i. pendauluan 1.1. latar belakangrepository.utu.ac.id/370/1/bab i_v.pdf · minyak nilam yang...
TRANSCRIPT
-
I. PENDAULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils
atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal
dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada150 jenis
minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis
diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri
yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang
telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman
penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak
perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih
menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas
produksi yang terbatas. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu
penghasil minyak atsiri yang besar. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak
atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan pengembangan, kualitas dan
nilai minyak atsiri. Produksi minyak atsiri merupakan proses yang kompleks.
Peningkatan efisiensi produksi memerlukan peningkatan produktivitas tanaman,
perbaikan penanganan pasca panen, ekstraksi dan peningkatan nilai tambah yang
didukung pengendalian dan jaminan mutu agar diperoleh mutu tinggi dan
konsisten (Gunawan dalam Irawan, 2010, h. 3).
Sebagaimana kita ketahui bersama Indonesia merupakan negara agraris
dengan berbagai ragam tanaman dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
-
2
menumbuh kembangkan potensi masyarakat dan petani yang dimilikinya sehingga
bermanfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat dan petani. Di lain pihak,
potensi dan kondisi ini dapat di arahkan menuju suatu ruang lingkup yang berbasis
indutri. Selama ini daerah atau wilayah yang telah mengembangkan tanaman
nilam seperti di Aceh (hampir seluruh wilayah), Sumatera Utara (Nias, Tapanuli
dan Dairi), Bengkulu (daerah transmigrasi Kuro Tidur), Lampung, Sumatera
Barat, Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, dan Majalengka, Jawa Tengah
(Purwokerto, Purbalingga, Pemalang dan Banjarnegara), bahkan dapat dijumpai
juga pada areal pemukiman transmigran di daerah Kalimantan Tengah. Namun
pengelolaan perkebunan, proses penyulingan, dan mesin penyulingan yang
digunakan masih bersifat tradisionil. Sementara itu, usaha ini sangat memberikan
suatu gambaran peluang mengenai keuntungan yang akan diraih dibandingkan
jenis usaha perkebunan lain saat ini dan di masa mendatang (Mangun, 2006, h.14)
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu dari beberapa wilayah di
Provinsi Aceh yang masih mengandalkan sektor pertanian, terutama pertanian
pangan dan perkebunan, sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar
mendukung perekonomian masyarakat. Dari semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Aceh Jaya, Kecamatan Tenom merupakan salah satu kecamatan yang
sebahagian masyarakatnya berprofesi sebagai wiraswasta dan petani, salah
satunya membudidayakan tanaman nilam.
Tingkat produksi minyak nilam di Kecamatan Teunom belum mendapat
perhatian yang cukup, baik dalam program pembangunan pertanian jangka
panjang di sektor pertanian khususnya budidaya dan pengolahan tanaman nilam,
sebagai andalan pendapatan petani dan pemilik industri kecil itu sendiri. Dalam
-
3
upaya mendukung pengembangan nilam di Kecamatan Teunom akan menjadi
lebih maksimal hasilnya bila didukung oleh penyuluhan tentang pengolahan nilam
dan teknologi yang memadai, kurangnya informasi kepada masyarakat merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi minyak nilam yang
dihasilkan oleh petani nilam.
Nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak astitri yang
penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan
petani. Minyak nilam yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum,
sabun dan kosmetika, disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida
nabati. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang, dan cabang
tanaman nilam. Untuk mendapatan minyak nilam dengan kualitas yang baik dan
memenuhi standar yang telah ditentukan, maka hal yang perlu di perhatikan
adalah kualitas dari dari alat suling yang digunakan. Adapun kualitas alat suling
tersebut dapat kita lihat dari ketel air, ketel bahan baku, dan bak pendingin.
Pada umumnya para pengusaha penyulingan minyak nilam di Kecamatan
Teunom masih menggunakan cara yang tradisional yaitu memanfaatkan drum
bekas yang tidak mampu betahan lama dan cepat berkarat sehingga uap yang
dikeluarkan mengandung zat besi yang akan mempengaruhi kualitas minyak
nilam itu sendiri, sehingga harga jual minyak nilam tersebut juga akan rendah. Hal
ini sebenarnya bisa di atasi apabila petani mau merubah sistem penyulingan
minyak nilam yang masih tradisional ke modern dengan menggunakan alat suling
dan ketel yang terbuat dari besi stainless steel sehingga minyak yang dihasilkan
juga akan berkualitas dan memiliki harga jual yang tinggi.
Kecamatan Teunom merupakan salah satu daerah penghasil minyak nilam
-
4
di Kabupaten Aceh Jaya, keadaan tanahnya juga sangat mendukung untuk
ditanami nilam, oleh sebab itu banyak masyarakat di Kecamatan Teunom
memanfaatkan lahannya untuk membudidayakan tanaman nilam, pada umumnya
masyarakat memiliki lahan sendiri dengan luas lahan rata - rata seluas 1 hektar, di
Kecamatan Teunom tidak semua petani memiliki alat penyulingan nilam,
dikarenakan untuk membuat sebuah alat penyulingan tersebut memerlukan biaya
yang relatif besar, sehingga sebagian para petani memilih menjual hasil panennya
kepada pengumpul, harga nilam itu sendiri juga bervariasi antara Rp.2500-
Rp.7500 per/kilogram, sebagian petani menjual nilam kepada penampung untuk
di olah menjadi minyak nilam, dengan harga nilam basah di hargai sebesar
Rp.2.500,- per/kilogram, sedangkan harga jual nilam kering di hargai oleh
penampung sebesar Rp.7.500,- per kilogram, dan ada juga sebagian para petani
yang memilih menyewa alat penyulingan dengan alasan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih maksimal, harga sewa tempat atau alat penyulingan
tersebut biasanya pemiliki diberi imbalan sebesar 1,5 ons minyak nilam dalam
sekali penyulingan. Sedangkan proses penyulingan untuk mendapatkan minyak
nilam itu sendiri 5-6 jam dalam 1 kali penyulingan, dalam 1 hari 1 malam mampu
mengola hingga 4 kali penyulingan.
Minyak nilam di Kecamatan Teunom sangat berfluktuasi bekisar antara
Rp.700.000 - Rp.7500.000 per/kilogram, harga minyak nilam pernah mencapai
harga sangat tinggi yang pernah dirasakan oleh petani yaitu sebesar Rp.1.000.000
- Rp.1.400.000 per/kilogram, Pada masa itu masyarakat tergiur dengan harga
minyak nilam yang cukup tinggi dan masyarakat ingin membudidayakan tanaman
nilam yang lebih luas lagi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Naik turunnya
-
5
harga minyak nilam disebabkan oleh produksi minyak nilam di Kecamatan
Teunom tidak stabil dan mutu minyak nilam sangat beragam dari satu tempat ke
tempat yang lain dan disebabkan juga oleh teknologi pengolahannya yang masih
belum berkembang dengan baik. Namun demikian usaha penyulingan minyak
nilam terus ditekuni oleh masyarakat, karena harga minyak nilam ini sangat
membantu dalam meningkatkan pendapatan petani nilam.
Manfaat industri penyulingan minyak nilam ini ternyata cukup besar bagi
masyarakat petani terutama dalam proses produksi nilam karena dapat membantu
petani dalam mengolah nilam yang sudah dibudidayakan para petani. Selain itu,
keberadaan industri penyulingan minyak nilam ini juga dapat meningkatkan
pendapatan bagi petani karena dengan mengolah sendiri lebih menguntungkan
dibanding dengan menjual nilam kering. Jadi, dengan adanya idustri penyulingan
minyak nilam ini sangat berguna dalam meningkatkan pendapatan petani dan
pemilik ketel penyulingan nilam.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Produksi terhadap Pendapatan
Industri Penyulingan Minyak Nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh
Jaya”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah berapa besar pengaruh produksi terhadap pendapatan
industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.?
-
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh produksi
terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil
penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis / Peneliti
Manfaat peneliti bagi penulis adalah penambah wawasan bagi penulis dan
pengetahuan tentang seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh produsi
terhadap pendapatan industri minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya dan sebagai salah satu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir secara ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam
menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru kedepan.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Manfaat penelitian bagi lingkungan akademik adalah memberikan
wawasan dan pengetahuan untuk pihak akademik baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi perpustakaan fakultas ekonomi, serta sebagai bahan acuan
untuk kedepannya dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam bagi para
mahasiswa/I, khususnya kalangan fakultas ekonomi.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini bagi pihak luar khususnya pemerintah
daerah dan pihak lainnya yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik, sehingga
-
7
akan mendapatkan gambaran yang secara global dari pemerintah daerah dan pihak
lainnya yang berkaitan. Adanya penelitian ini, maka kita dapat mengetahui
seberapa besar pengaruh produksi terhadap pendapatan industri minyak nilam.
1.5. Sistematika Pembahasan
Bagian pertama dalam skripsi ini merupakan pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini,
manfaat dari penelitian, dan sekaligus sistematika dari pembahasan.
Bagian kedua Tinjauan pustaka bagian kedua dalam penelitian yang
menjelaskan tentang variabel-variabel berjudul dan perumusan hipotesis.
Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data, dan definisi
operasional variabel dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat berisi tentang statistik deskriptif variabel penelitian, hasil
pengujian hipotesis, analisis koefiesien korelasi dan determinasi, uji regresi linear
sederhana, uji t (uji parsial/individual), pembahasan hasil.
Bagian kelima berisi tentang simpulan dari hasil pembahasan yang ada di
dalam penelitian ini, saran-saran kepada pihak pemerintah dan pihak selanjutnya
yang akan melanjutkan penelitian ini, serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan
daftar lampiran.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produksi
2.1.1. Pengertian produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Su’ud, ( 2007, h.
176) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah
keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia
(http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ diakses 6 januari
2014)
2.1.2. Jenis Produksi
Jenis-jenis produksi
1. Berdasarkan hasil produksi:
a. Produksi Barang
b. Produksi Jasa
http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/
-
9
2. Berdasarkan bidang produksi :
a. Ekstraktif,
Merupakan kegiatan usaha yang mengambil barang-barang yang disediakan
alam.
b. Agraris
Agraris atau pertanian kegiatannya menggunakan lahan tanah sebagai unsur
pokoknya.
c. Perdagangan
Dagang atau bisnis kegiatan usahanya bergerak dalam kegiatan jual beli
barang. Membeli dari produsen dan menjualnya kembali kepada konsumen
tanpa mengubah bentuk barang yang diperjualbelikan
d. Industri dan Kerajinan
Industri kegiatan usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
setengah jadi.
e. Jasa
jasa kegiatan usahanya bergerak di bidang pelayanan (service) kepada
masyarakat dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa imbalan jasa.
3. Jenis produksi berdasarkan arus proses produksi.
a. Proses produksi terus menerus (continuous)
Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah mengalir secara
berurutan melalui beberapa tingkat pengerjaan, sehingga bahan yang diolah
berubah menjadi barang jadi. Dengan demikian bahan-bahan mengalir terus
menerus tanpa berhenti dari satu mesin pindah ke mesin berikutnya dan akhirnya
-
10
bahan tersebut ketika keluar dari mesin yang terakhir sudah menjadi barang jadi
atau siap untuk dipergunakan oleh konsumen.
b. Proses produksi terputus-putus (intermittent).
Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah atau diproses
tidak mengalir secara terus menerus, tetapi setiap kali terputus atau terhenti untuk
kemudian digabungkan dengan bahan lainsehingga menjadi barang jadi.
2.1.3. Konsep Produksi
Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu, baik
berupa barang maupun jasa. Dalam pengertian sehari-hari produksi adalah
mengolah input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai atau bermanfaat.
2.1.4. Faktor Produksi
Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi
bahan baku, bahan penolong, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja
(manusia), dan energi. Menurut Sudarman dalam Kurnia, Sari (2011, h. 31)
faktor produksi adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan
dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya
barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor
produksi. Faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pertama,
faktor produksi tetap (Fixed Input) adalah faktor produksi yang kuantitas nya
tidak bergantung pada jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada
meskipun output turun sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi varibel
(Variable Input), yaitu faktor produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam
waktu yang relatif singkat dan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
-
11
Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Di berbagai literatur faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah
input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting diantara faktor-faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi
atau juga disebut dengan faktor relationship . Biaya produksi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah biaya pembelian bahan baku dan upah tenaga kerja
Soekartawi (2003, h.45).
Pengertian produksi sehari-hari, produksi berarti setiap usaha
menghasilkan barang nyata, seperti usaha pertanian, perikanan, perkebunan, dan
peternakan. Sedangkan menurut pengertian ekonomi produksi berarti, setiap
tindakan menambah nilai benda atau setiap usaha menghasilkan barang atau jasa.
Kegiatan produksi akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai
macam sumber menjadi barang dan jasa untuk dijual. Tanggung jawab manajer
produksi adalah membuat keputusan-keputusan penting untuk mengubah sumber
menjadi hasil yang dapat dijual. Dua keputusan yang diperlukan akan menjadi
topik pembahasan selanjutnya adalah :
a. Keputusan yang berhubungan dengan desain dari system produksi
manufaktur.
-
12
b. Keputusan yang berhubungan dengan operasi dan pengendalian system
tersebut baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
Beberapa keputusan untuk jangka panjang yang menentukan system
produksi:
a. Disain produksi dari barang yang diproses
b. Pemilihan/penentuan peralatan dan prosesnya
c. Disain tugas
d. Lokasi dari fasilitas produksi
e. Layout dari fasilitas tersebut
Produksi menurut tingkatnya :
1. Produksi primer, menghasilkan bahan mentah seperti : agraria (pertanian dan
perkebunan) dan ekstraktif (bermacam-macam pertambangan, penangkapan
ikan, perburuan dan kehutanan).
2. Produksi sekunder atau pengelolaan kedua seperti kerajinan dan industri.
3. Industri tertier atau ketiga, seperti transport.
4. Produksi keempat yaitu pergudangan (veem) dan perdagangan.
5. Produksi jasa lain : Bank menerima tabungan dan meminjamkan uang.
Asuransi, pertanggungan untuk membagi-bagi resiko.
2.2. Industri
2.2.1. Pengertian Industri
Menurut Mudrajad (2004, h.204) industri adalah sekelompok perusahaan
yang menghasilkan produk/jasa yang relatif sejenis, atau mempunyai sifat saling
mengganti yang erat.
-
13
Selanjutnya menurut Ismanthono (2006, h.112) industri adalah usaha
produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang
menyelenggarakan jasa-jasa seperti transpoetasi dan perhubungan yang
menggunakan modal dan tenaga kerja relatif cukup besar.
Kemudian menurut Winarno dan Ismaya (2007, h.252) industri adalah
kegiatan ekonomi dengan memproses atau mengolah bahan-bahan/barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan, seperti mesin, untuk menghasilkan barang
(jadi) dan jasa.
Setelah itu menurut Sukirno (2008, h.204) industri adalah gabungan
sebuah firma yang menjalankan kegiatan menghasilkan suatu jenis barang
tertentu. Semua firma tersebut merupakan keseluruhan penjual dalam pasar suatu
barang.
Lebih jauh lagi menurut Teguh (2010, h.4) industri adalah kumpulan perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau barang-barang yang
mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat.
2.2.2. Klasifikasi Industri
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah barang suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi. Atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnyanya lebih dekat
kepada pemakaian terakhir. Industri juga dapat dapat diartikan sebagai kegiatan
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang
yang nilainya lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk perekayasaan, usaha
-
14
industri perakitan atau assembling dan reparasi juga merupakan bagian dari
industri. Klasifikasi industri antara lain sebagai berikut :
1. Jenis- jenis industri dilihat dari jumlah tenaga kerjanya digolongkan
sebagai berikut :
a. Industri besar yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja
lebih dari 100 orang.
b. Industri sedang yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja
antara 20 sampai 99 orang.
c. Industri kecil yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja
antara 5 sampai 15 orang.
d. Industri kerajinan rumah tangga, dengan tenaga kerja sampai 4 orang.
2. Jenis- jenis industri dilihat dari jumlah tenaga kerjanya digolongkan
sebagai berikut :
a. Industri makanan dan minuman
b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
c. Industri kayu dan barang dari kayu
d. Industri kertas, percetakan dan penerbitan
e. Industri kimia, barang dari kimia dan plastik
f. Industri barang-barang galian bukan logam
g. Industi bukan logam
h. Industi barang-barang dari logam dan mesin
i. Industri pengolahan lain- lain.
3. Menurut bahan bakunya, jenis industi dapat digolongkan menjadi
a. Industri hasil pertanian
-
15
b. Industri hasil perikanan
c. Industri hasil perkebunan
d. Indsutri hasil peternakan
e. Industri hasil kehutanan
f. Industri hasil pertambangan
Industri jasa. Http:// Organisasi Industri.Com. Jenis-jenis Industri diakses april
2014)
2.3. Minyak Nilam
2.3.1. Pengertian Minyak Nilam
Menurut Sarifudin (2010, h.4) tanaman nilam (pogostemon cablin benth)
merupakan tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang cukup cerah. Hasil
yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa minyak nilam yang dihasilkan
dengan proses penyulingan daun dan ranting tanaman nilam.
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam
dengan cara penyulingan. Minyak atsiri tekandung pada semua bagian tanaman
seperti, akar, batang, cabang dan daun. Namun yang lebih banyak digunakan saat
ini berasal dari daun nilam karena menghasilkan mutu dan rendemen yang lebih
tinggi dibandingkan minyak yang dihasilkan dari bagian tanaman yang lain
(bursaagrobisnis.wordpress.com diakses 10 Januari 2014).
2.3.2. Proses Penyulingan Minyak Nilam
Menurut Mangun (2005, h.15) mutu minyak nilam serta rendemen yang
sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang
digunakan. Selain itu, sanitasi lingkungan tempat penyulingan, gudang tempat
penyimpanan daun dan kedekatan lokasi dengan lahan perkebunan juga
-
16
berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki
kelebihan secara teknis agar diperoleh randemen minyak yang tinggi. Adapun
tatacara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyulingan yang sering
dipergunakan adalah sebagai berikut:
a. Penyulingan dengan Air
Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana
dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan
oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oil pengolahan dilakukan
dengan memasukkan daun kering dalam air hingga mendidih dalam satu tangki
atau ketel penyulingan. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang,
tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses
kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung
pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung
pendingin atau melihat antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini
sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi
satu dengan air. Sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap, air juga bergerak
lambat. Cara ini kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak
dan mutunya kurang baik.
b. Penyulingan dengan Uap Langsung (Uap dan Air)
Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para petani
penyuling dan tersebar hampir di seluruh wilayah yang memiliki lahan nilam baik
Sumatera, Jawa, maupun Kalimantan. Proses pengolahan dengan cara ini mudah
dan sangat sederhana. Prinsip dasar dari cara penyulingan sistem ini yaitu
menggunakan tekanan uap rendah. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu
-
17
bahan yang akan disuling dikukus/disteam dengan tekanan rendah satu ketel atau
tabung. Namun, penempatan air dan daun yang disuling dilakukan seraca terpisah
atau tidak berhubungan langsung dengan air. Selanjutnya, kandungan minyak
dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan masuk ke ketel
pendingin. Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan
tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Sela in itu,
suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak
lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu
tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan
minyak dengan waktu yang cepat. Rendemen minyak yang banyak untuk
menghasilkannya serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan
waktu yang cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling.
c. Penyulingan dengan Uap Tidak Langsung
Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah
penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung
penyuling. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling
juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara
terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat
bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas denga
rendamen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk
menghasilkan minyak yang banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan
dengan melakukan pemisah beberapa tabung bahan (dua atau tiga buah) dengan
kapasitas yang sesuai dengan kemampuan tabung atau ketel uap.
-
18
2.4. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan
maupun natural. pendapatan atau juga disebut income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor- faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi dan sektor produksi ini membeli faktor- faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses dengan harga yang
berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar faktor produksi
(seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik
menarik, antara penawaran dan permintaan.
Setiap industri juga memproduksi barang dan jasa dengan tujuan
memperoleh laba atau menghindari kerugian dan untuk mengukur tingkat
pendapatan dapat dicerminkan oleh jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh
produsen. Apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan
mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan
sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi.
Untuk produksi barang dan jasa yang dilakukan diarahkan mencapai
tujuan dalam mendapatkan laba. Laba yang didapat perusahaan diperoleh dari
selisih antara pendapatan (Revenue) dengan biaya (cost) oleh karena itu, maka
pertimbangan utama atau parameter utama adalah melakukan produksi adalah
pendapatan (revenue), yang akan diterima dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut. Pendapatan seseorang
merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan atas
berbagai macam barang, berdasarkan pada sifat perubahan permintaan yang
berlaku.
-
19
Menurut Sukirno (2006, h.80) apabila pendapatan berubah maka jenis
barang dapat dibedakan sebagai :
a. Barang inferior
Barang inferior yaitu barang yang banyak diminta oleh orang-orang
yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah maka permintaan
akan barang-barang inferior akan digantikan oleh barang-barang yang Lebih
baik mutunya.
b. Barang esensial
Barang esensial yaitu barang yang sangat penting artinya dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari yang biasanya terdiri dari kebutuhan pokok
masyarakat seperti makanan dan pakaian.
c. Barang normal
Barang normal yaitu barang dimana permintaan atas barang akibat
kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
- Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli lebih
banyak barang.
- Pertambahan pendapatan memungkinkan seseorang menukar konsumsi
mereka dari barang yang kurang baik mutunya ke barang yang lebih balk
mutunya.
d. Barang mewah
Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah
relatif tinggi termasuk dalam golongan ini. Emas, intan, mobil sedan adalah
beberapa contoh barang mewah.
1. Distribusi pendapatan
-
20
Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besamya akan dapat
menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapa tan
tersebut berubah distribusinya. Sebagai contoh, apabila ada kenaikan pajak atas
orang-orang kaya dan hasil pajak tersebut digunakan untuk menaikkan
pendapatan pekerja yang bergaji rendah, maka corak permintaan atas berbagai
barang mengalami perubahan. Barang-barang yang digunakan oleh orang kaya
permintaannya berkurang, sedangkan permintaan atas barang-barang yang
digunakan oleh orang yang baru meningkat pendapatannya akan bertambah.
2. Selera
Perubahan selera yang Iebih menyenangi suatu barang yang akan
mendorong peningkatan permintaan atas barang tersebut.
3. Jumlah penduduk
Secara tidak langsung pertambahan penduduk diikuti dengan
perkembangan dalam kesempatan kerja sehingga akan menarnbah daya beli dalam
masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan. Dalam lingkup rumah
tangga, jumlah anggota keluarga yang dependen terhadap penerima penghasilan
menentukan sedikitnya permintaan rumah tangga tersebut, misalnya anak yang
belum bekerja.
4. Ekspektasi tentang masa depan
Ekspektasi akan terjadi kanaikkan harga dan kelengkapan barang di pasar
akan mendorong seseorang membeli barang-barang pada saat sekarang untuk
menghindari kemungkinan harus membayar lebih tinggi dan masa depan. Dan
faktor- faktor lain yang berpengaruh pada permintaan suatu barang.
Menurut teori Milton Friedman dalam Sukirno (2006, h.48), menyatakan
-
21
bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan
permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income).
Pendapatan permanen dapat diartikan sebagai pendapatan yang selalu diterima
pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh
pendapatan upah dan gaji, serta pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor
yang menentukan kekayaan seseorang. Sedangkan pendapatan sementara adalah
pendapatan yang diterima dalam setiap kegiatan tertentu, sebagai contoh upah
yang diterima seseorang dalam bentuk harian atau mingguan.
Untuk keperluan manajerial pendapatan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, seperti berikut :
a. Pendapatan total
Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total
Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga
jual per unit (P). hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis : TR =
P.Q.
b. Pendapatan rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa.
Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata dari setiap unit penjualan,
oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai
hasil bagi dari pendapatan total dngan unit dengan jumlah unit yang terjual (Q).
Bentuk rumusan matematiknya dalah AR = TR/Q = PQ/Q =P.
c. Pendapatan tambahan atau penerimaan marginal.
Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk
setiap satu unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini bisa terjadi pada
setia tingkatan produksi.
-
22
2.4.1. Jenis-Jenis Pendapatan
Menurut Sukirno (2008, h.33) pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan nasional neto (Net National Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNPdikurang pajak
tidak langsung. Yang dimaksud ddengan pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah,
dll.
b. Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendaatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan
yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Tidak seperti
pendapatan nasional, pendapatan perseorangan tidak mengikutsertakan
pendapatan tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang diperoleh
perusahaan namun tidak dibagikan kepada pemiliknya. Pendapatan perorangan
juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan
social.
c. Pendapatan yang siap di belanjakan (DI)
Pendapatan yang siap di belanjakan (Disposible Income) adalah pedapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
sebaliknya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposible
Income ini di peroleh dari Personal Income dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung adalah pajak yang bebanya tidak dapat di alihkan kepada pihak
-
23
lain, artinya harus langsung di tanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak
pendapatan.
d. Pendapatan Nasional Riel
Pendapatan Nasional Riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau
ditentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah ataupun tetap dari tahun
ketahun.
e. Pendapatan Nasional Menurut Harga yang Berlaku
Pendapatan Nasional Menurut Harga yang Berlaku adalah pendapatan
nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku
pada tahun dimana produksi nasional yang sedang di produksikan.
f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap
Pendapatan Nasional Menurut Harga tetap adlah harga yang berlaku pada suatu
tahun tertentu dan seterusnya di gunakan untuk menilai barang dan jasa yang di
hasilkan pada tahun-tahun yang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan
pekerjaan atau adanya balas jasa.
2.4.2. Usaha-usaha Meningkatkan Pendapatan
Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan / pendapatan yang
diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah
terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan
pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :
1) Pemanfaatan waktu luang
-
24
Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan
yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk
menambah pendapatan.
2) Melakukan kreatifitas dan inovasi
Individu harum mampu berpikir kreatif dan inovatif menciptakan
terobosan-terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan
masih kurang.
2.5. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian dari penelitian ini, diduga bahwa produksi berpengaruh
nyata terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan
Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
-
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil oleh penulis sangat luas aspek analis isnya yaitu
mengenai Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan Industri Penyulingan Minyak
Nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah para pemilik tempat penyulingan minyak nilam, penulis
hanya mengambil sampel dan sebahagian dari jumlah populasi yang ada di
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini disesuaikan dengan aspek
kemudahan peneliti dalam menghimpun data penelitian. Penelitian ini dalam
pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak (simple random
sampling).
Metode penelitian sampel acak memberikan kesempatan yang sama yang
bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel,
sampel metode ini relatif sederhana karena hanya memerlukan satu tahap prosedur
pemilihan sampel. Setiap elemen populasi secara independen mempunyai
probabilitas dipilih satu kali (tanpa pengembalian). Berdasarkan metode tersebut
diambil 46 sampel penelitian. Jumlah populasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Populasi Industri Penyulingan Minyak Nilam
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No Nama Desa Populasi
1 Blang Baro 10 2 Tanoh Mayang 11
3 Lueng Gayo 9 4 Seunebok Padang 10
5 Rambong Payong 6
Jumlah 46
Sumber: Data Kecamatan Teunom
-
26
Berdasarkan tabel di atas jumlah populasi sebanyak 46 yang tersebar pada
5 desa. Menurut Arsyad dalam Hasudungan dari jumlah populasi tersebut diambil
sampel menggunakan rumus Slovin dengan derajt kesalahan 10 persen sebagai
berikut :
n =𝑁
1+𝑁𝑒 2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Nilai Kritis (batas Ketelitian)
berdasarkan rumus Slovin dengan nilai kritis (e) yang dignakan sebesar 10
persen, dengan jumlah populasi (N) sebesar 46. Dengan demikian jumlah sampel
(n) dalam penelitian ini adalah :
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
=46
1 + 46 10% 2
=46
1 + 46 0,10 2
=46
1 + 46 0,01
=46
1 + 0,46
=46
1,46
= 31,50
Hasil perhitungan menunjukan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak
31,50 sampel, sehingga dibulatkan menjadi 32 sampel. selanjutnya penelitian ini
-
27
dalam pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak (simple random
sampling).
Tabel 2 Populasi dan Sampel Industri Penyulingan Minyak Nilam
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No Nama Desa Populasi Jumlah Sampel Persentase
(%)
1 Blang Baro 10/46x32 7 21,9
2 Tanoh Mayang 11/46x32 8 25
3 Lueng Gayo 9/46x32 6 18,8
4 Seunebok Padang 10/46x32 7 21,9
5 Rambong Payong 6/46x32 4 12,5
Jumlah 46 32 100
Sumber: Data Kecamatan Teunom
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari responden. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data primer diperoleh dengan
melakukan wawancara kepada pemilik usaha industri penyulingan minyak nilam
dan petani nilam yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang
telah dipersiapkan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung pada instansi- instansi terkait dan relavan, seperti BPS Kabupaten
Aceh Jaya serta Dinas Perindustrian Aceh Jaya.
-
28
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
antara lain:
a. kuisioner adalah mengumpul informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara tertulis kepada responden, Adapun pertanyaan diberikan
kepada para pemilik usaha industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan
Teunom dengan kuisioner yang telah dipersiapkan dengan mengambil
sejumlah sampel penelitian.
b. Studi Pustaka (Library Risech)
Adalah metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.
c. Penelitian Lapangan (Field Risech)
Adalah metode ini digunakan secara langsung dengan responden yaitu
pemilik usaha industri pendapatan industri penyulingan minyak nilam, dengan
teknik pengamatan, penelitian langsung ke lapangan dan wawancara.
3.3. Model Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, analisis korelasi, dan uji t.
Mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam
analisis ini menggunakan program SPSS versi 17.0.
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Menurut Yuwono (2005, h.46) regresi linear sederhana adalah regresi yang
menisbahkan satu variabel bebas sebagai penjelas variabel. Untuk menjelaskan
hal tersebut maka persamaannya adalah sebagai berikut:
-
29
Y = α + βX + e .......................................................................... (1)
Dimana :
Y = Pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Variabel terikat)
X = Produksi minyak nilam (Variabel bebas)
α = Konstanta (intercept)
β = Koefisien regresi (koefisien intensitas)
e = Faktor pengganggu (error term)
Selanjutnya karena variabel Pendapatan industri penyulingan minyak
nilam tidak memiliki konstanta, maka fungsi di atas dapat dijelaskan menjadi:
Y = bX........................................................................................ (2)
b. Analisis Korelasi
1. Koefisien Korelasi (r)
Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu
koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas
(X) dengan variabel tak bebas (Y).
2. Koefisien Determinasi (𝑟2)
Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besarnya
pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terdapat naik atau turunnya (variasi)
nilai variabel lainnya (variabel Y).
3. Uji t
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikansi dari pengaruh variabel bebas (Produksi minyak nilam) terhadap
variabel terikat (Pendapatan industri penyulingan minyak nilam) secara individual
(Syakhiruddin 2008, h. 267).
-
30
3.4. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi nasing-masing variabel sebagai
berikut:
a. Pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Y) adalah jumlah penghasilan
usaha pendapatan industri penyulingan minyak nilam yang didapat baik harian,
mingguan, maupun bulanan di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang
diukur dalam satuan rupiah.
b. Produksi minyak nilam (X). adalah barang yang dihasilakan dalam masa
produksi yaitu jumlah keseluruhan minyak nilam yang dihasilkan oleh industri
penyulingan dalam masa produksi yang di ukur dalam satuan kilo gram (Kg).
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. H0 ; β = 0, diduga bahwa produksi minyak nilam yang diteliti tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan industri penyulingan minyak
nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
b. H1; β ≠ 0, diduga bahwa bahwa produksi minyak nilam yang diteliti
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan industri penyulingan minyak
nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh yang nyata antara produksi minyak nilam terhadap Pendapatan
-
31
industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh
Jaya.
b. Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat
pengaruh yang nyata antara produksi minyak nilam terhadap Pendapatan
industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh
Jaya.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Setelah pengumpulan data yang berupa data pendapatan Industri minyak
nilam dan pendapatan petani nilam yang ada di Kecamatan Teunom yang terdiri
dari 5 desa dengan data tersebut jumlah sampel yang diambil oleh penulis terdapat
di 32 lokasi tempat penyuliingan minyak nilam. Selanjutnya penulis melakukan
analisis data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksi minyak
nilam terhadap pendapatan petani nilam yang ada di Kecamatan Teunom.
Idustri penyulingan minyak nilam merupakan salah satu industri kecil
menengah yang sangat potensial untuk di kembangkan di Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya, potensi yang di miliki adalah untuk meningkatkan
pendapatan para pemilik penyulingan minyak nilam. Penulis hanya mengambil di
5 desa yaitu Gampong Blang Baro, Gampong Tanoh Mayang, Gampong Lung
Gayo, Gampong Seuneubok Padang dan Gampong Rambong Payong. Berikut ini
tabel pendapatan industri penyulingan yang diperoleh dalam berproduksi.
Tabel 3
Pendapatan Industri Minyak Nilam Di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
No Desa Pendapatan Perbulan Jumlah
Responden 4 juta – 6 juta 6,5 juta – 9 juta
1 Blang Baro 4 3 7
2 Tanoh Mayag 7 0 7
3 Lung Gayo 3 3 6
4 Rambong Payong 3 1 4
5 Seuneubok Padang 5 3 8
Jumlah 22 10 32
Sumber : Hasil Penelitian (Data dio lah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 3 di atas penulis dapat menjelaskan usaha penyulingan
yang ada di Gampong Blang Baro berjumlah 7 buah usaha penyulingan, dengan
-
33
rincian Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 dalam 1 (satu) bulan sebanyak 4 orang dan
industri yang memiliki pendapatan dalam 1 bulan Rp.6.500.000 – Rp.9.000.0000
sebanyak 3 orang, di Gampong Tanoh Mayang terdiri dari 7 usaha penyulingan
minyak nilaman yang memiliki pendapatan Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000
perbulan sebanyak 7 orang, di Gampong Lung Gayo terdapat 6 usaha penyulingan
minyak nilam dengan pendapatan Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 perbulan
sebanyak 3 orang dan tempat penyulingan yang berpendapatan sebesar
Rp.6.500.000 – Rp.9.000.0000 pebulan sebanyak 3 orang. Di Gampong Rambong
Payong tempat penyulingan yang pendapatannya dalam 1 bulan Rp.4.000.000 –
Rp.6.000.000 sebanyak 3 orang dan pendapatan Rp.6.500.000– Rp.9.000.0000
perbulan sebanyak 1 orang. sedangkan di Gampong Seuneubok Padang terdidiri
dari 8 tempat usaha penyulingan minyak nilam dengan pendapatan Rp.4.000.000
– Rp.6.000.000 dalam 1 bulan sebanyak 5 orang dan tempat penyulingan yang
pendapatannya sebesar Rp.6.500.000– Rp.9.000.0000 perbulan sebanyak 3 orang.
Dalam hal ini Petani dikenakan biaya untuk sewa penyulingan sebesar 1,5-2 ons
minyak nilam atau sebesar Rp75.000 dalam 1 kali penyulingan, biaya untuk
penyulingan dapat berubah tergantung harga minyak nilam itu sendiri, apabila
harga minyak nilam naik maka ongkos dibebankan juga akan ikut naik. untuk
menghasilkan minyak nilam membutuhkan waktu 6 jam 1 kali penyulingan,
dalam 1 hari proses penyulingan minyak nilam mampu mengolah hingga 4 kali
penyulingan, dengan demikian Pendapatan industri penyulingan minyak nilam
dalam sehari 6-8 ons atau sebesar Rp.450.000 – Rp.600.000. tempat penyulingan
minyak nilam mampu berproduksi 10-16 kali dalam 1 bulan. Dengan demikian
usaha penyulingan minyak nilam dapat meningkatkan pendapatan dan
memperbaiki ekonomi para pengusaha industri minyak nilam.
-
34
Tabel 4
Jumlah responden menurut produksi minyak yang dihasilkan, di Gampong Blang Baro,Tanoh Mayang, Lueng Gayo, Rambong Payong, dan Seuneubok Padang
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
No Produksi minyak nilam
(Kg) Responden
(jiwa) Persentase
(%)
1 35 – 37 9 28,1
2 38 – 40 20 62,5
3 41 – 43 2 6,3
4 44 – 46 1 3,1
Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (Maret 2014)
Berdasarkan tabel 4 di atas penulis dapat menguraikan bahwa produksi
minyak nilam di desa Blang Baro, Tanoh Mayang, Lueng Gayo, Rambong
Payong, dan Seuneubok Padang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
tersebut yang dapat menghasilkan 35 sampai dengan 37 kilo gram minyak nilam
terdapat 9 responden, pada tingkat produksi 38 sampai dengan 40 Kilo gram
terdapat 20 responden, pada tingkat produksi 41 sampai dengan 43 Kilo gram
terdapat 2 responden, pada tingkat produksi 44 sampai dengan 46 Kilo gram
hanya 1 orang responden, Tingkat produksi dapat di ukur dari luas areal yang di
miliki oleh petani, jenis nilam yang di tanam dan teknik pengolahan, luas areal
tanaman nilam yang dimilki oleh para petani mereka hanya 1 hektar, dikarenakan
mereka bertani tidak membentuk kelompok tani melainkan bertani secara
individu. dan pada umumnya masyarakat mengolah nilam masih menggunakan
cara yang masih tradisional yaitu dengan menggunakan drum bekas sehingga
sangat mempengaruhi produksi minyak nilam yang di hasilkan dan nilai jual
minyak nilam akan berkurang.
Berikut ini adalah tabel umur dan status perkawinan responden dapat kita
lihat sebagai beikut:
-
35
Tabel 5
Jumlah responden menurut umur dan Status Perkawinan di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
NO Umur Status Perkawinan
Responden BK KAWIN J/D
1 24-29 - Kawin - 0
2 30-39 - Kawin - 1
3 35-39 - Kawin - 2
4 40-44 - Kawin - 6
5 45-49 - Kawin - 8
6 50-59 - Kawin - 15
7 ≥60 - Kawin - 0
Jumlah 32 Sumber : Data Primer (d iolah Mei 2014)
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden
menuruut dan status perkawinan di lokasi penelitian lebih di dominasi para usia
lanjut. Terlihat bahwa responden yang berusia 50-59 tahun sebanyak 15 orang dan
status perkawinan mereka adalah sudah menikah, pada usia ini yang paling
banyak bertani dan menjalankan usaha penyulingan minyak nilam dan responden
yang memiliki usia produktif yaitu 24-29 tahun justru tidak ada sama sekali hal
ini di karenakan pada usia ini masyarakat kurang tertarik untuk bertani dan
menjalankan usaha industri penyulingan minyak nilam, mereka lebih memilih
bekerja di sektor lain, yang mereka anggap lebih cepat mendapatkan uang.
Tabel 6 Jumlah responden menurut Pendidikan Terakhir,
di Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya
NO Pendidikan
Terakhir
Responden
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 SD 15 46,9
2 SMP 10 31,3
3 SMA 5 15,6
4 Perguruan Tinggi 2 6,3
Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (d i o lah April 2014)
Berdasarkan tabel 6 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa tingkat
pendidikan responden paling banyak adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebanyak 15 responden, sedangkan responden yang pendidikan terakhir SMP
-
36
sebnyak 10 orang , responden yang berpndidikan terkhir SMA sebanyak 5 orang
sedangkan petani memiliki pendidkan di jenjang perguruan tinggi hanya 2 orang.
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden tergolong
masih rendah di tandai dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang paling
banyak, dengan demikian diperkirakan secara umum responden kurang memiliki
pengetahuan tentang pengolahan nilam dan permasalahan yang di hadapi,
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi produksi minyak nilam yang
dihasilkan.
Selanjutnya penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisa regresi linier
berganda, analisa korelasi dan uji t yang diolah melalui program SPSS 17, dengan
variabel dependent (Y) dan variabel independent (X) adalah sebagai berikut :
Y = Pendapatan Industri Penyulingan Minyak Nilam
X = Produksi Minyak nilam
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh pendapatan industri penyulingan minyak nilam terhadap pendapatan petani di
Kecamatan Teunom yang akan dianalisis dengan menggunakan model analisis
regresi berganda yang akan di olah melalui Program Statistik SPSS 17. Dari hasil
penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai berikut :
Tabel 7 Deskriptiv Statistik
Variable Rata-rata Mean Square N
Pendapatan industri 6.009400 6.131910 32
Produksi 39.0000 39.05765 32
Sumber : hasil regresi di olah Maret 2014
-
37
Pada tabel 7 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata varibel
pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan teunom adalah
6.009406, dengan Mean Square 6.13191E6, Sedangkan rata-rata Produksi minyak
nilam dalam satu kali panen adalah 39.0000, dengan Mean Square adalah
39.05765. Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang diteliti yaitu sebanyak
32 responden.
4.2.1. Analisis Koefesian Korelasi dan Determinasi
Adapun analis ini bertujuan untuk mengetahui keeratan serta hubungan
antara produksi terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di
Kecamatan Teunom, dan dapat diketahui dengan penggunaan hasil perhitungan
sebagai berikut :
Tabel 8
Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi
No Variabel Pendapatan
Petani
Pendapatan
Industri
1 Pearson Correlation
a. Pendapatan Petani
b. Pendapatan Industri
1.000
.983
.983
1.000
2 Model
a. Koefesien Korelasi (R)
b. Koefesien Determinasi Adjusted
c. Koefesien Determinasi (R2)
0,983
0,965
0,966
Sumber : Hasil Regresi (dio lah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa Koefesien
korelasi produksi minyak nilam diperoleh R = 0.983 secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara pendapatan petani (Y) dan pendapatan
industri (X) dengan keeratan hubungan 98,3 persen.
Berdasarkan kreteria interprestasi untuk menetukan keeratan hubungan
atau korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien
korelasi sebagai patokan (Hasan 2003, h. 234) :
-
38
1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat
kuat dan positif.
2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukkan derajat hubungan yang kuat dan positif
3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukkan derajat hubungan korelasi yang sedang.
4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukkan adanya derajat korelasi yang rendah.
5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang artinya hubungan derajat korelasi sangat rendah.
6. 0,0 tidak ada korelasi.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh produksi
terhadap penendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan teunom.
Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan
rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefesien determinasi = r2 x 100%
Koefesien determinasi = (0.983)2 x 100%
Koefesien determinasi = 96,6%
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
koefesien determinasi Adjusted bernilai 96,5 persen. Dan menghasilkan R2 (R
square) sebesar 96,6 persen. Pada penelitian ini menggunakan 1 (satu) variable
bebas sehingga yang digunakan untuk menjelaskan adalah Koefisien korelasi (R)
sebesar 98,3 persen. Hal ini berarti 98,3 persen dapat di jelaskan oleh variabel
produksi minyak nilam, sedangkan sisanya sebesar 1,7 persen di pengaruhi oleh
variabel lain di luar model.
-
39
4.2.2. Uji Regresi Linear Sederhana
Tabel 9 Regresi linear Sederhana
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
95.0% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta Lower Bound
Upper Bound
1 produksi 154.302 5201.721 .983 29.664 .000 143692.889 164910.847
Sumber : Hasil regresi d iolah maret 2014
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = bX + ε
Y = 154.302 + ε
Persamaan regresi linear sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien regresi dari variabel produksi minyak nilam (X)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel
produksi minyak nilam (X) bernilai positif adalah 154.302. Hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan produksi minyak nilam sebesar 1 kg akan mengakibatkan
pendapatan industri penyulingan minyak nilam sebesar 154.302 rupiah.
4.2.3 Uji t (Uji parsial/individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar
variabel bebas produksi minyak nilam (X) terhadap variabel terikat pendapatan
industri penyulingan minyak nilam (Y) secara individual dengan tingkat
kepercayaan (level of confidence 95 persen) yaitu :
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat terlihat bahwa untuk variabel produksi
minyak nilam dengan nilai thitung > ttabel (29.664 > 1,697), atau nilai signifikan
-
40
lebih kecil dari α 0,05. Yaitu 0,00 < 0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima, sehingga
secara individual variabel produksi minyak nilam berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Tanaman nilam sudah dapat di panen pada umur 6 bulan. petani memanen
dengan cara laangsung menebas untuk digantikan dengan bibit nilam baru. Harga
minyak nilam sendiri di tingkat petani mencapai Rp.750.000,00 per Kilo gram,
pendapatan petani nilam dalam satu kali panen antara Rp.27.000.000 –
Rp.33.750.000 atau dengan tingkat produksi 36-45 kilo gram minyak nilam. dan
pendapatan industri penyulingan minyak nilam dalam sehari 4 kali penyulingan
antara Rp.450.000 – Rp.600.000. Untuk usaha penyulingana minyak nilam,
investasi awalnya memang cukup besar. Biaya untuk pendirian bangunan dan
ketel penyulingan menjadi kendala yang dihadapi pengolahan nilam skala kecil
untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah daerah selaku pemegang kekuasaan
perlu mengambil sebuah kebijakan, misalnya pemberian kredit jangka panjang untuk
para petani nilam, memberikan penyuluhan mengenai cara pengolahan yang benar dan
membuka akses pasar yang seluasnya kepada para petani desa dan industri sekala
kecil dalam pemasaran hasil produksi mereka. Dan dengan harapan dengan adanya
industri penyulingan ini dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitarnya.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya. Produksi minyak nilam rata-rata sebesar 39 kilo gram
dalam sekali panen, dan rata-rata pendapatan industri penyulingan minyak nilam
sebesar Rp.6.000.000,-, menurut hasil pembuktian yang telah dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
a. Produksi minyak nilam terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan petani di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya thitung > ttabel
(29.664 > 1,697) atau dengan derajat signifikan sebesar 0.000 < 0,05 artinya
H0 ditolak dan H1 diterima
b. Koefisien korelasi variabel bebas di peroleh hasil R = 0,983 menjelaskan
bahwa terdapat hubungan antara variabel produksi minyak nilam (X) terhadap
pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Y) dengan keeratan hubungan
sebesar 98,3 persen, sedangkan sisanya sebesar 1,7 persen dipengaruhi oleh
variabel yang terdapat di luar model penelitian ini.
Persamaan akhir diperoleh Y = 154301.868 + e, nilai ini menyatakan
bahwa apabila variabel bebas (produksi minyak nilam) sama dengan nol, maka
pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom naik
sebesar 154301.868 persen.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa produksi minyak nilam berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom.
-
42
5.2. Saran–saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , maka penulis akan
mengajukan saran untuk pihak-pihak yang terkait, sehingga dapat mencerminkan
keadaan dalam membangun Kabupaten Aceh jaya yang lebih baik :
1. Kepada pemerintah Kabupaten Aceh Jaya Dapat memperhatikan industri
penyulingan minyak nilam sehingga kendala-kendala yang di alami oleh
pengusaha industri penyulingan minyak nilam dengan memberikan pelatihan-
pelatiahn agar produksi yang dihasilkan semakin memuaskan dan lebih
berkualitas.
2. Usaha penyulingan minyak nilam diharapkan mulai menerapkan teknologi
yang lebih modern dalam proses produksi sehingga minyak nilam yang di
hasilkan lebih meningkat dan lebih berkualitas sehingga harga jual minyak
nilam tersebut akan lebih tinggi.
3. Usaha penyulingan minyak nilam diharapkan mampu memanfaatkan limbah
dari penyulingan. Selama ini limbah hanya dibuang begitu saja, padahal
limbah tersebut bisa diolah dan digunakan sebagai pupuk.
4. di harapkan kepada masarakat untuk memanfaatkan lahan yang kosong untuk
ditanami tanaman nilam karena harga minyak nilam cukup tinggi dipasaran
baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan di harapkan usaha
penyulingan minyak nilam mampu memanfaatkan pasar ekspor minyak nilam,
dengan cara memasarkan hasil minyak nilam keluar negeri, karena harga jual
minyak nilam diluar negeri lebih tinggi di banding dengan harga jual yang
biasa di tingkat agen penampung yang berada di daerah.
-
43
5. Untuk peneliti berikutnya telah di jelaskan bahwa dalam penelitian ini masih
banyak keterbatasan dan kelemahan, diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk mengaitkan varibel-variabel lain, sehingga perkembangan penelitian
akan semakin beragam.
-
44
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,W. 2009, Kualitas dan nlai minyak astiri, implikasi pada
pengembangan turunannya. Institut Teknologi Surabaya.
Hasudungan, Erwin. 2009. Pengaruh pendidikan dan pengalaman petani
terhadap tingkat produktivitas tanaman kopi dan kontribusinya terhadap
pengembangan wilayah dikabupaten Tapanuli Utara. Universitas
Sumatera Utara.
Ismanthono, Henricus W. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Buku Kompas.
Jakarta
Kurnia Sari, Panca. 2011. Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal. Skripsi UNDIP.
Mangun HMS. 2005. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta
Mudrajat, Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Erlangga. Jakarta
Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Sarifudin, Asep. 2010. Peningkatan Budidaya dan Produksi Pengolahan Minyak
Nilam ditingkat Petani Desa dan Agroindustri Skala Kecil dan Menengah.
Skripsi. Institut Pertanian. Bogor
Sarwoko. 2005. Dasar ekonometrika. ANDI. Yogyakarta
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori Dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.
Su’ud, Hasan. 2007. Pengantar Ilmu pertanian. Yayasan PENA. Banda Aceh
Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
. 2008. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi-3. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Syakhiruddin. 2008. Statistika Ekonomi. CV Perdana Mulya Sarana. Medan
Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Rajawali Pers. Jakarta
Wirnano, Sigit dan Ismaya, Sujana. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Pustaka
Grafika. Bandung.
-
45
Yuwono, Prapto. 2005. Pengantar Ekonometri. ANDI. Yogyakarta.
bursaagrobisnis.wordpress.com diakses 10 Januari 2014
Http:// Organisasi Industri. Com. Jenis-jenis Industri diakses April 2014
Http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ diakses 6 januari
2014.
http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/
-Unlicensed-BAB I DARWIN-Unlicensed-BAB II DARWIN-Unlicensed-BAB III DARWIN-Unlicensed-BAB IV DARWIN-Unlicensed-BAB V DARWIN-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA DARWIN