i.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. informasi tentang...

17
0

Upload: others

Post on 19-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

0

Page 2: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

1

I. Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan berdasarkan disiplin ilmunya, diantaranya laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium biokimia, laboratorium mikrobiologi, dan laboratorium rekayasa genetika. Keberadaan laboratorium menjadi begitu penting karena dapat menunjang keberhasilan berbagai kegiatan ilmiah tersebut dan menjadi salah satu tempat bekerja utama bagi para peneliti, mahasiswa/pelajar yang sedang melakukan penelitian, melaksanakan praktik kerja lapangan, dan kegiatan praktikum. Laboratorium pada umumnya dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan yang mendukung kegiatan ilmiah. Sebagai contoh, laboratorium kimia memiliki peralatan glassware, lemari asam, pH meter, serta persediaan bahan-bahan kimia berupa Isopropanol, NaOH, kloroform, dan sebagainya. Dalam setiap kegiatan di laboratorium yang melibatkan penggunaan peralatan dan bahan-bahan seperti diatas, terkandung suatu risiko bahaya yang dapat mengarah menjadi kecelakaan kerja (work accident). Terjadinya kecelakaan kerja, sekecil apapun, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Oleh karena itu sebisa mungkin kecelakaan kerja harus dicegah, atau setidak-tidaknya efeknya dapat diminimalkan jika terlanjur terjadi.

II. Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Kecelakaan di Laboratorium a. Bahaya biologi (Biological hazards)

Bahaya biologi dapat disebabkan oleh bahan-bahan biologis yang digunakan di laboratorium (contoh : virus, bakteri, jamur) b. Bahaya fisika (Physical hazards)

Bahaya-bahaya bersifat fisik yang ada dilaboratorium misalnya: korsleting listrik yang dapat menimbulkan kebakaran, radiasi dari alat-alat tertentu, benda tajam (pecahnya peralatan glassware, jarum), bahaya yang muncul dari alat bertekanan tinggi, dan sebagainya.

c. Bahaya kimia (Chemical hazards) Bahaya kimia dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, reaktif, korosif, beracun, bersifat iritan terhadap kulit, dan sebagainya.

III. Pengenalan SDS (Safety Data Sheets)

Hampir semua bahan kimia yang digunakan di laboratorium memiliki potensi bahaya bagi kesehatan atau fisik. Untuk menjaga keselamatan pengguna dan mencegah timbulnya kecelakaan, cedera, dan penyakit akibat kegiatan laboratorium yang melibatkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, maka perlu adanya komunikasi bahaya (hazard communication). Salah satu bentuk komunikasi bahaya adalah penyediaan Safety Data Sheet (SDS) atau Lembar Data Keamanan untuk setiap bahan kimia berbahaya. The Hazard Communication Standard (HCS) (29 CFR 1910.1200 (g) yang direvisi pada 2012 mensyaratkan

Page 3: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

2

setiap produsen, distributor, dan importir bahan kimia untuk menyediakan Safety Data Sheets (SDS) (sebelumnya disebut MSDS atau Material Safety Data Sheets) dalam rangka menginformasikan potensi bahaya bahan-bahan kimia tersebut kepada pengguna. SDS berlaku secara universal di seluruh dunia. Informasi standar yang dimuat dalam SDS ada 16, yaitu:

1. Identifikasi produk 2. Identifikasi bahaya 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan pada bahaya kebakaran 6. Prosedur tanggap darurat 7. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses penanganan dan penyimpanan 8. Pengendalian paparan 9. Sifat fisik dan kimia 10. Stabilitas dan reaktifitas 11. Informasi toksikologi 12. Informasi ekologi 13. Pembuangan 14. Informasi transportasi 15. Informasi tentang peraturan terkait 16. Informasi lain termasuk revisi

IV. Mengenal GHS Hazard Symbols

Setiap bahan kimia berbahaya memiliki simbol bahaya yang dicantumkan pada kemasan produk. Peraturan mengenai Klasifikasi, Pelabelan, dan Pengemasan bahan kimia No 1272/2008 didasarkan pada Globally Harmonised System (GHS) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan bertujuan untuk memberikan perlindungan maksimal bagi kesehatan pengguna dan lingkungan. GHS Hazard Symbols memuat sembilan (9) macam simbol peringatan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu zat atau campuran tertentu bagi kesehatan dan lingkungan. Berikut ini 9 GHS Hazard Symbol yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh setiap pengguna bahan-bahan kimia:

Page 4: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

3

Tabel 1. GHS Hazard Symbols No. Simbol Baru (GHS) Deskripsi Simbol yang

Digantikan (CHIP) 1.

GHS01 Explosive

Arti : Eksplosif; bahaya ledakan atau ledakan besar Eksplosif; bahaya kebakaran

Tindakan Pencegahan Keamanan : Pahami instruksi khusus sebelum digunakan Jauhkan dari panas/percikan api/nyala api terbuka/permukaan

panas Dilarang merokok Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian pelindung/

kacamata pelindung/pelindung wajah

2

GHS02 Flammable

Arti : Bahan berupa gas/aerosol/cairan/uap/benda padat yang sangat mudah terbakar Tindakan Pencegahan Keamanan : Jauhkan dari panas/percikan api/nyala api terbuka/permukaan

panas Gunakan laboratory chemical hood (lemari asam) untuk

memindahkan bahan yang tergolong liquid flammable Dilarang merokok Simpan wadah dalam keadaan tertutup rapat Lindungi dari sinar matahari secara langsung

3

GHS03 Oxidising

Arti : Pengoksidasi kuat; dapat menimbulkan api Dapat menyebabkan kebakaran dan/atau ledakan

Tindakan Pencegahan Keamanan : Jauhkan dari panas/percikan api/nyala api terbuka/permukaan

panas Dilarang merokok

Page 5: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

4

Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian pelindung/kacamata pelindung/ pelindung wajah.

Segera bilas pakaian dan kulit yang terkontaminasi dengan banyak air sebelum melepas pakaian

4

GHS04 Gas Under

Pressure

Arti : Mengandung gas bertekanan; dapat meledak jika dipanaskan Mengandung gas yang didinginkan; dapat menyebabkan luka

bakar/ cedera kriogenik Tindakan Pencegahan Keamanan : Lindungi dari sinar matahari secara langsung Kenakan sarung tangan/pelindung wajah/kacamata pelindung

-

5

GHS05 Corrosive

Arti : Bersifat korosif/dapat merusak logam Dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan

mata Tindakan Pencegahan Keamanan : Jangan menyentuh bahan secara langsung Jangan menghirup debu/asap/gas/uap dari bahan Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian

pelindung/kacamata pelindung/ pelindung wajah Selalu simpan bahan hanya dalam wadah asli/bawaan produsen

6

GHS06 Acute Toxicity

Arti : Berakibat fatal; beracun jika tertelan, terkena kulit, atau terhirup Tindakan Pencegahan Keamanan : Dilarang makan, minum, dan merokok saat menggunakan bahan Selalu simpan bahan dalam wadah yang tertutup rapat Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian

pelindung/kacamata pelindung/ pelindung wajah Jika tertelan: segera hubungi dokter dan bilas bagian mulut Jika bahan tersentuh pada kulit: segera cuci dengan sabun dan

Page 6: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

5

air Jangan menghirup debu/asap/gas/uap dari bahan Jika terhirup: pindahkan korban ke udara segar dan posisikan

pada kondisi istirahat yang nyaman untuk bernapas Segera lepaskan semua pakaian yang terkontaminasi Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali

7

GHS07 Health

Hazard/Hazardous to the ozone layer

Arti : Membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan dengan

menghancurkan lapisan ozon pada atmosfer bagian atas Berbahaya jika tertelan, terhirup, dan tersentuh pada kulit Dapat menyebabkan iritasi pernapasan, kantuk atau pusing,

reaksi alergi dan iritasi pada kulit, gangguan mata berat Tindakan Pencegahan Keamanan : Dilarang makan, minum, dan merokok saat menggunakan bahan Hindari menghirup debu/asap/gas/uap dari bahan Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian

pelindung/kacamata pelindung/ pelindung wajah Jika terhirup: pindahkan korban ke udara segar dan posisikan

pada kondisi istirahat yang nyaman untuk bernapas Jika tertelan: segera hubungi dokter dan bilas bagian mulut Jika bahan tersentuh pada kulit: segera cuci dengan sabun dan

air Jika terjadi kontak antara bahan dengan mata: bilas secara hati-

hati dengan air selama beberapa menit

8

GHS08 Serious Health

Arti : Bisa berakibat fatal jika tertelan dan memasuki saluran

pernapasan Dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh Dapat mengganggu kesuburan dan pertumbuhan janin/anak

yang belum lahir

Page 7: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

6

Hazard Diduga dapat menyebabkan kanker dan cacat genetik Dapat menimbulkan gejala alergi dan asma/kesulitan bernapas

jika terhirup Tindakan Pencegahan Keamanan : Dilarang makan, minum, dan merokok saat menggunakan bahan Gunakan sarung tangan pelindung/pakaian

pelindung/kacamata pelindung/ pelindung wajah Jika tertelan: segera hubungi dokter Jangan menghirup debu/asap/gas/uap dari bahan Jika terhirup: pindahkan korban ke udara segar dan posisikan

pada kondisi istirahat yang nyaman untuk bernapas Cuci tangan sampai bersih setelah menggunakan bahan

9

GHS09 Hazardous to the

environment

Arti : Sangat toksik/beracun bagi kehidupan akuatik dengan efek jangka panjang

Tindakan Pencegahan Keamanan : Kumpulkan tumpahan/sisa bahan Hindari pembuangan bahan ke lingkungan

V. Alat Pelindung Diri (APD)

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja di laboratorium adalah salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Di laboratorium terdapat berbagai macam risiko kerja yang mungkin terjadi antara lain tumpah, terciprat, salah mereaksikan, dan sebagainya. sehingga penggunaan APD merupakan upaya antisipatif untuk melindungi pengguna laboratorium dari berbagai risiko tersebut. Berikut ini macam-macam APD yang digunakan selama bekerja di laboratorium:

Page 8: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

7

Jas Laboratorium Gloves/sarung tangan Sepatu tertutup

Kacamata pelindung Masker Pelindung wajah

Gambar 1. Jenis-jenis APD yang digunakan di laboratorium

1. Jas Laboratorium

Berguna untuk melindungi tubuh dari kontaminasi dan menghindari bahaya akibat tumpahan/percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Gunakan jas laboratorium berlengan panjang dan kancingkan dengan benar. Lepaskan jas laboratorium saat meninggalkan area laboratorium untuk menghindari kontaminasi senyawa/mikroba berbahaya dari dalam laboratorium ke luar area.

Page 9: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

8

2. Gloves/sarung tangan Berguna untuk melindungi bagian tangan dari bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan luka atau iritasi kulit apabila bersentuhan secara langsung. Sarung tangan yang digunakan di laboratorium umumnya terbuat dari bahan karet alam, nitrile, dan neoprena. Sarung tangan yang mengandung serbuk sebaiknya tidak digunakan untuk menghindari adanya serbuk yang berjatuhan ke dalam sampel penelitian. Lepaskan sarung tangan sebelum menggunakan telepon dan sebelum meninggalkan laboratorium.

3. Sepatu tertutup Berguna untuk melindungi bagian kaki dari bahan-bahan kimia berbahaya terutama apabila terjadi tumpahan atau menetes. Tidak diperkenankan menggunakan sandal jepit, sepatu berhak tinggi, dan sepatu tanpa penutup punggung kaki selama bekerja di laboratorium.

Gambar 2. Jenis alas kaki yang tidak diperkenankan untuk digunakan saat bekerja di laboratorium

4. Kacamata pelindung

Berguna untuk melindungi mata dari berbagai risiko paparan bahan yang dapat mengakibatkan gangguan mata. Kacamata pelindung memiliki resistensi terhadap guncangan dan bagian tepinya tertutup rapat. Ada 2 macam kacamata pelindung, yaitu clear safety glasses dan clear safety goggles.

5. Masker Berguna untuk menghindari risiko bahan-bahan kimia serta gas berbahaya terhirup dan tertelan. Ada 2 macam masker yang dapat digunakan sesuai kebutuhan, yaitu masker partikel dan masker kimia. Masker partikel terbuat dari bahan fiber atau kertas, mampu menyaring udara dari partikel berukuran 0.3 micron dan biasanya digunakan sekali pakai. Masker kimia umumnya terbuat dari bahan karet sintetis dan plastik serta dilengkapi dengan filter karbon aktif yang dapat diganti secara berkala. Gunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut dan pastikan terpasang dengan benar.

Page 10: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

9

6. Pelindung wajah/Face shield Berguna untuk melindungi wajah dari panas, api, dan percikan material panas ketika bekerja. Untuk memaksimalkan perlindungan sebaiknya pelindung wajah/face shield digunakan bersamaan dengan kacamata pelindung.

VI. Panduan Bekerja secara Aman di Laboratorium Laboratorium dapat menunjang keberhasilan berbagai kegiatan ilmiah dan menjadi salah satu tempat bekerja utama bagi

para peneliti, mahasiswa, dan pelajar. Namun laboratorium juga menyimpan potensi bahaya bagi para penggunanya sehingga membutuhkan tindakan pencegahan keamanan yang tepat. Berikut ini panduan bagi para pengguna laboratorium agar tetap aman selama bekerja: 1. Gunakan APD yang sesuai standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (ISO 17025 BPTBA LIPI, 2018) 2. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan laboratorium (ISO 17025 BPTBA LIPI, 2018) 3. Bersihkan area/meja kerja sebelum dan sesudah digunakan (ISO 17025 BPTBA LIPI, 2018) 4. Tidak diperbolehkan makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium 5. Mempelajari SDS (Safety Data Sheets) bahan kimia dan memperhatikan Chemical Hazard Symbols pada kemasan bahan-

bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan laboratorium 6. Matikan instrumen pemanas ketika tidak sedang digunakan dan dilarang meninggalkan bunsen dalam kondisi menyala 7. Bersihkan setiap tumpahan bahan kimia dengan segera, dengan cara mengelap menggunakan absorbent yang tersedia 8. Bersihkan segera medium yang tercecer dan/atau mengandung mikroorganisme dengan menggunakan bahan disinfektan

(ISO 17025 BPTBA LIPI, 2018) 9. Berhati-hati ketika memegang peralatan gelas (glassware) 10. Ketahui lokasi peralatan keselamatan (Alat Pemadam Api Ringan, kotak P3K) dan nomor-nomor penting 11. Ikuti petunjuk jalur evakuasi dan titik berkumpul jika terjadi situasi darurat 12. Laporkan setiap kejadian penting yang terkait dengan kecelakaan kerja melalui mekanisme yang disediakan secara lisan dan

tulisan

VII. Petunjuk Pencampuran Bahan Kimia Dalam kegiatan laboratorium, kadang kala dilakukan proses pencampuran bahan kimia guna menghasilkan campuran

bahan dengan komposisi tertentu atau berbeda dari komposisi bahan sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pencampuran bahan kimia di laboratorium, antara lain: 1. Selalu tuangkan asam pekat ke dalam air dingin (bukan sebaliknya), potensial terjadi reaksi eksotermis (menghasilkan

panas) 2. Pemahami sifat-sifat bahan kimia yang akan dicampurkan. Pelajari SDS (Safety Data Sheests) bahan dengan seksama.

Page 11: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

10

3. Ada beberapa bahan yang dapat menimbulkan bahaya jika dikombinasikan, antara lain : Natrium (Na) atau Kalium (K) dengan air

Nitrat dengan eter

Peroksida dengan Magnesium, Seng, atau Aluminium

Merkuri oksida (HgO) dengan Sulfur (S)

Kalium nitrat (KNO3) dengan Natrium asetat

(CH3COONa)

Gambar 3. Reaksi logam Natrium dengan air

VIII. Pembuangan Limbah Laboratorium Kegiatan penelitian, praktikum, dan kerja ilmiah lainnya yang dilakukan di laboratorium lazimnya akan menghasilkan

limbah. Limbah laboratorium mencakup seluruh buangan yang berasal dari laboratorium. Limbah laboratorium dapat berasal dari bahan kimia yang digunakan, peralatan kerja, dan lain-lain.Secara umum limbah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu limbah tidak berbahaya dan limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung B3 karena sifatnya, konsentrasinya, dan jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari, merusak, serta membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia/makhluk hidup lain (UU RI No.23 Th. 1997 PS.1 BT.17 dan PP No.18 JO PP 85 Th.1999). Karakteristik limbah B3 antara lain: mudah meledak/eksplosif (misal : bahan peledak) mudah terbakar (misal : bahan bakar, solvent/pelarut) bersifat reaktif (misal : bahan-bahan oksidator) menyebabkan infeksi (misal : limbah medis) bersifat korosif (misal : asam kuat) bersifat iritatif (misal : basa kuat) berbahaya (misal : logam berat) beracun (misal : HCN, CR(VI))

Page 12: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

11

karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik (misal: merkuri, turunan benzena) bahan radioaktif (Uranium, Plutonium)

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pembuangan limbah dari kegiatan laboratorium: 1. Masukkan limbah cair B3 pada penampung limbah cair khusus yang disediakan di laboratorium 2. Masukkan limbah padat B3 ke dalam plastik khusus, kemudian buang pada tempat sampah khusus yang disediakan di

laboratorium 3. Masukkan limbah padat dan sampah tidak berbahaya pada tempat sampah umum yang disediakan di laboratorium 4. Lakukan destruksi dengan autoklaf pada limbah yang mengandung organisme/mikroorganisme/bahan-bahan biologis

lainnya sebelum dibuang (ISO 17025 BPTBA LIPI, 2018) 5. Selalu gunakan plastik untuk menampung benda-benda seperti jarum, pisau, dan pecahan kaca sebelum dibuang ke tempat

sampah 6. Selalu tutup wadah pembuangan limbah setelah memasukkan limbah

(a)

(b)

(c)

Gambar 4. Macam wadah pembuangan limbah laboratorium (a) jerigen penampung limbah cair B3, (b) tempat

sampah umum laboratorium untuk limbah padat dan sampah tidak berbahaya (c) tempat sampah khusus di laboratorium

Page 13: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

12

IX. Informasi Sarana Keamanan dan Keselamatan Pada setiap laboratorium terdapat peralatan keselamatan berupa Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan kotak P3K.

Perhatikan lokasi peralatan keselamatan tersebut berada dan pelajari cara penggunaannya sebagai langkah antisipatif jika sewaktu-waktu terjadi situasi darurat.

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. APAR pada umumnya berbentuk tabung yang berisi bahan pemadam api bertekanan tinggi. Berdasarkan jenis bahan pemadam yang diisikan kedalam tabung, APAR dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu : APAR Cairan/water, APAR Busa AFFF/foam, APAR Dry chemical powder, dan APAR Karbon dioksida (CO2).

Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) LIPI dilengkapi dengan fasilitas APAR. Berikut ini lokasi APAR yang terdapat di lingkungan BPTBA LIPI :

1. Laboratorium Kimia Lama

2. Lorong Lab. Herbal

3. Ruang Pengolahan Cokelat

4. Laboratorium Pakan (lantai 2)

5. Laboratorium Kimia Baru (lantai 1)

6. Laboratorium Pangan (lantai 2)

7. Laboratorium Mikrobiologi (lantai 1)

8. Gedung Genset

9. Gudang

10. Bengkel

11. Ruang Pengalengan

Berikut ini bagian-bagian APAR :

Gambar 5. Bagian-bagian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Page 14: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

13

Perhatikan cara menggunakan APAR berikut ini :

Keterangan 1. Tarik kunci pengaman atau segel 2. Pegang bagian ujung selang dan arahkan

ujung selang ke sumber api 3. Tekan tuas 4. Kibaskan ujung selang pada sumber api

secara perlahan sampai api padam

Gambar 6. Cara menggunakan APAR

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Oleh karena itu, keberadaan

kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di laboratorium merupakan hal yang sangat penting. Isi kotak P3K sesuai ketentuan PerMenakertrans No. PER. 15/MEN/VIII/2008 mencakup 21 macam item sebagai berikut : kasa steril, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 10 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), kain segitiga/mittela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, pinset, lampu senter, gelas untuk cuci mata, kantong plastik bersih, akuades (100 ml larutan saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K di tempat kerja, buku catatan, dan daftar isi kotak.

Setiap laboratorium di BPTBA dilengkapi dengan kotak P3K yang terpasang di bagian dinding dan dapat dimanfaatkan oleh semua pengguna laboratorium yang membutuhkan pertolongan pertama.

Berikut ini lokasi kotak P3K di BPTBA:

Page 15: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

14

1. Laboratorium Kimia Lama 2. Lorong Lab. Herbal 3. Ruang Pengolahan Cokelat 4. Laboratorium Pakan 5. Laboratorium Kimia Baru 6. Laboratorium Pangan 7. Laboratorium Mikrobiologi

Gambar 6. Kotak P3K

Berikut ini Contact Person (CP) yang dapat dihubungi terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan BPTBA : Myta Damayanti Soeharto, SE (0821-3314-8566/ext. 110) Wahyu Setyo Prabowo, S.Kom, M.Eng (0813-3500-7078/ext. 106) Penanggung Jawab/Koordinator Laboratorium

Nomor Telepon Penting RSUD Wonosari (0274) 391007 Polres Gunung kidul (0274) 391110 Unit Kebakaran DPU (0274) 391005

Page 16: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

15

DAFTAR PUSTAKA

Budhi, Yogi Wibisono. 2018. Membangun Sistem K3 Laboratorium dan Pengelolaan Limbah B3. Workshop K3 PT, UGM, 24-25 Oktober 2018 Fens Laboratory Safety Teams. 2016. Laboratory Safety Handbook First Edition. Sabanci University : Istanbul Moran, Lisa, Tina Masciangioli, dan Editors. 2010. Chemical Laboratory Safety and Security : A Guide to Prudent Chemical

Management. Washington DC : The National Academies Press Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2011. Laboratory Safety Guidance. U.S. Department of Labor SNI ISO/IEC 17025 BPTBA LIPI. 2018. Instruksi Kerja Laboratorium Pengujian Nomor: IK/5.8.5.5.4.a United Nations Globally Harmonised System (GHS) of Classification and Labelling of Chemicals (CLP). 2017. A Guide to The

Globally Harmonized System (GHS) of Classification and Labeling of Chemicals UU RI No.23 Th. 1997 PS.1 BT.17 dan PP No.18 JO PP 85 Th.1999 PerMenakertrans No. PER. 15/MEN/VIII/2008 https://echa.europa.eu/regulations/clp/clp-pictograms diakses pada 10 Mei 2019 Pukul 20.30 wib https://echa.europa.eu/regulations/clp/legislation diakses pada 9 Mei 2019 Pukul 13.30 wib

Page 17: I.bptba.lipi.go.id/bptba3.1/img/155738_pedoman_k3_ria_suryani_rev.pdf · 3. Informasi tentang komposisi bahan kimia 4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) 5. Tindakan

16