i putu ari astawa - simdos.unud.ac.id
TRANSCRIPT
i
SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN
PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) 1945
Oleh
I PUTU ARI ASTAWA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
20
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas terselesaikannya
paper ini. Paper ini saya buat berisi tentang materi Pendidikan Kewarganegaraan yang
mencakup Integrasi Nasional. Paper ini berjudul “Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pancasila yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas paper ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan paper ini.
Mungkin dalam pembuatan paper ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu, kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
paper yang sempurna.
Jimbaran, 2017
Penulis
i
1
PENDAHULUAN
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena
yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi
kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara
yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya
kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia
1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945
bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal
dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada
penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada
penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan
kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan
orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa
dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan
penguasa sebelumnya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini
telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial”
baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang
dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini
menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju
kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan
demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini
menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya
serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang
menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat
1
terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat,
dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah
Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai
apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik
dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah
mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat
berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi
monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang, didapatkan beberapa rumusan masalah diantaranya
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian, kedudukan dan fungsi UUD 1945?
2. Bagaimana pengertian dan kedudukan norma dasar?
3. Apa makna Pembukaan UUD 1945?
4. Apa makna masing-masing alenia Pembukaan UUD 1945?
5. Apa saja pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945?
6. Bagaimana pelaksanaan sila-sila Pancasila?
7. Bagaimana UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen?
8. Bagaimana kelembagaan Negara sebelum dan sesudah UUD 1945 di
Amandemen?
Tujuan
Penulisan ini dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, yaitu :
1. Mengetahui pengertian, kedudukan dan fungsi UUD 1945.
2. Mengetahui pengertian dan kedudukan norma dasar.
3. Mendiskripsikan makna Pembukaan UUD 1945.
4. Mendiskripsikan makna masing-masing alenia Pembukaan UUD 1945.
5. Mendiskripsikan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945.
6. Mendiskripsikan pelaksanaan dari sila-sila Pancasila.
7. Mengetahui UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen.
8. Mengetahui kelembagaan Negara sebelum dan sesudah UUD 1945 di
Amandemen.
1
PEMBAHASAN
Pengertian, Kedudukan dan Fungsi UUD 1945
Pengertian UUD 1945
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan
bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya
dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disampingnya Undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak
tertulis”.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang
Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada
pengertian hukum dasar, Karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah
hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertiann hukum dasar mencakup juga
hukum dasar yang tidak tertulis.
Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris constitution atau dari
bahasa Belanda Constitutie. Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas
dari Undang-undang dasar karena pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi
konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis,
yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.
(Fahrizal, 2013)
Kedudukan UUD 1945
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-
undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan
1
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang
No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana
dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
yaitu adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
3. Peraturan Pemerintah,
4. Peraturan Presiden,
5. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah meliputi :
6. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi bersama dengan Gubernur;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;
8. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hokum dasar,
melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar
yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis
tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis – yaitu yang biasa dikenal dengan
nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi kekosongan
hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan,
dimana Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945.
(Mulyana, 2016)
Fungsi UUD 1945
1
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga
halnya dengan UUD 1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar
tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat,
dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan
juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-
undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum sepertiundang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan
pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi,
yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya
adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No.
10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati
kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma
hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi.
UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun,
dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak
dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
(Sugiarto, 2015)
Pengertian dan Kedudukan Norma Dasar
Pengertian Norma Dasar
Menurut teori hukum norma dasar dapat dibedakan menjadi norma dasar
dalam arti formil dan dalam arti materil. Dalam arti formil dikenal dari bentuknya,
Karena bentuknya menyebabkan diketahui berlaku dan diaati , contoh : Proklamasi
1
Kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Dengan proklamasi, esok harinya tanggal
18 Agustus 1945 disahkannya UUD 1945 . Fakta tersebut menunjukkan bahwa
proklamasi memiliki bentuk sehingga diketauhi berlaku dan ditaati oleh rakyat dan
proklamasi dapat diartikan secara yurudis adalah detik pembangunan tatanan
hukum nasional merupakan detik penjebolan tatanan hukum colonial. Norma dasar
meateriil menunjuk pada materi atau isinya tidak boleh bertentangan denga nisi
norma dasar . Di dalam Negara Indonesia yang merupakan norma dasar materiil
adalah Pancasila. Dan nilai Pancasila telah dirumuskan dan disahkan sebagai dasar
Negara dalam pembukaan UUD 1945. Dapat disimpulkan bahwa norma dasar
adalah norma yang menjadi dasar bagi semua norma yang berlaku dalam suatu
negara .
Dalam Bahasa Belanda diakatan staat fundamental norm . Terdiri dari kata
staat = negara, fundamental yang paling mendasar dan norm = norma. Jadi bila
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia adalah pokok kaidah Negara yang
fundamental. Secara definisi staat fundamental norm adalah bahwa dalam tertib
hukum dapat diartikan pembagian secara berjenjang. UUD bukanlah merupakan
tertib hukum yang tertinggi sebab diatas UUD masih ada dasar pokok bagi UUD
yang memiliki sifat hakekat tetap, kuat, tidak berubah dan tidak boleh dirubah oleh
siapapun juga termasuk MPR. Staat Fundamental Norm harus memiliki 2
persyaratan : (1) Syarat formil bahwa staat fundamental norm harus dibentuk oleh
pembentuk negara . (2) Syarat materiil bahwa staat fundamental norm isinya harus
memuat tujuan Negara, asa politik, falsafah Negara dan merupakan sumber hukum
bagi UUD-nya.
(Mulyana, 2015)
Kedudukan Norma Dasar
Kedudukan norma dasar formil menjadikan norma dasar sebagai landasan
dibentuknya aturan-aturan hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Dengan
dibentuknya hukum maka akan terwujud ketertiban dalam masyarakat dan Negara.
Kedudukan Norma dasar materiil menjadikan norma dasar isinya sebagai sumber
tertib hukum ialah sumber dari segala sumber hukum . Kesimpulannya norma dasar
itu pada hakekatnya adalah pandangan hidup kesadaran dan cita-cita hukum serta
cita-cita moral yang meliputi susunan kejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia
1
.Setelah kita memahami pengertian dan kedudukan norma dasar sampailah
pembahasan kita pada makna pembukaan UUD 1945. (Firdaus, 2012)
Makna Pembukaan UUD 1945
Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Indonesia, maka
pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang
ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan bangsa-bangsa
di Dunia. Pembukaan yang telah dirumuskan secara khidmat dalam (4) alenia itu, setiap
alenia dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai
nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal karena mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada dimuka bumi. Lestari, karena
mengandung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa
dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia terhadap Negara proklamasi 17 Agustus
1945. (Rahayu, 2013)
Makna Masing-masing Alenia Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme,
kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan
padat dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna
yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai
universal artinya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
beradab di seluruh dunia, sedangkan lestari artinya mampu menampung dinamika
masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama
bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:
1. Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan
(kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan).
2. Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur).
3. Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa
kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).
1
4. Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945,
bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.
(Rahayu, 2013)
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
1. Pokok pikiran Pertama: “Negara-begitu bunyinya–melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk berdasar atas persatuan
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam Pembukaan ini,
diterima aliran pengertian Negara persatuan, Negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham golongan,
mengatasi segala paham perseorangan. Negara menurut pengertian “Pembukaan”
itu menghendaki persatuan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa
Indonesia. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Pokok pikiran Kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi social
bagi seluruh rakyat”. Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan social. Pokok
pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negarabagi seluruh rakyat ini didasarkan
pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dankewajiban yang
sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran Ketiga : “Negara yang berkedaulatan rajyat berdasar atas kerakyatan
dan permisyawaratn/perwakilan”. Oleh karena itu, sisten negara yang terbentuk
dalam UUD 1945 harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas
permusyawaratn/perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat “masyarakat
Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa
kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikran Keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
(Rahayu, 2013)
ii
Sila-sila Pancasila dan Pelaksanaannya
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen artinya adalah
praktik sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan nilai-nilai moral pancasila dan UUD
1945 Dalam kehidupan Sehari-hari, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara dan dilakukan secara terus menerus. Makna tersebut pada dasarnya rasional, wajar
dan memang harus seperti itu.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, pencipta segala yang ada dan semua mahluk.
Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa
dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna,
bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang
maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa,
pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu
bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya
melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan
yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan
yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk
untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya
dan kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada
pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan
perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak boleh
ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang
meniadakan Tuhan yang Maha Esa (ataisme).
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarka kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia
maupun terhadap alam dan hewan. Didalam silan kedua kemuanusian yang adil yang
iii
beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab
memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu
hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia
bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai
ciptaa-Nya. Hakekat pengertian disamping sesuai dengan Pembukaan UUD 1945
alenia yang pertama dan pasal-pasal 27,28,29,30 UUD 1945.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan
berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan makna bangsa dalam
arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat,
persatuan Indonesia merupakan paktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku
bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa
yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36 UUD
1945.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam
suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan
yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan
pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
iv
rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau
mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara
melalui badan-badan perwakilan.
Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui
sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musawarah
dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha
Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidabg
kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan
Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi
sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan.
Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata
masyarakat sdil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD
1945.
Pelaksanaan pancasila secara murni dan kosenkuen untuk dapat dilaksanakan
menjadi kenyataan dalam kehidupan maka harus dipenuhi syarat syarat sebagai berikut :
a) Adanya pendorong lahir batin untuk melaksanakan Pancasila
Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan dari Sabang sampai Merauke
Terwujudnya masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Terwujudnya persahabatan antar bangsa dengan dasar saling menghormati
yang pada gilirannya terwujud perdamaian dunia
v
b) Ketaatan dalam melaksanakan Pancasila
c) Kesadaran untuk melakukan Pancasila
(Fahrian, 2013)
Amandemen UUD 1945
Dalam sejarah amandemen UUD 1945 terhitung sudah 4 kali UUD 1945 mengalami
amandemen (Amendment, Perubahan, tetapi bukan dalam pengertian Pergantian). Setelah 4
kali diamandemen sebanyak 25 butir tidak dirubah, 46 butir dirubah atau ditambah dengan
ketentuan lainnya. Secara keseluruhan saat ini berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan
baru. Alasan dilakukan amandemen :
1. Lemahnya checksandbalancespadainstitusiinstitusi ketatanegaraan.
2. Executiveheavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden
(hak prerogatif dan kekuasaan legislatif)
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM
Berikut ini sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia.
1. Amandemen I
Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999
atas dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari
9 pasal, yakni: Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14,
pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21. Inti dari amandemen pertama ini adalah
pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive heavy).
2. Amandemen II
Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan
disahkan melalui sidang umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan
pada 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada
amandemen kedua. Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A,
pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal
vi
28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J,
pasal 30, pasal 36B, pasal 36C. Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps.
36A. Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR
dan Kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara dan Lagu
Kebangsaan.
3. Amandemen III
Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan
disahkan melalui ST MPR 1-9 November 2001. Perubahan yang terjadi dalam
amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini detil dari
amandemen ketiga. Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal
7C, pasal 8, pasal 11,pasal 17,pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal
23A, pasal 23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal 24A, pasal24B,
pasal24C. Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA. Inti perubahan yang dilakukan pada
amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR,
Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.
4. Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10
Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada
amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal. Pasal 2, pasal 6A, pasal 8,
pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33,
pasal 34, pasal 37. BAB XIII, Bab XIV. Inti Perubahan: DPD sebagai bagian
MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata
uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial, perubahan UUD.
Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah
menyempurnakan aturan-aturan mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen
UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
vii
(Rahayu, 2013)
2.8 Kelembagaan Negara sebelum dan Sesudah UUD 1945 di Amandemen
Perbandingan pengaturan antar lembaga Negara sebelum dan sesudah
Amandemen:
A. Sebelum Amandemen
1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk
menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah
UUD
2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas
yang dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:
1) Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;
2) Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;
3) Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,
abolisi dan rehabilitasi;
4) Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta dan
konsul.
3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu
kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi
tindakan presiden.
4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban
memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah
5. BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa
tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada
DPR.
6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya
tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.
B. Setelah Amandemen
viii
1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan
kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat
Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang
menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri
dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih secara langsung melalui pemilu.
2. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan
kepada DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode
saja, Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme
pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam
masa jabatannya.
3. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU
(sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan
persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan
mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi
DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai
mekanisme kontrol antar lembaga negara.
4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya
ix
utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR,
keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik
Indonesia, dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu,
mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan
kepentingan daerah.
6. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang
lain yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan
dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-
badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
dalam Undang-undang seperti: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-
lain.
7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji UU
terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau
wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan
masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh
Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu
yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
(Mitra, 2010)
x
KESIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan paper tentang sistem ketatanegaraan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-
undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD
1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk hukum di Indonesia.
UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum
yang lebih tinggi. Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di
Indonesia, maka pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita
moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
bangsa-bangsa di Dunia.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, alangkah baiknya jika kita jauh lebih menghargai
Pancasila, UUD 1945. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Mentaati UUD
1945 sebagai sumber hukum tertinggi.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Fahrian, Rizki. 2013. Hakikat Sila-Sila Pancasila.
rizkifahrian09.blogspot.co.id/2013/11/hakikat-sila-sila-pancasila.html?m=1. Diakses
pada tanggal 25 Februari 2017
Fahrizal. 2013. Pengertian UUD 1945. http://rizhalfahrizhal.blogspot.co.id/2013/02/normal-0-
false-false-false-en-us-x-none.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017
Firdaus. 2012. Staat Fundamental Norm.
https://www.google.co.id/amp/s/alfirusss.wordpress.com/2012/12/12/staat-
fundalmental-norm/amp/. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.
Mitra. 2010. Perbandingan Lembaga-lembaga Negara sebelum dan sesudah Amandemen.
http://mitrapustaka.blogspot.nl/2010/10/perbandingan-lembaga-negara-sebelum-
dan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.
Mulyana, Aina. 2015. Makna kedudukan dan Fungsi UUD.
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2016/08/makna-kedudukan-dan-fungsi-uud-
tahun.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.
Mulyana, Aina. 2016. Pengertian Norma.
http://komunitasgurupkn.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-norma-macam-macam-
norma-dan.html?m=1. Diakses pada tanggal 24 Februari 2017.
Rahayu. 2013. Makalah sistem ketatanegaraan.
http://shakuyaa.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sistem-ketatanegaraan-ri.html?m=1.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.
xii
Sugianto. 2015. Pengertian Fungsi dan Kedudukan UUD.
artonang.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-fungsi-dan-kedudukan-uud-
1945.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017.