah 15.45 15.29 (0.15)
D.I. Yogyakarta 1.66 1.60 (0.06)
Jawa Timur 18.03 17.70 (0.34)
B A N T E N 5.47 6.03 0.56
B A L I 2.32 2.39 0.07
Nusa Tenggara Barat 1.93 1.92 (0.01)
Nusa Tenggara Timur 2.00 1.95 (0.05)
Kalimantan Barat 2.17 2.18 0.02
Kalimantan Tengah 1.19 1.24 0.04
Kalimantan Selatan 1.93 1.98 0.06
Kalimantan Timur 1.93 2.13 0.20
Sulawesi Utara 1.03 1.05 0.02
Sulawesi Tengah 1.37 1.42 0.05
Sulawesi Selatan 3.41 3.43 0.03
Sulawesi Tenggara 1.09 1.12 0.03
GORONTALO 0.46 0.47 0.01
Sulawesi Barat 0.57 0.59 0.02
Maluku 0.78 0.85 0.07
Maluku Utara 0.48 0.51 0.02
Papua Barat 0.35 0.36 0.01
Papua 1.88 2.08 0.21
Jumlah 113.30 115.86 2.56
90 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran
besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat dihasilkan, tinggi rendahnya
tingkat produktivitas tenaga kerja yang dicapai setiap sektor lapangan
usaha tergantung pada nilai pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja
yang bekerja di sektor tersebut. Secara umum pada tahun 2013
produktivitas tenaga kerja di Indonesia diperkirakan akan mencapai Rp.
24,75 juta/tenaga kerja jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun
2013 mencapai Rp. 25,97 juta/tenaga kerja. Bila dilihat menurut
sektor/lapangan usaha maka pada tahun 2013 produktivitas tertinggi
terdapat di sektor pertambangan mencapai Rp. 116,58 juta/tenaga kerja,
kemudian sektor sektor listrik, gas dan air mencapai Rp. 105,40
juta/tenaga kerja selanjutnya diikuti sektor keuangan, sektor angkutan,
sektor industri, dan sektor bangunan. Sementara empat sektor lainnya
produktivitasnya di bawah produktivitas nasional.
Tabel 4.11 Perkiraan Produktivitas
Tahun 2013-2014 (Juta Rp./Tenaga Kerja)
Lapangan Usaha 2013 2014 Tambahan
2013-2014
Pertanian 8.65 8.98 0.33
Pertambangan&Penggalian 116.58 116.88 0.30
Industri Manufaktur 43.94 44.41 0.47
Listrik, Gas, dan Air Bersih 105.40 105.51 0.11
Bangunan 25.23 25.35 0.12
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21.92 23.45 1.54
Angkutan dan Komunikasi 59.95 67.15 7.21
Lemkeu, Sw Bgnan, Js Pswaan&Jasa Perush 94.30 94.92 0.62
Pemerintahan, Pertahanan, Jasa Lainnya 15.03 15.71 0.68
Jumlah 24.75 25.97 1.22
Melihat perkiraan produktivitas tenaga kerja tahun 2013-2014
tampak terjadi pergeseran per sektor dibandingkan beberapa tahun
sebelum krisis global, sebelumnya produktivitas tenaga kerja sektor
keuangan selalu menduduki peringkat kedua, pada tahun 2013-2014
sektor listrik, gas dan air yang menduduki peringkat tertinggi kedua setelah
sektor pertambangan. Sedangkan sektor pertanian yang mendominasi
dalam penyerapan tenaga kerja, namun produktivitasnya justru paling
rendah.
Perencanaan
2013 - 2014Tenaga Kerja Nasional
BAB VPERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 91
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN
DAN KEBUTUHAN
AKAN TENAGA KERJA
Bayang-bayang dari krisis yang terjadi di Eropa dan menurunnya
permintaan yang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa berlanjut dengan
memberikan efek yang menenangkan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pekerja. Tingkat pengangguran di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia biasanya terlihat rendah dan cenderung menutupi potret yang
lebih penting dalam pasar kerja seperti tingkat upah yang rendah dan
keberadaan sektor informal yang jumlahnya sangat besar.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Memulihkan
kondisi pengangguran di Indonesia tentulah tidak semudah membalikan
telapak tangan. Karena itu diperlukan kerjasama dari seluruh elemen
masyarakat dan pemerintah.
92 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Sejalan dengan berbagai upaya yang aktif dan terencana yang
akan dan harus terus dilakukan, maka angka penganggur terbuka
diharapkan akan terus menurun sehingga pada tahun 2013 diperkirakan
menjadi 6,96 juta orang dan pada tahun berikutnya menjadi 6,65 juta
orang. Begitu juga untuk Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)nya yang
diharapkan terus menurun menjadi 5,79 dan 5,43 pada tahun 2013 dan
2014.
5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tingginya laju pertumbuhan menyebabkan jumlah penduduk
semakin meningkat yang berimbas pada kenaikan angkatan kerja, namun
hal ini tidak diimbangi oleh kesempatan kerja yang tersedia. Hal tersebut
mengakibatkan timbulnya penganggur, penganggur di Indonesia masih
didominasi oleh golongan umur 15-24 tahun, dimana pada usia ini masih
merupakan usia sekolah dan memang selayaknya mereka masih berada
dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan tabel 5.1, secara umum diperkirakan pada tahun
2013-2014 golongan umur 15-24 tahun masih akan mendominasi jumlah
penganggur yang ada. Jumlah penganggur untuk golongan umur tersebut
diperkirakan akan berada pada kisaran 43 persen dari total penganggur.
Untuk golongan umur 15-19 tahun secara jumlah dan proporsi diperkirakan
akan mendominasi jumlah penganggur selama periode tahun 2013-2014,
yakni sebanyak 2,24 juta orang dan menurun menjadi 2,19 juta orang.
Untuk tingkat penganggur terbuka (TPT) golongan umur 15-19 tahun
diperkirakan merupakan yang tertinggi diantara golongan umur lainnya.
Tingginya angka penganggur usia sekolah ini mengindikasikan
bahwa upaya yang sungguh-sungguh dalam menahan agar penduduk
yang masih berusia sekolah ini masih harus ditingkatkan dan bukan
menitikberatkan pada penambahan kesempatan kerja bagi mereka. Hal ini
karena dalam upaya pengurangan penganggur ini selain menciptakan
kesempatan kerja seluas-luasnya di sisi lain harus juga ditekankan pada
peningkatan kualitas tenaga kerja secara fisik maupun psikis termasuk
tingkat kematangan dalam bekerja. Ini sejalan dengan upaya pengurangan
pekerja anak (di bawah 18 tahun) yang terus harus ditingkatkan.
Diharapkan dimasa mendatang jumlah penganggur usia sekolah menurun,
dikarenakan akan adanya realisasi program belajar 12 tahun. Penurunan
ini diharapkan juga akan memperbaiki kualitas tenaga kerja yang
memasuki dunia kerja.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 93
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 5.1
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Golongan Umur 2013 2014
Absolut (Juta)
TPT (%) Absolut (Juta)
TPT (%)
15-19 2.24 30.19 2.19 30.37
20-24 1.77 13.65 1.75 13.33
25-29 1.07 6.58 1.04 6.22
30-34 0.56 3.30 0.54 3.13
35-39 0.36 2.36 0.34 2.19
40-44 0.25 1.74 0.21 1.42
45-49 0.17 1.44 0.13 1.07
50-54 0.16 1.65 0.13 1.23
55-59 0.10 1.50 0.09 1.26
60+ 0.26 3.11 0.24 2.85
Jumlah 6.96 5.78 6.65 5.43
Untuk usia 60+, diperkirakan jumlah penganggurnya lebih tinggi
dari pada golongan umur 50-59 tahun. Masih besarnya angka penganggur
pada golongan umur ini menandakan bahwa guna memenuhi kebutuhan
hidup mereka harus tetap bekerja, walaupun pada usia tersebut sudah
memasuki dunia pensiun.
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia yang baik diharapkan akan mampu mengisi kesempatan kerja
yang tersedia saat ini maupun dimasa mendatang. Akan tetapi, keinginan
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja terhambat oleh mahalnya biaya
pendidikan di Indonesia. Untuk sebagian besar penduduk Indonesia,
tingginya biaya pendidikan yang menyebabkan mereka yang seharusnya
masih berada di bangku sekolah memutuskan untuk tidak melanjutkannya
dan beralih menjadi pekerja.
94 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Ketersediaan lapangan pekerjaan bagi mereka yang mengenyam
jenjang pendidikan tinggi pun masih kurang. Sehingga kompetensi didalam
mendapatkan pekerjaan menjadi sangat tinggi, selain bekal pendidikan
formal yang telah dipelajari mereka harus memiliki kemampuan lain guna
mendukung skill mereka dalam memasuki dunia kerja.
Tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan rendah baik dari segi persediaan maupun kebutuhannya
sehingga penganggur terbukanya juga masih didominasi oleh penganggur
terbuka berpendidikan rendah. Pada tahun 2013 jumlah penganggur
terbuka berpendidikan SD diperkirakan mencapai 1,9 juta orang dan
diperkirakan menurun pada tahun 2014 sehingga menjadi 1,8 juta orang.
Demikian juga penganggur berpendidikan SMTP diperkirakan menurun
menjadi 1,6 juta orang dan 1,5 juta orang pada tahun 2013 dan 2014.
Penganggur terbuka berpendidikan SMTA Umum diperkirakan
masih cukup tinggi mencapai 1,78 juta orang pada tahun 2013 dan pada
tahun 2014 diharapkan turun menjadi 1,71 juta orang. Sedangkan untuk
SMTA Kejuruan diperkirakan akan menurun dari 1,02 juta pada tahun 2013
menjadi 0,90 juta orang pada tahun 2014. Lebih tingginya angka
pengangguran terbuka mereka yang berpendidikan SMTA Umum
dibanding SMTA Kejuruan karena dari segi persediaan tenaga kerjanya
jumlah angkatan kerja SMTA Umum memang masih jauh lebih tinggi
daripada SMTA Kejuruan. Tenaga kerja yang berpendidikan SMTA
Kejuruan memang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah
mereka lulus sekolah, sehingga perbaikan mutu atau kualitas terhadap
lulusan SMTA Kejuruan diharapkan meningkat seiring dengan kebutuhan
pasar kerja.
Besarnya tingkat penganggur terbuka (TPT) untuk SMTA Umum
dan Kejuruan, diperkirakan masih mendominas selama periode tahun
2013-2014 sebesar 8,97 persen dan kisaran sebesar 7-8 persen.
Perkiraaan menurunnya TPT untuk SMTA Kejuruan merupakan salah satu
wujud dari pelaksanaan “SMK bisa”, dengan mengarahkan kepada
pendidikan vokasional yang menghasilkan tenaga terampil bukan kepada
pendidikan akademis semata.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 95
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 5.2
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Tingkat Pendidikan
2013 2014
Absolut (Juta)
TPT (%) Absolut (Juta)
TPT (%)
Maksimal SD 1.92 3.47 1.88 3.44
SMTP 1.63 7.32 1.58 6.93
SMTA Umum 1.78 8.97 1.71 8.33
SMTA Kejuruan 1.02 8.97 0.90 7.38
Diploma 0.19 5.87 0.18 5.31
Universitas 0.41 5.05 0.39 4.47
Jumlah 6.96 5.78 6.65 5.43
Jumlah penganggur terbuka lulusan pendidikan Diploma dan
Universitas dimana walau secara jumlah masih jauh lebih kecil daripada
tingkat pendidikan di bawahnya namun menunjukkan kecenderungan TPT
yang cukup tinggi. Dampak sebagian besar perguruan tinggi (PT) di
Indonesia lebih banyak menekankan pada pendidikan akademik
dibandingkan pendidikan vokasional mengakibatkan banyak lulusan PT
tidak menguasai aspek keahlian yang diharapkan oleh lapangan kerja.
Selain itu program keahlian selalu dianggap program kelas dua dan sub-
ordinasi dari program akademik, sehingga kualitas peserta didik seringkali
tidak memenuhi persyaratan minimal yang diperlukan bagi pendidikan
keahliannya.
5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Penganggur terbuka menurut jenis kelamin pada tahun 2013-2014,
diperkirakan tidak mengalami perubahan yang terlalu banyak. Proporsi
laki-laki diperkirakan akan tetap lebih banyak dari pada perempuan yakni
berada pada kisaran 55,6 persen untuk laki-laki dan 44,4 persen untuk
perempuan.
Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selama periode 2013-
2014, diperkirakan mengalami penurunan. TPT jenis kelamin laki-laki pada
tahun 2013 diperkirakan sebesar 5,23 persen dan pada tahun 2014
diperkirakan sebesar 4,92 persen. Sedangkan untuk TPT dengan jenis
96 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
kelamin perempuan diperkirakan sebesar 6,68 persen pada tahun 2013,
dan pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 6,24 persen.
Masih tingginya TPT untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan
karena kesempatan kerja yang tersedia lebih membutuhkan laki-laki
sebagai pekerjanya, selain itu status sebagai kepala keluarga yang
membuat laki-laki tetap dibutuhkan. Akan tetapi, kesempatan kerja untuk
jenis kelamin perempuan juga diperkirakan akan semakin besar dimasa
mendatang, hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan-
perusahaan yang membuka kesempatan kerja untuk jenis kelamin
perempuan. Hal ini dapat terjadi, karena perempuan dengan lebih cekatan
dan teliti untuk hal-hal yang rumit dan bersifat administratif.
Tabel 5.3
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Jenis Kelamin
2013 2014
Absolut (Juta)
TPT (%) Absolut (Juta)
TPT (%)
Laki-Laki 3.87 5.23 3.71 4.92
Perempuan 3.09 6.67 2.94 6.24
Jumlah 6.96 5.78 6.65 5.43
5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Provinsi
Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia setiap tahun semakin
menjamur. Indonesia yang terdiri dari 33 Provinsi, memiliki ciri khas
tersendiri yang terdapat pada setiap provinsinya. Tiap-tiap provinsi memiliki
potensi atau kemampuan dalam mengolah sumber daya yang dimiliki baik
itu sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya.
Akan tetapi belum meratanya pembangunan di Indonesia menjadi
salah satu penyebab terhadap munculnya masalah-masalah yang ada saat
ini. Seperti provinsi yang berada di bagian timur masih tertinggal bila
dibandingkan dengan provinsi yang berada di bagian barat. Kerja keras
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam membangun
daerahnya masing-masing diharapkan tetap terjadi walaupun adanya
otonomi daerah.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 97
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Kemampuan provinsi-provinsi dalam mengolah sumber daya
manusianya atau lebih spesifiknya adalah tenaga kerja dapat terlihat dari
berapa besar kesempatan kerja yang tersedia serta tenaga kerja yang
belum bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan. Pulau Jawa masih
merupakan sasaran para tenaga kerja dalam mengadu nasib untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, hal ini terlihat dengan
pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi pada tahun 2011
mencapai angka 1,49 persen dan 57 persen penduduk Indonesia
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dari data historis selama tahun 2009-2011
terlihat pengangguran tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Banten.
Berdasarkan tabel 5.4 diperkirakan selama tahun 2013-2014, TPT
tertinggi masih berada pada provinsi Banten sebesar 10,44 persen dan
9,18 persen. Untuk yang berada pada posisi kedua dan ketiga berdasarkan
TPT adalah Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta sebesar 9,62 persen dan
9,50 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014 TPT pada kedua provinsi
tersebut mencapai sebesar 9,50 persen dan 8,86 persen. Tingginya TPT
pada provinsi-provinsi tersebut dikarenakan pembangunan yang cukup
pesat, sehingga mengundang para tenaga kerja untuk mencari pekerjaan.
Munculnya kaum pendatang tersebut tidak diiringi oleh ketersediaan
lapangan pekerjaan, pemerintah provinsi yang belum ketat dalam
menerapkan aturan bagi para pendatang menyebabkan jumlah
penganguran tetap besar.
98 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 5.4
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2014 (Juta Orang)
Provinsi 2013 2014
Absolut (Juta) TPT (%) Absolut (Juta) TPT (%)
NAD 0.13 6.29 0.12 5.91
Sumatera Utara 0.37 5.66 0.36 5.34
Sumatera Barat 0.13 5.33 0.12 4.81
R I A U 0.11 3.58 0.10 2.96
J A M B I 0.05 2.98 0.04 2.32
Sumatera Selatan 0.19 4.26 0.18 3.62
Bengkulu 0.01 1.51 0.01 1.41
Lampung 0.18 5.00 0.17 4.70
Bangka Belitung 0.01 1.94 0.01 1.57
Kepulauan Riau 0.06 5.97 0.05 4.79
DKI Jakarta 0.53 9.50 0.51 8.86
Jawa Barat 1.86 9.62 1.84 9.50
Jawa Tengah 0.97 5.91 0.95 5.87
D.I. Yogyakarta 0.05 2.73 0.04 2.25
Jawa Timur 0.78 4.16 0.75 4.07
B A N T E N 0.64 10.44 0.61 9.18
B A L I 0.03 1.17 0.02 0.90
Nusa Tenggara Barat 0.08 3.81 0.07 3.28
Nusa Tenggara Timur 0.02 1.20 0.02 0.99
Kalimantan Barat 0.05 2.32 0.04 1.80
Kalimantan Tengah 0.01 1.03 0.01 0.84
Kalimantan Selatan 0.07 3.39 0.06 2.74
Kalimantan Timur 0.16 7.74 0.15 6.71
Sulawesi Utara 0.07 5.97 0.05 4.89
Sulawesi Tengah 0.03 1.85 0.02 1.32
Sulawesi Selatan 0.21 5.81 0.20 5.53
Sulawesi Tenggara 0.02 1.40 0.01 1.13
GORONTALO 0.01 2.28 0.01 1.65
Sulawesi Barat 0.01 1.80 0.01 1.43
Maluku 0.03 3.55 0.02 2.32
Maluku Utara 0.02 3.25 0.01 2.54
Papua Barat 0.03 7.54 0.03 6.58
Papua 0.05 2.51 0.04 1.78
Jumlah 6.96 5.78 6.65 5.43
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 99
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Masih tingginya TPT untuk provinsi-provinsi tersebut, diharapkan
akan mengalami penurunan. Berbagai cara dilakukan pemerintah provinsi
setempat untuk menekan pertumbuhan pengangguran tersebut seperti
menekankan aturan ketat bagi para pendatang, peningkatan keahlian
maupun keterampilan bagi penduduk lokal sehingga tidak kalah bersaing
dengan para pendatang, meningkatkan fungsi balai latihan kerja agar
menjadikan para lulusannya menjadi wirausaha mandiri dengan
menciptakan kesempatan kerja. Sedangkan untuk provinsi-provinsi lain
diharapkan dapat mengembangkan kesempatan kerja ditempatnya agar
tidak terjadi penumpukan tenaga kerja pada provinsi tertentu saja.
Perencanaan
2013 - 2014Tenaga Kerja Nasional
BAB VIARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 101
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN
Permasalahan dalam dunia ketenagakerjaan merupakan hal yang
bersifat kompleks dan luas, bersifat multi dimensional antara berbagai
faktor, baik faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik dan sebagainya.
Oleh karena itu dalam menangani permasalahannya dibutuhkan suatu
kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi pula. Dalam menyiasati,
mengantisipasi dan menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dimaksud,
tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan suatu kebijakan
tunggal. Demikian juga halnya dengan aspek kelembagaan fungsional
yang terlibat dalam bidang ketenagakerjaan, adalah merupakan tanggung
jawab dari berbagai instansi yang terkait baik di tingkat daerah maupun
pusat yang membidangi kependudukan, pendidikan, kesehatan maupun
sektor-sektor usaha. Selain itu, juga harus dilakukan pengelolaan dengan
baik mulai dari hulu hingga hilir terhadap hal-hal yang terkait dengan
pembangunan ketenagakerjaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dibutuhkan kebijakan
yang bersifat komprehensif yaitu kebijakan yang terkait dengan aspek-
aspek ketenagakerjaan secara menyeluruh yang mencakup perluasan
kesempatan kerja, pembinaan angkatan kerja dan peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan pekerja.
102 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Adapun kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan yang diperkirakan untuk dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
6.1 Kebijakan, Strategi dan Program Perekonomian
Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah
bergantung pada tujuan yang ingin dicapainya. Setiap kebijakan ekonomi
bertujuan untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi. Dalam
hal ini tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan dalam empat
aspek berikut :
1. Menstabilkan kegiatan ekonomi (price level stability),
2. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (high or full
employment) tanpa inflasi berlebihan,
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kokoh (long-term economic
growth), dan
4. Kestabilan nilai tukar (exchange rate stability).
Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi yang ideal haruslah :
1. Berlangsung terus menerus,
2. Disertai dengan terciptanya lapangan kerja,
3. Tidak merusak lingkungan,
4. Lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk,
5. Disertai dengan distribusi pendapatan yang adil,
6. Kontribusi sektoral yang merata,
7. Tidak meninggalkan sektor pertanian,
8. Kenaikannya riil,
9. Penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing.
Sedangkan nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang
tinggi rendahnya berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan sosial
lainnya, seperti :
1. Impor dan ekspor,
2. APBN dan APBD,
3. Kesehatan dan pendidikan,
4. Transportasi,
5. Industri dalam negeri,
6. Politik
7. Daya beli masyarakat,
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 103
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
8. Dunia perbankan,
9. Sektor pertanian, kelautan, peternakan, sektor properti, dan
sebagainya.
Otoritas kebijakan makro ekonomi di atas berupa uang beredar,
tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar (moneter) melibatkan Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral sedangkan kebijakan fiskal melibatkan
Departemen Keuangan dan lainnya. Dengan demikian dalam mengambil
keputusan rapat-rapat kebinet juga harus berfokus pada penyelesaian
permasalahan ketenagakerjaan seperti penanggulangan pengangguran.
Sehingga perbaikan berbagai indikator makroekonomi yang selama ini
seolah menjadi tujuan ditempatkan pada fungsinya dan barulah dapat
dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, berupa perluasan
kesempatan kerja. Hal ini karena bagi masyarakat umum inti dari ekonomi
yang membaik adalah peningkatan taraf hidup, dimana kondisi tersebut
hanya bisa dicapai secara adil dan memberdayakan melalui tersedianya
pekerjaan yang layak (decent work) dan remuneratif.
Sementara itu perubahan besar juga telah terjadi di perekonomian
dunia dalam beberapa dekade terakhir, perubahan ini telah mengubah
struktur ketenagakerjaan dalam skala global. Ekonomi nasional tiap negara
sekarang lebih terintegrasi ke dalam sistem global dari pada sebelumnya.
Volume perdagangan internasional dan besarnya arus modal lintas-
perbatasan telah mencapai tingkat tertinggi di sepanjang sejarah.
Kemajuan dalam komunikasi dan teknologi transportasi telah
menyebabkan pembentukan jaringan produksi internasional yang
kompleks, dimana di negara-negara berkembang menghasilkan tingkat
yang belum pernah terjadi sebelumnya dari ekspor manufaktur dalam
jaringan pasokan global. Perubahan fundamental dalam kebijakan ekonomi
menyertai proses globalisasi ini. Kebijakan ini telah menekankan untuk
mempertahankan tingkat inflasi yang rendah, liberalisasi pasar,
mengurangi ruang lingkup sektor publik dan mendorong arus lintas batas
barang, jasa dan keuangan, tapi tidak bagi tenaga kerja.
Hal ini menegaskan bahwa globalisasi menyediakan tantangan
sekaligus peluang yang besar. Pengamatan ini sangat relevan jika
dikaitkan dengan ketenagakerjaan. Era integrasi global telah dikaitkan
dengan perubahan luas dalam struktur pekerjaan, termasuk tekanan untuk
meningkatkan fleksibilitas, berkembangnya informalisasi dan kasualisasi,
perluasan kesempatan bagi pekerja terampil, tetapi hilangnya kesempatan
bagi yang kurang terampil. Dan di sini berpotensi memunculkan masalah
104 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
ketenagakerjaan baru bagi Indonesia. Adanya GATS Mode 4 yang
seharusnya menjadi peluang untuk perluasan kesempatan kerja, ketika
dihadapkan pada kondisi riil bahwa kebanyakan pekerja Indonesia yang
selama ini menjadi migran bukanlah para profesional seperti dokter,
insinyur dan ahli Teknologi Informasi (TI) tanpa langkah yang tepat justru
berpotensi untuk dirugikan dengan adanya kesepakatan tersebut.
Pencermatan terhadap implikasi dari penerapan berbagai aturan yang
diterapkan tersebut juga harus segera ditindaklanjuti dengan langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah yang
diprediksi muncul agar benar-benar bisa berubah menjadi peluang
kembali. Dimana peluang yang diharapkan berkembang adalah
tersedianya kesempatan kerja dengan ekspansi produksi yang berorientasi
global sehingga dapat membantu mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan pendapatan. Tetapi sebaliknya tanpa arah kebijakan yang
visioner jumlah populasi yang besar dari penduduk usia produktif di
Indonesia justru akan menjadi ‘pasar’ yang potensial bagi masuknya
berbagai barang konsumsi maupun tenaga asing di Indonesia.
Dengan demikian, upaya perubahan mendasar yang harus
dilakukan adalah mensinkronkan manajemen ekonomi makro dengan
kebijakan pasar tenaga kerja. Sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi
yang tinggi sekaligus tercipta kesempatan kerja yang luas dan remuneratif.
Untuk alasan serupa, yang harus difikirkan adalah penciptaan
pertumbuhan ekonomi melalui unit produksi/usaha yang padat karya dan
menyentuh kebutuhan masyarakat luas. Jangan sampai sebagian besar
alokasi hasil dari pertumbuhan ekonomi hanya dapat diakses oleh
segelintir orang saja.
Unit usaha yang saat ini melibatkan orang banyak adalah sektor
informal dan Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM). Sektor informal
yang selama ini menjadi tumpuan banyak orang masih dapat
dikembangkan untuk menjadi sektor formal yang lebih memiliki jaminan
sosial yang lebih baik dan pendapatan yang lebih remuneratif. Sedangkan
UMKM seharusnya diberi ruang yang cukup untuk mengembangkan
usahanya tersebut, atau setidaknya menjadi lebih kokoh dan tahan
goncangan. Untuk itu juga perlu ada usaha yang sungguh-sungguh untuk
pengembangan usaha yang tergolong UMKM ini, seperti perlunya
dikembangkan mekanisme pembiayaan oleh bank atau lembaga keuangan
lain, dengan prosedur yang memungkinkan bagi pelaku usaha UMKM
tersebut memperoleh pinjaman modal bagi kelangsungan dan
pengembangan usahanya.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 105
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Demikian juga unit usaha pertanian di pedesaan. Sektor pertanian
yang merupakan sektor tradisional selama ini memiliki jumlah tenaga kerja
yang teramat besar namun masih bersifat subsisten. Seharusnya mereka
mendapat prioritas utama bagi pengembangan produksi dan hasil
usahanya tersebut. Diperlukan manajemen pertanian beserta segenap
sarana dan prasarananya dalam mengembangkan usaha pertanian ini,
termasuk dengan penguatan riset dan penelitian pengembangan usaha
untuk mencari alternatif tanaman yang bernilai jual tinggi dan
menguntungkan petani lokal. Sekaligus segenap aturan dan birokrasi yang
terkait dengan kemajuan unit usaha di sektor ini haruslah ditangani serius
karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan mendasar dari tiap
warga negara di seluruh dunia. Artinya karena setiap orang membutuhkan
makanan, hasil produksinya setidaknya pasti dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk dalam negeri yang jumlahnya sudah cukup
besar. Jadi pasti menjadi hal yang sangat kontradiktif ketika sektor yang
berhubungan dengan kebutuhan vital manusia ini justru harus ditopang
dengan segala sesuatu yang berasal dari para importir semisal garam,
beras, bawang putih, kedelai, buah-buahan, dan lain sebagainya, padahal
jumlah petani dan nelayan di Indonesia yang cukup besar ternyata masih
belum berimbang dengan hasil produksi dan pendapatan dari sektor ini.
Kondisi ini masih berlangsung merata, dimana karena Indonesia
dianugerahi sumber daya alam yang kaya dengan jumlah penduduk yang
besar, seringkali justru kurang menimbulkan semangat berinovasi dalam
meningkatkan taraf hidup penduduknya. Sumber daya manusia yang ada
cenderung tidak mengolahnya agar bernilai jual lebih tinggi namun baru
sebatas mengambil langsung dari alam dan langsung menjualnya ke pasar
dunia begitu saja, dengan begitu ketika telah berbentuk barang jadi yang
dibutuhkan penduduk, mereka harus membeli dengan harga yang jauh
lebih tinggi atau bahkan tidak mampu untuk membelinya. Karena itu
pengembangan lembaga penelitian yang terintegrasi dengan industri
strategis perlu dikembangkan. Semangat berinovasi ini dapat
dikembangkan mulai dari industri pengolahan sederhana maupun
kompleks menggunakan sumber daya alam yang ada di lingkungan
sekitar. Kemampuan inovasi ini juga harus dikembangkan dalam
manajemen pemasaran dan membaca kebutuhan pasar. Produk yang
inovatif dengan kemampuan negosiasi yang baik akan menguntungkan
bagi kepentingan rakyat banyak.
Kedepan, stabilitas makroekonomi harus diikuti secara linear
dengan peningkatan investasi sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi
106 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
tidak lagi mengandalkan kekuatan konsumsi, melainkan investasi. Sektor
ekonomi potensial padat pekerja harus didorong maju. Untuk itu, perbaikan
iklim usaha harus diperbaiki agar dapat menarik investasi domestik dan
asing. Selain itu, kebijakan ekonomi juga harus diarahkan kepada ekonomi
pasar yang berporos kepada pengembangan usaha berskala kecil dan
menengah yang produktif. Jadi, selain melalui pengembangan sumberdaya
manusia terus-menerus, perluasan lapangan kerja dengan kebijakan
nasional harus dilakukan melalui jembatan investasi.
Berikut adalah langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh
Pemerintah dalam upayanya untuk menciptakan dan memperluas
kesempatan kerja melalui kebijakan makroekonomi:
1. Pemerintah menjadikan kebijakan ketenagakerjaan sebagai bagian
yang setara dengan kebijakan makroekonomi lainnya sehingga jelas
tergambar dalam rencana pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi
dan neraca pembayaran.
2. Pemerintah mendorong berkembangnya sektor swasta dan secara aktif
menyusun kebijakan makroekonomi yang ditujukan untuk mencari
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang bisa dikembangkan
dengan adanya investasi, kemajuan teknologi serta perdagangan
ekspor-impor yang menguntungkan bagi masyarakat luas.
3. Selain itu kebijakan makroekonomi juga perlu disiasati agar bisa
menguntungkan semua kalangan pekerja baik yang bekerja di sektor
formal namun juga yang informal, seperti kemudahan pembiayaan bagi
pengembangan usaha menengah, kecil dan juga mikro.
4. Penciptaan kesempatan kerja juga akan lebih kondusif bila:
a. nilai tukar dan tingkat suku bunga stabil dan kompetitif.
b. reformasi bidang keuangan dan perbankan dilanjutkan agar fungsi
intermediasi bank dapat mendorong berkembangnya sektor riil.
c. Meningkatkan dan memacu penyerapan anggaran, sehingga dapat
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya akan
mendorong penciptaan kesempatan kerja.
d. Mengendalikan Rasio Gini.
5. Regulasi yang berkaitan dengan dunia usaha dan ketenagakerjaan
diatur agar dapat menciptakan pasar kerja yang fleksibel. Sehingga
dapat menarik investor sekaligus menciptakan perluasan kesempatan
kerja. Harus dicari formulasi yang tepat agar pengaturan mengenai
penggunaan tenaga kerja kontrak, persyaratan yang win-win solution
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 107
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
bagi pengusaha dan pekerja jika terjadi PHK, serta aturan upah
minimum yang disesuaikan dengan kondisi regional yang ada.
6. Berbagai pungutan atau hambatan dalam mendirikan suatu usaha
harus ditekan seminimal mungkin. Banyaknya pekerja lokal yang
kurang memiliki keterampilan akan lebih mudah mendapatkan tempat
jika jenis usaha yang didirikan banyak menyerap tenaga kerja seperti
industri rumah tangga. Industri jenis ini biasanya berskala kecil dan
nilai investasi yang dibutuhkan pun belum besar. Namun tanpa
dukungan, mereka pun rentan untuk ‘gulung tikar’.Berbagai upaya
perlu dilakukan untuk memperkecil hambatan berusaha, seperti:
a. Kemudahan dalam mendirikan badan usaha tanpa dibebani biaya
yang berlebihan.
b. Memantau agar tidak muncul biaya ‘siluman’ dalam kegiatan
perdagangan yang terkait dengan prosedur ekspor dan impor serta
kepabeanan.
c. Kreatif dalam menerapkan ‘tax-holiday’ agar meringankan bagi
usaha yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Demikian juga perlu alur
yang jelas serta transparansi dalam masalah pajak dan administrasi
perpajakan bagi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat luas.
d. Akselerasi reformasi dalam bidang legal guna mempengaruhi
persepsi investor secara positif.
e. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan property rights
karena ketidakpastian dalam hal property rights (misalnya,
ketidakpastian kepemilikan dan peruntukan tanah) akan sangat
menghambat penciptaan iklim investasi.
f. Pemeliharaan dan penambahan infrastruktur yang memadai bagi
pengembangan usaha.
g. Memperbaiki berbagai Peraturan Daerah (Perda) yang
meningkatkan transaction cost.
7. Menyelenggarakan kegiatan yang didanai pemerintah, swasta, maupun
lembaga non profit bagi para penganggur maupun setengah
penganggur yang sangat membutuhkan pekerjaan. Jenis kegiatan
dapat berupa pembuatan jalan, jembatan, irigrasi, pos ronda,
pembangunan pasar tradisional, fasilitas parkir dan kebersihan atau
lainnya berikut tugas pemeliharaannya. Serta mengadakan bantuan
kredit usaha kecil bagi yang membutuhkannya.
108 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
8. Memfungsikan pasar kerja agar dapat berfungsi optimal, efektif dalam
mempertemukan pemberi dengan pencari kerja. Dapat diupayakan
dengan penyelenggaraan job fair, bursa kerja on line, penelusuran
melalui lembaga pendidikan dan pelatihan, pemagangan, dan lain-lain.
Baik untuk pasar kerja dalam maupun luar negeri.
9. Menyusun program berskala nasional yang memungkinkan percepatan
transformasi sektor informal bagi usaha kecil dan mikro untuk menjadi
pelaku ekonomi formal. Pengembangan sektor informal ke formal ini
harus ditekankan pada program pengembangan teknologi dan akses
pasar.
Selain hal tersebut di atas, aspek kebijakan ketenagakerjaan juga
harus menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi daerah. Titik
fokusnya adalah perdagangan komoditi yang meningkat, baik untuk tujuan
pasar domestik maupun ekspor, dimana akan meningkatkan kegiatan
ekonomi UKM yang kebanyakan padat pekerja. Untuk itu, setiap daerah
(Provinsi dan Kabupaten/Kota) diharapkan memiliki program penguatan
sektor swasta karena penguatan tersebut merupakan kunci penciptaan
lapangan kerja yang lebih besar. Penguatan UKM di dalam sektor swasta
dimaksud dapat dilakukan pemerintah daerah dengan secara aktif mencari
sumber pertumbuhan ekonomi daerah yang baru, menciptakan iklim usaha
yang kondusif, dan membuka akses terhadap sumber dinamika
pertumbuhan internal UKM. Perlu program jangka pendek peningkatan
produktivitas dan terutama perlu difokuskan pada kebijakan penguatan
SDM pada sektor UMKM, bukan hanya persiapan SDM sebagai buruh bagi
usaha skala besar. Melalui program penciptaan enterpreneurship di sektor
UMKM, kita akan tetap menjadi tuan rumah bagi perekonomian Indonesia.
6.2 Kebijakan, Strategi dan Program Umum Ketenagakerjaan
Di dalam Perencanaan Tenaga Kerja banyak terkait dengan berbagai
segi kehidupan penduduk suatu negara dan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat, perencanaan tersebut harus melaksanakan berbagai jenis
kebijakan. Segala upaya dilakukan secara terintegrasi untuk menyusun
perencanaan tenaga kerja, karena hal tersebut akan menentukan hasil
akhir yang menjadi tujuan pembangunan nasional.
Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan ketenagakerjaan
sangat luas dan kompleks, untuk itu dalam mengatasi permasalahan perlu
disusun kebijakan umum mencakup antara lain kebijakan penciptaan
kesempatan kerja, pendidikan, pengendalian angkatan kerja dan investasi.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 109
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Semua itu ditujukan dalam rangka meningkatkan peluang kerja, kualitas
sumber daya manusia bangsa Indonesia dan ketersediaan tenaga kerja
yang proporsional antara kesempatan kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Kebijakan pertama, Kebijakan pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada. Tersedianya penduduk usia
kerja yang terdidik dan mempunyai keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja merupakan dasar dari perencanaan tenaga kerja.
Hal tersebut dikarenakan dengan tenaga kerja yang berkualitas akan lebih
terbuka ketersediaan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih berkualitas
pula. Mereka akan mempunyai peluang yang tinggi untuk mengembangkan
diri sebagai pribadi mandiri dengan usaha sendiri (sebagai usahawan) atau
melibatkan diri sebagai tenaga kerja yang sangat berperan bagi
terlaksananya suatu proses produksi pada suatu perusahaan yang telah
terorganisir. Tenaga kerja berkualitas otomatis akan dicari oleh berbagai
pelaku usaha di dalam maupun di luar negeri.
Proses pendidikan harus dipandang sebagai investasi karena jika
berhasil diwujudkan, akan menghasilkan nilai tambah yang sangat
bermanfaat baik bagi diri pribadi maupun bagi masyarakat luas. Manfaat
pribadi maksudnya dengan seseorang berkualitas maka dimungkinkan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara bermartabat, misalnya
dengan memiliki pekerjaan yang layak dan hidup sehat lahir maupun
bathin. Sedangkan manfaat sosial maksudnya dengan mempunyai nilai
tambah yang ditunjukkan dengan berkarya dan produktif akan mewujudkan
kesejahteraan lingkungan masyarakatnya.
Proses pendidikan memiliki dua dimensi, dimensi yang pertama
bahwa dengan melakukan pendidikan maka kualitas angkatan kerja
Indonesia meningkat. Dengan meningkatnya kualitas, maka dapat bersaing
di pasar kerja dalam negeri luar negeri, serta dapat termotivasi dalam
berwirausaha/menjadi entrepreneur, sehingga dapat mengolah dan
mengembangkan berbagai peluang dan sumber daya alam yang ada.
Dimensi lain, bahwa peningkatan pendidikan, khususnya penduduk usia
sekolah, maka akan berpengaruh pada pengurangan jumlah angkatan
kerja khususnya penduduk usia sekolah. Dengan berkurangnya angkatan
kerja usia sekolah, maka sangat berpotensi besar mengurangi jumlah
penganggur terbuka juga didominasi usia muda, khususnya usia sekolah.
Kebijakan peningkatan pendidikan telah dicanangkan oleh
Pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun bahkan bagi wilayah
tertentu sudah 12 tahun. Selain itu Pemerintah pusat juga membatasi
110 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
pendirian SMA dan membuka peluang pendirian SMK, pemberian dana
BOS, meningkatkan alokasi anggaran pendidikan 20%, meningkatkan
kesejahteraan pendidik dan lain-lainnya. Kebijakan ini semua memberikan
peluang pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas.
Selain kebijakan pendidikan, juga diarahkan pada pengendalian
angkatan kerja. Kebijakan umum selain diarahkan untuk meningkatkan
kualitas penduduk juga memperhatikan kuantitas atau proporsi jumlah
angkatan kerja supaya tidak terjadi ketidakseimbangan antara pencari
kerja dengan lowongan kerja di masa yang akan datang. Dengan jumlah
penduduk yang proporsional juga akan memudahkan dalam mengelola
tenaga kerja. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian pertumbuhan
penduduk karena dengan pengendalian pertambahan penduduk akan
berdampak pada pertambahan angkatan kerja di masa akan datang, yang
membutuhkan lapangan kerja. Pengendalian dimaksud merupakan
tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik secara individu maupun
institusi. Oleh karena itu, pengendalian pertambahan penduduk harus
diupayakan secara intensif dan terus menerus. Untuk mengendalikan
penduduk dimaksud perlu dilakukan dengan mengatur kelahiran seperti
memberlakukan program Keluarga Berencana (dua anak cukup),
penundaan usia nikah, pengetatan imigrasi orang luar negeri atau tenaga
kerja asing.
Kebijakan umum selanjutnya adalah meningkatkan investasi, karena
bidang investasi tersebut sangat erat kaitannya dengan perluasan dan
penciptaaan kesempatan kerja. Dengan semakin banyaknya investasi
akan semakin banyak membuka kesempatan kerja untuk angkatan kerja
yang ada sehingga akan menurunkan tingkat pengangguran. Dengan
demikian perlu penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi, untuk itu
perlu diambil langkah-langkah pokok untuk meminimalisir hambatan
investasi antara lain:
1. Penciptaan iklim investasi yang sehat didukung oleh proses perijinan
secara efisien dan pelayanan professional;
2. Peningkatan kinerja dan profesionalisme birokrasi melalui
debirokratisasi dan deregulasi yang sekaligus dapat mengurangi
berbagai pungutan dan sebagai bagian dari ekonomi biaya tinggi;
3. Penciptaan iklim dan pola pembangunan yang stabil dan dinamis
bertumpu pada stabilitas politik dan keamanan dan daerah konflik;
4. Peningkatan kepastian berusaha dan kepastian hukum bagi dunia
usaha;
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 111
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
5. Peningkatan pembangunan infrastruktur khususnya sarana dan
prasarana perhubungan serta meningkatkan persebarannya ke
seluruh Indonesia.
Selain kebijakan tersebut diatas, juga kebijakan mengenai penciptaan
kesempatan kerja. Kebijakan penciptaan kesempatan kerja ini adalah
merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan
ketenagakerjaan. Hal tersebut dikarenakan merupakan faktor yang
mendasar dan merupakan hal yang pertama dan utama dalam mencapai
kesejahteraan masyarakat Indonesia, karena manusia membutuhkan mata
pencaharian untuk memperoleh nafkah yang dipergunakan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, pemerintah sangat serius
dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan tersebut dalam rangka
mensukseskan pembangunan bangsa. Hal-hal yang merupakan prioritas
dalam penciptaan kesempatan kerja pada saat ini adalah meningkatkan
jenis pekerjaan yang bersifat formal dan menurunkan informal,
meningkatkan bidang kewirausahaan dan meningkatkan penempatan
tenaga kerja formal ke luar negeri. Adapun kebijakan tentang
ketenagakerjaan secara menyeluruh, akan disampaikan dengan lebih rinci
pada pembahasan selanjutnya.
6.3 Kebijakan, Strategi dan Program Penciptaan Kesempatan Kerja
Kebijakan ini merupakan usaha untuk memperluas dan
meningkatkan jumlah lapangan kerja yang remuneratif dan produktif, baik
di dalam maupun luar negeri, bagi angkatan kerja baru dan penganggur
terbuka sebelumnya. Penciptaan kesempatan kerja baru diberbagai sektor
lapangan usaha sebagai berikut :
6.3.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar pada periode 2013-
2014. Dengan kondisi ini, sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan masih perlu menjadi salah satu prioritas pemerintah
untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai kebijakan, strategi dan
program yang dapat meningkatkan kemampuan dan minat tenaga
kerja di bidang pertanian. Kebijakan, strategi dan program dapat
yang dilakukan antara lain :
112 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
a. Peningkatan kualitas SDM pertanian melalui pengembangan
sistem standarisasi dan sertifikasi profesi, pendidikan dan
pelatihan pertanian bagi aparatur dan non aparatur, peningkatan
kualitas pendidikan pertanian dan pengembangan ketenaga
penyuluhan;
b. Penguatan kelembagaan dan pengembangan pasar pertanian
melalui penguatan kapasitas kelembagaan penguatan modal
petani dan pengelolaan produk pertanian dan pengembangan
pasar;
c. Pengembangan infrastruktur pertanian melalui perluasan areal
pertanian dan perbaikan infrastruktur;
d. Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan dan Program
Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN).
6.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertambangan dan penggalian adalah rangkaian kegiatan
dalam rangka pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas). Sektor ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu
tidak dapat diperbarui, mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan
pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun
sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi
lain pada umumnya. Karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui
pengusaha pertambangan selalu mencari cadangan terbukti baru.
Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah
dengan adanya penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu
eksplorasi yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan
cadangan produksi, risiko teknologi yang berhubungan dengan
ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan
perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-
risiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang
mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan
pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut
pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 113
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Dari uraian di atas maka dapat dipahami penyerapan tenaga
kerja di sektor ini relatif rendah. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang
tepat dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang
diantaranya :
a. Pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar
kepada daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan yang
melibatkan sebanyak mungkin peran serta masyarakat lokal;
b. Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas
mengelola kekayaan mineral di daerah seoptimal mungkin
dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan ramah
ketenagakerjaan;
c. Membentuk kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat
sekitar sehingga kegiatan usaha berdampak pada penyerapan
tenaga kerja di sekitar lokasi usaha pertambangan dan
penggalian.
6.3.3. Sektor Industri Pengolahan
Perkembangan ekonomi di Indonesia mengalami babak
baru dalam beberapa waktu terakhir. Jika beberapa tahun lalu
perekonomian Indonesia ditandai oleh lambatnya pertumbuhan
sektor industri manufaktur, beberapa bulan terakhir ini menunjukkan
tanda-tanda berbeda. Dampak yang paling signifikan terhadap
pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia adalah perekonomian
akan semakin berkembang dan penyerapan tenaga kerja akan
semakin besar. Kondisi sektor manufaktur yang berkembang di
Indonesia tidak terlepas dari tumbuhnya iklim investasi.
Beberapa kebijakan yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri
pengolahan:
a. Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri.
b. Pengembangan SDM Aparatur.
c. Assesment SDM, dengan indikator pencapaian meningkatnya
produktivitas SDM aparatur dan Industri.
d. Pendidikan Tinggi, dengan indikator pencapaian meningkatnya
produktivitas SDM aparatur dan Industri.
114 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
e. Jaminan bahan baku yang kompetitif, melalui Bea Keluar
terhadap CPO dan Biji Kakao secara progresif.
f. Pembangunan infrastruktur di kawasan pengembangan klaster
IHKS (Sei Mangke, Dumai dan Maloy) dan pada sentra-sentra
produksi kakao di Mamuju, Pantoloan, Kolaka dan Palopo.
g. Tercukupinya kebutuhan energi (listrik dan gas) bagi industri hilir
CPO, kakao dan karet, serta industri makanan dan minuman.
h. Revisi PP 62 Tahun 2008 segera diterbitkan.
i. Promosi Investasi Industri.
j. Restrukturisasi Permesinan Industri Tekstil dan Produk Tekstil.
k. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil dan Produk
Tekstil melalui Balai-balai diklat industri.
l. Pemberian prioritas kepada industri TPT untuk mendapat
tambahan suplai listrik dari PLN.
m. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi dari 40% menjadi 80%
melalui penyediaan bahan baku kulit dengan membatasi ekspor
bahan baku kulit dan mempermudah impor bahan baku kulit.
n. Pengembangan Pasar melalui kampanye penggunaan produk
furniture kayu/rotan alam serta promosi furniture kayu/rotan.
o. Pengamanan pasokan bahan baku kayu/rotan melalui
pelarangan ekspor bahan baku kayu/rotan.
p. Pengembangan Pusat Desain Furniture Kayu dan Rotan.
q. Peningkatan Kompetensi SDM.
r. Pelatihan mengelas dan memotong logam, serta keterampilan
memperbaiki peralatan mesin dan listrik menjadi kebutuhan
utama dalam mencetak tenaga terampil pada industri komponen
kendaraan bermotor.
s. Perlu pasokan tenaga dengan 2 jenis keterampilan tsb dari
lembaga pelatihan, mengingat kebutuhannya cukup besar.
t. Restrukturisasi permesinan IKM.
u. Pengembangan IKM melalui kegiatan Penumbuhan Wirausaha
baru, melalui kerja sama dengan Perguruan Tinggi, lembaga-
lembaga pelatihan (Balai Pengembangan SDM dan IKM Jawa
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 115
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tengah, Balai Besar Batik Yogyakarta, Asosiasi Pengusaha
Perancang Mode Indonesia--APPMI), dan Pondok Pesantren.
v. Pengembangan One Village One Product (OVOP) produk
pangan, sandang, kerajinan.
w. Pengembangan sentra- sentra IKM melalui pendekatan klaster.
x. Dukungan pasokan minyak dan gas bumi sebagai bahan baku
dan sumber energi. Kebutuhan gas untuk industri sebanyak
2000 MMSCFD dimana saat ini baru terpenuhi sebanyak 800
MMSCFD.
y. Pengembangan center of excellence di Banten bekerjasama
dengan Balai Besar Kimia dan Kemasan yang dapat menyiapkan
1000-2000 tenaga kerja per tahun pada sektor industri plastik.
6.3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih pada
pembentukan produk domestik bruto dan penyerapan tenaga kerja
masih merupakan yang terkecil. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan perannya yang sangat strategis terhadap sektor utama
lainnya. Namun, diharapkan dalam dua tahun ke depan penyerapan
tenaga kerja sektor ini meningkat dengan banyaknya permintaan
sambungan tenaga listrik rumah tangga maupun industri.
Beberapa kebijakan yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor listrik, gas dan air
bersih :
a. Penambahan dan pengembangan jaringan listrik untuk daerah-
daerah terpencil di Indonesia yang belum mendapatkan
penerangan dengan mempercepat penyelesaian pembangkit
listrik 10.000 MW dan pengembangan teknologi sederhana dan
tepat guna;
b. Penyediaan air bersih di daerah perkotaan dan daerah yang
kesulitan air bersih seiring dengan menurunnya kualitas dan
volume air tanah akan membuat penyerapan tenaga kerja
menjadi lebih besar.
116 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.3.5. Sektor Bangunan
Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak
diminati oleh para investor. Kondisi ini membuka peluang untuk
bangkitnya kembali secara bertahap sektor yang selama ini berperan
penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh karena itu
Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang
melandasi perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai
hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan strategis yang telah
ditetapkan khususnya dalam penyerapan tenaga kerja.
Lapangan usaha atau Sektor bangunan tersebut meliputi
bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal (perkantoran,
pabrik, jalan, pelabuhan, irigasi, dll). Bangunan menjadi penting
karena menjadi barang modal tetap untuk investasi. Sehingga
perkembangan sektor ini bergantung pada pertumbuhan
perekonomian keseluruhan yaitu antara lain investasi bidang bisnis,
infrastruktur publik, pembangunan perkantoran dan perumahan.
Progam yang secara umum dapat dikembangkan dalam rangka
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini antara lain:
a. Pengembangan prasarana dan sarana transportasi baik darat,
air maupun udara seperti jalan raya, angkutan rel, kapal laut dan
angkutan udara;
b. Pengembangan sarana dan prasarana baik perkotaan,
perdesaan, perkantoran, perumahan maupun pemukiman,
c. Mengantisipasi hambatan kelancaran fisik dalam kegiatan
bangunan, diantaranya pembebasan lahan, ketersediaan bahan
baku secara domestik;
d. Meminimalisir hambatan kelembagaan dalam pendirian
bangunan seperti perizinan, yang disesuaikan dengan
peruntukan lahan.
e. Restrukturisasi usaha jasa konstruksi
Dukungan terhadap akses permodalan di bidang usaha jasa
konstruksi sangat kecil, ini dapat dilihat dari kecilnya investasi
bidang properti yang sangat berpengaruh terhadap usaha jasa
konstruksi. Sebagian dari usaha jasa sektor konstruksi
merupakan golongan kecil dan menengah, struktur seperti ini
menjadi tidak seimbang dan kurang kondusif untuk membentuk
suatu usaha yang kokoh, untuk itu perlu didorong terwujudnya
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 117
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
keseimbangan antara perusahaan besar dan kecil ataupun
spesialis dan umum.
f. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa
konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal,
berdaya saing tinggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang
berkualitas.
g. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
h. Mendorong kemandirian masyarakat jasa konstruksi yang
didasarkan pada peran aktif dari seluruh unsur masyarakat jasa
konstruksi dan keinginan yang kuat untuk maju bersama serta
mendahulukan kepentingan bersama.
i. Membuka jaringan bisnis dan koneksitas antara manufaktur,
pemasok dengan Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik
dalam maupun luar negeri.
j. Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi
konstruksi.
k. Meningkatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa & industri
konstruksi yang profesional.
l. Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas
pangsa pasar.
m. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bidang
konstruksi secara maksimal sehingga menjadi profesional dan
berdaya saing tinggi sebagai penyedia jasa sektor konstruksi.
n. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan dan
perdesaan; perkantoran, perumahan dan pemukiman.
o. Mengatasi hambatan kelembagaan pendiriaan bangunan seperti
perizinan, yang disesuaikan dengan peruntukan lahan.
6.3.6. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Secara keseluruhan sektor perdagangan memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam struktur nilai tambah dan
pendapatan nasional. Demikian pula, perdagangan adalah sektor
yang paling besar dalam menyerap kesempatan kerja. Aktivitas
sektor lapangan usaha ini sangat luas dan beragam mulai dari
perdagangan eceran-kecil, hingga perdagangan besar, dan
118 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
distributor; juga diusahakan dalam status formal dan informal. Sektor
perdagangan sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi dan memiliki berbagai pengaruh (multiplier effect) pada
bidang-bidang lainnya. Pembangunan di bidang perdagangan
merupakan salah satu aktivitas bidang ekonomi yang mempunyai
peran strategis dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan usaha.
Secara umum Kebijakan, strategi dan program untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan
diantaranya :
a. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif melalui:
1) Penegakan Hukum
2) Penyederhanaan Sistem
3) Penyederhanaan Perijinan
b. Penyediaan tempat usaha, memberikan bantuan kredit lunak
dalam rangka menciptakan iklim usaha.
c. Penyediaan sumber-sumber pembiayaan bank dan non bank
yang semakin bervariasi bidang layanannya untuk memfasilitasi
UKM.
d. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan untuk memberikan
informasi tentang hal-hal yang terkait dengan dunia
perdagangan.
e. Melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional agar mampu
bersaing dengan pasar modern.
f. Membangun dan mengembangkan pasar induk di kota-kota
besar, agar pasar konsumen di sekelilingnya dapat memperoleh
harga yang bersaing.
g. Selektif dalam pemberian izin pembangunan pusat perbelanjaan
modern yang mematikan pedagang kelas menengah dan bawah.
h. Mengembangkan berbagai ragam industri kreatif, agar tumbuh
dan dapat bersaing di pasar Internasional.
i. Menggalakan kegiatan promosi ekspor yang dilakukan baik di
dalam maupun luar negeri.
j. Melakukan standarisasi dan pengawasan pada mutu produk
guna menjaga citra produksi khususnya pasar internasional.
k. Mendorong dan mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM)
dengan antara lain:
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 119
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
1) Mengintegrasikan UKM dalam strategi industri yang ada
sekarang.
2) Memprioritaskan pengembangan sektor-sektor ekonomi,
dimana populasi UKM terkosentrasi dan secara spasial
tersebar di daerah-daerah.
3) Membangun program nasional untuk meningkatkan
kemampuan UKM yang berorientasi ekspor untuk
menangkap keuntungan globalisasi, dimana trading house
memegang peranan sangat penting.
Sedangkan pada subsektor perhotelan dan restoran akan
berkembang sejalan dengan majunya dunia pariwisata, baik dalam
melayani akomodasi wisatawan domestik dan mancanegara. Selain
itu juga akan berkembang sejalan dengan majunya sektor-sektor
yang memproduksi barang (pertanian, pertambangan, industri
pengolahan dan bangunan) yang kemudian diikuti oleh
berkembangannya sektor-sektor jasa-jasa.
Sehubungan dengan itu, maka strategi dan program untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di bidang perhotelan dan
restoran antara lain:
a. Mendorong terus kemajuan pada sektor-sektor ekonomi yang
memproduksi barang sehingga tingkat mobilitas pelaku ekonomi
menjadi tinggi.
b. Peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja
hotel, dan memperbaiki manajemen pelayanan dalam rangka
meningkatkan pelayanan hotel.
c. Meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan pengusaha
restoran sehingga dapat menyusun dan mempunyai bussines
plan yang jelas, kreatif dan mampu membaurkan masakan khas
Indonesia dengan selera pasar.
d. Mengembangkan wisata kuliner dengan berbagai jenis masakan
dan rasa nusantara baik untuk kelas menengah maupun atas
dan skala nasional maupun internasional.
e. Mengembangkan dan memantapkan bidang pariwisata dengan
antara lain :
1) Promosi pariwisata di dalam maupun di luar negeri, melalui
berbagai media dan melalui kemitraan dengan berbagai
lembaga di dalam dan di luar negeri;
120 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2) Mengembangkan dan memperkuat data base dan jaringan
system informasi kepariwisataan;
3) Mengembangkan sekaligus memantapkan koordinasi dan
jaringan kerja antar sektor, instansi, wilayah, daerah dan
pelaku pariwisata;
4) Mengembangkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan
peraturan
di bidang pariwisata antara pemerintah provinsi dan pe
merintah daerah;
5) Meningkatkan peran serta masyarakat dan UKM dalam
pembangunan industri pariwisata;
6) Pengembangan dan pembangunan sarana & prasarana
objek dan daya tarik wisata.
7) Memperluas diversifikasi dan meningkatkan daya saing
daerah tujuan dan produk pariwisata .
8) Percepatan pemulihan stabilitas politik dan keamanan dalam
negeri sehingga diharapkan dapat menghapus stigma
keberadaan teroris di Indonesia, sehingga akan
meningkatkan wisatawan dan investor lokal maupun
mancanegara untuk berkunjung atau menanamkan
modalnya dalam sektor pariwisata di Indonesia.
9) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia
sebagai pelaku kebijakan dalam bidang kepariwisataan
melalui jenjang pendidikan yang bersifat formal maupun non
formal.
10) Mengembangkan kemitraan dengan lembaga pendanaan
(bank maupun non bank) baik lembaga pemerintah maupun
swasta untuk menciptakan investasi baru di bidang wisata.
6.3.7. Sektor Angkutan Dan Komunikasi
Sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan yang fantastis,
yang mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantarkan barang
dan orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh sektor
pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan serta bangunan,
maka semakin besar pula mobilitas distribusi barang. Mobilitas orang
semakin intens dengan semakin berkembangnya kegiatan di empat
sektor di atas dan meningkatnya kegiatan sektor jasa-jasa (yaitu:
perdagangan, hotel, restoran; lembangan keuangan, sewa
bangunan, dan jasa perusahaan; sektor pemerintahan, pertahanan
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 121
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
dan jasa-jasa lainnya). Yang lebih mengesankan adalah
pertumbuhan subsektor komunikasi (meliputi telpon fixed line dan
cellular, bisnis internet, mass-media cetak dan elektronik, kantor pos,
dll).
Kebijakan, strategi dan program untuk meningkatkan peluang
kerja di sektor angkutan dan komunikasi adalah :
a. Meningkatkan kemampuan tenaga ahli dalam negeri, melalui
proses alih-teknologi, sehingga dapat membangun industri
angkutan dan komunikasi secara mandiri di dalam negeri.
b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang
angkutan, termasuk kemampuan manajemen dan operasional
untuk meningkatkan level kompetensi dengan operator angkutan
dari luar negeri;
c. Menciptakan sistem transportasi yang terintegrasi baik darat
maupun laut dan udara di seluruh Indonesia.
d. Menciptakan iklim kompetisi yang sehat dengan menciptakan
regulasi struktur pasar industri angkutan untuk menghapuskan
pasar monopoli dalam penyediaan sarana transportasi.
e. Meningkatkan kapasitas pelabuhan-pelabuhan pelayanan rakyat
pada pintu-pintu wilayah pertumbuhan yang menghubungkan
pulau-pulau di seluruh Indonesia, serta percepatan
pembangunan lapangan terbang di wilayah-wilayah yang
membutuhkan.
f. Meningkatkan kapasitas sarana prasarana transportasi,
komunikasi dan informatika yang memadai, handal dan
terintegrasi.
g. Membangun sarana dan prasarana serta sistem
telekomunikasi terutama telepon yang menjangkau wilayah
seluruh Indonesia.
h. Mengembangkan media untuk mendukung pers yang bebas,
beranggung jawab, professional, dan mampu bertindak sebagai
alat kontrol sosial yang independen khususnya di bidang
transportasi dan informasi.
i. Meningkatkan pengawasan dan penertiban perizinan jalan raya,
laut dan jasa komunikasi dan informatika.
j. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada bidang
perhubungan, komunikasi dan informatika.
122 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.3.8. Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa
Persewaan dan Jasa Perusahaan
Peran sektor ini dalam memacu pertumbuhan ekonomi di
Indonesia sangat signifikan. Meskipun dalam penyerapan tenaga
kerja kontribusinya masih relatif kecil. Di Indonesia, sektor keuangan
digerakkan oleh dua lembaga keuangan yaitu lembaga perbankan
yang terdiri dari bank-bank umum dan lembaga non perbankan yang
terdiri dari pasar modal, lembaga pembiayaan, asuransi, dana
pensiun dan pegadaian. Peranan sektor keuangan akan sangat
berpengaruh terhadap sektor lain karena pertumbuhan ekonomi
suatu Negara akan optimal apabila stabilitas sistem keuangan
Negara tersebut dapat dipelihara dengan baik. Untuk itu kebijakan
yang diterapkan dalam sektor ini akan sangat membantu terhadap
pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Berikut adalah beberapa
kebijakan yang dapat ditempuh :
a. Rencana Bisnis Bank;
b. Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih
Pengetahuan di Sektor Perbankan
c. Dalam rangka menciptakan tenaga-tenaga profesional yang
kredibel di bidang asuransi, Bapepam dan LK bekerja sama
dengan asosiasi-asosiasi perusahaan perasuransian telah
mengidentifikasi 9 (sembilan) fungsi spesifik yang ada di industri
asuransi yang berbeda dengan yang ada di industri lain. Fungsi-
fungsi tersebut, yaitu: Underwriting; Survey Risiko; Klaim;
Reasuransi/Retrosesi; Pelayanan nasabah; Aktuaria; Syariah
compliance; Risk Management/ERM; Sales/Agen/Broker.
d. Tenaga Kerja yang hendak berprofesi di Pasar Modal wajib lulus
ujian profesi dan telah mendapat izin profesi dimaksud;
e. Dengan penyerapan tanaga kerja sebanyak 8.133 orang
pegawai tetap, dan sebanyak 16.134 orang tenaga outsourcing,
diharapkan Pegadaian mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan besar lainnya dan berupaya melakukan
pembenahan internal perusahaan guna mencapai kinerja yang
lebih baik;
f. Pegadaian sesuai misinya, berusaha mengoptimalkan sumber
daya yang dimiliknya terutama SDM Pegadaian.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 123
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.3.9. Sektor Pemerintah, Pertahanan dan Jasa &
Kemasyarakatan
Sejalan dengan perkembangan sektor penghasilan barang,
sektor pemerintah, pertahanan dan jasa & kemasyarakatan juga
meningkat dan mempunyai prospek yang baik, hal ini tentu saja
semakin menuntut tenaga kerja mempunyai keahlian khusus.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam sektor ini relatif banyak
dikarenakan sangat luasnya cakupan dalam sektor ini. Cakupan dari
lapangan usaha atau sektor ini adalah jasa pemerintahan umum dan
pertahanan, jasa kemasyarakatan pemerintahan dan swasta serta
jasa perseorangan. Tambahan Kesempatan kerja untuk sektor ini
pada tahun 2013-2014 sebanyak 0,31 juta orang dan merupakan
tambahan terbesar ke empat setelah sektor industri, sektor
bangunan dan sektor perdagangan. Berikut beberapa kebijakan
yang ditempuh dalam sektor ini diantaranya :
a. Optimalisasi peran subsektor swasta pengembangan ekonomi
nasional
b. Bantuan promosi dalam pengembangan subsektor swasta
c. Pendampingan dan pelatihan jasa subsektor swasta
d. Bantuan akses permodalan dan informasi pasar dalam
pengembangan jasa swasta
6.4 Kebijakan, Strategi dan Program Pengendalian Tambahan
Angkatan Kerja
Permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks harus didekati dari
berbagai sudut pandang yang pada akhirnya akan mengerucut menjadi
penyelesaian permasalahan yang terpadu, terarah dan menyeluruh.
Dengan demikian dalam penyelesaian masalah pengangguran juga harus
dimulai dari pengendalian tambahan angkatan kerjanya. Secara umum
pengangguran merupakan selisih tenaga kerja yang dibutuhkan dunia kerja
dengan kelebihan persediaan angkatan kerja. Sehingga dalam rangka
mengurangi jumlah penganggur juga harus dimulai dari pengendalian
tambahan angkatan kerjanya.
124 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Gambar 6.1 Pengendalian Angkatan Kerja
Unggul/Kompeten
Pekerja Perlu Up-grading
AK Pekerja Anak
PELATIHAN KERJA
Siap Kerja
PUK Tambahan Penganggur Perlu Up-grading
Usia Muda/Sekolah
BAK
Bersekolah
Ibu Rumah Tangga
Penerima Pendapatan
Lainnya
Sebagaimana tampak dalam bagian bagan di atas Angkatan kerja
(AK) merupakan bagian dari penduduk usia kerja (PUK) yang masuk
dalam pasar kerja baik sebagai pekerja maupun pencari kerja, karena itu
tambahannya dikendalikan melalui perubahan status menjadi Bukan
Angkatan Kerja (BAK) bagi mereka yang memang seharusnya tidak perlu
masuk angkatan kerja. BAK ini terdiri dari mereka yang masih harus
bersekolah, ibu rumah tangga, penerima pendapatan dan juga yang
termasuk kategori Lainnya.
Patut diingat bahwa ditinjau dari sisi potensinya jumlah angkatan
kerja yang besar sesungguhnya merupakan sesuatu yang bernilai positif
karena merekalah penduduk yang aktif secara ekonomi dalam
menanggung beban pemenuhan kebutuhan konsumsi baik bagi dirinya
sendiri, penduduk muda (0-14 tahun), lansia (60+) maupun golongan lain
yang karena sebab tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Hanya saja nilai positif ini hanya berlaku jika ia bekerja dan menerima
pendapatan yang layak dan . Dengan demikian, kondisi pengendalian ini
semata terjadi karena adanya surplus persediaan tenaga kerja yang
berpotensi menambah angka pengangguran atau penurunan kualitas
penduduk lainnya. Dengan demikian untuk karakteristik tertentu memang
PENGENDALIAN TAMBAHAN ANGKATAN KERJA
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 125
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
harus dibatasi dan dikendalikan. Secara umum di banyak negara
pengangguran memang didominasi oleh mereka yang berusia muda, yaitu
yang belum mempunyai pengalaman kerja yang memadai serta tidak
didukung oleh pendidikan dan keterampilan yang layak untuk bisa masuk
ke dalam pasar kerja. Sehingga dalam hal ini kebijakan pengendalian
tambahan angkatan kerja perlu difokuskan bagi mereka yang seharusnya
masih bersekolah.
Kondisi bersekolah merupakan hal vital dalam memenuhi standar
kompetensi tenaga kerja, karena itu jika seseorang seharusnya masih
harus menempa dirinya dalam lingkungan sekolah, maka keberadaanya
dalam pasar kerja berarti mengurangi kapasitasnya untuk menjadi tenaga
kerja yang lebih baik. Hal itu karena AK muda -atau bahkan pekerja anak
(di bawah 18 tahun)- secara fisik, mental, spiritual pada umumnya masih
labil, selain juga pengetahuan dan pengalamannya belum memadai untuk
terjun menjadi tenaga kerja yang berkualitas. Mereka juga cukup rentan
terhadap perlakuan yang kurang layak dalam dunia kerja. Artinya,
kepesertaan mereka dalam pasar kerja memang didasarkan kondisi yang
tidak memadai atau belum ideal, baik dari sisi kesejahteraan keluarga yang
tidak mampu menyekolahkan mereka, maupun pemerintah yang
seharusnya lebih siap dalam upaya menahannya dalam dunia sekolah.
Dengan demikian perlu ada strategi dua arah dalam kebijakan
pengendalian tambahan angkatan kerja usia sekolah ini, yaitu
menanamkan pentingnya nilai bersekolah bagi masa depan anak-anak
dalam keluarga tersebut dan dari sisi pemerintah perlu adanya upaya yang
sungguh-sungguh dengan strategi yang berbasis kajian di lapangan/bukti
empirik sehingga diharapkan lebih tepat sasaran dalam menahan mereka
untuk bersekolah dalam rangka peningkatan modal manusia ini.
Beberapa kebijakan dalam pengendalian tambahan AK ini adalah
sebagai berikut :
1. Pemantapan, Monitoring dan Evaluasi Program Wajib Belajar 9
Tahun;
2. Implementasi Program Wajib Belajar 12 Tahun;
3. Pengawasan Efektivitas, Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Dana
BOS (Biaya Operasional Sekolah);
4. Pengawasan Efektivitas, Monitoring dan Evaluasi Program Keluarga
Harapan (PKH);
126 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
5. Penggalangan koordinasi yang komprehensif dalam pemenuhan
target-target MDGs (Millenium Development Goals) bagi semua
pemangku kebijakan;
6. Upaya yang lebih tinggi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Index);
7. Pemantapan Remedial Program (program menahan anak sekolah
agar tetap bersekolah) dari Kementerian Pendidikan Nasional dan
Bappenas.
Sebagaimana diketahui bahwa berbagai kebijakan tersebut adalah
kebijakan yang telah dan sedang dilaksanakan saat ini. Penyelesaian
tersebut merupakan pendekatan formal dalam pengendalian tambahan
angkatan kerja. Dalam bagan di atas tergambar bahwa dalam strategi
penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan khususnya mengurangi
jumlah penganggur, perlu difokuskan pada peningkatan modal manusianya
(human capital). Peningkatan modal manusia ini adalah peningkatan
kualitas kesehatan dan pendidikannya. Dalam perencanaan tenaga kerja
maka lebih difokuskan pada sisi pendidikannya.
Pengendalian Angkatan Kerja, selain melalui peningkatan Tingkat
Partisipasi sekolah (TPS), juga perlu dikendalikan melalui peningkatan
Bukan Angkatan Kerja (BAK) khususnya ibu rumah tangga. Pengendalian
Angkatan Kerja yang bersumber ibu rumah tangga memang relatif sulit
karena :
1. Semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga mempunyai
kecenderungan untuk memasuki pasar kerja atau ingin
berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Pendapatan keluarga yang relatif kurang, dengan sedikitnya
pendapatan rumah tangga khususnya yang diperoleh kepala rumah
tangga (para lelaki) maka mendorong ibu rumah tangga ingin
berpartisipasi untuk memperoleh pendapatan.
3. Keberhasilan Program Keluarga Berencana, dengan berhasilnya
Program Keluarga Berencana maka tanggung jawab ibu rumah
tangga khususnya dalam melahirkan dan membesarkan anak relatif
lebih pendek bila dibandingkan bila tidak KB, sehingga waktu yang
terluang dapat digunakan untuk masuk pasar kerja/bekerja yang
lebih produktif.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 127
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4. Teknologi rumah tangga yang semakin modern, hal ini berdampak
pada banyaknya waktu luang ibu rumah tangga, sehingga dapat
digunakan untuk masuk pasar kerja.
Selain itu pengendalian yang perlu dilakukan adalah masuknya
(migrasi) tenaga kerja asing dari luar negeri. Dengan masuknya tenaga
kerja asing ke dalam negeri perlu adanya pembatasan yang sangat ketat
agar kesempatan kerja di dalam negeri tidak dapat diisi orang asing. Hal ini
sebenarnya juga telah dilakukan Pemerintah, contohnya tenaga kerja asing
yang boleh masuk Indonesia hanya jabatan-jabatan yang bersifat
profesional/manajerial, tenaga kerja asing yang masuk karena ada
keterikatan dengan investasi, pengendalian mutu dan sebagainya.
6.5 Kebijakan, Strategi dan Program Pelatihan Tenaga Kerja
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat dan keterampilan
serta keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan. Sesuai UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pelatihan
kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan
dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.
Diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada
standar kompetensi kerja dan dapat dilaksanakan secara berjenjang.
Nitisemito (1996:35), mendefinisikan pelatihan atau training sebagai
suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan
sikap, tingkah laku ketrampilan, dan pengetahuan dari karyawannya sesuai
dengan keinginan perusahaan. Dengan demikian, pelatihan yang
dimaksudkan adalah pelatihan dalam pengertian yang luas, tidak terbatas
hanya untuk mengembangkan ketrampilan semata-mata.
Sedangkan Mangkuprawira (2003:135) berpendapat bahwa pelatihan
bagi karyawan adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin trampil dan mampu
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai
dengan standar. Mangkuprawira juga memberikan perbedaan pada
pengertian pelatihan dan pendidikan. Pelatihan lebih merujuk pada
pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan
dengan segera, sedangkan pendidikan memberikan pengetahuan tentang
128 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum, terstruktur untuk jangka waktu
yang jauh lebih panjang.
Dalam hal ini investasi sumber daya manusia memang bersifat
jangka panjang, sehingga manfaatnya baru dapat dirasakan dalam waktu
yang cukup lama. Sehingga mengingat perkembangan teknologi dan
tingkat perubahan yang cukup besar memberi resiko bahwa pendidikan
yang telah ditempuh tidak lagi sesuai dengan kebutuhan. Namun, investasi
sumber daya manusia juga memberikan aplikasi berbiaya murah yang
cukup variatif. Pelatihan-pelatihan yang terarah, bersifat short term dan
dilakukan secara konsisten dengan orientasi kebutuhan yang secara terus
menerus disesuaikan dengan berbagai perubahan yang terjadi, merupakan
salah satu pilihan murah yang berhasil guna.
Dengan demikian walaupun berimplikasi biaya, kegiatan pelatihan ini
akan sangat menguntungkan pada jangka panjang, dimana kapasitas
berproduksi seorang tenaga kerja merupakan kualitas tenaga kerja yang
bersangkutan. Seorang tenaga kerja yang berkualitas tinggi mampu
berproduksi lebih banyak daripada tenaga kerja yang berkualitas rendah.
Dengan begitu, dengan jumlah tenaga kerja yang sama output yang
dihasilkan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas tenaga
kerja yang bersangkutan.
Mengingat kebutuhan akan pelatihan memerlukan standarisasi maka
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi sebagai langkah awal dalam rangka
menciptakan standar kompetensi pekerja. Kedudukan badan yang
independen dan terpisah dari campur tangan birokrasi akan memperlancar
pelaksanaan tugas dan fungsi Badan ini. Dengan adanya sertifikasi
kompetensi yang memadai diharapkan investor dapat memperkirakan
waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk melatih pekerja.
Pelatihan-pelatihan yang dikelola oleh lembaga pelatihan
memerlukan informasi mengenai jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh
pemberi kerja. Jenis pelatihan dapat direncanakan lebih baik apabila
sistem informasi pasar kerja dapat dibangun. Hal ini juga dapat
mengurangi berbagai kegiatan pelatihan yang tidak relevan terhadap
permintaan pasar kerja. Terbentuknya sistem informasi pasar kerja sangat
bermanfaat pula bagi pengambil kebijakan untuk menyusun kebutuhan
pelatihan dalam rangka peningkatan daya saing.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 129
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Kebijakan pelatihan ini memerlukan dukungan data tentang seberapa
besar sebenarnya tenaga kerja kita yang perlu dilatih. Data ini dapat
diperoleh dari tambahan kesempatan kerja. Secara lebih spesifik data yang
diperlukan untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang perlu
mendapatkan pelatihan adalah data penduduk yang bekerja menurut
status pekerjaan, lapangan usaha, jabatan, dan tingkat pendidikan. Dari
keempat data tersebut selanjutnya dilakukan perkiraan untuk
menghasilkan seberapa besar tambahan kesempatan kerja yang tercipta.
Dari data penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama
terdapat tiga kelompok status pekerjaan utama yang memerlukan
peningkatan kualitas dan produktivitasnya yaitu berusaha sendiri tanpa
bantuan, berusaha dengan dibantu, dan pekerja/buruh/karyawan. Dari
ketiga kelompok tersebut dua diantaranya perlu diarahkan kepada
pelatihan kewirausahaan yaitu mereka yang berusaha sendiri tanpa
bantuan dan berusaha dengan dibantu serta yang diarahkan untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan.
Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2013, bahwa
yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 378 ribu orang
b. Karyawan sebanyak 818 ribu orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.196
ribu orang.
Tabel 6.1.
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013
Status Pekerjaan Utama
Tingkat Pendidikan
Jumlah ≤ SD SMTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
Diploma Universitas
1 Brsh Sendiri tanpa bantuan (68) 73 120 140 21 91 376
2 Brsh Dengan Dibantu (65) 70 115 135 20 88 362
3 Brsh Dengan Buruh (24) 26 43 50 7 33 135
4 Pekerja/Buruh/karyawan (329) 308 510 595 95 420 1,600
5 Pkj Bebas di Pertanian 16 26 43 50 - - 134
6 Pkj Bebas di Non Pertanian (13) 14 24 28 4 18 74
7 Pekerja tak dibayar 32 (34) (56) (66) (10) (43) (177)
JUMLAH (452) 483 798 932 138 607 2,505
Sumber : Data diolah Pusat PTK
130 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Untuk tahun 2014 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 389 ribu orang
b. Karyawan sebanyak 866 ribu orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2014 adalah sebanyak 1.255
ribu orang.
Tabel 6.2.
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2014
Status Pekerjaan Utama
Tingkat Pendidikan
Jumlah ≤ SD SMTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
Diploma Universitas
1 Brsh Sendiri tanpa bantuan (79) 73 125 150 22 89 380
2 Brsh Dengan Dibantu (76) 70 121 144 21 86 366
3 Brsh Dengan Buruh (29) 27 46 55 8 33 140
4 Pekerja/Buruh/karyawan (383) 319 547 653 102 421 1,659
5 Pkj Bebas di Pertanian 12 26 45 51 - - 136
6 Pkj Bebas di Non Pertanian (15) 14 24 29 4 17 74
7 Pekerja tak dibayar 40 (38) (65) (77) (11) (46) (196)
JUMLAH 529 492 844 1,008 145 600 2,560
Berdasarkan tabel 6.1 dan 6.2 di atas, pada tahun 2013 dan 2014
diperkirakan akan terdapat tambahan kesempatan kerja masing-masing
sebesar 2,5 juta orang dan 2,6 juta orang. Dari tambahan kesempatan
kerja pada tahun 2013, bila dilihat dari kelompok berusaha sendiri tanpa
bantuan dan berusaha dengan dibantu (SMTA ke bawah) maka jumlah
yang perlu dilatih adalah sebanyak 378 ribu orang. Sedang untuk tahun
2014 diperkirakan jumlah yang perlu dilatih adalah sebanyak 389 ribu
orang.
Untuk melatih tambahan tenaga kerja yang perlu dilatih tentu saja
diperlukan tambahan jumlah instruktur dikarenakan jumlah instruktur yang
ada khususnya yang ada di BLK milik pemerintah tidak seimbang dengan
tambahan tenaga kerja yang perlu dilatih.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 131
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 6.3.
Perkiraan Tambahan Instruktur
Di Lembaga Latihan Pemerintah
Tahun 2013-2014
TAHUN JUMLAH INSTRUKTUR
(Orang)
2013* 400
2014* 450
Sumber : Data Diolah Pusat PTK
Berdasarkan pada perkiraan tahun 2012, diperkirakan diperlukan
tambahan jumlah instruktur sebanyak 400 orang dan pada tahun 2014
diperkirakan bertambah menjadi 450 orang. Diharapkan dengan adanya
penambahan jumlah instruktur ini dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga mereka siap bekerja
baik itu sebagai wirausahawan baru maupun sebagai pekerja/karyawan/
buruh.
Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan
pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan.
6.5.1. Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
6.5.1.1 Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha
dengan Dibantu.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja
berdasar tabel 6.1 dan tabel 6.2, terdapat 378 ribu orang
pada tahun 2013 yang perlu mendapatkan pelatihan dengan
fokus kewirausahaan, sedangkan pada tahun 2014
diperkirakan jumlahnya menjadi sebesar 389 ribu orang.
Dengan banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka
dibutuhkan pula biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain
itu, jumlah lembaga pelatihan, instruktur, serta daya
tampung lembaga pelatihan itu sendiri perlu ditambah
mengingat besarnya tenaga kerja yang perlu dilatih.
132 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Program pelatihan yang potensial dikembangkan
untuk kelompok berusaha sendiri tanpa bantuan dan dibantu
diantaranya :
1. Pelatihan pemilihan produksi pertanian yang bernilai
tinggi dan laku di pasaran
2. Pelatihan cara bercocok tanam yang lebih efisien
3. Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan
4. Pelatihan penggunaan alat-alat mesin pertanian
5. Pelatihan tata boga
6. Pelatihan tata busana
7. Pelatihan kerajinan tangan
8. Pelatihan pertukangan
9. Pelatihan meubel
10. Pelatihan elektronika
11. Pelatihan otomotif
12. Pelatihan potong rambut
13. Pelatihan manajemen sederhana dalam kewirausahaan
14. Pelatihan pengemasan dan pemasaran serta promosi
hasil usaha, dan lain-lain
6.5.1.2 Pekerja/Buruh/Karyawan
Berdasarkan pada perkiraan tambahan
kesempatan kerja seperti pada tabel 6.1 dan tabel 6.2,
diperkirakan akan terdapat tambahan sebanyak 818 ribu
orang pada tahun 2013 yang perlu dilatih untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan, sedangkan pada tahun 2014
diperkirakan akan sedikit menurun menjadi sebesar 866 ribu
orang. Jumlah tersebut adalah mereka yang berpendidikan
SMTA ke bawah. Sedangkan untuk tingkat Diploma dan
Universitas tidak perlu lagi diadakan pelatihan karena
mereka dianggap sudah siap bersaing di pasar kerja.
Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi
mereka yang akan menjadi pekerja/buruh/karyawan
diantaranya :
1. Pelatihan otomotif
2. Pelatihan teknologi mekanik
3. Pelatihan elektronika
4. Pelatihan komputer, sekretaris
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 133
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
5. Pelatihan operator mesin
6. Pelatihan pembukuan/akuntansi
7. Pelatihan perhotelan, dan lain-lain.
6.5.2. Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Seperti sudah disebutkan diatas, bahwa pada tahun 2013
diperkirakan akan terdapat sebanyak 1.196 ribu orang yang perlu
dilatih berdasarkan jenis pekerjaannya. Sedangkan pada tahun
2014 diperkirakan jumlahnya akan sedikit meningkat menjadi
sebesar 1.255 ribu orang. Dari jumlah tersebut dapat kita bedakan
jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya lebih terarah dan
luarannya dapat diserap pasar kerja.
1. Pertanian
Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan, misalnya :
a. Pelatihan peternak unggas
b. Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan
c. Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, dan pembibitan
d. Pelatihan petani dan nelayan subsisten
e. Pelatihan pekerja pertanian dan peternakan
2. Industri Manufaktur
Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan
dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah
masing-masing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa
jenis pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya :
a. Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula
b. Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi
c. Pelatihan penyulam
d. Pelatihan tukang kayu dan meubel
e. Pelatihan operator mesin jahit
3. Konstruksi
Di bidang konstruksi, jenis pelatihan yang masih bisa
dikembangkan diantaranya :
a. Pelatihan tukang kayu dan meubel
b. Pelatihan pembuat kerangka bangunan
c. Pelatihan teknisi teknik sipil
134 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
4. Jasa-jasa
Untuk sektor jasa, sebenarnya banyak pelatihan yang bisa
dikembangkan. Karena sektor ini memang mengharuskan
memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis
pelatihan yang bisa dikembangkan diantaranya :
a. Pelatihan montir kendaraan
b. Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan perawat
kecantikan
c. Pelatihan pembantu dan pembersih rumah tangga
d. Pelatihan pengemudi mobil taksi
e. Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat
topi, dan lain-lain.
5. Sektor lainnya
Untuk sektor lainnya yang masih bisa dikembangkan, untuk
menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki
pasar kerja diantaranya :
a. Pelatihan operator mesin forklift
b. Pelatihan teknisi teknik mesin
c. Pelatihan teknisi teknik listrik
d. Pelatihan juru masak
e. Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data
f. Pelatihan pelayan restoran dan bar
g. Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain.
Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat
mendukung terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah.
Strategi dimaksud antara lain :
1. Adanya perencanaan pelatihan berdasarkan pada pada
kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
status pekerjaan.
2. Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang
dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta
membangun BLK baru.
3. Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk
meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan
kerja yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.
4. Membangun link and match antara program pendidikan dan
program pelatihan dengan dunia kerja.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 135
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.6 Kebijakan, Strategi dan Program Penempatan Tenaga Kerja
Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan
pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri,
pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga
kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk
mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu masalah
pengangguran dan setengah pengangguran.
Kebijakan nasional bidang penempatan tenaga kerja diarahkan
pada perluasan kesempatan kerja, yakni melalui kebijakan lintas sektor
yang mendorong setiap sektor untuk menciptakan peluang kerja, serta
melalui berbagai program pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI, dan Pemerintah Daerah. Secara lebih spesifik,
kebijakan nasional bidang penempatan tenaga kerja akan diupayakan
untuk diarahkan pada 3 (tiga) jenis status pekerjaan yang dianggap penting
pada 5 (lima) lapangan usaha yang ditetapkan sebagai sektor prioritas
dalam pembangunan ketenagakerjaan. Dengan demikian, pendekatan
yang digunakan untuk memformulasikan kebijakan penempatan tenaga
kerja dalam Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) Tahun 2013-2014 ini
adalah dengan cara menentukan target utama penempatan tenaga kerja
berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan usaha (sektor).
Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2014 adalah kesempatan kerja
dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan
Dibantu, dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan
kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta
Berusaha Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja
pada tahun 2013-2014 adalah karena kedua jenis status pekerjaan
tersebut merupakan bentuk dari Kewirausahaan. Dengan menciptakan
banyak Kewirausahaan, maka akan mendorong terciptanya banyak
kesempatan kerja baru. Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan
kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah
satu target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2014 adalah
karena pekerjaan ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal.
Seperti kita ketahui bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal
dalam jumlah yang banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan
ketenagakerjaan nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal
merupakan pekerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan yang
mendapatkan perlindungan negara, menghasilkan pendapatan yang tetap,
136 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
dengan tempat kerja yang memiliki keamanan kerja (job security), serta
dengan status permanen pada unit usaha atau lembaga yang berbadan
hukum.
Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan
ditetapkan sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun
2013 adalah Sektor Industri, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan,
Sektor Jasa, dan Sektor Keuangan. Sektor Industri sangat diharapkan
menjadi pilar utama dalam mengurangi angka pengangguran, karena
selain potensinya yang besar dalam penciptaan lapangan kerja, juga
merupakan representasi lapangan pekerjaan sektor formal. Sektor
Konstruksi, Sektor Perdagangan, Sektor Jasa dan Sektor Keuangan
merupakan jenis lapangan usaha yang terus berkembang pesat seiring
dengan implementasi perdagangan bebas (Free-Trade). Bersama Sektor
Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Jasa dan Sektor Keuangan ini
merupakan ciri dari negara yang berbasis perekonomian modern.
Sedangkan, penetapan Sektor Konstruksi sebagai salah satu sektor
prioritas adalah karena sektor ini memiliki potensi besar dalam
menciptakan banyak kesempatan kerja mengingat pembangunan
infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia merupakan target utama
pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Kesempatan kerja kemudian diperkirakan menurut jenis jabatan
dengan menggunakan basis 5 (lima) digit berdasarkan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Kesempatan kerja menurut jenis
jabatan ini difokuskan hanya pada kelima lapangan usaha yang menjadi
sektor prioritas, yaitu Sektor Industri, Sektor Konstruksi, Sektor
Perdagangan, Sektor Jasa dan Sektor Keuangan. Dengan demikian, dapat
diketahui jenis jabatan yang dibutuhkan pada tahun 2013 dan 2014,
sehingga dapat diidentifikasi spesifikasi dan kualifikasi yang dibutuhkan
oleh angkatan kerja guna mengisi jabatan-jabatan tersebut. Selanjutnya,
dapat dirancang program-program pelatihan yang mengacu kepada
kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan oleh jabatan tersebut.
Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan akan terdapat tambahan
kesempatan kerja sebesar 2,505 juta orang pada tahun 2013 dan sebesar
2,560 juta orang pada tahun 2014 (lihat Tabel 6.4 dan 6.4). Berdasarkan
Status Pekerjaan Utama, tambahan kesempatan kerja terbesar pada
kedua tahun tersebut adalah untuk Pekerja/Buruh/Karyawan. Sedangkan,
berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan kesempatan kerja
terbesar pada kedua tahun tersebut adalah terdapat pada Sektor Industri.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 137
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 6.4 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013
STATUS PEKERJAAN
TAMBAHAN KESEMPATAN KERJA
JUMLAH (DALAM RIBU)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Brsh Sendiri tanpa bantuan
(19) 7 149 2 81 78 3 26 49 376
2 Brsh Dengan Dibantu (18) 7 143 2 78 75 3 25 47 362
3 Brsh Dengan Buruh (7) 3 54 1 29 28 1 9 18 135
4 Pekerja/Buruh/karyawan (79) 31 633 9 346 332 12 110 208 1,600
5 Pkj Bebas di Pertanian 134
134
6 Pkj Bebas di Non Pertanian
1 28 - 15 15 1 5 9 74
7 Pekerja tak dibayar 9 (3) (70) (1) (38) (37) (1) (12) (23) (177)
JUMLAH 20 46 936 13 511 491 18 162 308 2,505
Sumber : Data diolah Pusat PTK
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa
Bantuan pada tahun 2013 ditargetkan bertambah sebanyak 376 ribu orang
dan pada tahun 2014 ditargetkan bertambah sebanyak 380 ribu orang. Di
lapangan usaha Industri Pengolahan, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak 149 ribu orang pada tahun 2013 dan bertambah
sebanyak 148 ribu orang pada tahun 2014. Di lapangan usaha
Konstruksi/Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 81
ribu orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 85 ribu orang pada
tahun 2014. Di lapangan usaha Perdagangan, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak 78 ribu orang pada tahun 2013 dan bertambah
sebanyak 80 ribu orang pada tahun 2014. Sedangkan, di lapangan usaha
Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak sebanyak 49 ribu
orang pada tahun 2013 dan tahun 2014. Di lapangan usaha Keuangan,
untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 26 ribu pada tahun 2013
dan tahun 2014.
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu
pada tahun 2013 ditargetkan bertambah sebanyak 362 ribu orang dan
pada tahun 2014 ditargetkan bertambah sebanyak 366 ribu orang. Di
lapangan usaha Keuangan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 25 ribu pada tahun 2013 dan 2014. Di lapangan usaha Industri
Pengolahan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 143 ribu
138 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 142 ribu orang pada
tahun 2014. Di lapangan usaha Konstruksi/Bangunan, untuk status ini
ditargetkan bertambah sebanyak 78 ribu orang pada tahun 2013 dan
bertambah sebanyak 82 ribu orang pada tahun 2014. Di lapangan usaha
Perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 75 ribu
orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 76 ribu orang pada tahun
2014. Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak sebanyak 47 ribu orang pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel 6.5 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2014
STATUS PEKERJAAN
TAMBAHAN KESEMPATAN KERJA
JUMLAH (DALAM RIBU)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Brsh Sendiri tanpa bantuan (20) 8 148 2 85 80 3 26 49 380
2 Brsh Dengan Dibantu (19) 8 142 2 82 76 3 25 47 366
3 Brsh Dengan Buruh (7) 3 54 1 31 29 1 9 18 140
4 Pekerja/Buruh/karyawan (85) 34 644 10 370 347 13 112 214 1,659
5 Pkj Bebas di Pertanian 136 - - - - - - - - 136
6 Pkj Bebas di Non Pertanian - 1 27 0 16 15 1 5 9 74
7 Pekerja tak dibayar 10 4 (76) (1) (44) (41) (2) (13) (25) (196)
JUMLAH 16 50 939 14 540 506 19 164 312 2,560
Sumber : Data diolah Pusat PTK
Untuk kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan
pada tahun 2013 ditargetkan bertambah sebanyak 1,600 ribu orang dan
pada tahun 2014 ditargetkan bertambah sebanyak 1,659 ribu orang. Di
lapangan usaha Keuangan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 110 ribu pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 112 ribu
pada tahun 2014. Di lapangan usaha Industri Pengolahan, untuk status ini
ditargetkan bertambah sebanyak 633 ribu orang pada tahun 2013 dan
bertambah sebanyak 644 ribu orang pada tahun 2014. Di lapangan usaha
Konstruksi/Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak
346 ribu orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 370 ribu orang
pada tahun 2014. Di lapangan usaha Perdagangan, untuk status ini
ditargetkan bertambah sebanyak 332 ribu orang pada tahun 2013 dan
bertambah sebanyak 347 ribu orang pada tahun 2014. Sedangkan, di
lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak
208 ribu orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 214 ribu pada
tahun 2014.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 139
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Dengan perkiraan penempatan tambahan tenaga kerja tersebut,
maka diperlukan pegawai pengantar kerja yang memadai baik dari segi
kualitas maupun kuantitas untuk dapat memberikan pelayanan dan
bimbingan kepada mereka. Mencermati data yang ada, diperkirakan dalam
periode 2013-2014 diperlukan tambahan pegawai pengantar kerja.
Tambahan pegawai pengantar kerja ini diharapkan setidaknya bisa
membantu para pengguna dan pencari kerja untuk mendapatkan
pekerjaan/ pekerja sesuai dengan kualifikasi yang yang dibutuhkan.
Dan untuk mendukung pencapaian target-target penempatan
tenaga kerja tersebut di atas, maka diperlukan berbagai kebijakan yang
komprehensif untuk mengatasi besarnya angkatan kerja yang perlu
ditempatkan antara lain:
1. Peningkatan Perluasan Kesempatan Kerja Dalam Negeri
a. Peningkatan peran daerah dalam memfasilitasi penempatan dan
perlindungan pekerja.
b. Perluasan Kesempatan Kerja yang berorientasi pada Usaha
Mandiri
c. Perluasan Kesempatan Kerja dengan meningkatkan penciptaan
wirausaha baru, meliputi Tenaga Kerja Pemuda Mandiri
Profesional, Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela Terdidik
dalam program pendampingan wirausaha, Tenaga Kerja Mandiri,
Pendampingan Wirausaha Baru, terapan Teknologi Tepat Guna.
d. Padat Karya Produktif
e. Penyebarluasan penerapan teknologi tepat guna melalui
pelaksanaan padat karya infrastruktur, pelaksanaan padat karya
ekonomi produktif;
f. Penempatan Tenaga Kerja Khusus, seperti untuk penyandang
cacat, dll;
g. Peningkatan Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
h. Menggandeng perusahaan dan Diknas dalam rangka menggiatkan
program Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan bagi
lulusan baru SMA atau PT, untuk menerima mereka sebagai
tenaga kerja magang;
i. Dukungan manajemen dan teknis lainnya Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, untuk mendorong program-
program yang terkait dengan ketenagakerjaan.
140 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
2. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja di dalam dan di luar
negeri.
a. Revisi Undang-Undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan
b. Revisi Undang-Undang No. Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI ke Luar Negeri
c. Peraturan tentang rekrutmen tenaga kerja, outsourcing,
pengupahan, pemutusan hubungan kerja (PHK)
d. Peraturan tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
e. Ratifikasi konvensi buruh migran;
3. Upaya Peningkatan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri
a. Menyempurnakan regulasi dan memperkuat kelembagaan
penyelenggaraan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar
negeri;
b. Menyusun MoU tentang penempatan dan perlindungan TKI dengan
setiap negara penempatan;
c. Meningkatkan pelayanan penyelenggaraan penempatan Tenaga
Keja Luar Negeri;
d. Pembinaan dan peningkatan kualitas lembaga penempatan tenaga
kerja baik pemerintah maupun swasta, melalui pembinaan,
monitoring dan pengawasan secara profesional sesuai peraturan
yang berlaku.
e. Mengembangkan informasi pasar kerja luar negeri;
f. Meningkatkan Identifikasi peluang kerja di luar negeri;
g. Meningkatkan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri;
h. Bimbingan dan pemberdayaan TKI Purna.
i. Meningkatkan networking pasar kerja internasional.
4. Peningkatan Pelayanan Informasi Ketenagakerjaan
Pengembangan kegiatan informasi pasar kerja melalui:
a. Penggunaan teknologi informasi dengan membentuk bursa kerja
on-line di seluruh Propinsi.
b. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan di dalam
dan ke luar negeri secara akurat, yang mudah diakses/ didapat,
terjangkau, dan mudah dipahami oleh masyarakat pengguna;
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 141
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
c. Meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan tentang ketenagakerjaan
ke seluruh wilayah Indonesia
d. Penyelenggaraan Bursa Kerja baik swasta maupun pemerintah.
e. Peningkatan penyelenggaraan Job Fair, dll
5. Kebijakan Pendukung Lainnya
a. Pengembangan kualitas dan sistem informasi pasar kerja, bursa
kerja dan sistem perluasan kesempatan kerja;
b. Penyusunan rencana tenaga kerja sebagai acuan dalam
penyusunan kebijakan, di bidang ketenagakerjaan.
c. Pendataan potensi sumber daya daerah untuk mempetakan
kekuatan dan kelemahan daerah, untuk selanjutnya sebagai bahan
pembangunan ketenagakerjaan sesuai dengan potensi wilayah
masing-masing.
d. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemberdayaan Pengantar
Kerja seoptimal mungkin melalui:
1) Penambahan jumlah pengantar kerja untuk mengimbangi/
proporsional dengan jumlah angkatan kerja yang ada.
2) Peningkatan kualitas Pengantar Kerja dengan upgrading atau
Bimtek lanjutan
3) Penempatan pegawai Pengantar Kerja pada bidang kerja yang
sesuai dengan keahliannya.
e. Mengurangi turn over pengantar kerja :
1) Meningkatkan besarnya tunjangan jabatan Pengantar Kerja.
2) Meningkatkan pangkat tertinggi dan usia pensiun menjadi 60
tahun.
6.7 Kebijakan, Strategi dan Program Perlindungan Tenaga Kerja
Kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk menciptakan
suasana hubungan kerja yang harmonis melalui peningkatan pelaksanaan
fungsi dan peranan sarana hubungan industrial bagi pelaku proses
produksi barang dan jasa. Kebijakan perlindungan tenaga kerja ini akan
sangat berguna bagi tenaga kerja itu sendiri maupun para pelaku usaha
sehingga mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, menimbulkan
ketenangan bekerja dan berusaha, meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak terkait. Dengan
upaya ini diharapkan akan membuka berbagai peluang usaha dan
investasi sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja baru.
142 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
6.7.1 Pengawas Ketenagakerjaan
Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesejahteraan meliputi pengawasan ketenagakerjaan, penyelesaian
perselisihan hubungan industrial dan program jaminan sosial tenaga
kerja. Bentuk perlindungan ini berlaku umum untuk seluruh kegiatan
yang menyangkut upaya produksi yang melibatkan bidang
ketenagakerjaan formal maupun informal, untuk kelas industri
berskala besar, menengah, kecil bahkan mikro dan perorangan.
Hanya saja untuk proses penyusunan dan perencanaan
perlindungan yang terstruktur dan sistematis diperlukan data
perusahaan dan pekerja/buruh yang lebih akurat.
Dalam bidang ketenagakerjaan, perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Untuk itu,
berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan, pada tahun 2010 baru 216.547 perusahaan yang
telah melapor, dan untuk tahun 2014 ditargetkan meningkat menjadi
sebanyak 267.893 perusahaan yang telah melaporkan kondisi
ketenagakerjaannya. Kondisi ini masih jauh dari data Sensus
Ekonomi Tahun 2006 dengan jumlah perusahaan sebanyak
22.736.788 dan yang diklasifikasikan sebagai perusahaan kecil,
menengah dan besar sebanyak 3.796.461 perusahaan. Dengan
demikian pada tahun 2014 ditargetkan perusahaan yang telah
melaporkan ketenagakerjaannya mencapai 1,18 persen dari total
perusahaan, dan sebesar 7,06 persen dari perusahaan kecil,
menengah dan besar.
Tabel 6.6 Perusahaan, Tenaga Kerja, Audit SMK3 dan Pengurangan Pekerja Anak
Secara Nasional Tahun 2010-2014
No Keterangan Tahun
2010 2011 2012 2013* 2014*
1 Perusahaan yang melaporkan 216,547 225,080 226,617 252,117 267,893
2 Tenaga Kerja 15,950,143 16,847,382 17,653,260 18,712,456 19,883,372
3 Audit SMK3 238 254 268 283 299
4 Pengurangan Pekerja Anak 3,000 3,360 10,750 12,367 13,984
Perusahaan KMB (SE 2006) = 3,796,461
Sumber : Ditjen PPK, Diolah oleh Pusdatinaker
* Perkiraan
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 143
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Masih kecilnya rasio perusahaan yang melaporkan
ketenagakerjaannya akan sangat berpengaruh pada perlindungan
ketenagakerjaan. Melalui sosialisasi yang intensif jumlah perusahaan
yang melaporkan tersebut harus terus ditingkatkan, sehingga
perlindungan tenaga kerja yang ada didalamnya dapat lebih
ditingkatkan.
Tabel 6.7
Kondisi dan Perkiraan Kebutuhan Pengawas Ketenagakerjaan
Menurut Provinsi Tahun 2013-2014
NO PROVINSI JUMLAH
PERUSAHAAN
KONDISI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SAAT INI
PERKIRAAN KEBUTUHAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
JUMLAH PENGAWAS KETENAGA KERJAAN SAAT INI
PERUSAHAAN YG DIAWASI PER
BULAN PER PENGAWAS
SAAT INI
JUMLAH PENGAWAS KETENAGA
KERJAAN YANG DIBUTUHKAN
JUMLAH KEKURANGAN PENGAWAS
KETENAGA KERJAAN
TARGET PERUSAHAAN
YG HARUS DIAWASI PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN PER BULAN
1 Aceh 5.433 30 15 91 61 5
2 Sumatera Utara 11.131 82 11 186 104 5
3 Sumatera Barat 2.857 33 7 48 15 5
4 Riau 3.351 42 7 56 14 5
5 Jambi 2.007 24 7 33 9 5
6 Sumatera Selatan 5.71 50 10 95 45 5
7 Bangka Belitung 1.116 18 5 19 1 5
8 Bengkulu 1.746 18 8 29 11 5
9 Lampung 6.476 28 19 108 80 5
10 Kepulauan Riau 4.677 38 10 78 40 5
11 DKI Jakarta 29.993 91 27 500 409 5
12 Jawa Barat 27.873 168 14 465 297 5
13 Banten 7.174 47 13 120 73 5
14 D.I. Yogyakarta 3.884 19 17 65 46 5
15 Jawa Tengah 19.226 148 11 320 172 5
16 Jawa Timur 29.107 169 14 485 316 5
17 Kalimantan Barat 2.413 19 11 40 21 5
18 Kalimantan Tengah 2.458 21 10 41 20 5
19 Kalimanatan Selatan 3.245 13 21 54 41 5
20 Kalimantan Timur 7.1 49 12 118 69 5
21 Sulawesi Utara 4.189 27 13 70 43 5
22 Gorontalo 1.124 7 13 19 12 5
23 Sulawesi Tengah 3.449 18 16 57 39 5
24 Sulawesi Selatan 9.362 51 15 156 105 5
25 Sulawesi Barat 3.27 7 39 55 48 5
26 Sulawesi Tenggara 6.493 18 30 108 90 5
27 Bali 4.753 17 23 79 62 5
28 Nusa Tenggara Barat 3.042 12 21 51 39 5
29 Nusa Tenggara Timur 5.164 19 23 86 67 5
30 Maluku 3.539 19 16 59 40 5
31 Maluku Utara 1.168 2 49 19 17 5
32 Papua 1.259 14 7 21 7 5
33 Papua Barat 2.828 8 29 47 39 5
JUMLAH 226.617 1.326 14 3.777 2.451 5
Sumber : Ditjen PPK, data dolah Pusat PTK
144 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas
pelaporan serta sosialisasi Undang-undang No. 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan sangat
dibutuhkan pengawas ketenagakerjaan yang memadai. Berdasarkan
data triwulan I tahun 2012 jumlah perusahaan yang telah melaporkan
kondisi ketenagakerjaannya berjumlah 226.617 perusahaan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah pengawas ketenagakerjaan
dari triwulan yang sama berjumlah 1.326 orang. Artinya 1 (satu)
orang pengawas ketenagakerjaan harus mengawasi 14 (empat
belas) perusahaan setiap bulannya. Kondisi ini masih jauh dari ideal
dimana seharusnya 1 (satu) orang pengawas ketenagakerjaan harus
mampu mengawasi 5 (lima) perusahaan per bulannya. Sampai tahun
2012, seluruh provinsi di Indonesia masih kekurangan tenaga
pengawas ketenagakerjaan. Provinsi-provinsi yang memiliki jumlah
perusahaan yang besar tidak diikuti dengan pegawai pengawas
ketenagakerjaan yang memadai sehingga berpengaruh kepada
banyaknya permasalahan hubungan industrial yang sangat
merugikan pengusaha maupun pekerja/buruh.
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk
mempercepat penambahan pengawas ketenagakerjaan, antara lain:
a. Pembiayaan bersama (sharing) dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat. Hal ini karena
bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari
kewenangan/urusan wajib setiap tingkat pemerintahan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan dasar pada
masyarakat sebagaimana diatur dalam PP Nomor 38 tahun
2007.
b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori,
praktek di kelas maupun di lapangan.
c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun
1996 setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 145
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3. Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Dalam dua tahun ke depan atau hingga tahun 2014 jumlah
perusahaan yang sudah diaudit penerapan SMK3 diharapkan
meningkat sebanyak 31 perusahaan, dengan demikian pada tahun
2013 diperkirakan menjadi 283 perusahaan dan tahun berikutnya
diharapkan sebanyak 299 perusahaan telah diaudit penerapan
Sistem Manajemen K3 ini.
Dalam perlindungan tenaga kerja ini yang tidak kalah penting
adalah upaya penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk pada
anak. Tidak semua jenis pekerjaan sifatnya berbahaya bagi anak.
Pekerjaan ringan dapat menjadi bagian yang penting bagi proses
sosialisasi dan perkembangan anak-anak, dimana mereka belajar
bertanggungjawab dan merasa bangga atas prestasi mereka sendiri.
Sebaliknya yang harus dihapuskan adalah pekerjaan anak-anak
yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu
pendidikan mereka atau berbahaya bagi kesehatan dan
pertumbuhan mereka.
Pada dasarnya pekerja anak merupakan gejala kemiskinan dan
ketidaksetaraan yang meluas di masyarakat, namun di sisi lain
pekerja anak juga menjadi faktor penyebab terjadinya kemiskinan
karena mereka akan kehilangan masa kecil dan bahkan masa depan
mereka karena bekerja terlalu dini dalam jam kerja yang panjang
untuk mendapatkan upah yang sedikit, bekerja dalam kondisi yang
membahayakan kesehatan, fisik dan mental mereka, terpisah dari
keluarga dan atau kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan.
Jenis pekerjaan seperti ini akan menimbulkan kerugian permanen
bagi anak tersebut dan untuk jangka panjang akan melanggengkan
kemiskinan serta berpotensi mengurangi kualitas sumber daya
manusia di masa mendatang. Untuk itu perlu dilakukan segala upaya
146 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
yang mungkin bagi pengurangan jumlah pekerja anak ini. Pada tahun
2013 diharapkan ada 12.367 orang pekerja anak yang dapat ditarik
dan tahun 2014 sebanyak 13.984 orang pekerja anak diharapkan
dapat ditarik.
Program mengurangi atau menarik pekerja anak dilakukan
dengan fasilitasi pada pendidikan formal dan keterampilan, yang
telah dilakukan oleh Kemnakertrans berupa pendampingan dan
pembentukan Komite Aksi Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Pada Anak (BPTA) di Provinsi/Kabupaten/Kota, serta
upaya pencegahan dan penarikan pekerja anak. Program ini
terintegrasi dengan Program Keluarga Harapan (PKH) yang
dicanangkan oleh pemerintah. Dalam PKH penerima bantuan adalah
rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga
yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun (atau usia 15-18 tahun namun
belum menyelesaikan pendidikan dasar) dan/atau ibu hamil/nifas.
Berbeda dengan bantuan langsung tunai yang tidak
mensyaratkan perilaku tertentu, PKH memberikan bantuan tunai
kepada RTSM dengan mewajibkan RTSM tersebut mengikuti
persyaratan yang ditetapkan program, yaitu: (i) anaknya terdaftar di
satuan pendidikan dan wajib menghadiri kelas minimal 85 persen
hari sekolah/tatap muka dalam sebulan selama tahun ajaran
berlangsung, dan (ii) melakukan kunjungan rutin ke fasilitas
kesehatan bagi anak usia 0-6 tahun, ibu hamil dan ibu nifas. Dengan
demikian diharapkan tercipta generasi mendatang yang cerdas dan
sehat, sehingga dapat memutus lingkaran kemiskinan yang menjadi
penyebab terjadinya pekerja anak.
6.7.2 Hubungan Industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial merupakan
salah satu bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja. Untuk
penyelesaian yang bersifat antisipatif telah diundangkan berbagai
peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan industrial
yaitu adanya Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja
dan pemberi kerja/pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang
berlaku secara internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja/Serikat
Buruh (SP/SB) yang menjamin kebebasan berpendapat bagi
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 147
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
pekerja/buruh. Perangkat hubungan industrial yang utama adalah
adanya Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit karena diharapkan
menjadi ‘jembatan’ utama dalam pencarian solusi yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan
terus meningkat, sehingga pada tahun 2013 jumlah perusahaan yang
memiliki PP sebanyak 37.481 dan pada tahun 2014 mencapai
39.981 perusahaan. Sedangkan jumlah perusahaan yang memiliki
PKB ditargetkan sebanyak 10.056 pada tahun 2013 dan menjadi
10.256 pada tahun 2014. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah
melalui sosialisasi terhadap perusahaan yang mempekerjakan 10
orang atau lebih dan perusahaan yang bermasalah dihimbau segera
menyusun PP dan PKB.
Tabel 6.8
Perangkat Hubungan Industrial
No Keterangan Tahun
2010 2011 2012* 2013* 2014*
1 Perusahaan dengan PP 44,149 32,481 34,981 37,481 39,981
2 Perusahaan dengan PKB 10,959 9,656 9,856 10,056 10,256
3 Jumlah SP/SB berdasar Kepmen no. 16/2001
11,852 14,981 16,310 17,639 18,968
4 Jumlah LKS Bipartit 12,417 13,038 13,690 14,374 15,093
Sumber : Ditjen PHI dan Jamsostek, Diolah Pusdatinaker
* Perkiraan
Dalam hal penyelesaian perselisihan hubungan industrial
langkah terbaik adalah adanya dialog antara pekerja dan pengusaha
yang menguntungkan kedua belah pihak (win-win solution). Untuk
itu, seharusnya pekerja memiliki kebebasan berpendapat yang
disalurkan secara terarah dan pada jalurnya melalui Serikat
Pekerja/Serikat Buruh. Dengan demikian upaya perlindungan tetap
menitikberatkan pada upaya preventif sebelum terjadinya kasus-
kasus yang harus diselesaikan secara hukum. Untuk itu, jumlah
Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang dicatatkan berdasarkan Kepmen
Nomor 16 Tahun 2001 diharapkan semakin meningkat sehingga
pada tahun 2013 menjadi 17.639 dan pada tahun 2014 menjadi
18.968 Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
148 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan
menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hak-
haknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun
akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan
terciptanya budaya kerja yang baik. Keberadaan perangkat
hubungan industrial Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit yang
berfungsi sesuai seharusnya sangat dibutuhkan. LKS Bipartit yang
berfungsi baik akan meminimalisir peran pemerintah walau dalam
kondisi tertentu harus turun tangan pula yakni melalui LKS Tripartit.
Mengenai LKS Tripartit Provinsi, pada tahun 2010 dari 33 provinsi
hanya Provinsi Maluku Utara yang belum memiliki LKS Tripartit
sedangkan yang perlu dikembangkan adalah LKS Bipartit. Dengan
sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan perundangan
yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit ini diharapkan
semakin meningkat sehingga pada tahun 2013 ditargetkan sebanyak
14.374 dan pada tahun 2014 ditargetkan sebanyak 15.093
perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.
Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya
perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat
dimungkinkan tetap terjadi perselisihan hubungan industrial apalagi
berbagai perangkat hubungan industrial tersebut dari segi jumlah
saja masih jauh dari kebutuhan. Diharapkan setiap perselisihan tidak
perlu masuk dalam ranah hukum karena kecenderungannya akan
merugikan kedua belah pihak baik dari segi biaya, waktu, tingkat
kerepotan yang ditimbulkan, citra buruk, rusaknya hubungan baik
hingga berbagai kerugian non materil lainnya. Untuk itu, tenaga
mediator yang kompeten sangat dibutuhkan untuk memediasi setiap
perselisihan yang timbul.
Kebijakan yang dapat ditempuh untuk mengefektifkan tugas
dan fungsi Mediator adalah sebagai berikut :
a. Memperioritaskan pembinaan terhadap perusahaan besar dan
perusahaan sedang;
b. Meningkatkan kualitas Mediator melalui : Konsolidasi Mediator;
Pelatihan; Forum Konsolidasi dan Bimtek bagi Petugas
Administrasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial;
c. Menyiapkan pedoman pembinaan hubungan industrial;
penyelesaian perselisihan hubungan industrial; dan
penanganan mogok kerja;
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 149
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
d. Membentuk Tim Deteksi Dini di Daerah yang padat industri;
e. Menyusun peta potensi dan kondisi hubungan industrial dan
pengadaan kendaraan tanggap darurat.
Tabel 6.9
Kondisi dan Perkiraan Kebutuhan Tenaga Mediator
Menurut Provinsi Tahun 2013-2014
NO PROVINSI JUMLAH
PERUSAHAAN
KONDISI MEDIATOR SAAT INI
PERKIRAAN KEBUTUHAN MEDIATOR
JUMLAH MEDIATOR SAAT INI
PERUSAHAAN YG DIBINA PER
BULAN PER MEDIATOR
JUMLAH MEDIATOR
YANG DIBUTUHKAN
JUMLAH KEKURANGAN
MEDIATOR
PERUSAHAAN YG DIBINA PER
BULAN PER MEDIATOR
1 Aceh 5.433 16 28 57 41 8
2 Sumatera Utara 11.131 89 10 116 27 8
3 Sumatera Barat 2.857 45 5 30 0 8
4 Riau 3.351 44 6 35 0 8
5 Jambi 2.007 21 8 21 0 8
6 Sumatera Selatan 5.710 35 14 59 24 8
7 Bangka Belitung 1.116 10 9 12 2 8
8 Bengkulu 1.746 16 9 18 2 8
9 Lampung 6.476 30 18 67 37 8
10 Kepulauan Riau 4.677 9 43 49 40 8
11 DKI Jakarta 29.993 96 26 312 216 8
12 Jawa Barat 27.873 127 18 290 163 8
13 Banten 7.174 33 18 75 42 8
14 D.I. Yogyakarta 3.884 24 13 40 16 8
15 Jawa Tengah 19.226 155 10 200 45 8
16 Jawa Timur 29.107 118 21 303 185 8
17 Kalimantan Barat 2.413 22 9 25 3 8
18 Kalimantan Tengah 2.458 26 8 26 0 8
19 Kalimanatan Selatan 3.245 38 7 34 0 8
20 Kalimantan Timur 7.100 65 9 74 9 8
21 Sulawesi Utara 4.189 25 14 44 19 8
22 Gorontalo 1.124 7 13 12 5 8
23 Sulawesi Tengah 3.449 16 18 36 20 8
24 Sulawesi Selatan 9.362 36 22 98 62 8
25 Sulawesi Barat 3.270 5 55 34 29 8
26 Sulawesi Tenggara 6.493 20 27 68 48 8
27 Bali 4.753 18 22 50 32 8
28 Nusa Tenggara Barat 3.042 15 17 32 17 8
29 Nusa Tenggara Timur 5.164 19 23 54 35 8
30 Maluku 3.539 7 42 37 30 8
31 Maluku Utara 1.168 4 24 12 8 8
32 Papua 1.259 12 9 13 1 8
33 Papua Barat 2.828 8 29 29 21 8
JUMLAH 226.617 1.211 16 2.361 1.178 8
Sumber : Ditjen PHI dan Jamsos, data diolah Pusat PTK
150 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Berdasarkan pada tabel diatas, jumlah tenaga mediator yang
dibutuhkan pada 2013-2014 adalah sebanyak 2.361 orang dengan
syarat jumlah perusahaannya tetap, namun tentu saja hal ini tidak
mungkin terjadi. Adanya kekurangan sebanyak 1.178 orang tenaga
mediator merupakan jumlah yang besar dan mustahil dapat dipenuhi
dalam waktu yang singkat. Untuk itu, pemerintah pusat
(Kemnakertrans) dan pemerintah daerah (Dinas yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan) harus bekerjasama
dalam pengadaan tenaga mediator ini.
Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan
pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi
keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah
yang hakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan
menyediakan pekerjaan yang layak bagi tiap-tiap warga negaranya.
Dengan demikian, masyarakat yang sejahtera dapat terwujud.
Perwujudan ini melalui jalur yang memang seharusnya, yaitu bukan
dari serangkaian program subsidi dan bantuan namun di sisi lain
mengesampingkan hak-hak pekerja yang telah bekerja keras bagi
peningkatan kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada
kenyataannya, tenaga kerja memang relatif mempunyai kedudukan
yang lebih lemah sehingga tanggung jawab utama dalam
perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di tangan
pengusaha selain tenaga kerja itu sendiri yang juga turut berperan
aktif dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja ini.
Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan
pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya
resiko-resiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia,
dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa
aspek, antara lain :
1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
2. merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan
tempat mereka bekerja.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 151
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 6.10
Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif Jamsostek
Secara Nasional Tahun 2006-2011
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keterangan
82.352 90.697 100.684 115.683 133.580 149.424 Perusahaan Aktif
7.719.695 7.941.017 8.219.154 8.495.732 9.337.423 10.311.699 Tenaga Kerja Aktif
Sumber : Laporan Tahunan 2011 PT. Jamsostek
Jumlah kepesertaan jamsostek (perusahaan dan tenaga kerja)
yang aktif harus terus ditingkatkan sehingga pada tahun 2013 jumlah
perusahaan yang aktif diharapkan sebanyak 176.253 dengan
kepesertaan tenaga kerja (aktif) mencapai 11.348.501 dan pada
tahun 2014 diharapkan terdapat 189.667 perusahaan aktif dan
tenaga kerja yang menjadi peserta aktif sebanyak 11.866.901 orang.
Peningkatan kepesertaan aktif perusahaan maupun pekerja
pada program jamsostek ini tentu saja harus tetap diikuti oleh
berbagai upaya penurunan kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan
data PT Jamsostek tahun 2011 ada 99.491 kasus kecelakaan kerja,
dan dengan berbagai upaya pengawasan dan perlindungan tenaga
kerja yang terus dilakukan hingga pada tahun 2013 ditargetkan
kasus kecelakaan kerja tersebut mengalami penurunan menjadi
70.227 kasus dan begitu pula pada tahun 2014 diharapkan semakin
menurun menjadi sebanyak 66.214 kasus kecelakaan kerja.
Untuk melindungi buruh/pekerja Pemerintah setiap tahun
menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Perlindungan dalam
bentuk UMP ini agar para buruh/pekerja tidak memperoleh upah
dibawah UMP, hal ini agar kesejahteraan para buruh/karyawan tetap
terjaga, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
layak, serta mampu mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas kerjanya. Berdasarkan tabel di bawah, pada tahun
2011, penetapan UMP rata-rata baru mencapai Rp. 988.829, dan
hanya delapan daerah yang UMPnya telah melampaui Kebutuhan
Hidup Layak (KHL). Sedangkan pada tahun 2012 tidak bisa
ditentukan rata-rata nasionalnya dikarenakan ada beberapa daerah
yang tidak menentukan atau melaporkan UMP dan KHLnya ke
Kemnakertrans khususnya Direktorat Jenderal PHI dan Jamsostek.
Tetapi dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa kualitas hidup para
buruh/pekerja Indonesia masih jauh dari layak karena baru beberapa
daerah saja yang UMPnya melebihi nilai KHLnya.
152 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Tabel 6.11
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak
Menurut Provinsi Tahun 2011-2012
NO PROVINSI UMP
KHL UMP/KHL
(%) 2011 2012
1 ACEH 1.350.000 1.400.000 - -
2 SUMATERA UTARA 1.035.500 1.200.000 1.035.028 115,94
3 SUMATERA BARAT 1.055.000 1.150.000 1.153.456 99,70
4 RIAU 1.120.000 1.238.000 1.312.888 94,30
5 KEPULAUAN RIAU 975.000 1.015.000 - -
6 JAMBI 1.028.000 1.142.000 1.143.576 99,86
7 SUMATERA SELATAN 1.048.440 1.195.220 1.311.000 91,17
8 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1.024.000 1.110.000 1.540.330 72,06
9 BENGKULU 815.000 930.000 884.289 105,17
10 LAMPUNG 855.000 975.000 - -
11 JAWA BARAT 732.000 - - -
12 DKI JAKARTA 1.290.000 1.529.150 - -
13 BANTEN 1.000.000 1.042.000 1.108.000 94,04
14 JAWA TENGAH 675.000 - - -
15 D.I YOGYAKARTA 808.000 892.660 862.391 103,51
16 JAWA TIMUR 705.000 - - -
17 BALI 890.000 967.500 1.130.779 85,56
18 NUSA TENGGARA BARAT 950.000 1.000.000 - -
19 NUSA TENGGARA TIMUR 850.000 925.000 1.164.204 79,45
20 KALIMANTAN BARAT 802.500 900.000 - -
21 KALIMANTAN SELATAN 1.126.000 1.225.000 1.227.000 99,84
22 KALIMANTAN TENGAH 1.134.580 1.327.459 1.720.414 77,16
23 KALIMANTAN TIMUR 1.084.000 1.177.000 - -
24 MALUKU 900.000 975.000 1.739.000 56,07
25 MALUKU UTARA 889.350 960.498 1.903.311 50,46
26 GORONTALO 762.500 837.500 1.099.222 76,19
27 SULAWESI UTARA 1.050.000 1.250.000 - -
28 SULAWESI TENGGARA 930.000 1.032.300 1.232.820 83,73
29 SULAWESI TENGAH 827.500 885.000 900.000 98,33
30 SULAWESI SELATAN 1.100.000 1.200.000 1.161.395 103,32
31 SULAWESI BARAT 1.006.000 1.127.000 - -
32 PAPUA 1.403.000 - - -
33 PAPUA BARAT 1.410.000 1.450.000 1.800.000 80,56
Sumber : Ditjen PHI dan Jamsos, Diolah Pusdatinaker
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 153
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
Untuk meningkatkan daya beli buruh/karyawan Indonesia, UMP
setiap tahun harus ditinjau dan ditingkatkan. Peningkatan ini harus
lebih tinggi dari peningkatan inflasi yang ada sehingga UMP yang
ditetapkan akan meningkat persentasenya bila dibandingkan dengan
KHL. Besarnya UMP tahun 2011 rata-rata nasional paling tidak
meningkat 3 persen lebih tinggi dari inflasi. Inflasi tahun 2013 dan
2014 diperkirakan sebesar 4,5 persen, maka peningkatan UMP pada
tahun 2013 meningkat 7,5 persen, sehingga UMP tahun 2013 rata-
rata sebesar Rp 1.062.992 dan UMP Tahun 2014 rata-rata sebesar
Rp. 1.142.716.
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I 155
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
BAB VII
PENUTUP
Rencana Tenaga Kerja Nasional ini merupakan dasar penyusunan
kebijakan, strategi, dan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan secara nasional sebagaimana diamanatkan Pasal 7
Ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Rencana Tenaga Kerja Nasional Tahun 2013-2014 merupakan dasar
acuan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan dalam kurun waktu 2
(dua) tahun ke depan yang berbasis pendayagunaan tenaga kerja melalui
pengendalian tambahan angkatan kerja baru, penciptaan kesempatan
kerja sektoral, serta perencanaan pelatihan, penempatan tenaga kerja,
hubungan industrial dan jamsostek serta pengawasan ketenagakerjaan.
Perancangan dokumen ini diharapkan mampu mengakomodir
kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi di masa yang
akan datang berkaitan dengan Perencanaan Tenaga Kerja. Oleh karena
itu, Rencana Tenaga Kerja Nasional ini dapat direview secara berkala
untuk menyelaraskan berbagai kebijakan dan program yang ada terhadap
perubahan dan perkembangan baru, sehingga tetap relevan dengan
kebutuhan pembangunan ketenagakerjaan nasional saat itu.
Akhirnya, perlu digarisbawahi bahwa keberhasilan dalam
melaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional ini akan sangat
bergantung pada komitmen, integritas dan dedikasi seluruh stakeholders
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
156 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kemnakertrans R.I
Rencana Tenaga Kerja Nasional 2013-2014
(pihak terkait), sehingga tujuan pembangunan ketenagakerjaan yaitu untuk
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya dalam rangka meningkatkan harkat,
martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat
sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun spiritual dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Agenor, Pierre-Richard, (2000), The Economic of Adjustment and Growth,
Academic Press.
Badan Pusat Statistik, (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia Per Propinsi,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, (2012), Pendapatan Nasional Indonesia 2008-2011,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2008-2011, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia,
Jakarta.
Bappenas dan Badan Pusat Statistik, Projecting Labor Force Participation
Rates 1986-2000, Development Studies Project, Jakarta.
Bappenas dan UNSFIR, (2002), Indonesia 2020: Long Term Issues and
Priorities, Jakarta.
Basu, Ritu, Nada Choueiri, dan Antonio G. Pascual, (2006), Financial
Projections and Stress Testing in Financial Programming: A New
Framework, IMF Working Paper WP/06/33.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, (2010), Rencana
Strategis Kementerian Tenaga Kerja dan Trnsmigrasi Tahun
2010-2014, Jakarta.
Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans R.I,
(2009), Profil Data dan Informasi Pengawasan Ketenagakerjaan
Tahun 2008, Jakarta.
Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans RI,
(2009), Profil Pengawasan Ketenagakerjaan Tahun 2009, Jakarta.
Forster (2005), Stock Prices and Real Economic Activity, Deutsche Bank.
International Labor Organization dengan Badan Pusat Statistik, (2009),
Statistik Pekerja Anak 2009, Jakarta.
International Labor Organization, (1999), Indonesia Employment Strategy
Mission, ILO, Jakarta.
International Labour Organization, (1999), AIDE MEMOROES : Ringkasan
Temuan-temuan dan Rekomendasi-rekomendasi Awal, Misi
Strategi Ketenagakerjaan Indonesia.
Manning, Chris (1996), Deregulation and regional labour Markets in
Indonesia : Have the Other Islands Been Left Behind?, Paper on
Indoensian Workers in the 21th Century Workshop for Economic
Reforms and Labor Market Restructuring for Indonesia.
Mikkelsen, Jan G., (1998), A Model for Financial Programming, IMF
Working Paper WP/98/80.
Pindyck dan Rubinfeld, (1998), Econometric Models and Economic
Forecasts, McGraw-Hill.
Polak, Jacques J., (1998), The IMF Monetary Model at 40, Economic
Modelling 15, pp.395-410.
Rama, Martin, (2001), Globalization and Workers in Developing Countries,
The World Bank: Development Research Group.
Rucker, Robert, L., (1985), A Preliminary View of Indonesia’s Employment
Problem and Some Options for Solving It, Jakarta USAID.
SMERU Research Institute, (2001), Wage and Employment Effects of
Minimum Wage Policy in Indonesia Urban Labor Market,
Research Report.
Suroto, Drs. MA, (1992), Strategi Pembangunan dan Perencanaan
Kesempatan Kerja, Edisi Kedua. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tan, Hong, (2002), Globalization: Challenges for Skills Development,
World Bank Institute.
The World Bank, (2000), Kualitas Pertumbuhan (The Quality of Growth),
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Universitas Indonesia dan Bappenas, (1992), Model Terpadu Perencanaan
Sumber Daya Manusia Nasional, UI dan Bappenas, Jakarta.
Universitas Indonesia dan Bappenas, (1992), Studi Pengembangan Sistem
dan Kebijaksanaan Sumber Daya Manusia, UI dan Bappenas,
Jakarta.
Pengarah : Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMAPenanggung Jawab : Syarifuddin Sinaga, SH.Koordinator : Bambang Wardoyo, SE, MM.
Penulis : Drs. Pardamean Simanjuntak, M.SiRini Nurhayati, SE, MT.Woro Sukesti, SEDrs. Ardencius GultomEndang Asriyati, S.Si.Atep Juarsa, S.Si.Sukma Hadinuriani, S.Sos.Anggit Tri Widyaningsih, S.Si.
Pengolah Data : Edi Gunadi, SE.Atep Juarsa, S.Si.Sukma Hadinuriani, S.SosAnggit Tri Widyaningsih, S.Si
Narasumber : Prof. Dr. Payaman SimanjuntakIr. Antonius Doni Dihen, M.ScIr. Jan Patiung, MM Drs. Suwito Ardiyanto, SH, MH
Tim Teknis : Unit Teknis Ketenagakerjaan di Lingkungan Kemenakertrans R.I.Instansi Pembina Sektor/Sub Sektoral Pusat
Editor : Bambang Wardoyo, SE, MM.
TIM PENYUSUN